You are on page 1of 4

1 PEMBINAAN SPIRITUALITAS AMGPM

Oleh. Elifas Tomix Maspaitella [Ketua Umum PB AMGPM]

2
politik, untuk mewujudkan tanggung jawabnya dalam kehidupan bergereja, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara (Pasal 5, AD AMGPM). Tugas itu merupakan tujuan AMGPM yang dilaksanakan oleh seluruh perangkat organisasi mulai dari Pengurus Besar (di tingkat Sinodal), Pengurus Daerah (di tingkat Klasis), Pengurus Cabang dan Pengurus Ranting (di tingkat Jemaat) melalui berbagai program kerja yang dikembangkan secara desentral di masing-masing jenjang kepengurusan sesuai dengan kondisi dan permasalahan di wilayah pelayanan masing-masing. Sesuai dengan tujuan ber-AMGPM itu, panggilan untuk membentuk pemuda yang bertanggungjawab di dalam masyarakat, bangsa dan negara memberi aksentuasi bahwa organisasi ini pun menjalankan tugas sebagai bagian dari Organisasi Kemasyarakatan Pemuda (OKP) di Maluku dan Maluku Utara. Itu berarti sinergitas proses pembentukan spiritualitas pemuda di Maluku dapat dengan mudah ditata, ketika organisasi-organisasi kepemudaan ini bersama-sama meningkatkan fungsinya secara internal atau dalam satu wahana pemuda lintas-agama di Maluku dan Maluku Utara. Sebuah forum pemuda lintas agama menjadi perlu dalam rangka membentuk spiritualitas yang lebih inklusif, pluralis tetapi juga inovatif. Spiritualitas yang inklusif dimaksudkan untuk memperkuat basis pemahaman agama di kalangan pemuda. Beberapa program strategis sudah mesti dirancang, di antaranya pendidikan dan pembinaan teologi kepada para pemuda untuk mengantisipasi gerakan pembodohan teologis yang kini marak di Indonesia. Proses-proses pembodohan teologis telah dipraktekkan melalui aksi-aksi anarkhisme dengan membawa simbol-simbol agama. Gerakan-gerakan itu meninggalkan khitah suci agama sebagai pembawa damai atau menghadirkan tanda -tanda damai sejahtera di dunia dan di antara manusia dan alam semesta. Sebagai kelompok rentan, pemuda menjadi target proses-proses pembodohan teologis. Karena itu teologi agama-agama sudah bukan lagi urusan akademis di kampus, melainkan urusan praksis dalam hidup sosial di masyarakat. Teologi adalah juga praksis (in doing theology), atau teologi harus menjadi seni kehidupan umat beragama. Spiritualitas yang pluralis dimaksudkan untuk membingkai kehidupan antar-umat, sehingga para pemuda lintas agama dapat memperkuat hidop orang basudara yang lebih kreatif dan bermutu di Maluku dan Indonesia. Khusus di Maluku spiritualitas seperti itu akan sangat memperkuat basis ketahanan lokal umat, jemaat atau masyarakat. Pluralisme yang adalah berkat mesti dipahami sebagai kekayaan beragama dan peradaban. Spiritualitas yang inovatif sebab pemuda adalah juga tulang punggung bagi kesejahteraan keluarga, daerah, gereja dan bangsa. Spiritualitas inovatif menegaskan bahwa pemuda bertekad melawan kemalasan, apatisme, pengangguran, budaya kekerasan, narkoba, sex bebas ---dan melawannya dengan berkarya, berkreasi di berbagai sektor kehidupan. SPIRITUALITAS MEMBANGUN; PEMBERDAYAAN POTENSI KADER Mengapa kecenderungan menganggur cukup tinggi di Maluku? Selain adanya faktor-faktor struktural, salah satunya ialah struktur mentalitas ambtenar yang masih menjadi carapandang sekelompok pemuda Kristen tentang kerja dan usaha. Jika dalam satu tahun Akademik, semua Perguruan Tinggi di Ambon menghasilkan 3.000 Sarjana dan Diploma baru, pasar kerja di Maluku hanya mampu menyerap 20% dari total pencari kerja baru ---itu berarti 600 pencari kerja yang terserap ke dalam pasar kerja dalam 1 (satu) tahun. Artinya ada 2.400 pengangguran intelektual

PENGANTAR Kiprah pemuda Maluku di kancah nasional dan internasional telah menjadi bagian dari lembaran sejarah kebanggaan masyarakat Indonesia. Sejak zaman pergerakan kemerdekaan Indonesia, banyak pemuda Maluku telah menunjukkan patriotismenya demi sebuah arti kebebasan. Di zaman Indonesia merdeka, bertaburan pula nama-nama pemuda Maluku yang turut mengharumkan nama Indonesia di berbagai bidang dan arena. Tentu tidak bisa disangkali masih ada sekelompok lain yang sering berurusan dengan pihak kepolisian, terbelilit lingkaran narkoba, terhisab ke dalam gank motor, dan lainnya. Pemuda, di mana pun, berdiri di antara podium prestasi dan panggung kegagalan; di antara pomeo tulang punggung dan tukang [baku]pukul. Pada posisi di antara itulah, pembangunan spiritualitas anggota AMGPM menjadi hal yang perlu. Spiritualitas yang dimaksudkan lebih condong pada gaya hidup yang baru ---roh atau semangat untuk membarui diri dan lingkungan. Spiritualitas selalu terkait dengan potensi diri, kreatifitas yang harus mendorong perbuatan [aktifitas] keseharian seorang untuk mencapai citacita/harapan. Ada tiga sifat spiritualitas yakni (a) bersifat fungsional ---dalam arti menjadi sumber motivasi untuk mendorong seseorang berkarya; (b) bersifat membangun ---dalam arti menjadi sumber etik untuk menumbuhkan rasa percaya diri ( self-confidence) dalam rangka melaksanakan tugas/tanggungjawab tertentu; dan (c) bersifat empati (belarasa) ---dalam arti gelisah melihat orang lain terkapar di dalam penderitaan, kelemahan, apatisme, pesimisme, lalu mendorong mereka berprestasi, sebab hari ini harus lebih baik dari hari kemarin, dan hari esok harus lebih baik dari hari ini. Dalam konteks AMGPM, pembangunan spiritualitas menjadi penting karena berbagai kondisi seperti: (a) tingkat pengangguran terus tinggi dari waktu ke waktu, seiring dengan (b) tingginya jumlah keluarga miskin; (c) penyerobotan lahan produksi di pedesaan sehingga masyarakat terancam terus miskin; karena (d) ijonisasi dan ijonisme yang tetap subur; (e) pertumbuhan sektor ekonomi informil terus dipacu, tetapi watak ambtenar masih menguat di kalangan pemuda; (f) ruang belajar untuk hidup bersaudara semakin terbuka, tetapi pemuda masih menjadi kelompok rentan dari proses pembodohan atas nama agama dan politik aliran. SPIRITUALITAS FUNGSIONAL; BERBASIS AMGPM Agama-agama bertanggungjawab membina umatnya. Pemuda merupakan salah satu kategori umat yang terus dibangun dalam seluruh sendi kehidupan mereka. Kelompok-kelompok pembinaan pemuda pada setiap agama di Maluku malah terstruktur secara baik. Di GPM, terdapat Angkatan Muda Gereja Protestan Maluku (AMGPM) yang terstruktur di 26 Daerah, ribuan Cabang dan Ranting dalam seluruh wilayah pelayanan GPM di Maluku dan Maluku Utara. Bagaimana hal itu dilakukan di AMGPM? Sebagai Wadah Tunggal Pembinaan Pemuda GPM, AMGPM bertanggungjawab untuk membina pemuda gereja sebagai pewaris dan penerus nilai-nilai Injili agar memiliki ketahanan iman, Iptek, sosio ekonomi, sosio budaya dan sosio

3
yang siap mengantri untuk tahun berikutnya. Maka di tahun ke dua, akan ada 4.800 pengangguran intelektual, dan tiap tahun terus bertambah 2.400 penganggur intelektual baru. Tingginya angka pengangguran berpengaruh pada tingginya permasalahan sosial, apalagi di pusat-pusat kota. Berbagai kasus kriminal, bahaya narkotika, HIV/Aids yang terus menggunung di Maluku, kecelakaan lalu lintas, terjadi juga karena para pemuda belum menyibukkan diri dengan kegiatan-kegiatan ekonomi secara pribadi maupun kelompok. Seiring dengan otonomi daerah, serta paradigma ekonomi daerah dengan pendekatan pintu jamak (multy gate system), diharapkan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru bertumbuh di setiap daerah melalui pengelolaan potensi sumber daya alam unggulan yang ada di daerah. Persoalannya ialah di daerah-daerah terjadi surplus potensi sumber kekayaan alam, tetapi defisit tenaga kerja trampil dan ahli. Mereka lebih banyak bermigrasi ke kota ---ketika berkuliah, dan belum atau tidak mau pulang ke daerah asalnya. Sebab itu di sektor formil seperti Pegawai Negeri Sipil (PNS), terjadi persaingan yang cukup tinggi di antara para sarjana dan diploma. Karena sesuai alokasi atau kuota penerimaan minim, maka tidak jarang timbul gelombang protes terhadap mekanisme dan kuota penerimaan PNS. Jika 2.400 penganggur intelektual tadi kembali ke daerah masing-masing dan menekuni sektor ekonomi informil, menjadi wirausaha baru, berarti pusat-pusat ekonomi baru tadi semakin bergairah dan daerah-daerah secara langsung bertumbuh. Jika pengangguran menurun secara drastis, terjadi lompatan cepat ke kesejahteraan; kemiskinan teratasi secara berkelanjutan. Tinggal political will dari pemerintah untuk mengeksekusi dana dan membuka kerankeran pemberdayaan, maka ekonomi perdesaan benar -benar menjadi primadona di Maluku. Beberapa sektor unggulan seperti di bidang kelautan dan perikanan, pertanian, perindustrian dan perdagangan serta koperasi dan UKM perlu di-Maluku-kan (baca.dimasyarakatkan). Sebab itu, kerjasama pemberdayaan antara Pemda dengan organisasi-organisasi pemuda atau kelompokkelompok wirausaha baru pemuda merupakan bagian dari usaha membangun spiritualitas pemuda Maluku. Pembangunan spiritualitas tidak serta merta menjadi tugas agama-agama dan AMGPM. Agama-agama mengisi ruang pembinaan personal, untuk memperkuat sumber motivasi etis-injili, etis-religius. Ruang praksisnya memerlukan koordinasi gerakan bersama dengan pemerintah dan stakeholders lainnya. Tujuannya ialah spiritualitas membangun menjadi kekuatan untuk melakukan serangkaian kegiatan positif untuk meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat. SPIRITUALITAS EMPATI; MEMULIHKAN PARA KORBAN Bahaya narkoba dan penyebaran virus HIV/Aids yang terus tinggi di Maluku memerlukan pendampingan dan pembinaan yang intensif khusus di kalangan pemuda Maluku. Dalam rangka itu tidak ada pilihan lain daripada sebuah spiritualitas empati kepada para korban baik dengan jalan konseling, tetapi juga proses-proses rehabilitasi psikhis. Ini memerlukan sebuah langkah yang sistematis dan komprehensif. Perlu dibangun pusat-pusat rehabilitasi dan pemulihan ketergantungan narkoba, minuman keras, ODHA, dan mereka yang menjadi korban kekerasan fisik dan kekerasan seksual. Sarana seperti ini mesti dibangun sebagai wahana pemulihan rasa percaya diri sehingga bisa pula menjadi komunitas eksemplaris kepada para pemuda mengenai bagaimana mengantisipasi berbagai potensi negatif dari perkembangan zaman. Dengan begitu tingginya pengguna narkoba dan korban HIV/Aids dapat ditekaan. Pembinaan mental dan spiritual pemuda pun sudah mesti diperkuat pada organisasi basis.

4
Mengingat Maluku adalan provinsi kepulauan, maka spiritualitas empati adalah juga sebuah usaha untuk memperjuangkan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya di semua kawasan kepulauan seribu pulau ini. Sulitnya akses transportasi dan ekonomi menjadi masalah serius. Banyak yang kawin di usia muda, namun cukup heroik berjuang dengan tantangan alam yang keras untuk menghidupi rumah tangga, menyantuni biaya pendidikan dan kesehatan anakanak mereka. Di beberapa kawasan pulau, mereka terkurung di dalam kelimpahan sumber kekayaan alam. Contohnya di MBD, para pemuda yang menekuni usaha rumput laut mampu menghasilkan 20 ton rumput laut per/orang. Logikanya mereka sejahtera. Ironinya, mereka tidak bisa bersekolah karena terbatasnya biaya pendidikan. Kawin dalam usia muda, dan kesulitan mencukupi kebutuhan keluarganya. Hasil jual rumput laut yang semestinya membuat mereka sejahtera sebaliknya membuat mereka terus terkapar dalam kemiskinan karena lilitan ijonisasi. Karena itu, spiritualitas empati yang dimaksudkan di sini harus juga mewarnai kebijakan publik di Pemerintahan pada semua tingkatan untuk mengatur regulasi-regulasi ekonomi yang dapat memutuskan lilitan ijonisasi dan ijonisme agar masyarakat lebih sejahtera. Keberpihakan kepada mereka yang miskin di dalam lumbung sudah mesti menjadi salah satu paradigma pembuatan keputusan politik dan publik di daerah (Provinsi, Kabupaten/Kota). Jika tidak, mereka akan terpaksa menikmati kemiskinannya. SPIRITUALITAS AMGPM Bagaimana pembinaan spiritualitas melalui atau oleh AMGPM? Pertanyaan ini sama pentingnya dengan bagaimana meningkatkan minat pemuda GPM ikut serta di dalam aktifitas berAMGPM? Apa yang hendak disampaikan di sini meliputi dua hal: [a] Dasar teologi pembangunan spiritualitas AMGPM, dan [b] Usaha membangun spiritualitas AMGPM. [a] Dasar Teologi Pembangunan Spiritualitas AMGPM Moto AMGPM Kamu adalah Garam dan Terang Dunia [Mat.5:13a dan 14a] merupakan imperatif teologi bagi seluruh aspek pengembangan AMGPM. Moto itu merupakan panggilan AMGPM secara langsung dari TUHAN untuk memberi manfaat dan menjadi berarti bagi dunia dan manusia. Sebagai panggilan, maka moto itu sekaligus menjadi perintah misi AMGPM yang dalam AD/ARTI meliputi seluruh tugas pelayanan GPM, baik koinonia, marturia, diakonia dan pemberdayaan ekonomi [catur pelayanan GPM]. Dalam kaitan dengan spiritualitas, moto itu menekankan pada: [1] personalitas atau identitas diri anggota AMGPM. Subyek kamu adalah dalam moto itu menggambarkan bahwa AMGPM termotivasi membentuk pribadi kadernya agar mereka menjadi gereja yang hidup. Pembinaan dalam AMGPM difokuskan kepada diri atau pribadi anggota itu sendiri. Pribadi atau anggota AMGPM memiliki latar belakang sosial yang berbedabeda dan ada, tinggal serta hidup di berbagai wilayah dengan dinamika masyarakat yang berbedabeda pula. Paradigma keanggotaan yang stelsel pasif mengasumsikan bahwa dari anggota-anggota itu ada yang aktif berorganisasi ---sehingga program pembinaan dapat menyentuh langsung, namun ada pula yang tidak atau kurang aktif ---sehingga program pembinaan kurang menyentuh secara langsung. Sebab itu pembinaan spiritualitas AMGPM tidak bisa dipisahkan dari GPM, agar penjangkauan terhadap semua anggota, yang adalah warga GPM, dapat terjangkau secara

5
bersama-sama. Pembinaan personalitas dilakukan melalui bimbingan rohani, pekabaran injil dan pastoralia. Apalagi anggota AMGPM juga adalah pemuda di dalam masyarakat yang nyaris tidak terelak dari berbagai perubahan sosial, termasuk penyakit-penyakit sosial. [2] kapasitas diri anggota. Subyek kamu adalah dalam moto itu menegaskan bahwa kapasitas dan kompetensi diri kader harus ditingkatkan melalui program-program yang terencana. Pendidikan kader secara berjenjang dan reguler merupakan core dasar yang diharapkan dapat membentuk kapasitas diri anggota yang meliputi kapasitas keorganisasian, kapasitas teologi dan kegerejaan dan kapasitas sosial dan IPTEKS. Perlunya pembentukan kapasitas diri kader, melalui pendidikan kader, sebab anggota AMGPM dewasa ini ditantang dengan profesionalisme diri di berbagai bidang kerja dan kehidupan. Profesionalisme mencakup tingginya tingkat pendidikan, peningkatan keterampilan [skill] untuk berusaha dan berkreasi di berbagai bidang. [3] Penghayatan terhadap fungsi dan panggilan. Ada dua metafora mengenai fungsi dan panggilan AMGPM, yakni menjadi garam dan terang dunia. Kedua metafora ini perlu diresapi di dalam pembentukan spiritualitas kader AMGPM. Maka spiritualitas AMGPM adalah spiritualitas fungsional, membangun dan empati. Metafora menjadi garam dunia menegaskan bahwa kader AMGPM mesti meningkatkan fungsinya melalui cara mengembangkan potensi yang telah ada di dalam dirinya. Garam memiliki potensi asin di dalam dirinya. Potensi itu berguna untuk memberi rasa, mengawetka n, menambah cita-rasa [baca. hasrat untuk makan]. Oleh potensi itu maka tanpa kehadirannya sesuatu [baca. dunia] tidak akan bermakna. Dunia akan tetap berada di dalam kondisi hambar; artinya tidak memberi manfaat bagi manusia dan makhluk lainnya. Padahal dunia adalah ajang kehidupan. Itulah sebabnya menjadi garam dunia berarti memulihkan fungsi dunia agar benar-benar menjadi ruang kehidupan yang bermakna bagi manusia dan segala makhluk. Jadi AMGPM dengan metafora itu berfungsi untuk membangun tata kehidupan dunia yang lebih baik. Ada seperangkat tanggungjawab yang harus dijalankan, seperti tampak dalam Alinea ke-2 AD/ART yakni turut aktif melayani gereja, masyarakat, bangsa dan negara Indonesia menuju masyarakat yang adil dan makmur berasazkan Pancasila dalam tugas selaku Rasul, Imam dan Nabi oleh ketaatan mutlak kepada Yesus Kristus, Tuhan Gereja dan dunia sampai Ia datang kembali. Sedangkan metafora menjadi terang duniamemiliki dua arah penting dalam pembinaan spiritualitas, yakni: [1] profesionalisme diri pemuda ---sebab tidak mungkin orang menyalahkan pelita dan meletakkannya di bawah gantang. Seruan itu berarti bahwa profesionalisme diri harus dikembangkan sesuai dengan kadar atau pada jalurnya. Peran anggota AMGPM di bidang apa pun harus benar-benar dikembangkan secara profesional; [2] agar dunia percaya. Artinya ada pengakuan tentang profesionalisme kader AMGPM. Sesungguhnya hal ini berkaitan dengan sejauhmana kita berfungsi atau menjadi semakin profesional. AMGPM sebagai wadah tunggal pembinaan pemuda GPM dan OKP bertanggungjawab untuk menyelenggarakan aktifitas yang bermanfaat bagi dunia dan lingkungan sekitarnya. [b] Usaha membangun spiritualitas AMGPM Pendidikan Kader merupakan aktifitas utama AMGPM dalam membentuk kapasitas kader. Di dalam kapasitas itu faktor spiritualitas kader menjadi hal yang sangat penting. Untuk itu ada beberapa cara praksis yang perlu dilaksanakan: 1]. Pengenalan karakteristik kader ---berbasis di Ranting. Sudah saatnya data base potensi organisasi dimaknai sebagai suatu hal yang membantu berbagai strategi pembinaan AMGPM. Kita

6
selama ini terjebak dalam hal-hal teknis mengenai pembuatan format, pengisian kuestioner, pengembalian, dan tabulasi. Sudah saatnya kita mengubah kultur itu dengan memahami bahwa data base itu penting untuk memahami karakteristik kader. Selain data base, perjumpaan intensif antara semua kader perlu ditata melalui program-program pelayanan. Relasi pastoral menjadi kunci di dalam usaha mengenal karakteristik kader. Ini penting sebab AMGPM ada di kawasan pulau-pulau, kota, pedalaman, pelosok. Dengan mengenal karakteristik kader berarti kita akan mampu memahami minat, hobi, perhatian, dan cita-cita mereka. Dengan begitu, program-program akan terarah kepada potensi kader. 2]. Pemetaan wilayah dan karakteristik pembinaan potensi kader. Terdapat 8 (delapan) wilayah AMGPM yang merupakan satuan-satuan wilayah sosial dengan tipikal daerah serta masyarakat masing-masing. Hal ini berarti agenda-agenda AMGPM di masing-masing wilayah harus dirancang secara strategis agar semua potensi [PD, PC, PR] di dalam wilayah-wilayah itu mengelola agenda-agenda khusus yang sama, yang sesuai dengan tipikal daerah/wilayah. Ini mencakup pembentukan kader, peningkatan peran kader di berbagai bidang, kontrol organisasi terhadap pembangunan wilayah, partisipasi dalam usaha-usaha pembangunan yang sesuai dengan karakteristik wilayah, peran AMGPM dalam menggerakkan tugas pelayanan gereja di masingmasing wilayah [bersama Klasis dan Jemaat serta Kring masing-masing]. Program pemberdayaan potensi ekonomi ---dalam kerjasama dengan pemerintah dan stakeholders lainnya, dapat menjadi salah satu model program pengembangan wilayah yang penting. Ini memerlukan pembinaan mentalitas usaha dan kerja kader [mengubah mindset kader]. 3]. Penanggulangan masalah-masalah sosial. Pengangguran, kemiskinan, kecelakaan lalu lintas, sex bebas dan penggunaan narkoba yang dapat menjurus pada penularan virus HIV/Aids sudah mesti dijabarkan dalam program-program pelayanan AMGPM. Dengan demikian semua pemuda gereja akan mendapat ruang untuk membentuk dirinya. Mengenai pengangguran, ada kecenderungan para sarjana tidak mau kembali ke negerinya setelah berkuliah di Kota [Ambon]. Padahal negeri-negeri kita berlimpah potensi kekayaan alam. Ironinya ialah kita menjadi konsumen sayur, ikan, hasil kebun, yang dijual oleh pedagang dari luar; yang menanam dan melaut di atas tanah negeri-negeri kita. Praksisnya, tingkat ekonomi mereka terus terdongkrak naik, dan kita hidup dengan mengandalkan potensi tanaman umur panjang yang sudah jarang dikonservasi. Kita mendapat hasil sekali setahun; mereka mendapat keuntungan setiap hari. 4]. Pembinaan Mental Spiritual, melalui aktifitas-aktifitas ibadah, meditasi, bible-camp, dan percakapan pastoralia. Ini memerlukan kerjasama yang intensif dengan gereja, dalam hal ini para pendeta di Klasis dan Jemaat masing-masing. Sebab sebagai wadah tunggal pembinaan pemuda GPM, kita harus selalu ada dalam berjalan bersama jemaat-jemaat untuk membina pemuda GPM. Demikian beberapa hal yang dapat disampaikan guna menjadi pemahaman bersama, dengan berdoa agar usaha-usaha kita meningkatkan spiritualitas kader AMGPM akan semakin berkembang dari waktu ke waktu. Tetaplah berpegang pada moto kita Kamu adalah Garam dan Terang Dunia!

Pembinaan Spiritualitas AMGPM

LOGO PERSATUAN PEMUDA MASEHI MALUKU, cikal bakal AMGPM Bulatan besar merupakan buah pala jang mekar. Dalam bulatan itu terdapat gambar segi tiga, sebagai tanda dari pengakuan Geredja jaitu Allah Tritunggal. Djuga mempunyai arti mentjakup seluruh kebutuhan kemanusiaan. Salib di tengahnjya menandai penderitaan dan perdjuangan Kristen di belakang Kristus. Pada dua sudut bawah dari segi tiga itu terdapat pula gambar bunga tjengkih jang semuanja menundjuk kepada kepulauan Maluku dengan hasilnja. [P. Tanamal, 1972:26] Kamu adalah Garam dan Terang Dunia

Elifas Tomix Maspaitella

You might also like