You are on page 1of 74

PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL MODEL PENGAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PKn PADA SISWA KELAS

. TAHUN .

KARYA TULIS ILMIAH

OLEH : .. NIP : ..

DINAS PENDIDIKAN KOTA ..

HALAMAN PENGESAHAN

KRYA ILMIAH

BERJUDUL : PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL MODEL PENGAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PKn PADA SISWA KELAS . TAHUN .

OLEH :

TELAH DISETUJUI Pengelola Perpustakaan Ketua PGRI Kota

NIP.

NPA.

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT, hanya dengan limpahanrahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas penyusunan karya ilmiah dengan judul Pengaruh Pembelajaran Kontekstual Model Pengajaran Berbasis Masalah Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar PKn Pada Siswa Kelas .Tahun .. Penulisan karya ilmiah ini disusun untuk memenuhi persyatratan kenaikan golongan profesi guru dari IV ke VI b. Dalam penyusunan karya ilmiah ini, penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu terima kasih kami ucapkan dengan tulus dan sedalam-dalamnya kepada : 1. Yth. Kepala Dinas Pendidikan Kota .. 2. Yth. Kepala PGRI Kota . 3. Yth. Rekan-rekan Guru . 4. Semua pihak yang telah banyak membantu, sehingga penulisan ini selesai. Penulis menyadari bahwa penulisan karya ilmiah ini jauh dari sempurna, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun dasi semua pihak selalu penulis harapkan. ., Desember 2003

Penulis

ABSTRAK ., 2003. Pengaruh pembelajaran Kontekstual Model pengajaran Berbasis Masalah Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar PKn Pada Siswa Kelas . Tahun . Kata Kunci : PKn , basis masalah

Perjalanan yang berliku-liku dan penuh tantangan semenjak proses terbentuknya sampai pada keadaan sekarang yang menghantarkan PKn sebagai bahan kajian yang menarik. Apalagi akhir-akhir ini ada sekelompok orang yang meragukan eksistensi PKn . Karena banyaknya penyelewengan dan pengkhianatan Pancasila, sehingga pembangunan manusia seutuhnya menjadi terhambat. Dan ada pula yang mempertanyakan keberhasilan pengajaran PKn terhadap moral pelajar khususnya dan masyarakat luas pada umumnya. Penelitian ini berdasarkan permasalahan : (a) Bagaimanakah peningkatan prestasi belajar PKn dengan diterapkannya pembelajaran kontekstual model pengajaran berbasis masalah ? (b) Bagaimanakah pengaruh pembelajaran kontekstual model pengajaran berbasis masalah terhadap motivasi belajar PKn . Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah : (a) Mengetahui peningkatan prestasi belajar PKn setelah diterapkannya pembelajaran kontekstual model pengjaran berbasis masalah. (b.) Mengetahui pengaruh motivasi belajar PKn setelah diterapkan pembelajaran kontekstual model pengajaran bebasis masalah. (c) Menyempurnakan pelaksanaan pembelajaran PKn . Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan (action research) sebanyak tiga putaran. Setiap putaran terdiri dari 4 tahap, yaitu : rancangan, kegiatan dan pengamatan, refleksi dan refisi. Sasaran penelitian ini adalah siswa kelas .. tahun pelajaran . Data yang diperoleh berupa hasil tes formatif, lembar observasi kegiatan belajar mengajar. Dari hasil analisis didapatkan bahwa prestasi beljar siswa mengalami peningkatan dari siklus I sampai siklus III yaitu , siklus I (67,44%), siklus II (79,01%), siklus III (90,70%). Simpulan dari penelitian ini adalah metode pembelajaran kooperatif dapat berepengaruh positif terhadap prestasi dam motivasi belajar siswa ., serta model pembelajaran ini dapat digunakan sebagai salah satu alternatif pembelajaran PKn .

DAFTAR ISI

Halaman Halaman Judul.................................................................................................. Halaman Pengesahan........................................................................................ Kata Pengantar.................................................................................................. Abstrak .......................................................................................................

Daftar Isi ....................................................................................................... Daftar Lampiran................................................................................................ BAB I PENDAHULUAN..................................................................... A. latar Belakang Masalah....................................................... B. Rumusan Masalah............................................................... C. Tujuan Penelitian................................................................ D. Kegunaan Penelitian........................................................... E. Definisi Operasional Variabel............................................ F. Batasan Masalah BAB II KAJIAN PUSTAKA................................................................. A. Definisi Pembelajaran......................................................... B. Motivasi Belajar.................................................................. C. Meningkatkan Motivasi Belajar PKn Pada Siswa............. D. Pengajaran Berbasis Masalah.............................................

BAB

III

METODOLOGI PENELITIAN............................................... A. Tempat, Waktu, dan Subyek Penelitian.............................. B. Rancangan Penelitian.......................................................... C. Alat Pengumpul Data.......................................................... D. Analisis Data.......................................................................

BAB

IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN........................ A. Hubungan Pembelajaran Kontekstual Model .................... Pengajaran Berbasis Masalah Dengan Ketuntasan Belajar................................................................................. B. Analisis Data Penelitian Persiklus...................................... C. Pembahasan........................................................................

BAB

SIMPULAN DAN SARAN...................................................... A. Simpulan............................................................................. B. Saran...................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Lampiran 2. Lampiran 3. Lampiran 4. Rencana Pembelajaran I............................................................ Rencana Pembelajaran II........................................................... Rencana Pembelajaran III......................................................... Lembar Pengamatan pengelolaan Pembelajaran Kontekstual Model Pengajaran Berbasis Masalah................... Lampiran 5. Lampiran 6. Lampiran 7. Lampiran 8. Lampiran 9. Lembar Aktivitas Siswa dan Guru Dalam KBM...................... Hasil Tes Formatif Siklus I....................................................... Hasil Tes Formatif Siklus II...................................................... Hasil Tes Formatif Siklus III..................................................... Data Penganmatan Aktivitas Guru dan Siswa Putaran I...........

Lampiran 10. Data Penganmatan Aktivitas Guru dan Siswa Putaran II.......... Lampiran 11. Data Penganmatan Aktivitas Guru dan Siswa Putaran III........

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Panbcasila dan Kewarganegaraan adalah wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur yang berakar pada budaya bangsa Indonesia yang diharapkan dapat diwujudkan dalam bentuk perilaku kehidupan sehari-hari siswa. PKN di tingkat SMA bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan

dalam memahami dan menghayati nilai Pancasila dalam rangka pembentukan sikap dan perilaku sebagai pribadi, anggota msyarakat, sdan warga negara yang bertanggung jawab serta memberi bekal kemampuan untuk mengikuti pendidikan pada jenjang pendidikan selanjutnya. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan sarana dan prasarana apenunjang, seperti kurikulum, guru pengajar maupun metode pengajaran, Titik sentral yang harus dicapai setiap kegiatan beljar mengajar adalah tercapainya tujuan pengajaran. Apapun yang ternasuk petrangkat priogram pengajaran dituntut secara mutlak untuk menunjang tercapainya tujuan. Guru tidak dibenarkan mengajar dengan kemalasan. Anak didikpun diwajibkan mempunyai kreativitas yang tinggi dalam belajar, bukan selalu menanti perintah guru. Kedua unsur manusiawi ini juga beraktivitas tidak lain karena ingin mencapai tujuan secara efektif dan efisien.

Guru sebagai salah satu sumber belajar berkewajiban menyediakan lingkungan belajar yang kreatif bagi kegiatan belajar anak didik di kelas. Salah satu kegiatan yang harus guru lakukan adalah melakukan pemilihan dan menentukan metode yang bagimana yang akan dipilih untuk mencapai tujuan pengajaran. Pemilihan dan penentuan metode ini didasari adanya metode-metode tertentu yang tidak bisa dipakai untuk mencapai tujuan tertentu. PKn sebagai salah satu bidang studi yang diberikan di sekolah-sekolah umum maupun madrasah-madrasah mulai dari tingkat dasar hingga perguruan tingi memiliki nilai-nilai histories yang tidak terdapat pada bidang studi lainnya. Karena PKn sebagai suatu bidang studi memiliki dasar konstitusional yaitu UUD 1945 dan ketetapan MPR No.II/MPR/1993. Perjalanan yang berliku-0liku dan penuh tantangan semenjak proses terbentuknya sampai pada keadaan sekarang yang menghantarkan PKn sebagai bahan kajian yang sangat menarik. Apalagi akhir-akhir ini ada sekelompok orang yang meragukan eksistensi PKn karena banyaknya penyelewengan dan pengkhianatan Pancasila. Sehingga pembangunan manusia seutuhnya menjadi terhambat. Dan ada pula yang mempertanyakan keberhasilan pengajaran PKn terhadap moral pelajar khususnya dan masyarakat luasa pada umumnya. Bahkan ada sebagian orang yang megusulkan agar PKn tidak diajarkan lagi sebagai salah satu dari komponen pendidikan. Ironisnya hal ini dilontarkan pada saat bangsa Indonesia sedang giat-giatnya melaksanakan Pembangunan Nasional di segala bidang.

Dengan memperhatikan gejala-gejala tersebut di atas, maka timbul pernyataan dalam benak penulis, sejauhmanakah keberhasilan pengajaran PKn selama ini? Padahal sering digembar-gemborkan sebagai bangsa Indonesia kita harus atau wajib mengamalkan Pancasila sebagai pedoman hidup dalam berbangsa dan bernegara. Tetapi kenyataannya masih banyak terdapat penyimpangan-penyimpangan dan pengkianatan terhadap nilai-nilai luhir yang terkandung dalam Pancasila bahwa ada beberapa faktor yang menjadi penyebabnya, diantaranya faktor tersebut adalah strategi pembelajaran yang kurang mengena terhadap pembelajaran PKn dalam meningkatkan pemahaman siswa terhadap pebelajaran PKn . Dengan menyadari gejala-gejala atau kenyataan tersebut di atas, maka dalam penelitian ini penulis mengambil judul Pengaruh Pembelajaran Konstektual Model Pengajaran Berbasis Masalah Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar PKn Pada Siswa Kelas . Tahun Pelajaran

B.

Rumusan Masalah Bertitik tolak dari latar belakang di atas maka penulis merumuskan permasalahannya sebagai berikut: 1. Bagaimanakah peningkatan prestasi belajar PKn dengan diterapkannya

pembelajaran konstektual model pengajaran berbasis masalah pada siswa kelas tahun pelajaran.?

2.

Bagaimanakah pengaruh pembelajaran kontekstual model pengajaran berbasis masalah terhadap motifasi belajar PKn tahun pelajaran.? pada siswa kelas

C.

Tujuan Penelitian Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui peningkatan prestasi belajar PKn setelah diterapkannya

pembelajaran konstektual model pengajaran berbasis masalah pada siswa kelas tahun pelajaran.? 2. Mengetahui pengaruh motivasi belajar PKn setelah diterapkan

pembelajaran konstektual model pengajaran berbasis masalah pada siswa kelas tahun pelajaran.? 3. Menyempurnakan pembelajaran PKn dalam meningkatkan prestasi belajar pada siswa kelas ... tahun

pelajara..

D.

Kegunaan Penelitian Adapun maksud penulis mengadakan penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai: 1. Menambah pengetahuan dan wawasan penulis tentang peranan guru PKn dalam meningkatkan pemahaman siswa belajar PKn .

2. Sumbangan pemikiran bagi guru PKn dalam mengajar dan meningkatkan pemahaman siswa belajar PKn . 3. Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan metode pembelajaran yang dapat memberikan manfaat bagi siswa. 4. Sebagai penentu kebijakan dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya pada mata pelajaran PKn . 5. Menerapkan metode yang tepat sesuai dengan materi pelajaran PKn .

E.

Definisi Operasional Variabel Agar tidak terjadi salah persepsi terhadap judul penelitian ini, maka perlu didefinisikan hal-hal sebagai berikut: 1. Pengajaran berbasis masalah (problem-Based Learning) adalah: Suatu pendekatan pengajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berfikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh

pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran. 2. Motovasi belajar adalah: Suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tungkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan , atau keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam memcapai tujuan tertentu.

3.

Prestasi belajar adalah: Hasil belajatr yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau dalam betukskor, setelah siswa mengikuti pelajaran.

F.

Batasan Masalah 1. Penelitian ini hanya dikenakan pada siswa kelas tahun pelajaran. 2. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November semester ganjil tahun pelajaran . 3. Materi yang disampaikan adalah pokok bahasan..

BABA II KAJIAN PUSTAKA

A. Definisi Pembelajaran Pembelajaran adalah proses, cara, menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Sedangkan belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman (KBBI, 1996:14). Sependapat dengan pernyataan tersebut, Sutomo (1993:68),

mengemukakan bahwa belajar adalah proses pengelolaan lingkungan seseorang dengan sengaja dilakukan sehingga memungkinkan dia belajar untuk melakukan atau mempertunjukkan tingkah laku tertentu pula. Sedangkan belajar adalah suatu proses pertumbuhan yang bersifat fisik, tetapi perubahan dalam kebiasaan , kecakapan, bertambah pengetahuan, berkembang daya pikir, sikap dan lain-lain (Soetomo, 1993:120). Pasal 1 Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional menyebutkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Jadi, pembelajaran adalah proses yang disengaja yang menyebabkan siswa belajar pada suatu lingkungan belajar untuk melakaukan kegiatan pada situasi tertentu.

B. Motivasi Belajar 1. Konsep Motivasi Pengertian tradisional menitik beratkan pada metode imposisi, yakni pengajaran dengan cara menuangkan hal-hal yang dianggap penting oleh guru bagi murid (Hamalik, Oemar: 2001: 157). Cara ini tidak mempertimbangkan apakah bahan pelajaran yang diberikan itu sesuai atau tidak dengan kesanggupan, kebutuhan, minat, dan tingkat kesanggupan, serta pemahaman murid. Tidak pula diperhatikan apakah bahan-bahan yang diberikan itu didasarkan atas motif-motif dan tujuan yang ada pada murid. Sejak adanya penemuan-penemuan baru dalam bidang psikologi tentang kepribadian dan tingkahlaku manusia, serta perkembangan dalam bidang ilmu pendidikan maka pandangan tersebut kemudin berubah. Faktor siswa didik justru menjadi unsur yang menentukan berhasil atau tidaknya pengajaran berdasarkan Pusat minat anak makan, pakaian,

permainan/bekeraja. Kemudian menyusul tokoh pendidikan lainnya, seperti Dr. John Dewey, yang terkenal dengan pengajaran proyeknya, yang berdasarkan pada masalahyang menarik minat siswa, system persekolahan lainnya. Sehingga sejak itu pula para ahli berpendapat, bahwa tingkah laku manusia didorong oleh motif-motif tertentu, dan perbuatan belajar akan berhasil apabila didasarkan pada motivasi yang aa pada murid. Murid dapat dipaksa untuk mengikuti semua perbuatan, tetapi ia tidak dapat dipaksa untuk menghayati perbuatan itu sebagaimana mestinya. Seekor kuda dapat digiring

ke sungai tetapi tidak dapat dipaksa untuk minum. Demikian pula halnya dengan murid, guru dapat memaksakan bahan pelajaran kepaa mereka, akan tetapi guru tidak mungkin dapat memaksanya untuk belajar dalam arti sesungguhnya. Inilah yang menjadi tugas paling berat yakni bagaimana caranya berusaha aga murid mau belajar, dan memiliki keinginan untuk belajar secara kontinyu. 2. Pengertian Motivasi Motif adalah daya daolam diri seseorang yang mendoronbgnya untuk melakukian sesuatu, atau keadaan seorang atau organisme yang menyebabkan kesiapannya untuk memulai serangkaian tingkah laku untuk memenuhi kebuuhan dan mencapai tujuan., atau keadaan dan kesiapan dalam arti individu yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu (Usman, 2000: 28). Sedangkan menurut Djamarah (2002: 114) motivasi adalah suatu pendorong yang mengubah energi dalam diri seseorang ke dalam bentuk aktivitas nyata untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasai dalam belajar tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Hal ini sesui dengan yang diungkapkan oleh Nur (2001: 3) bahwa siswa yang bermotivasi dalam belajar sesuatu akan menggunakan proses kognitif yang lebih tinggi dalam mempelajari materi itu, sehingga siswa itu dapat menyerap dan

mengendapkan materi itu, sehingga siswa itu akan menyerap dan

mengendapkan materi itu dengan lebih baik. Jadi motivasi adalah suatu kondisi yang mendorong seseorang untuk berbuat sesuatu dalam mencapai ujuan tertentu.

3. Macam-macam Motivasi Menurut jenisnya, motivasi dibedakan menjadi sua, yaitu : a. Motivasi Intinsik Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat dari dalam individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain, sehingga dalam kondisi yang demikian akhirnya ia mau melakukan sesuatu untuk belajar (Usman, 2000: 29). Sedangkan menurut Djamarah (2002: 115), motivasi intrinsic adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu irangsang dari luar, karena dalam setiap diri individu sedah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Menurut Winata (dalam Erriniati, 1994: 105) ada beberapa strategi dalam mengajar untuk mnembangun motivasi intrinsic, strategi tersebut adalah sebagai berikut :L 1) Mengaitkan tujuan belajar dengan tujuan siswa. 2) Memberikan kebebasan dalam memperluas materi pelajaran sebatas yang pokok.

3) Memberikan banyak waktu ekstra bagi siswa untuk mengerjakan tugas dan memanfaatkan su,mber belajar di sekolah. 4) Sesekali memberikan penghargaan pada siswa atas pekerjaannya. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa mnotivasi intrinsic adalah motivasi yang timbul dari dalam individu yang fungsinya tidak perlu dirangsang dari luar. Seseorang yang memiliki motivasi inrinsik dala dirinya, maka secara sadar akan melakukan sesuatu kegiatan yang tidak memerlukan motivasi dari luar dirinya. b. Motivasi Ekstrinsik Jenis motivasi ini timbut sebagai akibat pengaruh dari luar individu,n apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan kondisi yang demikian akhirnya ia mau melakukan sesuatu ata belajar. Misalnya seseorang mau belajar karena ia disuruh oleh orang tuanya agar mendapat peringkat pertama di kelasnya. (Usman, 2000: 29). Sedangkan menurut Djamarah (2002: 117), motivasi ekstrinsik adalah kebalikan dari motivasi intrinsic. Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfunmgsi karena adanya perangsang dari luar. Beberapa cara membangkitkan motivasi ekstrinsik dalam menumbuhkan moivasi instrinsik antara lain : 1) Kompetisi persaingan): Guru berusaha menciptakan persaingan diantara siswanya untuk meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha

memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya dan mengatasi prestasi orang lain. 2) Pace Making (membuat tujuan sementara atau dekat): Pada awal kegiatan belajar mengajar guru, hendaknya terlebih dahulu

menyamnpaikan kepada siswa TIK yang akan dicapai sehingga dengan demikian siswa berusaha untuk mencapai TIK tersebut. 3) Tujuan yang jelas: Motif medorong individu untuk mencapai tujuan. Makin jelas tujuan, makin besar nilai tujuan bagi individu yang bersangkutan dan makin besar pula motivasi dalam melakukan sesuatu perbuatan. 4) Kesempunaan untuk sukses: Kesuksesan dapat menimbulkan rasa puas, kesenangan dan kepercayaan teradap diri sendiri, sedangkan kegagalan akan membawa efek yang sebaliknya. Dengan demikian, guru hendaknya banyak memberikan kesempatan kepada anak untuk meraih sukses dengan usaha mandiri, tentu saja dengan bimbingan guru. 5) Minat yang besar: Motif akan timbul jika individu memiliki minat yang besar. 6) Mengadakan penelitiaqn atau tes. Pada umumnya semua siswa mau belajar dengan tujuan memperoleh nilai yang baik. Hal ini terbukti dalam kenyataan bahwa banyak siswa yang tidak belajar bila tiak ada ulangan. Akan tetapi, bila guru mengatakan bahwa lusa akan

diadakan ulangan lisan, barulah siswa giat belajar dan menghafal agar ia mendapat nilai yang baik. Jadi, angka atau nilai itu merupakan motivasi yang kuat bagi siswa. Dari uraian di atas diketahui bahwa motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang tibul dari luar individu yang berfungsinya Karen danya perangsang dari luar, misalnya adanya persaingan dari luar, untuk mencapi nilai yang tinggi, dn lain sebgainya.

C. Meningkatkan Motifasi Belajar Telah disepakati oleh ahli pendidikan bahwa guru merupakan kunci alam proses belajar mengajar. Bila al ini dilihat dari segi nilai lebih yang dimiliki oleh guru dibandingkan dengan siswanya. Nilai lebih ini dimiliki oleh guru terutama dalam ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh guru biang studi pengjarannya. Walau demikian nilai lebih itu tidak akan dapat diandalkan oleh guru, pabila ia tidak memiliki teknik-teknik yang tept untuk mentransferkan kepada siswa. Disamping itu kegiatan mengajar adalah satu aktivitas yang sangan kompleks, karena itu sangat sukar bagi guru PKn bagaimana caranya mengajar dengan baik agr dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar PKn . Untuk merealisasikan keinginan tersebut, maka aa beberapa prinsip umum yang harus dipegang oleh guru PKn dalam menjalankan tugasnya. Menurut Prof. Dr. S. Nasution, prinsip-prinsip umum yang hrus dipegang oleh guru PKn dalam menjalankan tugasnya adalah sebagai berikut :

1. Guru yang baik memahami dan menghormaati siswa. 2. Guru yang bik harus menghormati bahan pelajaran yang diberikannya. 3. guru hendaknya menyesuikan bahan pelajaran yang diberikan dengan kemampuan siswa. 4. Guru hendaknya menyesuaikan metode pengajar dengan pelajarannya. 5. Guru yang baik mengaktifkan siswa dalam belajar. 6. Guru yang baik memberikan pengertian, bukan hanya dengan kata-kata belaka. Hal ini unmtuk menghindari verbalisme pada murid. 7. Guru menghubungkan pelajaran pada kehidupan siswa. 8. Guru terkait dengan teks book. 9. Guru yang baik tidak hanya mengjar dalam arti menyampaikan pengetahuan, melainkan senantiasa membentuk kepribadian siswanya. Sehubungan dengan upya meningkatkan motivasi belajar siswa ada dua prinsip yang harus diperhatikan oleh guru sebagaimana yang dikemukakan oleh Thomas F. Suton sebagi berikut : 1. Menyelidiki dengan jelas dan tegas apa yang diharapkan dari pelajaran untuk di pelajari dan mengapa ia diharapkan mempelajarinya. 2. Menciptakan kesadaran yang tinggi pada pelajaran akan pentingnya memiliki skill dan pengetahuan yang akan diberikan oleh program pendidikn itu. Dari prinsip-prinsip umum di atas, menunjukkan bahwa perann guru PKn dlm mengajar PKn dapat dikatkan sangat dominant, begitu pul dlam

meningkatkan motivasi belajar sisw tampaknya guru yng mengetahui akan

kemampuan siswa-siswanya baik secr individual maupun secara kelompok, guru mengetahui persoalan-persoalan belajar dan mengajar, guru pula yang mengethui kesulitan-kesulitan memecahkannya. siswa teraap pelajaran PKn dn bagaimana cara

D. Pengajaran Berbasis Masalah Pengajaran berbasis masalah (Problem_Based Learning) adalah suatu pendekatan pengajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berfikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran. Pengajaran masalah digunakan untuk merangsang berfikir tingkat tinggi dalam suatu berorientasi masalah, termasuk di dalamnya belajar bagaimana belajar. Menurut Ibrahim dan Nur (2000: 2), Pengajaran berbasis masalah dikenal dengan nama lain seperti Project-Based Teacihg (Pembelajaran proyek), Experienced-Based Education (pendidikan berdasarkan pengalaman), Authentic Laerning (pembelajaran Autentik), dan Achoered Intruction (Pembelajaran berakar pada kehidupan nyata). Peran guru dalam pengajaran berbasis masalah adalah menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan, dan memfasilitasi penyelidikan dan dialog. Pengajaran berbasis masalah tidak dapat dilaksanakan tanpa guru

mengembangkan lingkungan kelas yang memungkinkan terjadinya pertukaran ide

secara terbuka. Secara garis besar pengajaran berbasis masalah terdiri dari menyajikan kepada siswa situasi masalah yang autentik dan bermakna yang dapat memberikan kemudahan kepada mereka untuk melakukan penyelidikan dan ikuiri. 1. Ciri-cirinya Berbagai pengembangan pengajaran berbasis masalah telah mencoba menunjukkan ciri-ciri pengajaran berbasis masalah sebagai berikut : a. Pengajuan pertanyaan atau masalah Pengajaran berbasis masalah bukan hanya menorganisasikan prinsipprinsip atau keterampilan akademik tertentu, pembelajaran berdasarkan masalahmenorganisasikan pengajaran di sekitar pertanyaan dan masalah yang kedua-duanya secara social penting dan secara pribadi bermakna untuk siswa. Mereka mengajukan situasi kehidupan nyata yang autentik, menghindari jawaban sederhana, dan memungkinkan adanya berbagai macam solusi itu. b. Berfokus pada keterkaitan antar disiplin Meskipun pengajaran berbasis masalah mungki berpusat pada mata pelajaran tertentu (IPA, Matematika, Ilmu Sosial), masalah yang akan diselidiki telah dipilih yang benar-benar nyata agar dalam pemecahannya siswa meninjau masalah itu dari banyak mata pelajaran. c. Penyelidikan Autentik

Pengajaran

berbasis

masalah

mengharuskan

siswa

melakukan

penyelidikan autentik untuk mencaripemecahan masalah nyata. Mereka harus menganalisasi dan mendefinisikan masalah, mengembangfkan hipotesis dan membuat ramalan, mengumpulkan dan menganalisis informasi, melakukan eksperimen (jika diperlukan), membuat referensi, dan merumuskan kesimpulan, sudah barang tentu, metode penyelidikan yang digunakan bergantung pada masalah yang sedang dipelajari. d. Menghasilkan produk atau karya dan memamerkannya Pengajaran berbasis masalah menuurt siswa untuk menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya nyata atau artefak dan peragaan yang menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian masalah yang mereka temukan. Produk itu dapat berupa transkip debat, laporan, model fisik, video atau program computer (Ibrahim & Nur, 2000: 5-7). Pengajaran berbasis masalah dicirikan oleh siswa bekerja sama satu sama lain (paling sering secara berpasangan atau dalam kelompok kecil). Bekerja sama memberikan motivasi untuk secara berkelanjutan terlibat dalam tugas-tugas kompleks dan memperbanyak paluang untuk berbagai inkuiri dan dialog dan untuk mengembangkan keterampilan social dan keterampilan berfikir. 2. Tujuan Pembelajaran Pengajaran berbassis masalah dirancang untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa. Pengajaran berbasis masalah

dikembangkan terutama untuk membantu siswa mengemangkan kemampuan berfikir, pemecahan masalah, dan keterampilan intelektual, belajar tentang berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi, dan menjadikan pembelajaran otonom dan mandiri. Uraian rinci terhadap ketiga tujuan itu dijelaskan lebih jauh oleh Ibrahin dan Nur (2000: 7-12 berikut ini : a. Keterampilan Berfikir dan Keteranpilan Pemecahan Masalah Berbagai macam ide telah digunakan untuk menggambarkan cara seseorang berfikir, tetapi apakah sebenarnya yang terlibat dalam proses befikir?. Apakah keterampilan berfikir itu dan terutama apakah keterampilan befikir itu? Berfikir adalah proses yang melibatkan operasi mental seperti induksi, deduksi, klasifikasi, dan penalaran. Berfikir adalah proses secara simbolik menyatakan (melalui bahasa) objek nyata dan kejadian-kejadian dan penggunaan pernyataan simbolik itu untuk menemukan prinsip-prinsip esensial tentang objek dan kejadian itu. Pernyataan simbolik (abstrak) seperti itu biasanya berbeda dengan operasi mental yang didasarkan pada tingkat konkret dari fakta dan kasusu khusus.

Berfikir adalah kemampuan untuk menganalisis, mengkritik, dan mencapai kesimpulan berdasar pada inferensi atau pertimbangan yang seksama.

Tentan berfikir tingkat tinggi, Resnick (1987) memberikan penjelasan sebagai berikut : Berfikir tingkat tinggi adalah nonalgoritmik, yaitu alur tindakan yang tidak sepenuhnya dapat diterapkan sebelumnya. Berfikir tingkat tinggi cenderung kompleks. Keseluruhan alurnya tidak dapat diamati dari satu sudut pandang. Berfikir tingkat tinggi sering kali menghasilkan banyak solusi, masing-masing dengan keuntungan dan kerugian. Berfikir tingkat tinggi melibatkan pertimbangan dan interprestasi. Berfikir tingkat tinggi melibatkan ketidakpastian. Segala sesuatu yang berhubungan dengan tugas tidak selamanya diketahui. Berfikir tingkat tinggi melibatkan banyak penerapan banyak criteria, yang kadang-kadang bertentangan satu sama lain. Berfikir tingkat tinggi melibatkan banyak pengaturan diri tentang proses berfikir. Kita tidak mengakui sebagai berfikir tingkat tinggi

pada seseorang, jika ada orang lain yang membantunya pada setiap tahap. Berfikir tingkat tinggi melibatkan melibatkan pencarian makna, menemukan struktur pada kedalaman yang tampaknya tidak teratur. Berfikir tingkat tinggi adalah kerja keras. Ada pengarahan kerja mental besar-besaran saat melakukan berbagai jenis elaborasi dan pertimbangn yang dibutuhklan. Perlu dicatat, bahwa Resnick menggunakan kata-kata dan ungkapan seperti pertimbangan, pengaturan diri, pencarian makna, dan ketidak pastian. Hal ini berarti bahwa proses berfikir dan keterampilan yang perlu dikatifkan sangatlah kompleks. Resnick juga menekankan pentingnya konteks atau keterkaitan pada saat berfikir tentang berfikir. Meskipun proses memiliki beberapa kesamaan antarsituasi, prose situ juga berfariasi bergantung pada apa yang difikirkan sseorang. Sebagai contoh, proses yang kita gunakan untuk memikirkan matematika berbeda dengan yang digunakan untuk memikirkan puisi. Proses berfikir yang digunakan untuk memikirkan ide abstrak berbeda dengan yang digunakan untuk memikirkan situasi kehidupan nyata. Karena hakikat kekomplekan dan konteks dari keterampilan berfikir tingkat tinggi, maka keterampilan itu tidak dapat diajarkan menggunaan pendekatan

yang dirancang untuk mengajarkan ide dan keterampilan yang lebih konkret. Keterampilan proses dan berfikir tingkat tinggi bagaimanapun juga jelas dapat diajarkan, dan kebanyakan program dan kurikulum dikembangkan untuk tujuan itu sangat mendasar diri pada pendekatan yang sama dengan poengajaran berbasis masalah. b. Pemodelan Peran Orang Dewasa Risnick juga memberikan rasional tentang bagaimana pengajaran berbasis masalah membantu siswa untuk kinerja dalam situasi kehidupan nyata dan belajar tentang pentingnya peran orang dewasa. Dalam banyak hal pengajaran berbasis masalah bersesuaian dengan aktivitas mental di luar sekolah sebagaimana yang diperankan oleh orang dewasa. 1) Pengajaran berbasis masalah memiliki unsur-unsur elajar magang. Hal tersebut mendorong pengamatan dan dialog dengan orang lain, sehingga secara bertahab siswa dapat memahami peran penting dari aktivitas mental dan belajat yang terjadi di luar sekolah. 2) Pengajaran berbasis masalah melibatkan siswa dalam penyelidikan pilihan sendiri, yang memungkinkan siswa menginterprestasikan dan menjelaskan fenomena dunia nyata dan membangun pemahamannya tentang fenomena tersebut. 3. Pembelajaran yang Otonom dan Mandiri

Pengajaran berbasis masalah berusaha membantu siswa menjadi pembelajar yang mandiri dan otonom. Bimbingan guru yang berulang-ulang mendorong dan mengarahkan siswa untuk mengajukan pertanyaan, mencari penyelesaian terhadap masalah nyata oleh mereka sendiri. Dengan begitu, siswa belajar menyelesaikan tugas-tugas mereka secara mandiri dalam hidupnya. 4. Tahap Pengajaran Berbasis Masalah Pengajaran berbasis masalah biasanya terdiri dari lima tahapan utama yang dimulai dengan guru memperkenalkan siswa dengan satu situasi masalah dan diakhiri dengan penyajian dan analsis hasil kerja siswa. 2.1. Tahap Pengajaran berbasis Masalah
Tahapan Tahap 2 Orientasi siswa kepada masalah Tingkah Laku Guru Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistic yang dibutuhkan, memotivasi siswa agar terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya. Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengoranisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penyelasan dan pemecahan masalahnya. Guru membantu siswa merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model serta membantu mereka berbagai tugas dengan temannya. Guru membantu siswa melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.

Tahap 2 Mengorganisasi siswa untuk belajar Tahap 3 Membimbing penyelidikan individual dan kelompok Tahap 4 Mengembangkan dan menyajikan hasil karya Tahap 5 Menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masaah

5. Lingkungan Belajar dan Sistem Manajemen

Tidak seperti lingkungan

belajar yang terstruktur secara ketat yang

dibutuhkan dalam pembelajaran langsung atau penggunaan yang hati-hati kelomp[ok kecil dalam pembelajaran kooperatif, lingkungan belajar dan system manajemen dalam pengajaran berbasis masalah dicirikan oleh sifatnya yang terbuka, aa prose demokrasi, dan peran siswa yang aktif. Meskipun guru dan siswa melakukan tahapan pembelajaran yang terstruktur dan dapat diprediksi dalam pengajaran berbasis masalah, norma di sekitar pelajaran adalah norma inkuiri terbuka dan bebas mengemukakan pendapat. Lingkungan belajar menekankan peran sentral siswa, bukan guru yang ditekankan.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research), karena penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Penelitian ini juga termasuk penelitian deskriptif, sebab menggambarkan bagaimana suatu teknik pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai. Menurut Sukidin dkk. (2002: 54) ada 4 macam bentuk penelitian tindakan, yaitu : (1) Penelitian tindakan guru sebagai peneliti, (2) Penelitian tindakan kolaboratif, (3) Penelitian tindakan simultan terintegratif, dan (4) Penelitian tindakan social eksperimental. Keempat bentuk penelitian tindakan dio aas, ada persamaan dan perbedaannya. Menurut Oja dan Smulyan sebagaimana dikutip oleh Kasbolah, (2000) (dalam Sukidin dkk. 2002: 55), ciri-ciri dari setiap penelitian tergantung pada : (1) Tujuan utamanya atau pada teknannya, (2) Tingkat kolaborasi antara pelaku peneliti dan peneliti dari luar, (3) Proses yang digunakan dalam melakukan penelitian, dan (4) Hubungan antara proyek dengan sekolah. Dalam penelitian ini menggunakan bentuk guru sebagai peneliti, dimana guru sangat berperan sekali dalam proses penelitian tindakan kelas. Dalambentuk ini, tujuan utama penelitian tindakan kelas ialah untuk meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas. Dalam kegiatan ini, guru terlibat langsung secara penuh dalam proses perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Kehadiran pihak lain dalam penelitian ini peranannya tidak dominant dan sangat kecil.

Penelitian ini mengacu pada perbaikan pembelajaran yang berkesinambingan. Kemmis dan Tagart (1988: 14) menyatakan bahwa model penelitian tindakan adalah berbentuk spiral. Tahapan penelitian tindakan pada suatu siklus meliputi perencanaan atau pelaksanaan observasi dan refleksi. Siklus ini berlanjut dan akan dihentikan jika sesuai dengan kebutuhan dan dirasa sudah cukup.

A. Tempat, Waktu, dan Subek Penelitian 1. Tempat penelitian Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan penelitian dalam memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini bertempat di .. tahun pelajaran . 2. Waktu Penelitian Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian atau saat penelitian ini dilangsungkan. Penelitian ini dilaukan pada buan November semester ganjil .. 3. Subyek penelitian Subyek penelitian adalah siswa-siswi Kelas . Mojokerto tahun pelajaran pada pokok bahasan penegakan HAM dan Implikasinya.

B. Rancangan Penelitian

Menurut pengertiannya, penelitian tindakan adalah penelitian tentang halhal yang terjadi di sekelompok masyarakat atau sasara, dan hasilnya langsung dapat dikenakan pada masyarakat yang bersangkutan (Arikunto, Suharsimi, 2002: 82). Ciri atau karakteristik utama dalam penelitian tindakan adalah adanya partisipasi dan kolaborasi antara peneliti dengan anggota kelompok sasaran. Penelitian tindakan adalah satu strategi pemecahan masalah yang memanfaatkan tindakan nyata dalam bentuk proses pengembangan invovatif yang dicoba sambil jalan dalam mendeteksi dan memecahkan masalah. Dalam prosesnya, pihakpihakyang terlibat dalam kegiatan tersebut dapat mendukung satu sama lain. Sedangkan tujuan penelitian tindakan harus memenuhi beberapa prinsip sebagai berikut : 1. Permasalahan atau topik yang dipilih harus memenuhi criteria, yaitu benarbenar nyata dan penting, menarik perhatian dan mampu ditangani serta dalam jangkauan kewenangan peneliti untuk melakukan perubahan. 2. kegiatan penelitian, baik intervensi maupun pengamatan yang dilakukan tidak boleh sampai mengganggu atau menghambat keigatan utama. 3. Jenis intervensi yang dicobakan harus efektif dan efisien, artinya terpilih dengan tepat sasaran dan tidak memboroskan waktu, dana dan tenaga. 4. Metodoloi yang digunakan harus jelas, rinci, dan terbuka, setiap langkah dari tindakan dirumuskan secara tegas, sehingga orang yang berminat terhadap penelitian tersebut dapat mengecek setiap hipotesis dan pembuktiannya.

5. Kegiatan penelitian diharapkan dapat merupakan proses kegiatan yang berkelanjtan(on-going), mengingat bahwa pengembangan dan perbaikan terhadap kualitas tindakan memang tidak dapat berhenti, tetapi menjadi tantangan sepanjang waktu. (Arikunto, Suharsimi, 2002: 82-83). Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari kemmis dan Taggert (dalam Arikunto, Suharsimi, 2002: 83) yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Langkah pada siklus berikutnya adalah perencanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus I dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalah. Siklus spiral dari tahap-tahap penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada gambar berikut :

Putar an 1

Refleksi

Rencana Rencana awal/rancangan awal/rancangan

Putar an 2

Tindakan/ Observasi Refleksi Tindakan/ Observasi Refleksi Tindakan/ Observasi Rencana yang Rencana yang direvisi direvisi Rencana yang Rencana yang direvisi direvisi

Putar an 3

Gambar 3.1. Alur PTK Penjelasan alur di atas adalah : 1. Rancangan/ rencana awal, sebelum mengadakan penelitian, peneliti menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan, termasuk di dalamnya instrument penelitian dan perangkat pembelajaran. 2. kegiatan dan pengamatan, meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti sebagai upaya membangun pemahaman konsep siswa serta mengamati hasil atau dampak dari diterapkannya pengajaran kontekstual model pengajaran berbasis masalah.

3. refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang diisi oleh pengamat. 4. Rancangan/ rencana yang direvisi, berdasarkan hasil refleksi dari pengamat membuat rancangan yang direvisi untuk melaksanakan pada siklus berikutnya. Observasi dibagi dalam setiap siklus 1, 2, dan seterusnya, dimana masing siklus dikenai perlakuan yang sama (alur kegiatan yang sama) dan membahas satu sub pokok bahasan yang diakhiri dengan tes formatif di akhir masing putaran. Siklus ini berkelanjutan dan akan dihentikan jika sesai dengan kebutuhan dan dirasa sudah cukup.

C. Alat pengumpul Data Alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah tes buatan guru yang fungsinya adalah : (1) Untuk menentukan seberapa baik siswa telah menguasai bahan pelajaran yang dibertikan dalam waktu tertentu; (2) Untuk menentukan apahah suatu tujuan telah tercapai; dan (3) Untuk memperoleh suatu nilai. (Arikunto, Suharsimi, 2002: 149). Sedangkan tujuan dari tes adalah untuk mengetahui ketuntasan belajar secara individual maupun secara klasikal. Disamping itu untuk mengetahui letak kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa sehingga dapat dilihat dimana kelemahannya, khususnya pada bagain mana TPK yang belum tercapai. Untuk memperkuat data yang dikumpulkan, maka jua digunakan metode observasi (pengamatan) yang dilakukan oleh teman sejawat

untuk mengetahui dan merekam aktivitas guru dan siswa dalam proses belajar dan mengajar.

D. Analisis Data Dalam rangka menyusun dan mengolah data yang terkumpul, sehingga dapat menghasilkan suatu kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan, maka digunakan analisis data kuantitif dan pada metode observasi digunakan data kualitatif. Cara perhitungan untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa dalam proses belajar mengajar sebagai berikut : 1. Merekapitulasi hasil tes. 2. Menghitung jumlah skor yang tercapai dalam prosentasenya untuk masingmasing siswa dengan menggunakan rumus ketuntasan belajar seperti yang terdapat dalam buku petunjuk teknis penilaian, yaitu siswa dikatakan tuntas secara individual jika mendapat nilai minimal 65, sedangkan sklasikal dikataka tuntas belajar, jika jumlah siswa yang tuntas secara individu mencapai 85% yang tela mencapai daya serap lebih dari sama dengan 65%. 3. Menganalisis hasil observasi yang dilakukan oleh teman sejawat pada aktivitas guru dan siswa selama kegiatan belajar mengajar berlangsung.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hubungan Pembelajaran Kontekstual Model Pengajaran Berbasis Masalah Dengan Ketuntasan Belajar Suatu pokok bahasan atau sub pokok bahasan dianggap tuntas secara klasikal jika siswa yang mendapat nilai 65 lebih dari atau sama dengan 85%, sedangkan seorang siswa dinyatakan tuntas belajar pada pokok bahasan atau sub pokok bahasan tertentu jika mendapat nilai minimal 65.

B. Analisis Data Penelitian Persiklus 1. Siklus I a. Tahap Perencanaan Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pembelajaran 1, soal tes formatif 1 dan alat-alat pengajaran yang mendukung. Selain itu juga dipersiapkan lembar observasi pengelolaan pembelajaran kontekstual model pengajaran berbasis masalah, dan lembar observasi aktifitas guru dan siswa. b. Tahap kegiatan dan pelaksanaan Pelaksanaan belajar mengajar untuk siklus I dilaksanakan pada tanggal 4 November 2004 di kelas dengan jumlah siswa 43 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai pengajar, sedangkan yang bertindak sebagai pengamat adalah seorang guru PKn dan wali kelas

Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran yang telah dipersiapkan. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersama dengan pelaksanaan belajar mengajar. Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif I dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Adapun data hasil penelitian pada siklus I adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1. Pengelolaan pembelajaran Pada Siklus I


No Aspek yang diamati Pengamatan KBM A. Pendahuluan 1. Motivasi siswa 2. Menyampaikan tujuan pembelajaran B. Kegiatan Inti 1. Mendiskusikan langkah-langkah kegiatan bersama siswa. 2. Membimbing siswa melakukan kegiatan 3. Membimbing siswa mendiskusikan hasil kegiatan dalam kelompok 4. Memberikan kesempatan pada siswa untuk mempresentasikan hasil kegiatan belajar mengajar 5. Membimbing siswa merumuskan kesimpulan / menemukan konsep C. Penutup 1. Membimbing siswa membuat rangkuman 2. Memberikan evaluasi Pengelolaan Waktu Antusiasme Kelas 1. Siswa Antusias 2. Guru Antusias Jumlah Penilaian P1 P2 2 2 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 Ratarata 2 2 3 3 3 3 3

II III

3 3 2 2 3 32

3 3 2 2 3 32

3 3 2 2 3 32

Keterangan : Nilai 1. Tidak baik

: Kriteria

2. 3. 4.

Kurang baik Cukup baik Baik

Berdasarkan tabel di atas aspek-aspek yang mendapatkan criteria kurang baik adalah memotifsi siswa, menyampaikan tujuan pembelajaran, pengelolaan waktu, dan antusis. Keempat aspek yang mendapat penilaian kurang baik di atas, merupakan suatu kelemahan yang terjadi pada siklus I. dan akan dijadikan bahan kajian untuk refleksi dan revisi yang akan dilakukan pada siklus II. Hasil observasi berikutnya adalah aktivitas guru dan siswa seperti pada tabel berikut : Tabel 4.2 Aktivitas Guru Dan Siswa Pada Siklus I
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Aktivitas Guru yang diamati Menyampaikan tujuan Memotivasi siswa / merumuskan masalah Mengkaitkan dengan pelajaran berikutnya Menyampaikan materi / lankah-langkah / strategi Menjelaskan materi yang sulit Membimbing dan mengamati siswa dalam menemukan konsep Meminta siswa menyajikan dan mendiskusikan hasil kegiatan Memberikan umpan balik Membimbing siswa merangkum kegiatan Aktivitas Siswa yang diamati Mendengarkan / memperhatikan penjelasan guru Membaca buku siswa Bekerja dengan sesama anggota kelompok Diskusi antar siswa / antara siswa dengan guru Menyajikan hasil pembelajaran Mengajukan / menanggapai pertanyaan / ide Menulis yang relevan dengan KBM Merangkum pembelajaran Mengerjakan tes evaluasi Presentase 5,0 8,3 8,3 6,7 13,3 21,7 10,0 18,3 8,3 Presentase 22,5 11,5 18,7 14,4 2,9 5,2 8,9 6,9 8,9

Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa aktivitas guru yang paling dominant pada siklus I adalah membimbing dan mengamati siswa dalam menemukan konsep, yaitu 21,7%. Aktivitas lain yang presentasinya cukup besar adalah memberi umpan balik/ evaluasi/ tanya jawab dan menjelaskan materi yang sulit yaitu masing-masing sebesar 18,3% dan 13,3 %. Sedangkan aktivitas siswa yang paling dominant adalah mengerjakan / memperhatikan penjelasan guru, yaitu 22,5%. Aktivitas lain yang presentasinya cukup besar adalah bekerja dengan sesame anggota kelompok, diskusi antar siswa/ antara siswa dengan guru, dan membaca buku yaitu masing-masing 18,7%, 14,4 dan 11,5%. Pada siklus I secara garis besar kegiatan belajar mengajar dengan pembelajaran kontekstual model pengajaran berbasis masalah sudah dilaksanakan dengan baik, walaupun peran guru masih cukup dominant untuk memberiakan penjelasan dan arahan karena model tersebut masih dirasakan baru oleh siswa. Berikutnya adalah rekapitulasi asil tes formatif siswa seperti terlihat pada tabel berikut : Tabel 4.3. Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Siswa pada Siklus I
No 1 2 3 Uraian Nilai rata-rata tes formatif Jumlah siswa yang tuntas belajar Presentase ketuntasan belajar Hasil Siklus I 70,93 29 67,44

Dari tabel di atas dapat dijelaskan, bahwa dengan menerapkan pembelajaran kontekstual model pengajaran berbasis masalah diperoleh nilai rata-rata presentasi belajar siswa adalah 70,93 dan ketuntasan belajar mencapai 67,44% atau ada 29 siswa dari 43 siswa sudah tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus I secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang belum memperoleh nilai 65 hanya sebesar 67,44% lebih kecil dari presentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu ebesar 85%. Hal ini disebabkan karena siswa masih merasa baru dalam mengerti apa yang dimaksudkan dan digunakan guru dengan pembelajaran kontekstual metode pengajaran berbasis masalah. c. Refleksi Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar diperoleh informasi dari hasil pengamatan sebagai berikut : 1) Guru kurang maksimal dalam memotivasi siswa dan dalam menyampaikan tujuan pembelajaran 2) Guru kurang maksimal dalam pengolahan waktu 3) Siswa kurang aktif selama pembelajaran berlangsung d. Refisi Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada siklus I ini masih terdapat kekurangan, sehingga perlu adanya refisi untuk dilakukan pada siklus berikutnya.

1) Guru perlu lebih terampil dalam memotivasi siswa dan lebih jelas dalam menyampaikan tujuan pembelajaran. Dimana siswa diajak untuk terlibat langsung dalam setiap kegiatan yang akan dilakukan. 2) Guru perlu mendistribusikan waktu secara baik dengan menambahkan informasi-informasi yang dirasa perlu dan membri catatan. 3) Guru harus lebih terampil dan bersemangat dalam memotivasi siswa, sehingga siswa bisa lebih antusias. 2. Siklus II a. Tahap perencanaan Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 2, soal tes formatif 2 dan alat-alat pengajaran yang mendukung. Selain itu, juga dipersiapkan lembar observasi pengelolaan pembelajaran kontekstual model pengajaran berbasis masalah dan lembar observasi guru dan siswa. b. Tahap kegiatan dan pelaksanaan Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II dilaksanakan pada tanggal 11 November 2004 di kelas dengan jumlah siswa 43 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai pengajar, sedangkan yang betindak sebagai pengamat adalah seorang guru PKn dan wali kelas .. adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan revisi pada sikus I, sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus I tidak terulang lagi pada siklus II.

Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar. Pada akhir proses belajar mengajar, siswa diberi tes formatif II dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan instrument yang digunakan adalah tes formatif II. Adapun data hasil penelitian pada siklus II adalah sebagai berikut :

Tabel 4.4. Pengelolaan Pembelajaran pada Siklus II


No Aspek yang diamati Pengamatan KBM A. Pendahuluan 1. Memotivasi siswa 2. Menyampaikan tujuan pembelajaran B. Kegiatan Inti 1. Mendiskusikan langkah-langkah kegiatan bersama siswa 2. Membimbing siswa melakukan kegiatan 3. Membimbing siswa mendiskusikan hasil kegiatan dalam kelompok 4. Memberikan kesempatan pada siswa untuk mempresentasikan hasil penyelidikan 5. Membimbing siswa merumuskan kesimpulan / menemukan konsep C. Penutup 1. Membimbin siswa membuat rangkuman 2. memberikan evaluasi Pengelolaan Waktu Analisis Kelas 1. Siswa Antusias 2. Guru Antusias Jumlah Penilaian P1 P2 3 3 3 4 4 4 3 3 4 3 4 4 41 3 4 4 4 4 4 3 4 4 3 3 4 43 Ratarata 3 3,5 3,5 4 4 4 3 3,5 4 2 3,5 4 42

II III

Keterangan : Nilai : Kriteria 1. Tidak baik 2. Kurang baik 3. Cukup baik 4. Baik

Dari tabel di atas, tampak aspek-aspek yang diamati pada kegiatan belajar mengajar (siklus II) yang dilaksanakan oleh guru dengan menerapka pembelajaran kontekstualmodel pengajaran berbasis masalah mendapatkan penilaian yang cukup baik dari pengamat. Maksudnya dari seluruh penilaian tidak terdapat nilai kurang. Namun demikian penelitian tersebut belum merupakan hasil yang optimal, untuk itu ada beberapa aspek yang perlu mendapatkan perhatian untuk menyempurkan penerapan belajar selanjutnya. Aspek-aspek tersebut adalah memotivasi siswa, membimbing siswa merumuskan kesimpulan / menemukan konsep, dan pengolahan waktu. Dengan penyempurnaan aspek-aspek di atas dalam penerapan pembelajaran kontekstual model pengajaran berbasis masalah diharapakan siswa dapat menyimpulkan apa yang telah mereka pelajari dan mengemukakan pendapatnya, sehingga mereka akan lebih memahami tentang apa yang telah mereka lakukan. Berikut disajikan hasil observasi aktivitas guru dan siswa.

Tabel 4.5. Aktivitas Guru dan siswa Pada Siklus II


No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Aktivitas Guru yang diamati Menyampaikan tujuan Memotivasi siswa / merumuskan masalah Mengkaitkan dengan pelajaran berikutnya Menyampaikan materi / lankah-langkah / strategi Menjelaskan materi yang sulit Membimbing dan mengamati siswa dalam menemukan konsep Meminta siswa menyajikan dan mendiskusikan hasil kegiatan Memberikan umpan balik Membimbing siswa merangkum kegiatan Aktivitas siswa yang diamati Mendengarkan / memperhatikan penjelasan guru Membaca buku siswa Bekerja dengan sesama anggota kelompok Diskusi antar siswa / antara siswa dengan guru Menyajikan hasil pembelajaran Mengajukan / menanggapai pertanyaan / ide Menulis yang relevan dengan KBM Merangkum pembelajaran Mengerjakan tes evaluasi / latihan Presentase 6,7 6,7 6,7 11,7 11,7 25,0 8,2 16,6 6,7 Presentase 17,9 12,1 21,0 13,8 4,6 5,4 7,7 6,7 10,8

Berdasarkan tabel di atas, tampak bahwa aktivitas guru yang paling dominant pada siklus II adalah membimbing dan mengamati siswa dalammenemukan konsep, yaitu 25%. Jika dibandingkan dengan siklus I, aktivitas ini mengalami peningkatan. Aktivitas guru yang mengalami penurunan adalah memberi umpan balik / evaluasi / tanya jawab (16,6%), menjelaskan materi yang sulit (11,7). Meminta siswa mendiskusikan dan menyajikan hasil kegiatan (8,2%), dan membimbing siswa merangkum pelajaran (6,7%). Sedangkan untuk aktivitas siswa yang paling dominant pada siklus II adalah bekerja dengan sesame anggota kelompok yaitu (21%). Jika dibandingkan dengan siklus I, aktivitas ini mengalami peningkatan.

Aktivitas siswa yang mengalami penurunan adalah mendengarkan / memperhatikan penjelasan guru (17,9%). Diskusi antar siswa / antara siswa dengan guru (13,8%), menulis yang relevan dengan KBM (7,7%) dan merangkum pembelajaran (6,7%). Adapun aktivitas siswa yang mengalami peningkatan adalah membaca buku (12,1%), menyajikan hasil pembelajaran (4,6%), menanggapi / mengajukan pertanyaan / ide (5,4%) dan mengerjakan tes evaluasi (10,8%). Berikutnya adalah rekapitulasi hasil tes formatif siswa terlihat pada tabel berikut : Tabel 4.6. rekapitulasi Hasil Tes Formatif Siswa Pada Siklus II
No 1 2 3 Uraian Nilai rata-rata tes formatif Jumlah siswa yang tuntas belajar Presentase ketuntasan belajar Hasil Siklus 74,42 34 79,01

Dari tabel di atas diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 74,42 dan ketuntasan belajar mencapai 79,01% atau ada 34 siswa dari 43 siswa suda tuntas belajar. Hasil ini menunjukkan bahwa pada siklu II ini ketuntasan belajar secara klasikal telah mengalami peningkatan sedikit lebih baik dari siklus I. adanya peningkatan hasil belajar siswa ini karena setelah guru menginformasikan bahwa setiap akhir pelajaran akan selalu diadakan tes, sehingga pada pertemuan berikutnya siswa lebih termotivasi untuk belajar. Selain itu siswa jua sudah mulai mengerti apa yang

dimaksudkan dan diinginkan guru dengan menerapkan pembelajaran kontekstual model pengajaran berbasis masalah. c. Refleksi Dalam pelaksanaan kegiatan belajar diperoleh informasi dari hasil pengamatan sebagai berikut : 1) 2) 3) Memotivasi siswa Membimbing siswa merumuskan kesimpulan / menemukan konsep Pengelolaan waktu

d. Revisi Rancangan Pelaksanaan kegiatan belajar pada siklus II ini masih terdapat kekurangankekurangan, maka perlu adanya revisi untuk dilaksanakan pada siklus II, antara lain : 1) Guru dalam memotivasi siswa hendaknya bisa membuat siswa lebihtermotivasi selama proses belajar mengajar berlangsung 2) Guru harus lebih dekat dengan siswa, sehingga tidak ada perasaan takut dalam diri siswa bak untuk mengemukakan pendapat atau bertanya. 3) Guru harus lebih sabar dalam membimbingsiswa merumuskan kesimpulan/ menemukan konsep. 4) Guru harus mendistribusikan waktu secara baik, sehingga kegiatan pembelajaran dapat berjalan dengan yang diharapkan.

5) Guru sebaiknya menambah lebih banyak contoh soal dan memberi soal-soal latihan pada siswa untuk dikerjakan pada setiap kegiatan belajar mengajar. 3. Siklus III a. Tahap Perencanaan Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari 3, soal tes formatif 3 dan alat-alat pengjaran yang mendukung. Selain itu juga dipersiapkan lembar observsi pengelolaan pembelajaran kontekstual model pengajaran berbasis masalah dan lembar observasi aktivitas guru dan siswa. b. Tahap kegiatan dan pengmatan Pelaksanan kegiatan belajar mengajar untuik siklus III dilaksnakan pada tanggal 18 November 200 di kelas . Dengan jumlah siswa 3 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai pengajar, sedangkan yang bertindak sebagai pengamat adalah seorang guru PKn dan wali kelas .. adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhtikan revisi pada siklus II, sehingga kesalahan atau kekurangan pa siklus II tidak terulang lagi pada siklus III. Pengamatan (observsi) dilaksanakan bersama dengan pelaksanaan belajr mengajar. Pada akhir prose bvelajar mengajar siswa diberi tes formatif III dengan tujuan untuk mengetahui tinbgkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrument yang dilakukan adalah tes

formatif III. Adapun data hasil penelitian pada suklus III adalah sebagi berikut : Tabel 4.7. Pengelolaan Pembelajaran Pada Siklus III
No Aspek yang diamati Pengamatan KBM A. Pendahuluan 4. Memotivasi siswa 5. Menyampaikan tujuan pembelajaran B. Kegiatan Inti 1. Mendiskusikan langkah-langkah kegiatan bersama siswa 2. Membimbing siswa melakukan kegiatan 3. Membimbing siswa mendiskusikan hasil kegiatan dalam kelompok 4. Memberikan kesempatan pada siswa untuk mempresentasikan hasil penyelidikan 5. Membimbing siswa merumuskan kesimpulan / menemukan konsep C. Penutup 3. Membimbin siswa membuat rangkuman 4. memberikan evaluasi Pengelolaan Waktu Analisis Kelas 3. Siswa Antusias 4. Guru Antusias Jumlah Penilaian P1 P2 3 3 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 45 3 4 4 4 4 3 3 4 4 3 4 4 44 Ratarata 3 4 4 4 4 3,5 3 4 4 2 4 4 44,5

II III

Keterangan : Nilai : Kriteria 1. Tidak baik 2. Kurang baik 3. Cukup baik 4. Baik

Dari tabel di atas, dapat dilihat aspek-aspek yang diamati pada kegiatan belajar mengajar (siklus III) yang dilaksanakan oleh guru dengan menerapkan pembelajaran kontekstual model pengajaran berbasis masalah mendapatkan penilaian cukup baik dari pengamatan adlah memotivasi

siswa, membimbing sisw merumuskan kesimpulan/ menemukan konsep, dan pengelolan waktu. Penyempurnaan aspek-aspek di atas dalam menerapkan pembelajaran kontekstual model pengajaran berbasis masalah diarapkan dapat berhasil semksimal mungkin. Tabel 4.8. Aktivitas Guru dn Siswa Pada Siklus III
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Aktivitas Guru yang diamati Menyampaikan tujuan Memotivasi siswa / merumuskan masalah Mengkaitkan dengan pelajaran berikutnya Menyampaikan materi / lankah-langkah / strategi Menjelaskan materi yang sulit Membimbing dan mengamati siswa dalam menemukan konsep Meminta siswa menyajikan dan mendiskusikan hasil kegiatan Memberikan umpan balik Membimbing siswa merangkum kegiatan Aktivitas siswa yang diamati Mendengarkan / memperhatikan penjelasan guru Membaca buku siswa Bekerja dengan sesama anggota kelompok Diskusi antar siswa / antara siswa dengan guru Menyajikan hasil pembelajaran Mengajukan / menanggapai pertanyaan / ide Menulis yang relevan dengan KBM Merangkum pembelajaran Mengerjakan tes evaluasi / latihan Presentase 6,7 6,7 10,7 13,3 10,0 22,6 10,0 11,7 10,0 Presentase 20,8 13,1 22,1 15,0 2,9 4,2 6,1 7,3 8,5

Berdasarkan table di atas tampak bahwa aktivitas guru yang paling dominn pada siklus III dalah membimbing dan mengamati siswa dalam menemukan konsep yaitu 22,6%, sedangkan aktivitas menjelkaskan materi yang sulit dan memberi umpan bali/ evaluasi/ tanya jawab menurun masing-masing sebesar (10%) dan (11,7%). Aktivitas lain yang mengalami peningkatan adalah mengaitkn dengn pelajaran sebelumnya

(10%), menyampaiak materi/ strategi/ langkah-langkah (13,3%), meminta siswa menyjikan dan mendiskusikan hasil kegiatan (10%), dan membimbing siswa merangkum kegiatan (10%). Adapun aktivitas yang tidak mengalami perubahan adalah menyampaiakan tujuan (6,7%) dan memotivasi sisw (6,7%). Sedangkan aktivitas siswa yang paling dominant pada siklus III adalah bekerja dengan sesam anggota kelompok, yaitu (22,1%) dan mendengarkan/ memperhatikan pelajaran guru (20,8%), aktivitas yang mengalami peningkatan adalah membaca buku siswa (13,1%) dan siklus antar siswa/ ntara siswa dengan guru (15,0%), sedangkan aktivitas yang lannya mengalami penurunan. Berikutnya adalah rekapitulasi hasil tes formatif siswa seperti terlihat pada table berikut : Tabel.4.9. Hasil Tes Formatif Sisw pada Siklus III
No 1 2 3 Uraian Nilai rata-rata tes formatif Jumlah siswa yang tuntas belajar Presentase ketuntasan belajar Hasil Siklus 78,60 39 90,70

Berdasarkan table di atas diperoleh nilai rata-rata tes formatif sebesar 78,60 dari 43 siswa yang telah tuntas sebnyak 39 siswa dan 4 siswa belum mencapai ketuntasan belajar. Maka secara klasikal ketuntsan belajar yang telah tercapai sebesar 90,70% (termasuk kategori tuntas). Hasil pada siklus III ini mengalami peningkatan hasil belajar pada siklus

II. Danya peningkatan hasil belajar pada siklus III ini dipengaruhi oleh adanya penbingkatan kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran kontekstual model pengajaran berbsis masalah, sehingga siswa menjadi lebih terbiasa dengn pembelajaran seperti ini, sehingga sisw lebih mudah dalam memahami materi yang telah diberikan. c. Refleksi Pada tahap ini akan dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik maupun yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar dengan penerapan pembelajaran kontekstual model pengajarn berbasis masalah. Dari data-data yang diperoleh dapat diuraikan sebagai berikut : 1) selama proses belajar mengajar guru telah melaksanakan semua pembelajaran dengn baik. Meskipun ad beberapa aspek yang belum sempurna, tetapi presentase pelaksanaannya untuk masing-msing aspek cukup besar. 2) Berdasarkan data hasil pengamatan, diketahui bahwa siswa aktif selama proses belajar berlangsung. 3) Kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami perbaikan dan peningkatan, sehingga menjadi lebih baik. 4) Hasil belajar siswa pada siklus III mencpai ketuntasan.

d. Revisi Pelaksanaan Pada siklus III guru guru telah menerapkan pembelajaran kontekstual model pengajaran berbasis masalah dengan baik, dan dilihat dari aktivitas

siswa serta hasil belajar siswa pelaksanaan proses belajar mengajar sudah belajar dengn baik. Maka tidak diperlukan revisi terlalu banyak. Tetapi yang perlu diperhatikan untuk tindak selanjutnya adalah memaksimalkan dan mempertahankan apa yang telah da dengan tujuan agar pada pelaksanaan proses belajar mengajar selanjutnya penerapan pembelajaran kontekstual model pengajaran berbasis masalah dapat meningkatkan proses belajar mengajar, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

C. Pembahasan 1. Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Melalui asil penelitian ini menunjukkan bhwa pembelajaran kontekstual model pengajaran berbasis masalah memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakain mantapnya pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan guru (ketuntasn belajar meningkat dari siklus I, II, dan III) yaitu masing-masing 67,44%, 79,01%, dan 90,70%. Pada siklus III ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah tercapai. 2. Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran Berdasarkan analisis ata, diperoleh aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar dengan menerapkan pembelajaran kontekstual model pengajaran berbsis masalah dalam setiap siklus mengalami peningkatan. Hal ini berdampak positif terhadap prestasi belajar siswa yaitu dapat ditunjukkan

dengan meningkatnya nilai rata-rata siswa pada setiap siklus yang terus mengalami peningkatan. 3. Aktivitas Guru dan Siswa Dalam pembelajaran Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses pembelajaran PKn pada pokok bahasan penegakan HAM dan

Implikasinya dengan pembelajaran kontekstual model pengajaran berbasis masalah yang paling dominant adalah bekerja dengan sesame anggota kelompok, mendengarkan/ memperhatikan penjelasan guru, dan diskusi antar siswa/ antara siswa dengan guru. Jadi dapat dikatakan bahwa aktivitas siswa dapat dikategorikan aktif. Sedangkan untuk aktivitas guru selama pembelajaran telah melaksanakan langkah-langkah kegiatan belajar mengajar dengan menerapkan

pengajaran kontekstual model pengajaran berbasis masalah dengan baik. Hal ini terlihat dari aktivitas guru yang muncul, diantaranya aktivitas membimbing dan mengamati siswa dalam menemukan konsep,

menjelaskan materi yang sulit, memberi umpan balik/ evaluasi/ tanya jawab, dimana prosentase untuk aktivitas di atas cukup besar.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan selama tiga siklus, hasil seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Pembelajaran kontekstual model pengajaran berbasis masalah dapat meningkatkan kualitas pembelajaran PKn . 2. Pembelajaran kontekstual model pengajaran berbasis masalah memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I (67,44%0, siklus II (79,01%), siklus III (90,70%). 3. Pembelajaran kontekstual model pengajaran berbasis masalah dapat menjadikan siswa merasa dirinya mendapat perhatian dan kesempatan untuk menyampaikan pendapat, gagasan, ide dan pertanyaan. 4. Siswa dapat bekerja secara mandiri maupun kelompok, serta mampu mempertanggungjawabkan segala tugas individu maupun kelompok. 5. Penerapan pembelajaran kontekstual model pengajaran berbasis masalah mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.

B. Saran Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses belajar mengajar PKn lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal bagi siswa, maka disampaikan saran sebagai berikut : 1. Untuk melaksanakan pembelajaran kontekstual model pengajaran berbasis masalah memerlukan persiapan yang cukup matang, sehingga guru harus mampu menentukan atau memilih topic yang benar-benar bias diterapkan dengan pembelajaran kontekstual model pengajaran berbasis masalah dalam proses belajar mengajar, sehingga diperoleh hasil yang optimal. 2. Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa, guru hendaknya lebih sering melatih siswa dengan berbagai metode pengajaran, walau dalam taraf yang sederhana, dimana siswa nantinya dapat menemukan pengetahuan baru, memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa berhasil atau mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya. 3. Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena hasil penelitian ni hanya dilakukan di . Tahun pelajaran 4. Untuk penelitian yang serupa hendaknya dilakukan perbaikan-perbaikan, agar diperoleh hasil yang lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad. 1996. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo. Arikunto, Suharsimi. 1993. Manajemen Mengajar Secara Manusuawi. Jakarta: Rineksa Cipta. Arikunto, Suharsimi. 2001. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Arikunto, Suharsismi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineksa Cipta. Azhar, Lalu Muhammad. 1993. Proses Belajar mengajar Pendidikan. Jakarta: Usaha Nasional. Daroeso, Bambang. 1989. Dasar dan Konsep Pendidikan Moral Pancasila. Semarang: Aneka Ilmu. Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineksa Cipta. Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineksa Cipta. Hadi, Sutrisno. 1982. Metodologi Research, Jilid I. Yogyakarta: YP.Fak. Psikologi UGM. Hamalik, Oemar. 2002. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo. Hasibuan. J.J. dan Murdjiono. 1998. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya. Margono. 1997. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineksa Cipta. Masriyah. 1999. Analisis Butir Tes. Surabaya: Universitas Press. Ngalim, Purwanto M. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Nur, Muh. 2001. Pemotivasian Siswa untuk Belajar. Surabaya: University Press. Universitas Negeri Surabaya.

Rustiyah, N.K. 1991. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara. Sardiman, A.M. 1996. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara. Soekamto, Toeti. 1997. Teori Belajar dan Model Pembelajaran. Jakarta: PAU-PPAI, Universitas Terbuka. Sukidin, dkk. 2002. Manajemen Penelitian Tindakan Kelas. Surabaya: Insan Cendekia. Surakhmad, Winarto. 1990. Metode Pengajaran Nasional. Bandung: Jemmars. Suryosubroto, B. 1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT. Rineksa Cipta. Syah, Muhibin. 1995. Psikologi Pendidikan, Suatu pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya. Usman, Muh. Uzer. 2001. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Lampiran I Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Waktu Putara RENCANA PEMBELAJARAN I : . : Kewarganegaraan : Penegakan HAM dan Implikasinya : Pengertian, Macam-macam HAM, hambatan dan tangtangan dalam penegakan HAM di Indonesia : 2 x 45 menit :1

A. KOMPETENSI DASAR Kemampuan menganalisis penegakan HAM dan Implikasinya. B. INDIKATOR PENCAPAIAN PENCAPAIAN HASIL BELAJAR 1) Siswa mampu memahami dan mendiskripsikan pengertian dan macam-macam HAM. 2) Siswa mampu mengidentifikasi hambatan dan tantangan dalam penegakan HAM di Indonesia. C. TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS Setalah mengikuti kegiatan pembelajaran diharapkan siswa dapat ; 1. Mendiskripsikan pengertian HAM. 2. Mendiskripsikan macam-macam HAM. 3. Mengidentifikasikan perkembangan HAM. 4. Mengidentifikasi hambatan dan tantangan dalam penegakan HAM di Indonesia. D. PENGALAMAN BELAJAR Dalam kegiatan pembelajaran siswa akan dapat : 1. Menganalisis dari berbagai pustaka (buku paket dan sumber lain), mampu mendeskripsikan pengertian dan mavam-macam HAM. 2. Kecakapan hidup : - Menggali informasi - Mengolah informasi - Komunikasi lisan 3. Menganalisis beberapa peristiwa yang berkaitan dengan penegakan HAM dari media masa, dapat mengidentifikasikan hambatan dan tantangan dalam penegakan HAM di Indonesia. 4. Life Skill : - Menggali informasi - Mengolah informasi - Mengambil keputusan - Menghubungkan dengan variable

- Eksistensi diri - Potensi diri E. MODEL PEMBELAJARAN 1. Model : Pembelajaran kontekstual Berbasis Masalah. 2. Metode : Eksopsitori, diskusi, informasi. F. SUMBER PEMBELAJARAN 1. Buku Kewarganegaraan 2. LKS 3. Surat Kabar 4. Majalah G. KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR
No 1 2 Pembelajaran Pendahuluan : a. Guru memotivasi siswa b. Guru menyampaikan tujuan khusus pembelajaran Kegiatan inti : a. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok, yang masingmasing kelompok terdiri dari 5 siswa. b. Guru membagikan tugas yang akan digunakan untuk kegiatan belajar pada masing-masing kelompok. c. Setiap kelompok mendapat 5 soal, dan setiap siswa mengerjakan secara individu sesuai dengan nomor yang diterima. d. Siswa yang mengerjakan soal dengan nomor yang sama berkumpuk untuk mengdakan diskusi (kelompok ahli). e. Dari kelompok ahli siswa kembali ke kelompoknya untuk menyampaikan hasilnya. f. Presentasi hasil kerja kelompok. g. Guru membimbing siswa untuk dapat menyimpulkan hasil kegiatan yang telah dilakukan. Penutup a. Guru membimbing siswa merangkum hasil kegiatan belajar yang telah dilakukan. b. Guru meminta siswa untuk mengerjakan soal-soal evaluasi. Waktu 5 menit 70 menit

15 menit

Lampiran 2 Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Waktu Putara RENCANA PEMBELAJARAN 2 : . : Kewarganegaraan : Penegakan HAM dan Implikasinya : Konsekuensi jika suatu Negara tidak menegakkan HAM, sanksi internasional atas pelanggaran HAM. : 2 x 45 menit :2

A. KOMPETENSI DASAR Kemampuan menganalisis penegakan HAM dan Implikasinya. B. INDIKATOR PENCAPAIAN PENCAPAIAN HASIL BELAJAR 1. Memprediksi konsekuensi jika suatu Negara tidak menegakkan HAM. 2. Menganalisis sanksi internasional atas pelanggaran HAM. C. TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS Setalah mengikuti kegiatan pembelajaran diharapkan siswa dapat : 1. Mengidentifikasi konsekuensinya jika suatu Negara tidak menegakkan HAM. 2. Mengidentifikasikan sanksi internasional atas pelanggaran HAM. D. PENGALAMAN BELAJAR Dalam kegiatan pembelajaran siswa akan dapat : 1. Menganalisis beberapa kasus pelanggaran HAM dari surat kabar, dapat memprediksi jika suatu Negara tidak menegakkan HAM. 2. Life Skill : - Menggali informasi - Mengolah informasi - Mengambil keputusan - Menghubungkan variable kesadaran eksisensi diri - Kesadaran eksistensi diri - Komunikasi tertulis 3. Mengidentifikasikan pelanggaran HAM setelah mengumpulkan dan menganalisis beberapa artikel tentang sanksi internasional atas pelanggaran HAM dari buku paket, surat kabar, TV, dan radio. 4. Kecakapan hidup - Menggali informasi - Mengelola informasi - Mengambil keputusan - Menghubungkan variable

Kesadaran diri Kesadaran potensi diri

E. MODEL PEMBELAJARAN 1. Model : Pembelajaran kontekstual Berbasis Masalah. 2. Metode : Eksopsitori, diskusi, informasi. F. SUMBER PEMBELAJARAN 1. Buku siswa 2. LKS 3. Majalah 4. Surat kabar G. KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR
No 1 2 Pembelajaran Pendahuluan : Guru memotivasi siswa Guru menyampaikan tujuan khusus pembelajaran Kegiatan inti : a. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok, yang masing-masing kelompok terdiri dari 5 siswa. b. Guru membagikan tugas yang akan digunakan untuk kegiatan belajar pada masing-masing kelompok. c. Setiap kelompok mendapat 5 soal, dan setiap siswa mengerjakan secara individu sesuai dengan nomor yang diterima. d. Siswa yang mengerjakan soal dengan nomor yang sama berkumpuk untuk mengdakan diskusi (kelompok ahli). e. Dari kelompok ahli siswa kembali ke kelompoknya untuk menyampaikan hasilnya. f. Presentasi hasil kerja kelompok. g. Guru membimbing siswa untuk dapat menyimpulkan hasil kegiatan yang telah dilakukan. Penutup a. Guru membimbing siswa merangkum hasil kegiatan belajar yang telah dilakukan. b. Guru meminta siswa untuk mengerjakan soal-soal evaluasi. Waktu 5 menit 70 menit

15 menit

Lampiran 3 Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Waktu Putaran RENCANA PEMBELAJARAN 3 : . : Kewarganegaraan : Penegakan HAM dan Implikasinya : Proses penegakan HAM di Indonesia, partisipasi Terhadap penegakan HAM dalam kehidupan Bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. : 2 x 45 menit :3

A. KOMPETENSI DASAR Siswa mampu menganalisis penegakan HAM dan Implikasinya. B. INDIKATOR PENCAPAIAN PENCAPAIAN HASIL BELAJAR 1. Siswa mampu mensimulasikan proses penegakan HAM di Indonesia. 2. Siswa mampu berpartisipasi terhadap penegakan HAM dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. C. TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS Setalah mengikuti kegiatan pembelajaran diharapkan siswa dapat : 1. Mengidentifikasi proses penegakan HAM di Indonesia. 2. Berpartisipasi terhadap penegakan HAM dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. D. PENGALAMAN BELAJAR Dalam kegiatan pembelajaran siswa akan dapat : 1. Menunjukkan mulai salah satu permainan tentang proses penagakan HAM di Indonesia dengan menganalisis berbagai berita dari surat kabar, televisi, dan media infoemasi lainnya. 2. Kecakapan hidup : - Menggali informasi - Mengolah informasi - Mengambil keputusan - Menghubungkan variable - Kesadaran diri - Kesadaran eksistensi 3. Berpartisipasi terhadap penegakan HAM dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara setelah menganalisis contoh kasus penegakan HAM dalam kehidupan sehari-hari.

4. Kecakapn hidup Menggali informasi Mengelola informasi Mengambil keputusan Menghubungkan variable Komunikasi lisan Kesadaran potensi diri Kesadaran eksistensi E. MODEL PEMBELAJARAN 1. Model : Pembelajaran kontekstual Berbasis Masalah. 2. Metode : Ekspositori, diskusi, informasi. F. SUMBER PEMBELAJARAN 1. Buku siswa 2. LKS 3. Surat kabar 4. Majalah G. KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR
No 1 2 Pembelajaran Pendahuluan : Guru memotivasi siswa Guru menyampaikan tujuan khusus pembelajaran Kegiatan inti : a. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok, yang masing-masing kelompok terdiri dari 5 siswa. b. Guru membagikan tugas yang akan digunakan untuk kegiatan belajar pada masing-masing kelompok. c. Setiap kelompok mendapat 5 soal, dan setiap siswa mengerjakan secara individu sesuai dengan nomor yang diterima. d. Siswa yang mengerjakan soal dengan nomor yang sama berkumpuk untuk mengdakan diskusi (kelompok ahli). e. Dari kelompok ahli siswa kembali ke kelompoknya untuk menyampaikan hasilnya. f. Presentasi hasil kerja kelompok. g. Guru membimbing siswa untuk dapat menyimpulkan hasil kegiatan yang telah dilakukan. Penutup a. Guru membimbing siswa merangkum hasil kegiatan belajar yang telah dilakukan. b. Guru meminta siswa untuk mengerjakan soal-soal evaluasi. Waktu 5 menit 70 menit

15 menit

Lampiran 4
LEMBAR PENGAMATAN PENGELOLAAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL MODEL PENGAJARAN BERBASSIS MASALAH

Nama Sekolah : Nama Guru : Mata Pelajaran : Hari/ Tanggal : Sub Konsep : Pukul : Petunjuk Berikan penilaian anda dengan memberikan tanda cek () pada kolom yang sesuai.
No I Aspek yang diamati Ya Pelaksanaan A. Pendahuluan 1. Memotivasi Siswa 2. Menyampaikan Tujuan Pembelajaran B. Kegiatan Inti 1. Mendiskusikan Langkah Kegiatan Bersama Siswa. 2. Membimbing Siswa Melakukan Kegiatan. 3. Membimbing Siswa Mendiskusikan Hasil Kegiatan Dalam Kelompok. 4. Memberikan Kesempatan Pada Siswa Untuk Memprestasikan Hasil Penyelidikan. 5. Membimbing Siswa Merumuskan Kesimpulan/ Menemukan Konsep. C. Penutup 1. Membimbing siswa membuat rangkuman. 2. Memberikan evaluasi. Pengelolaan waktu Antusiasme kelas 1. Siswa antusias 2. Guru antusias Tidak 1 2 3 4

II III

. 2003 Pengamat

( . )
Keterangan : 1. Kurang baik 2. Cukup baik 3. Baik 4. Sangat baik

Lampiran 5
LEMBAR PENGAMATAN AKTIVITAS SISWA DAN GURU DALAM KBM
Nama Sekolah : Tanggal : Kelas/ Semester : Waktu : Bahan Kajian : Nama Guru : Petunjuk Pengisian Amatilah aktivitas gur dan siswa dalam kelompok sample selama kegiatan belajar berlangsung, kemudian isilah lembar observasi dengan prosedur sebagai berikut : 1. Pengamat dalam melakukan pengamatan duduk di tempat yang memungkinkan dapat melihat semua aktivitas siswa yang diamati. 2. Setiap 2 menit pengamat melakukan pengamatan aktivitas guru dan siswa yang dominant, kemudian 1 menit pengamat menuliskan kode kategori pemngamatan. 3. pengamatan ditujukan untuk kedua kelompok yang melakukan secara bergantian setiap periode waktu tiga menit . 4. kode-kode kategori dituliskan secara berurutan sesuai dengan kejadian pada baris dan kolom yang tersedia. 5. Pengamatan dilakukan sejak guru memulai pelajaran dan dilakukan secara serempak. Aktivitas Guru Menyampaikan tujuan Memotivasi siswa/ merumuskan masalah Mengaitkan dengan pelajaran sebelumnya. Menyampaikan langkah-langkah/ strategi. Menjelaskan materi yang sulit. Membimbing menemukan konsep. Meminta siswa menyajikan dan mendiskusikan hasil kegiatan. 8. Memberi umpan balik/ evaluasi/ tanya jawab. 9. Membimbing siswa merangkum pelajaran. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Nama Guru : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Aktivitas Siswa Mendengarkan/ memperhatikan penjelasan guru. Membaca buku. Bekerja dengan sesame anggota kelompok. Diskusi antar siswa/ antara siswa dengan guru. Menyediakan hasil pembelajaran. Mengajukan/ menanggapi pertanyaan/ ide. Menulis yang relevan dengan kbm. Merangkum pembelajaran. Mengerjakan tes evaluasi.

Nama Siswa

Nama Siswa

Nama Siswa

Nama Siswa

Nama Siswa

Nama Siswa

Lampiran 6 HASIL TES FORMATIF SIKLUS I


No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 No. Induk Nilai 80 70 70 60 80 60 80 80 80 60 60 70 70 70 80 50 90 70 60 60 70 80 Keterangan T T T TT T TT T T T TT TT T T T T TT T T TT TT T T No. 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 No. Induk Nilai 70 60 80 60 80 80 80 60 60 70 80 70 80 80 90 70 60 60 60 70 80 Keterangan T TT T TT T T T TT TT T T T T T T T TT TT TT T T

Keterangan : T TT Jumlah siswa yang tuntas Jumlah siswa yang tidak tuntas Skor Tercapai Rata-rata skor tercapai Prosentase ketuntasan

: Tuntas : Tidak Tuntas : 29 : 14 : 3050 : 70,93 : 67,44%

Lampiran 7 HASIL TES FORMATIF SIKLUS II


No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 No. Induk Nilai 90 70 80 60 80 70 80 80 80 70 60 80 70 70 80 60 90 70 60 60 80 90 Keterangan T T T TT T T T T T T TT T T T T T T T TT TT T T No. 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 No. Induk Nilai 80 70 80 60 80 80 80 70 60 70 90 80 80 80 90 70 60 60 60 80 90 Keterangan T T T TT T T T T TT T T T T T T T TT TT TT T T

Keterangan : T TT Jumlah siswa yang tuntas Jumlah siswa yang tidak tuntas Skor Tercapai Rata-rata skor tercapai Prosentase ketuntasan

: Tuntas : Tidak Tuntas : 34 :9 : 3200 : 74,42 : 79,01

Lampiran 8 HASIL TES FORMATIF SIKLUS III


No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 No. Induk Nilai 90 90 80 70 80 70 80 80 80 70 60 80 70 90 80 60 90 80 60 80 90 90 Keterangan T T T T T T T T T T TT T T T T T T T TT T T T No. 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 No. Induk Nilai 90 70 80 80 80 90 80 70 60 70 90 90 80 80 90 70 60 90 70 80 90 Keterangan T T T T T T T T TT T T T T T T T TT T T T T

Keterangan : T TT Jumlah siswa yang tuntas Jumlah siswa yang tidak tuntas Skor Tercapai Rata-rata skor tercapai Prosentase ketuntasan

: Tuntas : Tidak Tuntas : 39 :4 : 4300 : 3380 : 90,70

Lampiran 9 Data Pengamatan Aktivitas Guru dan Siswa Putaran I


No Nama (Guru Siswa) . Rata-rata Prosentase . 1 . . 2 . . 3 . . 4 . 5 . . . 6 . . 7 . . 8 . Jumlah Rata-rata Prosentase rata-rata P P 1 P 2 X % P 1 P 2 P 1 P 2 P 1 P 2 P 1 P 2 P 1 P 2 P 1 P 2 P 1 P 2 P 1 P 2 P 1 P 2 X % 1 2 2 2 6.6 7 4 8 6 8 5 10 4 10 6 8 6 8 5 5 6 9 42 66 54 22. 5 2 3 RP I (90 menit) 4 5 6 Jumlah 7 8 9

Keterangan:

Rata-rata (x)

Jumlahhasilpengama tan x 100% jumlahrata rata rata rata x 100% jumlahrata rata

prosentase rata-rata (%) =

Lampiran 10 Data Pengamatan Aktivitas Guru dan Siswa Putaran II


No Nama (Guru Siswa) . Rata-rata Prosentase . 1 . . 2 . . 3 . . 4 . . 5 . 6 . P P 1 P 2 X % P 1 P 2 P 1 P 2 P 1 P 2 P 1 P 2 P 1 P 2 P 1 2 2 2 6.6 7 4 8 6 8 5 10 4 10 6 8 6 2 3 RP I (90 menit) 4 5 6 Jumlah 7 8 9

. . 7 . . 8 . Jumlah Rata-rata Prosentase rata-rata

1 P 2 P 1 P 2 P 1 P 2 P 1 P 2 X %

8 5 5 6 9 42 66 54 22. 5

Keterangan: Rata-rata (x)


Jumlahhasilpengama tan x 100% jumlahrata rata rata rata x 100% jumlahrata rata

prosentase rata-rata (%) =

Lampiran 11 DATA Pengamatan Aktivitas Guru dan Siswa Putaran III


No Nama (Guru Siswa) . Rata-rata Prosentase 1 . P P 1 P 2 X % P 1 2 2 2 6.6 7 4 2 3 RP I (90 menit) 4 5 6 Jumlah 7 8 9

. . 2 . . 3 . . 4 . . 5 . . 6 . . 7 . . 8 . Jumlah Rata-rata Prosentase rata-rata

1 P 2 P 1 P 2 P 1 P 2 P 1 P 2 P 1 P 2 P 1 P 2 P 1 P 2 P 1 P 2 P 1 P 2 X %

8 6 8 5 10 4 10 6 8 6 8 5 5 6 9 42 66 54 22. 5

Keterangan: Rata-rata (x)


Jumlahhasilpengama tan x 100% jumlahrata rata rata rata x 100% jumlahrata rata

prosentase rata-rata (%) =

You might also like