You are on page 1of 14

PSIKOLOGI KEREKAYASAAN

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Industri dan Organisasi I

OLEH: Indira Ayu Lestari Nisaul Istiqomah Anisatun Naimah Bayu Dwi Cahya Keyko Asri S

FAKULTAS PSIKOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


Jakarta 2011

KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah, SWT. Yang telah memberikan nikmat sehat wal afiyat, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam semoga senantiasa tetap tercurah kepada nabi akhir zaman, Nabi Muhammad, SAW. Yang telah membawa kita dari zaman jahiliyah menuju zaman yang penuh dengan peradaban. Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Industri dan Organisasi I dengan judul makalh Psikologi Kerekayasaan, yaitu garis tengah antara manusia atau pekerja dengan alat-alat bantu kerjanya. Semoga makalah ini dapat dija

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah 1.2. Rumusan Masalah

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Psikologi Kerekayasaan
Psikologi kerekaan membahas ancangan lain terhadap proses interaksi manusia dengan lingkungan kerjanya, yaitu pengaruh timbal balik dari berbagai kondisi kerja dengan tenaga kerjanya dan rancangan pekerjaan, yaitu psikologi kerekayasaan (engineering psychology) atau faktor-faktor manusia, biomekanika, ergonomika, psikoteknologi, psikologi eksperimen. Menurut Chapains (1976: 698) Psikologi kerekayasaan terutama memperhatikan penemuan dan penerapan informasi tentang perilaku manusia dalam kaitannya dengan mesinmesin, peralatan, pekerjaan, dan lingkungan kerja. Tujuannya untuk membantu dalam rancangan dari peralatan, tugas-tugas, tempattempat kerja, dan lingkungan kerja sedemikian rupa sehingga mereka menemukan yang tepat bagi kemampuan dan keterbatasan tenaga kerja. Psikologi kerekayasaan ini melibatkan ilmu-ilmu manusia seperti anatomi, antropometri, fisiologi terapan, kesehatan lingkungan, sosiologi dan toksiologi, dan rancangan industrial dan riset operasi. Psikologi kerekayasaan memandang pekerja sebagai suatu konstanta psikologis dan biologis yang mengandung banyak kecakapan dan keterbatasan yang ditentukan oleh pembawaan. ANATOMI Antropometri: dimensi-dimensi badan Biomekanika: penerapan daya-daya

FISIOLOGI Fisiologi kerja: penggunaan tenaga Fisiologi lingkungan: dampak dari lingkungan fisik

PSIKOLOGI Psikologi keterampilan: pengolaan informasi dan pengambilan keputusan Psikologi kejuruan: pelatihan, upaya dan perbedaan individual

Tugas psikolog kerekayasaan psikologi ialah mengubah A mesin-mesin dan alat-alat yang digunakan manusia dalam pekerjaannya atau B lingkungannya tempat ia bekerja, untuk membuat pekerjannya lebih sesuai bagi manusia.

Secara konseptual dapat dijelaskan perbedaan psikologi kerekayasaan dan kerekayasaan. Faktor-faktor manusia namun secara operasional kedua cabang ilmu ini tidak dapat dipisahkan. Schultz (1982) tidak membedakan psikologi kerekayasaan dari kerekayasan manusia. Ia berpendapat bahwa mencocokkan operator dengan mesin merupakan bidang kajian psikologi kerekayasaan yang juga disebut kerekayasaan faktor-faktor manusia. Bidang ini adalah cangkokkan dari kerekayasaan (engineering) dan pengetahuan psikologi. Kita dapat mendefinisikan secara formal sebagai ilmu dari kerekayasaan mesin atau alat-alat untuk penggunaan manusia, dan sebagai ilmu dari kerekayasaan perilaku manusia untuk pengoperasian yang tepat dari mesin-mesin. Sasaran dari kerekayasaan faktor-faktor manusia adalah menunjang atau menggerakkan efektifitas penggunaan dari objek-objek fisik dan fasilitas-fasilitas yang digunakan orang dan untuk memelihara atau menunjang nilai-nilai manusia tertentu yang baik (desirable) dalam proses ini misalnya: kesehatan, keselamatan, kekuasaan. Pendahulu Psikologi Kerekayasaan Manajemen Ilmiah Pekerjaan dari Frederick W Taylor, menekankan efisiensi dalam melakukan tugas pekerjaan, yang membuat berbagai macam peralatan yang disesuaikan dengan bentuk dan berfungsinya anggota badan merupakan pendahulu dari psikologi kerekayasaan. Analisis waktu dan gerak Pendahulu yang lain ialah gilbreth dengan therblig-nya (simbol-simbol dari berbagai macam gerak) yang diciptakan dalam rangka kajian atau analisi waktu dan gerak ( time and motion analysis). Melalui analisis waktu dan gerak gilbreth dan rekan-rekannya sampai pada penyederhanaan kerja dan pembakuan kerja (work simplification and work standardization) Kondisi kerja Penelitian eksperimental di hawthorne, bertujuan untuk mengetahui dampak dari cahaya penerangan terhadap produktifitas bukan hanya merupakan gejala ketekhnikan saja, tapi juga merupakan gejala sosial. Kondisi kerja fisik Lingkungan kerja fisik mencangkup stiap hal dari fasilitas parkir di luar gedung perusahaan, lokasi dan rancangan gedung sampai jumlah cahaya dan suara yang menimpa meja kerja atau ruang kerja seorang tenaga kerja. Schultz (1982) mengajukan hasil penelitian di Amerika Serikat tentang pengaruh dari kantor yang dirancang seperti pemandangan alam. Keluhan utama tentang kantor-kantor pemandangan alam ini berkaitan dengan tidak adanya keleluasaan pribadi, adanya banyak kebisingan dan kesulitan untuk berkonsentrasi disamping masalah parkir, lokasi, ruang

kantor, masalah rancangan ruang kerja diteliti juga secara luas tentang faktor-faktor lingkungan yang spesifik, antara lain tentang penerangan atau iluminasi, warna, kebisisngan, dan musik. a. Iluminasi (penerangan) Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam iluminasi ialah: kadar (itencity) cahaya, distribusi cahaya dan sinar yang menyilaukan. Situasi atau tugas satuan lilin) Perakitan: Kasar mudah melihat Kasar sulit melihat Medium Halus Sangat halus 30 50 100 500 1000 iluminasi yang direkomendasi (dalam

Faktor yang lain dari iluminasi ialah distribusi dari cahaya dalam kamar atau daerah kerja. Pengaturan yang ideal ialah jika cahaya dapat didistribusikan secara merata pada keseluruhan lapangan visual. Sinar yang menyilaukan merupakan faktor lain yang mengurangi efisiensin visual dan meningkatkan ketegangan mata atau (eyestrain) kajian dalam kondisi laboratorium menunjukan bahwa silau menimbulkan peningkatan kesalahan dalam kerja selama waktu 20 menit. Silau di tempat kerja dapat diatasi salah satunya dengan memberi semacam kelep kopi (visor) atau pelindung mata (eyeshades). Suyatno (1985) menganjurkan berikut ini: 1. Jangan ada sumber cahaya yangditempatkan pada bidang visual dari operator 2. Sumber sinar yang tidak tersaring jangan dipakai di ruang kerja 3. Penyaringan harus demikian rupa hingga rata-rata terangnya tidak melebihi 0,3 sb bagi penerangan umum dan 0,2 sb bagi ruang kerja. 4. Sudut antara garis pandang horizontal dengan garis penghubung antara mata dan sumber cahaya harus lebih dari 300 5. Jika sudut kurang dari 300 , lampunya harus disaring dan jika memakai lampu pendar,arah tabung harus menyilang garis pandang.

6. Untuk menghindari silau karena pantulan, tempat kerja harus jangan berhimpit dengan cahaya yang terpantul, dan arah pantulan dengan kontras yang melebihi 1:10 7. Pemakaian perabotan, mesin, papan wesel dan perkakas kerja yang berkilau kilauan hendaknya dihindari. b. Warna Erat kaitannya dengan iluminasi ialah penggunaan warna pada ruangan dan peralatan kerja. Warna dapat digunakan sebagai: 1. Alat sandi atau coding device (schultz, 1982) atau sebagai pencipta kontras warna (suyatno,1985) misalnya alat pemadam kebakaran berwarna merah, peralatan pertolongan pertama berwarna hijau. 2. Upaya menghindari timbulnya ketegangan mata (suyatno 1985), menghanjurkan untuk memperhatikan keserasian dalam penggunaan warna pada bidang-bidang yang luas (dinding ruangan kerja) dengan bidang-bidang yang lebih sempit (meja tulis, kursi dan lain-lain). 3. Alat untuk menciptakan ilusi tentang besarnya dan suhunya ruangan kerja (schultz 1982) yang memiliki efek psikologi (suyatno 1985). Warna gelap pada umumnya bersifat menekan dan mengarah pada kekotoran, sedangkan warna pucat cerah, memeratakan pantulan cahaya, dan merangsang kearah kebersihan. c. Bising (noise) Burrowa dalam McCormick (1970) berpendapat bahwa dalam rangka teori informasi bising ialah that auditory stimulus or stimuli bearing no informational relationship to the presence or completion of the immediate task. Selanjutnya burrows mengatakan bahwa tampaknya masuk nalar dengan mengatakan bahwa bunyi/suara yang tidak diinginkan ialahbunyi yang tidak memiliiki hubungan informasi dengan tugas atau aktifitas yang dilaksanakan. Akibat-akiibat dari tingkat bising yang tinggi ialah: 1. Timbulnya perubahan fisiologis 2. Adanya dampak psikologis Setelah mempelajari sejumlah penelitian tentang bising, McCormick menyimpulkan bahwa terdapat bukti bahwa bising 1. Menghasilkan penurunan pada prestasi kerja 2. Tidak mempunyai pengaruh pada terhadap prestasi kerja 3. Menghasilkan peningkatan pada prestasi kerja. Dengan kata lain penelitian sampai sekarang belum dapat memberikan jawaban yang pasti terhadap pengaruh bising pada prestasi kerja.

Pengurangan tingkat kebisingan dapat dilakukan dengan cara: 1. mengurangi bunyi mesin 2. memasang dinding yang kedap suara 3. mengharuskan para karyawan memakai alat pelindung pendengaran misalnya ear plugs d. musik dalam bekerja hasil penelitian tidak menunjukkan hasil yang tegas tentang hal ini. Pada umumnya para tenaga kerja bekerja dengan perasaan senang, bekerja lebih keras, tidak banyak absen, dan kurang merasa lelah pada akhir hari kerja. Musik tampaknya memiliki pengaruh yang baik pada pekerjaan-pekerjaan yang sederhana, rutin dan monoton, sedangkan pada pekerjaan lebih majemuk dan memerlukan konsentrasi yang tinggi pada pekerjaan, pengaruhnya dapat menjadi sangat negatif. Suyatno (1985) berpendapat bahwa musik pengiring kerja harus dipandu oleh peryimbangan sebagai berikut: 1. musik dalam bekerja harus menciptakan suasana akustik yang menghasilkan efek menguntungkan pada pikiran 2. musik akan bernilai sekali pada pekerja tangan pada pekerjaan repetitif dan pekerjaan lain yang hanya memerlukan sedikit kegiatan mental. 3. Musik tidak hanya bernilai tinggi jika ada suara atau bunyi lain yang cukup keras 4. Musik bernada meriah diperdengarkan secara singkat pada awal hari permulaan kerja, untuk membangkitkan gairah 5. Tempo musik jangan terlalu lambat (slow) tetapi juga jangan terlalu cepat 4. Kondisi lama waktu kerja a. Jam kerja Suatu kajian dari 5.000 lebih pekerja tata usaha dari 10 perusahaan yang berbeda-beda menunjukkan bahwa dari 37,5 jam per minggu, tidak lebih dari 20 jam yang digunakan untuk benar-benar bekerja. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hampir setengah hari dari minggu kerja merupakan waktu yang hilang bagi perusahaan. Hasil penelitian juga menunjukkan adanya hubungan yang menarik antara jam-jam kerja nominal dan aktual. Jika jam kerja nominal ditambah maka jam kerja aktual malahan menurun.

Akibat tambahan dari perpanjangan jam kerja nominal ialah naiknya secara mencolok angka kecelakaan, sakit dan absensi. Jumlah jam kerja aktual hanya 51 jam dari 69,5 jam kerja perminggu kerja. Dengan jam kerja 56 jam perminggu kerja, sebelum diperpanjang, jumlah jam kerja aktual adalah 53 jam. Dengan demikian, para pekerja kurang produktif pada minggu kerja yang lebih panjang, padahal mereka bekerja untuk kepentingan keberadaan mereka sebagai bangsa. b. Kerja paro waktu tetap Menurut Schultz (1982) mempekerjakan paro waktu menarik bagi: Oramg-orang yang bertanggung jawab atas urusan rumah tangga Orang-orang yang cacat jasmaniah Orang-orang usia tengah baya Orang-orang yang memang tidak bersedia untuk bekerja selama 40 jam perminggu kerja dikantor atau dipabrik

Yang termasuk dalam kelompok ini ialah para tenaga kerja muda yang mempunyai gaya hidup yang lentur, yang dimungkinkan dengan pekerja paro waktu.

c. Empat hari minggu kerja Dari hasil-hasil penelitian dapat disimpulkan secara keseluruhan, penerapa 4 hari kerja per minggu pada kebanyakan kasus (perusahaan) merupakan suatu keberhasilan, namun bukan tanpa kritik. Ada tanda-tanda yang menunjukkan adanya sedikit penurunan dari penerapan 4 hari kerja per minggu digantikan dengan pengaturan waktu kerja yang lain, yaitu jam-jam kerja lentur. d. Jam kerja lentur Penerapan jam kerja lentur berhasil dan memberikan beberapa keuntungan. Kemacetan lalu lintas pada jam-jam sibuk jauh berkurang, bahkan pada kasuskasus tertentu bukan masalah lagi. Para tenaga kerja tiba ditempat kerja dengan perasaan yang lebih tenang dan dapat segera mulai bekerja. Hasil penelitian pada perusahaan-perusahaan yang menggunakan jadwal jam kerja lentur menunjukjkan keuntungan berikut: 1. Produktivitas naik pada hampir separuh dari perusahaan-perusahaan 2. Angka absensi berkurang lebih dari 75%

3. Keterlambatan datang berkurang 84% 4. Angka keluar masuk tenaga kerja berkurang lebih dari 50% 5. Semangat kerja tenaga kerja meningkat pada hampir semua perusahaan e. Sistem Mesin-Manusia Sistem mesin-manusia adalah sistem dimana kedua komponen harus bekerja sama untuk menyelesaikan pekerjaan. Masing-masing komponen (komponen manusia saja, atau komponen mesin saja) tidak berarti tanpa adanya komponen yang lain sebagai pelengkapnya. Ada dua macam sistem mesin-manusia, yaitu sistem mesin-manusia yang berikal-terbuka dan ber-ikal-tertutup (open-loop dan closed-loop man machine system). Pada ikal terbuka suatu masuka memasuki titik tertentu, membuat suatu mekanisme kendali bekerja, dan terjadilah suatu kegiatan tertentu. Misalnya sistem alat pengaman kebakaran (overhead sprinkler systems) yang kita temukan dalam ruang gedung bertingkat. Sistem ikal tertutup merupakan sistem yang dapat mengatur sendiri. Misalnya ruangan dengan sistem pendingin (AC) dengan alat termostat. Manusia merupakan sistem ikal tertutup yang dapat mengatur diri sendiri. Kita memperoleh informasi dari lingkungan melalui indera kita. Sistem Mesin-Manusia secara umum, prosesnya dapat digambarkan sebagai berikut: 1. Tenaga kerja menerima masukan dalam bentuk perintah, instruksi, informasi, bahan mentah, dsb melalui indera penglihatan dan indera pendengaran 2. Masukan diolah lalu terjadi proses berfikir, pemecahan masalah dan pengambilan keputusan 3. Tenaga kerja melaksanakan perintahnya, melaksanakan tugasnya dengan mengoperasikan dan mengendalikan alat dan mesin dengan menggunakan alat kendali seperti tombol, kenop, hendel, tongkat, dsb 4. Mesin melakukan apa yang harus ia lakukan lewat peraga penglihatan dan peraga pendengaran dapat diketahui bagaimana mesin berfungsi. Tugas dalam merancang sistem mesin manusia ialah guna menentukan cara yang paling efektif untuk menyajikan keterangan kepada operator manusia dengan menggunakan peragaan penglihatan, peragaan pendengaran atau peragaan perabaan (visual, auditory, aktual dispplace).

Tugas lain dalam merancang sistem mesin manusia ialah untuk merancang ruang kerja (workspace). Schultz (1982) memberikan tiga prinsip umum dalam rancangan ruang kerja, yaitu: 1. Semua bahan, peralatan, dan persediaan harus terletak berurutan sesuai dengan urutan penggunanya. 2. Alat-alat harus diletakkan sedemikian rupa sehingga mereka siap untuk diambil untuk digunakan. 3. Semua suku cadang dan alat-alat harus berada dalam jarak raih yang mudah dan menyenangkan. f. Penyajian Informasi Meskipun memiliki banyak alat indra, alat indra yang paling banyak digunakan selama bekerja ialah, adalah alat indra penglihatan dan alat indra pendengaran. Penetapan dari saluran komunikasi antara mesin dan manusia tergantung pada: a. Jenis informasi yang harus dialihkan b. Informasi yang akan digunakan c. Lokasi dari tenaga kerja d. Lingkungan tanpa pekerja beroperasi e. Sifat dari alat indra itu sendiri (sifat telinga dan mata) Capains (1976) mengemukakan bahwa pada umumnya alat-alat komunikasi visual seperti (TV, teletype, radar, cakara angka, atau dials, dsb) sesuai digunakan jika: 1. Pesan yang harus disampaikan adalah pesan abstrak 2. Pesan yang harus disampaikan adalah panjang 3. Pesan perlu digunakan lagi di kemudian hari 4. Pesan berkaitan dengan orientasi ruang atau lokasi dari titik-titik di ruang 5. Kondisi suatu sistem (tempratur, tekanan, besarnya arus) harus dibandingkan dengan suatu garis dasar atau kondisi operasi normal 6. Tidak adanya keadaan yang mendesak dalam menyampaikan pesan 7. Saluran-saluran audio yang ada terlalu besar bebannya 8. Lingkungan audio tidak sesuai untuk menyampaikan komunikasi secara auditif 9. Pekerjaan operator memungkinkan dia untuk tetap berada di satu tempat

10. Keluaran mesin atau sistem terdiri dari berbagai macam informasi, misalnya (tempratur mesin, tekanan silinder, RPM, kecepatan, penggunaan bensin) yang harus diperagakan secara simultan Chapains juga menyebutkan tentang daftar tentang alat-alat komunikasi auditif(bunyi telepon, sistem penyiaran, bell, tanda-tanda peringatan, sirine, gong, dsb) yang dapat digunakan jika: 1. Pesan sederhana dan tidak abstrak 2. Pesan yang harus disampaikan pendek 3. Kecepatan penyampaian penting 4. Pesan tidak perlu digunakan kembali di kemudian hari 5. Pesan berkaitan dengan waktu kejadian tertentu 6. Saluran-saluran komunikasi visual sedang terlalu besar bebannya 7. Lingkungan tidak sesuai untuk menerima pesan-pesan visual 8. Operator harus banyak bergerak 9. Ada kemungkinan bahwa operator dapat terkena anoksia (misalnya pada tempat tinggi dan oksigen berkurang maka operator masih dapat mendengar pesan. 10. Masalahnya ialah mendeteksi suatu tanda dalam situasi yang bising f. Fungsi-Fungsi Kendali Hasil-hasil penelitian dan pengalaman menunjukkan bahwa dengan cara apa alatalat kendali dirancang mempunyai dampak yang penting terhadap kecepatan dan kecermatan pekerja dalam mengoperasikan mesin. Dalam merancang alat kendali yang tepat perlu diperhatikan beberapa hal, seperti: a. Mencocokan alat kendali dengan anggota-anggota tubuh (tangan, kaki) jangan sampai aggota yang bebannya terlalu besar b. Mencocokkan alat kendali dengan gerakan c. Mencocokkan alat kendali dengan lingkungan kerjanya d. Memperhatikan populasi stereotipe, dugaan-dugaan manusia tentang arah gerak sesuai dengan kebiasaan yang dia alami Peraga dan alat kendali yang dirancang dan dikonstruksi dengan tepat pada mesin yang merupakan bagian dari sistem mesin manusia, maka dapatlah diharapkan bahwa tenaga kerjanya dapat menjalankan mesinnya dengan efisien dan efektif sehingga prestasi kerjanya tinggi.

You might also like