You are on page 1of 14

Kewajiban Direksi/Anggota Direksi

1) Direksi wajib:
a. membuat dan memelihara Daftar Pemegang Saham, risalah RUPS dan
risalah rapat Direksi; dan
b. menyelenggarakan pembukuan perseroan yang semuanya disimpan di
tempat kedudukan perseroan.
Atas permohonan tertulis dari pemegang saham, Direksi memberi izin
kepada pemegang saham untuk memeriksa dan mendapat salinan Daftar
Pemegang Saham, risalah dan pembukuan seperti tersebut pada huruf a dan
b di atas.
2) Direksi wajib meminta persetujuan RUPS untuk mengalihkan atau
menjadikan jaminan utang, seluruh atau sebagian besar kekayaan perseroan
dan tidak boleh merugikan pihak ketiga yang beritikad baik serta
mengumumkan dalam dua surat kabar paling lambat tiga puluh hari sejak
perbuatan hukum tersebut dilakukan. Dan keputusan RUPS sah apabila
dihadiri, pemegang saham yang mewakili paling sedikit ¾ (tiga perempat)
bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara yang sah dan disetujui
oleh paling sedikit 3/4 (tiga perempat) bagian dari jumlah suara tersebut.
3) Direksi wajib mendaftarkan dalam Daftar Perusahaan sesuai dengan Undang-
Undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan jo. Keputusan
Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 12 Tahun 1998:
a. Akta Pendirian beserta surat pengesahan Menteri Kehakiman (yaitu setelah
perseroabn memperoleh status badan hukum)

b. Akta Perubahan Anggaran Dasar beserta surat persetujuan Menteri


Kehakiman atas perubahan tertentu yang sifatnya mendasar seperti
dimaksud dalam pasal 15 ayat (2) Undang-undang PT;

c. Akta Perubahan Anggaran Dasar beserta laporan kepada menteri


Kehakiman atas perubahan selain yang dimaksud dalam pasal 15 ayat (2)
Undang-undang PT.

1
Dalam waktu dekat paling lambat tiga puluh hari terhitung sejak pendaftaran,
Direksi melakukan permohonan pengumuman perseroan dalam Tambahan
Berita Negara Republik Indonesia.
Selama pendaftaran dan pengumuman tersebut belum dilakukan, maka Direksi
secara tanggung renteng bertanggung jawab atas segala perbuatan hukum yang
dilakukan perseroan. Selain ittu, anggota Direksi juga bertanggung jawab
secara tanggung renteng atas semua kerugian yang diderita pemegang saham
yang beritikad baik, yang timbul akibat batal demi hukum karena perolehan
saham oleh perseroan baik secara langsung maupun tidal langsung
bertentangan dengan ketentuan pasal 30 ayat (l) Undang-undang Nomor 1
Tahun 1995 (Lihat lebih lanjut pada Bab yang membahas tentanb Saham).
4) Anggota Direksi wajib dan atau keluarganya (istri/suami dan anak-anaknya)
melaporkan kepemilikan sahamnya pada perseroan tersebut dan perseroan
lain.

5) Direksi wajib mencatat pemindahan hak atas saham atas nama, tanggal dan
hari pemindahan hak tersebut dalam Daftar Pemegang Saham atau Daftar
Khusus.

6) Direksi wajib memberitahukan secara tertulis Keputusan RUPS tentang


pengurangan modal perseroan kepada semua kreditor dan mengumumkan
dalam Berita Negara Repubik Indonesia serta dua surat kabar harian paling
lambat tujuh hari terhitung sejak tanggal keputusan.

7) Direksi wajib menyerahkan perhitungan tahunan perseroan kepada akuntan


publik untuk diperiksa apabila:

a. bidang usaha perseroan berkaitan dengan pengerahan dana masyarakat


(bank, asuransi, dan Dana Reksa).

b. perseroan mengeluarkan surat pengakuan utang (obligasi); atau

c. perserorm merupakan Perseroan Terbuka

8) Direksi menyelenggarakan RUPS tahunan dan untuk kepentingan perseroan


berwenang menyelenggarakan RUPS lainnya. Panggilan RUPS adalah
kewajiban Direksi.

2
9) Dan terakhir yang merupakan ketentuan baru yang mewajibkan perusahaan
untuk menyampaikan Laporan Keuangan Tahunan kepada Menteri
Perindustria dan Perdagangan sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24
Tahun 1998 tentang lnformasi Keuangan Tahunan Perusahaan.

Sebagai bahan acuan kiranya patut diketahui bahwa sebenarnya dalam setiap
saat, Direktur harus bertindak jujur (honestly) dan bertugas menggunakan ketekunan
yang pantas (reasonable diligence) dalam melaksanakan tugas jabatannya.

Tugas Direksi dapat dibagi menjadi tiga kelompok sebagai berikut:


1. tugas yang berdasarkari kepercayaan (fiduciary dutie= trust and
confidence)

2. tugas yang berdasarkan kecakapan, kehati-hatian dan ketekunan (duties of


skill, care and diligence), dan

3. tugas-tugas yang berdasarkan ketentuan undang-undang (statutory duties).

Lebih lanjut mengenai kelompok tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut


yaitu:

l. a. Direktur harus bertindak dengan pertimbangan yang jujur berdasarkan


kepentingan perusahaan dan bukan atas dasar kepentingan sekelompok
orang atau badan.

b. Direktur tidak menempatkan dirinya dalam posisi yang mengakibatkan


terjadinya pertentangan antara kepentingan perusahaan dan kepentingan
pribadi (conflict of interest) atau antara kepentingannya.

c. Direktur harus menggunakan wewenang yang dipercayakan kepadanya


untuk maksud yang telah diberikan dan bukan untuk tujuan la-in.

2. a. tugas-tugas ini hanya merupakan aspek dari direktur agar tidak lalai
(negligent) dalam pelaksanaan fmgsinya.

b. perlu diketahui bahwa secara konsep "the duty to be skillful" berbeda


dengan "the duty to be careful" dan "the duty to be diligence". '

3
3. Diamanatkan oleh Undang-undang (by the Act) seperti direktur harus
melaksanakan "reasonable dilligence" dalam tugas jabatannya atau
"disclosure".

Pengurusan

Definisi atau batasan tentang Direksi yang diberikan Undang-undang


Nomor 1 Tahun 1995 (UU PT) Pasal 1 ayat (4) jo. Pasal 82 mencakup unsur-
unsur sebagai berikut:
Direksi adalah:
(i) Organ Perseroan
(ii) yang bertanggung-jawab penuh atas pengurusan perseroan,
(iii)Untuk kepentingan dan tujuan perseroan, serta mewakili perseroan baik di
dalam maupun di luar Pengadilan, sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan.

Seperti disebutkan bahwa organ perseroan terdiri atas:


1) Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS),
2) Direksi, dan
3) Komisaris.
Tiap-tiap organ perseroan tersebut memiliki fungsi masing-masing
mempunyai kedudukan yang pararel dan yang satu tidak berada di bawah yang
lainnya.
Apabila anggota Direksi terdiri lebih dari satu orang, maka mereka
merupakan dewan pengurus atau dewan pimpinan perusahaan yang biasa disebut
"the board of directors", yang apabila diterjemahkan berarti Dewan Direktur atau
Direksi. Namun perlu dicatat di sini bahwa Board of Directors hanya dalam
penamaan saja dan bukan dalam arti dan tanggun jawab menurut sistem Anglo
Saxon atau Amerika bahwa anggota doreksi dipilih dan diangkat oleh apra
pemegang saham (the governing body of a corporation elected by stock holder). 1
1
The board of directors: the goevrning body of corporation by the stock holders; Directors: Person
apponted or elected according to law, authorized to manage and direct the affairs of a corporation or
company. The whole of directors collectively from the board of directors. (Black’s law Dictionary)

4
Perseroan sebagai badan dan subjek hukum mempunyai hak dan
kewajiban. Hak dan kewajiban perseroan dilaksanakan oleh organ perseroan,
yaitu Direksi perseroan merupakan organ yang terdiri atas para direktur yang
tiada lain adalah subjek hukum berupa orang atau natural person/natuurlijke
persoon.
Selanjutnya Direksi bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan,
artinya secara "fiduciary melaksanakan "standard of care".
Yang dimaksud dengan Fiduciary Duty adalah dijalankan oleh direktur
dengan penuh tanggung jawab untuk kepentingan (benefit) orang atau pihak lain
(perseroan).
Pengurusan perseroan sebenarnya hanya dapat dilakukan oleh direksi,
kecuali dalam hal Direktur tidak ada, maka undang-undang memberi wewenang
kepada komisaris untuk melakukan pengurusan perseroan (Pasal 100 ayat (2)
Undang-undang No. 1 Tahun 1995 tentang PT).
Jadi di sini terdapat "confidential relations" antara perseroan sebagai
badan hukum dengan pengurus sebagai natural person, yang dibebankan tugas
dan keawajiban berdasarkan fiduciary, yang dilaksanakan untuk kepentingan
tujuan perseroan. Oleh karena itu, Direksi melakukan dan kewajiban atau
tindakan hukum berdasarkan kemauan serta kehati-hatian (duty of skill and care)
yang diperlukan untuk fiduciary juga bermanfaat bagi pemegang secara
keseluruhan karena kepentingan perseroan adalah identik dengan kepentingan
pemegang saham dan juga termasuk di dalamnya kepentingan pihak kreditor
perseroan.
Kewenangan pengurusan perseroan diberikan oleh undang-undang kepada
Direksi agar Direksi dapat melakukan tindakan hukum yang diperlukan. Atau
kewenangan pengurusan dipercayakan kepada Direksi agar Direksi dengan itikad
baik senantiasa bertindak semata-mata demi kepentingan dan tujuan perseroan
(duty of loyalty).
Namun demikian ada kalanya dalam pengurusan dijumpai hal-hal sebagai
berikut. Sebagai contoh terkaitnya "pertentangan/benturan kepentingan" (conflict

5
of interest) antara Direksi secara pribadi dengan perseroan, antara lain sebagai
berikut:
1) Direktur tidak boleh menggunakan kekayaan atau uang perseroan untuk
membuat keuntungan bagi dirinya.
Apabila terjadi demikian, dia tidak hanya melanggar tugasnya (breach of his
duty), tetapi keuntungan yang diperoleh akan menjadi milik perseroan.
Direktur menyalahgunakan kekayaan perseroan untuk keuntungan sendiri bisa
dituntut secara pidana karena harta perseroan hanva boleh digunakan untuk
tujuan yang telah ditentukan.
2) Direktur tidak boleh menggunakan informasi yang diperoleh atas dasar jabatam
untuk memperoleh keuntungan bagi dirinya.
Maksudnya adalah menggunakan informasi tersebut guna memperoleh
keuntungan bagi dirinya atau untuk orang lain yang mengakibatkan kerugian
pada perseroan. Direktur mengetahui bahwa perusahaannya menghadapi risiko
likuidasi dan menggunakan informasi tersebut untuk melindungi dirinya dan
perusahaan lain yang juga dia sebagai direkturnya (yaitu interlocking
directorate) sehingga terhindar dari konsekuensi likuidasi tersebut.
3) Direktur tidak boleh menggunakan jabatannya mendapatkan keuntungan pribadi.
Apabila direktur menggunakan jabatannva untuk memperoleh keuntungan
pribadi, dia bertanggung jawab kepada perusahaan. Ini analog dengan tugas
"agent” yang tidak membuat "secret profits" keluar dari jabatannya. Jadi apabila
direktur menerima suap karena jabatannya, dia secara jelas telah melanggar
fiduciary duty.
4) Direktur tidak boleh menahan keuntungan yang dibuat dengan alasan dan di
dalam "fiduciary relationship” nya dengan perusahaan.
Terhadap direktur yang melakukan atau "making secret profit", perusahaan
sangat keras. Keuntungan atau manfaat tersebut harus dilaporkan perusahaan
dan disetujui. Bila tidak, direktur harus bertanggung jawab.2

Selain itu ada yang disebut "corporate opportunity doctrine”3 yaitu suatu
doktrin yang mencegah adanya pengalihan atau penyelewengan oleh direksi atas
2
Walter C.M. Woon, Company law, (Singapore: Longman Singapore Publisher PTE LT, 1994, hal.
197)

6
"business opportunities” yang seharusnya dimiliki oleh perusahaan. Direksi terikat
untuk tidak mengambil keuntungan pribadi (no secret profit rule) atas opportunity
yang seharusnya menjadi milik perseroan.
Berbicara mengenai tanggung jawab, bagaimanakah tanggung jawab tiap-tiap
Direktur dalam pengurusan perseroan? Dalam pasal 85 ayat (1) Undang-Undang PT
disebutkan bahwa:

Setiap anggota Direksi bertanggung jawah penuh secara pribadi, apabila yang
bersangkutan bersalah atau lalai menjalankan tugasnya.

Apa artinya?
Anggota Direksi wajib melaksanakan tugasnya dengan itikad baik (in good
faith) dan dengan penuh tanggung jawab (and with full sense of responsibility).
Selama hal tersebut dijalankan, para anggota Direksi tetap mempunyai tanggung-
jawab yang terbatas yang merupakan ciri utama dari suatu perseroan atau PT.
Namun apabila hal tersebut dilanggar, artinya anggota Direksi yang bersangkutan
lalai atau bersalah dalam menjalankan tugasnya, yang bersangkutan bisa dikenakan
tanggung jawab penuh secara pribadi (Pasal 85 ayat Undang-Undang PT).
Demikian juga dalam hal kepailitan terjadi karena kesalahan atau kelalaian
Direksi dan kekayaan perseroan tidak untuk menutup kerugian akibat kepailitan
tersebut, setiap anggota Direksi secara tanggung renteng bertanggung jawab atas
kerugian itu (Pasal 90 ayat (2) Undang-undang PT) .
Sehubungan dengan hal tersebut, kiranya perlu disinggung suatu hal yang
cukup penting yang terdapat dalam peradilan Amerika yaitu US judicial review yaitu
yang disebut the business judgement rule yaitu aturan yang melindungi para direktur
dari tanggungjawab pribadi, bilamana mereka:
1. Bertindak berdasarkan itikad baik (in good faith);
2. telah selayaknya memperoleh informasi yang cukup (well informed) dan;

3
Corporate opportunity doctrine. This doctrine precludes corporate fiduciaes from iverting to
themselves bussiness opportunities in which the corporate has an expectancy, property interest or right or
which in fairness should otehrwise belong to coporation. (Black Law Dictionary)

7
3. Secara masuk akal dapat dipercaya bahwa tindakan yang diambil adalah
yang terbaik untuk kepentingan perseroan (the best interests of the
corporation).

Bila demikian halnya, pengadilan tidak akan ragu-ragu lagi untuk


melindungi direktur yang melaskanakan ”the business judgement"
tersebut.

Hal semacam ini seyogianya dapat melindungi direktur yang benar-benar


telah melaksanakan tugasnya dengan itikad baik, sehingga luput dari sanksi yang
bukan seharusnya untuk dirinya.

Mengapa demikian?

Karena seorang Direktur dalam pelaksanaan tugasnya tidak hanya terikat


pada apa yang secara tegas dicantumkan dalam maksud dan tujuan serta kegiatan
usaha perseroan melainkan juga dapat mengambil prakarsa guna mewujudkan
kepentingan perseroan dengan melakukan perbuatan yang dapat menunjang atau
memperlancar tugas-tugasnya (sekunder), namun masih berada dalam batas yang
diperkenankan atau masih dalam ruang lingkup tugas dan kewajibannya (intra
vires) asalkan sesuai dengan kebiasaan, kewajaran kepatutan (tidak ultra vires).

Doktrin Ultra Vires dan Intra Vires

Lebih pada sekedar informasi, masalah ini sebenarnya tidak diatur dalam
undang-undang PT, namun hal ini ada gunanya untuk diketahui yaitu doktrin
yang dikenal dalam sistem hukum di Inggris atau Common Law, yang berarti juga
dikenal di Malaysia dan Singapore.
Dalam tugas dan kegiatan pengurus dalam suatu PT berdasarkan undang-
undang sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, ada kemungkinan tindakan
pengurus yang dilakukan untuk kepentingan dan tujuan perseroan, namun hal
tersebut tidak secara tegas diatur atau tercantum dalam maksud dam tujuan
perusahaan atuu dalam Anggaran Dasar perseroan. Pertanyaannya adalah, apakah

8
tindakan hukum yang dilakukan oleh Direktur atau pengurus tersebut sudah
masuk dalam pengertian "ultra vires ,," ataukah masih dalam lingkup wewenangnya
yaitu "intra vires"?
Masalah ultra vires ini sebenarnya bermula dari debat yang berkepanjangan
bertahun-tahun yang muncul tentang pencantuman tujuan perusahaan dalam
memorandum (Anggaran Dasar). Pengadilan Inggris menganggap bahwa perusahaan
tidak dapat melakukan tindakan di luar dari tujuan perusahaan yang telah ditetapkan
dalam memorandum. Undang-undang pada dasarnva berubah mengikuti The
Companies Act 1989. Namun demikian perubahan tidak secara keseluruhan
mengabaikan keperluan akan pengertian atas peraturan-peraturan common law.
Menurut the Companies Act 1985, Anggaran Dasar perusahaan
dipersyaratkan untuk mencantumkan tujuan pertama-tama yang tampak jelas
dengam pencantuman tujuan tersebut, adalah menimbulkan masalah apabila
pengadilan berpegang bahwa bila perusahaan di luar dari lingkup tujuan yang
tercantum dalam Anggaran Dasar, tindakan tersebut akan sama sekali tidak
mempunyai akibat hukum (batal).
Pembenaram awal adanya doktrin tersebut adalah untuk memberikan
perlindungan terhadap pemegang saham dan para kreditor. Disebut "ultra vires"
apabila tindakan yang dilakukan berada di luar kapasitas (capacity) perusahaan,
yang dinyatakan dalam maksud dan tujuan perusahaan yang tercantum dalam
Anggaran Dasar. Di Inggris, suatu tindakan ”ultra vires” adalah hanya bila secara
jelas di luar tujuan pokok perusahaan.
Namun sehubungan dengan hal tersebut perlu diperhatikan bahwa harus
dibedakan antara ultra vires dengan tindakan yang melanggar Anggaran Dasar atau
penyalahgunaan wewenang Direktur. Demikian pula jangan mengacaukan
pengertian ultra vires dengan tindakan yang melanggar hukum atau bertentangan
dengan ketertiban umum (illegal). Ultra vires harus digunakan hanya untuk
menyatakan tindakan yang benar-benar di luar kapasitas perseroon. Demikian the
old law Inggris!

Tanggung Jawab Setiap Anggota Direksi

9
Selain itu dalam melaksanakan tugasnya tersebut, Direksi tidak luput dari
pengawaasan Komisaris (Pasal 97 UUPT). Maksudnya agar Direksi dalam
menjalankan tuganya berada pada jalur yang telah ditetapkan oleh perseroan
bagaimanapmn juga pengurusan perseroan dilakukan untuk kepentingan dan
tujuan perseroan.
Pertanyaan selanjutnya adalah apakah ada perbedaan tanggung jawab
antara para anggota Direksi yang satu dengan yang lain dalam menjalankan tugas
kepengurusan trsebut?
Kata Direksi dalam Pasal 90 ayat (2) UUPT menunjukkan bahwa semua
anggota Direksi mempunyai tanggung jawab yang sama. Hanya saja selama ini
seolah-olah ada perbedaan tanggung jawab antara Direktur yang satu dengan
lainnya. Mengapa? Karena melihat dari penyebutan atau penamaan jabatan
Direktur yang beragam, misalnya Managing Director, Executive Director dan
lain-lain.
Dari penamaan ini seolah-olah memang ada pengkhususan dalam
tugasnya, sehingga dengan demikian tanggung jawab dalam pengurusannya juga
berbeda. Misalnya Operasi sepertinya hanya bertanggung jawab di bidang
operasional, sedangkan Managing Director bertanggung jawab lebih luas karena
berkaitan dengan pengelolaan perseroan dan demikian.juga dengan anggota
Direksi yamng lain, sesuai dengan penamaan jabatan seperti Direktur Personalia
Pemasaran dan sebagainya. Nama atau sebutan seperti yang diutarakan di atas
sebenarnya adalah apa yang biasa dijalankan di negara-negara yang berdasarkan
pada common law seperti Amerika, Inggris atau negara-negara persemakmuran.
Sebagai bahan perbandingan, sebut saja Singapura dan Malaysia yang
memiliki Companies Act yang lebih kurang sama antara keduanya. Orang yang
ditunjuk atau dipilih berdasarkan hukum, dengan wewenang untuk mengelola dan
mengurus urusan perseroan atau perusahaan. Semua direktur-direktur secara
kolektif membentuk "the board of directors".

Biasanya "the board of directors" ini diberikan kewenangan untuk


melaksanakan semua kekuasaan perusahaan selain yang ditentukan dalam apa
yang disebut memorandum articles atau anggaran dasar perseroan. Demikian juga

10
biasanya kewenangan untuk meminjam uang, menangani keuangan perusahaan,
menandatangani cheque, promes dan instrumen-instrurnen lain serta menunjuk
"agent" atas nama perseroan, meskipun hukum hanya mengenal satu jenis
direktur .

Sub jenis Direktur

Meskipun hukum hanya mengenal satu jenis "Homo directoriensis,"


namun dalam praktek terdapat beberapa sub-jenis yang dapat dibagi lagi menjadi:

1. Executive director/direktur eksekutif.


Yaitu orang yang bekerja sebagai karyawan tetap (full time basis) untuk
perusahaan atas dasar kontrak atau tugas. Yang khas jenisnya adalah
managing director/ direktur pengelola, adalah sebagaimana sebutan atau nama
jabatannya menyatakan, bahwa siapa yang sebenarnya mengelola perusahaan.
2. Non-executive director
Yaitu direktur yang bekerja untuk perusahaan, tidak secara penuh waktu (a
full-time capacity).
Perbedaan antara direktur dan manajemen tampak lebih jelas dalam
perusahaan besar, tetapi itu tidak berarti bahwa perusahaan kecil tidak
mempunyai non-executive director. Biasanya banyak yang mempunyai pos
kehormatan yang diciptakan untuk keluarga/saudara pemegang saham
pengawas, dari non-executive director ini, meskipun mereka tidak
berpartisipasi dalam mengelola perusaahaan. Namun demikian mereka yang
disehut sebagai non-executive adalah direktur di mata hukum. Sangat sering
non-executive director adalah nominee dari pemegang saham mayoritas.
Pekerjaan mereka bukan menjalankan perusahaan, melainkan mengamati
para manager dan the board of directors dari dekat.
Dalam perusahaan besar yang "terdaftar" sangat sering dijumpai bahwa yang
mayoritas adalah non-executive nominee director" mewakili pemegang
saham mayoritas.
3. Alternate director

11
Yaitu orang yang mengisi tempat ini umumnya menggantikan seseorang.
Alternate director adalah dengan proxy dalam rapat umum pemegang saham.
Namun tidak persis sama, karena proxy hanya merupakan "agent” dari orang
yang menunjukkan sedangkan alternate director atau substitue director
dianagap direktur penuh menurut hukum.
4. Informal atau de facto director
Mengeni penamaannya tidak standar. Informal director adalah orang yang
bertindak sebagai direktur meskipun tidak pernah secara formal ditunjuk
demikian. Ini bisa terjadi dalam perusahaan swasta yang dijalankan secara
informal. Orang demikian di mata hukum dianggap sebagai direktur penuh
(fulledged director).
5. Shadow director
Disini individu tersebut sebenarnya boneka. Shadow director dianggap
sebagai direktur juga. Selain itu ada jabataan lain yang kiranya juga perlu
diperhatikan karena ternyata ada sementara perusahaan karena ternyata ada
sementara perusahaan atau PT yang memakainya, namun dengan interpretasi
masing-masing. Jabatan yang dimaksudkan adalah Wakil Direktur (Deputy
Director).
Secara sepintas tampaknya jabatan Wakil Direktur tersebut tidak ubahnya
dcengnn jabatan Direktur, tetapi dalam hal ini perlu diperhatikln kaitannya
dengan jabaton Direktur. Mengapa demikian? Karena sering diasumsikan bahwa
jabatan Direktur itu statusnya kurang lebih sama dengan jabatan Direktur.
Apakah memang demikian ? Apa dan bagaimana sebenarnya jabatan yang disebut
Wakil Direktur tersebut, ada baiknya kita lihat uraian di bawah ini:

Status
Wakil Direktur adalah memang berbeda dengan jabatan Direktur.. Direktur
adalah pengurus perseroan, sedangkan Wakil Direktur mempunyai status
karyawan. Wakil Direktur sebagai seorang karyawan, melakukan pekerjaam
membantu Direktur dalam pelaksanaan tugasnya selaku pengurus perseroan. Oleh
karera itu Wakil Direktur sebagai karyawan pada dasarnya terikat akan peraturan-

12
peraturan yang berlaku untuk karyawan pada umumnya. Tetapi karena diberi
tugas untuk membantu pekerjaan Direktur, maka ia melaksanakan tugas-tugas
pengurus yaitu dalam hubungan dengan pihak luar. Namun ke dalam ia tidak
berhak untuk melakukam tugas-tugas pengurus. Dalam hal ini kedudukanya
disebut sebagai ”procuratie houder”.
Pengangkatan dan Pemberhentian
Yang mengangkat atau menunjuk Wakil Direktur adalah Direktur dan
bukan RUPS sebagaimana halnya bila mengangkat seorang Direktur. Oleh karena
itu maka terhadap Wakil Direktur tersebut berlaku ketentuan-ketentuan yang
mengatur hubungan antara manajemen dengan pihak karyawan atau peraturan-
peraturan yang mengatur hubungau karyawan/pekerja dengan pimpinan
perusahaan.

Tangggung Jawab

Hal lain yang membedakan Direktur dengan Wakil Direktur adalah


mengenai tanggung jawab. Pelaksanaan tugas seorang Wakil Direktur,
dipertanggungjawabkan kepada Direktur. Sedangkan Direktur bertanggung
jawab kepada pemegang saham melalui RUPS. Namun demikian Direktur dapat
bertindak sebagai pengurus, bertindak untuk dan atas mama PT. Sehingga Wakil
Direktur juga dapat mengikat perusahaan atau PT terhadap pihak ketiga. Hanya
saja ke dalam, Wakil Direktur tidak berhak melakukan tindakan pengurusan
sebagaimana yang dilakukan oleh pengurus atau anggota Direksi. Misalnya
melakukan pemanggilan kepada pemegang saham untuk menghadiri RUPS.
Sebagaimana telah diuraikan di muka bahwa perseroan sebagai badan
hukum tidak dapat melakukan tugas dan kewajibannya sendiri, sehingga harus
diwakili oleh manusia atau orang pribadi (natural person). Namun sebagai
wakil, dia. tidak lagi leluasa bertindak sebagai orang pribadi melainkan dibatasi
beberapa hal seperti:
a. peraturan perundang-undangan Pasal 88, 90 ayat (1) UUPT;

b. maksud dan tujuan perseroan sesuai dengan Anggaran Dasar Perseroan;

c. pembatasan-pembatasan yang diatur dalam Anggaran Dasar Perseroan.

13
Namun demikian, selain dari apa yang dikemukakan berkenaan dengan
pengurus atau Direksi sebagaimana tersebut di atas, dalam kesempatan ini ada
baiknya juga untuk dibicarakan suatu hal yang juga penting yaitu tentang
pensiun Direktur". Hal ini hampir luput dari perhatian, karena selama ini ternyata
hampir tak pernah disinggung terutama dalam kaitannya dengan "persyaratan"
yang baru saja dibicarakan. Yang cukup "mendesak" untuk dibicarakan adalah
usia pensiun Direktur dikaitkan dengan masalah pensiun secara umum.

Sehubungan dengan program pensiun, Pemerintah telah mengeluarkan


Undang-undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun. Dalam
pembahasan selanjutnya diharapkan juga sekaligus menjawab beberapa
pertanyaan misalnya:

 Apakah ada suatu persyaratan usia bagi seseorang yang akan diangkat
menjadi anggota Direksi ?

 Dalam usia berapakah seorang Direktur harus pensiun ?

 Apakah UU Dana Pensiun berlaku untuk anggota Direksi dan Komisaris?

 Apakah seorang Direktur merupakan Karyawan ?

 Dan lain sebaganya.

14

You might also like