You are on page 1of 14

1.

Hidung

Gambar 2.7 : Anatomi hidung Hidung merupakan organ penting yang seharusnya mendapat perhatian lebih dari biasanya dan hidung merupakan salah satu organ pelindung tubuh terhadap lingkungan yang tidak menguntungkan. Hidung terdiri atas hidung luar dan hidung dalam. Hidung luar menonjol pada garis tengah diantara pipi dengan bibir atas, struktur hidung luar dapat dibedakan atas tiga bagian yaitu: paling atas kubah tulang yang tak dapat digerakkan, dibawahnya terdapat kubah kartilago yang sedikit dapat digerakkan dan yang paling bawah adalah lobolus hidung yang mudah digerakkan.1 Bagian puncak hidung biasanya disebut apeks. Agak keatas dan belakang dari apeks disebut batang hidung (dorsum nasi), yang berlanjut sampai kepangkal hidung dan menyatu dengan dahi. Yang disebut kolumela membranosa mulai dari apeks, yaitu diposterior bagian tengah pinggir dan terletak sebelah distal dari kartilago septum. Titik pertemuan kolumela dengan bibir atas dikenal sebagai dasar hidung. Disini bagian bibir atas membentuk cekungan dangkal memanjang dari atas kebawah yang disebut filtrum. Sebelah menyebelah kolumela adalah nares anterior atau nostril(Lubang hidung)kanan dan kiri, sebelah latero-superior dibatasi oleh ala nasi dan sebelah inferior oleh dasar hidung.1 Hidung luar dibentuk oleh kerangka tulang dan tulang rawan yang dilapisi oleh kulit, jaringan ikat dan beberapa otot kecil yang berfungsi untuk melebarkan atau menyempitkan lubang hidung. Bahagian hidung dalam terdiri atas struktur yang membentang dari os internum disebelah anterior hingga koana di posterior, yang memisahkan rongga hidung dari

nasofaring. Rongga hidung atau kavum nasi berbentuk terowongan dari depan kebelakang, dipisahkan oleh septum nasi dibagian tengahnya menjadi kavum nasi kanan dan kiri. Pintu atau lubang masuk kavum nasi bagian depan disebut nares anterior dan lubang belakang disebut nares posterior (koana)yang menghubungkan kavum nasi dengan nasofaring.1 Bagian dari kavum nasi yang letaknya sesuai ala nasi, tepat dibelakang nares anterior, disebut dengan vestibulum.Vestibulum ini dilapisi oleh kulit yang banyak kelenjar sebasea dan rambut-rambut panjang yang disebut dengan vibrise.1 Tiap kavum nasi mempunyai 4 buah dinding yaitu dinding medial, lateral, inferior dan superior. Dinding medial hidung ialah septum nasi. Septum nasi ini dibentuk oleh tulang dan tulang rawan, dinding lateral terdapat konkha superior, konkha media dan konkha inferior. Yang terbesar dan letaknya paling bawah ialah konkha inferior, kemudian yang lebih kecil adalah konka media, yang lebih kecil lagi konka superior, sedangkan yang terkecil ialah konka suprema dan konka suprema biasanya rudimenter. Konka inferior merupakan tulang tersendiri yang melekat pada os maksila dan labirin etmoid, sedangkan konka media, superior dan suprema merupakan bagian dari labirin etmoid. Celah antara konka inferior dengan dasar hidung dinamakan meatus inferior, berikutnya celah antara konkha media dan inferior disebut meatus media dan sebelah atas konkha media disebut meatus superior.1 Meatus medius merupakan salah satu celah yang penting dan merupakan celah yang lebih luas dibandingkan dengan meatus superior. Disini terdapat muara dari sinus maksilla, sinus frontal dan bahagian anterior sinus etmoid. Dibalik bagian anterior konka media yang letaknya menggantung, pada dinding lateral terdapat celah yang berbentuk bulat sabit yang dikenal sebagai infundibulum. Ada suatu muara atau fisura yang berbentuk bulan sabit menghubungkan meatus medius dengan infundibulum yang dinamakan hiatus semilunaris. Dinding inferior dan medial infundibulum membentuk tonjolan yang berbentuk seperti laci dan dikenal sebagai prosesus unsinatus.1 Di bagian atap dan lateral dari rongga hidung terdapat sinus yang terdiri atas sinus maksilla, etmoid, frontalis dan sphenoid. Dan sinus maksilla merupakan sinus paranasal terbesar diantara lainnya, yang berbentuk pyramid iregular dengan dasarnya menghadap ke fossa nasalis dan puncaknya kearah apek prosesus zigomatikus os maksilla.1 Dasar cavum nasi dibentuk oleh os frontale da os palatinus sedangkan atap cavum nasi adalah celah sempit yang dibentuk oleh os frontale dan os sphenoidale. Membrana mukosa olfaktorius, pada bagian atap dan bagian cavum nasi yang berdekatan, mengandung

sel saraf khusus yang mendeteksi bau. Dari sel-sel ini serat saraf melewati lamina cribriformis os frontale dan kedalam bulbus olfaktorius nervus cranialis I olfaktorius.1 Perdarahan hidung

Secara garis besar perdarahan hidung berasal dari 3 sumber utama yaitu:1 1. Arteri Etmoidalis anterior 2. Arteri Etmoidalis posterior cabang dari arteri oftalmika 3. Arteri Sfenopalatina, cabang terminal arteri maksilaris interna yang berasal dari arteri karotis eksterna.

Gambar 2.8 : Sistem Vaskularisasi Hidung Bagian bawah rongga hidung mendapat pendarahan dari cabang arteri maksilaris interna, diantaranya ialah ujung arteri palatina mayor dan arteri sfenopalatina yang keluar dari foramen sfenopalatina bersama nervus sfenopalatina dan memasuki rongga hidung dibelakang ujung posterior konka media. Bagian depan hidung mendapat pendarahan dari cabang-cabang arteri fasialis.1 Pada bagian depan septum terdapat anastomosis dari cabang-cabang arteri sfenopalatina, arteri etmoid anterior, arteri labialis superior dan arteri palatina mayor, yang disebut pleksus kieesselbach (littles area). Pleksus Kiesselbach letaknya superfisialis dan mudah cedera oleh truma, sehingga sering menjadi sumber epistaksis.1 Vena-vena hidung mempunyai nama yang sama dan berjalan berdampingan dengan arterinya. Vena divestibulum dan struktur luar hidung bermuara ke vena oftalmika yang berhubungan dengan sinus kavernesus. Persyarafan hidung

Gambar 2.9 :PersarafanHidung Bagian depan dan atas rongga hidung mendapat persarafan sensoris dari nervus etmoidalis anterior, yang merupakan cabang dari nervus nasosiliaris, yang berasal dari nervus oftalmikus. Saraf sensoris untuk hidung terutama berasal dari cabang oftalmikus dan cabang maksilaris nervus trigeminus. Cabang pertama nervus trigeminus yaitu nervus oftalmikus memberikan cabang nervus nasosiliaris yang kemudian bercabang lagi menjadi nervus etmoidalis anterior dan etmoidalis posterior dan nervus infratroklearis. Nervus etmoidalis anterior berjalan melewati lamina kribrosa bagian anterior dan memasuki hidung bersama arteri etmoidalis anterior melalui foramen etmoidalis anterior, dan disini terbagi lagi menjadi cabang nasalis internus medial dan lateral. Rongga hidung lainnya, sebagian besar mendapat persarafan sensoris dari nervus maksila melalui ganglion sfenopalatinum. Ganglion sfenopalatina, selain memberi persarafan sensoris, juga memberikan persarafan vasomotor atau otonom untuk mukosa hidung. Ganglion ini menerima serabut serabut sensorid dari nervus maksila.Serabut parasimpatis dari nervus petrosus profundus. Ganglion sfenopalatinum terletak dibelakang dan sedikit diatas ujung posterior konkha media. 1 Nervus Olfaktorius turun melalui lamina kribosa dari permukaan bawah bulbus olfaktorius dan kemudian berakhir pada sel-sel reseptor penghidupada mukosa olfaktorius di daerah sepertiga atas hidung.

2. Trachea

Merupakan saluran pernafasan di bawah larynx, dari VC7 VT 4/5 pecah menjadi bifurcatio trachea, pada dindingnya terdapat cartilago hyaline.2 Bentuk seperti tapal kuda disebut cartilago trachealis tersusun dari cranial ke caudal berjumlah lebih kurang 16-20, dan tiap cartilago berbentuk tapal kufda membuka ke dorsal. Skeletopi trachea dibagi 2 bagian, terletak di regio colli dan terletak di dalam cavitas thoracalis. Bagian yang terdapat di regio colli letaknya: Di sebelah ventral terdapat arcus vena jugularis, m.sternohyoideus, m.sithmus glandula thyroidea, vena thyroidea inferior, thymus, arteri thyreoidea ima, truncus brachiocephalicus. Di sebelah dorsal terdapat esophagus dan n.recurrent (n.larngeus recurrent) Di sebelah lateral terdapat lobus glandula thyreoidea dan a.carotis communis. 2

3. Larynx Larynx adalah suatu organ yang menghubungkan bagian bawah pharynx dengan trachea. Merupakan suatu tabung rawan membran dengan otot-otot polos dan merupakan bagian dari saluran napas. Dari atas ke bawah vertical, sesuai tingginya dengan VC IV,V,VI. Pada wanita dan anak-anak lebih tinggi sedikit. 2 Batas : dorsal berbatasan dengan laryngopharynx, lateral, larynx berbatasan dengan vagina carotica dan isinya, otot-otot infrahyoid, m.sternocleidomastoid dan gl.thyreoidea.2

Cartilagines laryngis Skelet larynx terdiri atas 3 tulang rawan tunggal yang besar-besar dan 3 pasang tulang rawan kecil-kecil, yaitu : cartilago thyroidea cartilago cricoidea dicranial dari laynx terdapat os. Hyoideum

cartilago arytenoidea cartilago epiglottica.2

Otot-otot larynx Dapat dibagi menjadi 2 kelompok yaitu otot intrinsic dan otot extrinsic.

Otot intrinsic Adalah otot seran lintang yang mempunyai perlekatan di sebagian larynx sendiri. Otot ini menggerakkan bagian-bagian larynx satu terhadap yang lain, dan mempunyai peranan untuk merubah panjang dan ketegangan plica vocalis dalam produksi suara, dan merubah ukuran rima glottidis untuk memberi fasilitas masuknya udara ke dalam paru-paru.2 Termasuk ini adalah: 1. m.cricothyroideus menarik cartilago thyreoidea ke caudal dan ventral sehingga menegangkan lig.vocale Terdiri atas: pars recta (sebelah ventral) pars obliqua (sebelah dorsal).

2. m.cricoarytenoideus posterior menarik proc.muscularis ke dorsal, dengan demikian proc.vocalis mengalami rotsi ke lateral, rima glottidis membuka. Otot ini adalah satu-satunya abductor untuk plica vocalis. 3. m.cricoartytenoideus lateral

menarik proc.muscularis ke arah depan, sehingga proc.vocalis megalami rotasi ke medial, maka rima glottidis menutup. 4. m.arytenoideus transversus saling mendekatkan kedua cartilago arytenoids, dengan demikian menutup rima glottidis. 5. m.arytenoideus obliquus melekatkan kedua cartilago arytenoids, sedang pada saat yang sama

m.aryepiglotticusnya menarik epiglottis ke arah dorsocaudal. 6. m.aryepiglotticus menarik ligamentum aryepihlotticum ke lateral caudal 7. m. Thryreoarytenoideus menarik tepi dorsal cartilago arytenoidea ke ventral sehingga proc. vocalis bedekatan dan menarik cartilago arytenoidea ke ventral caudal sehingga ligamen vocale mengendor 8. m.thyreoepiglotticus menarik ligamentum aryepiglotticum ke lateral caudal. 9. M. Vocalis Menarik cartilago arytenoidea ke venteral sehingga ligamentum ovale mengendor Menarik kedua proc. Muscularis ke lateral sehingga kedua proc.vocalis berdekatan (adduksi)

Atas dasar fungsinya, otot-otot intrinsic larynx dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1. Mengatur rima glottidis a. Membuka: m.cricoarytenoideus posterior (oleh karena satu-satunya disebut juga safety muscle). b. Menutup: i. M.cricoarytenoideus lateralis ii. M.arytenoideus transversus iii. M.cricothyroideus iv. M.thyroarytenoideus. 2. Mengatur ketegangan lig.vocale: a. Menegangkan: m.cricothyroideus

b. Mengendorkan: m.thyroarytenoideus. 3. Mengatur aditus laryngis: a. Membuka: m.thyroepiglotticus. b. Menutup: i. M.aryepiglotticus ii. M.arytenoideus obliquus. Otot-otot extrinsic Otot-otot extrinsic larynx adalah otot-otot di sekitar larynx yang mempunyai salah satu perlekatan pada larynx atau pada os hyoid, berfungsi untuk menggerakkan larynx secara keseluruhan 2 Otot-otot extrinsic dapat dibagi menjadi: 1. Otot-otot depressor: a. M.omohyoid b. M.sternohyoid c. M.sternothyroid 2. Otot-otot elevator: a. M.mylohyoid b. M.stylohyoid c. M.thyrohyoid d. M.stylopharyngeus e. M.palatopharyngeus f. M.constrictor pharingis medius g. M.constrictor pharingis inferior. Vascularisasi larynx 1. A.laryngis superior. 2. A.laryngis inferior. 3. Ramus cricothyroideus Innervasi larynx 1. N.laryngeus inferior a. R.internus, bersifat sensible untuk mucosa di atas plica vocalis. b. R.externus, bersifat motor untuk m.cricothyroideus. 2. N.laryngeus inferior, bersifat sensible untuk mucosa larynx di bawah plica vocalis, dan motor untuk semua otot-otot intrinsic larynx kecuali m.cricothroideus.

3. Serabut-serabut sympathis dibawa oleh rr.laryngopharyngei dari truncus sympathicus.

Fungsi otot-otot larynx Secara keseluruhan fungsi otot-otot larynx adalah: 1. Membuka rima glottidis sehingga udara ernafasan dapat masuk. 2. Menutup rima glottidis dan aditus pharingis hingga pada penelanan makanan tak masuk larynx. 3. Mengatur ketegangan plica vocalis bila kita berbicara.

4. Pharynx Suatu tabung musculomembran yang lebra, merupakan sebagian tractus respiratorius dan tractus diestivus, di sebelah dalamnya dilapisi oleh membrana mucosa. Membentang dari basis cranii ke bawah sampai setinggi pinggir bawah cartilago cricoidea (setinggi corpus VC VI), di mana ia melanjut sebagai oesophagus. 2 Batas : Atas : corpus sphenoidale dari pars basilaris ossis occipitalis Belakang prevertebrallis Prevertebralis Lateral : proc. Styloideus dan otot-otto padanya, yang melekat : dan fascia mm.

m.pterygoideus

internus, vagina carotica,gl.thyroid

Otot- otot pharynx terditi atas: 1. m.constrictor pharyngis superior 2. m.constrictor pharyngis medius 3. m.constrictor pharyngis inferior 4. m.stylopharyngeus 5. m.palatopharyngeus

6. m.salpingopharyngeus. 2 Fungsi otot-otot pharynx mm.constrictores pharyngis : menyempitkan rongga pharynx. M.stylopharyngeus: Melebarkan pharynx Elevasi pharynx dan larynx.

M.palatopharyngeus Depresi palatum molle ke arah radix linguae Serabut-serabut horisontalnya (sphincternya) untuk menyempitkan isthmus pharyngeum (dapat membentuk crista Passavant) pada dinding dorsal pharynx.

Pharynx berfungsi untuk : Lewat udara baik yang masuk maupun keluarpharynx. Lewat makanan atau minuman dari mulut ke oesophagus. Topografi pharynx Pharynx sebagai keseluruhan terletak di depan regio cervical columna vertebralis. Dipisahkan oleh jaringan pengikat areolair (merupakan spatium retropharyngealis), m.longus capitis dan cervicis, lig.longitudinalis anterior. 2 Bangunan-bangunan di sebelah lateralnya: Pars laryngea Gl.thyroidea Vagina carotica (a.carotis interna, a.carotis externa, a.carotis communis) A.thyroidea superior A.lingualis.

Pars oralis dan pars nasalis M.pterygoideus medialis Proc.styloideus dan otot-otot yang berorigo padanya N.glossopharyngeus A.pharyngea ascendens A.facialis (berbatasan dengan m.constrictor pharyngis superior sewaktu lewat di bawah m.digastricus venter posterior dan m.stylohyoid) A.palatina ascendens dan r.tonsilaris a.facialis.

Plexus pharyngeus dan plexus venosus. A.carotis interna (agak ke dorsal) dengan n.X, n.XI, n.XII. 2

Dinding pharynx Dinding pharynx terdiri atas 4 lapisan yaitu 1. Membrana mucosa, lanjuran dari cavitas nasi, cavitas oris caivitas timpani dan larynx 2. Lamina fibrosa, dibagian atas dibentuk oleh fascia pharyngobasilaris 3. Lamina muscularis Lamina externa (circularis) terdiri :M.constrictor pharyngeus superior, M.constrictor pharyngeus medius, M.constrictor pharyngeus inferior Lamina interna(longitudinalis) terdiri: M.stylopharyngeus, M.palatopharyngeus, M.salpingopharyngeus. 4. Lamina facialis Fascia menyelubungi oharynx adalah fascia buccopharingea. Kecuali menyelubungi otot pharynx juga menyelubungi m. Buccinator dan diatas besatu dengan fascia pharyngobaasalis.

Pharynx ini terletak di sebelah dorsal cavum oris, cavum nasi dan larynx. Atas dasar letaknya ini maka cavum pharyngis dapat dibagi:

1. Pars nasalis (nasopharynx) Pada atap dan dinding dorsal terdapt tonsila pharyngea merupakan jarinagn lymphoid apa abila membesar dinamaakan adenoid. Pada atap dan didnding lateral terdapat : a. Aditus tubae auditiva, pintu masuk kanalis tubae auditive, letaknya dibelkang concha nasalis inferior diatas palatum mole b. Torus tubarius tonjolan diatas audittus tuba euditivae yang disebabkan oleh cartilago tubae auditiva c. Recessus pharyngeus, cekungan yang terletak disebelah dorsal torus tubarius d. Plica salpingopalatina, lipatan dari palatum ke didnidng pharinx e. Plica salpingopharynngea yang dibentuk karena dibawahnya terdapat m. Salpingopharyngeus. f. Torus levatoris, dibentuk oleh tonjolan m.levator velii palatine g. Tonsile tubae merupakan jaringan yang kadang ditemukan pada recessus pharyngeus. 2 2. Pars oralis (oropharynx) Terletak di belakang mulut, antara palatum molle dan aditus laryngis. Berhubungan dengan cavum oris proprium melalui isthmus faucium. Merupakan dinding Dorsalnya dinding dorsal pharynx. Lateral a. Arcus palatoglossus, lipatan mucosa disebabkan oleh m. Palatoglossus dari palatum molle sampai tepi lateral lingua. Merupakan batas lateral isthmus faucium. b. Arcus palatopharyngues, lipatan mucosa yang didalamnya disebabkan

m.palatopharyngeus dari palatum molle ke didning pharynx disebelah dorsal arcus palatoglossus. c. Fossa tonsialris diantara kedua tonsila palatine biasanya terdapat cekungan yang dianamakan fossa supratonsilaris.

Ventral: Isthmus faucium yang berhubungan dengan rongga mulut

Radix linguae, di mana di belakangnya menjadi epiglottis yang berbentuk daun. Radix linguae dan epiglottis dihubungkan oleh 3 lipatan mucosa. Yang di tengah: plica glossoepiglottica mediana. Yang sepasang lateral plica glossoepiglottica lateralis.

Antara plica yang median dan lateral terdapat cekungan yang disebut vallecula epiglottica.

3. Pars laryngea (laryngopharynx) Disebut juga hypopharynx. Mulai dari os hyoid sampai pinggir baewah cartilago cricoidea, dan terletak di belakang larynx. Ke arah caudal menyempit untuk melanjutkan diri sebagai oesophagus. 2 Dinding depan: Aditus larynges merupakan pintu masuk larynx Plica pharyngopeiglottica lipatan mucosa sebelah lateral plisa glossoepiglottica laterale. Plica nervi laryngei ruang laryngopharynx yang terletk disebalah lateral laryngx

Vascularisasi pharynx 1. A.palatina descendens cabang a.maxillaris interna 2. A.canalis pterygoidei cabang a.maxillaris interna 3. R.pharyngealis cabang a.maxillaris interna 4. A.palatina ascendens cabang a.facialis 5. R.tonsilaris arteriae facialis 6. A.pharyngea ascendens 7. Rr.dorsales linguae cabang a.lingualis 8. A.thyroidea inferior yang memberikan rr.pharyngeinya.

Venae dari pharynx terletak pada dinding posterior pharynx dan membentuk plexus pharyngeus, yang menerima darah dari pharynx, palatum molle dan juga regio prevertebral di dekatnya. Dua venae atau lebih mengalirkan darah venous ini ke v.jugularis interna. Selain itu plexus pharyngeus juga berhubungan dengan plexus pterygoideus dan sinus cavernosus.

Innervasi pharynx 1. Plexus pharyngeus yang terdapat pada dinding pharynx (pada m.constrictor pharyngis medius) dibentuk oleh rr.pharingei n.IX, rr.pharyngei n.X, rr.pharyngei dari truncus sympathicus. N.stylopharyngeus disarafi oleh r.muscularis dari n.glossopharyngeus, juga mendapat serabut-serabut motor dari n.recurrens laryngis dan r.externus laryngis superior. 2. M.constrictor pharyngis inferior selain dari plexus pharyngeus, juga mendapat serabut-serabut motor dari n.recurrens laryngis dan r.externus n.laryngei superior. 3. Mucosa pharynx, selain mendapat serabut-serabut sensible dari n.IX dan n.X melalui plexus pharyngeus, juga memperoleh serabut-serabut sensible langsung dari rr.tonsilares n.glossopharyngei (dipercabangkan sewaktu n.IX ini berada di sebelah medial m.hyoglossus). 4. Rr.pharyngeales dari ganglion pterygopalatinum juga membawa serabut-serabut parasympathis postganglioner (dari n.VII) untuk ggl.pharyngeales. 2

Daftar Pustaka 1. Anatomi dan fisiologi hidung. Available from : http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21283/4/Chapter%20II.pdf 2. Snell, Richard. 2009. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Jakarta : EGC

You might also like