You are on page 1of 16

Cuti Pegawai Negeri Sipil Dasar hukum: 1.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokokpokok Kepegawaian sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 1999. 2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 1976 tentang Cuti Pegawai Negeri Sipil. 3. Keputusan Bersama 3 Menteri mengenai Cuti Bersama. 4. Surat Edaran Nomor SE 3559 /MK.1/2009 Cuti adalah keadaan tidak masuk kerja yang diijinkan dalam jangka waktu tertentu. Tujuan pemberian cuti adalah dalam rangka usaha untuk menjamin kesegaran jasmani dan rohani. Jenis-jenis cuti: A. Cuti Tahunan 1. Hak Cuti Tahunan a. Merupakan hak PNS, termasuk CPNS yang telah bekerja secara terus menerus selama 1 (satu) tahun. b. CPNS hanya berhak atas cuti tahunan, kecuali ditentukan lain oleh pejabat yang berwenang memberikan cuti berdasarkan pertimbangan kemanusiaan. c. Selama menjalankan cuti tahunan, PNS/CPNS yang bersangkutan memperoleh TKPKN. 2. Penggunaan Cuti Tahunan a. Penggunaan cuti tahunan dapat digabungkan dengan cuti bersama, dengan jumlah paling sedikit menjadi 3 (tiga) hari kerja. b. Cuti bersama yang tidak digunakan karena kepentingan dinas dan berdasarkan surat tugas, tetap menjadi hak cuti tahunan PNS. 3. Penangguhan Cuti Tahunan yang Tersisa a. Cuti tahunan yang tersisa 6 (enam) hari kerja atau kurang tetap menjadi hak PNS yang bersangkutan. b. Cuti tahunan yang tersisa lebih dari 6 (enam) hari kerja harus dimintakan penangguhan oleh PNS/CPNS kepada pejabat yang berwenang memberikan cuti, agar penangguhan dimaksud dapat dilaksanakan tahun berikutnya. c. Pejabat yang berwenang memberikan cuti dapat menangguhkan cuti tahunan paling lambat akhir bulan Desember tahun yang berjalan. 4. Penggunaan Cuti Tahunan yang Tersisa a. Cuti tahunan yang tersisa yang digabungkan penggunaannya dengan cuti tahunan tahun yang sedang berjalan, dapat diambil untuk paling lama: o 18 (delapan belas) hari kerja termasuk cuti tahunan yang sedang berjalan; dan

24 (dua puluh empat) hari kerja termasuk cuti tahunan yang sedang berjalan, apabila cuti tahunan tidak diambil secara penuh dalam beberapa tahun. b. Pengajuan permohonan cuti tahunan yang tersisa yang digabungkan penggunaannya dengan cuti tahunan yang sedang berjalan harus mencantumkan jumlah cuti tahunan yang tersisa dari cuti tahunan pada masing-masing tahun yang bersangkutan. c. Tanpa adanya persetujuan penangguhan dari pejabat yang berwenang memberikan cuti, lamanya cuti tahunan yang dapat diambil dalam tahun yang sedang berjalan menjadi paling lama 18 (delapan belas) hari kerja. B. Cuti Besar 1. Hak Cuti Besar a. Merupakan hak PNS yang telah bekerja paling kurang 6 (enam) tahun secara terus menerus. b. PNS yang akan/telah menjalani cuti besar tidak berhak lagi atas cuti tahunan dalam tahun yang bersangkutan. c. Selama menjalankan cuti besar, PNS yang bersangkutan tidak berhak atas tunjangan jabatan dan tidak memperoleh TKPKN. 2. Penggunaan Cuti Besar a. PNS perlu merencanakan penggunaan cuti besar sejak awal tahun. b. Cuti besar dapat digunakan oleh PNS untuk o Memenuhi kewajiban agama; o Persalinan anaknya yang keempat apabila PNS yang bersangkutan mempunyai hak cuti besar menjelang persalinan; atau o Keperluan lainnya sesuai pertimbangan pejabat yang berwenang memberikan cuti. 3. PNS yang telah melaksanakan cuti tahunan dan akan mengambil cuti besar pada tahun yang bersangkutan harus mengembalikan TKPKN yang diterimanya selama melaksanakan cuti tahunan. 4. PNS yang akan/telah menggunakan cuti besar berhak atas: a. cuti bersama; b. cuti tahunan yang tersisa pada tahun sebelum digunakan cuti besar; c. cuti sakit; d. cuti bersalin untuk persalinan anaknya yang pertama, kedua, dan ketiga; e. cuti karena alasan penting. C. Cuti Sakit 1. Hak Cuti Sakit merupakan hak PNS dan/atau PNS/CPNS wanita yang mengalami gugur kandungan. 2. Penggunaan Cuti Sakit a. PNS yang menderita sakit lebih dari 2 (dua) hari harus melampirkan surat keterangan dokter dari rumah sakit pemerintah/puskesmas. b. PNS yang telah menggunakan cuti sakit untuk jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun 6 (enam) bulan dan telah aktif bekerja kembali, berhak atas: a. cuti bersama; b. cuti tahunan pada tahun yang sedang berjalan dan cuti tahunan yang tersisa pada tahun sebelum digunakan cuti sakit; c. cuti besar;

d. cuti bersalin; e. cuti karena alasan penting. 3. Cuti Bersalin 1. Hak Cuti Bersalin . Merupakan hak PNS/CPNS wanita untuk persalinan anaknya yang pertama, kedua, dan ketiga. a. Cuti bersalin yang digunakan oleh CPNS wanita untuk persalinan anaknya yang pertama akan mengurangi hak cuti persalinan setelah yang bersangkutan menjadi PNS. 2. Penggunaan Cuti Bersalin dan Cuti Lain untuk Bersalin . PNS yang telah menggunakan cuti bersalin, berhak atas: o cuti bersama; o cuti tahunan pada tahun yang sedang berjalan dan cuti tahunan yang tersisa pada tahun sebelum digunakan cuti bersalin; o cuti besar; o cuti sakit; o cuti karena alasan penting. a. PNS wanita dapat diberikan cuti besar untuk persalinan anaknya yang keempat, apabila yang bersangkutan mempunyai hak cuti besar menjelang persalinan. b. PNS wanita yang akan/telah menggunakan cuti besar untuk persalinan anaknya yang keempat tidak berhak lagi atas cuti tahunannya dalam tahun yang bersangkutan. c. PNS wanita yang akan/telah menggunakan cuti besar tersebut berhak atas: o cuti bersama; o cuti tahunan yang tersisa pada tahun sebelum digunakan cuti besar; o cuti sakit; o cuti karena alasan penting. d. PNS wanita dapat diberikan cuti di luar tanggungan negara untuk persalinan anaknya yang kelima dan seterusnya. e. PNS wanita yang telah menggunakan cuti di luar tanggungan negara tersebut, berhak atas: o cuti bersama; o cuti tahunan pada tahun yang sedang berjalan dan cuti tahunan yang tersisa pada tahun sebelum digunakan cuti di luar tanggungan negara; o cuti besar setelah bekerja kembali paling kurang 6 (enam) tahun secara terus-menerus; o cuti sakit; o cuti karena alasan penting. 4. Cuti Karena Alasan Penting 0. Hak Cuti Karena Alasan Penting . Merupakan hak PNS. a. Selama menjalankan cuti karena alasan penting, PNS yang bersangkutan tidak memperoleh TKPKN. 1. Penggunaan Cuti Karena Alasan Penting

Selain karena alasan yang ditetapkan dalam peraturan perundangundangan yang mengatur cuti PNS, PNS juga berhak atas cuti karena alasan penting karena terjadinya kondisi force major, misalnya banjir, tanah longsor, kebakaran, dan gempa bumi. a. PNS yang telah menggunakan cuti karena alasan penting, berhak atas: o cuti bersama; o cuti tahunan pada tahun yang sedang berjalan dan cuti tahunan yang tersisa pada tahun sebelum digunakan cuti karena alasan penting; o cuti besar; o cuti sakit; o cuti bersalin. 5. Hak Cuti bagi PNS yang Sedang Tugas Belajar 0. PNS yang sedang tugas belajar, berhak atas: . cuti bersama; a. cuti bersalin; b. cuti besar untuk persalinan anaknya yang keempat apabila yang bersangkutan mempunyai hak cuti besar menjelang persalinan; 1. PNS yang sedang tugas belajar di dalam negeri atau di luar negeri yang akan menggunakan cuti bersalin dan cuti besar untuk persalinan anaknya yang keempat (apabila yang bersangkutan mempunyai hak cuti besar menjelang persalinan) harus mengajukan permohonan cuti kepada pejabat yang berwenang memberikan cuti melalui Pimpinan Perguruan Tinggi atau Kepala Perwakilan Republik Indonesia di negara yang bersangkutan. 6. Hak Cuti bagi PNS yang Telah Selesai Tugas Belajar 0. PNS yang telah selesai tugas belajar dan bekerja kembali di lingkungan Departemen Keuangan berhak atas: . cuti bersama; a. cuti besar untuk persalinan anaknya yang keempat apabila yang bersangkutan mempunyai hak cuti besar menjelang persalinan; b. cuti sakit; c. cuti bersalin; d. cuti karena alasan penting. 1. PNS yang telah selesai tugas belajar dan bekerja kembali di lingkungan Departemen Keuangan sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan, berhak atas: . cuti tahunan pada tahun yang sedang berjalan; a. cuti besar. 7. Pengajuan Permohonan Hak Cuti 0. Permohonan cuti yang akan dijalankan di dalam negeri dan sudah mendapat persetujuan dari pejabat yang berwenang memberikan cuti, harus disampaikan kepada pejabat yang berwenang menetapkan surat izin cuti paling lama 7 (tujuh) hari kerja sebelum tanggal pelaksanaan cuti, kecuali permohonan: . cuti sakit; a. cuti karena alasan penting. 1. Cuti yang akan dijalankan di luar negeri harus mendapatkan izin dari Menteri Keuangan.

2. Permohonan cuti yang akan dijalankan di luar negeri dan izin ke luar negeri, harus disampaikan kepada Sekretariat Jenderal cq. Biro Sumber Daya Manusia paling lambat 14 (empat belas) hari kerja sebelum tanggal pelaksanaan cuti, kecuali permohonan: . cuti sakit; a. cuti karena alasan penting. 8. Cuti di Luar Tanggungan Negara 0. PNS yang telah bekerja paling kurang 5 (lima) tahun secara terusmenerus dapat diberikan cuti di luar tanggungan negara karena alasanalasan pribadi yang penting dan mendesak. 1. Cuti di luar tanggungan negara dapat diberikan untuk paling lama 3 (tiga) tahun dan dapat diperpanjang paling lama 1 (satu) tahun apabila ada alasan-alasan yang penting untuk memperpanjangnya. 2. Alasan-alasan pribadi yang penting dan mendesak tersebut dapat dipertimbangkan oleh atasan langsung PNS yang bersangkutan apabila disertai dengan bukti-bukti yang mendukung. 3. PNS yang bekerja kembali di lingkungan Departemen Keuangan setelah melaksanakan cuti di luar tanggungan negara tidak berhak atas cuti tahunan yang tersisa dan berhak atas: . cuti bersama; a. cuti tahunan pada tahun yang sedang berjalan setelah bekerja kembali paling kurang 3 (tiga) bulan; b. cuti besar, yaitu setelah bekerja kembali paling kurang 6 (enam) tahun secara terus-menerus; c. cuti sakit; d. cuti bersalin; e. cuti karena alasan penting.
http://www.sdm.depkeu.go.id/manajemen.cfm?id=5

UU Tenaga Kerja Tidak Menentukan Batas Usia Pensiun


Diperbaharuai terakhir May 29, 2012 Usia pensiun, kapan kita mulai memasuki usia pensiun? Apa Undang-Undang mengatur mengenai batas usia pensiun bagi pekerja Indonesia? Gajimu membahas mengenai peraturan batas usia pensiun. Sebagai pekerja tentunya kita harus memikirkan rencana masa depan dikala kita memasuki masa/usia pensiun. Akan tetapi, apakah Anda mengetahui kapan Anda memasuki usia pensiun? Berapa batas usia pensiun? Mari kita tilik bersama mengenai batas usia pensiun bagi pekerja di Indonesia. Apakah ada perundang-undangan di Indonesia yang mengatur mengenai batas usia pensiun? Dalam UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan tidak mengatur kapan saatnya pensiun dan berapa Batas Usia Pensiun (BUP) untuk pekerja sektor swasta. Dalam pasal 167 ayat 1 UU Ketenagakerjaan disebutkan bahwa salah satu alasan pemutusan hubungan kerja (PHK) adalah karena pekerja telah memasuki usia pensiun. Akan tetapi tidak diatur secara jelas dan tegas pada usia berapa batas usia pensiun berlaku. Ketentuan mengenai batas usia pensiun ditetapkan dalam Perjanjian Kerja (PK), Peraturan Perusahaan (PP)/ Perjanjian Kerja Bersama (PKB) atau Peraturan Perundangan yang berkaitan dengan masa pensiun menurut Pasal 154 huruf c UU Ketenagakerjaan. Apabila tidak ada peraturan tegas dari Undang-Undang Ketenagakerjaan, lalu berapa batas usia pensiun yang rata-rata diterapkan oleh perusahaan? Penentuan mengenai batas usia pensiun biasanya merujuk pada kebiasaankebiasaan yang berlaku dalam perusahaan, atau berpedoman pada beberapa UU yang mengatur hak-hak yang berkaitan dengan masa pensiun, seperti UU Jamsostek, UU mengenai Dana Pensiun atau UU Kepegawaian serta UU mengenai profesi tertentu. Contohnya pada pasal 14 ayat 1 UU No.3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja menyebutkan bahwa Jaminan Hari Tua (JHT) dibayarkan kepada tenaga yang telah mencapai usia 55 tahun. Ketentuan tersebut merupakan saat timbulnya hak atas JHT yang dapat dianalogikan sebagai saat mencapai batas usia pensiun. Sama halnya dengan UU No. 11 tahun 1992 tentang Dana Pensiun yang menyebutkan bahwa hak atas manfaat pensiun dengan catatan batas usia pensiun normal adalah 55 tahun dan batas usia pensiun wajib maksimum 60 tahun. Lagilagi ketentuan tersebut dianalogikan sebagai batas usia pensiun bagi pekerja.

Apakah ada peraturan Undang-Undang yang mengatur mengenai batas usia pensiun bagi pegawai negeri sipil? Ya. Ada beberapa peraturan perundang-undangan yang mengatur batas usia pensiun, antara lain batas usia pensiun pada jabatan seperti guru, dosen, dan pegawai negeri/pejabat Negara: PNS, Hakim, Tentara/Polisi. Berikut adalah batas usia pensiun bagi berbagai jenis pekerjaan beserta dasar hukum/UU yang mengaturnya. No Nama Jabatan/ Batas Usia Golongan Pensiun (BUP) Dasar Hukum

1 PNS Umum Ahli Peneliti dan Peneliti Guru Besar/ 3 Professor 4 Dosen 2 5 Guru 6 POLRI POLRI dengan 7 keahlian khusus 8 Perwira TNI Bintara dan 9 Tantama 10 Jaksa 11 12 13 14 15 Eselon I dalam jabatan Sruktural Eselon II dalam jabatan Struktural Eselon I dlm jabatan strategis Pengawas Sekolah Hakim Mahkamah Pelayaran Jabatan lain yang ditentukan Presiden

Pasal 3 ayat 2 PP No. 32 Th 1979 tentang 56 Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil, yang diubah menjadi PP No. 65 tahun 2008 65 Pasal 1 PP No. 65 tahun 2008 65 Pasal 67 ayat 5 UU No.4 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen 65 Pasal 40 ayat 4 UU No.4 tahun 2005 60 tentang Guru dan Dosen 58 Pasal 30 ayat 2 UU No. 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik 60 Indonesia 58 Pasal 75 UU No. 34 tahun 2004 tentang 53 Tentara Nasional Indonesia 62 60 Pasal 1 PP Nomor 65 Tahun 2008 tentang perubahan kedua atas PP No.32 tahun 1979 60 tentang Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil 62 60 Pasal 1 PP Nomor 65 Tahun 2008 tentang 58 perubahan kedua atas PP No.32 tahun 1979 tentang Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil 58 Pasal 12 UU No. 16 tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia

16

17 Pekerja/ Buruh Sumber :


Berdasarkan PK, PP, PKB

Pasal 154 UU No. 13 tentang Tenaga Kerja

Indonesia. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Tenaga Kerja Indonesia. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun Indonesia. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja Indonesia. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per-02/Men/1995 tentang Usia Pensiun Normal dan BUP Maksimum Bagi Peserta Peraturan Dana Pensiun

Berapa gaji Kamu ? Silakan isi di Survei Gaji

http://www.gajimu.com/main/tips-karir/kiat-pekerja/uu-tenaga-kerja-tidakmenentukan-batas-usia-pensiun

Sabtu, 05 Mei 2012 - 17:54:26 WIB PENSIUN DINI BAGIAN II Diposting oleh : Administrator Kategori: Suluh Rehabilitasi - Dibaca: 5221 kali
PENSIUN DINI BAGIAN II 0leh : Titus Joko Alif, SH.

Apa yang menjadi factor penyebab timbulnya pensiun dini dikalangan PNS ? Berdasarkan UndangUndang Nomor 11 Tahun 1969 terutama pada pasal 9, bahwa untuk mengajukan pensiun dini harus ada kejelasan dalam menyampaikan suatu alasan yang tepat dan mendasar pada kenyataan yang dihadapinya bukan karena suatu tujuan tertentu diluar dugaan yang tidak diharapkan oleh aturan yang sebenarnya. Bahwa pengajuan pensiun dini ini merupakan wewenang dalam kebijaksanaan instansi tersebut. Kalau dalam instansi terdapat kasus seorang PNS mengajukan pensiun dini, maka keputusan dalam pengajuan pensiun dini instansilah yang berhak menentukan keputusannya, kalau memang benar-benar suatu keadaan yang terjadi pada PNS tsb. Bahwa sebenarnya proses pengajuan pensiun dini ini perlu ada prosedur yang tepat guna dan dapat dipertimbangkan lebih dulu sebelum ada suatu keputusan, maka perlu menentukan alternative yang tepat , yaitu yang pertama kalau memang perlu dipensiun dini karena suatu keadaan yang memaksa dengan menunjukkan bukti yang ada dan sah menurut hokum. Yang kedua tidak perlu dipensiun karena PNS tsb dapat diselesaikan permasalahan secara baik berdasarkan pertimbangan ataupun hasil pengujian, baik secara medis maupun secara professional dari pejabat yang berwenang untuk menentukan hasil yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan. Alternative ketiga ada suatu tindakan yang dipandang lebih adil dan bijaksana karena PNS telah melakukan tindakan yang tak terpuji dan merupakan suatu pelanggaran Peraturan Disiplin sebagai PNS, maka alternative ke 3 tsb bukan merupakan pemberhentian dengan hormat dengan memperoleh hak pensiun melainkan pemberhentian dengan tidak hormat karena jelas terbukti melakukan pelanggaran Hukum atau pelanggaran Disiplin sebagai PNS.

Kalau memang dari hasil keputusan dalam pengajuan pensiun dini dipandang sudah mendasar, atau ada bukti yang autentik baik dari hasil pertimbangan secara medis ataupun secara professional dari pejabat instansi yang berwenang, maka tindakan selanjutnya instansi wajib menyampaikan laporan ke Kantor Pusat atau Kementerian/Lembaga secara tertulis dengan disertai bukti-bukti hasil pengujian kesehatan bilamana kalau PNS sakit/punya penyakit, atau dari hasil pertimbangan pejabat instansi yang berwenang yang dapat dipertanggungjawabkan dan disertai lampiran sebagai kelengkapan persyaratan pensiun, sebagaimana pengajuan pensiun pada umumnya untuk diproses secara lanjut. Bahwa pengajuan pensiun dini ini prosesnya tidak langsung ke Kantor Regional I Badan Kepegawaian Negara Yogyakarta, bilamana instansi tsb berdomisili di wilayah DIY dan Jawa Tengah, melainkan ke Kantor Pusat. Lain halnya kalau ada PNS yang mencapai batas usia pensiun harus melalui Kantor Regional I BKN Yogyakarta, baik kepada PNS yang bergolongan ruang I/a sampai dengan IV/b dapat diproses di Kantor Regional I BKN Yogyakarta, kecuali bagi pangkat golongan IV/c ke atas diproses di Kantor Pusat. Ini merupakan pemahaman bagi PNS yang hendak mengajukan pensiun. Informasi ini diperoleh dari Kantor Regional I BKN Yogyakarta pada bulan September 2010.

Kembali pada persoalan pensiun dini, bahwa pengajuan pensiun dini harus dapat menunjukkan bukti-bukti yang mendasar, akurat dan dapat dipertanggungjawabkan terutama bagi PNS yang bersangkutan demikian juga instansi. Kalau tidak dapat membuktikan secara alasan yang rasional, maka akan menimbulkan pula permasalahan yang baru dan menimbulkan dampak social dikalangan pegawai pada umumnya.

Dasar dalam menentukan pensiun dini pada hakekatnya ada berbagai factor penyebab yang mendorong timbulnya pensiun dini atau pensiun belum pada saatnya PNS dipensiun menurut Undang-Undang ataupun peraturan lain yang mengaturnya. Dalam soratan yang ada dikalangan instansi terdapatnya pensiun dini disebabkan karena : 1. Faktor kesehatan yang tidak mendukung bagi PNS.

Faktor kesehatan yang tidak mendukung ini dikarenakan PNS mengalami halangan kerja berupa penyakit sebagai penyebab, hal ini akan menimbulkan terhambatnya aktivitas kerja sehingga aktivitas menjadi berhenti maka timbullah permasalahan yang dihadapi pada instansi tsb ( misalnya pekerjaan dinas terbengkelai, menumpuk-numpuk pekerjaan dan tidak ada yang mengerjakan pekerjaan tsb dari PNS lain ). Hal tsb justru akan menjadi beban dan pertanggungjawaban yang tidak jelas, apalagi kalau pekerjaan tsb sangat diperlukan atau mendesak, dan lebih parah lagi kalau pimpinan instansi tidak pro active . Ini perlu adanya tindakan yang active dan perlu penyelesaian yang selaras dari semua pihak serta komitmen yang baik. Gangguan penyakit bisa terjadi pada PNS kapan saja, gangguan fisik dapat berupa daya kemampuan fisik pegawai tsb sudah tidak memungkinkan lagi (tidak memandang usia tua ataupun muda ), usia juga berpengaruh karena kekuatan dan kemampuan minim terbatas. Datangnya penyakit yang tidak diduga oleh PNS tsb hal ini tidak mengenal usia. Penyakit lain karena gangguan mental yaitu PNS mengalami gangguan psikologis/psikis mungkin karena beban mental ( tidak mengenal usia ) yang berat. Beban mental ini disebabkan karena beban pekerjaan atau beban lainnya, sehingga menurut kemampuan mentalnya tidak memungkinkan untuk beraktivitas, sehingga pegawai tersebut timbullah gangguan mental dapat berupa stress berat, psikopat, penyakit psikis, paranoid, gila, hypersex dsb. Bagi yang stress berat juga menimbulkan penyakit lain seperti : maagh, liver, ginjal, jantung, hypertensi, anemia, gula dsb. Kenapa PNS bisa menerima beban berat pekerjaan ? Ada beberapa kemungkinan yang dihadapi oleh PNS : a. Pekerjaan yang ditangani oleh pegawai tsb terlalu berat. b. Pegawai tsb tidak menguasai pekerjaannya karena tidak sesuai dengan bidangnya, baik dipandang secara pengetahuan ataupun secara pengalaman. c. Pimpinan terlalu memberikan beban pekerjaan yang tidak sesuai dengan porsinya. d. Pimpinan terlalu otoriter. e. Pekerjaan dikerjakan tanpa ada bantuan pihak lain ( tidak adanya kerjasama antar pegawai ). f. Pegawai tidak dapat mengatur waktunya dengan baik dalam melaksanakan perkerjaan. g. Lingkungan kerja tidak mendukung. h. Pekerjaan begitu berat tingkat kesejahteran pegawai kurang. i. Beban keluarga dibarengi dengan beban pekerjaan. j. Fasilitas kerja/sarana kerja tidak mendukung dan sering terjadi gangguan kerja. k. Pekerjaan banyak, kemampuan kurang dan fasilitas tidak ada. l. Pimpinan tidak menyenangkan karena selalu marah-marah tanpa sebab. m. Ketidak adilan dalam lingkungan kerja. n. Pegawai merasa tidak dipergunakan karena factor psikologis dari pimpinan ketidak senangan terhadap pegawai tsb, walaupun sebenarnya pegawai tsb mempunyai kemampuan dan potensi, justru yang lain dipandang tidak mampu dan bermasalah dimanfaatkan dalam kegiatan tertentu. o. Intelgensi suatu kepemimpinan terhadap bawahan kurang dalam penilaian, sehingga timbul kecemburuan social di kalangan pegawai. p. Pimpinan selalu berkomentar dan menilai kekurangan/kejelekan bawahnya namun tidak memberikan arahan yang benar. q. Pimpinan merasa kewalahan menghadapi bawahannya. r. Dsb. Apabila suatu instansi dalam menghadapi kejadian seperti itu misalnya ada PNS yang menderita sakit cukup lama tanpa ada pemberitahuan ataupun laporan, sehingga berbulan-bulan dan tidak ada kejelasan yang pasti, maka tugas dan kewajiban instansi adalah perlu mengadakan pendekatan keluarga tanpa didasari dugaan yang salah sebelum menunjukkan bukti yang dapat

dipertanggungjawabkan. Hal ini bertujuan untuk mengantisipasi respon yang salah yang menimbulkan dapak social yang tidak di kalangan masyarakat atau kalangan pegawai, dengan tidak menduga dan tidak berasumsi yang keliru dulu dalam mengabil kebijaksanaan. Disinilah instnasi terutama kepegawaian/personalia/badan administrasi perlu mencari bukti yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan. Dan jangan sekali-kali instansi memberikan keputusan yang tidak mendasar karena hanya mendengar dari pihak lain, ini sangat merugikan bagi pegawai maupun instnasi sendiri. Bahwa kehadiran instansi sangat berarti bagi pegawai yang bermasalah baik yang sakit maupun yang tidak sakit. Kehadiran pejabat instansi merupakan kunci dalam memberikan penyelesaian permasalahan yang dihadapi pegawai. Kalau memang pegawai tsb benar-benar sakit atau mempunyai penyakit, maka tindakan pejabat instansi menyarankan kepada keluarga untuk diadakan pemeriksaan lebih lanjut bilamana pegawai tsb menurut keluarganya memandang saran dari pejabat instansi dianggap sudah relevan maka hal ini perlu ada pertimbangan secara pro active. Dari hasil pendekatan keluarga tsb perlu dikaji dan dipertimbangkan oleh para pejabat di instansi bukan berdasarkan keputusan sepihak dari pejabat instansi, Jadi dalam hal ini perlu adanya prosedur dan system koordinasi yang tepat. Setelah mendapat komitmen dari para pejabat instansi maka perlu ada tindak lanjut yaitu instansi mengirimkan surat ke Kementerian Kesehatan lewat Dinas Kesehatan setempat untuk mengajukan permohonan Pengujian Kesehatan terhadap pegawai yang menderita sakit. Setelah permohonan tersebut dikabulkan maka pihak Dinas Kesehatan menunjuk Rumah Sakit yang terdekat dan menunjuk Tim Penguji Kesehatan yaitu para dokter-dokter ahli di bidang medis yang dipercaya guna melakukan tes kesehatan bagi penderita/pegawai yang sakit. Dan Dinas Kesehatan juga menentukan waktunya kapan ? Itu disampaikan lewat surat balasan ke instansi yang mengajukan/pemohon. Barulah instansi mengambil tindakan yaitu menyampaikan pemberitahuan lebih dulu apabila surat tsb ada temponya, kemudian hari berikutnya pejabat instansi mendatangi rumahnya untuk membawa/menjemput pegawai yang sakit untuk diadakan pengujian kesehatan di rumah sakit yang ditunjuk. Pada waktu mendatangi rumahnya maka otomatis pihak instansi juga menyediakan sarana pengangkut yaitu berupa mobil/ambulance untuk membawa ke RS yang ditunjuk. Yang dimaksud pejabat instansi adalah bisa pimpinan atau pimpinan yang menunjuk stafnya untuk mendapingi pegawai yang dibawa ke Rumah Sakit, namun lebih bagusnya selain staf juga pimpinan dengan tujuan supaya si pegawai yang sakit merasa diperhatikannya. Setelah di RS di diadakan pengujian hingga tuntas maka hasil pemeriksaan bagi penderita sakit tidak diberikan pada saat itu, namun lain waktu tergantung menunggu hasil yang pasti untuk mengetahui keadaan pegawai setelah diperiksa. Setelah sekian hari, minggu bahkan bisa sebulan hasil tersebut disampaikan ke instansi secara rahasia tidak lewat pegawai yang sakit. Hasil tersebut merupakan Keputusan dari Tim Penguji Kesehatan Rumah Sakit berdasarkan pemeriksaan secara medis dan alat yang canggih. Apabila dari Hasil Keputusan Tim Penguji Kesehatan (Tim Medis) menyatakan bahwa PNS tsb tidak memenuhi syarat untuk menjalankan tugas sebagai PNS atau ditolak. Dengan pernyataan tsb apa yang perlu dilakukan oleh instansi ? Pertama, pejabat instansi terutama pimpinan kepegawaian dan pimpinan lainnya menyampaikan kepada keluarganya dengan memberikan hasil Pengujian Kesehatan secara tertutup tanpa dibuka oleh siapapun dan diterima langsung keluarganya. Apabila pihak keluarga dapat memahami atas kejadian tsb, maka tidak ada kemungkinan keluarga menerima segala keputusan dari instansi. Dengan demikian untuk melangkah selanjutnya pihak instnasi menyampaikan laporan tertulis secara rahasia ke Kantor Pusat atau Kementerian/Lembaga dan sekaligus melengkapi persyaratan untuk memohon pensiun dini karena sakit yang tidak dimungkinkan untuk sembuh menderita sakit kronis menurut hasil Keputusan Tim Penguji Kesehatan ( Tim Medis ). Kelengkapan persyaratan pension dini ini meliputi :

a. Hasil Keputusan dari Tim Penguji Kesehatan (Tim Medis) yang asli. b. Surat-surat dan photo rontgen dan lain-lainnya dari hasil pemeriksaan pada saat diadakan pengujian kesehatan di rumah sakit. c. Kelengkapan pensiun pada umumnya. d. Surat Pengantar disertai dengan hasil pertimbangan. Syarat untuk pensiun dini ini ada ketentuannya menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Tahun 1979 pada pasal 9 ayat 1 sub c, harus memiliki masa kerja sekurang-kurangnya 4 tahun dan oleh badan/pejabat yang ditunjuk oleh Departemen Kesehatan berdasarkan peraturan tentang pengujian kesehatan Pegawai Negeri, dinyatakan tidak dapat bekerja lagi dalam jabatan apapun juga karena keadaan jasmani dan rohani, yang tidak disebabkan oleh dan karena ia menjalankan kewajiban jabatannya. Jadi sudah jelas bahwa apa yang ada dalam ketentuan ini sebagai dasar untuk mengajukan pensiun dini bagi PNS yang benar-benar sakit kronis. Kalau penyakitnya tidak parah ada kemungkinan untuk sembuh ada solusi lain yaitu permohonan cuti karena sakit berdasarkan keterangan dokter. Namun kalau sudah terlanjur dalam Pengujian Kesehatan, inipun para dokter akan menyampaikan hasilnya sesuai dengan pemeriksaan yang telah dilakukan berdasarkan bukti yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan, sebab merupakan sumpah seorang dokter dalam menjalankan tugasnya, jadi hasilnya benar-benar membuktikan dari segi positifnya. Karena hal yang demikian itu tidak dapat direkayasa. Misalnya pihak instansi mengharapkan untuk dipensiun tetapi kesepakatan dokter-dokter ahli dengan disertai alat/sarana yang canggih, hal demikian itu mustahil untuk dilakukan penyimpangan pernyataan. 2. Alasan PNS tidak sanggup bekerja lagi.

Alasan tsb menunjukkan bahwa setiap PNS apabila merasa bosan bekerja di instansi maka perlu menyampaikan alasan yang rasional. Yang artinya bahwa kenapa PNS menyampaikan alasan tsb untuk mengajukan pensiun ? Apakah pegawai tsb sudah memahami peraturan tentang pensiun ? Bukan suatu alas an bilamana PNS ingin pensiun untuk menghindari masalah, baik di kantor, keluarga ataupun permasalahan lain yang dihadapinya ? Yang jelas pengajuan pensiun atas permintaan sendiri bukan suatu rekayasa atau alasan yang dibuat-buat. Boleh saja PNS untuk memohon mengajukan pensiun pada saat belum mecapai usia batas usia pensiun. Sebab dalam Undang-Undang Nomor 11 tahun 1969, disitu menyebutkan tentang pensiun yaitu bilamana PNS telah mencapai usia 50 tahun dan mempunyai masa kerja sekurang-kurangnya 20 tahun, maka hal ini dapat dijalankan.

Banyak terjadi kasus pegawai dalam pengajuan pensiun dini dengan alasan-alasan tertentu, tetapi ada juga alasan pensiun dini tsb hanya untuk menutupi segala kemungkinan yang dihadapi oleh pegawai, misalnya pegawai dibebani hutang dimana-mana, judi, selingkuh, tidak hadir dalam kerja dan perbuatan-perbuatan yang tak terpuji lainnya, hal ini akan mencemari dirinya selain itu juga instansi yang terkena. Dan jangan sampai instansi salah dalam mengambil keputusan untuk menentukan arah dalam mengajukan pensiun dini kepada pegawai yang bermasalah. Sebab pensiun merupakan penghargaan dari Pemerintah terhadap PNS yang telah mengabdi sekian tahun dan berjasa terhadap bangsa dan Negara. Kalau memang terbukti pegawai tsb bertentangan dengan tujuan Pemerintah dan Peraturan yang berlaku maka perlu pertimbangan yang masak.

Pensiun dini ini harus ada permohonan dan pernyataan yang menunjukkan alas an yang tepat dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Maka sebagai pejabat yang berwenang disuatu instansi dalam menerima pengajuan dari pegawai perlu dikaji ulang dan kalau perlu diadakan tatap muka lebih dulu antara pegawai yang mengajukan pensiun dini dengan Kepala Kepegawaian (pimpinan personalia) untuk dimintai alas an-alasan yang sebenarnya sebagai pertanggungjawabannya. Setelah ada kepastian bahwa pegawai tsb tetap mengharapkan pensiun maka perlu ada Rapat Koordinasi antara Kepala Kepegawaian dengan Pejabat lainnya guna mempertimbangkan sebagai upaya atau penyelesaian yang lebih tepat. Jangan sampai hasil keputusan itu hanya ditangani oleh sepihak tapi harus melalui prosedur dan system koordinasi yang baik. Maka sangat perlu bilamana dalam instansi ada system koordinasi yang terpadu untuk menyelesaikan masalah kepegawaian termasuk kasus pegawai akan mengajukan pensiun dini. Keputusan harus berdasarkan pertimbangan yang rasional, relevan dan dapat dipertanggungjawabkan secara hokum bukan merupakan keputusan

yang sepintas. Sebab dengan Keputusan sepintas akan menyalahi system dan prosedur. Sebagai contoh saja bila ada pegawai yang jelas-jelas bermasalah kenapa harus diajukan pensiun dini ? Mungkin karena factor psikologis : pimpinan tidak suka lagi, pimpinan merasa jera melihat tingkah lakunya, pimpinan tidak mau pusing, ini dari pihak pimpinan. Kemudian dari pihak pegawai juga bisa menjadi kemungkinan : pegawai merasa tidak betah melihat lingkungan kerjanya, pegawai tidak disenangi oleh kawan kerjanya dan pimpinan, pegawai nyambi kerja ditempat lain, pegawai buka usaha bisnis, beban hidup keluarga merasa berat dan nyambi pekerjaan tempat lain disamping kerja di kantor, namun pegawai tsb lebih rela pensiun tetapi dapat kerjaan lain, sebab kalau nyambi rasanya repot dsb.

Pensiun dini perlu disesuaikan dengan situasi dan kondisi pegawai serta ditentukan oleh UndangUndang atau peraturan lain yang mengaturnya . Jangan sampai keputusan yang tidak mendasar menjadi factor penyebab permasalahan dalam instansi, dengan alasan alasan yang kurang rasional sebab hal ini akan menjadi boomerang dan menjadikan permasalahan di kalangan para pegawai, maka timbul asumsi yang ada dalam masyarakat / lingkungan kerja. Hal yang demikian perlu ada antisipasi mencegah terjadi gejolak dalam lingkungan kerja. Bila dalam membuat kebijaksanaan perlu ada gagasan dan pertimbangan yang lebih baik dan tidak menimbulkan gejolak dalam lingkungan kerja. Kecuali pejabat instansi melakukan pembinaan terhadap pegawai yang bermasalah misalnya jarang hadir dalam kerja, terutama pimpinan unit kerja yang wajib membina, tidak langsung ke Pimpinan Kepegawaian/personalia. Sebab dalam pembinaan terhadap pegawai harus melalui prosedur dan tahapan yang tepat. Dan apalagi pegawai ybs berada dalam pengawasan pimpinan unit kerja masing-masing. Sebab dalam Peraturan Pemerintah No. 53 tahun 2010 perlu ada pemahaman bersama yaitu kewajiban seorang pimpinan adalah wajib melakukan pembinaan terhadap pegawai, demikian juga pegawai siapa saja wajib mentaati peraturan masalah kedisiplinan, sebab kalau tidak ancaman/ sanksi yang mengungkapkannya.

Sesuai dengan Perundang-undangan yang berlaku tentang pensiun sebagaimana diatur dalam UU No. 11 Tahun 1969 maupun PP No. 32 Tahun 1972 menjadikan pedoman bagi semua pegawai, agar dalam menentukan suatu keputusan berdasarkan pada aturan tsb. Untuk pensiun dini atas permintaan sendiri sebagaimana di atas tadi menyebutkan ketentuan usia maupun masa kerja, yang diatur dalam UU No. 11 Tahun 1969 pasal 9, sebab hal ini tidak dapat ditawar lagi misalnya dalam masa kerja mencapai 19 tahun 11 bulan dan usia mencapai 49 tahun, maka hal ini dapat diputuskan sesuai peraturan yang berlaku. Lain halnya pensiun dini karena sakit berdasarkan keputusan dari Tim Penguji Kesehatan ( Tim dokter ahli ) bisa saja diadakan pensiun dini biarpun belum mencapai masa kerja 20 tahun, namun ada ketentuan lain yang mengaturnya yaitu pada Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 1972 pada pasal 11 dan pasal 17 ayat 2. ini yang menjadi pemahaman bagi kita semua. 2. Alasan lain akibat dari suatu kejadian yang tak terduga.

Dalam Ketentuan yang mengatur terutama pada Peraturan Pemerintah RI No. 32 tahun 1972 terutama dalam pasal 6 yang berbunyi sbb : Apabila ada penyederhanaan suatu satuan organisasi Negara yang mengakibatkan adanya kelebihan PNS, maka PNS yang berkelebihan itu disalurkan kepada satuan organisasi lain. Ini menunjukkan bilamana terjadi kasus yang demikian itu Pemerintah berupaya dalam mengatasi kejadian tsb seandainya hal itu terjadi, maka bagi PNS yang kelebihan dalam satuan organisasi tsb ( instansi ) dapat diupayakan untuk disalurkan ke satuan organisasi lain sepanjang satuan organisasi tsb menerimanya untuk dapat bekerja. Namun apabila satuan organisasi lain ada yang tidak menerimanya dengan alas an tidak dapat menampung karena akan melebihi target personilnya sebab telah ditentukan oleh Pemerintah. Bagaimana dengan PNS yang merasa tidak menerima ke satuan organisasi ( instansi ) lain ? Adakah kebijaksanaan Pemerintah mengatasi permasalahan tsb ? Ya tentu ada solusinya hal ini dapat kita perhatikan dalam PP No. 32 tahun 1972 pada pasal 7 yang berbunyi sebagai

berikut : Apabila penyaluran sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 tidak mungkin dilaksanakan, maka PNS yang kelebihan itu diberhentikan dengan hormat sebagai PNS atau dari Jabatan Negeri dengan mendapat hak-hak kepegawaian berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Demikian adanya apabila kalau PNS memang sulit disalurkan di instansi lain dan tidak ada yang menerima atau menampungnya solusi Pemerintah adalah diberhentikan sebagai jabatan PNS dengan menerima hak-hak kepegawaian berupa pensiun. Hal ini diatur dalam Pasal 16 PP No. 32 Tahun 1972 yang berbunyi : Kepada PNS yang diberhenikan dengan hormat sebagai PNS, diberika hak-hak kepegawaian berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Bagaimana ketentuan yang mengatur bagi PNS apabila diberhentikan dengan hormat untuk menerima hak pensiun ? Untuk lebih jelasnya pengaturan soal PNS yang dipensiun karena kelebihan pegawai susah disalurkan ke satuan organisasi lain, maka solusi pemerintah dalam hal ini adalah mengupayakan dengan pensiun dini bagi PNS tsb, namun ada ketentuannya sebagaimana yang di atur dalam PP No. 32 tahun 1979 pada pasal 17 ayat 1 yang berbunyi sebagai berikut : PNS sebagaimana dimaksud dalam pasal 7, pasal 11 huruf b dan huruf c, dan pasal 15 ayat (2) : a. diberhentikan dengan hormat sebagai PNS dengan hak pension, apabila telah mencapai usia sekurang-kurangnya 50 ( lima puluh ) tahun dan memiliki masa kerja pension sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) tahun; b. diberhentikan dengan hormat dari Jabatan Negeri dengan mendapat uang tunggu, apabila belum memenuhi syarat-syarat usia dan masa kerja sebagimana dimaksud dalam huruf a. Jadi penyederhanaan suatu organisai ini karena suatu sebab kelebihan PNS, maka solusi pemerintah ada 2 alternatif : 1. Dapat disalurkan ke instansi lain bilamana instansi tersebut dapat dimungkinkan menerimanya. 2. Dapat dimungkinkan pula PNS tsb diberhentikan dengan hormat dan menerima hak pension, dengan ketentuan sebagaimana dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dapatkah PNS yang bermasalah untuk dapat diajukan diberhentikan dengan hak menerima pensiun ? Bahwa istilah pemberhentian menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku ada 2 (dua) hal yang perlu diketahui bersama yaitu : 1. Diberhentikan dengan hormat untuk menerima hak pension. 2. Diberhentikan dengan tidak hormat (dipecat/dikeluarkan) sebagai PNS karena terdapat pelanggaran aturan hukum yang berlaku atau peraturan Disiplin sebagai PNS. Pertanyaan tsb menunjukkan bahwa bagi PNS yang bermasalah atau mempunyai masalah apa dapat di pension dini ? Semua tergantung pada permasalahan yang dihadapinya, apakah permasalahan tsb sengaja atau tidak ? Kalau permaslahan tsb timbul karena factor kesengajaan misalnya PNS tersebut mempunyai perilaku dan perbuatan yang menyimpang ketentuan baik menurut aturan disiplin pegawai atau aturan hukum lainnya sebagai salah satu contoh : a. Tidak pernah hadir dalam kerja dan tidak pernah absent hingga berbulan-bulan tanpa ada keterangan dan kejelasan, bila hadir hanya menerima gaji saja. b. Melantarkan pekerjaan dinas. c. Menyalahgunakan wewenang. d. Melakukan tindakan yang tak terpuji. e. Hubungan dengan rekan kerja tidak harmonis. f. Mengingkari kewajiban dan tanggung jawab baik sebagai PNS ataupun sebagai anggota masyarakat. g. Selalu bikin onar dalam lingkungan kerja h. Pelanggaran terhadap Peraturan Kedisiplinan dsb. Jadi kalau kita mengetahui hal diantara contoh tsb jelas saja tidak dapat dijadikan pertimbangan untuk diusulkan pensiun dini, yang jelas diberhentikan dengan tidak hormat tidak menerima hak pensiun . Sebab perlu diketahui dengan pasti dalam Peraturan Pemerintah RI No. 53 Tahun 2010 mengatakan bahwa, apabila PNS tidak pernah hadir dan tidak pernah absent selama 46 hari atau

lebih, maka dijawab dalam pasal 10 angka 9 sub bd dapat diberhentikan dengan tidak hormat. Maka instansi perlu hati-hati dalam menjatuhkan keputusan atau kebijaksanaan, sebab contoh tersebut tidak dapat ditoleransi. Bukan karena factor psikologi tetapi akan menimbulkan dampak yang tak berarti. Bagaimana prosedur terjadinya pensiun dini di Kantor BBRSBD Prof. Dr. Soeharso Surakarta ? Berdasarkan data yang saya peroleh di Sub Bagian Kepegawaian, bahwa benar BBRSBD Prof. Dr. Soeharso Surakarta pernah mengusulkan PNS dalam permohonan pensiun dini dan bahkan sudah menerima pensiun sebanyak 3 orang dan 1 orang baru akan pensiun di tahun 2010 ini. Dalam proses pension dini ini ada 2 hal permasalahan : 1. Atas permohonan sendiri untuk pensiun dini, yaitu sebanyak 2 orang sejak tahun 2002 hingga tahun 2010 semua pegawai pria. Kedua Pegawai tersebut bernama Sdr. Sahari merupakan awal pertama dalam pengajuan pension dini dan disusul Sdr. Bandi Suprapto yang telah menerima SK Pensiun terhitung mulai tanggal 1 Desember 2010. Bagi PNS yang mengajukan permintaan sendiri ini juga dibuktikan adanya surat pernyataan yang bermetrai Rp. 6.000,- dan ditandatangi di depan pimpinan /kepala Sub Bagian Kepegawaian. Untuk sdr. Bandi Suprapto telah diproses sejak bulan Januari 2010 kemudian SK terima pada bulan September 2010 sedang untuk menerima pension pertama bulan Desember 2010 . Untuk prosespensiun dini ini dilakukan di Kementerian Sosial RI lewat Direktorat Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial. 2. Atas Keputusan Tim Penguji Kesehatan karena factor kesehatan yang tidak memungkinkan PNS bekerja sebagai jabatan negeri, yaitu 2 orang pegawai sejak tahun 2005 hingga tahun 2010 semua pegawai wanita. Kedua pegawai tersebut bernama Sdr. Siti Mahmudah pensiun sejak tanggal 1 Juli 2005 dan disusul Sdr. Susilowati dengan menerima SK Pensiun terhitung mulai tanggal 1 Januari 2010. Untuk Sdr. Susilowati ini dip roses sejak bulan Juli 2009 . Pemrosesan pension dini karena sakit ini didasarkan pada hasil Keputusan dari Tim Penguji Kesehatan Rumah Sakit Dr. Muwardi Surakarta Nomor Surat 812/2678/2009 tanggal 23 Juli 2010 yang menyatakan : Tidak memenuhi syarat untuk melaksanakan tugas seb agai PNS atau ditolak . Karena telah mengetahui hasil keputusan tim penguji kesehatan tersebut, instansi mengambil tindakan yaitu memproses pengajuan pension dini dengan disertakan hasil Keputusan Tim Penguji Kesehatan RSUD Dr. Muwardi Surakarta, Surat-surat hasil pemeriksaan yang telah dilakukan oleh para dokter ahli dengan sarana yang canggih dan melengkapi syarat-syarat pension sebagaimana pengajuan pensiun pada umumnya. Untuk mengetahui lebih lanjut dalam pemahaman pengajuan pension dini harus melalui prosedur yang benar sebagai contoh terhadap pegawai bernama Sdr. Susilowati ini untuk kronologisnya sbb : 1. PNS atas nama dr. Susilowati menderita sakit tanggal 1 Agustus 2008. 2. Berkali-kali pihak instansi BBRSBD ( Kepala Bagian Tata Usaha dan Kepala Sub Bag Kepegawaian ) melakukan pendekatan dengan keluarga serta memberikan semangat kepada ybs. agar segera sembuh dan kembali bekerja sebagaimana mestinya, namun keadaan ybs tidak membaik. 3. Pada tanggal 3 Maret 2009 pihak instansi BBRSBD mengirim surat ke Tim Penguji Kesehatan ke Dinas Kesehatan Pemkot Surakarta dengan Nomor Surat 175/BBRSBD. TU-2/III/2009 tanggal 3 Maret 2009 untuk melakukan test kesehatan terhadap ybs, oleh pejabat yang berwenang dianggap tidak dapat melanjutkan pekerjaan karena kesehatan terganggu. 4. Mendapat tanggapan dari Dinas Kesehatan Pemkot Surakarta dengan nomor surat : 812/832/2009 tanggal 6 Maret 2009 menyatakan untuk diadakan pemeriksaan terhadap ybs yaitu ditentukan pada tanggal 23 Juni 2009 dan 21 Juli 2009 untuk diadakan Test Kesehatan terhadap ybs di RSUD Dr. Muwardi Surakarta yang tidak jauh dari kantor BBRSBD Surakarta, namun dijemput di rumah ybs dengan kendaran ambulance milik kantor. 5. Hasil Test Kesehatan juga dilakukan oleh Tim Penguji Kesehatan di RSUD Dr. Muwardi Surakarta yang berupa test darah untuk mengetahui asam urat, kolesterol, trigliserid, photo thorax dan syaraf, menunjukkan bahwa ybs tidak dapat menjalankan tugas sebagai PNS dan disarankan

untuk mengajukan 6. Berdasarkan Ketentuan :

pension

dini.

a. PP No. 32 Tahun 1979 Bab II pasal 11 sub b tentang pemberhentian karena tidak cakap jasmani dan rohani disebabkan menderita penyakit. b. Hasil Keputusan Tim Penguji Kesehatan Nomor : 812/2678/2009 tanggal 23 Juli 2009 bahwa ybs tidak memenuhi syarat untuk menjalankan sebagai PNS atau ditolak. c. Buku Saku (Panduan ) Administrasi Kepegawaian Dirjen. YANREHSOS Departemen Sosial RI tanggal 1 September 2008 Bab VI bagian B sub 4a tentang Pensiun Dini. 7. Pengajuan pension dini atas nama ybs dengan Nomor surat 1269/BBRSBD.TU-2/X/2009 tanggal 29 Oktober 2009 dengan disertai /dilampiri Surat Keputusan Tim Penguji Kesehatan beserta surat-surat hasil pemeriksaan dari Tim Penguji Kesehatan , selain itu juga dilengkapi persyaratan pension pada umumnya. Bahwa pengajuan pension dini ini tidak lewat Kantor Regional I BKN Yogyakarta tetapi langsung ke Kantor Pusat yaitu Departemen Sosial RI melalui Direktorat Jenderal YANREHSOS. Tembusan disampaikan ke Biro Orpeg Depsos RI, BKN Pusat Jakarta dan Kantor Regional I BKN Yogyakarta. 8. Penerbitan SK Pensiun Dini terhitung mulai tanggal 1 Januari 2010 dengan menunjuk Nomor SK Orpeg. 14-01-02 tanggal 21 Desember 2009 dengan menerima pokok pensiun sebesar Rp. 1.040.000,- / bulan dengan pangkat Penata Muda III/a. Namun sayangnya SK Pensiun tersebut dapat dikatakan sangat terlambat datangnya dari Pusat, sebab gaji sebagai PNS masih diterimakan pada bulan Januari 2010 dan terlanjur dalam daftar gaji bulan Pebruari 2010. Keterlambatan dalam penerbitan SK Pensiun tsb menimbulkan masalah yaitu harus mengembalikan gaji selama 2 bulan ke Negara lewat KPPN. Persiapan tersebut memang kurang karena mengingat jangkauan dan komunikasi menimbulkan keterhambatan SK Pensiun. Bahwa pengajuan pensiun ke Kantor PT. TASPEN perlu adanya perjalanan yang cukup waktu sejak SK diterima oleh Instansi BBRSBD paling tidak 1 atau 2 bulan. Sebab apabila SK sudah diterima jauh hari antara 1 atau 2 bulan maka tindakan selanjutnya mengajukan SKPP terlebih dahulu yang kemudian disahkan atau dimintakan persetujuan dari KPPN Surakarta. Setelah SKPP terbit barulah mengajukan proses pensiun di PT Taspen dilakukan akhir bulan menjelang pensiun. Soal waktu penerimaan pensiun, PT TASPEN lah yang menentukan. Penerimaan pension pertama dapat dilakukan di PT TASPEN dan dapat di transper ke Bank atau Kantor Pos menurut kehendak pemohon. 9. Kemudian pada tanggal 15 Pebruari 2010 telah diterbitkan SKPP yang disahkan oleh KPPN dengan Nomor surat : KET.217/WPb.14/KP.0322/2010. SKPP ini untuk kelengkapan pling utama dalam proses penerimaan pension pertama. 10. Pengajuan Proses ke PT TASPEN Cabang Surakarta dilakukan akhir bulan, kebetulan waktu itu tanggal 29 Maret 2010, karena ybs tidak bisa hadir ini yang menjadi permasalahan dalam pengambilan pension, karena yang dibutuhkan adalah pegawai ybs yang hadir dan tidak boleh diwakilkan oleh siapapun termasuk suami atau keluarga. Maka sebagai salah satu solusinya adalah ditransper ke Bank yang ditunjuk yaitu Bank Jateng Koordinator Cabang Surakarta di Jalan Bridjen. Slamet Riyadi Surakarta, maka dapat merealisasi pada bulan April 2010 di bank tsb. Demikian salah satu penyelesaian kasus pensiun dini terhadap PNS yang sakit yang pernah terjadi di BBRSBD Surakarta.

http://www.rc-solo.depsos.go.id/berita-168-pensiun-dini--bagian-ii.html

You might also like