You are on page 1of 17

HAKIKAT PENDIDIKAN

1. MENURUT PANDANGAN PAKAR INDONESIA Hakikat pendidikan itu dapat dikategorisasikan dalam dua pendapat yaitu pendekatan epistemologis dan pendekatan ontologi atau metafisik. Kedua pendekatan tersebut tentunya dapat melahirkan jawaban yang berbeda-beda mengenai apakah hakikat pendidikan itu. Di dalam pendidikan epistemologis yang menjadi masalah adalah akar atau kerangka ilmu pendidikan sebagai ilmu. Pendekatan tersebut mencari makna pendidikan sebagai ilmu yaitu mempunyai objek yang akan merupakan dasar analisis yang akan membangun ilmu pengetahuan yang disebut ilmu pendidikan. Dari sudut pandang pendidikan dilihat sebagai sesuatu proses yang interen dalam konsep manusia. Artinya manusia hanya dapat dimanusiakan melalui proses pendidikan. Berbagai pendapat mengenai hakikat pendidikan dapat digolongkan atas dua kelompok besar yaitu : Pendekatan reduksionisme Pendekatan-pendekatan reduksionisme melihat proses pendidikan peserta didik dan keseluruhan termasuk lembaga-lembaga pendidikan, menampilkan pandangan ontologis maupun metafisis tertentu mengenai hakikat pendidikan. Teori-teori tersebut satu persatu sifatnya mungkin mendalam secara Vertikal namun tidak melebar secara horizontal. Peserta didik, anak manusia, tidak hidup secara terisolasi tetapi dia hidup dan berkembang di dalam suatu masyarakat tertentu, yang berbudaya, yang mempunyai visi terhadap kehidupan di masa depan, termasuk kehidupan pasca kehidupan. Pendekatan holistik integrative Pendekatan Redaksional Teori-teori / pendekatan redaksional sangat banyak dikemukakan di dalam khazanah ilmu pendidikan. Dalam hal ini akan dibicarakan berbagai pendekatan reduksionaisme sebagai berikut: 1. Pendekatan pedagogis / pedagogisme Titik tolak dari teori ini ialah anak yang akan di besarkan menjadi manusia dewasa. Pandangan ini apakah berupa pandangan nativisme schopenhouer serta menganut penganutnya yang beranggapan bahwa anak telah mempunyai kemampuan-kemampuan yang dilahirkan dan tinggal di kembangkan saja. 2. Pendekatan Filasofis / religionisme Anak manusia mempunyai hakikatnya sendiri dan berada dengan hakikat orang dewasa. Oleh sebab itu, proses pendewasaan anak bertitik-tolak dari anak sebagai anak manusia yang mempunyai tingkattingkat perkembangan sendiri. 3. Pendekatan religius / religionisme Pendekatan religius / religionisme dianut oleh pemikir-pemikir yang melihat hakikat manusia sebagai makhluk yang religius. Namun demikian kemajuan ilmu pengetahuan yang sekuler tidak menjawab terhadap kehidupan yang bermoral. 4. Pendekatan psikologis / psikologisme Pandangan-pandangan pedagogisme seperti yang telah diuraikan telah lebih memacu masuknya psikologi ke dalam bidang ilmu pendidikan hal tersebut telah mempersempit pandangan para pendidik seakan-akan ilmu pendidikan terbatas kepada ilmu mengajar saja.

5. Pendekatan negativis / negativism Pendidikan ialah menjaga pertumbuhan anak. Dengan demikian pandangan negativisme ini melihat bahwa segala sesuatu seakan-akan telah tersedia di dalam diri anak yang bertumbuh dengan baik apabila tidak dipengaruhi oleh hal-hal yang merugikan pertumbuhan tersebut. 6. Pendekatan sosiologis / sosiologismu Pandangan sosiologisme cenderung berlawanan arah dengan pedagogisme. Titik-tolak dari pandangan ini ialah prioritas kepada kebutuhan masyarakat dan bukan kepada kebutuhan individu. Peserta didik adalah anggota masyarakat. Dalam sejarah perkembangan manusia kita lihat bahwa tuntutan masyarakat tidak selalu etis. Versi yang lain dari pandangan ini ialah develop mentalisme. Proses pendidikan diarahkan kepada pencapaian target-target tersebut dan tidak jarang nilai-nilai kemanusiaan disubordinasikan untuk mencapai target pembangunan. Pengalaman pembangunan Indonesia selama Orde Baru telah mengarah kepada paham developmentalisme yang menekan kepada pencapaian pertumbuhan yang tinggi, target pemberantasan buta huruf, target pelaksanaan wajib belajar 9 dan 12 tahun. Salah satu pandangan sosiologisme yang sangat populer adalah konsiensialisme yang dikumandangkan oleh ahli pikir pendidikan Ferkenal Paulo Freire. Pendidikan yang dikumandangkan oleh Freire ini yang juga dikenal sebagai pendidikan pembebasan pendidikan adalah proses pembebasan. Konsiensialisme yang dikumandangkan Freire merupakan suatu pandangan pendidikan yang sangat mempunyai kadar politis karena dihubungkan dengan situasi kehidupan politik terutama di negara-negara Amerika Latin. Paulo Freire di dalam pendidikan pembebasan melihat fungsi atau hakikat pendidikan sebagai pembebasan manusia dari berbagai penindasan. Sekolah adalah lembaga sosial yang pada umumnya mempresentasi kekuatan-kekuatan sosial politik yang ada agar menjaga status quo hukum membebaskan manusia dari tirani kekuasaan. Qua atau di dalam istilah Polo Freire. kapitalisme yang licik. Sekolah harus berfungsi membangkitkan kesadaran bahwa manusia adalah bebas. Hakekat Manusia 1. Kepustakaan hindu (Ciwa) menyatakan bahwa atman manusia datang langsung dari Tuhan (Bathara Ciwa) dan sekaligus menjadi penjelmaannya. 2. Kepustaan agama Budha menggambarkan bahwa manusia adalah mahluk samsara, merupakan wadah dari the absolute yang hidupnya penuh dengan kegelapan. 3. Pendapat kaum pemikir kuno yang bercampur dengan mistik menyatakan bahwa manusia adalah manifestasi yang paling komplit dan paling sempurna dari Tuhan Yang Maha Esa, intisari dari semua mahluk yang memiliki kecerdasan. 4. Filosof Socrates menyatakan bahwa hakekat manusia terletak pada budinya yang memungkinkan untuk menentukan kebenaran dan kebaikan. Plato dan Aristoteles menyatakan hakikat manusia terletak pada pikirnya. 5. Tokoh Dunia Barat melanjutkan pendapat Plato & Aristoteles tentang hakekat kebaikan manusia yg selanjutnya bergeser ke pandangan humanistik yg menyatakan manusia merupakan kemenyuluruhan dari segala dimensinya. (1), Spinoza berpandangan pantheistik menyatakan hakekat manusia sama

dengan Tuhan dan sama pula dengan hakekat alam semesta. (2), Voltaire mengatakan hakekat manusia sangat sulit untuk diketahui dan butuh waktu yang sangat panjang untuk mengungkapkannya. 6. Notonagoro mengatakan manusia pada hakekatnya adalah mahluk mono-dualis yang merupakan kesatuan dari jiwa dan raga yg tak terpisahkan. 7. Para ahli biologi memandang hakekat manusia titik beratnya pada segi jasad, jasmani, atau wadag dengan segala perkembangannya. Pandangan ini dipelopori oleh Darwin dengan teori evolusinya. 8. Para ahli psikologi sebaliknya menyatakan bahwa hakekat manusia adalah rokhani, jiwa atau psikhe. 9. Ahli teori konvergensi antara lain William Stern berpendapat bahwa hakekat manusia merupakan paduan antara jasmani dan rokhani. 10. Pandangan dari segi agama, Islam, Kristen, dan Katolik menolak pandangan hakekat manusia adalah jasmani dengan teori evolusi. Hakekat manusia adalah paduan menyeluruh antara akal, emosi dan perbuatan. Dengan hati dan akalnya manusia terus menerus mencari kebenaran dan dianugerahi status sebagai khalifah Allah. 11. Pancasila memandang hakekat manusia memiliki sudut pandang yg monodualistik & monopluralistik, keselarasan, keserasian, dan keseimbangan, integralistik, kebersamaan dan kekeluargaan Hakekat dan Teori Pendidikan Mudyahardjo ( 2001:91 ) menegaskan bahwa sebuah teori berisi konsep-konsep, ada yang berfungsi sebagai : a. asumsi atau konsep-konsep yang menjadi dasar/titik tolak pemikiran sebuah teori b. definisi konotatif atau denotatif atau konsep-konsep yang menyatakan makna dari istilah-istilah yang dipergunakan dalam menyusun teori. Asumsi pokok pendidikan adalah : a. pendidikan adalah aktual, artinya pendidikan bermula dari kondisi-kondisi aktual dari individu yang belajar dab lingkungan belajarnya. b. pendidikan adalah normatif, artinya pendidikan tertuju pada mencapai hal-hal yan baik atau normanorma yang baik, dan c. pendidikan adalah suatu proses pencapaian tujuan, artinya pendidikan berupa serangkaian kegiatan bermula dari kondisi-kondisi aktual dan individu yang belajar, tertuju pada pencapaian individu yang diharapkan. Pendidikan dipandang dari sudut keilmuan tertentu seperti : a. Sosiologik memandang pendidikan dari aspek sosial, yaitu mengartikan pendidikan sebagai usaha pewarisan dari generasi ke generasi. b. Antrophologik memandang pendidikan adalah enkulturasi yaitu proses pemindahan budaya dari generasi ke generasi. c. Psikologik memandang pendidikan dari aspek tingkah laku individu, yaitu mengartikan pendidikan sebagai perkembangan kapasitas individu secar optimal. Psikologi menurut Woodward dan Maquis ( 1955 : 3 ) adalah studi tentang kegiatan-kegiatan atau tingkah laku individu dalam keseluruhan ruang

hidupnya. d. Ekonomi, yaitu memandang pendidikan sebagai usaha penanaman modal insani ( human capital ) yang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu bangsa. e. Politik yang melihat pendidikan adalah proses menjadi warga negara yang diharapkan ( civilisasi ) sebagai usaha pembinaan kader bangsa yang tangguh. Pendidikan selalu dapat dibedakan menjadi teori dan praktek, teori pendidikan adalah pengetahuan tentang makna dan bagaimana soyogyanya pendidikan itu dilaksanakan, sedangkan praktek adalah tentang pelaksanaan pendidikan secara konkretnya. Teori pendidikan disusun seperti latar belakang yang hakiki dan sebagai rasional dari praktek pendidikan serta pada dasarnya bersifat direktif. Istilah direktif memberi makna bahwa pendidikan itu mengarah pada tujuan yang pada hakekatnya untuk mencapai kesejahteraan bagi subjek didik. 2. MENURUT PANDANGAN PAKAR ASING Pendidikan merupakan transfer of knowledge, transfer of value dan transfer of culture and transfer of religius yang semoga diarahkan pada upaya untuk memanusiakan manusia. Hakikat proses pendidikan ini sebagai upaya untuk mengubah perilaku individu atau kelompok agar memiliki nilai-nilai yang disepakati berdasarkan agama, filsafat, ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya dan pertahanan keamanan. Hakekat pendidikan menurut pandangan beberapa pakar asing : Paula Freire Pendidikan adalah proses pengaderan dengan hakikat tujuannya adalah pembebasan. Hakikat pendidikan adalah kemampuan untuk mendidik diri sendiri. Langeveld Pendidikan adalah membantu anak dalam mencapai kedewasaan dengan tujuan agar anak cukup cakap dalam melaksanakan tugas hidupnya sendiri tidak dengan bantuan orang lain. Rosseau Pendidikan adalah memberikan pembekalan yang tidak ada pada masa anak-anak, tapi dibutuhkan pada masa dewasa. Paulo freire Pendidikan merupakan jalan menuju pembebasan yang permanen dan diri dari dua tahap. Tahap pertama adalah masa dimana manusia menjadi sadar akan pembebasan mereka yang melalui praksis mengubah keadaan itu. Tahap kedua dibangun atas tahap yang pertama dan merupakan sebuah proses tindakan kultural yang membebaskan. Jhon dewey Pendidikan adalah suatu proses pembaharuan makna pengalaman hal ini mungkin terjadi di dalam pergaulan biasa atau pergaulan orang dewasa dengan urang muda, mungkin pula terjadi secara segaja dan dikembangkan untuk menghasilkan kesinambungan sosial. Proses ini melibatkan pengawasan dan perkembangan dari orang yang belum dewasa dan mengelompok di mana dia hidup

H. Horne Pendidikan adalah proses yang terus menerus (abadi) dari penyesuaian yang lebih tinggi bagi makhluk manusia yang telah berkembang secara fisik dan mental, yang bebas dan sadar kepada tuhan, seperti termanifeskasi dalam alam sekitar intelektual, emosional dari kemanusiaan dari manusia. Sir Godfrey Thomson Pendidikan adalah pengaruh lingkungan atas individu untuk menghasilkan perubahan-perubahan yang permanent di dalam kebiasaan-kebiasaan, tingkah laku, pikiran dan sifatnya.

HAKEKAT PENDIDIKAN Pendidikan adalah suatu proses interaksi manusiawi antara pendidikan dengan subjek didik untuk mencapai tujuan pendidikan. Proses itu berlangsung dalam lingkungan tertentu dengan menggunakan bermacam-macam tindakan yang disebut alat pendidikan. A.Pengertian Pendidikan Istilah pendidikan berasal dari bahasa Yunani paedagogie yang akar katanya pais yang berarti anak dan again yang artinya bimbingan. Jadi paedagogie berarti bimbingan yang diberikan kepada anak. Dalam bahasa inggris pendidikan diterjemahkan menjadi Education. Education berasal dari bahasa Yunani educare yang berarti membawa keluar yang tersimpan dalam jiwa anak, untuk dituntun agar tumbuh dan berkembang. Definisi pendidikan menurut para ahli a. Langeveld adalah seorang ahli pendidikan bangsa Belanda yang pendidikannya berorientasi ke Eropa dan lebih menekankan kepada teori-teori (ilmu). Dapat dikenal dengan bukunya Paedagogik Teoritis Sistematis. Menurut ahli ini pendidikan adalah : bimbingan atau pertolongan yang diberikan oleh orang dewasa kepada perkembangan anak untuk mencapai kedewasaannya dengan tujuan agar anak cukup cakap dalam melaksanakan tugas hidupnya sendiri tidak dengan bantuan orang lain. b. John Dewey seorang ahli filsafat pendidikan Amerika pragmatisme dan dinamis, pendidikan (education) diartikan sebagai Proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional ke arah alam dan sesama manusia. Menurutnya hidup itu adalah suatu proses yang selalu berubah, tidak satupun yang abadi. Karena kehidupan itu adalah pertumbuhan, maka pendidikan berarti membantu pertumbuhan bathin tanpa dibatasi oleh usia. Dengan kata lain pendidikan adalah suatu usaha manusia untuk membantu pertumbuhan dalam proses hidup tersebut dengan membentukan kecakapan fundamental atau kecakapan dasar yang mencakup aspek intelektual dan emosional yang berguna atau bermanfaat bagi manusia terutama bagi dirinya sendiri dan bagi alam sekitar. c. Driyarkara tokoh pendidikan kita yang sudah almarhum, tetapi pandangannya masih tetap aktual pada masa sekarang dan bahkan pada masa yang akan datang. Rumusan pertama pokok pemikirannya adalah pemanusiaan, di mana pendidik memanusiakan dan anak didik memanusiakan diri. Jadi, pendidikan berarti pemanusiaan. Berdasarkan pokok pemikiran tersebut, definisi yang dikemukakan adalah sebagai berikut : Pendidikan adalah hidup bersama dalam kesatuan tri tunggal ayah, ibu dan anak di mana terjadi pemanusiaan anak dengan mana dia berproses untuk akhirnya memanusia sendiri sebagai purnawan. d. Ki Hajar Dewantara, sebagai Tokoh Pendidikan Nasional Indonesia, peletak dasar yang kuat pendidikan Nasional yang progresif untuk generasi sekarang dan generasi yang akan datang merumuskan pengertian pendidikan sebagai berikut : Pendidikan umumnya berarti daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelek dan

tubuh anak); dalam Taman Siswa tidak boleh dipisah-pisahkan bagian-bagian itu agar supaya kita memajukan kesempurnaan hidup , kehidupan dan penghidupan anak-anak yang kita didik, selaras dengan dunianya. Tokoh ini adalah sebagai pelopor dan peletak dasar dari perguruan taman siswa. Dasar itu kini terkenal dengan nama Panca Darma, dasar-dasar itu ialah ; dasar kemerdekaan, dasar kebangsaan, dasar kemanusiaan, dasar kebudayaan dan dasar kodrat alam. Dalam pelaksanaannya dasar kemerdekaan ini dimaksudkan agar pendidik memberikan kebebasan kepada anak didik untuk mengatur dirinya sendiri dan mengembangkan individunya sendiri, namun harus berdasarkan nilai hidup yang tinggi, sehingga dapat terwujudnya keseimbangan dan keselarasan baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat. Dengan konsepsi seperti yang telah diuraikan di atas, Dewantara telah meletakkan dasar kodrat anak sebagai factor pertama dan utama yang terkenal dengan semboyan Marilah kita berhamba kepada sang anak Cita-cita ini akan terlaksana jika kepada anak diberikan kebebasan dan kemerdekaan untuk menjadi manusia yang beradab sesuai dengan kebudayaan dan menghormati bangsanya sendara sebagai bangsa Indonesia. Pengertian pendidikan yang terdapat dalam, Dictionary of Education, bahwa: pendidikan ialah proses dimana seseorang mengembangkan kemampuan sikap dan bentukbentuk tingkah laku lainnya di dalam masyarakat dimana ia hidup, proses social dimana orang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol (khususnya yang datang dari sekolah), sehingga ia dapat memperoleh atau mengalami perkembangan kemampuan social dan kemampuan individu yang optimum (Dijen Dikti, 1983/1984 : 19).

Pengertian pendidikan yang tertera dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara (Tap MPR No.II/MPR/1988), dinyatakan sebagai berikut: Pendidikan pada hakekatnya adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dengan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Karena itu pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat, dan pemerintah.

Definisi Pendidikan Menurut Undang-undang Sistem Pendidikan

Nasional (UUSPN) No. 20 tahun 2003 Bab I, pasal 1 menggariskan pengertian: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. B. Hakikat Pendidikan Hakikat pendidikan tidak akan terlepas dari hakikat manusia, sebab urusan utama pendidikan adalah manusia Wawasan yang dianut oleh pendidik dalam hal ini guru, tentang manusia akan mempengaruhi strategi atau metode yang digunakan dalam melaksanakan tugastugasnya. Disamping itu konsep pendidikan yang dianut saling berkaitan erat dengan hakikat pendidikan. Beberapa asumsi dasar yang berkenaan dengan dengan hakikat pendidikan tersebut dinyatakan oleh Raka Joni sebagai berikut. 1. Pendidikan merupakan proses interaksi manusia yang ditandai oleh keseimbangan antara kedaulatan subjek didik dengan kewibawaan pendidikan. 2. Pendidikan merupakan usaha penyiapan subjek didik menghadapi lingkungan hidup yang mengalami perubahan yang semakin pesat. 3. Pendidikan meningkatkan kualitas kehidupan pribadi dan masyarakat. 4. Pendidikan berlangsung seumur hidup. 5. Pendidikan merupakan kiat dalam menerapkan prinsip-prinsip ilmu pengetahuan dan teknologi bagi pembentukan manusia seutuhnya. Pada dasarnya pendidikan harus dilihat sebagai proses dan sekaligus sebagai tujuan. Asumsi dasar pendidikan tersebut memandang pendidikan sebagai kegiatan kehidupan dalam masyarakat untuk mencapai perwujudan manusia seutuhnya yang berlangsung sepanjang hayat. Pendidikan sebagai kegiatan kehidupan dalam masyarakat mempunyai arti penting baik bagi individu maupun masyarakat. Sebab antara masyarakat dan individu saling berkaitan. Individu menjadi manusia seperti sekarang ini adalah karena proses belajar atau proses interaksi manusiawi dengan manusia lainnya. Ini berarti bahwa manusia tidak akan menjadi manusia tanpa dimanusiakan. Dengan kata lain perkembangan manusia yang manusiawi hanya dapat terjadi dalam lingkungan masyarakatnya. Namun sebaliknya masyarakat sebagai wujud

kehidupan bersama tidak mungkin berkembang kalau tidak didukung oleh kemajuan individuindividu anggotanya.

KONSEP DASAR ILMU PENDIDIKAN


Posted on Januari 7, 2012 by Binham

2 Votes

Pendahuluan Ilmu pendidikan yang sering juga disebut yang sering juga disebut sebagai pedogi merupakan suatu disiplin ilmu yang terkait dengan proses peradaban, pemberbudayaan dan pendewasaan manusia. Dalam konteks ini pendidikan mempunyai tiga fungsi utama yaitu fungsi integrative, fungsi egalitarian, dan pengembangan. Ketiga fungsi pendidikan ini harus menjadi pegangan dalam melaksanakan pendidikan secara nasional. Ini sejalan dengan apa yang telah digariskan dalam Undang-undang No 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional (Tim Pengembangan Ilmu Pendidikan FIP-UPI Bag 1, 2007). Kajian yang akan dibahas dalam bab ini adalah tentang ilmu pendidikan teoritas sehingga focus pengkajian utama adalah pada konsep-konsep dasar tentang pendidikan, bukan pada pelaksanaan atau praktik pendidikan. 1.1 Pengertian Pendidikan Pendidikan sebagai upaya manusia untuk manusia adalah aspek dan hasil budaya terbaik yang mampu disediakan setiap generasi komusitas manusia untuk kepentingan generasi manusia muda agar dapat melanjutkan kehidupan dan cara hidup mereka dalam konteks sosio-budaya mereka pula. Setiap masyarakat pluralistic dizaman modern soyogiyannya berharap menugaskan kelompok warganya yang terplih sebagai pendidik, untuk melaksanakan tugas pembinaan pribadi manusia dari generasi peserta didik bag kepentingan kelanjutan dari masing-masing masyarakat yang bersangkutan (Tim Pengembangan Ilmu Pendidikan FIP-UPI, 2007). Dalam arti sederhana pendidikan sering diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kribadianya sesuai dengan nilai-nilai didalam masyarakat dan kebudayaan. Dalam perkembangannya, istilah pendidikan atau pedagogie, berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa agar dia menjadi orang dewasa. Selanjutnya, pendidikan di artikan sebagai usaha yang dijalankan seseorang atau kelomppok orang lain agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup atau penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental (Sudirman N., dkk, 1992: 4). Kenyataannya,pengertian pendidikan ini selalu mengalami perkembangan, meskipun secara essential tidak jauh berbeda. Berikut ini akan dikemukakan sejumlah pengertian pendidikan.

Langeveld Pendidikan ialah setiap usaha, pengaruh, perlindungan dan bantuan yang diberikan kepada anak tertuju kepada pendewasaan anak itu, atau lebih tepat membantu anak agar cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri. Pengaruh itu datangnya dari orang dewasa (atau yang diciptakan oleh orang dewasa seperti sekolah, buka, putaran hidup sehari-hari, dsb) dan ditujukan kepada orang yang belum dewasa. John Dewey Pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional kearah alam dan sesama manusia. J.J Rousseau Pendidikan adalah memberi kita perbekalan yang tidak ada pada masa kanak-kanak, akan tetapi kita membutukannya pada waktu dewasa. Carter V. Gooda. menyatakan Pedagogy is the art, practice or profession of teaching. b. The systematized learning or instruction concerning principles and methods of teaching and of student control and guidance, largely replaced by the term education. Pendidikan ialah: 1. Seni, praktik, atau profesi sebagai pengajar 2. Ilmu yang sistematis atau pengajaran yang berhubungan dengan prinsip dan metodemetode mengajar, pengawasan dan bimbingan murid, dalam arti luas digantikan dengan istilah pendidikan (Hasbulloh, 1999). Kamus Besar Bahasa Indonesia Pendidikan berasal dari kata dasar didik (mendidik), yaitu memelihara dan memberi latihan (ajaran pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Sukardjo dan Komarudin Sukardjo dan Komarudin, (2010: 9) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan Pendidikan adalah kumpulan dari semua proses yang memungkinkan seseorang mampu mengembangkan seluruh kemampuan (potensi) yang dimilikinya, sikap dan bentuk perilaku yang bernilai positif di masyarakat tempat individu yang bersangkutan berada. Ki Hajar Dewantara Ki Hajar Dewantara mengartikan pendidikan sebagai upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran serta jasmani anak, agar dapat memajukan kesempurnaan hidup dan menghidupkan anak yang selaras dengan alam dan masyarakatnya. Lebih lanjut beliau ( Kerja Ki Hajar Dewantara

(1962) menjelaskan bahwa Pendidikan umumnya berarti daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti ( kekuatan batin, karakter), pikiran (intellect) dan tubuh anak, dalam pengertian Taman Siswa tidak boleh dipisah-pisahkan bagian-bagian itu, agar supaya kita dapat memajukan kesempurnaan hidup, yakni kehidupan dan penghidupan anak-anak yang kita didik selaras dengan dunianya .(www.wikipediapendidikan.com). UU No 20 Tahun 2003 Dalam UU NO 20 tahun 2003 dijelaskan bahwa pendidikan adalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat. Pidarte Made Pidarta Made (2007: 169) menyatakan pendidikan adalah suatu proses membuat orang kemasukan budaya, membuat orang berperilaku mengikuti budaya yang memasuki dirinya. Dimanapun orang berada disitulah terjadi proses pendidikan dan enkulturasi. Tempat terjadinya enkulturasi adalah sekolah, keluarga, dalam perkumpulan pemuda, perkumpulan olahraga, kesenian, keagamaan, di tempat kursus dan latihan. Dari beberapa pengertian pendidikan yang diberikan oleh para ahli tersebut, berbeda secara redaksional, namun secara esensial terdapat kesatuan unsur-unsur atau faktor-faktor yang terdapat didalamnya. Unsur-unsur esensial dalalam pengertian pendidikan adalah sebagai berikut: 1. Pembinaan (kepribadian), pengembangan (kemampuan atau potensi diri), peningkatan (pengetahuan) serta tujuan (kearah mana peserta didik akn diharapakan akan mengaktualisasikan dirinya seoptimal mungkin. 2. Ada hubungan antara kedua belah pihak (pendidik dan peserta didik) 3. Aktifitas pendidikan berlangsung dilingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Pendidikan merupakan fenomena manusia yang fundamental yang juga mempunyai sifat konstruktif dalam hidup manusia. Karena itulah kita dituntut untuk mampu mengadakan refleksi ilmiah tentang pendidikan tersebut, sebagai pertanggungjawaban terhadap perbuatan yang dilakukan, yaitu mendidik dan dididik. Dalam konteks ini kita tidak boleh mencampuradukkan antara pengertian pendidikan sebagai tindakan manusia dlam usahanya membimbing manusia yang lain, dengan pengertian ilmu pendidikan sebagai ilmu pengetahuan. Secara historis, pendidikan jauh lebih tua dari ilmu pendidikan, sebab pendidikan telah ada sejaka adanya manusia. Sedangkan ilmu pendidikan baru lahir kira-kira pada abad ke-19. Sebelum adanya ilmu pendidikan, manusia melakukan tindakan mendidik didasarkan atas pengalaman, intuisi dan kebijaksanaan (Hasbulloh, 1999).

Sebagaimana halnya dengan pengertian pendidikan maka pengertian ilmu pendidikan juga terdapat banyak variasi batasan yang diberikan oleh para ahli. Menurut Prof. Dr. N. Driyarkara, Ilmu pendidikan adalah pemikiran ilmiah tentang realitas yang kita sebut pendidikan (mendidik dan dididik). Pemikiran ilmiah bersifat kritis, metodis, dan sistematis. Menurut Prof M.J. Langeveld, Paedagogi atau ilmu mendidik ialah suatu ilmu yang bukan saja menelaah objeknya untuk mengetahui betapa keadaan atau hakiki objek itu, malainkan mempelajari pula betapa hendaknya bertindak. Objek ilmu pendidikan ialah proses atau situasi pendidikan. Dr. Sutari Imam Barnadib, Ilmu pendidikan mempelajari suasana dan proses-prose pendidikan Sedaangkan menurut Prof. Brodjonegoro, Ilmu penddidikan atau paedagogi adalah teori pendidikan, perenungan tentang pendidikan. Dalam arti yang luas paedagogi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari soal-soal yang timbul dalam praktik pendidikan. Demikian beberapa batasan tentang pengertian tentang ilmu pendidikan yang diberikan oleh para ahli, yang pada dasarnya sepakat bahwa yang dimaksud dengan ilmu pendidikan ialah ilmu pengetahuan yang membicarakan masalah-masalah yang berhubungan dengan pendidikan (Hasbulloh, 199). Dari keterangan di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa persyaratan pendidikan sebagai ilmu meliputi tiga hal sebagai berikut: 1. Memiliki objek studi baik baik objek material maupun objek formal 2. Memiliki sistematika 3. Memiliki metode 1.2 Tujuan Ilmu Pendidikan Tugas paedagogik teoritis diluar paedagogik histeris diemba oleh paedagogik sistematis sehingga cabang ilmunya ini sering disebut juga ilmu mendidika sistematis. Tugas paedagogik teoritis atau ilmu mendidik sistematis ialah menganalisis dan menyusun persoalan sekitar mendidik secara sistematis untuk menguraikan pokok ilmunya secara teratur sebagai kebulatan holistik (Tim Pengembangan Ilmu Pendidikan FIP-UPI Bag 1, 2007). Ilmu pendidikan bertujuan memberikan informasi atau keterangan tentang dasar-dasar pendidikan dalam berbagai situasi atau interaksi pendidikan, jalur dan jenis jenjang pendidikan untuk membekali peserta didik mencapai kehidupan yang berbudaya dan mandiri yang lebih baik di masa depannya. Memberikan informasi dalam arti menjelaskan permasalahan, sebab-sebab dan kemungkinan mengupayakan dan pembekalan bagi pendidik dalam mendidik putra putrinya atau generasi berikutnya (Tim pengembangan Ilmu Pendidikan FIP-UPI, Bag 4, 2007). Dari penjelasan di atas jelas ada sebuah perbedaan yang mendasar antara tujuan ilmu pendidikan dan tujuan pendidikan. Tujuan ilmu pendidik ditujukan untuk mempersiapkan para pendidikpendidik yang profesioanl. Sedangkan tujuan pendidikan ditujuan untuk mengembangkan peserta didik untuk mencapai pengembangan diri secara optimal.

1.4 Ruang Lingkup Dari Ilmu Pendidikan Ilmu pendidikan mempunyai garapan dan ruang lingkup yang luas, diantaranya dapat dilihat berdasarkan substansi, historis komparatif, aliran-aliran filsafat dan kasus-kasus strategic. Substansi itu meinimal terdiri atas komponen-komponen berikut yang bertalian satu sama lain, 1) filsafat atau tujuan dan evaluasi pendidikan, 2) Peserta didik dari buaian hingga liang lahat, 3) Pendidik dan tenaga kependidikan, 4) Kurikulum dan metodologi pendidikan, 5) Lembaga pendidikan, dan 6) Faktor-faktor penunjang. Banyak penulis dalam bidang pendidikan yang tidak terlalu mempersolakan secara tersurat kaitan pendidikan, teori pendidikan, filsafat pendidikan dan ilmu pendidikan. Mereka lebih mempedulikan langsung proses pendidikan dan manfaatnya bagi perkembangan individu secara optimal. Oleh karena itu ada sebagian ahli pendidikan beranggaan bahwa sesungguhnya ilmu pendidikan itu ialah penerapan ilmu-ilmu lain dalam praktek pendidikan. Jadi ilmu pendidikan itu bukalah ilmu yang berdiri sendiri. Pendidikan sesungguhnya hanya menggunakan hasil-hasil penelitian antropologi (filosofis, sosial dan cultural) psikologi (khusus psikologi perkembangan atau psikologi belajar) sosiologi (khususnya sosialisai anak dalam hubungan dengan status dan peranan orang tua dalam suatu masyarakat dan bidang studi yang akan diajarkan. Anggapan yang demikian itu kurang tepat, bahkan keliru karena ilmu pendidikan memiliki subjek penelitian yang khas yaitu fenomena atau situasi pendidikan dimana dalam proses perkembangan perserta didik terjadi interaksi antara pelajar atau peserta didik dengan pendidik, sedangkan pendekatan yang dipergunakan adalah minimal perpaduan antara pendekatan filosofis dan empiris. Hasil kedua pendekatan itu akan berupa suatu teori pendidikan (Tim pengembangan Ilmu Pendidikan FIP-UPI, Bag 4, 2007: 316). 1.5 Sifat-Sifat Ilmu Pendidikan Menurut Munib (2006: 34) ada beberapa sifat dari ilmu pendidikan, yaitu: 1. Ilmu pendidikan sebagai Ilmu yang Bersifat Deskriptif-Normatif

Ilmu pendidikan itu selalu berhubungan dengan soal siapakah manusia itu. Pembahasan tentang, siapakah manusia biasaya termasuk bidang filsafat, yaitu filsafat antropologi. Pandangan filsafat tentang manusia sangat besar pengaruhnya terhadap konsep serta praktik-praktik pendidikan. Karena pandangan filsafat itu menentukan nilai-nilai luhur yang dijunjung tinggi oleh seorang pendidik atau suatu bangsa yang melaksanakan pendidikan. Nilai yang dijunjung tinggi ini dijadikan norma untuk menentukan cirri-ciri manusia yang ingin dicapai melalui praktik pendidikan. Nilai-nilai ini diperoleh hanya dari praktik dan pengalaman mendidik, tapi secara normatif bersumber dari norma masyarakat, norma filsafat, dan pandangan hidup, bahkan juga dari keyakinan keagamaan yang dianut oleh seseorang. 2. Ilmu Pendidikan sebagai Ilmu yang Bersifat Teoritis dan Praktis-Pragmatis

Pada umumnya ilmu mendidik tidak hanya mencari pengetahuan diskriptif tentang objek pendidikan, melainkan ingin juga mengetahui bagaimana cara sebaiknya untuk berfaedah terhadap objek didiknya. Jadi dilihat dari maksut dan tujuanya, ilmu mendidik boleh disebut ilmu yang praktis, sebab ditujukan kepada praktik dan perbuatan-perbuatan yang mempengaruhi anak didiknya. Walaupun ilmu pendidikan ditujukan kepada praktik mendidik,

namun perlu dibedakan ilmu pendidikan sebagai ilmu yang bersifat praktis-pragmatis. Dalam ilmu mendidik teoritis kita bedakan, ilmu mendidik teoritis menjadi ilmu mendidik sistematis dan ilmu mendidik historis. Dalam ilmu mendidik teoritis para cerdik pandai mengatur dan mensistematiskan di dalam pemikiranya apa yang tersusun sebagai pola pemikiran pedidikan. Jadi dari praktik-praktik pendidikan disusun pemikiran-pemikiran secara teoritis. Pemikiran teoritis ini disusun dalam satu sistem pendidikan dan biasanya disebut ilmu mendidik teoritis. Ilmu mendidik teoritis ini disebut juga ilmu mendidik sistematis. Jadi sebenarnya kedua istilah itu mempunya arti yang sama, yaitu teoritis sama saja dengan sistematis. Dalam rangka membicarakan ilmu mendidik teoritis perlu diperhatikan sejarah pendidikan. Dengan mempelajari sejarah endidikan itu terlihat telah tersusun pandangan pandangan teoritis yang dapat dipakai sebagai peringatan untuk menyusun teori pendidikan selanjutnya. Dapat disimpulkan bahwa ilmu mendidik sistematis mendahului ilmu mendidik historis. Akan tetapi ilmu mendidik historis memberikan bantuan dan memperkaya ilmu mendidik sistematis. Keduaduanya membantu para pendidik agar berhati hati dalam raktik-praktik pendidikan. Para pendidik yang jenius itu sebenarnya juga menggunakan teorinya sendiri, walapun teori tersebut belum disistematiskan. 1.5 Faktor Pendidikan Menurut Sutari Imam Bernadib (dalam Hasbulloh, 1999: 9-10) bahwa perbuatan mendidik dan dididik memuat faktor-faktor tertentu yang mempengaruhi dan menentukan, yaitu: 1. 2. 3. 4. Adanya tujuan yang hendak di capai. Adanya subjek manusia yang melakukan pendidikan Yang hidup bersama dalam dalam lingkungan hidup tertentu (milieu) Yang menggunakan alat tertentu untuk mencapai tujuan.

Antara faktor yang satu dan faktor yang lainnya, tidak bisa dipisahkan, karena kesemuanya saling mempengaruhi. 1.5.1 Faktor Tujuan

Faktor Tujuan Bagi Pendidikan Di dalam UU Nomor 2 tahun 1989 secara jelas disebutkan Tujuan Pendidikan Nasional, yaitu Mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantab dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Sesungguhnya faktor tujuan bagi pendidikan adalah: 1. Sebagai Arah Pendidikan, tujuan akan menunjukkan arah dari suatu usaha, sedangkan arah menunjukkan jalan yang harus ditempuh dari situasi sekarang kepada situasi berikutnya.

2. Tujuan sebagai titik akhir, suatu usaha pasti memiliki awal dan akhir. Mungkin saja ada usaha yang terhenti karena sesuatu kegagalan mencapai tujuan, namun usaha itu belum bisa dikatakan berakhir. Pada umumnya, suatu usaha dikatakan berakhir jika tujuan akhirnya telah tercapai. 3. Tujuan sebagai titik pangkal mencapai tujuan lain, apabila tujuan merupakan titik akhir dari usaha, maka dasar ini merupakan titik tolaknya, dalam arti bahwa dasar tersebut merupakan fundamen yang menjadi alas permulaan setiap usaha. 4. Memberi nilai pada usaha yang dilakukan (Hasbulloh, 2005) 1.5.2 Faktor pendidik

Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan (UU No 20 Tahun 2003). 1.5.3 Faktor anak didik

Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu (UU No 20 Tahun 2003). Sedangkan menurut Imam Barnadib (dalam Hasbulloh, 2005) anak didik dalam arti umum adalah setiap orang yang menerima pengaruh dari seseorang atau kelompok orang yang menjalankan pendidikan. Sedangkan dalam arti sempit anak didik adalah anak (pribadi yang belum dewasa) yang diserahkan kepada tanggung jawab pendidik DAFTAR PUSTAKA Achmad Munib, dkk. (2006). Pengantar Ilmu Pendidikan. Semarang: UNNES Press. Hasan, Said Hamid, dkk (2010). Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa. Kementerian Pendidikan Nasional Badan Peneliti dan Pengembangan Pusat Kurikulum Hasbulloh. (2005). Dasar-dasar Ilmu pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Made, Pidarta. (2007). Landasan Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta. 2007. Sukardjo dan Komarudin Ukim. (2010). Landasan Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers. 2010. .. www. Wikipediapendidikan.com. Diakses tanggal 29 September 2011. Sudrajat. Akhmad. (2008). landasan bimbingan dan konseling. (www. akhmadsudrajat. com) diakses tanggal 25 Sepetember 2011 Wahyudin Dinn, dkk. (2008). Pengantar Pendidikan, Jakarta : Universitas Terbuka. 2008.

Tim Pengembangan Ilmu Pendidikan. (2007). Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Bag 1 (Pendidikan Lintas Bidang). PT. Imperial Bhakti Utama.. Tim Pengembangan Ilmu Pendidikan. (2007). Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Bag 4 (Pendidikan Lintas Bidang). PT. Imperial Bhakti Utama.

You might also like