You are on page 1of 12

POTENSI DAERAH LIPATAN SUMBER MINYAK BUMI DALAM MEMBANTU PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA

MAKALAH UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH Bahasa Indonesia Keilmuan Yang dibina oleh Dr. Endah Tri Priyatni, M.Pd., dan Muyassaroh, S.S., S.Pd.

Oleh Siti Maimunah 120722403869

UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS ILMU SOSIAL JURUSAN GEOGRAFI PROGRAM STUDI S1 GEOGRAFI Mei 2013

1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bumi dengan segala isinya memiliki banyak potensi alam yang bisa dimanfaatkan dengan baik. Semua potensi alam yang ada merupakan anugerah tuhan untuk menyejahterakan kehidupan manusia. Anugerah tersebut bisa berupa sumber daya alam hayati maupun non hayati. Salah satu sumber daya alam hayati merupakan sumber minyak bumi yang sampai sekarang masih menjadi sumber energi utama dalam membantu kehidupan manusia. Namun dalam hal ini tidak semua sumber daya alam minyak bumi tersebar merata di seluruh lapisan bumi. Hal ini bisa dilihat dari adanya sumber minyak bumi yang terdapat pada lapisan bumi yang strategis. Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang masuk dalam wilayah yang strategis tersebut. Negara Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan berbagai potensi yang dimiliki di setiap daerahnya. Hal ini dikarenakan negara indonesia memiliki letak geografis yang strategis. Ini dibuktikan dengan diapitnya oleh dua samudra dan dua benua. Dari letak geografis tersebut negara indonesia memiliki banyak potensi sumber daya alam yang melimpah. Sumber daya alam yang melimpah ini juga di dukung oleh adanya pergerakan lempeng yang bergerak secara konvergensi maupun divergensi. Pergerakan konvergensi ini mengakibatkan adanya daerah lipatan dengan potensi sumber daya alam minyak bumi yang tinggi. Daerah lipatan mempunyai potensi minyak bumi yang tinggi yang biasanya diketemukan di muara sungai, cekungan yang tertutup oleh ambang laut, terumbu karang/atol, danau-danau daratan. Umumnya daerah ini berada pada letak geosinklin (Buranda,2011:89). Dengan adanya daerah tersebut, jelas negara Indonesia merupakan tempat yang berpotensi memiliki sumber minyak bumi yang tinggi. Dengan dimilikinya sumber minyak bumi yang tinggi akan membantu keadaan perekonomian negara Indonesia seperti dalam pemenuhan kebutuhan minyak bumi negara. Pada zaman ini peranan minyak bumi begitu besar dalam kegiatan industri maupun yang lainnya. Dengan semakin pentingnya sumber daya alam minyak bumi baik dalam segi pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun

ekonomi negara. Maka sebenarnya pemenuhan kebutuhan minyak bumi di masyarakat dan negara akan semakin besar. Potensi minyak bumi yang dimiliki negara Indonesia sangat membantu ekonomi negara jika pengolahan sumber minyak bumi dilakukan secara optimal. Karena sumber minyak bumi tidak hanya bisa digunakan dalam pemenuhan kebutuhan energi negara. Namun sumber daya minyak bumi juga bisa dimanfaatkan untuk perkembangan ekonomi dengan mengekspor sumber minyak bumi ke negara lain. Oleh karena itu dalam makalah ini penulis akan menjelaskan tentang potensi daerah lipatan sumber minyak bumi dalam membantu perkembangan ekonomi indonesia.

1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana proses terbentuknya daerah lipatan? 2. Bagaimana pengaruh daerah lipatan terhadap adanya sumber minyak bumi? 3. Bagaimana pengaruh sumber minyak bumi terhadap perekonomian Indonesia?

1.3 Tujuan 1. Mendeskripsikan proses terbentuknya daerah lipatan 2. Mendeskripsikan pengaruh daerah lipatan terhadap adanya sumber minyak bumi 3. Mendeskripsikan pengaruh sumber minyak bumi terhadap perekonomian Indonesia

1. Pembahasan 2.1 Proses Terbentuknya Daerah Lipatan Daerah lipatan merupakan suatu bentukan bumi yang tenaga pembentuknya berasal dari dalam bumi. Tenaga ini mengakibatkan pergerakan lempeng pada jalur yang sudah ada. Bentukan pada daerah lipatan bisa berupa lembah dan punggungan. Adanya proses pembentukan lipatan dengan suatu lengkungan bisa dilihat dari pernyataan seorang pakar dengan gaya yang berasal dari dalam bumi dapat berupa aktivitas tektonik yang menyebabkan pergerakan lempeng sehingga akan terjadi penumbukan pada lempeng yang mengakibatkan adanya bentukan lipatan pada bumi (Noor, 2011:14) Daerah lipatan terbentuk hasil dari pergerakan lempeng-lempeng yang ada di bumi. Pergerakan lempeng terjadi akibat adanya suatu tenaga endogen. Tenaga endogen ini terjadi akibat aktivitas tektonisme yang bersifat membangun. Hal ini diperkuat oleh adanya suatu pernyataan yang menyatakan bahwa gaya endogen adalah gaya yang bersal dari dalam bumi. gaya yang berasal dari dalam bumi dapat berupa aktivitas tektonik, gempabumi, dan volkanisme. Aktivitas tektonik adalah aktivitas yang berasal dari pergerakan lempeng-lempeng yang ada kerak bumi (Noor, 2011:14). Tenaga diastropisme adalah proses struktual yang mengakibatkan adanya lipatan dan patahan tanpa dipengaruhi oleh magma. Tenaga atau gerakan ini dibedakan menjadi dua yaitu gerak epirogenetik dan orogenetik. Kedua gerakan ini akan menimbulkan perubahan bentuk muka bumi serta kondisi sumber daya alam yang terkandung di dalamnya. Gerak epirogenetik merubah permukaan bumi dengan waktu yang lama. Namun efek dari gerakan ini meliputi daearah yang luas. Sedangkan gerakan orogenetik merupakan kebalikan dari gerakan epirogenetik. Gerakan ini berpengaruh besar terhadap pembentukan patahan, retakan, lipatan. Daerah lipatan terjadi ketika tenaga endogen menekan litosfer atau kerak bumi ke arah mendatar dan bertumbukan yang mengakibatkan permukaan bumi melipat sehingga terbentuklah puncak dan lembah. Puncak dan lembah tersebut sering dikenal dengan puncak lipatan(antiklin) dan lembah lipatan(sinklin). Antiklin merupakan punggung lipatan yang kemiringan kedua sayapnya ke arah

saling berlawanan dan saling menjauh. Sedangkan sinklin merupakan lipatan yang kemiringan kedua sayapnya menuju ke suatu arah dan saling mendekat. Proses penekanan yang terjadi pada litosfer bumi disebabkan oleh tenaga dari dalam bumi akibat tekanan yang besar dan temperatur yang tinggi. Batuan yang terdapat pada lapisan litosfer akan berubah menjadi cair liat atau plastis. Sehingga mengakibatkan batuan yang ada akan terlipat jika terdapat suatu dorongan yang bersumber dari tenaga endogen. Perbedaan kekuatan dorongan tersebut berakibat pada bentukan batuan yang terlipat dengan berbagai bentuk. Bentuk dari berbagai lipatan tersebut dapat berupa lipatan tegak, lipatan miring, overfold, recumbent fold, lipatan overthrust dan nappe. Pada setiap daerah lipatan memiliki struktur dan bentuk lipatan yang berbeda dengan struktur geologi yang paling umum pada batuan sedimen klastika, batuan vulkanik dan metamorf. Ciri dari adanya batuan klastika ini adalah dijumpainya suatu bidang perlapisan batuan ketika terjadi proses sedimentasi. Kekakuan yang terjadi pada setiap batuan yang ada pada lipatan terletak pada bentuk batuan itu sendiri. Bentuk lipatan yang miring memiliki kekakuan yang lebih jika dibandingkan dengan bentuk lipatan yang datar dengan luas yang sama dan dari bahan yang sama pula. Dalam struktur lipatan dapat terbentuk dengan adanya proses tektonik dan non tektonik. Proses tektonik yang terjadi bisa mengakibatkan lipatan berbentuk lebih teratur. Pembentukan lapisan batuannya terbentuk setelah batuan tersebut mengalami pembekuan. Proses tektonik pada dasarnya terbentuk akibat tegasan kompresi dan tegasan ekstensi. Lapisan batuannya sering dijumpai dalam slicken side. Sedangkan proses non tektonik mengakibatkan lipatan terbentuk tidak teratur. Pembentukan lapisan batuan terbentuk pada saat terjadi pengendapan. Proses ini terjadi akibat gejala geologi berupa diapirik dan gravity sliding. Suatu lipatan tidak akan terbentuk jika tidak ada unsur pembentukannya. Unsur-unsur ini sangat berpengaruh besar pada jenis bentukan daerah lipatan. Adapun unsur pembentuk dari adanya lipatan yaitu : 1. Plunge, sudut yang terbentuk oleh poros dengan horizontal pada bidang vertikal. 2. Core, bagian dari suatu lipatan yang letaknya disekitar sumbu lipatan.

3. Crest, daerah tertinggi dari suatu lipatan biasanya selalu dijumpai pada antiklin 4. Pitch atau Rake, sudut antara garis poros dan horizontal, diukur pada bidang poros. 5. Depresion , daerah terendah dari puncak lipatan. 6. Culmination, daerah tertinggi dari puncak lipatan. 7. Enveloping Surface, gambaran permukaan (bidang imajiner) yang melalui semua Hinge Line dari suatu lipatan. 8. Limb (sayap), bagian dari lipatan yang terletak Downdip (sayap yang dimulai dari lengkungan maksimum antiklin sampai hinge sinklin), atau Updip (sayap yang dimulai dari lengkungan maksimum sinklin sampai hinge antiklin). Sayap lipatan dapat berupa bidang datar (planar), melengkung (curve), atau bergelombang (wave). 9. Fore Limb, sayap yang curam pada lipatan yang simetri. 10. Back Limb, sayap yang landai. 11. Hinge Point, titik yang merupakan kelengkungan maksimum pada suatu perlipatan. 12. Hinge Line, garis yang menghubungkan Hinge Point pada suatu perlapisan yang sama. 13. Hinge Zone, daerah sekitar Hinge Point. 14. Crestal Line, disebut juga garis poros, yaitu garis khayal yang

menghubungkan titik-titik tertinggi pada setiap permukaan lapisan pada sebuah antiklin. 15. Crestal Surface, disebut juga Crestal Plane, yaitu suatu permukaan khayal dimana terletak di dalamnya semua garis puncak dari suatu lipatan 16. Trough, daerah terendah pada suatu lipatan, selalu dijumpai pada sinklin. 17. Trough Line, garis khayal yang menghubungkan titik-titik terendah ada setiap permukaan lapisan pasa sebuah sinklin. 18. Trough Surface, bidang yang melewati Trough Line. 19. Axial Line, garis khayal yang menghubungkan titik-titik dari lengkungan maksimum pada tiap permukaan lapisan dari suatu struktur lapisan.

20. Axial Plane, bidang sumbu lipatan yang membagi sudut sama besar antara sayap-sayap lipatannya. Dari adanya unsur diatas bisa diketahui bahwa setiap unsur memiliki peran yang penting dalam pembentukan jenis lipatan. Lipatan-lipatan terbentuk jika unsur-unsur tersebut ada dan terjadi secara bersamaan atau berskala.

2.2 Pengaruh daerah lipatan terhadap adanya sumber minyak bumi 2.2.1 Bahan Dan Asal Pembentukan Minyak Bumi Miyak bumi adalah suatu senyawa yang terbentuk dari adanya perkumpulan plankton atau bahan organik yang hidup dan terkubur pada zaman dahulu. Plankton-plankton ini memiliki sebuah senyawa sehingga ketika mengalami sedimentasi dan pembusukan akan mengahsilkan sebuah senyawa baru yang bisa dimanfaatka oleh manusia hingga sampai sekarang. Hal ini diperkuat oleh adanya teori-teori lama (Catastrophic) yang menyarankan bahwa bencana alam yang dahsyat (catastrophic fantastic) yang terjadi di laut menyebabkan ikan mati secara masal, terkubur oleh endapan dan selanjutnya berubah menjadi minyak bumi. Pandangan ini juga diperkuat oleh J. M. Mac Forlane 1925 (dalam buku Buranda,2011) Kemudian potonie berpendapat bahwa bahan asal utama minyak bumi adalah sapropelium, suatu lumpur yang banyak mengandung lemak dan zat puti telur dari mikroorganisme yang jangka hidupnya pendek tetapi perkembangannya sangat cepat. Karena itu di dasar laut bangkainya banyak tertimbun lumpur pembentuk sapropelium yang karena tekanan lapisan di atasnya akhirnya mengeras yang diduga sebagai batuan induk minyak bumi. Dari adanya penjelasan di atas bisa diketahui bahwa asal dari adanya sumber minyak bumi adalah bahan organik berupa plankton. Plankton-plankton ini mengalami pengendapan dengan waktu yang cukup lama serta dengan temperatur yang tinggi dan akhirnya tertimbun oleh lumpur yang ada. Hal ini juga seperti ungkapan Welte (1964) dan Philipi (1965) dalam Buranda (2011) mengemukakan teorinya yang dikenal dengan teori degradasi termal. Mereka memperhitungkan bahwa temperatur tinggi yang dibutuhkan transformasi minyak bumi dapat

digantikan oleh waktu yang lama. Jadi walaupun temperatur tidak sampai 400 0 C kalau waktunya lama maka proses transformasi zat organik ke minyak bumi akan berlangsung juga.

2.22 Proses Akumulasi Minyak Bumi Adanya sumber minyak bumi yang berupa tetesan-tetesan kecil yang terdapat pada batuan induk minyak bumi menyebabkan letak sumber minyak bumi yang tidak terpusat. Dengan adanya pergerakan lempeng pada permukaan bumi mengakibatkan adanya akumulasi atau migrasi sumberminyak bumi, yang dapat dibedakan atas dua macam yaitu : a. Migrasi primer Perpindahan fluida (minyak yang mula-mula) dari batuan induk ke dalam lapisan penyalur (carrier bed), suatu lapisan poreous. Tetesan-tetesan minyak dalam pori-pori batuan induk, karena gaya kompaksi atau litifikasi menyebabkan minyak terperas keluar. Di samping itu gerak kapiler menyebabkan minyak mencari pori-pori yang lebih besar. Hal ini terjadi pada waktu gaya kompaksi telah berheti. Adanya gradien geothermis juga turut berpengaruh dimana makin tinggi gradien geothermis makin besar mobilitas daya gerak minyak bumi. b. Migrasi sekunder Perpindahan minyak bumi kedalam lapisan penyalur menuju ke tempat akumulasi atau perangkap minyak. Tetesan-tetesan minyak yang telah berada di dalam lapisan yang lebih poreous atau lebih sarang, bergerak mencari bagian paling atas karena gaya buoyancy/gaya mengapung. Selanjutnya bergerak lagi menuju tempat yang lebih yang tinggi. Tetesan-tetesan minyak yang bergerak di dalam lapisan tersebut makin lama makin bertambah besar karena selama perjalanan akan bergabung dengan tetesan-tetesan minyak yang lain. Sehingga semakin besar gerakan dan minyak bumi tidak dapat lagi meneruskan perjalanannya (terperangkap). Tempat tersebut dikenal dengan nama perangkap minyak (oil trap). Minyak-minyak yang ada akan terkumpul makin banyak sehingga dikenal dengan nama tempat akumulasi minyak. Di tempat akumulasi

minyak ini gas menempati bagian paling atas karena ringan, kemudian di bawahnya terletak minyak dan selanjutnya paling bawah ditempati air tanah. Dari pernyataan diatas, jelas terlihat bahwa suatu sumber minyak bumi terbentuk atau terdapat pada suatu daerah akan mengalami proses yang sangat panjang. Hal ini membuktikan bahwa tidak semua tempat terdapat sumber minyak bumi. Sumber minyak bumi yang ada pada seluruh permukaan bumi terdapat pada lokasi yang hanya memiliki perangkap yang bisa menahan atau menghalangi jalannya tetesan-tetesan minyak bumi. adapun secara garis besar perangkap tersebut adalah sebagai berikut seperti yang diungkapakan oleh (Buranda, 2011:92) 1. Perangkap struktur yaitu perangkap yang terbentuk karena berubahnya struktur lapisan batuan, baik berupa kubah (dome), pelipatan maupun patahan. Perangkap struktur inilah yang paling banyak diketemukan kira-kira 89%. 2. Perangkap stratigrafi yaitu perangkap lapisan dimana ada lapisan batuan yang baru/tidak menerus, atau lanjutannya sudah merupakan batuan jenis lain yang kedap air (unkonformitas). Dibanding perangkap struktur, jenis perangkap ini jarang diketemukan kira-kira 11% 3. Kombinasi perangkap struktur dan perangkap stratigrafi. Dari pernyataan diatas jelas bahwa sumber minyak bumi terdapat pada daerah lipatan yang merupakan suatu daerah yang termasuk dalam bentukan hasil bumi yang sangat menguntungkan. Daerah ini sangat berpotensi memiliki banyak sumber minyak bumi yang terdapat pada salah satu bentukannya yaitu pada lembah lipatan atau sering disebut dengan cekungan luar. Pada daerah ini sumber minyak bumi akan mengalami pengendapan, sedimentasi serta prosesnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Buranda yang menyatakan bahwa lingkungan yang memungkinkan adanya sumber minyak bumi adalah Lingkungan pengendapan, suatu cekungan dimana kehidupan plankton berkembang baik. Di daerah tersebut terdapat banyak makanan dan cahaya matahari yang cukup. Oleh karena itu biasanya dekat dengan pantai, terumbu karang atau geosinklin (daerah lipatan) (Buranda, 2011:89)

2.3 Kontribusi minyak bumi dalam membantu ekonomi indonesia Minyak bumi adalah salah satu sumber utama yang sampai sekarang masih sangat dibutuhkan oleh berbagai negara. Sumber daya alam ini sangat membantu dalam kegiatan apapun, baik dari segi pelaksanaan pembangunan negara maupun sebagai tambahan APBN dari suatu negara itu sendiri. Dengan letak geografis negara indonesia yang srategis yaitu memiliki cakupan wilayah sebagi tempat adanya sumber minyak bumi yang tinggi. Hal ini jelas bahwa sumber minyak bumi sangat membantu dalam APBN dari negara indonesia. Hal ini juga diperkuat dari adanya hasil data APBN dalam Casdira (2010), yaitu pada tahun 2005 sampai dengan tahun 2010 sektor migas mampu menyumbang pendapatan negara sebesar 16% hingga 32%, atau rata-rata sekitar 25%. Pada tahun 2005, sektor migas menyumbang 138 trilyun, dari APBN sekitar 490 trilyun atau 28%. Pada tahun 2006, kontribusinya meningkat menjadi 32%, atau sebesar 201 triliyun dari sekitar 636 trilyun APBN. Tahu 2007 menurun menjadi 24% dan naik lagi menjadi 29% pada tahun 2008 yang lalu. Dan tepatnya ketika kenaikan harga minyak bumi dunia pada tahun 2010 kontribusi migas akan menjadi turn sekitar 16%. Namun angka-angka terseebut belum termasuk bagian laba BUMN yang bergerak di bidang migas, jika di proyeksikan laba bersih pertamina pada tahun 2010 mencapai 20 trilyun (Finance, 2010) dalam casdira (2010). Kepala BP Migas R. Priyono mengungkapkan bahwa dalam satuan barel ekuivalen migas menunjukkan tren yang meningkat dan di tahun 2010 dengan produksinya mencapai 2,52 juta barel ekuivalen per hari, atau meningkat sebesar 6% dari produksi sebelumnya. Produksi tahun 2010 sudah menyaingi produksi tahun 2003. Salah satunya hal ini diKhusus untuk produksi minyak, pada bulan September 2010 maka produksi Indonesia masih mencapai target APBN sebesar 965.000 barel per hari. Dari ungkapan diatas jelas bahwa pada tahun 2010 negara Indonesia masih menjadi salah satu negara dengan kontribusi migasnya yang sangat tinggi. Hampir 30% produk dari adanya migas yang dimiliki oleh Indonesia sangat membantu dalam hal keadaan ekonomi terutama dalam segi penerimaan anggaran pendapatan negara.

Namun keadaan di atas tidaklah berlangsung lama. Pada kondisi yang sekarang, negara Indonesia yang seharunya sebagai salah satu negara pengekspor migas terbesar di dunia dengan di dukungnya daerah lipatan yang banyak, justru sekarang menjadi negara importir migas. Pada tahun 2009 Indonesia menempati peringkat ke-17 dunia dengan konsumsi minyak sebesar 1.115.000 barrel per hari. Dan pada tahun 2009 Indonesia sudah secara resmi keluar dari keanggotaan OPEC. (Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, 2010) dalam Hendri (2010). Beralihnya peran indonesia menjadi negara importir jelas akan berdampak pada keadaan ekonomi dengan semakin naiknya harga migas di Indonesia. Kenaikan migas ini jelas akan berdampak pada keadaan naiknya segala kebutuhan pokok yang ada. Keadaan ini jelas berdampak pada angka kemiskinan akan meningkat, pengangguran akan semakin bertambah dengan berkurangnya kesempatan kerja. Semua keadaan ini akan berdampak besar pada pendapatan negara yang akan semakin berkurang sehingga banyak kebijakan pemerintah yang awalnya diperuntukkan untuk membantu masyarakat kini sudah tidak ada lagi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Tambunan (2009) dalam Casdira (2010)yang mengilustrasikan dampak kenaikan harga BBM terhadap perekonomian dengan cukup baik. Sebagai negara net importir baiik minyak mentah maupun BBM, kenaikan harga minyak akan membuat atau meningkatkan defisit APBN terutama untuk subsidi BBM bagi masyarakat bawah. Untuk menyikapinya pemerintah biasanya akan mengambil bebrapa pilihan dengan menaikkan harga BBM, memangkas anggaran pos-pos lainnya termasuk pendidikan, kesehatan, dan anggaran pembangunan.

3. Penutup 3.1 Simpulan Daerah lipatan merupakan bentukan suatu permukaan bumi yang terjadi karana adanya suatu tenaga dari dalam bumi atau sering disebut dengan tenaga endogen. Akibat adanya tenaga ini berpotensi menjadikan permukaan bumi memiliki puncak lipatan dan lembah lipatan. Ketika suatu lempeng bergerak menjadi lembah lipatan, maka secara otomatis kandungan minyak bumi yang

awalnya tersebar merata akan ikut bergerak sesuai dengan pergerakan lempeng. Hal inilah yang mengakibatkan adanya endapan minyak bumi di dalam lembah lipatan. Dengan keadaan indonesia yang memiliki banyak wilayah lipatan, jelas kandungan minyak gas yang ada di indonesia sangatlah tinggi. Keadaan ini berpeluang besar terhadap penambahan APBN negara indonesia.

3.2 Saran Sebaiknya pemerintah lebih bisa mengolah adanya sumber minyak bumi yang melimpah yang terdapat di Indonesia. Jika Sumber minyak bumi bisa diolah pemerintah dengan baik maka potensi sumber daya minyak bumi bisa dijadikan sebagai penambahan pendapatan negara, Sehingga rakyatpun bisa menikmati kekayaan sumber daya alam yang ada di negaranya sendiri. Kehidupan masyarakatpun akan semakin sejahtera dengan pelaksanaan kebijakan pemerintah yang baik dan lebih memperdulikan rakyatnya.

Daftar Rujukan Buranda, J.P. 2011. Geologi Indonesia. Malang: Universitas Negeri Malang Casdira. 2010. Peran Strategis Minyak dan Gas bumi. (Online) http://Peran%20Strategis%20Minyak%20dan%20Gas%20Bumi%20_%20 Mengais%20Makna.htm diakses 15 April 2013 Hendri. 2010. Peran Minyak Bumi bagi Perekonomian. (Online) http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=peran%20minyak%20bumi%20 bagi%20perekonomian%20indonesia&source=web&cd=4&cad=rja&ved=0 CEAQFjAD&url=http%3A%2F%2Frepository.ipb.ac.id%2Fbitstream%2Fh andle%2F123456789%2F53529%2FBAB%2520I%2520Pendahuluan.pdf& ei=3KeUUcfvBqWOiAehvoDYCQ&usg=AFQjCNGlcspgNpxBe6y88BB5 LFYWtW-PMg&bvm=bv.46471029,d.aGc diakses April 15 April 2013 Noor, Djauhar. 2011. Geologi untuk Perencanaa. Yogyakarta: Graha Ilmu Priyono. 2011. Kontribusi Migas Terhadap APBN Sebesar 20 hingga 30 %. (Online) http://2478-migas--kontribusi-migas-terhadap-apbn-sebesar-20hingga-30.html Wartapedia diakses 15 April 2013

You might also like