You are on page 1of 18

BAB II LANDASAN TEORI

A. Pengertian Matematika

Sampai saat ini belum ada kesepakatan yang bulat untuk mendefinisikan apa itu matematika? Walaupun belum ada definisi tunggal mengenai matematika, bukan berarti matematika tidak dapat dikenali, sebagaimana yang diutarakan oleh Soedjadi (1985) sebagai pengetahuan matematika mempunyai beberapa karakteristik, yaitu bahwa obyek matematika tidaklah konkrit tetapi abstrak. Dengan mengetahui obyek penelaahan matematika, kita dapat mengetahui hakekat matematika. E.T. Ruseffendi (1980) mengungkapkan: Matematika itu timbul karena pikiran-pikiran manusia yang berhubungan dengan ide, proses dan penalaran. Matematika terdiri dari empat wawasan yang luas yaitu: Aritmatika, Aljabar, Geometri dan Analisa. Selain itu matematika adalah ratunya ilmu, maksudnya bahwa matematika itu tidak tergantung pada bidang studi lain.

Bahasa matematika yang digunakan agar dapat dipahami orang yaitu dengan menggunakan simbol dan istilah yang telah disepakati bersama. Sementara itu Hudoyo (1983) secara singkat mengatakan bahwa Matematika berkenaan dengan ide-ide atau konsep-konsep abstrak yang tersusun secara hirarkis dan panalaran deduktif. Mengenai obyek matematika, Ruseffendi (1980) membedakan bahwa obyek matematika terdiri dari dua tipe, yaitu obyek langsung dan obyek tak langsung.

Obyek tak langsung adalah hal-hal yang mempengaruhi hasil belajar, misalnya kemampuan memecahkan masalah dan kemampuan mentransfer pengetahuan. Sedangkan obyek langsung

2
dikelompokkan menjadi empat kategori yaitu: fakta, ketrampilan, konsep dan prinsip (aturan).

Hudojo (1988) mengungkapkan bahwa apabila matematika dipandang sebagai suatu struktur dari hubungan-hubungan maka simbol-simbol formal diperlukan untuk menyertai himpunan bendabenda atau obyek-obyek. Simbol-simbol ini sangat penting dalam membentuk memanipulasi aturan yang beroperasi di dalam struktur- struktur. Pemahaman terhadap struktur-struktur dan proses simbolisasi memberikan fasilitas komunikasi dan dari komunikasi ini kita mendapatkan informasi, dan dari informasi-informasi ini dapat membentuk konsep baru. Dengan demikian simbol- simbol bermanfaat untuk kehematan intelektual, sebab simbol-simbol dapat digunakan dalam

mengkomunikasikan ide secara efektif dan efisien. Karena itu belajar matematika sebenarnya untuk mendapatkan pengertian hubungan-hubungan dan simbol-simbol serta kemudian mengaplikasikan dalam kehidupan yang nyata. Dengan demikian hakekat matematika adalah hal-hal yang berhubungan dengan ide- ide, struktur-struktur dan hubungannya diatur menurut aturan yang logis.

Menurut Nasution (dalam Sugiarto, 1990), bahwa matematika dapat dipandang sebagai suatu ide yang dihasilkan oleh ahli-ahli matematika dan objek penalarannya dapat berupa bendabenda atau makhluk, atau dapat dibayangkan dalam alam pikiran kita. Pengertian lain yang dikemukakan oleh Sutrisman dan Tambuan (1987) bahwa matematika adalah pengetahuan tentang kuantitas ruang, salah satu dari sekian banyak cabang ilmu yang sistematis, terstruktur dan eksak.

Berdasarkan uraian-uraian di atas tentang pengertian matematika dapat disimpulkan bahwa matematika merupakan kumpulan ide-ide yang bersifat abstrak, dengan struktur-struktur deduktif, mempunyai peran yang penting dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

B.

Pemahaman Konsep Matematika

Konsep menurut NCTM (dalam Siti Zubaidah, 2008) adalah substansi pengetahuan matematik. Siswa dapat peka terhadap matematika hanya jika mereka mengerti konsep dan makna atau interpretasinya. Pemahaman terhadap konsep- konsep matematik bukan hanya sekedar mengingat kembali definisi-definisi dan mengenali contoh-contoh biasa, tapi mencakup kecakapankecakapan yang jangkauannya lebih luas (Mudrikah, 2006).

Lebih lanjut NCTM (dalam Mudrikah, 2006) mengatakan bahwa penilaian pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep matematik siswa harus menunjukkan bahwa siswa dapat:

1. 2.

Memberi label, mengungkapkan dengan verbal, dan mendefinisikan dengan konsep. Mengidentifikasi dan mengembangkan contoh dan bukan contoh.

3.Menggunakan model, diagram, dan simbol untuk mempresentasikan konsep- konsep. 4. Menterjemahkan dari suatu model representasi ke model lain. 5. Mengenal berbagai makna dan interpretasi konsep. 6.Mengidentifikasi
sifat-sifat suatu konsep dan mengenali kondisi-kondisi yang mengambarkan

suatu konsep khusus.

7. Membandingkan dan membedakan konsep-konsep.

8. Mengintegrasikan pengetahuan mereka tentang berbagai konsep.


Sedangkan konsep dalam matematika menurut Gagne (dalam Ruseffendi, 1991) adalah ide abstrak yang memungkinkan kita untuk mengelompokkan objek- objek kedalam contoh atau bukan contoh. Karena sifatnya yang abstrak tersebut, maka sebelum konsep diajarkan, hendaknya diyakinkan bahwa siswa telah memiliki pengetahuan prasyarat.

Kadir (dalam Mudrikah, 2006) menyatakan bahwa dalam belajar konsep seorang anak didik akan melalui proses-proses:

1. Persepsi

(tanggapan) yaitu tanggapan baru dengan bantuan tanggapan yang telah ada. Anak

didik mendapat kesempatan menghubungkan pengertian lama (pengetahuan prasyarat) dengan pengetahuan baru.

2. Abstraksi

yaitu suatu daya (kesanggupan) untuk memperoleh suatu pengertian dan

membedakan sesuatu dengan yang lain.

3. Generalisasi yaitu penggunaan pengertian yang dimiliki pada hal-hal lain.


Secara umum indikator kemampuan pemahaman matematik meliputi : mengenal, memahami dan menerapkan konsep, prosedural, prinsip dan ide matematika. Kemampuan pemahaman konsep

(conceptual understanding) merupakan salah satu tuntutan kurikulum saat ini yang perlu untuk
ditingkatkan. Kemampuan ini sangat berguna dalam menyelesaikan suatu permasalahan matematika baik yang bersifat konsep maupun konteks.

5
Pemahaman berasal dari kata paham. Poerwadarminta (1984: 694) mengartikan kata paham sebagai mengerti benar. Seseorang dikatakan paham terhadap sesuatu jika orang tersebut mengerti benar sesuatu itu, dalam arti orang tersebut mampu menjelaskan konsep tersebut kepada orang lain.

Berkaitan dengan makna pemahaman Rosane (2002: 11) menyatakan bahwa pemahaman adalah kemampuan untuk menjelaskan suatu situasi atau suatu tindakan. Konsep-konsep matematika terorganisasikan secara sistematis, logis, dan hirarkis, dari yang sederhana sampai pada yang kompleks.

Menurut Posamentier & Stepelman (dalam Patria, 2007) bahwa kemampuan serta keterampilan dalam menyelesaikan suatu masalah akan bermanfaat dalam menghadapi

permasalahan keseharian serta dalam situasi-situasi pengambilan keputusan yang akan selalu dialami diseluruh kehidupan individu. Tentu saja di dalam kemampuan menyelesaikan

permasalahan terdapat hal yang sangat mendasar yang perlu dimiliki yakni kemampuan dalam memahami konsep maupun konteks permasalahan yang dihadapi.

Salah satu ide dan gagasan yang diterima dalam komunitas pendidikan matematika adalah ide bahwa siswa harus memahami matematika. Pembelajaran dengan pemahaman sering menjadi bahan kajian yang sangat luas dan mendalam dalam riset pendidikan matematika. Hampir semua teori belajar menjadikan pemahaman sebagai tujuan dari proses pembelajaran.

Di sisi lain, Dienes (Ruseffendi, 1991: 157) mengemukakan mengenai pengertian konsep

6
yang lebih luas dari kedua pendapat di atas. Menurutnya, konsep adalah struktur matematika yang terdiri dari tiga macam: konsep murni matematika ( pure mathematical concepts), konsep notasi

(notational concepts), dan konsep terapan (applied concepts).Pemahaman terhadap konsep


matematika merupakan dasar untuk mengerjakan matematika secara bermakna. Bloom (Ruseffendi, 1991: 221) menyatakan: ada tiga macam pemahaman: pengubahan (translation),

pemberian arti (interpretation), dan pembuatan ekstrapolasi (extrapolation). Dalam matematika, proses pengubahan (translation) dapat dilihat dari kemampuan siswa untuk mengubah soal dalam bentuk kalimat atau bahasa matematika, misalnya dapat menyebutkan variabel-variabel yang diketahui dan yang ditanyakan. Untuk proses pemberian arti (interpretasi) dapat dilihat dari kemampuan siswa dalam memahami bahan atau ide yang direkam, diubah atau disusun dalam bentuk lain, misalnya dalam bentuk grafik, tabel, peta konsep, diagram, dan sebagainya. Sedangkan ekstrapolasi (extrapolation) dapat dilihat dari kemampuan siswa dalam membuat ramalan, membuat perkiraan atau menerapkan konsep dalam perhitungan matematis untuk menyelesaikan soal.

Pemahaman konsep (conceptual understanding) merupakan salah satu aspek dari tiga aspek penilaian matematika. Penilaian pada aspek pemahaman konsep ini bertujuan mengetahui sejauh mana siswa mampu menerima dan memahami konsep dasar matematika yang telah diterima siswa.

C. Model

Pembelajaran Kooperatif

Metode dan strategi pembelajaran telah berkembang dengan pesat dan revolusioner untuk menjawab tantangan dan mengantisipasi tuntutan perkembangan sosial, ekonomi dan teknologi

7
informasi yang telah mengglobal.

Paradigma guru sebagai knowledge tranformator telah bergeser menjadi knowledge

facilitator. Konsekuensi dari perubahan paradigma tersebut, maka guru perlu memperkaya
pengetahuan dan meningkatkan keterampilannya, terutama dalam metode dan strategi pembelajaran. Disamping faktor kesiapan siswa, keterbatasan kompetensi guru dalam pengelolaan pembelajaran, merupakan salah satu faktor penyebab siswa tidak mampu mencapai kompetensi secara optimal.

Metode belajar secara kelompok, telah menjadi salah satu pilihan guru dalam mengelola pembelajaran. Namun dalam penerapannya, pengarah guru kurang jelas

dan memadai, keterbatasan sumber dan bahan belajar, kesiapan siswa serta pengaturan kelas

(setting) juga menjadi penyebab PBM kurang efektif.

Menurut Pradnya Wijayanti (2002:1), pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar yang menempatkan siswa belajar dalam kelompok yang beranggotakan 4-5 siswa dengan tingkat kemampuan atau jenis kelamin atau latar belakang yang berbeda. Pembelajaran ini menekankan kerja sama dalam kelompok untuk mencapai tujuan yang sama. Selain itu sebelum pembelajaran kooperatif dilaksanakan, sebaiknya siswa diperkenalkan keterampilan kooperatif yang akan digunakan dalam kelompok belajar nanti. Keterampilan kooperatif itu antara lain menghargai pendapat orang lain, mendorong partisipasi, berani

bertanya, mendorong teman untuk bertanya, mengambil giliran dan berbagi tugas dan

8
sebagainya.

1.

Unsur-unsur Dasar Pembelajaran Kooperatif

Sebagaimana diungkapkan oleh Budi Isdiyanto (2003:1) bahwa unsur-

unsur dasar pada pembelajaran kooperatif antara lain sebagai berikut.

a.

Siswa dalam kelompok haruslah

beranggapan bahwa mereka sehidup

sepenanggungan bersama.

b.

Siswa mempunyai rasa tanggungjawab atas segala sesuatu di dalam

kelompoknya, seperti milik mereka sendiri.

c.

Siswa dalam kelompok harus berpandangan bahwa mereka

semua

memiliki tujuan yang sama.

d. Siswa

haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara anggota

kelompoknya.

e. Siswa

akan dikenakan evaluasi atau diberikan hadiah yang juga akan dikenakan untuk semua

9
anggota kelompok.

f. Semua

harus membagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh keterampilan bekerja

selama belajar.

g. Siswa

akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani

kelompok kooperatif.

2. Ciri-ciri
Budi

Model Kooperatif

Isdiyanto (2003:2), mengemukakan pembelajaran

yang

menggunakan model kooperatif mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

a. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya. b.
Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.

c. Bila

mana mungkin anggota kelompok dibentuk dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang

berbeda-beda.

d. Penghargaan berorientasi kepada kelompok ketimbang individu.

10

3. Pembelajaran

Kooperatif Tipe Student Teams Achivement Division (STAD)

Seperti halnya pada model pembelajaran yang lain dalam pembelajaran kooperatif juga diperlukan tugas perencanaan, misalnya menentukan pendekatan yang tepat, memilih topik yang sesuai dengan model ini, pembentukan kelompok siswa, menyiapkan LKS atau panduan belajar siswa, mengenalkan siswa kepada tugas dan perannya dalam kelompok, merencanakan waktu dan tempat duduk yang akan digunakan.

STAD merupakan satu metode dalam pembelajaran kooperatif yang sederhana dan merupakan yang baik untuk guru yang baru memulai pendekatan kooperatif dalam kelas. Selain itu, STAD juga merupakan suatu metode pembelajaran kooperatif yang efektif dan selanjutnya berikut ini diuraikan bagaimana pelaksanaannya dalam kegiatan pembelajaran dalam kelas. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD sangat cocok untuk menyajikan materi pembelajaran terstruktur, yang terdiri dari beberapa dan saling berhubungan antar bagiannya, masalnya seorang guru akan menyajikan pokok bahasan yang terstruktur terdiri atas sub pokok bahasan A,B,C dan D.

Model ini dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di universitas John Hopkin. Menurut Slavin model STAD merupakan variasi pembelajaran kooperatif yang paling banyak diteliti. Model ini juga sangat mudah diadaptasi, telah digunakan dalam matematika, IPA, IPS, Bahasa Inggris dan banyak subjek lainnya.

Pembelajaran kooperatif tipe STAD terdiri dari lima komponen utama, yaitu

11
penyajian kelas, belajar kelompok, kuis, skor perkembangan, dan penghargaan kelompok. Selain itu STAD juga terdiri dari siklus kegiatan pengajaran yang teratur, yaitu sebagai berikut:

1.

Pengajaran

Tujuan utama dari pengajaran adalah guru menyajikan materi pelajaran sesuai dengan yang direncanakan. Setiap awal pembelajaran kooperatif tipe STAD selalu dimulai dengan penyajian kelas. Penyajian tersebut mencakup pembukaan, pengembangan, dan latihan terbimbing

1) Katakanlah

pada siswa apa yang akan mereka pelajari dan mengapa hal itu penting.

Timbulkan rasa ingin tahu siswa dengan demonstrasi yang menimbulkan teka-teki, masalah kehidupan nyata, atau cara lain.

2) Guru

menyuruh siswa bekerja dalam kelompok untuk menemukan konsep atau

merangsang keinginan mereka pada pelajaran tersebut.

3) Ulangi secara singkat keterampilan atau informasi yang merupakan syarat mutlak.

12

b. Pengembangan 1) Kembangkan
materi pembelajaran sesuai dengan apa yang akan dipelajari siswa

dalam kelompok.

2) Pembelajaran
bukan hafalan.

kooperatif menekankan bahwa belajar adalah memahami makna dan

3) Mengontrol
pertanyaan.

pemahaman siswa sesering mungkin dengan memberikan pertanyaan-

4) Memberi penjelasan mengapa jawaban pertanyaan tersebut benar atau

2) Memanggil

siswa secara acak untuk menjawab atau menyelesaikan soal. Hal ini

bertujuan supaya semua siswa selalu siap dan mempersiapkan diri sebaik mungkin.

13

3) Pemberian

tugas kelas tidak boleh menyita waktu yang terlalu lama. Sebaiknya

siswa mengerjakan satu atau dua masalah (soal) dan langsung diberikan umpan balik.

2.

Belajar Kelompok

Selama belajar kelompok, tugas anggota kelompok adalah menguasai materi yang diberikan guru dan membantu teman satu kelompok untuk menguasai materi tersebut. Siswa diberi lembar kegiatan yang dapat digunakan untuk melatih keterampilan yang sedang diajarkan untuk mengevaluasi diri mereka dan teman satu kelompok (Budi Isdiyanto, 2003:9)

Pada saat pertamakali menggunakan pembelajaran kooperatif, guru perlu mengamati kegiatan pembelajaran secara seksama. Guru juga perlu memberi bantuan dengan cara memperjelas perintah, mereview konsep atau menjawab pertanyaan itu. Selain itu guru juga melakukan bimbingan kepada siswa yang mengalami kesulitan pada saat kegiatan belajar kelompok berlangsung. Selanjutnya langkah-langkah guru sebagai berikut:

a. Mintalah anggota kelompok memindahkan meja/bangku mereka bersama- sama dan pindah ke
meja kelompok

b. Berikan

waktu kurang lebih 10 menit untuk memilih nama kelompok. Kelompok manapun

yang tidak dapat menyepakati nama kelompok pada saat itu boleh memilih kemudian

c. Bagikan lembar kegiatan siswa.

14

d. Serahkanlah

pada siswa untuk bekerja sama dalam pasangan, bertiga, atau satu kelompok

utuh, tergantung pada tujuan yang sedang

dipelajari. Jika mengerjakan soal, masing-masing siswa harus mengerjakan soalnya sendirian dan kemudian dicocokkan dengan temannya. Jika salah satu tidak dapat mengerjakan suatu pertanyaan, teman satu kelompoknya bertanggung jawab menjelaskannya. Jika siswa

mengerjakan pertanyaan dengan jawaban pendek, maka mereka lebih sering bertanya, dan kemudian antara teman saling bergantian memegang lembar kegiatan dan berusaha menjawab pertanyaan itu.

e. Tekanan

pada siswa bahwa mereka belum selesai belajar sampai mereka yakin teman-teman

satu kelompok dapat mencapai nilai 100 pada kuis. Pastikan siswa mengerti bahwa lembar kegiatan tersebut untuk belajar tidak hanya untuk diisi dan diserahkan. Jadi, penting bagi

| siswa agar mempunyai lembar kegiatan untuk mengecek diri mereka dan teman-teman sekelompok mereka pada saat mereka belajar. Ingatkan siswa bahwa jika mereka mempunyai pertanyaan, mereka seharusnya menanakan teman-teman sekelompok sebelum bertanya guru.

f. Sementara

siswa bekerja dalam kelompok, guru berkeliling dalam kelas. Guru sebaiknya

memuji kelompok yang semua anggotanya bekerja dengan baik, yang anggotanya duduk dalam kelompoknya, untuk mendengarkan bagaimana anggota yang lain bekerja.

3.

Kuis

15
Kuis dikerjakan oleh siswa secara mandiri. Hal ini bertujuan untuk menunjukkan apa saja yang telah diperoleh siswa selama belajar dalam kelompok.

Hasil kuis digunakan sebagai nilai perkembangan individu dan disumbangkan dalam nilai perkembangan kelompok. Nilai perkembangan kelompok diperoleh dari nilai perkembangan individu tiap anggota kelompok

Robert Slavin (2009:159-160) penghitungan skor perkembangan didapat melalui kriteria berikut: Tabel 2.1 Perhitungan Perkembangan Skor Individu

Poin

Tiga tingkatan diberikan kepada kelompok yang memperoleh nilai perkembangan yang dihitung dari rata-rata poin perkembangan yang diperoleh tiap anggota kelompok. Kriteria ketiga kelompok tersebut adalah sebagai berikut:

16
Tabel 2.2 Tingkatan Perhargaan Tim

4. Penghargaan Kelompok
Kegiatan ini di lakukan pada setiap akhir pertemuan kegiatan belajar mengajar. Guru memberikan penghargaan berupa pujian, skor perkembangan, atau barang yang dapat berbentuk makanan kecil kepada kelompok yang teraktif , terkompak, dan termaju. Langkah tersebut di lakukan untuk memberikan motivasi kepada siswa agar lebih aktif dalam kegiatan belajar mengajar.

Kelebihan dalam penggunaan pendekatan pembelajaran ini adalah sebagai berikut: Mengembangkan serta menggunakan keterampilan berpikir kritik dan kerja sama kelompok

17

;Menyuburkan hubungan atara pribadi yang positif diantara siswa yang berasal dari latar belakang berbeda;

a. Menerapkan bimbingan oleh tim; b. Menciptakan lingkungan yang menghargai nilai - nilai ilmiah.
Kelemahan dalam menggunakan pendekatan pembelajan ini

adalah sebagai berikut.

a. Sejumlah

siswa mungkin bingung karena belum terbiasa dengan

perlakuan seperti ini.

b. Guru

pada permulaan akan membuat kesalahan-kesalahan dalam

pengelohan kelas, akan tetapi usaha yang sungguh-sungguh dan

18

terus-

menerus

akan

dapat

terampil

menerapkan

modal

pembelajaran ini.

D. Hipotesis

Tindakan

Dengan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Student

Teams Achivement Division (STAD) dapat meningkatkan kemampuan


pemahaman matematika dan keaktifan siswa kelas VIIIA MTs Al-Inayah Sarijadi, Bandung pada pokok bahasan Bangun ruang sisi datar kubus dan balok.

You might also like