You are on page 1of 32

TUHAN YANG MAHA ESA DAN KETUHANAN Filsafat ketuhanan (teologi: ilmu agama)

(Keimanan dan Ketaqwaan)


Dalam beberapa literature disebutkan bahwaagama ada yang bersifat primitif dan ada pula yang dianut oleh masyarakat yang telah meninggalkan fase keprimitifan. Agama yang terdapat dalam masyarakat primitif adalah : dinamisme, animisme, politheisme, henotheisme, monotheisme. Dinamisme adalah: mengandung kepercayaan pada benda-benda yang diyakini mempunyai kekuatan gaib yang dapat mempengaruhi kehidupan manusia, untuk mendapatkan pengaruh yang baik dari benda-benda tersebut dilakukanlah perbuatan seperti memakai atau memakan benda tersebut agar orang yang memakai dan memakan benda tersebut senantiasa terpelihara dan dilindungi oleh kekuatan gaib yang ada didalamnya. Kekuatan gaib tersebut dinamakan mana,tuah, sakti atau keramat.Seiring dengan perkembangan kemajuan yang dialami manusia, maka keyakinanpun mengalami perubahan,keyakinan manusia meningkat menjadi Animisme yaitu percaya pada benda hidup atau benda mati punya kekuatan gaib, mendekatinya dengan cara saji-sajian, seperti percaya pada roh nenek moyang. Dari animisme meningkat lagi menjadi Politheisme yaitu percaya pada Tuhan banyak, berarti selain keyakinan di atas ( benda dan roh ), manusia percaya pada adanya Tuhan yang disembah, disini terdapat unsur menyembah,

akhirnya berkembang lagi menjadi Henotheisme, yaitu percaya pada satu tuhan, Tuhan untuk satu bangsa. Akhirnya Monotheisme yang merupakan akhir dari proses perkembangan kepercayaan masyarakat primitif dan termasuk masyarakat maju. Dalam kehidupan masyarakat yang telah maju agama yang dianut bukan lagi animisme, dinamisme, politisme, atau henoteisme, akan tetapi agama monoteisme, Agama Tauhid, Dasar ajaran agama monoteisme adalah Tuhan Satu, Tuhan Yang Maha Esa. Dengan demikian tuhan tidak lagi tuhan nasional akan tetapi tuhan Internasional, Tuhan semua bangsa didunia ini dan bahkan Tuhan Semesta Alam. Disinilah jika diperhatikan lebih jauh Islam menempati posisi sebagai agama tauhid yang hanya mengakui adanya satu Tuhan yaitu Allah SWT, yang merupakan inti dari Ajaran Agama Islam yang terumus dalam kalimat La ilahaillallah. Dan keyakinan atau keimanan yang merupakan pengembangan dari kalimat tauhid di atas sering disebut dengan Aqidah (Teologi). Aqidah berasal dari bahasa Arab, secara arti etimologi , adalah ikatan, sangkutan. Disebut demikian karena ia mengikat dan menjadi sangkutan atau gantungan segala sesuatu. Secara tehnis (istilah) artinya adalah iman atau keyakinan. Dan kedudukannya sangat sentral dan fundamental. AQIDAH IMAN KEPADA ALLAH

Aqidah (Aqidah Islam) beranjak dari keyakinan

kepada Zat Mutlak

Yang Maha Esa yang disebut Allah. Allah Maha Esa dalam zat, sifat, dan perbuatan Wujud-Nya itu disebut Tauhid (Teologi). Tauhid menjadi inti rukun iman dan prima causa seluruh keyakinan Islam. Selanjutnya sistematika pokokpokok keyakinan Islam dapat dilihat sebagaimana terangkum dalam istilah Rukun Iman sebagai berikut: 1. Keyakinan pada Allah, Tuhan Yang Maha Esa 2. Keyakinan pada Malaikat-Malaikat-Nya. 3. Keyakinan pada Kitab-Kitab suci 4. Keyakinan pada para nabi dan rasul Allah 5. Keyakinan akan adanya hari Akhir, dan 6. Keyakinan pada qadha dan Qadar Allah. Prinsif-Prinsif Keyakinan/Rukun Iman ini merupakan aqidah Islamiyah dapat di diuraikan sebagai berikut: Allah, Zat Yang Maha Mutlak itu, Yaitu menciptakan segala sesuatu, zat satu-satunya yang berhak disembah. Allah adalah Al-Khaliq yang Maha sempurna, sempurna dalam Zat-Nya, sempurna dalam sifat-Nya, sempurna dalam perbuatan-Nya dan sempurna dalam segala-galanya. Beriman kepada Allah berarti: Yakin dan percaya sepenuh hati akan adanya allah, keesaan-Nya serta sifat-sifat-Nya yang sempurna, Kosekwensi dari pengakuan ini adalah; mengikuti tanpa reseve/petunjuk/bimbingan Allah dan rasul-Nya yang tersebut dalam al-quran dan hadist nabi. Menjalankan

ibadah sesuai dengan tuntunan Al-Quran dan As-Sunnah (MAsjfuk Zuhdi; 1993:11). Segala sesuatu mengenai Tuhan disebut Ketuhanan. Ketuhanan yang Maha Esa menjadi dasar Negara Republik Indonesia. Menurut pasal 29 ayat 1 undang-undang dasar 1945 negara berdasarkan atas tuhan yang maha esa. Istilah ketuhanan yang maha esa adalah ciptaan otak manusia, pengertian iman orang Indonesia, sebagai terjemahan kata-kata yang terhimpun dalam Allahu al wahidul ahad, yang berasal dari al-quran surat Al-Ikhlas:1 Qulhuwallahu Ahad itulah yang ditejemahkan dengan Tuhan Yang Maha Esa, yang sebelum tahun 1945 perkataan itu tidak ada dalam bahasa Indonesia (Muhammad Daud Ali; 1997: 202). Menurut akidah Islamiyah, konsepsi mengenai Ketuhanan Yang Maha Esa disebut Tauhid, ilmunya adalah ilmu tauhid adalah ilmu kemaha esaan tuhan (Osman Raliby, 1980:8) Di dalam ilmu tauhid disebutkan dua puluh sifat Allah, yang disebut dengan Sifat Dua Puluh, yaitu: 1.Wujud, Ada. Mustahil Adam (tidak ada). Hal ini ditegaskan oleh Al-Quran As-Sajadah:4) Allah lah Yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya 2.Qidam, terdahulu tidak ada permulaan-Nya, mustahil hudust (baru, ada yang mendahului)

Ditegaskan oleh Al-Quran Al-Hadi d:3) Dialah Yang Awal dan yang Akhir 3.Baqa, Kekal, Abadi tidak berkesudahan, mustahil Allah itu fana (rusak, berakhir). Ditegaskan dalam al-quran dan baga (tetap kekal) Zat Tuhanmu yang memiliki kebesaran dan kemuliaan. (QS. Ar-Rahman:27) segala ciptaan-Nya (yang baru), mustahil Allah mumatsalatu lil hawaditsi (ada yang menyamai) 4.Mukhalafatuhu lil hawaditsi, berbeda dengan segala ciptaan-Nya (yang baru), mustahil Allah mumatsalatu lil hawaditsi (ada yang menyamai), sebagaiamana ditegaskan di dalam al-quran. QS.:Asy-Sura:11). Tiada satupun yang menyamai dengan dia (Allah). 5.Qiyamuhu binafsihi, berdiri sendiri. Mustahil Allah ihtiyajun lighairihi (membutuhkan yang lain). Ditegaskan dalam Surah Ali Imran; 97. maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak membutuhkan sesuatu dari alam semesta). 6.Wahdaniyat, Maha Esa, Mustahil Allah itu taaddud (berbilang). Katakanlah dialah Allah yang Maha Esa. (Al-Ikhlas:1) 7. Qudrat, Berkuasa, Maha Kuasa,Mustahil ajzun lemah .Ditegaskan dalam AlQuran Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu Q.S AlBaqarah ;20

8.Iradat, Berkehendak, Mustahil karahah (terpaksa) Ditegaskan dalam alquran, Sesungguhnya Tuhanmu Maha Pelaksana terhadap apa yang Dia kehendaki. (Q.S.Huud: 107) 9.Ilmu, Maha Mengetahui, Mustahil jahlun (bodoh). Ditegaskan di dalam AlQuran, Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (Q.S. An-Nisa: 176) 10.Hayat, Hidup mustahil mautun (mati). Ditegaskan di dalam Al-Quran; Dan bertawakkallah kepada Allah Yang maha Hidup (kekal) Yang tidak mati, dan bertasbihlah dengan memuji-Nya. (Q.S. Al-Furqan) 11. Sama. Maha Mendengar. Mustahil shamamun, (tuli). Ditegaskan di dalam Al-Quran, Dan Allah Maha Mengetahui. (Q.S. Al-Baqarah: 256). 12. Bashar, Maha Melihat. Mustahil Allah ama (buta). Ditegaskan di dalam alquran, Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (Q.S. AlHujurat : 19) 13. Kalam, Maha berkata-kata. Mustahil bakamun (bisu). Ditegaskan didalam al-quran, Dan Allah telah berbicara kepada (Nabi) Musa dengan langsung. (Q.S. An-Nisa: 164) 14. Qadiran, Dalam Keadaan berkuasa, mustahil kaunuhu ajizan (lemah). Ditegaskan di dalam al-quran, Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu. (Q.S. Al-Baqarah: 20)

15. Muridan, Dalam Keadaan Berkemauan, Mustahil kaunuhu karihan, (Terpaksa). Sebagaiamana ditegaskan di dalam al-quran Sesungguhnya Tuhan mu Maha melaksanakan apa yang Dia kehendaki. (Q.S. Huud: 107). 16. Aliman, Dalam Keadaan Berpengetahuan, Mustahil kaunuhu jahilan (Bodoh). Ditegaskan di dalam al-quran, Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (Q.S. An-Nisa:176) 17. Hayyan, Dalam Keadaan Hidup, Mustahil mayyitan, (mati). Ditegaskan Allah dalam firman-Nya pada Surah Al-Furqaan: 58. Dan

bertawakkallah kepada Allah yang hidup kekal dan yang tidak mati. 18. Samian, Dalam Keadaan Mendengar, Mustahil kaunuhu ashamma(tuli). Allah Maha Mendengar, dan Maha Mengetahui. Q.S. Al-Baqarah: 256) 19. Bashiran, Dalam Keadaan Melihat, Mustahil kaunuhu ama (buta). Ditegaskan dalam al-quran, Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan, (Q.S. Al-Hujurat: 18) 20. Mutakalliman, Dalam Keadaan Berkata-kata, Mustahil kaunuhu abkama, (bisu) ditegaskan di dalam al-quran, Dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung. (Q.S. An-Nisa: 164). Bagi para mahasiswa yang penting untuk diketahui dan dipahami dengan baik adalah bahwa Allah, Tuhan Yang maha Esa bersifat:

A. Hidup. Hal ini berarti bahwa Allah, Tuhan Yang Maha Esa adalah Tuhan Yang Hidup. Hidupnya Allah Yang Maha Esa tanpa memerlukan makanan, minuman, istirahat dan sebagainnya. Ringkasnya: Allah Maha Esa dalam Hidup-Nya. Konsekwensi kepercayaan yang demikian itu ialah, setiap atau segala sesuatu yang sifat hidupnya memerlukan makanan, minuman, tidur dan sebagainya, bagi seorang muslim bukanlah Allah dan tidak boleh dipandang sebagai Tuhan, Tuhan Yang Maha Esa. B. Berkuasa Allah adalah Tuhan Yang Maha Kuasa, Kuasa-Nya Maha Esa, tiada tara, tidak ada tolak bandingnya. Allah Maha Kuasa tanpa memerlukan pihak lain manapun juga dalam kekuasaan-Nya. Ia adalah Maha Kuasa dengan sendiriNya. Konsekwensi keyakinan yang demikian adalah, seorang mukmin harus teguh dalam kepercayaannya pada kekuasaan Allah, melampauwi segala kekuasaan sealin dari kekuasaan Allah. Dan sebagai akibatnya, seorang muslim tidak boleh takut pada kekuasaan lain yang ada dalam alam ini, baik kekuasaan itu berupa kekuatan-kekuatan alamiah maupun kekuasaan insaniah. C. Berkehendak Allah mempunyai kehendak. Kehendak-Nya Maha Esa dan berlaku untuk alam semesta, termasuk manusia di dalamnya. Konsekwensi keyakinan yang

demikian itu. Adalah, Kehendak atau Iradah Allah Yang Maha Esa wajib diikuti oleh setiap muslim. Kehendak Allah yang masih asli, seperti telah disebut dimuka, termaktub kini di dalam al-quran yang menjadi kitab suci ummat Islam. Selain itu kehendak Allah dapat dijumpai pada ayat-ayat kauniyah di alam semesta berupa sunnatullah yaitu hukum-hukum Allah yang oleh para sarjana disebut laws of nature (hukum-hukum alam). Allah Maha Esa dalam perbuatan-Nya. Pernyataan ini mengandung arti bahwa kita meyakini Tuhan Yang Maha Esa tiada tara dalam melakukan sesuatu, sehingga hanya dialah yang dapat berbuat menciptakan alam semesta ini. Perbuatan-Nya itu unik lain dari yang lain, tiada taranya dan tiada sanggup manusia menirunya. Misalnya bagaimana Allah menciptakan manusia dalam bentuk tubuh yang sangat baik, yang dilengkapi dengan panca indera, akal, perasaan, kemauan, bahasa, pengalaman dan sebagainya. Allah Maha Esa Dalam wujud-Nya. Mengandung arti wujud Allah lain sama sekali dari wujud alam semesta, ia tidak dapat diserupakan dalam bentuk apapun juga. Menurut keyakinan Islam Allah Maha Esa demikian esa-Nya sehingga wujudnya tidak dapat disamakan dengan alam atau bagian-bagian alam yang merupakan ciptaan Allah. Eksistensi-Nya wajib. Wajib karena itu Ia disebut wajibul wujud, artinya hanya

Allah lah yang abadi dan wajib eksistensi atau wujud-Nya. Selain dari Allah semuanya mumkinul wujud. Jadi hidup manusia didunia ini hanya sementara. Allah Maha Esa dalam menerima Ibadah Artinya hanya Allah saja yang berhak disembah dan menerima ibadah, yang dimaksud dengan ibadah adalah segala perbuatan manusia yang disukai

Allah.baik dalam bentuk kata-kata maupun perbuatan, yang kelihatan maupun tidak. Konsekwensi keyakinan ini hanya dialah Allah yang wajib kita sembah, hanya kepada-Nya pula seluruh shalat dan ibadah lain yang kita lakukan, kita niatkan dan kita persembahkan. Allah Maha Esa dalam menerima Hajat dan hasrat manusia. Artinya apabila seorang manusia hendak menyampaikan maksud, permohonan atau keinginannya langsunglah sampaikan kepada-Nya, kepada Allah sendiri tanpa perantara atau media apapun namanya. Tidak ada system rahbaniyah atau kependetaan dalam Islam. Allah Maha Esa dalam memberi hukum. Ini berarti bahwa Allahlah satu-satunya pemberi Hukum yang tertinggi. Ia memberi hukum kepada alam, seperti hukum-hukum alam yang kita kenal dengan hukum-hukum Archimedes, Boyle, Lovoisier, hukum relativitas, thermodynamic dan sebagainya. Ia pula yang memberi hukum kepada manusia sebagaimana mereka harus hidup di bumi, ini sesuai dengan ajaran-ajaran dan

kehendak-Nya dengan sendirinya sesuai pula dengan hukum-hukum (yang berlakudi) alam semesta dan watak manusia, yang semuanya itu adalah ciptaan Allah. Konsekwensi keyakinan ini adalah seorang muslim wajib percaya pada adanya hukum hukum alam (sunnatullah) baik dalam pisik maupun psikis dan spiritual yang terdapat dalam kehidupan. Jalan yang dikehendaki Allah menurut akidah, adalah Jalan hidup islam. jalan hidup islam itu disebut juga dengan istilah syariat Islam. Dan karena syariat Islam ada pula syariat atau hukum Allah, konsekwensinya adalah bagi umat Islam yang secara teoritis dan praktis dengan bebas telah memilih Islam sebagai agamanya, tidaklah ada jalan lain yang harus di tempuhnya selain berusaha sekuat tenaga mengikuti jalan hidup Islam itu sebagi-baiknya (Osman Rabily, dalam Muhammad Daud Ali: 1997;2003-207). Uraian tentang ke-MahaEsa-an Tuhan tentang sifat-sifat Allah tersebut di atas, dapat dikembangkan lebih lanjut secara rasional-filosofis dengan menyebut konsekwensinya terhadap seorang muslim. 2. Keyakinan kepada Malaikat. Beriman kepada Malaikat berarti yakin ( percaya ) adanya malaikat,diciptakan untuk menyampaikan amanat Allah kepada manusia. Malaikat adalah mahluk gaib, tidak apat ditangkap oleh pancaindra. Akan tetapi dengan izin Allah malaikat dapat menjelma seperti manusia, seperti malaikat Jibril AS. Menjadi

manusia dihadapan Maryam ibu nabi isa AS. Malaikat diciptakan dari nur. Allah tidak membutuhkan malaikat, manusia. Malaikat Mahluk gaib kita wajib mengimaninya. Tentang adanya malaikat cukup otentik yaitu berasal dari alquran dan hadist. Malaikat selalu taat kepada Allah dan tidak pernah maksiat. Keterangan inidapat dilihat dala Surah At-Tahrim; 6. Tugas-tugas Malaikat antara lain : Menyampaikan wahyu Allah kepada manusia Mengukuhkan hati orang beriman Memberi pertolongan kepada manusia Membantu perkembangan rohani manusia Mendorong manusia untuk berbuat baik Mencatat perbuatan manusia Melaksanakan hukum Allah Selain para Malaikat ada makhluk gaib lain ciptaan Allah, yang dimaksud adalah syetan,syetan diciptakan dari api . Malaikat mendorong manusia untuk kebaikan sedangkan syetan adalah menyesatkan manusia. Kalau ada gerak hati untuk kejahatan itu tandanya bisikan syetan sebaliknya jika ingin berbuat baik itu indikasi bahwa Malaikat berhasil menyampaikan bisikannya kepada manusia bersangkutan. Gerak hati untuk melakukan perbuatan jahat atau gerak hati untuk berbuat baik didalam diri seseorang ditimbang oleh akal. Akallah yang akan memberikan

keputu san. Keputusan akan menimbulkan kehendak ( will ) pada diri manusia bersangkutan. Kehendak itu bebas ( will itu free ) memilih mana yang akan
dilakukan.

Menurut ajaran Islam setiap manusia mempunyai kecenderungan untuk berbuat baik atau berbuat jahat.Kecenderungan berbuat baik dikembangkan oleh malaikat dan kecenderungan berbuat jahat dimanfaatkan oleh syetan dengan berbagai tipu daya. Itulah sebabnya maka akal manusia yang mempertimbangkan kedua kecenderungan itu perlu diisi dengan iman kepada wahyu yang sengaja diturunkan Allah untuk menjadi pedoman hidup manusia. Pengetahuan manusia (biasa) mengenai alam gaib hakiki itu terbatas dan bersifat spekulatif pula. Hanya Allah dan rasul-Nya yang mampu memberikan pengetahuan yang pasti dan benar tentang itu. Melalui sunnah nabi-Nya kita mendapat tambahan keterangan tentang tugas para malaikat. Diantaranya ada yang ditugasi mencabut nyawa (Izrail), menjaga neraka (Malik), pengawal surga (Ridwan), menayai orang mati tentang imannya (Munkar dan nakir), mencatat segala perbuatan manusia (Raqib dan Atid),. Meniup sangkakala (Israfil) yang meniup nafiri sangkakala pada hari kiamat.(Kennet W. Morgan, 1980:459). Sedangkan Jibril menyampaikan wahyu Allah. (Al-quran, Injil, Taurat, Zabur, Suhup Ibrahim) 3. Keyakinan Kepada Kitab-Kitab Suci

Kitab suci memuat wahyu Allah. Perkataan kitab yang berasal dari kata kerja kataba (artinya ia telah menulis )memuat wahyu Allah . Perkataan wahyu berasal dari bahasa Arab : Al-wahyu bermakna suara,bisikan,isyarat,tulisan dan kitab. Dalam pengertian umum wahyu adalah firman Allah yang disampaikan Malaikat Jibril kepada para Rasul Nya atau orang yang dipih Nya untuk diteruskan kepada manusia guna dijadikan pegangan hidup. Al-Quran menyebut beberapa kitab suci misalnya : Zabur diturunkan kepada nabi Daud Taurat diturunkan kepada nabi Musa Injil diturunkan kepada nabi Isa Al- Quran diturunkan kepada nabi Muhammad sebagai Rasul Nya Menurut harfiah,Quran itu berarti bacaan ( Q,s.Al-Qiyamah 75 ayat 17 dan 18 ). Adapun defenisi Al-Quran adalah Kalam Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad saw sebagai mujizat,membacanya adalah ibadah. Quran tersusun dalam 114 surat dengan 6236 ayat,74437 Kalimat dan 325345 huruf, semuanya adalah wahyu Allah yang diterima nabi Muhammad melalui Malaikat Jibril. Permulaan turunnya Al-quran bersamaan dengan dinobatkannya Muhammad sebagai Rasulullah dalam usia 40 tahun sedang berkhalwat di Gua Hirapada malam senin,17 Ramadhan/ 6 agustus 610 M,Peristiwa ini dinamakan Allah malam al-Qadarbertepatan dengan terjadinya kontak senjata antara kaum muslimin dengan kaum kafir Quraissy di Badr. Ayat yang pertama turun 5 ayat dari Surah Al-Alaq:

Bacalah dengan dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan.Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.Bacalah dan Tuhanmu yang amat mulia. Yang mengajar ( manusia ) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. Ayat terkhir ialah ketika Nabi sedang menunaikan Haji wada di Arafah hari jumat 9 Dzulhijjah 10 H/bulan maret 632 M yaitu surah Al-Maidah ayat 3 : Alyauma Akmaltulakum diinakum waradhitulakumul Islamadiina. waatmamtu alaikum nimati

Pada hari ini telah-Ku sempurnakan untukmu agamamu dan telah-Ku cukupkan nimat Ku untukmu dan Aku telah ridha Islam menjadi agamamu. Delapan puluh satu hari kemudian Nabi wafat ( 12 Rabilul awal th 11 H ( 8 juni 632 M ) Al-Quran diturunkan dalam 2 periode :Mekah dan Medinah. Periode pertama ayat-ayat yang turun ketika Nabi masih bermukim di Mekah sejak jadi Rasul sampai hijrah ke Madinah ( 12 th,13 hari,disebut ayat Makiyah 86 surah,Madaniyah 28 surah.

Perbedaan ayat Makiyah dengan Madaniyah Makiyah : Ayatnya pendek-pendek Jumlah ayatnya 4780 ayat Diawali Yaa ayyuhannas Hal-hal yang berhubungan dengan tauhid,iman,taqwa,ancaman,pahala,sejarah bangsa-bangsa dahulu. Madaniyah : Ayatnya panjang-panjang 6236 ayat Yaa ayyuhallazina amanu Hukum, kemasyarakatan, kenegaraan, perang, hukum, internasional, hukum antar Agama. Urutan quran tidak sebagaimana susunan yang ada sekarang,tetapi ia turun terpencar. Ayat-ayat yang turun ada kalanya karena sesuatu sebab, adakalanya tanpa sebab, inilah yang paling banyak. Setiap turun Rasul memerintahkan mencatat dan menggandengkan dengkan dengan ayat yang

ditunjuk oleh beliau sendiri. Mengenai susunan Quran dan tertib surah yang ada sekarang adalah menyusul dilakukan oleh Zaid bin Tsabit sebagai ketua panitia ad-hoo penyusun Mushaf. Dibentuk oleh Khalifah ketiga Usman bin Affan r.a. sebagai kelanjutan usaha yang telah dirintis oleh Khalifah 1 Abu Bakar r.a.Karena Quran yang ada dewasa ini dalam susunan surah atau urutannya adalah dari Hasil usaha kodifikasi Khalifah Usman, maka Quran sekarang

disebut Mushaf Usmani. Satu ejaan,satu susunan surah surah dan satu bacaan. Prinsip Al-Quran sesudah tauhid ( Keesaan Tuhan ),amar maruf nahi mungkar. Al-Quran diturunkan tidak sekaligus,tetapi sedikit-demi sedikit selama 22 tahun 2 bulan 22 hari. Isi kandungan Al-Quran : Aqidah Syariah ibadah maupun muamalah Akhlak dengan semua ruang lingkupnya Kisah-kisah umat manusia dimasa lampau Berita-berita tentang zaman yang akan datang Benih dan prinsip-prinsip ilmu pengetahuan, dasar-dasar hukum yang berlaku bagi alam semesta termasuk manusia didalamnya. 4. Keyakinan pada nabi dan Rasul ( Arkaanul Iman ke 4 ) : Didalam Al-Quran disebut ada 25 rasul yang berkewajiban menyampaikan wahyu yang diterimanya kepada manusia dan menunjukkan cara-cara pelaksanaannya dalam kehidupan manusia sehari-hari. Setelah sekian banyak

Rasul yang diutus oleh Allah. Allah mengutus Nabi Muhammad sebagai nabi dan Rasul penutup atau terakhir dan untuk umat manusia dgn alasan: 1. Para Rasul sebelum Muhammad hanya terbatas untuk bangsanya/ kaumnya atau daerah tertentu saja.

2. Ajaran Rasul terdahulu telah banyak yang hilang ( dihilangkan ) oleh para pemuka agama bersangkutan dan tidak lengkap lagi. 3. Ajaran para Rasul terdahulu bersifat lokal, sementara dan belum menyentuh seluruh aspek kehidupan manusia, jadi perlu disempurnakan dengan ajaran yang universal berlaku untuk seluruh dunia dan eternal yang bersifat abadi firman Allah dalam Al-Quran Qs.Al-Anbiya:107 :

Dan tiadalah Kami mengutus engkau ( Muhammad ) melainkan untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam. Keistimewaan kedudukan Muhammad dalam sejarah umat islam kini diungkapkan dengan jelas oleh para sarjana, diantaranya sarjana non Muslim Amerika (1) PHILIP KURIE HITTI dan (2) MICHAEL HARI seorang sarjana sejarah dan Matematika, Hukum, 100 tokoh manusia yang berpengaruh pada peradaban manusia yang pernah hidup di dunia. Dengan menggunakan beberapa tolak ukur yaitu: a. Orangnya benar benar hidup di dunia ini b. Berpengaruh pada generasi masanya, berikutnya, kini dan yang akan datang c. Prestasinya mempengaruhi keadaan dan peristiwa yang akan terjadi

d. Karyanya merupakan hasil individual, tidak diciptakan bersama orang lain. MICHAEL HARI mengambil kesimpulan bahwa MUHAMMAD S.A.W adalah manusia yang paling berpengaruh dalam sejarah peradaban manusia dengan alasan: a. Muhammad satu-satunya manusia yang berhasil secara luar biasa dibidang keagamaan dan masalah dunia b. Berhasil menegakkan satu diantara agama-agama besar di dunia c. Dalam waktu bersamaan Muhammad menjadi pemimpin politik yang mampu menyatukan masyarakat dalam satu ikatan akidah, keyakinan beriman kepada Allah d. Dalam waktu yang sama, ia seorang panglima perang yang sangat ahli dalam strategi Dan taktik yang ulung. Muhammad sangat berpengaruh dalam bidang duniawi maupun dalam bidang ukhrawi. Nabi Muhammad adalah adalah rasul penutup ( Khatamin Nabiyyin ). Sejarah hidupnya dari awal hingga akhir jelas dan lengkap,terpelihara dari masa kemasa, Akhlaknya baik terlukiskan dengan kata-kata : a. Shidiq ( benar ) b. Amanah ( dapat dipercaya ) c. Tabligh ( menyampaikan )

d. Fathanah ( cerdas ) Karena akhlaknya yang mulia,suri tauladan yang diberikannya dalam mengamalkan ajaran Islam menjadi sumber nilai dan norma kedua sesudah wahyu. Q.s.Al-Ahzab 21 ayat 33 . Sesungguhnya pada Rasulullah suri tauladan bagi kamu. Q.s. Al-Hasyar :7. Dan karena itu apa yang dibawanya ikutilah, dan apa yang dilarangnya jauhilah ( Q.s.Al-Hasyr : 7 ). Q.S.Al-Qalam :4 . Dan sesungguhnya kamu Muhammad memiliki akhlak yang agung. Suri tauladan yang diberikan Rasul ini disebut As-Sunnah/Al-Hadist,yg Menjadi pegangan sebagaimana pesan Rasul saat terakhir. Ku tinggalkan pada kalian dua pusaka yang sangat berharga,kalian tidak akan sesat ( sesudahku ) selama-lamanya selama kalian berpegang teguh kepada keduanya yaitu kitab Allah ( Al-Quran dan Sunnah Rasul). 5. Keyakinan pada Hari Kiamat Q.s. An-Nisa ayat 59 : Allah berfirman: :Yaa ayyuhalladziina aamanuu athiiullaha wa athiiurrasuula wauulil amri minkum, fain tanaazatum fii syai-in farudduuhu ilallaha warrasuuli inkuntum tu- minuuna billahi walyaumil aakhiri, dzalika khairun wa-ahsanu ta-wiila.

Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul-(Nya), dan Ulil Amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Quran) dan Rasul (Sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu adalah lebih utama (bagimu tida dan lebih baik akibatnya. (QS. An-Nisa: 59) Menurut para ilmuwan alam, suatu saat alam ini akan berakhir dan segala sesuatu tidak berjalan sebagaimana perputaran alam menurut ketentuan yang telah ditetapkan. Alam ini akan berputar mengarah pada kerusakan dan kehancuran secara pasti. Diantara dalil yang paling argumentatif bahwa hari akhir itu hanya Allah yg mengetahui adalah karena tak seorangpun mendahuluinya membahas kerusakan alam dengan satu gambaran sebagaimana agama-agama klasik yang juga tidak membahasnya. Dan Allah tidak menginformasikan tentang hari kiamat kepada para malaikat-Nya yang dekat dan tidak pula kepada Nabi-nabi Nya. Hari kiamat dimulai dengan rusaknya alam ini. Setiap manusia yang hidup di alam ini akan mati dan bumi akan diganti, bukan bumi dan langit yang sekaramg ini. Allah yang 6.Meyakini Qadha dan Qadhar Menurut Al-Quran Qadha berarti : Hukum ( An-Nisa: 65 ) Perintah ( Al-Isra : 23 ) Memberitakan (Al-Isra : 4 ) Menghendaki ( Ali Imran : 47 )

Menjadikan ( Fushilat : 12 ) Qadhar dalam Al-Quran ialah : Suatu peraturan umum yang telah diciptakan Allah untuk menjadi dasar alam ini, dimana terdapat hubungan sebab dan akibat. Telah menjadi sunnatullah yang abadi dimana manusia juga terikat pada sunnatullah itu. Firman Allah SWT : Sesungguhnya Kami telah menjadikan segala sesuatu menurut ( aturan ). ( Al-Qamar : 49 ) Adalah segala utusan Allah itu menurut qadar yang telah ditentukan. (AlAhzab : 38 ). Allah telah menciptakan segala sesuatu,lalu Dia tentukan tkqdirnya ( ketentuannya ). ( Al-Furqan : 2 ). Oleh karena itu iman kepada takdir memberikan arti dimana kita wajib mempercayai bahwa segala sesuatu yang terjadi di alam ini, dalam kehidupan dan diri manusia,adalah menurut hukum, berdasarkan suatu undang-undang universal atau kepastian umum atau taqdir. Orang yang beriman kepada qada dan qadar akan memiliki ciri-ciri sebagai berikut 1. Memiliki sifat khouf (takut) kepada Allah 2. Memiliki sifat raja (harap) kepada Allah 3. Beribadah dengan sebaik-baiknya qadar

4. Selalu mengevaluasi dirinya 5. Selalu berpikir dengan sungguh-sungguh terhadap pekerjaan yang dilakukannya 6. Mempersiapkan bekal untuk akhirat Hubungan antara qada dan qadar Bagaimanakah hubungan antara qada dan qadar? Marilah kita baca penjelasan berikut ini. Sebelum membahas hubungan antara qada dan qadar, kita perlu mengetahui lebih jelas, apakah qada itu dan apakah qadar itu? Qada adalah ketetapan atau ketentuan Allah SWT sejak zaman azali (zaman dahulu) atas segala yang akan terjadi pada makhluk-Nya. Ini berarti, sebelum kita terlahir kedunia ini, Allah telah menetapkan berbagai ketentuan bagi diri kita. Hidup, mati, jodoh, dan rezeki kita sudah ditentukan oleh Allah sebelum kita lahir. Setelah kita lahir pun, kita tidak mengetahui ketentuan-ketentuan tersebut. Qadar adalah ketetapan atau ketentuan Allah swt. Takdir Allah ada dua macam, yaitu takdir mubram dan takdir mualak. Takdir mubram adalah ketentuan Allah swt yang pasti terjadi dan tidak dapat diubah oleh siapapun dengan usaha apapun. Ketentuan tersebut adalah seperti waktu dan tempat meninggalnya seseorang, waktu terjadinya hari kiamat, adanya laki-laki dan perempuan, dan lain-lain. Takdir mualak adalah ketentuan Allah swt yang mungkin dapat diubah dengan jalan berikhtiar, berdoa dan bertawakal. Contoh dari takdir ini adalah jika kita ingin badan kita sehat dan segar, kita haru berusaha memelihara kebersihan dan kesehatan badan kita. Jika kita ingin pintar, kita harus berusaha rajin belajar.

Beriman kepada takdir itu tidak berarti menyerah begitu saja tanpa berikhtiar dan berusaha. Qada tidak boleh dijadikan sebab untuk melakukan kejahatan dan kemaksiatan. Firman Allah swt dalam Alquran, Artinya: Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri (Q.S. Ar-Rad: 11) Artinya: Apabila kamu telah membulatkan tekad (untuk melakukan sesuatu), maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah swt menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya Selanjutnya Aqidah islamiyah dan keimanan yang dimiliki oleh setiap orang mukmin yang meyakini adanya Allah dengan segala konsep keminanannya itu akan membuahkan Taqwa. Kata Taqwa dalam arti bahasa berarti menjaga, menghindari, menjauhi dan sebagainya. Dan kata Taqwa berulang sebanyak 79 kali, dengan rincian Allah menjadi objek 56 kali, neraka 2 kali, hari kemudian 4 kali, fitnah sekali dan tanpa obyek sekali, namun yang dimaksudkan adalah Allah, dan 15 kali selebihnya yang menjadi subyek dengan berbagai ungkapan seperti rabbakum, yang jika perhatikan redaksi tersebut semua berarti Tuhan Yang Maha Esa (Quraish Shihab: 1992:58).

Orang yang bertagwa adalah orang yang takut kepada Allah berdasarkan kesadaran, mengerjakan suruhan-Nya, dan tidak melanggar larangan-Nya baik secara lahiriah maupun bathiniah, ia takut terjerumus kepada perbuatan dosa. Orang yang taqwa adalah orang yang membentengi dirinya dari perbuatan jahat, memelihara diri agar tidak melakukan perbuatan yang tidak di ridhai oleh Allah, bertanggung jawab mengenai sikaf tingkah laku dan perbuatannya memenuhi kewajiban. (Muhammad Daud Ali; 1997: 361). Selanjutnya pentingnya kedudukan Taqwa, sebagaimana dapat dilihat dalam sebuah hadist bahwa Abu al-Ghifari, pada suatu hari , meminta nasihat kepada Rasulullah, Rasulullah menasihati al-Ghifari, Supaya ia taqwa kepada Allah, karena taqwa adalah pokok segala pekerjaan. Dari nasihat Rasulullah dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa taqwa adalah pokok segala pekerjaan muslim, taqwa juga sebagai ukuran. Sebagaimana disebutkan dalam surah al-Hujurat ayat 13 yang artinya Manusia yang paling mulia disisi Allah adalah orang yang paling taqwa. Dalam surah yang lain taqwa dipergunakan sebagai dasar persamaan hak antara wanita dan perempuan (suami dan isteri) dalam keluarga, karena pria dan wanita dari jenis yang sama. (Q.S.An-Nisa:1). Menurut hasan langgulung usaha memasyarakatkan taqwa harus dimulai sejak dini, sejak musia masih kecil, sampai dewasa. Pemasyarakatkan taqwa dapat ditempuh dengan tiga tahap. Tahap pertama adalah soisalisasi, pada tahap ini anak didik dapat diajar melakukan nilai-nilai yang terkandung dalam perkataan taqwa yang hampir sama dengan nilai akhlak. Adapun nilai- nilai ketaqwaan antara lain : (nilai-nilai perseorangan, niliai-nilai kekeluargaan, nilai-nilai sosial, nilia-nilai kenegaraan dan nilai-nilai keagamaan.

Tahap kedua adalah tahap identifikasi. Dalam tahap ini anak didik mengerjakan nilai-nilai tertentu yang mereka sukai dan kagumi pada nilai-nilai tertentu yang mereka sukai dan kagumi pada nilai-nilai itu. Contohnya kata-kata orang tua, guru-guru, ulama, umara, karena mereka mengagumi dan mencontoh alam bentuk tokoh-tokoh itu yang memegang peran penting. Tahap ketiga adalah penghayatan. Maksudnya anak didik menikmati ketentraaman batin karena melaksanakan nilai-nilai ketaqwaan, tidak lagi kagum pada tokoh. Dengan demikikian, ruanglingkup taqwa dalam makna memelihara meliputi empat jalur hubungan yaitu: 1. Hubungan manusia dengan Allah 2. Hubungan manusia dengn hati nurani atau dirinya sendiri. 3. Hubungan manusia dengan sesama manusia 4. Hubungan manusia dengan lingkungan hidup I. Hubungan Manusia Dengan Tuhan Yang Maha Esa. Hubungan ini merupakan dimensi pertama. Hubungan ini harus terpelihara dengan baik, sebab dengan menjaga hubungan dengan Allah manusia akan terkendali tidak melakukan kejahatan terhadap dirinya, masyarakat dan lingkungan hidupnya. Inti taqwa pada tuhan yang maha esa adalah melaksanakan semua perintah dan menjauhi semua larangannya. Perintah allah itu dimulai dari pelaksanaan tugas manusia untuk mengabdi kepadanya dengan selalu melakukan ibdah murni yang disebut dengan ibadah khusus seperti mendirikan shalat, berpuasa pada

bulan Ramadhan, menunaikan zakat, dan melaksanakan ibadah haji, dan melakukan ibadah-ibadah lain yang bertalian dengan ibadah khusus tersebut. Larangan ditetapkan-Nya agar manusia dapat melakukan fungsinya sebagai khalifah dalam menata kehidupan dunia.

Ketaqwaan dapat dilakukan dengan; 1. Beriman kepada tuhan yang maha esa 2. Melaksanakan ibadah khusus (Rukun Islam) 3. Menyukuri nikmat-Nya dengan dengan jalan menerima, mengurus, memanfaatkan semua pemberian Allah. 4. Sabar dalam menerima ujian dari Allah dalam makna tabah, tidak putus asa ketika terkena musibah. 5. Memohon ampun atas segala dosa yang telah dilakukan, dan taubat dalam makna sadar untuk tidak mengulangi perbuatan yang jahat. 2. Hubungan Manusia Dengan Dirinya Hubungan ini sebagai dimensi Taqwa yang kedua dapat dilakukan dengan menghayati benar patokan akhlak, yang disebutkan Tuhan dalam berbagai ayat al-Quran. Hubungan ini dapat dilihat sebagaiumana yang disuritauladankan nabi Muhammad saw. seperti; sabar, pemaaf, adil, ikhlas, berani, memegang, amanah, mawas diri, dan mengembangkan semua sikaf

yang terkandung dalam akhlak atau budi pekerti yang baik, sebagai mana pada Bab Akhlak. 3. Hubungan Manusia Dengan Manusia Hubungan ini sebagai dimensi Taqwa yang ketiga adalah memelihara dan membina hubungan baik dengan sesama manusia, hubungan ini dapat dilakukan dengan mengembangkan cara dan gaya hidup yang selaras dengan nilai dan norma yang disepakati bersama dalam masyarakat dan Negara yang sesuai dengan nilai dan norma agama. Contoh hubungan ini; tolong menolong, suka memaafkan kesalahan orang lain, menepati janji, lapang dada, menegak keadilan dan berlaku adil terhadap diri sendiri dan orang lain. 4. Hubungan Manusia Dengan Lingkungan Hubungan ini dapat dilakukan dengan menyayangi binatang, dan tumbuh-tumbuhan, tanah, air, udara, serta semua alam semesta. Kemudian konsekwensi adanya 4 pemeliharaan hubungan ini dalam Rangka ketaqwaan tersebut adalah bahwa manusia harus selalu menumbuhkan dan mengembangkan dalam dirinya empat T yakni empat kesadaran tanggungjawab; Tanggungjawab kepada Allah, Tanggungjawab kepada hati nurani sendiri, tanggungjawab kepada manusia, tanggungjawab untuk memelihara flora dan fauna, udara, air dan tanah serta kekayaan alam cipataan Allah. Taqwa dalam memaknai memenuhi kewajiban perintah Allah yang menjadi kewajiban manusia taqwa untuk melaksanakan pada pokoknya adalah 1. Kewajiban kepada Allah, 2. Kewajiaban kepada

diri sendiri, 3. Kewajiban kepada masyarakat, 4. Kewajaibana kepada lingkungan hidup. Kalau dilihat dari segi iman, pelaksanaan kewajiban-kewajiban itu bagi seorang muslim dan muslimat tidak hanya berupa keuntungan dalam bentuk hak di dunia ini, tetapi juga pahala di akhirat kelak yang dijanjikan Allah. 1.Kewajiban kepada Allah adalah kewajiban utama dan terutama, Kewajiban ini untuk memenuhi tujuan hidup yakni untuk mengabdi kepada Allah. Dapat dilihat dalam firmaNya, Tidak kuciptakan jin dan manusia, kecuali untuk mengabdi kepadaku (Q.S. Az-Dzariyat: 56). Caranya seperti yang dicontohkan oleh nabi Muhammad saw. Konsekwensi pengakuan logis pengakuan iman kita kepada Allah sebagai pencipta dan penguasa tunggal alam semesta dan Muhammad saw. yaitu penerimaan kita secara mutlak dan sadar atas segala perintah-perintah yang diberikan Allah dan akan tetap melaksanakannya dengan penuh tanggungjawab. 2. Kewajiban kedua dalam rangka pelaksanaan taqwa adalah kewajiban terhadap diri sendiri, menjaga dan memelihara diri, agar tidak melakukan sesuatu yang dilarang Allah. Misal tidak mencari rezeki dengan berjudi, tidak meminum minuman keras, tidak memakan makanan yang haram, tidak melangkahkan kaki pada tempat maksiat, dll. Kewajiban pada diri sendiri adalah pardu ain.

3. Kewajiban terhadap masyarakat, Kewajiban ini dimulai dari; A. Kewajiban terhadap keluarga. Dalam system ajaran Islam kewajiban terhadap keluarga juga merupakan pardu ain bagi unsur yang terlibat didalamnya. Terutama suami sebagai kepala keluarga, isteri sebagai ibu rumah tangga. Contohnya saling mencintai, menyayangi, suami isteri harus memelihara kesucian diri di dalam dan diluar keluarga, bertanggungjawab atas pemeliharaan pendidikan anak, dll B. Kewajiban terhadap tetangga. Kewajiban ini baik terhadap kerabat maupun bukan.. Dalam system ajaran Islam berbuat baik terhadap tetangga adalah pelaksanaan iman. Belum sempurna iman seseorang, kalau ia tidak baik terhadap tetangganya. C. Kewajiban terhadap masyarakat. Kewajiban terhadap masyarakat luas harus dilaksanakan sebaik-baiknya. Pelaksanaan kewajiban terhadap masyarakat luas termasuk juga D. Kewajiban terhadap Negara, # Kewajiban ini termasuk kewajiban terhadap tanah air seperti kesediaan dan mempertahankan Negara.

# Kewajiban rakyat dapat diwujudkan dengan menghormati dan menjunjung tinggi hak-hak mereka, # Kewajiban pemerintah, pemerintah yang berkuasa pada suatu masa dapat diwujudkan dengan mentaati peraturan perundang-undangan yang

dikeluarkan sepanjang peraturan itu tidak bertentangan dengan ketetapan Allah dan sunnah Rasulul-Nya. 4.Dimensi keempat pelaksanaan taqwa digambarkan oleh kewajiban terhadap lingkungan hidup. 1. Manusia wajib memelihara kelestarian alam lingkungan hidup, berarti pula memelihara kelangsungan hidup manusia sendiri dan keturunannya di kemudian hari. 2. Kewajiban orang yang taqwa terhadap harta yang dititipkan atau diamanatkan Allah padanya. Ini dapat dilihat dari 3 sisi; cara memperolehnya harus ; a. dengan cara yang halal, sah menurut hukum, baik menurut akhlak. b. pewarisan Tidak boleh dengan cara suap, korupsi, riba, merampas milik orang.

Kemudian fungsi harta adalah; tidak boleh ditimbun, tidak boleh hanya beredar pada orang yang kaya saja, dalam harta orang kaya terdapat harta orang miskin, Kemudian cara memanfaatkan atau membelanjakan harta; tidak boleh boros, hati-hati dan bijaksana, disalurkan melalui lembaga dengan cara sadaqah, infaq, hibah, zakat, wakaf. (Moh. Daud Ali, 1987:7-17)

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------Referensi : Abdul Majid, dan Buku paket Agama Islam Gunadarma, dan Pt. Bulan Bintang. Moh. Daud Ali, Pendidikan Agama islam PT. Raja Prasindo persada Untuk perguruan Tinggi. Dll yg terkait

You might also like