You are on page 1of 4

Faktor Predisposisi 1. 2.

Higiene yang kurang Menurunnya daya tahan tubuh, biasanya karena kelelahan, anemia, atau penyakit-penyakit tertentu seperti penyakit kronis, neoplasma, dan diabetes melitus 3. Telah ada penyakit lain di kulit, hal ini dapat merangsang terjadinya pioderma yang hampir bisa dipastikan akan memperparah penyakit kulit sebelumnya tersebut, hal itu juga terjadi karena fungsi kulit sebagai pelindung yang terganggu oleh penyakit.

D.

Klasifikasi Pioderma terbagi menjadi dua, yaitu :

1.

Pioderma Primer Pioderma yang terjadi pada kulit yang normal.

2.

Pioderma Sekunder Pioderma yang terjadi pada kulit yang sebelumnya telah ada penyakit kulit. Gambaran klinisnya menjadi tidak khas dan kadang ditemukan lebih dari satu organism pada pemeriksaan. Jika penyakit kulit disertai pioderma sekunder maka disebut impetigenisata. Tanda impetigenisata adalah munculnya pustule, pus, bula purulen, krusta berwarna kuning kehijauan, pembesaran KGB regional, leukositosis, dan dapat pula disertai demam.

E. 1.

Pengobatan Umum Sistemik Contoh obat untuk pengobatan pioderma

a. -

Penisilin G prokain dan semi-sintetiknya Penisilin G prokain, dosisnya 1,2 juta/hari i.m, obat ini sudah tidak dipakai lagi karena dianggap tidak praktis dan pemakaiannya sering menimbulkan syok anafilaktik

Ampisillin, dosis 4x500 mg, ante cunam Amoksisilin, dosisnya sama dengan ampisilin, dipakai post-cunam dan absorbsinya lebih cepat sehingga kadar dalam plasma lebih tinggi.

Golongan obat penisilin resisten-penisillinase, contohnya adalah oksasillin, kloksasillin, dikloksasillin, flukloksasillin. Dosis 3x250 mg/hari ante-cunam. Kelebihan obat ini adalah juga berkashiat pada Staphylococcus yang telah membentuk penisilinase.

b.

Linkomisin dan Klindamisin

Dosis linkomisin, 3x500 mg/hari. Klindamisin diabsorbsi lebih banyak karenanya dosisnya lebih kecil yaitu 4x150 mg/hari/os, pada infeksi berat dosisnya 4x300-450 mg/hari. Linkomisin agar tidak dipakai lagi dan digantikan oleh Klindamisin karena potensial antibakterinya lebih besar dan efek sampingnya lebih sedikit dan tidak terlalu terhambat oleh adanya makanan dalam lambung.

c. d.

Eritromisi n Dosis 4x500 mg/hari/os. Efektivitasnya kurang dibandingkan Linkomisin/klindamisin dan obat golongan penisilin resisten-penisillinase. Cepat menyebabkan resistensi dan kadang terjadi tak enak di lambung.

e.

Sefalosporin Bila terjadi pioderma berat yang dengat obat diatas tidak menunjukan hasil maka dipakailah Sefalosporin. Ada empat generasi yang berkhasiat untuk kuman gram positif yaitu generasi I juga generasi IV. Contohnya adalah sefadoksil dari generasi I dengan dosis dewasa, 2x500 mg atau 2x1000 mg/hari

2.

Topikal Bermacam obat topical dapat digunakan untuk pioderma, contohnya basitrasin, neomisin, mupirosin. Neomisin berkhasiat juga untuk bakteri gram negative, Neomisin dituliskan sering mengalami sensitisasi, sedangkan teramisin dan kloramfenikol sebenarnya tidak terlalu efektif namun sering dipakai karenanya harganya murah. Obat-obatan ini biasanya berbentuk salep atau krim. Selain itu juga baik agar diberikan kompres terbuka contohnya, larutan permanganas kalikus 1/5000, larutan rivanol 1 o/oo dan yodium povidon 7,5 % yang dilarutkan 10kali.

Impetigo ialah pioderma superfisialis (terbatas pada epidermis) atau infeksi piogenik superfisialis yang mudah menular yang terdapat di permukaan kulit dan disebabkan oleh Staphylococcus dan/atau Streptococcus3. Nama impetigo berasal dari bahasa latin yaitu impetere (menyerang). Berdasarkan fakta tahun 2005 bahwa S.aureus umumnya patogen terbanyak antara kedua impetigo bulosa dan nonbulosa pada United States dan Eropa, meskipun S.pyogenes umumnya terdapat di beberapa negara. Pada umumnya infeksi berawal sebagai infeksi streptokokal, tetapi setelah itu stafilokokus selalu menggantikan streptokokus.

Walaupun impetigo dapat merupakan pioderma primer, tapi dapat juga timbul sebagai infeksi sekunder yang mengikuti penyakit kulit atau trauma kulit yang telah ada (secondary infection) dan itu dikenal sebagai dermatitis impetigenisata. Penyakit kulit yang biasa menyertai adalah pedikulosis, skabies, infeksi jamur, dan pada insect bites. Pioderma memiliki banyak bentuk, diantaranya impetigo, folikulitis, furunkel, eritrasma, erisipelas, selulitis, abses dll. Namun dalam kepustakaan ini hanya akan dibahas tentang impetigo, karena impetigo merupakan bentuk pioderma yang paling sering dijumpai disamping folikulitis. Khususnya yang akan lebih dibahas mendalam adalah impetigo nonbulosa (impetigo krustosa). Impetigo krustosa juga dikenal sebagai impetigo kontagiosa, impetigo vulgaris, atau impetigo Tillbury Fox. Impetigo krustosa merupakan bentuk pioderma yang paling sederhana. Menyerang epidermis, dimana gambaran yang dominan ialah krusta yang khas, berwarna kuning kecoklatan seperti madu yang berlapis-lapis. Impetigo krustosa terkadang terdapat berbagai ukuran (inch) diameter, tapi biasanya kecil dan dalam beberapa kasus hanya beberapa bagian tubuh yang terkena (wajah, telinga, leher, dan kadang tangan). Impetigo krustosa biasanya tanpa gelembung cairan dengan krusta/keropeng/koreng.

You might also like