You are on page 1of 38

Apa itu Akidah???

Kata "aqidah" diambil dari kata dasar "al-aqdu" yaitu ar-rabth(ikatan), alIbraam (pengesahan), al-ihkam(penguatan), at-tawatstsuq (menjadi kokoh, kuat), asysyaddu biquwwah (pengikatan dengan kuat), at-tamaasuk (pengokohan) dan alitsbaatu (penetapan). Di antaranya juga mempunyai arti al-yaqiin (keyakinan) dan aljazmu (penetapan). Aqidah Islam bermaksud keimanan dan keyakinan yang teguh dengan Rububiyyah Allah ta'ala, Uluhiyyah-Nya, Asma'u wa sifah-Nya, Qada' dan Qadar, hari Kiamat, segala berkaitan perkara ghaib, pokok-pokok agama dan apa yang disepakati oleh salafus salih dengan ketundukkan yang bulat kepada Allah ta'ala dari segi perintah-Nya, hukum-Nya, ketaatan kepada-Nya serta meneladani Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam. Nama-nama lain ilmu Akidah Terdapat beberapa pecahan nama-nama ilmu Akidah yang telah dipersetujui oleh ulama' Islam yang merujuk kepada ilmu ketuhanan dan kerasulan antaranya ialah:

1. Ilmu Tauhid- Dasar ilmu ini membicarakan mengenai keEsaan Allah SWT dan kewujudan Allah SWT. 2. Ilmu Usuluddin- ilmu yang membicarakan mengenai perkara asas dalam Islam (Akidah) 3. Ilmu Akaid- Ilmu berasaskan kepada kepercayaan dan keyakinan yang mantap dan kukuh di dalam hati. 4. Ilmu Kalam- Ilmu perbahasan atau perdebatan kerana pada peringkat awal ilmu ini membawa kepada perdebatan lidah/ percanggahan pendapat. 5. Ilmu Makrifah- Ilmu mengenal Allah dan rasulNya. Tujuan Mempelajari Ilmu Akidah Setiap ilmu yang kita belajar pasti ada sebab dan tujuannya. Jika belajar tanpa tujuan maka sia-sialah ilmu yang dipelajari. Antara tujuan belajar ilmu Akidah Islam ialah: 1. Untuk memperoleh keyakinan dan kepercayaan yang mantap dan kukuh tentang kewujudan Allah S.W.T dan kesempurnaan sifat-sifatNya berdasarkan dalil nakli dan akli seperti mana yang telah difirmankan oleh Allah dalam surah Al-Ikhlas ayat 1-4.
Katakanlah (wahai Muhammad): (Tuhanku) ialah Allah Yang Maha Esa(1) Allah Yang menjadi tumpuan sekalian makhluk untuk memohon sebarang hajat(2) Ia tiada beranak, dan Ia pula tidak diperanakkan(3) Dan tidak ada sesiapapun yang serupa denganNya.(4)

surah ini jelas menunjukkan akan ketauhidan Allah S.W.T dan betapa pentingnya Akidah itu untuk disempurnakan sebelum menyusul kemantapan Ibadah dan akhlak. 2. Untuk melahirkan kesedaran kepada Mukmin bahawa seluruh kehidupan yang dilangit dan dibumi atau dimana jua adalah di bawah kekuasaan, kawalan, dan pengawasan Allah S.W.T 3. Supaya dapat merealisasikan keyakinan Akidah yang kukuh dan jitu dalam setiap tindakan dan amalan seharian seorang Mukmin.
http://addienblog.blogspot.com/2011/05/pengenalan-akidah-islam-mengenal-akidah.html

Akidah Islam mempunyai banyak tujuan yang baik yang harus dipegang teguh, yaitu : 1. Untuk mengihlaskan niat dan ibadah kepada AllahI semata. Karena Dia adalah pencipta yang tidak ada sekutu bagiNya, maka tujuan dari ibadah haruslah diperuntukkan hanya kepadaNya. 2. Membebaskan akal dan pikiran dari kekacauan yang timbul dari kosongnya hati dari akidah. Karena orang yang hatinya kosong dari akidah ini, adakalanya kosong hatinya dari setiap akidah serta menyembah materi yang dapat di indera saja dan adakalanya terjatuh pada berbagai kesesatan akidah dan khurafat. 3. Ketenangan jiwa dan pikiran, tidak cemas dalam jiwa dan tidak goncang dalam pikiran. Karena akidah ini akan menghubungkan orang mukmin dengan Penciptanya lalu rela bahwa Dia sebagai Tuhan yang mengatur, Hakim yang membuat tasyri'. Oleh karena itu hatinya menerima takdir-Nya, dadanya lapang untuk menyerah lalu tidak mencari pengganti yang lain. 4. Meluruskan tujuan dan perbuatan dari penyelewengan dalam beribadah kepada Allah dan bermuamalah dengan orang lain. Karena diantara dasar akidah ini adalah mengimani para Rasul, dengan mengikuti jalan mereka yang lurus dalam tujuan dan perbuatan. 5. Bersungguh-sungguh dalam segala sesuatu dengan tidak menghilangkan kesempatan beramal baik, kecuali digunakannya dengan mengharap pahala. Serta tidak melihat tempat dosa kecuali menjauhinya dengan rasa takut dari siksa. Karena diantara dasar akidah ini adalah mengimani kebangkitan serta balasan terhadap seluruh perbuatan. "Dan masing-masing orang memperoleh derajat-derajat (sesuai) dengan yang dikerjakannya. Dan Tuhanmu tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan." (QS. Al An'am : 132). Nabi Muhammad SAW juga menghimbau untuk tujuan ini dalam sabdanya :

"Orang mukmin yang kuat itu lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada orang mukmin yang lemah. Dan pada masing-masing terdapat kebaikan. Bersemangatlah terhadap sesuatu yang berguna bagimu serta mohonlah pertolongan dari Allah dan janganlah lemah. Jika engkau ditimpa sesuatu, maka jaganlah engkau katakan : seandainya aku kerjakan begini dan begitu. Akan tetapi katakanlah : itu takdir Allah dan apa yang Dia kehendaki dia lakukan. Sesungguhnya mengada-ada itu membuka perbuatan setan." ( HR. Muslim) 6. Menciptakan umat yang kuat yang mengerahkan segala yang mahal maupun yang murah untuk menegakkan agamanya serta memperkuat tiang penyanggahnya tanpa peduli apa yang akan terjadi untuk menempuh jalan itu. "Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan RasulNya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang rang yang benar." (QS. Al Hujurat : 15), 7- Meraih kebahagiaan dunia dan akhirat dengan memperbaiki individu-individu maupun kelompokkelompok serta meraih pahala dan kemuliaan. "Barangsiapa yang mengerjakan amal baik, baik lelaki maupun wanita dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan balasan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang paling baik dari apa yang telah mereka kerjakan." (QS. An Nahl 97) Inilah sebagian dari tujuan akidah Islam, Kami mengharap agar Allah merealisasikannya kepada Kami dan seluruh umat Islam. [Prinsip Dasar Keimanan Karya Syaikh Muhammad Sholih al Utsaimin rahimahulloh] http://forum.dudung.net/index.php?topic=348.0

Pengertian, Dasar, dan Tujuan Akidah Akhlak


A- Pengertian Akidah Akhlak M nurut h s k t qi h r s l ri h s r itu - - ] artinya adalah mengikat atau mengadakan perjanjian. Sedangkan Aqidah menurut istilah adalah urusan-urusan yang harus dibenarkan oleh hati dan diterima dengan rasa puas serta terhujam kuat dalam lubuk jiwa

yang tidak dapat digoncangkan oleh badai subhat (keragu-raguan). Dalam definisi yang lain disebutkan bahwa aqidah adalah sesuatu yang mengharapkan hati membenarkannya, yang membuat jiwa tenang tentram kepadanya dan yang menjadi kepercayaan yang bersih dari kebimbangan dan keraguan. Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat dirumuskan bahwa aqidah adalah dasar-dasar pokok kepercayaan atau keyakinan hati seorang muslim yang bersumber dari ajaran Islam yang wajib dipegangi oleh setiap muslim sebagai sumber keyakinan yang mengikat. S m nt r k t khl k jug r s l ri h s r itu ]j m kn a ]yang rtin tingk h l ku p r ng i t i t w t k mor l t u u i p k rti. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, akhlak dapat diartikan budi pekerti, kelakuan. Jadi, akhlak merupakan sikap yang telah melekat pada diri seseorang dan secara spontan diwujudkan dalam tingkah laku atau perbuatan. Jika tindakan spontan itu baik menurut pandangan akal dan agama, maka disebut akhlak yang baik atau akhlaqul karimah, atau akhlak mahmudah. Akan tetapi apabila tindakan spontan itu berupa perbuatan-perbuatan yang jelek, maka disebut akhlak tercela atau akhlakul madzmumah. B. Dasar Akidah Akhlak Dasar aqidah akhlak adalah ajaran Islam itu sendiri yang merupakan sumber-sumber hukum l m Isl m itu l Qur n n l H its. l Qur n n l H its l h p om n hidup dalam Islam yang menjelaskan kriteria atau ukuran baik buruknya suatu perbuatan manusia. D s r qi h khl k ng p rt m n ut m l h l Qur n n. K tik it n t nt ng qi h khl k N i Muh mm S W Siti is h rk t . D s r qi h khl ak Nabi Muh mm S W l h l Qur n. Islam mengajarkan agar umatnya melakukan perbuatan baik dan menjauhi perbuatan buruk. Ukuran baik dan buruk tersebut dikatakan l m l Qur n. K r n l Qur n m rup k n firman Allah, maka kebenarannya harus diyakini oleh setiap muslim. Dalam Surat Al-Maidah ayat 15-16 is utk n ng rtin S sungguhn t l h t ng kepadamu rasul kami, menjelaskan kepadamu banyak dari isi Al-Kitab yang kamu sembunyikan dan banyak pula yang dibiarkannya. Sesungguhnya telah datang kepadamu cahayadari Allah dan kitab yang menerangkan. Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orangorang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan izinNya, dan menunjuki m r k k j l n ng lurus. Dasar aqidah akhlak yang kedua bagi seorang muslim adalah AlHadits atau Sunnah Rasul. Untuk m m h mi l Qur n l ih t rinci um t Islam diperintahkan untuk mengikuti ajaran Rasulullah SAW, karena perilaku Rasulullah adalah contoh nyata yang dapat dilihat dan dimengerti oleh setiap umat Islam (orang muslim). C. Tujuan Akidah Akhlak

Aqidah akhlak harus menjadi pedoman bagi setiap muslim. Artinya setiap umat Islam harus meyakini pokok-pokok kandungan aqidah akhlak tersebut. Adapun tujuan aqidah akhlak itu adalah : a) Memupuk dan mengembangkan dasar ketuhanan yang sejak lahir. Manusia adalah makhluk yang berketuhanan. Sejak dilahirkan manusia terdorong mengakui adanya Tuhan. Firman Allah dalam surah Al- r f t 172-173 ng rtin D n (Ing tl h) k tik Tuh nmu m ngulu rk n kehinaan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka, seraya rfirm n: Buk nk h ku ini Tuh nmu? m r k m nj w : B tul (Engkau Tuh n k mi) k mi j i s ksi (K mi l kuk n ng demikian itu), agar dihari kiamat kamu tidak mengatakan: S sungguhn k mi (B ni m) l h or ng-orang yang lengah terhadap ini (K s n tuh n) t u g r k mu ti k m ng t k n: S sungguhn orang-orang tua kami telah mempersekutukan Tuhan sejak dulu, sedang kami ini adalah anak-anak keturunan yang (datang) sesudah mereka. Maka apakah Engkau akan membinasakan kami karena perbuatan orang-or ng ng s s t hulu? Dengan naluri ketuhanan, manusia berusaha untuk mencari tuhannya, kemampuan akal dan ilmu yang berbeda-beda memungkinkan manusia akan keliru mengerti tuhan. Dengan aqidah akhlak, naluri atau kecenderungan manusia akan keyakinan adanya Tuhan Yang Maha Kuasa dapat berkembang dengan benar b) Aqidah akhlak bertujuan pula membentuk pribadi muslim yang luhur dan mulia. Seseorang muslim yang berakhlak mulia senantiasa bertingkah laku terpuji, baik ketika berhubungan dengan Allah SWT, dengan sesama manusia, makhluk lainnya serta dengan alam lingkungan. Oleh karena itu, perwujudan dari pribadi muslim yang luhur berupa tindakan nyata menjadi tujuan dalam aqidah akhlak. c) Menghindari diri dari pengaruh akal pikiran yang menyesatkan. Manusia diberi kelebihan oleh Allah dari makhluk lainnya berupa akal pikiran. Pendapat-pendapat atau pikiran-pikiran yang semata-mata didasarkan atas akal manusia, kadang-kadang menyesatkan manusia itu sendiri. Oleh karena itu, akal pikiran perlu dibimbing oleh aqidah akhlak agar manusia terbebas atau terhindar dari kehidupan yang sesat.
http://aqidahakhlak4mts.wordpress.com/2011/12/01/pengertian-dasar-dan-tujuan-akidah-akhlak/

makalah dasar dan tujuan akidah islam BAB I DASAR DAN TUJUAN AKIDAH ISLAM A. Dasar aqidah islam Akidah menurut bahasa adalah berasal dari kata Al-aqdu yang berarti ikatan, At-Tausiku yang berarti kepercayaan atau keyakinan yang kuat, Al-Ihkamu artinya mengukuhkan/ menetapkan, dan Ar-Robtu biquwwah yang berarti meningkat yang kuat. Menurut istilah, akidah islam adalah ajaran tentang kepercayaan yang teguh terhadap ajaran yang meliputi kemaha Esaan Allah SWT (tauhid) dan segala ajaranya, yang tercakup kedalam rukun iman yang enam, yaitu iman kepada Allah SWT, iman kepada malaikat,iman kepada kitab, iman kepada rasul, iman kepeda hari kiamat, dan iman kepada qohdo dan qodhar. Dari definisi diatas dapat dipahami bahwa dasar akidah islam adalah rukun iman yang enam. Yaitu: iman kepada Allah, iman kepada malaikat, iman kepada rasul, iman kepada kitab, iman kepada hari kiamat, iman kepada Qodho (takdir baik) dan Qodhar (takdir buruk) 1. Beriman kepada Allah SWT Akidah yang mendasar adalah beriman kepada Allah, beriman kepada Allah berarti keyakinan teguh akan wujud Allah, bahwasanya dia adalah Rabb dan pemilik segala sesuatu, hanya Dia sang pencipta dan hanya dia yang berhak disembah (diibadahi) tidak ada sekutu baginya.ungkapan pada kata tauhi, (laailaahaillallah), pada kata ilah, tidak hanya mengandung kataTuhan, akan tetapi juga mengandung maknayang ditaati. Oleh karenanya berakidah tauhid tidak hanya mengakui adanya Allah yang Esa, yang menciptakan segala sesuatu, akan tetapi harus juga taat kepada apa yang diperintahkan dan apa yang dilarangnya. Tauhid adalah ajaran yang dibawak oleh para Nabi mulai Nabi Adam As sampai pada nabi Muhammad Saw. Ajaran yang dibawa nabi semuanya adalah ajaran tauhid, yaitu agar semua manusia agar menyembah kepada Allah dengan tidak mempersekutukanya.Dialam ini tidak ada yang panatas dijadikan sebagai tuhan selain Allah. alQuran menegaskan bahwa Allah tidak akan mengampuni dosa orang yang mempersekutukanNya;

Artinya; Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan dia mengampuni dosa selain dari syirik itu, bagi siapa yang dikehendakinya. Barang siapa yang mempersekutukan Allah maka sesungguhnya ia telah berbuat dosa yang besar; .(Q.S An-Nisa 48) Allah adalah tuhan sekalian alam hanya Allahlah yang Esa, tidak pernah mempunyai anak dan tidak pernah beranak, serta tidak ada sesuatu apapun yang sama dengan dia, sebagaimana ditegaskan dala Quran Surat Al-Iklhas;

Artinya; Katakanlah Dialah Allah yang maha Esa. Allah SWT tuhan yang bergantung pada tiap-tiap sesuatu. Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tidak ada sesuatupun yang setara dengan dia (Q.S al-Ikhlass; 1-4). Jika diantara langiot dan bumi ini ada tuhan selain Allah maka keduanya antara langit dan bumi ini akan hancur binasa. 2. Beriman kepada para malaikat Malaikat adalah mahluk ghoib ciptaan Allah yang di ciptakan dari cahaya, mereka dianugrahkan sifat kepatuhan, dan selalu taat kepada Allah atas apa yang telah Allah perintahkan kepadanya, oleh karena itu malaikat tidak pernah durhaka atas apa yang telah aAllah perintahkan kepadanya. Allah berfirman;

Artinya; malaikat itu tidak mendurhakai Allahterhadap apa yang diperintahkan kepadanya dan mereka selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.(Q.S; At-tahrim: 6) Beriman kepada malaikat cukup dnagan hal-hal sebagai berikut; a) Beriman dan mempercayai akan wujudya(keberadaan) mereka. b) Beriman dan mempercayai para malaikat yang telah diajarkan namanya kepada kita, yaitu 10 malaikat. Sedangkan para malaikat yang kita tidak mengetahui namanya, maka kita hanya mengimani secara menyeluruh. c) Beriman kepada sifat-sifat malaikat, misalnya ketika malaikat jibril menyampaikan wahyu kepada Nabi, malaikat itu dengan izin Allah bisa berubah-rubah. d) Beriman dan mempercayai tugas-tugas yang nereka lakukan. Seperti menyampaikan wahyu, mencatat amal baik dan buruk manusia, menanyai mayat dalam kubur, menjaga pintu neraka, menjaga pintu surga, menyabut nyawa dan meniup terompet sangkakala, dan lain sebagainya. 3. Beriman kepada kitab-kitab Allah Beriman kitab kepada kitab-kitab Allah SWT adalah meyakini dengan sebenar-benarnya bahwa Allah SWT memiliki kitab-kitab yang diturunkan-Nya kepada para nabi dan rasul-Nya; yang benar-benar merupakan kalam (firman,ucapan)-Nya.Kitab-kitab itu adlah cahaya dan petunjuk dari Allah SWT.Hal ini ditegaskan dalam firman Allah SWT:

Artinya: Wahai orang-orang yang beriman,tetaplah beriman kepada Allah SWT, rasul-Nya dan kitab-Nya

yang diturunkan kepada rasul-Nya,serta kitab-kitab yang diturunkan kepada nabi sebelumnya.barang siapa yang ingkar terhadap Allah, malaikat-malaikatNya, kitab-kitabny, rasul-rasulNya, dan hari akhir, maka sesungguhnya orang itu telah tersesat sangat jauh. (Q.S An-nisa;136) Alquran merupakan kitab penyempurna dari kitab sebelumnya, seluruh kitab yang dahulu semuanya tergabung dalam kitab alquran. Alquran adalah kalam Allah yang diturunkan, bukan makhluk, akan tetapi berasal dari Allah dan akan kembali kepadanya. Beriman kepada kitab Allah SWT mengandung empat unsur, yaitu: a) mengimani kepada kitab-kitab itu benar-benar diturunkan dari Allah. b) Mengimani kitab-kitab yang sudah kita kenali, seperti Al-Quran, taurad, injil, dan zabur. c) Membenarkan berita yang ada didalam alquran dan kitab-kitab yang terdahulu yang tidak bertentangan dengan Alquran. d) Tunduk dan mengerjakan apa yang diperintahgkan didalam alquran dan apa yang dilarang oleh alquran, karena perintah bdan larangan yang ada didalam alquran itu adalah perintah dan larangan Allah SWT. 4. Beriman kepadapara nabi dan Rasul Rasul adalahsetiap orang yang mendapat wahyu agama dan mendapat perintah untuk menyampaikanya. Nabi yang pertama adalah Adam As, dan yang terahir adalah nabi Muhammad Saw. Allah SWT beer firman;

Artinya; hatakanlah hai orang-orang mukmin. Kami beriman kepada Allah SWT dan apa yang diturunkan kepada kami dan apayang ditrurunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, yaqub, dan anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa dab Isa serta apa yng diberikan kepada nabi-nabi dari tuhannya. Kami yidak membedakan seorangpun diantara merekadan kami hanya tunduk dan patuh kepada-Nya.(QS. AlBaqarah; 136) Allah SWT selalu mengutus nabi dan rasuluntuk membimbing mereka pada jalanyaatau yang meneruskan ajaran nabi dan rasul yang diturunkan sebelumya.para rasul Allah SWT adalah manusia biasa, akan tetapi dia adalah manusia terbaik dan pilihan Allah. Para nabi dan rasul mendapat derajat nabi dan rasul bukan dengan usaha mereka akan tetapi Allahlah yang mengangkat derajat mereka. Beriman kepada nabi dan rasul meliputi hal-hal sebagai berikut; a) mempercayai bahwa kerasulan mereka adalah benar, dan barang siapa yang menginkari salah satu dari mereka berarti orang tersebut mengingkari seluruh nabi dan rasul. b) Membenarkan berita-berita yang sahih tentang mereka

c) Mengamalkan ajaran (syariat) rasul yang terahir dari mereka, yaitu rasul yang diutus kepada setiap umat manusia, yaitu nabi Muhammad Saw.

5. Beriman Kepada Hari Kiamat Hari kiamat adalah hari dimana Allah SWT menghancurkan manusia danseluruh ciptaanya dan membangkitkan manusia kembali untuk dihisab dan diberi balasan. Sesudah terjadinya hari kiamat, maka ditetapkan golongan ahli surga dan ahli neraka. Allah SWT berfirman;

Artinya; maka apabila sekali sangkakala ditiup, dan diangkatlah bumi dan gunung-gunung, lalu keduanya dibenturkan keduanya sekali bentur. Maka pada hari itu terjadilah kiamat, dan terbelahlah langit, karena pada hari itu langit menjadi lemah. (QS. Al-Haqqah; 13-16) Makna beriman kepada hari kiamat adalah percaya dan membenarkan dengan keyakinan yang pasti akan datangnya dan beramal salah untuk menghadapinya. Beriman kepada hari kiamat meliputi empat hal yaitu; a) Beriman dan mempercayai akah adanya kebangkitan sesudah kematian. b) Percaya akan adanya balasan atas semua perbuatan, sebagaimana Allah jelaskan dalam Quran surat Al-Zalzalah ayat 7-8; c) Beriman dan mempercayai akan adanya surga dan neraka. d) Beriman kepada sesudah terjadsinya kematian, yaitupertanyaan malaikat sesudah sesorang dikubur dan azab kubur. 6. Beriman Kepada Takdir (Qada Dan Qadar) Takdir adalah ketetapan Allah terhadap alam semesta, pencatatan dan kehendaknya, dan penciptaan dari segala sesuatu tersebut. Allah SWT berfirman;

Artinya; tiada bencanapun yang menimpa bumi dan (tidak pula) dirimu sendiri melainkan sudah tertulis dalam (lauhul mahfuz) sebelum kami ciptakanya. Sesungguhnya yang demikian itu sangat mudah bagi Allah SWT. (QS. Al-Hadid; 22) Beriman kepada takdir adalah percaya dan menyakini seyakin-yakinyabahwa Allah SWt telah mengetahu apa yang sedang dan akan terjadi. Setiap apa yang terjadi di langit dan bumi ini semuanya tidak pernah

terlepas dari catatanya, termasuk segala perbuatan baik dan buruk manusia. Oleh karena itu orang-orang yang beriman kepada qada dan qadar mereka merasakan ketentraman dan kedamaian jiwa.

B. Tujuan akidah islam Dengan adanya pondasi akidah islam seperti yang telah dipaparkan diatas,tujuan yang dicapai adalah; 1. Melluruskan dan mengikhglaskan niat dan ibadah kepada Allah SWT. Karena dia adalah pencipta yang tidak ada sekutu baginya, tujuan dari ibadah hanya diperuntukan kepada Nya. 2. Membebaskan akal dan pikiran dari kosongnya hati. 3. Ketenangan jiwa dan pikiran. 4. Meluruskan tujuan dan perbuatan dari penyelewengan dalam beribadah kepada Allah SWT. Dasar dari ibadah ini dalah adalah mengimani para rasul mengikuti jalan merekan yang lurus. 5. Bersungguh-sungguh dalam beramal baik dengan mengharapbalasan dari Allah SWT, serta menjauhi perbuatan dosa karena takut akan balasanya. 6. Mencintai umat yang kuat serta menjalin rasa kesatuan yang kuat sesama umat, dan berjuang menegkkan agama Allah. 7. Meraih kebahagiaan dunia dan akherat dengan beramal sholeh demi meraih pahala dan kemuliaan. C. Hubugan Iman, Islam Dan Ikhsan Iman, islam, dan ikhsan merupakan suatu bagian yang tidak bisa di pisahkan antara satu dengan lainya. Hal ini dijelaskan dalam hadis Nabi yang diriwayatkan ole imam muslim yaitu;

Artinya: Dari Umar r.a. beliau berkata pada suatu hari ketika kami duduk didekat Rasulullah SAW tibatiba muncul seorang laki-laki yang berpakaian sangat putih dan rambutnya sangat hitam. Pada dirinya tidak tampak bekas dari perjalalan jauh dan tidak ada seorangpun diantara kami yang mengenalnya. Kemudian dia duduk dihadapan Nabi, lalu menempelkan kedua lututnya kelutut Nabidan meletakkan kedua tanganya diatas kedua pahanya kemudian berkata; wahai Muhammad, terangkanlah kepadaku tentang Islam, Rasulullah menjawab, islam yaitu hendaklah kamu mengucapkan tidak ada tuhan yang patut disembah kecuali Allah, dan sesungguhnya muhammad adalah ututsan Allah, hendaklah kamu mendirikan sholat, membayar zakat, menunaikan puasa dibulan ramadhan dan mengerjakan haji jika kamu orang yang mampu, orang itu berkata engkau benar, kami heran dia yang bertanya dan dia pula yang membenarkan. Lalu terangkanlah kepadaku tentang iman. Rasulullah menjawab; hendaklah kamu beriman kepada Allah, keppada malaikat Nya, kitab-kitab Nya, rasul-rasul Nya, hari akhir, dan hendaklah kamu beriman kepada qada dan qadar, orang tadi berkata engkau benar, lalu orang itu bertanya lagi; lalu terangkanlah kepadaku tentang ikhsan, beliau menjawab, hendaklah engkau beribadah seolah-olah engkau melihatnya, namun jika engkau tidak dapat beribadah seolah-olah melihatnya, sesungguhnya Ia melihat engkau, orang itu berkata lagi, beritahukanlah kepada kami tentang hari kiamat, beliau menjawab, orang yang ditanya tidak lebih tahu dari orang yang bertanya, orang itu kemudian berkata lagi; beritahukanlah kepadaku tanda-tandanya, beliau menjawab, apabila budak melahirkan tuanya, dan orang-orang baduwi yang bertelanjang kaki, yang miskin lagi mengembala domba berlomba-lomba dalam mendirikan bangunan, kemudian orang itu pergi, dedang aku tetap tinggal beberapa saat lamanya, lalu nabi bersabda, wahai Umar! Tahukah engkau siapa orang y6ang bertanya itu, aku menjawab, Allah dan Rasulnyalah yang lebih tahu, lalu beliau bersabda; dia adalah Malaikat Jibril yang yang datang kepada kalian untuk mengajarkan agama kalian. (HR. Muslim) Dari hadis diatas, menunjukan bahwa iman, islam, dan ikhsan, yang semuanya disebut ad-din/ agama yang mencakup 3 tingkatan, islam, iman dan ikhsan. 1. Tingkatan islam, yaitu mencakup rukun iman yang lima. 2. Tingkatan iman yaitu mencakup rukun iman yang lima 3. Ikhsan adalah sikap menyembah kepada Tuhanya dengan penuh mengharap dan keinginan, seolah olah engkau melihatnya, dan inilah derajat ikhsan yang sempurna, akan tetapi jikAa kita tidak dapat beribadah seakan-akan engkau melihatnya, maka ibadah kita merasa takut dan cemas akan siksanya, jadi tingkatan ikhsan mencakup perkara lahir dan batin,

Dari uraian diatas jelas perbedaan antara islam, iman, dan ikhsan yaitu islam adal perihal ibadah (jasmaniah), iman prihal tentang keyakinan (rohaniah), dan ikhsan yaitu mencakup kedua-duanya (lahir maupun batin) Kesimpulan Akidah islam adalah keyakinan yang kuat dan kokoh. akidah islam adalah ajaran tentang kepercayaan yang teguh terhadap ajaran yang meliputi kemaha Esaan Allah SWT (tauhid) dan segala ajaranya, yang tercakup kedalam rukun iman yang enam, yaitu iman kepada Allah SWT, iman kepada malaikat,iman kepada kitab, iman kepada rasul, iman kepeda hari kiamat, dan iman kepada qohdo dan qodhar. DAFTAR PUSTAKAAN, Imam Nawawi, 1992. 40 Hadist Pilihan Terjemah Hadist Arbain Annawawiyah, Husaini Bandung.Husaini; Bandung Junaidi Hidayat, KTSP 2008, akidah akhlak Mts kelas 1, Erlangga; Bandung Departemen agama, 2004 Akidah Akhlak Mda Kelas IV Al-Ally, 2000; Al-QurAn Terjemahan,Diponegoro, Bandung Diposkan oleh akhmad mukhsin di 21.38 http://rizki2989.blogspot.com/2010/03/makalah-dasar-dan-tujuan-akidah-islam.html

TUJUAN AQIDAH

Orang yang mempelajari suatu ilmu, pasti mempunyai tujuan. Demikian juga halnya dengan orang yang mempelajari akidah Islam. Adapun tujuan mempelajari akidah Islam antara lain sebagai berikut ; 1. Agar mendapatkan tuntunan untuk mengembangkan dasar ketuhanan yang telah ada sejak lahir. Manusia adalah makhluk yang berketuhanan. Sejak dilahirkan manusia cenderung mengakui adanya Tuhan. Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka, dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman) : Bukankah Aku ini Tuhanmu? . Mereka menjawab : Betul (Engkau Tuhan kami),kami jadi saksi . (Kami lakukan demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan : Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang yanga lengah terhadap ini (keesaan Allah). Atau agar kamu tidak mengatakan : Sesungguhnya orang orang tua kami telah mempersekutukan Tuhan sejak dahulu, sedangkan kami adalah anak-anak keturunan yang (datang) sesudah mereka. Maka apakah Engakau akan membinasakan kami karena perbuatan-perbuatan orang-orang yang sesat dahulu. (QS. Al- r f / 7 : 172 173). Berdasarkan firman Allah tersebut, dapat dipahami bahwa tiap-tiap orang telah mengakui dan meyakini adanya dzat Allah, dan pengakauan serta keyakinan itu telah ada sejak lahir. Untuk mengembangkan dasar ketuhanan ini, Rasulullah SAW telah memerintahkan kepada orang tua untuk selalu menjaga dan mendidiknya dengan baik, agar dasar ketuhanan yang telah ada dapat berkembang sesuai dengan fitrah Islam. Rasulullah SAW bersabda :

Artinya : Dari Abu Hurairah ra berkata, bersabda Rasulullah SAW; Setiap anak yang dilahirkan pasti dalam keadaan fitrah (beragama Islam), maka orang tuanyalah yang menjadikan anak itu beragama Yahudi, Nasrani atau Majusi (H.R. Bukhari) 2.

Untuk menghindarkan diri dari pengaruh kehidupan yang sesat atau jauh dari petunjuk hidup yang benar. Dan sungguh, inilah jalanKu yang lurus. Maka ikutilah! Jangan kamu ikuti jalan-jalan (yang lain) yang mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Demikianlah Dia memerintahkan kepadamu agar kamu bertakwa.(QS. Al- n m /6 : 153)

3.

Membimbing manusia untuk berkeyakinan kepada Allah SWT. Tanpa petunjuk agama manusia bisa tidak sampai mengenal Tuhan dengan benar. Al-Quran itu sebagai petunjuk manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan batil).(QS. Al- Baqarah /2 :185)

4.

Untuk menjaga manusia dari kemusyrikan Untuk mencegah manusia dari kemusyrikan dan tetap mengesakan Allah, diperlukan adanya tuntunan yang jelas tentang kepercayaan kepada Allah. Dan Tuhanmu adalah Allah yang maha Esa tidak ada tuhan melainkan Dia, Yang maha Pemurah lagi maha Penyayang.(QS. Al- Baqarah /2 : 163)

5.

Untuk lebih memupuk ketebalan iman dengan mencintai dan taat kepada Allah dan rasul-Nya.
http://ndocfile.blogspot.com/2012/09/tujuan-aqidah-islam.html

SIKAP DAN PERILAKU ORANG BERIMAN Orang beriman adalah orang yang memiliki landasan hidup yang kukuh dan benar, yakni landasan hidup yang berdasarkan wahyu Allah SWT. Dengan landasan hidup tersebut orang beriman memiliki ciri-ciri yang berbeda dengan manusia lain. Hidup manusia yang tidak dilandasi iman, tak ubahnya seperti kehidupan hewan ternak, yang hanya makan, minum, bekerja, tidur, dan beranak. Sebaliknya, dengan landasan iman, hidup manusia akan terarah, sesuai dengan yang dihekendaki penciptanya, yakni Allah SWT. 1. Taqwa kepada Allah SWT Taqwa kepada Allah berarti menjalankan perintah-perintah-Nya dan menjauhi laranganlarangan-Nya. Taqwa juga berarti berhati-hati dalam hidup, yakin menjaga diri dari semua aturan yang diberikan Allah sebagai penciptanya. Taqwa kepada Allah menjadi kewajiban setiap muslim. Firman Allah ( :18) H i or ng-orang yang beriman, taqwalah kamu kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akherat). Bertaqwalah kepada ll h s sungguhn ll h M h M ng t hui p ng k mu k rj k n. (QS l H s r: 18) ) (201 : H i or ng-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dengan sebenar-benar taqwa kepada-

Nya dan janganlah sekali-k li ngk u m ti m l ink n Imr n: 102)

l mk

r g m Isl m. (QS. li

Memperhatikan apa-apa yang telah dikerjakan untuk hari esok berarti mengadakan evaluasi kerja dan mengadakan perencanaan kerja di masa-masa yang akan datang. Hari esok ada dua macam, yakni hari esok yang dekat (di dunia ini) dan hari esok yang jauh (di akherat kelak) 2. Berbuat baik kepada kedua orang tua Orang tua (ayah dan ibu) adalah orang yang menjadi perantara hidup manusia di dunia. Islam memberi tuntunan bahwa setiap anak wajib berbuat baik kepada kedua orang tuanya, walaupun berbeda agama dengan dirinya sendiri. Firman Allah: : ) 36) S m hl h ll h n j ng n m mp rs kutuk nn -Nya dengan sesuatu apapun dan berbuat ihs nl h ( ikl h) k p k u or ng tu (I u p k0 mu (Q.S n Nissa: 36) Islam tidak memberi batasan tentang berbuat baik kepada orang tua. Hal ini diserahkan kepada kebijakan manusia (anak) Sesuai dengan Kondisi masing-masing orang tuanya. Islam hanya memberi batasan bahwa berbuat baik kepada kedua orang tua tidak boleh melanggar hak-hak Allah, misalnya dengan cara menyekutukan-Nya. Apabila kedua orang tua mengajak berbuat maksiat kepada Allah (misalnya menyekutukan-Nya) maka anak tidak boleh mengikuti ajakan tersebut, namun tetap berikap baik kepadanya. Firman Allah SWT: D n jik k u n m m ks k mu untuk m mp rs kutuk n ng n ku s su tu ng ti k ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya. Pergaulilah k u n i uni ini ng n ik (QS. Luqm n: 15). Di samping wajib berbuat baik, kita dilarang untuk menyakiti hati kedua orang tua, sebagaimana firman-Nya. .... : ) 23) jik s l h s or ng i nt r k u n t u k u -duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka janganlah sekali-kali kamu mengatakan kepada keduanya perkataan h n j ng nl h k mu m m ntuk m r k ng n uc pk nl h k p m r k p rk t n ng muli :. (QS. l Isr : 23) p il k u or ng tu lum Isl m h n kl h i o k n g r m n p t p tunjuk ri ll h sehingga mau masuk Islam. Jika keduanya telah meningg l h n kl h i o k n g r m n p t ampunan di sisi-N mis ln ng n l f l o : : ) Y R k mi mpunil h ku 41) n k u or ng tu ku n s k li n or ng-orang mukmin pada

h ri t rj in

his

(h ri ki m t). (QS. I r him: 41)

3. Berbuat baik kepada sesama manusia Kewajiban berbuat baik kepada sesama manusia telah ditegaskan Allah dalam firman-Nya sebagai berikut: ( (63 : S m hl h ll h n j ng nl h k mu m mp rs kutuk n-Nya dengan sesuatu apapun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua (ibu bapak), karib kerabat, anak-anak yatim, orangorang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, Ibnu Sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggangg k n iri. (QS. n-Nios : 36) Selanjutnya Rasulullah SAW. Melarang kepada muslim untuk meremehkan, menyakiti hati dan sebagainya. Sabda Rasulullah SAW. ) ) (S or ng) muslim l hs u r gi muslim (l in) ti k ol h (s s or ng) m ng ni i tidak boleh mengecewakan dia, tidak boleh menghinakan dia, Taqwa ada di sini! Dan beliau memberikan isyarat ke dadan tig k li s m il rs : Cukup j h t p il s s or ng menghina saudaranya (muslim yang lain). Tiap Muslim terhadap Muslim (yang lain) haram r hn h rt n k horm t nn . (HR. Muslim) BERFIKIR POSITIF (QON H) 1. Pengertian: Rela menerima dan merasa cukup dengan apa yang dimiliki sehingga jauh dari sifat kurang yang rl ih n. Or ng qon h gi t k rj t u rus h n il h siln kur ng m mu sk n r l m n rim ng n s ukur k p ll h. Hikm h qon h l h s m ol r s t ntr m l m hidup, sehingga terhindar dari sifat serakah dan tamak. H.R. Muslim: B runtung or ng Isl m r z kin cukup; n m r s cukup ng n p ng i rik n ll h k p n . Q.S Hu 6: D n ti kl h in t ng ng m l t pun i umi k cu li it ntuk n rizkin a oleh ll h. J i ng n miki n or ng ng qon h l h kin k n k t ntu n ll h SWT. P ng rti n h rfi h n qon h l h m n rim cukup/m n rim s c r pu s p n . S ng pengertian secara istilah adalah: a. Menerima dengan rela apa adanya b. Menerima dengan sabar apa adanya c. Memohon kepada Tuhan tambahan yang pantas, dan berusaha d. Bertawakal kepada Allah e. Tidak tertarik oleh tipu daya manusia 2. Qon h l m k hi up n

a. Pengendalian hidup sehingga tidak turut dalam keputusasaan dan tidak terlalu maju dalam keserakahan . Qon h rfungsi s g i st ilis tor n in mis tor l m hi up 1. Berfungsi sebagai stabilisator - Berlapang dada dalam situasi dan Kondisi apapun - Berhati tentram - Merasa kaya dan berkecukupan dalam hidup sederhana - Bebas dari keserakahan, karena kekayaan atau kemiskinan terletak pada hati bukan terletak pada harta yang dimiliki 2. B rfungsi s g i in mis tor rtin qon h m rup k n k ku t n thin ng s l lu mendorong seseorang untuk meraih kemajuan hidup, berdasarkan kemandirian dan tetap bergantung kepada karunia Allah SWT. B rk n n ng n c r hi up qon h m ril h kit sim k n s h t N i S W k p h kim sahabat beliau yang segala permohonannya selalu diluluskan, tetapi kali berikutnya Nabi menasehatinya.

rtin : W h i h kim s sungguhn h rt itu in h n m nis r ng si p ng mengambilnya dengan hati yang lapang dan ikhlas niscaya berkah baginya, akan tetapi barang siapa yang mengambilnya dengan hati yang tamak atau rakus, pasti harta itu tidak berkah baginya. Bagaikan orang yang makan yang tidak pernah kenyang-kenyangnya ketahuilah bahwa tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah. Ol h k r n itu qon h l h m rup k n sik p h ti n m nt l ng m milikin ip rluk n latihan dan k s r n. Bil qon h imiliki ol h s s or ng nisc k h gi n uni k n dinikmati dan kebahagiaan akhirat akan tercapai. Sebagaimana Sabda Rasulullah SAW dalam sebuah haditsnya yang diriwayatkan oleh Thabrani: Artiny : Qon h itu l h simp n n ng t k k n p rn h l n p M nf t qon h l m k hi up n: a. Bagi kehidupan pribadi: 1. Percaya akan kekuasaan Allah SWT 2. Sabar dalam menerima ketentuan Allah SWT 3. Bersyukur bila dipinjami nikmat Allah SWT 4. Berusah k rj rikhti r n r o s rt t w k l b. Bagi kehidupan masyarakat: 1. Mengajak tidak membanggakan diri dengan kekayaan sebab akan menimbulkan kecemburuan sosial 2. Membina rasa puas dengan nikmat yang dikaruniakan Allah SWT 3. Menjauhkan sifat rakus dan tamak, hingga akan terhindar dari kehendak untuk mengambil hak orang lain D ng n miki n qon h l h s l h s tu sik p t rpuji ng h rus imiliki ol h s ti p or ng

muslim, yaitu sikap rela menerima dan merasa cukup dengan apa yang dimiliki serta menjauhkan diri dari sikap tidak puas dan merasa kurang yang berlebihan Or ng ng qon h l h or ng ng s l lu gi t k rj n rus h n mun p il h siln tidak sesuai dengan yang diharapkan, ia tetap bersikap positif yaitu rela menerima apa yang dihasilkannya dengan penuh rasa syukur dan lapang dada. Qon h rfungsi s g i st ilis tor n in mis tor hi up s or ng muslim. D ng n qon h seorang muslim akan bersikap positif terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepadanya, akan terhindar dari sifat-sifat tercela, serakah dan putus asa, serta akan memiliki semangat hidup untuk meraih kemajuan berdasarkan kemampuan diri dan kemandirian. AKHLAKUL MADZMUMAH A. Hasud 1. Pengertian Hasud Hasud berarti membangkitkan hati seseorang supaya marah (melawan, memberontak, dan sebaginya). dalam bahasa Arab disebut hasad yang berarti dengki, sebagai wujud dan akibat rasa iri. Dengan demikian Hasud sama dengan hasad. Orang yang suka berbuat Hasud disebut provokator. Sudah pasti sifat ini amat tercela, baik dalam pandangan Allah maupun sesama manusia. 2. Hasud adalah penyakit masyarakat Hasutan yang disebarkan oleh provokator sering menimbulkan gangguan dalam kehidupan masyarakat. Perbuatan anarkis yang berupa pengrusakan toko, rumah dan tempat ibadah bahkan juga pembunuhan. Oleh karena sebab itu, jelaslah kiranya Hasud merupakan penyakit dalam kehidupan bermasyarakat, karena menimbulkan kerusakan dan kerugian yang tidak sedikit jumlahnya. Selain merusak tatanan kehidupan bermasyarakat, hasud juga berakibat buruk bagi pelakunya sendiri. ) J g l h irimu s mu ri sif t ngki k r n k memakan kayu bak r. (HR. u D wu ) ) ngki n m rus k k ik n s g im n pi

B. Ria 1. Pengertian Ria Ria adalah pamer, yakni berbuat baik dengan maksud ingin memperoleh pujian orang lain. Hal ini tidak sesuai dengan ajaran Islam. Islam mendidik umatnya agar melakukan amal baik secara ikhlas, yakin karena Allah. Semata mata Yang dimaksud karena Allah semata-mata ialah: a. Melakukan amal baik karena ingin memperoleh ridha Allah SWT b. Melakukan amal baik karena mentaati perintah Allah SWT Amal baik yang dilakukan dengan maksud tidak seperti di atas, dinyatakan tidak memperoleh pahala Rasulullah SAW bersabda: .... S sungguhn m l-amal itu harus dengan niat dan sesungguhnya setiap (amal) seseorang

t rg ntung k p

ni tn .. (HR. Bukh ri

n Muslim)

2. Ria Merusak amal baik Allah SWT berfirman: : )

264) H i Or ng-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena ria kepada manusia dan tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang diatasnya ada tanah, kemudian batu itu tertimpa hujan lebat, lalu menjadilah ia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan. Allah tidak memberi petunjuk kepada, orang-or ng ng k fir. (QS. Al Baqarah: 264) Selain merusak amal baik, ria juga termasuk perbuatan syirik yang sangat dikhawatirkan oleh Rasulullah SAW. Sabda Rasulullah SAW: ) : ) S sungguhn s su tu ng t l h ku kh w tirk n t s kamu semua perkara yang aku kh w tirk n i l h s irik k cil kni ri (HR hm ) C. Aniyaya 1. Pengertian aniyaya Aniyaya berarti perbuatan bengis, seperti penyiksaan, penindasan, dan sebagainya. Manusia diciptakan Allah sebagai khalifah di muka bumi yang harus berbuat baik terhadap siapapun, bahkan juga terhadap makhluk selain manusia. Allah SWT berfirman : ) 90) S sungguhn ll h m n uruh (k mu) rl ku il n r u t k jik n k p k um kerabat dan Allah melarang (kamu) berbuat keji, Munkar, dan permusuhan (aniyaya). Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pel j r n. (QS. n-Nahl; 90) Ayat di atas membuat tiga perintah dan tiga larangan. Tiga perintah yang dimaksud ialah berlaku adil, berbuat baik, dan membantu kerabat. Tiga larangannya ialah berbuat keji (maksiat yang menjerumus perbuatan zina), Munkar (segala perbuatan buruk yang tidak dapat diterima oleh hati nurani), dan permusuhan. Aniyaya adalah salah satu bentuk perbuatan yang menimbulkan permusuhan sesama manusia. Oleh sebab itu, perbuatan aniyaya wajib dijauhi oleh setiap orang, terutama muslim. 2. Orang yang teraniyaya memperoleh prioritas dari Allah SWT Untuk memberikan keadilan kepada manusia Allah SWT memberikan prioritas kepada orang yang dianiyaya bahwa dia tidak berdosa apabila berkata buruk lagi keras.

Firman Allah SWT: : ) 148) ll h ti k m n uk i uc p n uruk ( ng iuc pk n) ng n t rus t r ng k cu li ol h or ng yang di aniyaya. Allah adalah (yang) Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui (QS. An-Nis : 148) Orang yang diperlakukan secara dhalim diperbolehkan membalas kedhaliman tersebut seberat kadar yang ditimpahkan kepada dirinya. : ) 126) D n jik k mu m m rik n l s n m k l sl h ng n l s n ng s m ng n siks n yang ditimpakan kepadamu, akan tetapi, jika kamu bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang-or ng ng s r. (QS. n-Nahl: 126) 3. Bahasa perbuatan aniyaya a. Bagi orang lain Bahaya perbuatan aniyaya bagi orang lain tergantung pada tingkat aniyaya yang ditimpakan pada dirinya. Sekurang-kurangnya menimbulkan kekecewaan atau sakit hati pihak lain (yang dianiyaya) b. Bagi pelakunya sendiri Perbuatan aniyaya menimbulkan kegelapan bagi dirinya di hari kiamat Rasulullah SAW bersabda: ) K h lim n l h ) J g l h irimu (HR. Muslim) ) r p k g l p n i h ri ki m t. (HR. Bukh ri h lim l h n Muslim)

) ri k h lim n k r n

r p k g l p n i h ri ki m t.

Yang dimaksud kegelapan di hari kiamat adalah dosa yang memberatkan penderitaan seseorang di hari kiamat. Mungkin seseorang masih dapat menyelamatkan diri dari akibat perbuatan dhalim di dunia ini, tetapi tidak demikian halnya di akherat kelak ADAB BERPAKAIAN, BERHIAS, BERTAMU, DAN MENERIMA TAMU A. Adab (Tata Krama) Berpakain 1. Fungsi pakaian Tuntunan Islam mengandung didikan moral yang tinggi. Dalam masalah aurat, Islam telah menetapkan bahwa aurat lelaki adalah antara pusar sampai kedua lutut, sedangkan bagi perempuan adalah seluruh tubuh kecuali muka dan telapak tangan. Adanya aturan-aturan dalam berpakaian pada dasarnya untuk menunjang ketiga fungsi berikut ini: Fungsi pakaian ialah untuk penutup aurat, menjaga kesehatan dan keindahan

2. Islam melarang umatnya berpakaian terlalu tipis dan atau ketat (mepet sehingga membentuk tubuhnya yang asli) Kendatipun fungsi utama (sebagai penutup aurat) telah dipenuhi, tetapi apabila pakaian yang terlampau tipis, pakaian yang ketat akan menampilkan bentuk tubuh pemakainya, sedangkan pakaian yang terlampau tipis akan menampakan warna kulit pemakainya. Kedua cara tersebut dilarang oleh Islam karena hanya akan menarik perhatian yang menggugah nafsu syahwat bagi lawan jenisnya Dalam hal ini Rasulullah SAW, telah bersabda: ( ) dua golongan dari ahli neraka yang belum pernah saya lihat keduanya, yaitu: 1. kaum yang membawa cambuk seperti seekor sapi yang mereka pakai buat memikul orang (penguasa yang kejam): 2. perempuan-perempuan yang berpakain tetapi telanjang, yang cenderung kepada perbuatan maksiat dan mencenderungkan orang lain kepada perbuatan maksiat, rambutnya sebesar punuk onta. Mereka itu tidak akan bisa masuk jamaah (surga) dan tidak akan Mencium bau surga, Padahal bau surga itu dapat tercium sejauh perjalanan demikian n miki n. (HR. Muslim). 3. Kaum lelaki dilarang memakai cincin emas dan pakaian sutra Khalifah Ali Bin Abi Thalib berkata: () T l h m l r ng k mi R sulull h S W untuk m m k i cincin ri m s n p k i n sutr s rt p k i n ng ic lup ng n shf r. (HR T r ni) Ashfar adalah bahan penguning (semacam wenter berwarna kuning) yang banyak dipakai orang saat itu. Ibnu Umar meriwayatkan: : R sulull h S W p rn h m lih t ku m m k i u p k i n ng ku c lup ng n shf r m k S li u Ini l h p k i n or ng k fir ol h k r n itu j ng nl h ngk u P k i. :

B. Adab (Tata Krama) Berhias Pada hakikatnya Islam mencintai keindahan selama keindahan tersebut masih berada dalam batas yang wajar dan tidak bertentangan dengan norma-norma agama. Beberapa ketentuan agama dalam masalah perhiasan ini antara lain sebagai berikut: 1. Laki-laki dilarang memakai cincin emas, sebagaimana larangan yang ditunjukan oleh Rasulullah SAW, terhadap Ali RA. 2. Jangan bertato dan mengikir gigi Mengikir gigi ialah memendekan dan merapikan gigi (pangkur dalam bahasa Jawa). Mengikir gigi banyak dilakukan oleh kaum perempuan dengan maksud agar tampak rapi dan cantik. Dalam menyikapi hal ini, Rasulullah SAW bersabda:

) R sulull h S W m l kn t p r mpu n mint ikikir gigin . (HR Th r ni).

ng m n tu

n mint

) it tu ng m ngikir

ng

3. Jangan menipiskan alis Menipiskan alis banyak dilakukan oleh kaum perempuan agar tampak lebih cantik Dalam sebuah Hadits diriwayatkan: ) ) R sulull h S W m l kn t p r mpu n-perempuan yang mencukur alisnya dan meminta dicukur lisn . (HR u D wu ) 4. Jangan menyambung rambut Rasulullah bersabda: ) ) ll h m l kn t p r mpu n-perempuan yang menyambung rambutnya dan yang meminta is m ung r m utn . (HR. Bukh ri) 5. Jangan berlebih-lebihan dalam berhias Yang dimaksud berlebih-lebihan ialah melewati batas yang wajar dalam menikmati yang halal. Berhias secara berlebih-lebihan cenderung kepada sikap sombong dan bermegah-megahan yang amat tercela dalam Islam. Setiap muslim dan muslimat harus dapat menjauhkan diri dari hal-hal yang menyebabkan kesombongan, baik dalam berpakaian maupun berhias dalam bentuk lain. Memoles wajah dengan bahan (make up) terlampau banyak, mengenakan perhiasan emas pada leher, kedua tangan dan kedua kaki termasuk berlebih-lebihan. Islam memperbolehkan umatnya berhias secara wajar, tidak berlebih-lebihan yang cenderung kepada sikap sombong dan pamer. C. Adab (Tata Krama) Bertamu 1. Jangan bertamu pada tiga waktu aurat Allah SWT berfirman: :) 58) H i or ng-orang yang beriman, hendaklah budak-budak (lekaki dan wanita) yang kamu miliki, dan orang-orang yang belum baligh di antara kamu, meminta izin kepada kamu tiga kali (dalam satu hari) yaitu sebelum sembahyang subuh, ketika kamu menanggalkan pakaian (luar) mu di tengah hari, dan sesudah sembahyang isya, (itulah) tiga aurat bagi kamu. Tidak ada dosa atasmu dan tidak (pula) atas mereka selain dari (tiga waktu) itu. Mereka melayani kamu, sebahagian kamu (ada keperluan) kepada sebahagian (yang lain). Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat bagi kamu. Dan Allah Maha Mengetahui lagi M h Bij ks n . (QS n-Nuur: 58) Bertamu pada tiga waktu aurat (sebelum subuh, sesudah dhuhur, dan sesudah isya), termasuk

perkara yang dicela dalam Islam dan harus dijauhi, kecuali terpaksa (karena ada urusan yang sangat penting. 2. Cara bertamu yang baik Cara bertamu yang baik menurut Islam antara lain sebagai berikut: a. Berpakaian yang rapi dan pantas Bertamu dengan memakai pakaian pantas berarti menghormati tuan rumah dan dirinya sendiri. Tamu yang berpakaian rapi dan pantas akan lebih dihormati oleh tuan rumah, demikian pula sebaliknya. Allah SWT berfirman: : )... 7) Jik k mu r u t ik ( r rti) k mu r u t ik gi irimu s n iri jahat mak (k j h t n0 itu gi irimu s n iri . (QS. l Isr : 7) b. Memberi isyarat dan dalam ketika datang Allah SWT berfirman: :) 27) W h i or ng ng rim n j ng nl h k mu m m suki rum h ng uk n rum hmu s lum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. Yang demikian itu lebih baik bagimu sup k mu s l lu ing t. (QS. An-Nuur: 27) c. Jangan mengintip ke dalam rumah d. Minta izin masuk sebanyak-banyaknya 3 kali, apabila sudah mengetuk pintu atau membaca salam tiga kali tidak ada tanggapan dari tuan rumah, harus kembali pulang e. Memperkenalkan diri secara jelas, baik nama, Alamat (terlebih bila bertamu pada malam hari f. Tamu lelaki dilarang masuk ke dalam rumah apabila tuan rumah hanya seorang wanita Rasulullah SAW bersabda: ) ) J ng nl h s or ng l ki-laki bersepi-sepi bersama perempuan kecuali ia (perempuan tersebut) bersama mahramnya. Jangan pula seorang perempuan berpergian kecuali apabila ia bersama m hr mn . (HR Bukh ri n Muslim). g. Masuk dan duduk dengan sopan Setelah tuan rumah mempersilahkan masuk, hendaklah tamu masuk rumah dan duduk dengan sopan di tempat yang telah disediakan. Tamu hendaknya membatasi diri, tidak memandang ke mana-mana secara bebas. Pandangan yang tidak dibatasi (terutama bagi tamu asing) dapat menimbulkan kecurigaan bagi tuan rumah. Tamu dapat dinilai sebagai orang yang tidak sopan, bahkan dapat dikira sebagai orang jahat yang mencari-cari kesempatan. h. Menerima jamuan tuan rumah dengan senang hati Apabila tuan rumah memberi jamuan, hendaknya tamu menerima jamuan tersebut dengan senang hati, tidak menampakan sikap tidak senang terhadap jamuan tersebut. Jika sekiranya tidak suka dengan jamuan tersebut, sebaiknya berkata terus terang bahwa dirinya tidak terbiasa n jik k mu r u t

menikmati makanan dan minuman seperti itu. D. Adab Menerima Tamu 1. Berpakaian yang pantas untuk menghormati tamu dan diri sendiri 2. Menerima tamu dengan sikap yang baik, sikap bersahabat, jangan sekali-kali memalingkan muka dirinya 3. Menjamu tamu sesuai kemampuannya, tidak mengada-ada yang dapat menyusahkan diri sendiri Kewajiban menerima tamu adalah sehari semalam. Selebihnya adalah sedekah bagi tuan rumah 4. antarkan tamu (saat pulang) sampai pintu halaman rumah 5. Wanita yang berada di rumah sendirian dilarang menerima tamu laki-laki masuk ke dalam rumahnya tanpa ada izin sebelumnya dari suami (kecuali masih mahramnya) Bagi suami pun hendaknya bersikap hati-hati agar tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan DISIPLIN A. Disiplin Dalam Kehidupan Pribadi Disiplin adalah kepatuhan untuk menghormati dan melaksanakan suatu sistem yang mengharuskan orang untuk tunduk pada keputusan, perintah atau peraturan yang berlaku. Dengan kata lain, disiplin adalah sikap mentaati peraturan dan ketentuan yang ditetapkan, tanpa pamrih. Dalam ajaran Islam banyak ayat Al-Qur'an dan Hadits, yang memerintahkan disiplin dalam ketaatan pada peraturan yang telah ditetapkan, antara lain surat An-Nisa ayat 59: ) ... 59) rtin : H i or ng-orang yang beriman, taatilah Allah, dan taatilah Rasul(Nya) dan ulil amri i nt r k mu ( n Nis 59) Disiplin adalah kunci sukses, sebab dengan disiplin akan tumbuh sifat yang teguh dalam memegang prinsip, tekun dalam usaha, pantang mundur dalam kebenaran dan rela berkorban untuk kepentingan pribadi dan kehidupan masyarakat maupun dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. 1. Disiplin dalam penggunaan waktu Disiplin dalam menggunakan waktu diperhatikan dengan seksama. Waktu yang sudah berlalu tak mungkin akan kembali lagi, hari yang sudah lewat tak akan datang lagi. Demikian pentingnya rti w ktu s hingg r g i ngs i uni m mpun i ungk p n ng m n t k n w ktu adal h u ng p ri h s r m n t k n w ktu l h p ng n w ktu l h m s n kit or ng In on si m n t k n: s s l hulu p n p t n s s l k mu i n t k rgun Marilah kita bayangkan, seandainya ada seorang yang pada waktu Belajar di rumah masih terus bermain-main, sebaliknya pada waktu tidur, ia gunakan untuk bergadang semalaman suntuk. Tentu dapat kita lihat bahwa hidupnya menjadi tidak teratur, karena ia tidak pandai menggunakan waktu dengan tepat. Oleh karena itu marilah kita lebih menghargai waktu dengan cara disiplin dalam merencanakan, mengatur, dan menggunakan waktu, yang Allah karuniakan kepada kita tanpa dipungut biaya. Tak dapat dipungkiri bahwa orang-orang yang berhasil mencapai sukses dalam hidupnya adalah

orang-orang yang hidup teratur dan berdisiplin memanfaatkan waktunya. Disiplin tidak akan datang dengan sendirinya, akan tetapi melalui latihan yang ketaatan dalam kehidupan pribadinya. 2. Disiplin dalam beribadah Menurut bahasa, ibadah berarti tunduk atau merendahkan diri. Pengertian yang lebih luas dalam ajaran Islam, ibadah berarti tunduk dan merendah diri hanya kepada Allah yang disertai perasaan cinta kepada-Nya. Dari pengertian tersebut dapat diketahui bahwa disiplin dalam beribadah itu mengandung dua hal: a. Berpengang teguh terhadap apa yang diajarkan oleh Allah dan Rasul-Nya, baik berupa perintah atau larangan, maupun ajaran-ajaran yang berifat halal, anjuran sunnah, atas makruh dan haram b. Sikap berpengang teguh yang berdasarkan cinta kepada Allah, bukan karena rasa takut atau terpaksa. Maksud cinta kepada Allah adalah senantiasa taat kepada-Nya, dan taat kepada RasulNya. Perhatikan firman Allah: : )31) rtin : K t k nl h jik k mu ( n r-benar) mencintai Allah ikutlah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa- os mu. ll h M h P ng mpun l gi M h P n ng. ( li Imran 31) Sebagaimana telah kita ketahui, ibadah itu dapat digolongkan menjadi dua, yakni: a. Ibadah mahdah (murni) yaitu bentuk ibadah yang langsung berhubungan dengan Allah b. Ibadah ghairoh mahdah (selain mahdah), yang tidak langsung dipersembahkan kepada Allah melainkan melalui hubungan kemanusiaan. Dalam ibadah (disebut juga ibadah khusus) aturan-aturannya tidak boleh semuanya akan tetapi harus mengikuti aturan yang sudah ditetapkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Orang yang mengadaada aturan baru, misalnya shalat subuh tiga rakaat atau puasa 40 hari terus menerus tanpa berbuka, adalah orang yang tidak disiplin dalam beribadah, karena ia tidak mematuhi aturan yang telah ditetapkan oleh Allah dan Rasul-N i t rm suk or ng ng r u t i h n tergolong sebagai orang yang sesat. Dalam ibadah ghairoh mahdhah (disebut juga ibadah umum) orang dapat menentukan aturannya yang terbaik, kecuali yang jelas dilarang oleh Allah. Tentu saja suatu perbuatan dicatat sebagai ibadah kalau niatnya ikhlas semata-mata karena Allah, bukan ingin mendapatkan pujian orang lain (ri ) 3. Disiplin Dalam Berlalu Lintas Tanggal 1 Desember 1993 merupakan hari bersejarah dalam berlalu lintas di Indonesia, karena pada tanggal tersebut UU nomor 14 tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Raya mulai diberlakukan secara efektif di seluruh wilayah nusantara. Dengan Undang-undang tersebut, diharapkan semua warga negara mentaati dengan penuh kesadaran dan keikhlasan. Bagi umat Islam masalah ketaatan terhadap berbagai peraturan termasuk peraturan lalu lintas bukanlah hal yang asing, karena banyak ayat Al-Qur'an dan Hadits yang mengandung perintah untuk bersikap taat. Firman Allah SWT dalam surat An Nisa 59: )... 59)

rtin : H i orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (nya) dan ulil amri di antara k mu . ( n Nis 59) Ayat tersebut menegaskan bahwa sebagai orang beriman di samping harus taat kepada Allah dan Rasul-Nya, juga harus taat kepada Pemimpin atau pemerintah. Hal ini dipertegas oleh Rasulullah S W l ms n ng rtin : B r ng si p ng t t k p ku m k i n r-benar telah taat kepada Allah, dan barang siapa yang durhaka kepadaku maka ia benar-benar telah durhaka kepada Allah. Barang siapa yang taat kepada penguasa maka ia benar-benar taat kepadaku, dan barang siapa yang durhaka kepada penguasa maka ia benar- n r t l h urh k k p ku. (H.R Bukhari dan Muslim) D l m H its l in R sulull h S W rs ng rtin : S s or ng muslim w ji m n ngar dan taat, baik dalam hal yang disukai maupun hal yang dibencinya, kecuali bila ia diperintah untuk mengerjakan maksiat. Apabila ia diperintah untuk mengerjakan maksiat, maka ia tidak w ji untuk m n ng rk n n t t (HR. Bukh ri n Muslim) berdasarkan ayat Al-Qur'an dan Hadits Nabi di atas, jelas sekali bahwa ajaran Islam tentang disiplin mengandung ketaatan pada peraturan yang ditetapkan oleh pemerintah adalah suatu hal yang harus dilaksanakan yaitu melaksanakan disiplin bukan karena diawasi oleh petugas, tetapi karena merupakan tuntunan ajaran agama. Oleh karena itu, kita sebagai seorang muslim sekaligus sebagai warga negara yang baik sudah seharusnya ikut aktif dalam menciptakan tertib lalu lintas dengan mematuhi dan melaksanakan segala aturan yang tertuang dalam undang-undang tersebut.

B. Disiplin Dalam Bermasyarakat Hidup bermasyarakat adalah fitrah manusia. Dilihat dari latar belakang budaya setiap manusia memiliki latar belakang yang berbeda pula. Karenanya setiap manusia memiliki watak dan tingkah laku yang berbeda, namun dengan bermasyarakat, mereka tentu memiliki norma-norma dan nilai-nilai kemasyarakatan serta peraturan yang sedang disepakati bersama, yang harus dihormati dan dihargai serta ditaati oleh setiap anggota masyarakat itu. Kita sebagai manusia yang lahir sebagai bangsa Indonesia yang religius dan berfalsapahkan pancasila, tentunya kita harus mentaati dan mematuhi nilai-nilai dan norma-norma serta adat yang berlaku pada masyarakat kita. Sesuai dengan naluriah kemanusiaan, tiap anggota masyarakat ingin lebih mengutamakan kepentingan pribadi dan kelompoknya Sekiranya tidak ada aturan yang mengikat di antara mereka dalam bermasyarakat dari ketentuan yang telah digariskan oleh agama, niscaya kehidupan mereka akan kacau balau, karena setiap pribadi dan kelompok akan membanggakan diri pribadi dan kelompoknya masing-masing. Berdasarkan kenyataan ini, maka agama Islam menegaskan bahwa manusia yang paling berkualitas di sisi Allah bukanlah karena keturunan atau kekayaan, akan tetapi berdasarkan ketaqwaannya. Ketaqwaan yang merupakan perwujudan dari kedisiplinan yang tinggi dalam mematuhi perintah Allah dan menjauhi larangan larangan-Nya, bukanlah suatu pembawaan dan bukan pula suatu harta pustaka yang dapat diwariskan melalui garis keturunan Agama Islam mengibaratkan anggota masyarakat itu Bagaikan satu Bangunan yang di dalamnya terdapat beberapa komponen yang satu sama lain mempunyai fungsi yang berbeda beda, manakala salah satu komponen itu rusak, maka seluruh Bangunan itu akan rusak atau binasa. Hadits Nabi SAW menegasakan:

) ) rtin : S or ng mumin ng n mumin l inn B g ik n B ngun n ng s g h gi n ri mereka memperkuat bahagian lainnya. Kemudian beliau menelusupkan jari-jari yang sebelah ke jari-j ri t ng n s l h l inn . (H.R Bukh ri Muslim n Turmuzi) C. Disiplin Dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara Negara adalah alat untuk memperjuangkan keinginan bersama berdasarkan kesepakatan yang dibuat oleh anggota atau warga negara tersebut. Tanpa adanya masyarakat yang menjadi warganya, negara tidak akan terwujud. Oleh karena itu masyarakat prasarat untuk berdirinya suatu negara. Tujuan dibentuknya suatu negara ialah agar seluruh keinginan dan cita-cita yang diidamkan oleh warga negara yang dapat diwujudkan dan dapat dilaksanakan. Anggota masyarakat suatu negara adakalanya mempunyai latar belakang budaya dan agama yang sama, dan ada pula yang terdiri atas budaya dan agama yang beragam. Dalam membentuk negara yang baik, beragamnya budaya bukanlah merupakan persoalan. Karena keberadaan latar belakang budaya tidak akan menghambat suatu masyarakat untuk membangun negaranya. Bahkan dengan adanya perbedaan tersebut semakin memperkaya perbendaharaan pemikiran dan pengetahuan suatu masyarakat. Kunci keberhasilan suatu negara terletak pada kedisiplinan berupa kesetiaan dan kesungguhan warga negaranya melaksanakan tugas dan tanggung jawab masing-masing. Berkaitan dengan hal di atas maka di negara Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam, sudah selayaknya jika umat Islam mempelopori meningkatkan disiplin nasional dalam bentuk mematuhi segala peraturan perundang-undangan yangberlaku, sesuai dengan fungsi dan tugasnya masing-masing.
http://www.anakciremai.com/2008/04/makalah-aqidah-tentang-sikap-dan.html

Makalah Aqidah | Islam

A. Latar Belakang

Nilai suatu ilmu itu ditentukan oleh kandungan ilmu tersebut. Semakin besar dan bermanfaat nilainya semakin penting untuk dipelajarinya. Ilmu yang paling penting adalah ilmu yang mengenalkan kita kepada Allah SWT, Sang Pencipta. Sehingga orang yang tidak kenal Allah SWT disebut kafir meskipun dia Profesor Doktor, pada hakekatnya dia bodoh. Adakah yang lebih bodoh daripada orang yang tidak mengenal yang menciptakannya?

Allah menciptakan manusia dengan seindah-indahnya dan selengkap-lengkapnya dibanding dengan makhluk / ciptaan lainnya. Kemudian Allah bimbing mereka dengan mengutus para Rasul-Nya (Menurut hadits yang disampaikan Abu Dzar bahwa jumlah para Nabi sebanyak 124.000 semuanya menyerukan kepada Tauhid (dikeluarkan oleh Al-Bukhari di At-Tarikhul Kabir 5/447 dan Ahmad di Al-Musnad 5/178179). Sementara dari jalan sahabat Abu Umamah disebutkan bahwa jumlah para Rasul 313 (dikeluarkan oleh Ibnu Hibban di Al-Maurid 2085 dan Thabrani di Al-Mu'jamul Kabir 8/139)) agar mereka berjalan sesuai dengan kehendak Sang Pencipta melalui wahyu yang dibawa oleh Sang Rasul. Namun ada yang menerima disebut mu'min ada pula yang menolaknya disebut kafir serta ada yang ragu-ragu disebut Munafik yang merupakan bagian dari kekafiran. Begitu pentingnya Aqidah ini sehingga Nabi Muhammad, penutup para Nabi dan Rasul membimbing ummatnya selama 13 tahun ketika berada di Mekkah pada bagian ini, karena aqidah adalah landasan semua tindakan. Dia dalam tubuh manusia seperti kepalanya. Maka apabila suatu ummat sudah rusak, bagian yang harus direhabilitisi adalah kepalanya lebih dahulu. Disinilah pentingnya aqidah ini. Apalagi ini menyangkut kebahagiaan dan keberhasilan dunia dan akherat. Dialah kunci menuju surga.

Aqidah secara bahasa berarti sesuatu yang mengikat. Pada keyakinan manusia adalah suatu keyakinan yang mengikat hatinya dari segala keraguan. Aqidah menurut terminologi syara' (agama) yaitu keimanan kepada Allah, Malaikat-malaikat, Kitab-kitab, Para Rasul, Hari Akherat, dan keimanan kepada takdir Allah baik dan buruknya. Ini disebut Rukun Iman.

Dalam syariat Islam terdiri dua pangkal utama. Pertama : Aqidah yaitu keyakinan pada rukun iman itu, letaknya di hati dan tidak ada kaitannya dengan cara-cara perbuatan (ibadah). Bagian ini disebut pokok atau asas. Kedua : Perbuatan yaitu cara-cara amal atau ibadah seperti sholat, puasa, zakat, dan seluruh bentuk ibadah disebut sebagai cabang. Nilai perbuatan ini baik buruknya atau diterima atau tidaknya bergantung yang pertama. Makanya syarat diterimanya ibadah itu ada dua, pertama : Ikhlas karena Allah SWT yaitu berdasarkan aqidah islamiyah yang benar. Kedua : Mengerjakan ibadahnya sesuai

dengan petunjuk Rasulullah SAW. Ini disebut amal sholeh. Ibadah yang memenuhi satu syarat saja, umpamanya ikhlas saja tidak mengikuti petunjuk Rasulullah SAW tertolak atau mengikuti Rasulullah SAW saja tapi tidak ikhlas, karena faktor manusia, umpamanya, maka amal tersebut tertolak. Sampai benar-benar memenuhi dua kriteria itu. Inilah makna yang terkandung dalam Al-Qur'an surah Al-Kahfi 110 yang artinya : "Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shaleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadah kepada Tuhannya."

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas maka dapat dirumuskan hal hal sebagai berikut :

1. Apakah Aqidah itu ? 2. Bagaimana Implementasi Aqidah saat ini ? 3. Bagaimana cara mengantisipasi bahaya penyimpangan aqidah ?

C. Tujuan

Dari rumusan masalah di atas maka kita dapat mengambil tujuan sebagai berikut

1. Untuk mengetahui pengertian dari aqidah 2. Untuk mengetahui pembagian aqidah 3. Untuk mengetahui perkembangan aqidah 4. Untuk mengetahui perkembangan aqidah saat ini 5. Untuk mengetahui penyimpangan aqidah saat ini

D. Manfaat Mempelajari Aqidah

Karena Aqidah Islamiyah bersumber dari Allah yang mutlak, maka kesempurnaannya tidak diragukan lagi. Berbeda dengan filsafat yang merupakan karya manusia, tentu banyak kelemahannya. Makanya seorang mu'min harus yakin kebenaran Aqidah Islamiyah sebagai poros dari segala pola laku dan tindakannya yang akan menjamin kebahagiannya dunia akherat. Dan merupakan keserasian antara ruh dan jasad, antara siang dan malam, antara bumi dan langit dan antara ibadah dan adat serta antara dunia dan akherat. Faedah yang akan diperoleh orang yang menguasai Aqidah Islamiyah adalah :

1. Membebaskan dirinya dari ubudiyah / penghambaan kepada selain Allah, baik bentuknya kekuasaan, harta, pimpinan maupun lainnya. 2. Membentuk pribadi yang seimbang yaitu selalu kepada Allah baik dalam keadaan suka maupun duka. 3. Dia merasa aman dari berbagai macam rasa takut dan cemas. Takut kepada kurang rizki, terhadap jiwa, harta, keluarga, jin dan seluruh manusia termasuk takut mati. Sehingga dia penuh tawakkal kepad Allah (outer focus of control). 4. Aqidah memberikan kekuatan kepada jiwa , sekokoh gunung. Dia hanya berharap kepada Allah dan ridho terhadap segala ketentuan Allah.

Aqidah Islamiyah adalah asas persaudaraan / ukhuwah dan persamaan. Tidak beda antara miskin dan kaya, antara pinter dan bodoh, antar pejabat dan rakyat jelata, antara kulit putih dan hitam dan antara Arab dan bukan, kecuali takwanya disisi Allah SWT.

BAB IIKAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Aqidah

Aqidah ( ) menurut bahasa Arab (etimologi) berasal dari kata al-aqdu ( ) yang berarti ikatan, attautsiiqu( ) yang berarti kepercayaan atau keyakinan yang kuat, al-ihkaamu ( ) yang artinya mengokohkan (menetapkan), dan ar-rabthu biquw-wah ( ) yang berarti mengikat dengan kuat.

*1+ Sedangkan menurut istilah (terminologi): aqidah adalah iman yang teguh dan pasti, yang tidak ada keraguan sedikit pun bagi orang yang meyakininya.

Jadi, Aqidah Islamiyyah adalah keimanan yang teguh dan bersifat pasti kepada Allah dengan segala pelaksanaan ke-wajiban, bertauhid [2] dan taat kepada-Nya, beriman kepada Malaikat-malaikatNya, Rasul-rasul-Nya, Kitab-kitab-Nya, hari Akhir, takdir baik dan buruk dan mengimani seluruh apa-apa yang telah shahih tentang Prinsip-prinsip Agama (Ushuluddin), perkara-perkara yang ghaib, beriman kepada apa yang menjadi ijma (konsensus) dari Salafush Shalih, serta seluruh berita-berita qathi (pasti), baik secara ilmiah maupun secara amaliyah yang telah ditetapkan menurut Al-Qur'an dan As-Sunnah yang shahih serta ijma Salafush Shalih.

"Dan barangsiapa yang menta'ati Allah dan Rasul-Nya, mereka itu akan bersama-sama dengan orangorang yang dianugerahi ni'mat Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiqin, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang shaleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya" (QS. An-Nisa':69

B. Pembagian Aqidah

Walaupun masalah qadha' dan qadar menjadi ajang perselisihan di kalangan umat Islam, tetapi Allah telah membukakan hati para hambaNya yang beriman, yaitu para Salaf Shalih yang mereka itu senantiasa rnenempuh jalan kebenaran dalam pemahaman dan pendapat. Menurut mereka qadha' dan qadar adalah termasuk rububiyah Allah atas makhlukNya. Maka masalah ini termasuk ke dalam salah satu di antara tiga macam tauhid menurut pembagian ulama:

Pertama: Tauhid Al-Uluhiyyah, ialah mengesakan Allah dalam ibadah, yakni beribadah hanya kepada Allah dan karenaNya semata.

Kedua: Tauhid Ar-Rububiyyah, ialah rneng esakan Allah dalam perbuatanNya, yakni mengimani dan meyakini bahwa hanya Allah yang Mencipta, menguasai dan mengatur alam semesta ini.

Ketiga: Tauhid Al-Asma' was-Sifat, ialah mengesakan Allah dalam asma dan sifatNya. Artinya mengimani bahwa tidak ada makhluk yang serupa dengan Allah Subhanahu wa Ta'ala. dalam dzat, asma maupun sifat.

Iman kepada qadar adalah termasuk tauhid ar-rububiyah. Oleh karena itu Imam Ahmad berkata: "Qadar adalah kekuasaan Allah". Karena, tak syak lagi, qadar (takdir) termasuk qudrat dan kekuasaanNya yang menyeluruh. Di samping itu, qadar adalah rahasia Allah yang- tersembunyi, tak ada seorangpun yang dapat mengetahui kecuali Dia, tertulis pada Lauh Mahfuzh dan tak ada seorangpun yang dapat melihatnya. Kita tidak tahu takdir baik atau buruk yang telah ditentukan untuk kita maupun untuk makhluk lainnya, kecuali setelah terjadi atau berdasarkan nash yang benar

Tauhid itu ada tiga macam, seperti yang tersebut di atas dan tidak ada istilah Tauhid Mulkiyah ataupun Tauhid Hakimiyah karena istilah ini adalah istilah yang baru. Apabila yang dimaksud dengan Hakimiyah itu adalah kekuasaan Allah Azza wa Jalla, maka hal ini sudah masuk ke dalam kandungan Tauhid Rububiyah. Apabila yang dikehendaki dengan hal ini adalah pelaksanaan hukum Allah di muka bumi, maka hal ini sudah masuk ke dalam Tauhid Uluhiyah, karena hukum itu milik Allah Subhanahu wa Ta'ala dan tidak boleh kita beribadah melainkan hanya kepada Allah semata. Lihatlah firman Allah pada surat Yusuf ayat 40. [Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas]

C. Perkembangan Aqidah

Pada masa Rasulullah SAW, aqidah bukan merupakan disiplin ilmu tersendiri karena masalahnya sangat jelas dan tidak terjadi perbedaan-perbedaan faham, kalaupun terjadi langsung diterangkan oleh beliau. Makanya kita dapatkan keterangan para sahabat yang artinya berbunyi : "Kita diberikan keimanan sebelum Al-Qur'an"

Nah, pada masa pemerintahan khalifah Ali bin Abi Thalib timbul pemahaman -pemahaman baru seperti kelompok Khawarij yang mengkafirkan Ali dan Muawiyah karena melakukan tahkim lewat utusan masing-masing yaitu Abu Musa Al-Asy'ari dan Amru bin Ash. Timbul pula kelompok Syiah yang menuhankan Ali bin Abi Thalib dan timbul pula kelompok dari Irak yang menolak takdir dipelopori oleh Ma'bad Al-Juhani (Riwayat ini dibawakan oleh Imam Muslim, lihat Syarh Shohih Muslim oleh Imam Nawawi, jilid 1 hal. 126) dan dibantah oleh Ibnu Umar karena terjadinya penyimpangan-penyimpangan. Para ulama menulis bantahan-bantahan dalam karya mereka. Terkadang aqidah juga digunakan dengan istilah Tauhid, ushuluddin (pokok-pokok agama), As-Sunnah (jalan yang dicontohkan Nabi Muhammad), Al-Fiqhul Akbar (fiqih terbesar), Ahlus Sunnah wal Jamaah (mereka yang menetapi sunnah Nabi dan berjamaah) atau terkadang menggunakan istilah ahlul hadits atau salaf yaitu mereka yang berpegang atas jalan Rasulullah SAW dari generasi abad pertama sampai generasi abad ketiga yang mendapat pujian dari Nabi SAW. Ringkasnya : Aqidah Islamiyah yang shahih bisa disebut Tauhid, fiqih akbar, dan ushuluddin. Sedangkan manhaj (metode) dan contohnya adalah ahlul hadits, ahlul sunnah dan salaf.

D. Bahaya Penyimpangan Aqidah

Penyimpangan pada aqidah yang dialami oleh seseorang berakibat fatal dalam seluruh kehidupannya, bukan saja di dunia tetapi berlanjut sebagai kesengsaraan yang tidak berkesudahan di akherat kelak. Dia akan berjalan tanpa arah yang jelas dan penuh dengan keraguan dan menjadi pribadi yang sakit personaliti. Biasanya penyimpangan itu disebabkan oleh sejumlah faktor diantaranya :

1. Tidak menguasainya pemahaman aqidah yang benar karena kurangnya pengertian dan perhatian. Akibatnya berpaling dan tidak jarang menyalahi bahkan menentang aqidah yang benar.

2. Fanatik kepada peninggalan adat dan keturunan. Karena itu dia menolak aqidah yang benar. Seperti firman Allah SWT tentang ummat terdahulu yang keberatan menerima aqidah yang dibawa oleh para Nabi dalam Surat Al-Baqarah 170 yang artinya : "Dan apabila dikatakan kepada mereka, "Ikutlah apa yang telah diturunkan Allah," mereka menjawab: "(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami." (Apabila mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk."

3. Taklid buta kepada perkataan tokoh-tokoh yang dihormati tanpa melalui seleksi yang tepat sesuai dengan argumen Al-Qur'an dan Sunnah. Sehingga apabila tokoh panutannya sesat, maka ia ikut tersesat.

4. Berlebihan (ekstrim) dalam mencintai dan mengangkat para wali dan orang sholeh yang sudah meninggal dunia, sehingga menempatkan mereka setara dengan Tuhan, atau dapat berbuat seperti perbuatan Tuhan. Hal itu karena menganggap mereka sebagai penengah/arbiter antara dia dengan Allah. Kuburan-kuburan mereka dijadikan tempat meminta, bernadzar dan berbagai ibadah yang seharusnya hanya ditujukan kepada Allah. Demikian itu pernah dilakukan oleh kaumnya Nabi Nuh AS ketika mereka mengagungkan kuburan para sholihin. Lihat Surah Nuh 23 yang artinya : "Dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan penyembahan) Wadd, dan jangan pula Suwa', Yaghuts, Ya'uq dan Nasr."

5. Lengah dan acuh tak acuh dalam mengkaji ajara Islam disebabkan silau terhadap peradaban Barat yang materialistik itu. Tak jarang mengagungkan para pemikir dan ilmuwan Barat serta hasil teknologi yang telah dicapainya sekaligus menerima tingkah laku dan kebudayaan mereka.

6. Pendidikan di dalam rumah tangga, banyak yang tidak berdasar ajaran Islam, sehingga anak tumbuh tidak mengenal aqidah Islam. Pada hal Nabi Muhammad SAW telah memperingatkan yang artinya : "Setiap anak terlahirkan berdasarkan fithrahnya, maka kedua orang tuanya yang meyahudikannya, menashranikannya, atau memajusikannya" (HR: Bukhari).

Apabila anak terlepas dari bimbingan orang tua, maka anak akan dipengaruhi oleh acara / program televisi yang menyimpang, lingkungannya, dan lain sebagainya.

7. Peranan pendidikan resmi tidak memberikan porsi yang cukup dalam pembinaan keagamaan seseorang. Bayangkan, apa yang bisa diperoleh dari 2 jam seminggu dalam pelajaran agama, itupun dengan informasi yang kering. Ditambah lagi mass media baik cetak maupun elektronik banyak tidak mendidik kearah aqidah bahkan mendistorsinya secara besar-besaran.

Tidak ada jalan lain untuk menghindar bahkan menyingkirkan pengaruh negatif dari hal-hal yang disebut diatas adalah mendalami, memahami dan mengaplikasikan Aqidah Islamiyah yang shahih agar hidup kita yang sekali dapat berjalan sesuai kehendak Sang Khalik demi kebahagiaan dunia dan akherat kita, Allah SWT berfirman dalam Surah An-Nisa' 69 yang artinya : "Dan barangsiapa yang menta'ati Allah dan RasulNya, mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi ni'mat Allah, yaitu: Nabinabi, para shiddiqin, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang shaleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya."

Dan juga dalam Surah An-Nahl 97 yang artinya : "Barangsiapa yang mengerjakan amal shaleh baik lakilaki maupun perempuan, dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan."

BAB IIIPENUTUP

Akidah Islam adalah prinsip utama dalam pemikiran Islami yang dapat membina setiap individu muslim sehingga memandang alam semesta dan kehidupan dengan kaca mata tauhid dan melahirkan konotasikonotasi valid baginya yang merefleksikan persfektif Islam mengenai berbagai dimensi kehidupan serta

menumbuhkan perasaan-perasaan yang murni dalam dirinya. Atas dasar ini, akidah mencerminkan sebuah unsur kekuatan yang mampu menciptakan mujizat dan merealisasikan kemenangankemenangan besar di zaman permulaan Islam.

Demi membina setiap individu muslim, perlu kiranya kita mengingatkannya tentang sumbangsihsumbangsih akidah yang telah dimiliki oleh orang-orang sebelumnya dan meyakinkannya akan validitas akidah itu dalam setiap zaman dan keselarasannya dengan segala era.

Kita bisa menyimpulkan peranan penting akidah dalam membina manusia di berbagai sisi dan dimensi kehidupan dalam poin-poin berikut :

1. Dalam Sisi Pemikiran.

Akidah menganggap manusia sebagai makhluk yang terhormat. Adapun kesalahan yang terkadang menimpa manusia, adalah satu hal yang biasa dan bisa diantisipasi dengan taubat. Atas dasar ini, akidah meyakinkannya bahwa ia mampu untuk meningkatkan diri dan tidak membuatnya putus asa dari rahmat Allah dan ampunan-Nya

Akidah telah berhasil memerdekakan manusia dari penindasan politik para penguasa zalim dan membebaskannya dari tradisi menuhankan manusia lain.

Akidah juga memberikan kebebasan penuh kepadanya. Namun ia membatasi kebebasan itu dengan hukum-hukum syariat, penghambaan kepada Allah supaya hal itu tidak menimbulkan kekacauan.

Begitu juga, akidah telah berhasil membebaskannya dari jeratan hawa nafsu, menyembah fenomenafenomena alam di sekitarnya dan dongengan-dongengan yang tidak benar.

Melalui proses pembebasn pemikiran ini, akidah melakukan proses pembinaan manusia. Ia memberikan kedudukan yang layak kepada akal, mengakui peranannya dan membuka cakrawala pemikiran yang luas baginya. Di samping itu, akidah juga membuka jendela keghaiban baginya, membebaskannya dari jeratan ruang lingkup indra yang sempit dan mengarahkan daya ciptanya yang luar biasa untuk

merenungkan tanda-tanda kekuasaan Allah di segenap cakrawala raya dan diri mereka, serta menjadikan renungan (tafakkur) ini sebagai ibadah yang paling utama.

Tidak sampai di situ saja, akidah juga mengarahkan daya akal untuk menyingkap rahasia-rahasia sejarah yang pernah terjadi pada umat dan bangsa-bangsa terdahulu, dan merenungkan hikmah yang tersembunyi di balik syariat guna mengokohkan keyakinan muslim terhadap syariat dan validitasnya untuk setiap masa dan tempat.

Dari sisi lain, akidah mendorong manusia untuk menuntut ilmu pengetahuan dan mengikat ilmu pengetahuan itu dengan iman. Karena memisahkan ilmu pengetahuan dari iman akan menimbulkan akibat jelek.

Akidah juga memerintahkan akal untuk meneliti dan merenungkan dengan teliti untuk menyimpulkan sebuah Ushuluddin dan melarangnya untuk bertaklid dalam hal itu.

2. Dalam Sisi Sosial.

Akidah telah berhasil melakukan perombakan besar dalam sisi ini. Di saat masyarakat Jahiliah hanya mementingkan diri mereka dan kemaslahatannya, dengan mengenal akidah, mereka relah mengorbankan segala yang mereka miliki demi agama dan kepentingan sosial.

Akidah telah berhasil menghancurkan tembok pemisah yang memisahkan antara ketamakan manusia akan kemaslahatan-kemaslahatan pribadinya dan jiwa berkorban demi kemaslahatan umum dengan cara menumbuhkan rasa peduli sosial dalam diri setiap individu.

Akidah telah berhasil menumbuhkan rasa peduli sosial ini dalam diri setiap individu dengan cara-cara berikut: menumbuhkan rasa ikut bertanggung jawab terhadap kepentingan orang lain, menanamkan jiwa berkorban dan mengutamakan orang lain dan mendorong setiap individu muslim untuk hidup bersama.

Dari sisi lain, akidah telah berhasil merubah tolok ukur hubungan sosial antar anggota masyarakat, dari tolok ukur hubungan sosial yang berlandaskan fanatisme, suku, warna kulit, harta dan jenis kelamin menjadi hubungan yang berlandaskan asas-asas spiritual. Yaitu takwa, fadhilah dan persaudaraan antar manusia. Akidah telah berhasil merubah kondisi pertentangan dan pergolakan yang pernah melanda masyarakat insani menjadi kondisi salang mengenal dan tolong menolong. Dengan ini, mereka menjadi sebuah umat bersatu yang disegani oleh bangsa lain. Di samping itu, akidah Islam juga telah berhasil merubah tradisi-tradisi Jahiliah yang menodai kehormatan manusia dan menimbulkan kesulitan.

3. Dalam Sisi Kejiwaan.

Akidah dapat mewujudkan ketenangan dan ketentraman bagi manusia meskipun bencana sedang menimpa.

Dalam hal ini akidah telah menggunakan berbagai cara dan metode untuk meringankan bencanabencana itu di mata manusia. Di antara cara-cara tersebut adalah menjelaskan kriteria dunia;bahwa dunia ini adalah tempat derita dan ujian yang penuh dengan bencana dan derita yang acap kali menimpa manusia. Oleh karena itu, tidak mungkin bagi manusia untuk mencari kesenangan dan ketentraman di dunia ini.

Atas dasar ini, hendaknya ia berusaha sekuat tenaga demi meraih kesuksesan dalam ujian Allah di dunia.

Dan di antara cara-cara tersebut adalah akidah menegaskan bahwa setiap musibah pasti membuahkan pahala, dan menyadarkan manusia bahwa musibah terbesar yang adalah musibah yang menimpa agama.

Dari sisi lain, akidah juga membebaskan jiwa manusia dari segala ketakutan yang dapat melumpuhkan aktifitas, membinasakan kemampuan dan menjadikannya cemas dan bingung.

Begitu juga akidah memotivasi manusia untuk mengenal dirinya. Karena tanpa tanpa itu, sulit baginya untuk dapat menguasai jiwa dan mengekangnya, dan tidak mungkin baginya dapat mengenal Allah secara sempurna.

Dari pembahasan-pembahasan di atas, dapat kita simpulkan bahwa penyakit-penyakit jiwa yang berbahaya seperti fanatisme, rakus dan egoisme jika tidak diobati, akan menimbulkan akibat-akibat sosial dan politik yang berbahaya, seperti fitnah yang pernah menimpa muslimin di Saqifah, sebagaimana telah dijelaskan oleh Imam Ali a.s.

4. Dalam Sisi Akhlak.

Akidah memiliki peranan yang besar dalam membina akhlak setiap individu muslim sesuai dengan prinsip-prinsip agama yang pahala dan siksa disesuaikan dengannya, dan bukan hanya sekedar wejangan yang tidak menuntut tanggung-jawab. Lain halnya dengan aliran-aliran pemikiran hasil rekayasa manusia biasa yang memusnahkan perasaan diawasi oleh Allah dalam setiap gerak dan rasa tanggung jawab di hadapan-Nya. Dengan demikian, musnahlah tuntunan-tuntunan akhlak dari kehidupan manusia. Karena akhlak tanpa iman tidak akan pernah teraktualkan dalam kehidupan sehari-hari.

Demi mendorong masyarakat berakhlak terpuji dan meninggalkan akhlak yang tidak mulia, akidah mengikuti bermacam-macam metode dalam hal ini: pertama, menjelaskan efek-efek uhkrawi dan duniawi dari akhlak yang terpuji dan tidak terpuji.

Kedua, memperlihatkan suri teladan yang baik kepada mereka dengan tujuan agar mereka terpengaruh oleh akhlaknya yang mulia dan mengikuti langkahnya http://makalahmajannaii.blogspot.com/2012/06/makalah-aqidah-islam.html

You might also like