You are on page 1of 6

NAMA : ANINDITHA BYANTARA MANDALA

QIYAS
Pengertian
Qiyas menurut bahasa berarti menyamakan sesuatu, sedangkan menurut ahli ushul fiqh adalah menpersamakan huhum suatau peristiwa yang tidak ada nash hukumnya dengan suatu peristiwa yang ada nash hukumnya, karena persamaan keduanya itu dalam illat hukumnya. Pengertian qiyas secara terminologi terdapat beberapa definisi yang dikemukakan para ulama ushul fiqh, sekalipun redaksinya berbeda tetapi mengandunng pengertian yang sama. Sadr al-Syariah (w. 747 H), tokoh ushul fiqh Hanafi menegmukakan bahwa qiys adalah :

Memberlakukan hukum asal kepada hukum furu disebabkan kesatuan illat yang tidak dapat dicapai melalui pendekatan bahasa saja. Maksudnya, illat yang ada pada satu nash sama dengan illat yang ada pada kasus yang sedang dihadapi seorang mujtahid, karena kesatuan illat ini, maka hukum kasus yang sedang dihadapi disamakan dengan hukum yang ditentukan oleh nash tersebut. Imama Baidhowi dan mayoritas ulama Syafiiyyah mendefinisikan qiys dengan :

Membawa (hukum) yang (belum) di ketahui kepada (hukum) yang diketahui dalam rangka menetapkan hukum bagi keduanya, atau meniadakan hukum bagi keduanya, baik hukum maupun sifat.. DR. Wahbah al-Zuhaili mendefinisikan qiys dengan:

Menyatukan sesuatu yang tidak disebutkan hukumnya dalam nash dengan sesuatu yang disebutkan hukumnya oleh nash, disebabkan kesatuan illat antara keduanya. Biarpun terjadi perbedaan definisi terminologi antara ulama klasik dan kontemporer tentang qiys, namun mereka sepakat bahwa qiys adalah al-Kasyf wa al-Idzhr li al-Hukm atau menyingkapkan dan menampakkan hukum, bukan menetapkan hukum ataupun menciptakan hukum. Karena pada dasarnya al-maqs atau sesuatu yang dikiaskan, sudah mempunyai hukum yang tetap atau tsbit, hanya saja terlambat penyingkapanya sampai mujtahid menemukannya dengan perantara adanya persamaan illah. Jadi, dapat disimpulkan bahwa Qiyas artinya menggabungkan atau menyamakan artinya menetapkan suatu hukum suatu perkara yang baru yang belum ada pada masa sebelumnya namun memiliki kesamaan dalah sebab, manfaat, bahaya dan berbagai aspek dengan perkara terdahulu sehingga dihukumi sama.

Rukun Qiys
Berdasarkan pengertian secara istilah, rukun qiys dapat dibagi menjadi empat, yaitu: a. Al-ashlu

Para fuqaha mendefinisikan al-ashlu sebagai objek qiys, dimana suatu permasalahan tertentu dikiaskan kepadanya (al-maqs alaihi), dan musyabbah bih (tempat menyerupakan), juga diartikan sebagai pokok, yaitu suatu peristiwa yang telah ditetapkan hukumnya berdasar nash. Imam Al-Amidi dalam al-Mathbu mengatakan bahwa al-ashlu adalah sesuatu yang bercabang, yang bisa diketahui (hukumnya) sendiri. Contoh, pengharaman ganja sebagai qiys dari minuman keras adalah dengan menempatkan minuman keras sebagai sesuatu yang telah jelas keharmannya, karena suatu bentuk dasar tidak boleh terlepas dan selalu dibutuhkan. Dengan demiklian maka al-aslu adalah objek qiys, dimana suatu permasalahan tertentu dikiaskan kepadanya. b. Hukmu al-ashli

Atau hukum asli; adalah hukum syari yang ada dalam nash atau ijma, yang terdapat dalam alashlu.. c. Al-faru

Adalah sesuatu yang dikiaskan (al-maqs), karena tidak terdapat dalil nash atau ijma yang menjelaskan hukumnya. d. Al-illah

Adalah sifat hukum yang terdapat dalam al-ashlu, dan merupakan benang merah penghubung antara al-ashlu dengan al-faru, seperti al-iskr. Dalam Islam, Ijma dan Qiyas sifatnya darurat, bila memang terdapat hal hal yang ternyata belum ditetapkan pada masa-masa sebelumnya

Contoh Qiys
Qiys keharaman extasy/pil koplo/narkotika. Hukum mengkonsumsi extasy atau pil koplo tidak tertulis secara eksplisit di dalam al-Quran ataupun hadist. Namun dalam al-Quran surat al-Midah ayat 90, Allah Swt berfirman yg Artinya:

"Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (minum) khamr; berjudi, menyembah patung dan mengundi nasib dengan anak panah tidak lain hanyalah suatu yang kotor, termasuk perbuatan syaitan, karena itu hendaklah kamu jauhi agar kamu mendapat keberuntungan." (alMidah: 90) Pada ayat diatas, Allah menerangkan keharaman minum khamer. Maka metode qiys dapat digunakan untuk menetapkan hukum mengkonsumsi extasy atau narkotika; ~ Al-Ashlu: minuman keras atau khamer ~ hukum asli: haram ~ Al-faru: extasy ~ Al-illah: memabukkan, Dari rincian di atas, dapat disimpulkan bahwa antara extasy dan minum khamer terdapat persamaan dalam illah, yaitu sama-sama memabukkan sehingga dapat merusak akal. Jadi dapat disimpulkan bahwa mengkonsumsi extasy atau narkotik hukumnya haram, sebagaimana haramnya minum khamer.

DILALAH IQTIRAN
Pengertian
Dari aspek bahasa, dilalah artinya petunjuk, sedangkan iqtiran artinya bersama-sama. Adapun menurut istilah, dilalatul iqtiran ialah suatu petunjuk karena ada suatu perkara yang disebut bersama-sama dengan perkara yang lain, maka keduanya atau lebih yang bersama-sama itu diberi hukum yang sama pula. Jadi, Dilalah Iqtiran ialah apabila ada suatu dalil yang menunjukkan bahwa sesuatu itu sama hukumnya dengan yang lain karena kedua-duanya disebut bersama-sama dalam dalil itu juga. Iqtiran artinya bersama-sama (berbarengan).

Kehujjahan Dilalah Iqtiran


Para ulama berbeda pendapat tentang kedudukan dan kehujjahan dilalatul iqtiran. Jumhur ulama mengatakan bahwa dilalatul iqtiran tidak dapat dijadikan hujjah. Alasannya, bersamasama dalam suatu perkara, belum tentu dan tidak harus bersama-sama pula dalam ketetapan hukum. Sedangkan para imam madzhab, seperti Imam al-Syafii, Abu Hanifah, dan Imam Malik berpendapat bahwa dilalatul iqtiran dapat dijadikan hujjah dengan alasan bahwa athaf itu menunjukkan musyarakah (bersama-sama).

Contoh Dilalah Iqtiran


Sebagian golongan Hanafiyah dan sebagian golongan Syafiiyah serta Malikiyah menggunakan dilalah iqtiran. Jumhur ulama tidak membenarkan menetapkan hukum dengan dilalah iqtiran. Misalnya kuda tidak wajib dizakati sebagaimana keledai juga tidak wajib dizakati., karena keduanya disebutkan bersama-sama dalam satu ayat sebagaiman Firman Allah SWT berikut ini yang Artinya : dan (Dia telah menciptakan) kuda, bagal, dan keledai, agar kamu menungganginya dan (menjadikannya) perhiasan. Dan Allah menciptakan apa yang kamu tidak mengetahuinya. (AnNahl : 8) Jika keledai tidak wajib dizakati maka kudapun tidak wajib dizakati juga. Dalam hal ini wau athaf menunjukkan bersekutu (berbarengan) tentu saja bersekutu di dalam hukumnya. Kalau yang satu wajib yang lainnya juga wajib. Bagi yang berpendapat bahwa dilalah iqtiran tidak dapat dijadikan sebagai hujjah bahwa dua hal yang hukumnya sama yang disebutkan secara berbarengan bukan karena dilalah iqtiran tapi semata-mata karena keduanya itu mempunyai illat yang sama. Hal ini sebagaimana firman Allah SWT sebagi berikut yang Artinya : Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, (Al-Fath : 29)

Ayat ini menerangkan bahwa Muhammad SAW adalah Rasul Allah sedangkan orang-orang yang besertanya bukan Rasul, mereka ini keras terhadap orang-orang kafir, dan berkasih saying antara sesamanya

MASHLAHAT MURSALAH
Pengertian
Yang dimaksud dengan mashalihul mursalah ialah suatu kemaslahatan yang ditetapkan oleh syara dalam rangka menciptakan kemaslahatan di samping tidak terdapat dalil yang membenarkan atau menyalahkannya. Mashlahah seperti ini disebut dengan mashalahat mutlak karena tidak terkait oleh dalil yang menyatakan benar atau salah. Adapun mashlahah yang ditetapkan oleh dalil syara disebut dngan mashlahah mutabarah.

Kehujjahan Mashlahat Mursalah


Jumhur ulama menetapkan bahwa mashalah mursalah itu adalah sebagai dalil syara yang dapat digunakan untuk menetapkan suatu hukum berdasarkan alasan sebagai berikut: a. kemaslahatan manusia itu berkembang dan bertambah terus, mengikuti perkembangan kebutuhan manusia. Seandainya kemaslahatan ini hanya mempedomani kepada kemaslahatan yang terdapat pada nash saja maka ada kemungkinan pada periode tertentu akan mengalami kekosongan hukum, dan dengan demikian hukum Islam tidak dapat mengikuti perkembangan kemaslahatan manusia. Padahal tujuan hukum Islam ialah untuk menciptakan kemaslahatan manusia pada semua tempat dan waktu. b. Menurut penelitian bahwa hukum-hukum dan peraturan-peraturan yang diproduksi oleh para sahabat tabiin dan imam-imam mujtahid adalah untuk mewujudkan kemaslahatan bersama. Kalau sesudah periode itu tidak ada lagi produk kemaslahatan maka keadaan umat setelah periode ini akan menemui kesulitan dalam menghadapi kehidupan.

Syarat-syarat Berhujjah dengan Maslahat Mursalah


Untuk menjadikan mashlahah mursalah sebagai hujjah harus memenuhi tiga syarat sebagai berikut : a. Mashlahah tersebut haruslah mashlahah yang haqiqi bukan hanya berdasarkan kepada perkiraan saja. Jadi mashlalah ini adalah mashlahah yang benar-benar dapat membawa manfaat dan dapat menolak kemudharatan. b. Kemashlahatan itu hendaklah kemashlahatan yang umum bukan kemashlahatan yang khusus untuk seseorang. Oleh karena itu kemashlahatan itu harus dimanfaatkan oleh orang banyak atau dapat menolak kemadharatan yang menimpa orang banyak. c. Kemashlahatan itu tidak bertentangan dengan dasar-dasar yang telah digariskan oleh nash atau ijma.

Contoh Mashlahat Mursalah


Contoh mashlahah mursalah ialah kemaslahatan yang dilaksnakan oleh para sahabat di dalam mengisyaratkan adanya penjara, dicetaknya mata uang, ditetapkanya pajak penghasilan dan kemaslahatan-kemaslahatan yang lain yang diadakan berdasarkan keperluan dalam kehidupan. Adapun contoh mashlahah mutabarah yaitu mashlahah dalam pemeliharaan kehidupan ummat manusia berupa hukum qishas, hukum potong tangan bagi pencuri yang sudah sampai kepada nisab atau dera bagi orang yang zina serta hukum-hukum lain yang telah ditetapkan berdasarkan dalil nash. Sedangkan mashlahah yang tidak terdapat dalam nash-nash syara inilah yang disebut dengan mashlahah mursalah.

Contoh lain yang dapat dikemukakan ialah seseorang yang mengadakan transaksi jual beli untuk dinyatakan dengan tidak tercatat, tidak dapat dipakai dasar untuk menyatakan bahwa jual-beli itu tidak sah berdasarkan kepada mashlahah.

You might also like