Professional Documents
Culture Documents
QIYAS
Pengertian
Qiyas menurut bahasa berarti menyamakan sesuatu, sedangkan menurut ahli ushul fiqh adalah menpersamakan huhum suatau peristiwa yang tidak ada nash hukumnya dengan suatu peristiwa yang ada nash hukumnya, karena persamaan keduanya itu dalam illat hukumnya. Pengertian qiyas secara terminologi terdapat beberapa definisi yang dikemukakan para ulama ushul fiqh, sekalipun redaksinya berbeda tetapi mengandunng pengertian yang sama. Sadr al-Syariah (w. 747 H), tokoh ushul fiqh Hanafi menegmukakan bahwa qiys adalah :
Memberlakukan hukum asal kepada hukum furu disebabkan kesatuan illat yang tidak dapat dicapai melalui pendekatan bahasa saja. Maksudnya, illat yang ada pada satu nash sama dengan illat yang ada pada kasus yang sedang dihadapi seorang mujtahid, karena kesatuan illat ini, maka hukum kasus yang sedang dihadapi disamakan dengan hukum yang ditentukan oleh nash tersebut. Imama Baidhowi dan mayoritas ulama Syafiiyyah mendefinisikan qiys dengan :
Membawa (hukum) yang (belum) di ketahui kepada (hukum) yang diketahui dalam rangka menetapkan hukum bagi keduanya, atau meniadakan hukum bagi keduanya, baik hukum maupun sifat.. DR. Wahbah al-Zuhaili mendefinisikan qiys dengan:
Menyatukan sesuatu yang tidak disebutkan hukumnya dalam nash dengan sesuatu yang disebutkan hukumnya oleh nash, disebabkan kesatuan illat antara keduanya. Biarpun terjadi perbedaan definisi terminologi antara ulama klasik dan kontemporer tentang qiys, namun mereka sepakat bahwa qiys adalah al-Kasyf wa al-Idzhr li al-Hukm atau menyingkapkan dan menampakkan hukum, bukan menetapkan hukum ataupun menciptakan hukum. Karena pada dasarnya al-maqs atau sesuatu yang dikiaskan, sudah mempunyai hukum yang tetap atau tsbit, hanya saja terlambat penyingkapanya sampai mujtahid menemukannya dengan perantara adanya persamaan illah. Jadi, dapat disimpulkan bahwa Qiyas artinya menggabungkan atau menyamakan artinya menetapkan suatu hukum suatu perkara yang baru yang belum ada pada masa sebelumnya namun memiliki kesamaan dalah sebab, manfaat, bahaya dan berbagai aspek dengan perkara terdahulu sehingga dihukumi sama.
Rukun Qiys
Berdasarkan pengertian secara istilah, rukun qiys dapat dibagi menjadi empat, yaitu: a. Al-ashlu
Para fuqaha mendefinisikan al-ashlu sebagai objek qiys, dimana suatu permasalahan tertentu dikiaskan kepadanya (al-maqs alaihi), dan musyabbah bih (tempat menyerupakan), juga diartikan sebagai pokok, yaitu suatu peristiwa yang telah ditetapkan hukumnya berdasar nash. Imam Al-Amidi dalam al-Mathbu mengatakan bahwa al-ashlu adalah sesuatu yang bercabang, yang bisa diketahui (hukumnya) sendiri. Contoh, pengharaman ganja sebagai qiys dari minuman keras adalah dengan menempatkan minuman keras sebagai sesuatu yang telah jelas keharmannya, karena suatu bentuk dasar tidak boleh terlepas dan selalu dibutuhkan. Dengan demiklian maka al-aslu adalah objek qiys, dimana suatu permasalahan tertentu dikiaskan kepadanya. b. Hukmu al-ashli
Atau hukum asli; adalah hukum syari yang ada dalam nash atau ijma, yang terdapat dalam alashlu.. c. Al-faru
Adalah sesuatu yang dikiaskan (al-maqs), karena tidak terdapat dalil nash atau ijma yang menjelaskan hukumnya. d. Al-illah
Adalah sifat hukum yang terdapat dalam al-ashlu, dan merupakan benang merah penghubung antara al-ashlu dengan al-faru, seperti al-iskr. Dalam Islam, Ijma dan Qiyas sifatnya darurat, bila memang terdapat hal hal yang ternyata belum ditetapkan pada masa-masa sebelumnya
Contoh Qiys
Qiys keharaman extasy/pil koplo/narkotika. Hukum mengkonsumsi extasy atau pil koplo tidak tertulis secara eksplisit di dalam al-Quran ataupun hadist. Namun dalam al-Quran surat al-Midah ayat 90, Allah Swt berfirman yg Artinya:
"Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (minum) khamr; berjudi, menyembah patung dan mengundi nasib dengan anak panah tidak lain hanyalah suatu yang kotor, termasuk perbuatan syaitan, karena itu hendaklah kamu jauhi agar kamu mendapat keberuntungan." (alMidah: 90) Pada ayat diatas, Allah menerangkan keharaman minum khamer. Maka metode qiys dapat digunakan untuk menetapkan hukum mengkonsumsi extasy atau narkotika; ~ Al-Ashlu: minuman keras atau khamer ~ hukum asli: haram ~ Al-faru: extasy ~ Al-illah: memabukkan, Dari rincian di atas, dapat disimpulkan bahwa antara extasy dan minum khamer terdapat persamaan dalam illah, yaitu sama-sama memabukkan sehingga dapat merusak akal. Jadi dapat disimpulkan bahwa mengkonsumsi extasy atau narkotik hukumnya haram, sebagaimana haramnya minum khamer.
DILALAH IQTIRAN
Pengertian
Dari aspek bahasa, dilalah artinya petunjuk, sedangkan iqtiran artinya bersama-sama. Adapun menurut istilah, dilalatul iqtiran ialah suatu petunjuk karena ada suatu perkara yang disebut bersama-sama dengan perkara yang lain, maka keduanya atau lebih yang bersama-sama itu diberi hukum yang sama pula. Jadi, Dilalah Iqtiran ialah apabila ada suatu dalil yang menunjukkan bahwa sesuatu itu sama hukumnya dengan yang lain karena kedua-duanya disebut bersama-sama dalam dalil itu juga. Iqtiran artinya bersama-sama (berbarengan).
Ayat ini menerangkan bahwa Muhammad SAW adalah Rasul Allah sedangkan orang-orang yang besertanya bukan Rasul, mereka ini keras terhadap orang-orang kafir, dan berkasih saying antara sesamanya
MASHLAHAT MURSALAH
Pengertian
Yang dimaksud dengan mashalihul mursalah ialah suatu kemaslahatan yang ditetapkan oleh syara dalam rangka menciptakan kemaslahatan di samping tidak terdapat dalil yang membenarkan atau menyalahkannya. Mashlahah seperti ini disebut dengan mashalahat mutlak karena tidak terkait oleh dalil yang menyatakan benar atau salah. Adapun mashlahah yang ditetapkan oleh dalil syara disebut dngan mashlahah mutabarah.
Contoh lain yang dapat dikemukakan ialah seseorang yang mengadakan transaksi jual beli untuk dinyatakan dengan tidak tercatat, tidak dapat dipakai dasar untuk menyatakan bahwa jual-beli itu tidak sah berdasarkan kepada mashlahah.