Professional Documents
Culture Documents
PENDIDIKAN
MAKALAH
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Dasar Pendidikan
Oleh :
Riksa Rifqi Fuadi
08510387
teknologi informasi, maka dunia pendidikan pun tidak lepas dari pengaruh
(a) Bergesernya pendidikan dan pelatihan dari sistem yang berorientasi pada
siswa/mahasiswa/peserta didik.
berbagai sumber belajar dan layanan belajar elektronik. Untuk itu, sistem
berkualitas, yaitu informasi yang relevan, akurat dan tepat waktu, yang digunakan
untuk keperluan pribadi, bisnis, dan pemerintahan dan merupakan informasi yang
data dapat disebar dan diakses secara global. Arti teknologi informasi bagi dunia
pendidikan seharusnya berarti tersedianya saluran atau sarana yang dapat dipakai
komputer dan jaringan yang menghubungkan rumah murid dengan ruang kelas,
Peran yang dapat diberikan oleh aplikasi teknologi informasi ini adalah
kesehatan, hobi, rekreasi, dan rohani. Kemudian untuk profesi seperti sains,
antara pribadi atau kelompok yang satu dengan pribadi atau kelompok yang
lainnya tanpa mengenal batas jarak dan waktu, negara, ras, kelas ekonomi,
dari kehidupan dimulai sampai dengan berakhir, kehidupan seperti ini dikenal
dengan e-life, artinya kehidupan ini sudah dipengaruhi oleh berbagai kebutuhan
secara elektronik.
diceritakan dalam buku “Nerds 2.0.1”. Demikian pula Internet di Indonesia mulai
tumbuh dilingkungan akademis (di UI dan ITB), meskipun cerita yang seru justru
merupakan salah satu sumber informasi yang mahal harganya. (Berapa banyak
telnet (seperti pada aplikasi hytelnet²) atau melalui web browser (Netscape dan
Internet Explorer). Sudah banyak cerita tentang pertolongan Internet dalam
penelitian, tugas akhir. Tukar menukar informasi atau tanya jawab dengan pakar
dapat dilakukan melalui Internet. Tanpa adanya Internet banyak tugas akhir dan
thesis yang mungkin membutuhkan waktu yang lebih banyak untuk diselesaikan.
berjauhan secara fisik dapat dilakukan dengan lebih mudah. Dahulu, seseorang
harus berkelana atau berjalan jauh untuk menemui seorang pakar untuk
mendiskusikan sebuah masalah. Saat ini hal ini dapat dilakukan dari rumah
saling tukar menukar data melalui Internet, via email, ataupun dengan
pakar atau dosen yang terbaik di Indonesia dan bahkan di dunia. Batasan
dibutuhkan dalam bidang penelitian agar penelitian tidak berulang (reinvent the
teknologi.
bagi Internet. Bahkan tak kurang pakar ekonomi Peter Drucker mengatakan
bahwa “Triggered by the Internet, continuing adult education may wll become our
greatest growth industry”. (Lihat artikel majalah Forbes 15 Mei 2000.) Virtual
pendidikan yang diakses oleh orang banyak. Jika pendidikan hanya dilakukan
dalam kelas biasa, berapa jumlah orang yang dapat ikut serta dalam satu kelas?
Jumlah peserta mungkin hanya dapat diisi 50 orang. Virtual university dapat
Indonesia sudah mulai bermunculan. Salah satu inisiatif yang sekarang sedang
giat kami lakukan adalah program “Sekolah 2000”, dimana ditargetkan sejumlah
sekolah (khususnya SMU dan SMK) terhubung ke Internet pada tahun 2000 ini.
(Informasi mengenai program Sekolah 2000 ini dapat diperoleh dari situs Sekolah
pemanfaatan TI, menurut Hammer dan Champy (1993), tidak akan membawa
perubahan radikal. Cara berpikir deduktif (deductive thinking) seperti ini tidak
Orang yang berpikir secara deduktif, pertama kali mencari masalah yang
akan dipecahkan dan kemudian mengevaluasi sejumlah alternatif solusi yang akan
ini mungkin bahkan tidak dikenali sebelumnya atau tidak dianggap sebagai
masalah.
belum kita kerjakan?.” Pertanyaan yang pertama lebih terkait dengan otomatisasi,
yang juga dapat meningkatkan efisiensi, namun tidak sebaik yang dihasilkan oleh
lain, Al-Mashari dan Zairi (2000) menyatakan bahwa manfaat TI adalah pada
kemampuannya yang :
1. enabling parallelism;
2. facilitating integration;
yang ditawarkan oleh TI merupakan modal awal dalam berpikir induktif. Dengan
maksimal.
2.2. Peran Teknologi Informasi (TI) Dalam Modernisasi Pendidikan
Menurut Resnick (2002) ada tiga hal penting yang harus dipikirkan ulang
3. Kapan dan dimana kita belajar (where and when people learn).
Dengan mencermati jawaban atas ketiga pertanyaan ini, dan potensi TI yang bisa
terhadap guru dan peran guru dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran
seharusnya tidak 100% bergantung kepada guru lagi (instructor dependent) tetapi
independent). Guru juga tidak lagi dijadikan satu satunya rujukan semua
Teknologi Informasi
Gambar 2.1. Intervensi TI dalam reformasi pendidikan
pengajaran dan proses pembelajaran dengan memberikan kendali yang lebih besar
dalam pembelajaran kepada siswa. Hal ini sangat sesuai dengan prinsip
berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia,
berjalan tetapi ditambah dengan model interaksi berbantuan TI, sedang yang
kedua sebagian besar proses pembelajaran dilakukan berbantuan TI. Saat ini,
memainkan peran.
pertanyaan seperti apakah kurikulum telah sesuai dengan kebutuhan siswa dan
apakah kurikulum telah dirancang untuk menyiapkan siswa untuk hidup dan
bekerja pada masa yang akan datang perlu sekali lagi dilontarkan. Perkembangan
pertanyaan ini. Menurut Resnick (2002), selain TI akan sangat mewarnai masa
depan, TI juga mengubah tidak hanya terhadap apa yang seharusnya dipelajari
oleh siswa, tetapi juga apa yang dapat dipelajari. Sangat mungkin banyak hal
yang seharusnya atau dapat dipelajari siswa tetapi tidak bisa dimasukkan ke dalam
kurikulum karena “ruang” yang terbatas atau kompleksitas yang tinggi dalam
kelas dan buku harus diubah. Hadirnya TI, terutama Internet, telah menyediakan
komputer dan Internet telah memungkinkan hal itu terjadi. Contoh lain, yang
sepanjang hayat (long-life learning). Bukankah kita tidak jarang merasa tidak tahu
apa yang harus dipelajari karena tidak tersedia sarana/informasi tentang itu?
Kapan dan dimana belajar dilakukan adalah pertanyaan ketiga yang perlu
dipikirkan kembali jawabannya. Apakah harus dalam ruangan kelas dalam waktu
tertentu atau tidak terbatas ruang dan waktu? Model pembelajaran tatap-muka
yang banyak membatasi waktu dan tempat belajar. Sebagai komplemen (atau
dalam memilih tempat, waktu, dan ritme belajar (Kirkpatrick, 2004). Interaksi
yang difasilitasi oleh TI ini dapat terjadi secara sinkron (pada waktu yang sama)
pasaran; mulai untuk balita. Bahkan beberapa CD-ROM telah memfasilitasi siswa
belajar sesuai dengan kurikulum yang sedang berjalan dengan kemasan yang
menarik. Dalam hal ini, TI dapat menghadirkan digital excitement dalam proses
bentuk materi instruksional (teks, audio, video), e-mail, chat, diskusi online,
sudah banyak diadopsi oleh banyak lembaga pendidikan di dunia. Sebagi contoh,
WebCT telah digunakan lebih dari 2200 PT di seluruh dunia (Pituch dan Lee,
2004). Blackboard juga sudah banyak digunakan oleh pendidikan setingkat SMU
(www.blackboard.com).
Banyak kritik dialamatkan kepada penggunaan LMS yang dianggap tidak
1. Institutional support;
2. Course development;
4. Course structure;
5. Student support;
6. Faculty support;
Dalam konteks yang lebih luas, yaitu dalam manajemen dunia pendidikan,
yaitu :
5. Meningkatkan pendapatan;
Karenanya, tidak mengherankan jika saat ini banyak perguruan tinggi di Indonesia
Untuk menyatakan peran dan fungsi teknologi informasi pada pendidikan maka
perlu dianalisis dengan metode SWOT (strength, weakness, opportunity, and threat).
Bobot dikalikan rating dari setiap faktor untuk mendapatkan skor untuk
faktor-faktor tersebut.
Sesuai dengan pola empat sel kuadran metode SWOT berikut ini akan dijelaskan
posisi institusi pendidikan dalam perpaduan antara kondisi internal dan eksternal
Peluang Lingkungan
(Opportunities)
Ancaman Lingkungan
(Threats)
Gambar 2.2 Diagram Analisis SWOT
fungsi teknologi informasi maka akan dipetakan posisi institusi pendidikan berupa
matrik SWOT yaitu akan dilihat gabungan antara pemanfaatan kekuatan untuk
Peran dan fungsi teknologi informasi dalam konteks yang lebih luas, yaitu
5. Meningkatkan pendapatan;
memenangkan persaingan yang semakin ketat. Maka dari itu untuk memenangkan
pendidikan pada sel satu yaitu lingkungan peluang yang menguntungkan dan
akuntabel dan terpecaya. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut maka ada
1. Infrastruktur
3. Kebijakan
4. Finansial
panjang. Keempat, faktor finansial membutuhkan adanya sikap positif dari bank
Kelima, faktor konten dan aplikasi menuntut adanya informasi yang disampai
pada orang, tempat, dan waktu yang tepat serta ketersediaan aplikasi untuk
harus ada kebijakan sebagai payung yang antara lain mencakup sistem
Seperti teknologi lain yang telah hadir ke muka bumi ini, TI juga hadir
bermanfaat dan merusak moral. Karenanya, penyiapan etika siswa juga perlu
dilakukan. Etika yang terinternalinasi dalam jiwa siswa adalah firewall terkuat
Masalah lain yang muncul terkait asimetri akses; akses yang tidak merata.
Hal ini akan menjadikan kesenjangan digital (digital divide) semakin lebar antara
siswa atau sekolah dengan dukungan sumberdaya yang kuat dengan siswa atau
sekolah dengan sumberdaya yang terbatas (lihat juga Lie, 2004). Minimal, hal ini
seperti ini harus diikuti dengan penyiapan infrastruktur lain seperti listrik dan
KESIMPULAN
terjadi adalah pemujaan terhadap sistem pendidikannya, seperti yang kita lihat
sekarang, siswa menjadi kaset yang menghafal materi yang diberikan guru dan
menjawab soal ulangan mirip dengan materi yang telah direkamnya sebelumnya.
Hakikat filosofis dari pendidikan yang aktif dan kritis dikubur oleh pendidikan
konsep bank, seperti kata Freire. “Pantha Rhei!” ketika dunia menuju kemajuan -
yang terjadi dengan sang pendidikan Indonesia malah mundur alias berinvolusi.
Namun kekayaan informasi yang segudang ini apabila tidak disertai dengan kunci
gudangnya maka percuma saja. Maka diperlukan kunci untuk membuka gudang
mereka mendapatkan informasi yang tepat dan berguna. Lalu kemanakah perginya
sang guru / dosen ? Mereka ditempatkan pada posisi yang pernah disiapkan oleh
Serikat,