You are on page 1of 34

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software

http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.


1

Kaji pemikiran cak Nur


Dr liza
Pasca Sarjana Stain
Cirebon
2007

Siapa yang tidak kenal Nurcholis Madjid ? di percaturan perkembangan


pemikiran islam modern di Indonesia, dengan keilmuan islamnya dan pembaharuan
pemikiran pruralisme islam di Indonesia , kehadirannya memperkenalkan pandangan
baru dan modernisasi dalam islam . Pemikirannya yang berlandaskan syariah Islam
dan pengimplementasiannya secara moderen dan rasional, membawa angin segar
yang patut menjadi bahan telahaan kita semua. Karena dalam kebebasan berfikir,
kita semua mempunyai kewajiban untuk saling menghargai semua pendapat dan
perbedaan berpendapat, tampa berhak menghakimi. Karena bila kita sudah
menghakimi seseorang berarti kita sudah merasa paling benar, padahal kebenaran
itu adalah Hak Allah swt. Semua yang ada didunia bersifat relatif. Kebenaran yang
Absolut adalah Allah SWT.

Menurutnya Cak nur “ mordenisasi ialah rasionalisasi, bukan westernisasi ,


mordenisasi identik dengan rasionalisasi yang berarti suatu perombakan pola pikir dan
tata kerja yang tidak rasional dan menggantinya dengan yang lebih rasional.
Tujuannya adalah untuk memperoleh daya guna dan efisiensi yang maksimal. Proses
demikian diperoleh berdasarkan penerapan hasil temuan pengetahuan muktahir. Karena
ilmu pengetahuan tidak lain adalah pemahaman manusia atas hukum-hukum obyektif
yang mengatur alam semesta ini. Mordenisasi merupakan keharusan , dan bukan bisa
disebut kewajiban mutlak sebab mordenisasi dalam pengertian ini berarti bekerja dan
berfikir menurut aturan sunatullah. Menjadi modern berarti mengembangkan
kemampuan berfikir secara ilmiah serta bersikap dinamis dan progresif dalam
mendekati kebenaran-kebenaran universal1

Pemikiran Nurcholish yang paling menggegerkan khalayak, terutama para aktivis


gerakan Islam, adalah saat pemimpin umum majalah Mimbar Jakarta ini melontarkan
pernyataan “Islam yes, partai Islam no”. Nurcholish ketika itu menganggap partai-
partai Islam sudah menjadi “Tuhan” baru bagi orang-orang Islam. Partai atau
organisasi Islam dianggap sakral dan orang Islam yang tak memilih partai Islam

1
Abdul Qadir,M Ag, Jejak langkah Pembaharuan Pemikiran Islam di Indonesia , pustaka setia bandung
2004 hal 109 dan dikutip dari Nurcholish majid , islam kemodernan dan keislaman, Bandung Mizan 1987
hal 172-173
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
2

dalam pemilu dituding melakukan dosa besar. Bahkan, bagi kalangan NU, haram
memilih Partai Masyumi. Padahal orang Islam tersebar di mana-mana, termasuk di partai
milik penguasa Orde Baru, Golkar. Pada waktu itu sedang tumbuh obsesi persatuan Islam.
Kalau tidak bersatu, Islam menjadi lemah. Cak Nur menawarkan tradisi baru bahwa
dalam semangat demokrasi tidak harus bersatu dalam organisasi karena keyakinan, tetapi
dalam konteks yang lebih luas, yaitu kebangsaan.

BAB 1

CAK NUR , KELUARGA, KARYA DAN PENDIDIKANNYA

A. KELAHIRAN , KELUARGA, DAN PENDIDIKANNYA

Nurcholis Madjid Lahir di Jombang , Jawa Timur, 17 Maret 1939 Meninggal


di Jakarta, tanggal 29 Agustus 2005 mempunyai satu orang Isteri bernama Omi
Komariah mempunyai 2 orang anak yaitu Nadia Madjid, Ahmad Mikail
dan seorang menantu yang bernama David Bychkon .2

Pendidikannya mulai di Pesantren Darul ‘ulum Rejoso, Jombang, Jawa Timur,


pada tahun1955, kemudian Pesantren Darul Salam, Gontor, Ponorogo, Jawa Timur 1960
Institute Agama Islam Negeri (IAIN), syarif hidayah tullah, Jakarta, 1965 (BA, Sastra
Arab) Institute Agama Islam Negeri (IAIN), syarif hidayatullah, Jakarta, 1968
(Doktorandus, Sastra Arab) The University of Chicago (Universitas Chicago), Chicago,
Illinois,USA,tahun1984(Ph.D,StudiAgamaIslam).3

Cak Nur lahir dan dibesarkan di lingkungan keluarga kiai terpandang di


Mojoanyar, Jombang, Jawa Timur, pada 17 Maret 1939. Ayahnya, KH Abdul Madjid,
dikenal sebagai pendukung Masyumi. Keluarganya berasal dari lingkungan Nahdlatul
Ulama (NU) dan ayahnya, adalah salah seorang pemimpin partai politik Masyumi. Saat
terjadi “geger” politik NU keluar dari Masyumi dan membentuk partai sendiri, ayahnya
tetap bertahan di Masyumi. Sahabat Cak Nur, Utomo Dananjaya, Direktur Institute for
Education Reform Universitas Paramadina mengatakan, “Dengan nuansa politik pada
waktu itu, keluarga Cak Nur biasa mengobrol, mendengar, bicara soal-soal politik.”

Setelah melewati pendidikan di berbagai pesantren, termasuk Gontor, Ponorogo,


menempuh studi kesarjanaan IAIN Jakarta (1961-1968), tokoh HMI ini menjalani studi

2
www.tokohIndonesia.com
3
ibid
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
3

doktoralnya di Universitas Chicago, Amerika Serikat (1978-1984), dengan disertasi


tentang filsafat dan khalam Ibnu Taimiya4. kebangsaan.

B. PEKERJAAN DAN KARYANYA

Beliau pernah menjadi peneliti, Lembaga Penelitian Ekonomi dan Sosial


(LEKNAS-LIPI), Jakarta 1978-1984, Peneliti Senior, Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia (LIPI), Jakarta, 1984-sekarang. Dosen, Fakultas Pasca Sarjana, Institute Agama
Islam Negeri (IAIN) SyarIf Hadayatullah, Jakarta 1985. Rektor, Universitas Paramadina
Mulya, Jakarta, 1998 . Anggota MPR-RI 1987-1992 dan 1992-1997
Anggota Dewan Pers Nasional, 1990-1998, Ketua yayasan Paramadina, Jakarta 1985
Fellow, Eisenhower Fellowship, Philadelphia, 1990. Anggota KOMNAS HAM, 1993
Profesor Tamu, McGill University, Montreal, Canada, 1991-1992. Wakil Ketua, Dewan
Penasehat ICMI, 1990-1995. Anggota Dewan Penasehat ICM, 1996. Penerima Cultural
Award ICM, 1995. Penerima “Bintang Maha Putra”, Jakarta 19985

C. KEGIATANNYA DIPERCATURAN INTERNASIONAL DUNIA

PRESENTER PADA:

1.Seminar Internasional tentang “Agama Dunia dan Pluralisme”, Nopember1992,


Bellagio, Italy
2. Konperensi Internasional tentang “Agama-agama dan Perdamaian Dunia”, April 1993,
Vienna, Austria
3. Seminar Internasional tentang “Islam di Asia Tenggara”, Mei 1993, Honolulu, Hawaii,
USA
4. Seminar Internasional tentang “Persesuaian aliran Pemikiran Islam”, Mei 1993,
Teheran, Iran.
5. Seminar internasional tentang “Ekspresi-ekspresi kebudayaan tentang Pluralisme”,
Jakarta 1995, Cassablanca, Morocco
6. seminar internasional tentang “Islam dan Masyarakat sipil”, Maret 1995, Bellegio
7. seminar internasional tentang “Kebudayaan Islam di Asia Tenggara”, Juni 1995,
Canberra, Australia
8. seminar internasional tentang “Islam dan Masyarakat sipil”, September 1995,
Melbourne, Australia
9. seminar internasional tentang “Agama-agama dan Komunitas Dunia Abad ke-21,” Juni
1996, Leiden, Netherlands.
10. seminar internasional tentang “Hak-hak Asasi Manusia”, Juni 1996, Tokyo, Jepang
11. seminar internasional tentang “Dunia Melayu”, September 1996, Kuala Lumpur,
Malaysia
12. seminar internasional tentang “Agama dan Masyarakat Sipil”, 1997 Kuala lumpur
Pembicara, konperensi USINDO (United States Indonesian Society), Maret 1997, USA

4
ibid
5
ibic
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
4

13., Konperensi Internasional tentang “Islam dan Hak-hak Asasi Manusia”, Oktober 1998,
Geneva, Switzerland
14. Konperensi Internasional tentang “Agama-agama dan Hak-hak asasi Manusia”,
Nopember 1998 state Departmen (departemen luar negeri amerika), Washington DC,
USA
15. “Konperensi Pemimpin-pemimpin Asia”, September 1999, Brisbane, Australia
16. Konperensi Internasional tentang “Islam dan Hak-hak Asasi Manusia, pesan-pesan
dari Asia Tenggara”, Nopember 1999, Ito City, Japan

PEMBICARA
1.Seminar tentang “Islam dan Masyarakat Sipil” Nopember 1997, Universitas
Georgetown, Washington DC, USA
2. Seminar tentang “Islam dan Pluralisme”, Nopember 1997, Universitas Washington, dl

Bab II

PEMIKIRAN DR. NURCHOLISH MADJID

A. PLURALISME
Dr. Nurcholish Madjid , dalam bukunya Islam Dokrin dan Peradaban
menyatakan ,bahwa Islam di Indonesia: adalah masalah kemajemukan. Pluralitas
(kemajemukan) manusia adalah kenyataan yang telah menjadi kehendak Tuhan.
Jika dalam kitab suci disebutkan bahwa manusia diciptakan berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku agar mereka saling mengenal dan menghargai6
QS 49:13 Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang
laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling
mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. ,
Maka prulalitas ini meningkat menjadi prulalisme, yaitu suatu sistem nilai yang
memandang secara positif-optimis terhadap kemajemukan itu sendiri, dengan
menerimanya sebagai kenyataan dan berbuat sebaik mungkin berdasarkan kenyataan itu.
Dalam kitab suci juga disebutkan bahwa perbedaan antara manusia dalam bahasa
dan warna kulit harus diterima sebagai kenyataan yang positif, yang merupakan
salah satu tanda kebesaran Allah 7
QS, 30:22 Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit
dan bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang
demikan itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui.
Juga terdapat penegasan dalam kitab suci tentang kemajemukan dalam
pandangan dan cara hidup antara manusia yang tidak perlu digusarkan dan
hendaknya dipakai sebagai pangkal tolak berlomba-lomba menuju berbagai

6
Dr. Nurcholish Madjid , Islam Dokrin dan Peradaban ,penerbit wakaf Paramadina, jakarta 1992. kata
pengantar hal ixviii
7
ibid
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
5

kebaikan dan bahwa Tuhanlah yang akan menerangkan mengapa manusia


berbeda-beda , nanti ketika kita kembali kepada-Nya 8
QS 5:48. Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran,
membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan
batu ujia terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut
apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan
meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat diantara
kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki,
niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu
terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya
kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang
telah kamu perselisihkan itu,

Berdasarkan prinsip pruralisme, umat islam melalui pemimpin dan ulamanya


telah mengembangkan Pruralisme agama yang tidak hanya meliputi kaum Yahudi dan
Kristen besetra aliran dan sektenya yang secara nyata disebutkan dalam Al-quran sebagai
ahli kitab, tetapi juga mencakup golongan- golongan agama lain , kaum Majusi atau
Zoroastrian sudah sejak zaman Nabi dipesankan agar diperlakukan sebagai ahl Al-Kitab
dan itulah yang menjadi kebijakan Khalifah Umar . begitu juga Jenderal Muhammad ibn
Qasim , ketika pada tahun 711 membebaskan lembah Indus dan melihat orang-orang
Hindu di kuil mereka , dan setelah diberitahukan bahwa mereka itu juga mempunyai
kitab suci segera menyatakan bahwa kaum hindu adalah termasuk Ahl al Kitab. Maka di
Indonesia , Tokoh pembaharuan islam di Sumatra Barat ”Abd-al-hamid, hakim
berpendirian bahwa agama-agama hindu –budha dan agama cina dan jepang termasuk
agama Ahl al-Kitab, Karena menurutnya agama-agama itu bermula dari dasar ajaran
Tauhid . Memang benar bahwa pendirian serupa itu dapat dan telah menimbulkan
kontroversi dan polemik. Namun tetap penting dan menarik untuk diperhatikan betapa
pandangan yang luas , lapang pandang dan cerah itu muncul dikalangan Umat Islam
sebagai salah satu wujud nyata ajaran agamanya dengan agama-agama lain.9

Pruralisme sesungguhnya adalah sebuah aturan Tuhan (sunatullah) yang


tidak akan berubah, sehingga juga tidak mungkin dilawan atau diingkari. Dan
Islam adalah agama yang Kitab suci-Nya dengan tegas mengakui hak-hak agama
lain, kecuali yang berdasarkan paganisme atau syirik untuk hidup dan
menjalankan ajaran masing-masing dengan penuh kesungguhan. Kemudian
pengakuan akan hak agama-agama lain itu dengan sendirinya merupakan dasar
paham kemajemukan sosial budaya dan agama sebagai ketetapan Allah yang tidak
berubah (QS 5: 44-50) Kesadaran segi komunitas agama juga ditegaskan dalam kitab
suci diberbagai tempat , disertai perintah agar kaum muslim berpegang teguh kepada
ajaran kontinuitas itu dengan beriman kepada semua para nabi dan rasul, tuhan tampa

8
ibid
9
Nurcholis hal lxxi
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
6

kecuali dan tampa membeda-bedakan antara mereka, baik yang disebut dalam kitab suci
maupun yang tidak disebutkan 10
QS 5 :48. Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa
kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan
sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah
perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti
hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu.
Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang.
Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi
Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-
lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu
diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu,
QS, 2:136 . Katakanlah (hai orang-orang mukmin): "Kami beriman kepada Allah
dan apa yang diturunkan kepada kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma'il,
Ishaq, Ya'qub dan anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta apa
yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhannya. Kami tidak membeda-bedakan
seorangpun diantara mereka dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya".,
QS 4:163-165, 163. Sesungguhnya Kami telah memberikan wahyu kepadamu
sebagaimana Kami telah memberikan wahyu kepada Nuh dan nabi-nabi yang
kemudiannya, dan Kami telah memberikan wahyu (pula) kepada Ibrahim, Isma'il, Ishak,
Ya'qub dan anak cucunya, Isa, Ayyub, Yunus, Harun dan Sulaiman. Dan Kami berikan
Zabur kepada Daud. Dan (Kami telah mengutus) rasul-rasul yang sungguh telah Kami
kisahkan tentang mereka kepadamu dahulu, dan rasul-rasul yang tidak Kami kisahkan
tentang mereka kepadamu. Dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung
(Mereka Kami utus) selaku rasul-rasul pembawa berita gembira dan pemberi peringatan
agar supaya tidak ada alasan bagi manusia membantah Allah sesudah diutusnya rasul-
rasul itu. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
QS 45:16-18 Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Bani Israil Al Kitab
(Taurat), kekuasaan dan kenabian dan Kami berikan kepada mereka rezki-rezki yang
baik dan Kami lebihkan mereka atas bangsa-bangsa (pada masanya). Dan Kami berikan
kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata tentang urusan (agama); maka
mereka tidak berselisih melainkan sesudah datang kepada mereka pengetahuan karena
kedengkian yang ada di antara mereka. Sesungguhnya Tuhanmu akan memutuskan
antara mereka pada hari kiamat terhadap apa yang mereka selalu berselisih padanya.).
Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan
(agama itu), maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang
yang tidak mengetahui.
Memang dan seharusnya tidak perlu mengherankan bahwa islam selaku
agama besar terakhir, mengklaim sebagai agama yang memuncaki proses
pertumbuhan dan perkembangan agama-agama dalam garis kontinuitas tersebut.
Tetapi harus diingat bahwa justru penyelesaian terakhir yang diberikan oleh islam
sebagai agama terakhir untuk persoalan akan hak agama-agama itu berada dan
untuk dilaksanakan, karena itu tidak saja agama tidak boleh dipaksakan 11

10
Nurcholis hal lxx
11
ibid
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
7

QS, 2:256, Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya
telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang
ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah
berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui.
QS 10:99 Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang
yang di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya
mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya ?
Bahkan al-Quran juga mengisyaratkan bahwa para penganut berbagai
agama, asalkan percaya kepada tuhan dan Hari kemudian serta berbuat baik
semuanya akan selamat
QS 2:62, Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang
Nasrani dan orang-orang Shabii], siapa saja diantara mereka yang benar-benar beriman
kepada Allah], hari kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari
Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran kepada mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih
hati.
(beserta kemungkinan tarsirnya) inilah yang menjadi dasar toleransi agama
yang menjadi ciri sejati islam dalam sejarahnya yang otentik, suatu semangat yang
merupakan kelanjutan pelaksanaan ajaran al-Quran
QS 42:15 Maka karena itu serulah (mereka kepada agama ini) dan tetaplah
sebagai mana diperintahkan kepadamu dan janganlah mengikuti hawa nafsu mereka dan
katakanlah: "Aku beriman kepada semua Kitab yang diturunkan Allah dan aku
diperintahkan supaya berlaku adil diantara kamu. Allah-lah Tuhan kami dan Tuhan
kamu. Bagi kami amal-amal kami dan bagi kamu amal-amal kamu. Tidak ada
pertengkaran antara kami dan kamu, Allah mengumpulkan antara kita dan kepada-
Nyalah kembali (kita)".
Ringkasnya Pruralime adalah aturan Allah atau sunatullah, hendaknya
perbedaan menjadi suatu yang saling melengkapi , bukan untuk membuat jurang
konflik dan perbedaan berkehidupan bermasyarakat, karena tidak ada paksaan
dalam memeluk agama. Kita hidup harus dalam iklim saling hargai-menghargai.
Karena keselarasan dan keamanan adalah kunci sukses pengabdian kira kepada
Allah, dengan rasa aman dan pasra kepada ketentuan Allah, Tuhan yang maha Esa,
kita hidup dan aman menjalankan kehidupan beragama dengan rasa cinta dan
moral kepada sesama

B. IMAN DAN TATA NILAI RABBANIYYAH

Pertama-tama, kita beriman kepada Allah. Tuhan Yang Maha Esa. Iman itu
melahirkan tata nilai berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa (rabbaniyah12) yaitu
tata nilai yang dijiwai oleh kesadaran bahwa hidup ini berasal dari Tuhan dan
menuju kepada Tuhan (Inna Lillah wa inna ilayhi ra’jiun ), maka Tuhan adalah
asal tujuan hidup , bahkan seluruh mahluk (dumadi)13.
Ketuhanan Yang Maha Esa adalah inti semua agama yang benar. Setiap
pengelompokan (umat) manusia telah pernah mendapatkan ajaran tentang Ketuhanan

12
islam dan peradaban hal 1
13
ibid
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
8

Yang Maha Esa melalui ajaran para Rasul Tuhan, karena itu terdapat titik pertemuan
(kalimah sawa) antara semua agama manusia dan orang-orang Muslim diperintahkan dan
mengembangkan titik pertemuan itu sebagai landasan hidup bersama. 14
Semua agama yang benar, yang dibawa oleh para nabi, khususnya seperti yang
dicontohkan oleh agama atau milat diri sepenuhnya hati, tulus, damai (islam) kepada
Yuhan yang maha Esa. Adalah sikap berserah diri sepenuhnya kepada Tuhan itu yang
menjadi inti dan hakikat agama dan keagamaan yang benar15
Berislam bagi manusia adalah sesuatu yang alami dan wajar. Ber-islam
menghasilkan bentuk hubungan yang serasi antara manusia dan alam sekirar, Ber-
islam sebagai jalan mendekati Tuhan itu adalah dengan berbuat baik kepada
sesama manusia disertai sikap menunggal tujuan hidup kepada-Nya tanpa kepada yang
lain apapun juga. Karena kemahaesaan-Nya, Kemutlakan-Nya wujud Tuhan adalah
wujud kepastiannya. Justru Tuhanlah satu-satunya wujud yang pasti, semua selain Tuhan
adalah wujud yang tidak pasti, yang nisbi belaka. Termasuk manusia sendiri, betapapun
tinggi kedudukannya manusia sebagai puncak ciptaan Tuhan, maka sikap memutlakan
nilai manusia baik yang dilakukan oleh seseorang kepada dirinya sendiri maupun kepada
orang lain adalah bertentangan dengan prinsip Ketuhanan yang maha esa atau tawhid,
monotheisme, Beribadat yang tulus kepada Tuhan tidak bisa terjadi dalam satu pribadi
dengan sikap memutlak sesama mahluk, termasuk manusia, pada khususnya , yang
mengalami pemutlakan itu disebut thagut yang berarti tiran dan mahluk atau orang itu
akan menjelma menjadi saingan Tuhan atau tuhan-tuhan palsu. Maka setiap bentuk
pengaturan hidup sosial manusia yang melahirkan kekuasaan mutlak adalah bertentangan
dengan jiwa tauhid. Pengaturan hidup dengan menciptakan kekuasaan mutlak pada
sesama manusia tidak adil dan tidak beradab. Sikap pasrah kepada Tuhan, yang
memutlakan Tuhan menghendaki tatanan sosial terbuka, adil, dan demokrasi.
Inilah yang dicontohkan oleh Nabi muhammad s.a.s yang keteladanannya di
teruskan kepada para khalifah yang bijaksana sesudahnya.16
Berdasarkan prinsip diatas , masing-masing manusia mengasumsikan kebebasan
diri pribadinya. Dengan kebebasan itu manusia menjadi mahluk moral, yaitu mahluk
yang bertanggung jawab sepenuhnya atas segala perbuatan yang dipilih dengan sadar,
yang saleh maupun jahat. Tuhan pun tetap memberikan kebebasan kepada Manusia untuk
menerima atau menolak petunjukNya dengan resiko yang harus ditanggung manusia
sendiri sesuai dengan pilihannya itu. Justru manusia mengada melalui dan didalam
kegiatan amalnya. Dan amal itulah manusia mendapatkan eksistensi dan esensi dirinya,
dan didalam amal yang iklas manusia menemukan tujuan penciptaannya, yaitu
kebahagiaan karena pertemuan (liqa) dengan Tuhan dengan mendapatkan ridla-
Nya.17(QS 2:260, QS 53: 38-40)
Karena manusia tidak mungkin mengetahui kebenaran yang mutlak,
pengetahuan manusia itu betapa pun tingginya, tetap terbatas. Karena itu setiap
orang ditunjuk untuk cukup bersikap rendah hati guna bisa mengetahui lebih
tinggi. Tawhid menghasilka bentuk hubungan kemasyarakatan manusia yang

14
ibid
15
ibid hal 2
16
ibid hal 4
17
ibid
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
9

menumbuhkan kebebasan menyatakan pikiran dan kesedian mendengarkan


pendapat.18

C. SIMPUL-SIMPUL KEAGAMAAN PRIBADI :TAQWA, TAWAKAL DAN


IKLAS, IBADAT
Keagamaan dalam makna intinya sebagai kepatuhan (din) yang total kepada
Allah, menuntut sikap pasrah kepadanya yang total (islam) pula , sehingga tidak
kepatuhan atau din yang sejati tampa pasrah atau islam. Inilah sesungguhnya makna
firman ilahi dalam QS, AL-Imran (3) 19 yang banyak dikutib dalam berbagai
kesempatan , Inna al-din “ind Allah al Islam, sesungguhnya agama disisi Allah ialah
Islam yang diterjemahkan mengikuti makna asal kata-kata disitu dapat menjadi
“Sesungguhnya kepatuhan bagi Allah ialah sikap pasrah (kepada-Nya).”
(Muhammad Assad menerjemahkan (Inggris ),” Behold the only (true) religion in the
sight of God is (man’s) self surrender unto Him,” sedangkan A. Yusuf Ali
menerjemahkan (juga Ingris ) the religion before God is Islam (submission to His
Will). Firman lain yang berkaitan langsung dengan ini dan banyak sekali dikutip ialah QS
Al-Imram (3):85,”Dan barang siapa mengikuti agama selain al-Islam (sikap pasrah
kepad Tuhan) , maka ia tidak akan diterima dan di akherat ia akan termasuk
golongan yang merugi,” penegasan bahwa beragama tanpa sikap pasrah itu tak
bermakna.19

QS, Al-Imran (3) : 85, “Dan barang siapa mengikuti agama selain al Islam (sikap
pasrah kepada Tuhan) maka ia tidak akan diterima dan diakherat akan termasuk golongan
yang merugi, penegasan bahwa beragama tanpa sikap pasrah itu tidak bermakna.
Karenanya kwalitas tawakal, taqwa dan iklas dengan kesadaran berketuhanan
adalah mutlak. Yang diwujudkan orang tersebut dalam tingkah laku sosialnya.20
Makna taqwa bermakna kesadaran ketuhanan (God consciousness), yaitu
kesadaran tentang adanya Tuhan yang Maha adil (Omnipresent) dalam hidup kita.
Kesadaran seperti ini membuat kita mengetahui dan meyakini bahwa dalam hidup ini
mendorong kita untuk menempuh hidup menurut garis-garis yang diridhoi-Nya , sesuai
dengan ketentuan-ketentuanNya. Taqwa dalam pengertian mendasar adalah sejajar
dengan pengertian Rabbaniyah (semangat ketuhanan) dalam firman lain yang
menuturkan salah satu tujuan pokok diutusnya seorang rasul kepada manusia. Menurut
nabi “Yang paling banyak memasukan seseorang kedalm surga ialah taqwa kepada
Allah dan budi luhur, sedangkan menyempurnakan budi luhur itu , sebagaimana yang
ditegaskan Nabi sendiri , adalah tujuan akhir kerasulan beliau.21 .
Makna tawakal, secara harfiah “tawakal “ (arab)., dengan ejaan dan
vokalisasi yang benar:”tawakul) berarti bersandar atau mempercayai diri . Dalam
agama, tawakal ialah sikap bersandar dan mempercayakan diri kepada Allah, Tuhan yang
Maha Esa. Maka tawakal merupakan implikasi langsung iman , tiada iman tampa
tawakal. Tawakal bukanlah sikap pasif, tapi sikap aktif , tumbuh dari pribadi yang
memahami hidup dengan tepat serta menerima kenyataan hidup

18
ibid hal 5
19
HAL 41
20
ibid hal 42
21
Ibid hal 45
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
10

Ibadat sebagai institusi iman . ibadat dapat juga disebut sebagai ritus atau
tindakan ritual, adalah bagian yang amat penting dari setiap agama atau kepercayaan
(seperti system-sistem kultus). Ibadat , arab “ ibadah, mufrad ;ibadat , jamak) berarti
pengabdian (seakar dengan kata arab, “abd yang berarti budak atau hamba) yakni
pengabdian (dari kata “abdi” abd) atau penghambaan diri kepada Allah, Tuhan yang
maha esa, Karena itu dalam pengertiannya yang lebih luas di dunia ini, termasuk kegiatan
manusia yang hidup di dunia ini.Termasuk kegiatan duniawi sehari-hari, jika kegiatan itu
dilakukan dengan sikap batin serta niat pengabdian dan penghambaan diri kepada Allah. ,
yakni sebagai tindakan bermoral. Inilah maksud firman Allah bahwa manusia (dan Jin)
tidaklah diciptakan Allah melainkan untuk menempuh hidup dengan kesadaran penuh
bahwa makna dan tujuan keberadaan manusia ialah “perkenan” atau ridha Allah Swt.
Ibadat dalam pengertuan yang khusus menunjukan amal perbuatan tertentu yang secara
khas bersifat keagamaan. Dari sudut pandangan ini juga digunakan istilah ubudiyah yang
pengertiannya mirip dengan kata-kata ritus atau ritual dalam bahasan ilmu-ilmu social.
Problema hubungan ibadat dan iman ,”Apakah manusia tidak cukup dengan iman
saja dan berbuat baik, tampa perlu beribadat?’’ seperti kata Einstein keengganan
memasuki agama formal yang penting berbuat baik22. Menurut Nurcholis Madjid ibadat
itu merupakan satu kelanjutan logis system iman Jika tidak dikehendaki iman
menjadi sekedar rumusan-rumusan abstrak tampa kemampuan memberikan
dorongan batin kepada individu untuk berbuat sesuatu dengan tingkat ketulusan sejati,
maka keimanan itu harus dilembagakan dalam peribadatan sebagai ekspresi
perhambaan seseorang kepada pusat makna dan tujuan hidupnya, Yaitu Tuhan.
Ditambahkannya lagi antara iman yang abstrak dan tingkah laku atau atau amal
perbuatan yang kongkret itu ialah ibadat.Dengan ibadat seorang hamba Tuhan atau
abd Allah merasakan kehampiran spiritual kepada khaliknya , Pengalaman kerohanian
sendiri merupakan sesuatu yang dapat disebut sebagai inti rasa keagamaan atau
religiositas, yang dalam pandangan mistis menurut kalangan sufis memiliki keabsahan
yang tingi 23. Jadi ibadat merupakan lambang pengagungan seorang hamba kepada
Khaliknya serta pernyataan akan penerimaan hamba itu akan tuntutan moral-Nya.
Melalui ibadat seorang hamba mengharapkan bahwa sang Khaliq akan menolong
dan membimbing hidupnya menempuh jalan kebenaran 24
Dalam Alquran terdapat penuturan mengenai nabi Yaqub yang sangat rajin
beribadat , ketika ia bertanya kepada anak-anaknya apa yang mereka sembah , mereka
menjawab,” kami menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu Ibrahim, Ismail
dan Ishaq, yaitu Tuhan yang Maha Esa dan kami semua pasrah kepadaNya” dari
penuturan ini tergambar sekap ubudiyah yang disertai dengan sikap pasrah (Islam)
sepenuhnya kepada sesembahan yaitu Allah , Tuhan Yang Maha Esa..
Dalam Islam bentuk ibadat yang amat simbolik adalah Sholat, (sekumpulan
bacaan dan tingkah laku yang dibuka dengan takbir dan ditutup dengan salam) . Dengan
sholat seorang hamba diharapkan menghayati sedalam-dalamnya kehadiran Tuhan dalam
hidupnya.”Seolah-olah Engkau melihat-Nya dan kalaupun tidak melihat-Nya , maka
sesungguhnya engkau Dia melihat Engkau.” Maka tidak berlebihan bahwa Shalat yang
sempurna itu yaitu dilakukan dengan kekhusukan dan kehadiran hati yang disertai

22
Ibid hal 51
23
Hal 61
24
Hal 63
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
11

ketenangan (thumaninah) seluruh anggota badan, dan membentuk rasa keagamaan satu
religiousitas yang sangat tinggi. Shalat yang berhasil akan berdampak pada sikap jiwa
yang bebas dari kekuatiran yang tidak pada tempatnya pada kehidupan ini baik hidup
lahiriah maupun batiniah. Begitulah pula dengan puasa, dan haji, bersangkutan dengan
keteguhan hati menempuh hidup karena ada haraan kepada Tuhan itu sendiri justru salah
satu Iman yang akan melahirkan ketabahan hati menempuh hidup bermoral, yaitu hidup
yang melahirkan rasa aman (al-iman melahirkan al-amn) kemudian rasa aman itu menjadi
bekal hidup yang disemangati pleh kesadaran social yang tinggi. Ibadah yang tidak
melahirkan kesadaran social , hidup yang bermoral akan kehilangan makna yang hakiki,
sehingga pelaku suatu ibadat yang formal tampa kesadaran social justru dikutuk oleh
Tuhan. 25.

Ringkasnya Taqwa dalam pengertian mendasar sejajar dengan pengertian


rabbaniyah (semangat ketuhanan) atau sikap pribadi yang secara bersungguh-sungguh
berusaha memahami Tuhan dan menaati-Nya.26
Tawakal (arab , tawakul) berarti bersandar atau mempercayai diri. Dalam Agama
adalah sikap bersandar dan mempercayakan diri kepada Allah, Tuhan yang maha Esa.
Sehingga mengandung arti tawakal merupakan implikasi iman. Tawakal adalah sikap
aktif dan tumbuh hanya dari pribadi yang memahami hidup dengan tepat pula.27
Ihsan , dari pandangan kesufian itu bahwa ibn Atha i-lah al-Sakandari
mengatakan mengatakan bahwa ”Amal perbuatan adalah bentuk-bentuk lahiriah yang
tegak, sedangkan ruh amal perbuatan itu ialah adanya keiklasan didalamnya.
Ibadat (arab ibadah), berarti pengabdian, penghambaan diri kepada Allah yakni
penghambaan diri kepada Allah , Tuhan yang maha esa , ibadat mencakup keseluruhan
kegiatan manusia dalam hidup di dunia ini termasuk kehidupan sehari-hari, jika kegiatan
itu dilakukan dengan sikap batin pengabdian dan penghambaan diri kepada Allah yakni
sebagai kegiatan yang bermoral inilah maksud firman Allah bahwa manusia (dan jin)
tidaklah diciptakan Allah melainkan untuk mengabdi kepada Nya. Yakni untuk
menempuh hidup dengan kesabaran penuh bahwa makna dan tujuan keberadaan manusia
ialah ridha Allah SWT.28
Shalat yang berhasil akan mempunyai dampak membentuk sikap jiwa yang bebas
dari kekuatiran tidak pada tempatnya menghadapi hidup. Ibadah yang tidak melahirkan
kesadaran sosial suatu perwujudan nyata terpenting hidup bermoral akan kehilangan
makna yang hakiki sehingga pelaku suatu bentuk ibadat formal tampa kesadaran sosial
itu justru terkutuk oleh Tuhan.29
Ringkasnya Adalah menjadi kewajiban semua umat beragama untuk pasrah
terhadap aturan Tuhan yang maha esa, menjalankan ketawaan , dan ibadat yang
sungguh-sungguh, yang di implementasikan dalam kehidupan sosial ,kehidupan
yang bermoral , yang membawa rahmat kepada masyarakat, bangsa dan negara.

25
Hal 67
26
ibid hal 45
27
ibid hal 46

29
Ibid hal67
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
12

D. DEMOKRASI dan PEMIMPIN


Dalam membicarakan kaitan antara iman kepada Allah, Tuhan yang Maha Esa
dan usaha mewujudkan masyarakat yang adil, terbuka dan demokratis , pertanyaan
mendasar yang tentunya muncul pertama-tama ialah , apakah ada korelasi antara iman
dan suatu bentuk tatanan masyarakat tertentu, yakni benarkah iman menuntut
konsekuensi usaha mewejudkan pola kehidupan sosial dan politik tertentu yang sejalan
dengan makna iman itu sendiri.diperlukan keterbukaan dan keadilan, yang saling berkait
karena keduanya merupakan kosistensi iman dalam dimensi kemanusiaan. Kini akan
terlihat pula dengan demokrasi, yakni pengaturan tatanan kehidupan atas dasar
kemanusiaan, yakni kehendak bersama. Dan iman kepada Allah menuntuk agar
segala perkara antar manusia diselesaikan dengan musyawarah. 30
Demokrasi justru diciptakan untuk mengatasi perbedaan pendapat, tapi cara
mengatasinya harus damai , human, konstitusional dan tidak berdarah. Sebab konflik bisa
berdarah. Dan kalau setiap konflik diselesaikan berdarah kan masyarakat bisa hancur.31
Cak Nur juga menandaskan Indonesia memerlukan 3 , 4 partai politik, tapi bukan
partai yang jumlahnya tidak terkendali, karena akan menyebabkan pemborosan dan tidak
ekonomis, yang menjadi masalah berdirinya partai oposisi ini apakah melalui legitimasi
formal atau proses, bila menyerderhanakan melalui proses lebih demokrari, dinamis dan
representatit, kalau itu terjadi , kita akan punya wakil rakyat yang pas dengan
constituennya 32
Ketika dimintai pendapatnya apa yang pastas dikritik untuk pak Harto (ketika itu
masih menjabat sebagai presiden RI) tahun 1997. Yang jelas mengkritik itu jangan
pribadinya. DiAmerika saja ada beda antara mengkritik (to criticize) dan menghina ( to
insult) , mengkritik itu selalu baik dan menghina itu jahat dan bisa dituntut. Sayangnya
sering kita tidak bisa membedakan kedua hal itu. Jadi kita harus mulai belajar . Dan
Demoktrasi kan tidka langsung jatuh dari langit. Demokrasi itu harus melalui proses
belajar dan pengalaman. Termasuk kita harus belajar mengkritik dan menerima kritikan ,
jangan salah kalau ada pejabat yang diritik nanti mengira dihina.
Menurut Cak Nur, pemimpin itu yang pertama diantara yang sangat mendasar.
The first among the equal . kalau prinsip itu tidak kita kembangkan dalam mekanisme
demokrasi dengan institusi politik yang sehat , kedewasaan berbeda pendapat, maka
kemungkinan terjadinya percecokan (querrel) diantara orang yang sama akan tidak
terhindar. Karena kita selalu tergantung kepada Bapak Bangsa, jadi intinya samapai
kehidupan berbangsa kita tergantung satu orang saja33
Apa yang terjadi sekarang adalah banyaknya partai-partai yang muncul di
indonesia, menandakan demokrasi dan reformasi yang kebablasan, berkaca dengan
pendapat Cak Nur bahwa jumlai partai itu jangan terlalu banyak karena
pemborosan, sekarang yang terjadi malah yang tidak kita harapkan, mudah-
mudahan kedepan tidak lagi terjadi pemborosan dalam segala hal di peta politik

30
Ibid hal 118 -119
31
Dedy Djamaluddin Malik, Idi Subandy Ibrahim, Zaman Baru Islam Indonesia, Pemikiran dan aksi politik,
penerbit zaman wacana mulia, hal 286
32
Ibid hal 288
33
Dedy Jamaluddin, Zaman Baru Islam Indonesia hal 290
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
13

demokrasi kita. Dan Munculnya pemimpin yang arif dan bijaksana yang dapat
menjadi teladan kita semua.

E. ILMU DAN PENGEMBAN ILMU PENGETAHUAN, PERADABAN ISLAM


Menurut Cak Nur ilmu tidak semata untuk ilmu saja, sehingga menjadi
tujuan dalam dirinya sendiri, tetapi ilmu adalah amal-dan amal berdasarkan ilmu.
Kesadaran seorang muslim yang bersama dengan kesadaran keimanan dan amal
perbuatan membentuk segitiga pola hidup yang kukuh dan benar yaitu keilmuan.Ilmu
adalah bentuk kesadaran muslim yang juga amat sentral. Berkenaan dengan ini banyak
sekali dikemukakan para ulama sabda-sabda Nabi, seperti ” ilmu kebijaksanaan (al-
Hikmah) adalah barang hilangnya kaum beriman, barang siapa menemukannya
hendaklah ia memungutnya. Sabda Nabi kelebihan orang berilmu (alim) atas orang
beribadat (abid) adalah bagaimana kelebihan rembulan diwaktu malam ketika ia purnama
atas sekalian bintang-bintang . 34
Sederetan temuan ilmuwan muslim akan sangat panjang untuk disebutkan ,
Peradaban islam klasik adalah yang pertama menginternasionalkan ilmu pengetahuan.
Dalam dua bentuk :pertama sesuai dengan kedudukan dan tugas suci mereka
sebagai saksi atas manusia orang –orang muslim klasik, yang menyatukan dan
mengembangkan semua warisan ilmu pengetahan umat manusia dari hampir
seluruh muka bumi, kedua: sejalan dengan keyakinan bahwa ajaran agama mereja
harus membawa kebaikan seluruh umat manusia sebagai rahmatan untuk sekalian
alam. Ilmu pengetahuan yang telah mereka satukan dan kembangkan itu mereka
sebarkan kepada seluruh umat manusia tampa parokialisme dan fanatisme. Umat islam
klasik menjadi pemimpin intelektual dunia sekurang-kurangnya 4 abad, dengan
puncaknya zaman Khalifah Harun Al-Rasyid dan al makmun, yang cukup menarik bahwa
Al-Rasyid adalah penguasa Islam yang berpihak kepada paham Alh-Sunnah, sementara
anaknya mendukung paham mutazilah.

F. ANALISA CAK NUR Kekuatan dan Kelemahan Paham Asyari Sebagai


Doktrin Aqidah Islamiah

Pembicaraan ini bertolak pada usaha untuk mengenali segi-segi positif paham itu
dan mencari jalan bagaimana mengembangkannya agar dapat menjadi suatu sumbangan
kepada tantangan hidup masa kini. Juga dengan sendirinya pada usaha mengenali segi-
segi negatifnya serta sedapat mungkin menemukan jalan untuk menghindari atau
menghilangkannya.

Relevansi pembicaraan ini ialah bahwa sebagian besar kaum Muslimin Indonesia,
jika tidak seluruhnya, menganut paham Asy'ari di bidang 'aqidah. Pertama, karena
Islam di Indonesia beraliran Sunni, sehingga tidak menganut aqidah Syi'ah atau
Mu'tazilah. Kedua, karena Islam di Indonesia bermazhab Syafi'i dan seperti di mana-
mana, kaum Syafi'i kebanyakan menganut 'aqidah Asy'ari. Ini berbeda dengan kaum

34
Ibid hal 130
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
14

Sunni bermazhab Hanafi (di Asia Daratan) yang kebanyakan menganut 'aqidah Maturidi,
dan dari kaum Sunni bermazhab Hanbali (di Arabia) yang tidak menganut Asy'ari
maupun Maturidi, melainkan mempunyai aliran sendiri khas Hanbali. Pembela paling
tegas paham Sunnah (lengkapnya, Ahl Sunnah wa al-Jama'ah -- baca: "Ahlusunnah
waljama'ah") di negeri35

Nahdlatul 'Ulama', dalam muktamarnya di Situbondo akhir 1984 yang lalu


merumuskan dan menegaskan bahwa paham Sunnah ialah paham yang dalam 'aqidah
menganut al-Asy'ari atau al-Maturidi. Sedangkan kelompok-kelompok lain, seperti
Muhammadiyah sebagai yang pertama-tama dan terbesar, yang biasanya oleh
Nahdlatul 'Ulama' dipandang sebagai tidak tegas berpaham Ahl al-Sunnah wa al
jama'ah (namun sebenarnya dalam banyak hal malah sangat Sunni), juga masih
tetap menganut al-Asy'ari dalam 'aqidah, tanpa banyak mengambil alih kritik para
pemikir modernis Islam seperti Muhammad 'Abduh, ataupun pemikir reformis seperti Ibn
Taymiyyah dan, apalagi, Muhammad ibn 'Abd-al-Wahhab, terhadap beberapa segi paham
Asy'ari itu. Maka membicarakan paham Asy'ari berarti membicarakan pandangan
kepercayaan agama yang paling kuat dan luas di negeri kita.

Alur Argumen Kalam Asy'ari 36

al-Asy'ari, juga mengembangkan alur argumen logis dan dialektisnya


sebagaimana ia pelajari dari para guru Mu'tazilah. Dan pengembangannya oleh al-
Asy'ari, yang kemudian lebih dikembangkan lagi oleh para pengikutnya, terutama
al-Ghazali, menjadi tumpuan kekuatan paham Asy'ari itu sebagai doktrin dalam
'aqidah Islamiah kaum Sunni. Praktis semua nuktah kepercayaan dalam Islam ia
dukung dengan argumen-argumen logis dan dialektis.

Sebagaimana halnya dengan setiap pembahasan teologis, pusat argumentasi


Kalam Asy'ari berada pada upayanya untuk membuktikan adanya Tuhan yang
menciptakan seluruh jagad raya, dan bahwa jagad raya itu ada karena diciptakan Tuhan
"dari ketiadaan" (min al-'adam, ex nihilo). Karena tidak mungkin memaparkan
keseluruhan argumen Kalam itu, maka di sini dikutipkan penjelasan sarjana Muslim
moderen, al-Alousi, tentang argumen Kalam berkenaan dengan penciptaan alam raya
ini.37

35
Dokrin, hal 269
36
Ibid hal 277

37
Menurut al-Alousi, ada enam argumen yang digunakan para tokoh Ilmu Kalam untuk membuktikan tidak
abadinya alam raya: 37

(1) Argumen dari sifat berlawanan benda-benda sederhana (basith): unsur-unsur dasar alam raya (tanah, air, dan lain-lain) dan sifat-
sifat dasarnya (panas, dingin, berat, ringan dan lain-lain) semuanya saling berlawanan, namun kita dapati dalam kenyataan tergabung
(murakkab); penggabungan itu memerlukan sebab, yaitu Pencipta.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
15

Sudah diisyaratkan di atas bahwa sebagian dari argumen itu diwarisi para pemikir
Muslim dari falsafah Yunani. Beberapa failasuf Islam seperti Ibn Rusyd dan al-
Suhrawardi memang menyebutkan nama Yahya al-Nahwi (Yahya si Ahli Tatabahasa,
yaitu John Philoponus, meninggal sekitar tahun 580 M.), seorang pemikir Nasrani dari
Iskandar, Mesir, telah merintis argumen "kalami" untuk adanya Tuhan dan terciptanya
alam raya. Namun di tangan kaum Muslim, khususnya para penganut paham Asy'ari, dan
lebih khusus lagi al-Ghazali pribadi, argumen itu berkembang seperti ringkasan al-Alousi
di atas, dan menjadi salah satu segi kontribusi alam pikiran Islam yang paling orisinal
kepada alam pikiran umat manusia.

Sungguh sangat menarik bahwa dalam perkembangan teologis umat


manusia, Ilmu Kalam seperti yang dipelopori oleh al-Asy'ari dan dikembangkan
oleh al-Ghazali itu telah mempengaruhi banyak agama di dunia, khususnya yang
bersentuhan langsung dengan Islam, yaitu Yahudi dan Kristen, sebegitu rupa.
Sehingga banyak para pemikir Yahudi sendiri memandang bahwa agama Yahudi
seperti yang ada sekarang ini adalah agama Yahudi yang dalam bidang teologi
telah mengalami "pengislaman", seperti tercermin dalam pembahasan buku
Austryn Wolfson, Repercussion of Kalam in Jewish Philosophy ("Pengaruh Kalam
dalam Falsafah Yabudi").

Dan William Craig mengisyaratkan bahwa berbagai polemik teologis dan filosofis
dalam Yahudi dan Kristen adalah karena pengaruh, dan merupakan kelanjutan, dari
polemik teologis dan filosofis dalam Islam. Seperti kita ketahui, dalam Islam terjadi
polemik antara Kalam (ortodoks) dengan falsafah, diwakili oleh polemik posthumous
antara al-Ghazali (Tahafut al-Falasifah, "Kerancuan para Failasuf') dan Ibn Rusyd
(Tahafut al-Tahafut, "Kerancuannya Kerancuan"). Dalam Yahudi, polemik yang paralel
juga telah terjadi, yaitu antara Saadia (pengaruh Kalam al-Ghazali) dengan Maimonides
(pengaruh falsafah Ibn Rusyd), dan dalam Kristen polemik serupa ialah antara

(2) Argumen dari pengalaman: Penciptaan dari ketiadaan (al-ijad min al-'adam, creatio ex nihilo) tidaklah berbeda dari pengalaman
kita, sebab, melalui perubahan, bentuk lama hilang dan bentuk baru muncul dari ketiadaan.

(3) Argumen dari adanya akhir untuk gerak, waktu, dan obyek-obyek temporal: gerak tidak mungkin berasal dari masa tak
berpermulaan, sebab mustahil bagi gerak itu mundur dalam waktu secara tak terhingga (tasalsul, infinite, temporal regress), sebab
bagian yang terhingga tidak mungkin ditambahkan satu sama lain untuk menghasilkan keseluruhan yang tak terhingga; karena itu
jagad dan gerak tentu mempunyai permulaan. Atau lagi, gerak tidak mungkin ada dari awal tanpa permulaan (azal, eternity), sebab
mustahil bagi gerak itu mundur dalam waktu secara tak terhingga, karena sesuatu yang tak terhingga tidak dapat dilintasi. Atau lagi,
jika pada suatu titik waktu mana pun, deretan tak terhingga, telah berlangsung, maka pada titik tertentu sebelumnya hanya suatu
deretan terhingga saja yang telah berlangsung; tetapi titik tertentu itu terpisah dari lainnya oleh suatu sisipan yang terhingga; oleh
karena itu seluruh deretan waktu itu terhingga dan diciptakan.

(4) Argumen dari keterhinggaan jagad: karena jagad ini tersusun dari bagian-bagian yang terhingga, maka ia pun terhingga pula;
segala sesuatu yang terhingga adalah sementara; oleh karena itu jagad adalah sementara, yakni, mempunyai suatu permulaan dan
diciptakan.

(5) Argumen dari kemungkinan (imkan, contingency): jagad ini tidaklah (secara rasional) pasti terwujud; oleh karena itu harus
terdapat faktor penentu (mukhashshish, murajjih) yang membuat jagad itu terwujud, yaitu Pencipta.

(6) Argumen dari kesementaraan (huduts, temporality): benda tidak mungkin lepas dari kejadian ('aradl, accident) yang bersifat
sementara; apa pun yang tidak dapat terwujud kecuali dengan hal yang bersifat sementara tentu bersifat sementara pula; karena itu
seluruh jagad raya adalah sementara (hadits) dan tentu telah terciptakan (muhdats)
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
16

Bonaventure (pengaruh Kalam al-Ghazali) dan Thomas Aquinas (pengaruh falsafah Ibn
Rusyd).

Sekarang ini, di zaman Moderen, para pengikut paham Asy'ari boleh merasa lebih
mantap dan berbesar hati, sebab, sepanjang pembahasan William Craig, seorang ahli
filsafat moderen dari Berkeley, California, ilmu pengetahuan mutakhir, khususnya teori-
teori tentang asal kejadian alam raya seperti teori ledakan besar dalam Astronomi
moderen, sangat menunjang argumen-argumen Ilmu Kalam, khususnya dalam pandangan
bahwa alam raya berpermulaan dalam suatu titik waktu di masa lampau, dan bahwa ia
diciptakan dari tiada. Sebagai seorang failasuf non-religi, Craig tetap skeptis tentang
apakah Tuhan itu mempunyai sifat-sifat seperti yang dibicarakan dalam Ilmu Kalam.
Namun ia menyimpulkan pembahasannya dengan mengakui validitas argumen Kalam
tentang adanya Tuhan:

Jadi telah disimpulkan tentang adanya suatu Khaliq yang personal bagi alam raya
yang ada tanpa berubah dan lepas sebelum penciptaan dan dalam waktu sesudah
penciptaan. Inilah inti pusat apa yang oleh kaum Ketuhanan dimaksudkan dengan
"Tuhan". Kita tidak melangkah lebih jauh dari itu. Argumen kosmologis kalam
membimbing kita kepada adanya Khaliq yang personal bagi alam raya, namun perkara
apakah Khaliq ini Mahakuasa, baik, sempurna, dan seterusnya, kita tidak akan
membahas.

Meskipun skeptis tentang sifat-sifat Tuhan, namun, juga sebagai seorang failasuf
non-religi, William Craig mengisyaratkan bahwa setelah terjadi kesimpulan mantap
tentang adanya Tuhan, sepatutnya kita melihat apakah Tuhan itu "pernah" menyatakan
Diri melalui wahyu-Nya seperti dikatakan dalam agama-agama, ataukah tidak. Jika
jawabnya afirmatif, itu berarti landasan keabsahan bagi agama. Dan kalau negatif, maka
barangkali Aristoteles benar bahwa Tuhan itu adalah penggerak yang tak tergerakkan,
dan bahwa Dia tetap jauh dan lepas dari jagad raya yang telah diciptakanNya.

Tentu saja para ahli Ilmu Kalam menolak konsep Aristoteles itu. Namun
tetap bahwa kesimpulan failasuf moderen tersebut membuktikan segi paling
tangguh dari paham Asy'ari sebagai doktrin 'aqidah Islamiah. Paham Asy'ari
dengan deretan argumennya itu, seperti telah disebutkan, telah berjasa ikut
memperkokoh konsep Ketuhanan dalam agama-agama besar, khususnya Islam
sendiri, serta Yahudi dan Kristen. Dan jika Craig benar, paham Asy'ari juga akan
berjasa ikut memperkokoh konsep Ketuhanan bagi manusia zaman mutakhir
dengan ilmu-pengetahuan dan astronomi moderennya.

Masalah Perilaku Manusia38

Menurut Cak Nur Paham Asy'ari tidak mungkin lepas dari segi-segi lemahnya,
baik dalam pandangan para pemikir Islam sendiri di luar kubu Kalam Asy'ari, maupun
dari dalam pandangan para pemikir lainnya. Dalam batasan ruang dan waktu, kita akan
hanya menyinggung satu segi saja yang paling relevan dan juga paling banyak dijadikan
38
Hal 282
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
17

sasaran kritik, yaitu pandangan dalam sistem paham Asy'ari tentang perilaku manusia
berkenaan dengan masalah sampai di mana manusia mampu menentukan sendiri
kegiatannya dan sampai di mana ia tidak berdaya dalam masalah penentuan kegiatan itu
berhadapan dengan qudrat dan iradat Tuhan.

Dari kutipan tentang paham Ahl Al-Sunnah yang dijabarkan al-Asy'ari di muka --
dan yang ia dukung dan anut sepenuhnya-- dapat kita baca pandangan tentang perilaku
manusia, termasuk tentang kebahagiaan dan kesengsaraannya, yang bernada sikap pasrah
kepada nasib (fatalisme).

Sesungguhnya al-Asy'ari bukanlah seorang Jabari 'sehingga dapat disebut fatalis.


Tetapi ia juga bukan seorang Qadari yang berpaham tentang kemampuan penuh manusia
menentukan perbuatannya, seperti kaum Mu'tazilah dan Syi'ah. Al-Asy'ari ingin
menengahi antara kedua paham yang bertentangan itu, sebagaimana dalam bidang
metodologi ia telah menengahi antara kaum Hanbali yang sangat naqli (hanya berdasar
teks-teks suci dengan pemahaman harfiah) dan kaum Mu'tazili yang sangat 'aqli
(rasional).

Dalam usahanya menengahi antara jabariah dan qadariah itu, Abu Hasan al-
Asy'ari tampil dengan konsep kasb (perolehan, acquisition) yang cukup rumit. Berikut ini
tiga bait syair tentang pengertian kasb, dari kitab Jawharat al-Tawhid, salah satu buku
teks dalam paham Asy'ari:

Wa 'indana li al-'abd-i kasb-un kullifa


Wa lam yakun mu'atstsir-an fa 'l-ta'rifa
Fa laysa majbur-an wa la ikhtiyar-an
Wa laysa kull-an yaf' al-u ikhtiyar-an
Fa in yutsibna fa bi mahdl-i al-fadl'l-i
Wa in yu'adzdzib fa bi mahdl-i al-'adl-i

Artinya:

Bagi kita, hamba (manusia) dibebani kasb,(usaha)


Namun kasb itu, ketahuilah, tidak akan berpengaruh
Maka manusia tidaklah terpaksa, dan tidak pula bebas,
Dan tidak pula masing-masing itu berbuat dengan kebebasan
Jika Dia (Allah) memberi pahala kita maka semata karena murah-Nya,
Dan jika Dia menyiksa kita maka semata karena adil-Nya

Jadi, jelasnya, manusia tetap dibebani kewajiban melakukan kasb melalui ikhtiarnya,
namun hendaknya ia ketahui bahwa usaha itu tak akan berpengaruh apa-apa kepada
kegiatannya. Karena kewajiban usaha atau kasb itu maka manusia bukanlah dalam
keadaan tak berdaya seperti kata kaum Jabari, tapi karena usahanya toh tidak
berpengaruh apa-apa kepada kegiatannya maka ia pun bukanlah makhluk bebas yang
menentukan sendiri kegiatannya seperti kata kaum Qadari. Dan jika Allah memberi kita
pahala (masuk surga), maka itu hanyalah karena kemurahan-Nya (bukan karena amal
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
18

perbuatan kita), dan jika dia menyiksa kita (masuk neraka) maka itu hanyalah karena
keadilan-Nya (juga bukan karena semata perbuatan kita).

Kutipan itu menggambarkan betapa sulitnya memahami konsep kasb dalam


paham Asy'ari. Maka tidak heran konsep itu menjadi sasaran kritik tajam para pemikir
lain, termasuk Ibn Taymiyyah yang menganggapnya sebagai salah satu keanehan atau
absurditas Ilmu Kalam. Ibn Taymiyyah malah menggubah syair yang dapat
dipandang sebagai tandingan konsep kasb:

Wa la makhraj-a li 'l-'abd-i 'amma qadla,


Walakinnahu mukhtar-u husn-in wa saw'at-i
|Fa laysa bi majbur-in 'adim-i 'l-iradat-i
Wa lakinnahu sya'a bi khalq-i 'l-iradat-i

Artinya:

Tidak ada jalan keluar bagi manusia dari ketentuan-Nya,


Namun manusia tetap mampu memilih yang baik dan yang buruk
Jadi bukannya ia itu terpaksa tanpa kemauan, melainkan ia berkehendak dengan
terciptanya kemauan (dalam dirinya)

Begitulah, Ibn Taymiyyah melihat bahwa dalam proses perkembangan paham Asy'ari,
konsep kasb yang sulit itu telah menjerumuskan para pengikutnya kepada sikap yang
lebih mengarah ke Jabariah, tidak ke jalan tengah yang dikehendakinya. Ibn Taymiyyah
sendiri, karena menolak baik Qadariah maupun Jabariah, juga tampil dengan konsepnya
jalan tengah, yaitu, sebagaimana ternyata dari syair tersebut, konsep bahwa Allah telah
menciptakan dalam diri manusia kehendak (iradah), yang dengan iradah itu manusia
mampu memilih jalan hidupnya, baik maupun buruk.

F. CAK NUR DAN FILSAFAT, Falsafah Islam: Unsur-Unsur Hellenisme di


Dalamnya

Di antara empat disiplin keilmuan Islam tradisional: fiqh, kalam, tasawuf


dan falsafah, menurut cak Nur yang disebutkan terakhir ini barangkali adalah
yang paling sedikit dipahami, bisa juga berarti paling banyak disalah pahami,
sekaligus juga yang paling kontroversial..39

Menurut Cak Nur sumber dan pangkal tolak falsafah dalam Islam adalah ajaran
Islam sendiri sebagaimana terdapat dalam al-Qur'an dan Sunnah. Para failasuf dalam
lingkungan agama-agama yang lain, sebagaimana ditegaskan oleh R.T. Wallis, adalah
orang-orang yang berjiwa keagamaan (religious), sekalipun berbagai titik pandangan
keagamaan mereka cukup banyak berbeda, jika tidak justru berlawanan, dengan yang

39
Hal 218
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
19

dipunyai oleh kalangan ortodoks.Dan tidak mungkin menilai bahwa falsafah Islam
adalah carbon copy pemikiran Yunani atau Hellenisme.

Meskipun begitu, kenyataannya ialah bahwa kata Arab "falsafah" sendiri dipinjam
dari kata Yunani yang sangat terkenal, "philosophia", yang berarti kecintaan kepada
kebenaran (wisdom). Dengan sedikit perubahan, kata "falsafah" itu di-Indonesia-kan
menjadi "filsafat" atau, akhir-akhir ini, juga "filosofi" (karena adanya pengaruh ucapan
Inggris, "philosophy"). Dalam ungkapan Arabnya yang lebih "asli", cabang ilmu
tradisional Islam ini disebut 'ulum al-hikmah atau secara singkat "alhikmah" (padanan
kata Yunani "sophia"), yang artinya ialah "kebijaksanaan" atau, lebih tepat lagi,
"kawicaksanaan" (Jawa) atau "wisdom" (Inggris). Maka "failasuf' (ambilan dari kata
Yunani "philosophos", pelaku filsafat), disebut juga "al-hakim" (ahli hikmah atau orang
bijaksana), dengan bentuk jamak "al-hukama".

Dari sepintas riwayat kata "filsafah" itu kiranya menjadi jelas bahwa disiplin ilmu
keislaman ini, meskipun memiliki dasar yang kokoh dalam sumber-sumber ajaran Islam
sendiri, banyak mengandung unsur-unsur dari luar, yaitu terutama Hellenisme atau dunia
pemikiran Yunani Disinilah pangkal kontroversi yang ada sekitar falsafah: sampai di
mana agama Islam mengizinkan adanya masukan dari luar, khususnya jika datang dari
kalangan yang tidak saja bukan "ahl al-kitab" seperti Yahudi dan Kristen, tetapi malahan
dari orang-orang Yunani kuna yang "pagan" atau musyrik (penyembah binatang).
Sesungguhnya beberapa ulama ortodoks, seperti Ibn Taymiyyah dan Jalal al-Din al-
Suyuthi (salah seorang pengarang tafsir Jalalayn), menunjuk kemusyrikan orang-
orang Yunani itu sebagai salah satu alasan keberatan mereka terhadap falsafah.

Neoplatonisme40

Dari berbagai unsur pikiran Hellenik, Platonisme Baru (Neoplatonisme) adalah


salah satu yang paling berpengaruh dalam sistem falsafah Islam. Neoplatonisme sendiri
merupakan falsafah kaum musyrik (pagans), dan rekonsiliasinya dengan suatu agama
wahyu menimbulkan masalah besar. Tapi sebagai ajaran yang berpangkal pada pemikiran
Plotinus (205-270 M), sebetulnya Neoplatonisme mengandung unsur yang memberi
kesan tentang ajaran Tauhid. Sebab Plotinus yang diperkirakan sebagai orang Mesir hulu
yang mengalami Hellenisasi di kota Iskandaria itu mengajarkan konsep tentang "yang
Esa" (the One) sebagai prinsip tertinggi atau sumber penyebab (sabab, cause). Lebih dari
itu, Plotinus dapat disebut sebagai seorang mistikus, tidak. dalam arti "irrasionalis",
"occultist" ataupun "guru ajaran esoterik", tetapi dalam artinya yang terbatas kepada
seseorang yang mempercayai dirinya telah mengalami penyatuan dengan Tuhan atau
"Kenyataan Mutlak."Untuk memahami sedikit lebih lanjut ajaran Plotinus kita perlu
memperhatikan beberapa unsur dalam ajaran-ajaran Plato, Aristoteles, Pythagoras (baru)
dan kaum Stoic.

40
Hal 224
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
20

Plato membagi kenyataan kepada yang bersifat "akali" (ideas, intelligibles) dan
yang bersifat "inderawi" (sensibles), dengan pengertian bahwa yang akali itulah yang
sebenarnya ada (ousia), jadi juga yang abadi dan tak berubah. Termasuk diantara yang
akali itu ialah konsep tentang "Yang Baik", yang berada di atas semuanya dan disebut
sebagai berada di luar yang ada (beyond being, epekeina ousias). "Yang Baik" ini
kemudian diidentifikasi sebagai "Yang Esa", yang tak terjangkau dan tak mungkin
diketahui.

Selanjutnya, mengenai wujud inderawi, Plato menyebutkannya sebagai hasil kerja


suatu "seniman ilahi" (divine artisan, demiurge) yang menggunakan wujud kosmos yang
akali sebagai model karyanya. Disamping membentuk dunia fisik, demiurge juga
membentuk jiwa kosmis dan jiwa atau ruh individu yang tidak akan mati. Jiwa kosmis
dan jiwa individu yang immaterial dan substansial itu merupakan letak hakikatnya yang
bersifat ada sejak semula (pre-existence) dan akan ada untuk selamanya (post-existence
immortality), yang semuanya tunduk kepada hukum reinkarnasi.

Dari Aristoteles, unsur terpenting yang diambil Plotinus ialah doktrin tentang
Akal (nous) yang lebih tinggi daripada semua jiwa. Aristoteles mengisyaratkan bahwa
hanya Akal-lah yang tidak bakal mati (immortal), sedangkan wujud lainnya hanyalah
"bentuk" luar, sehingga tidak mungkin mempunyai eksistensi terpisah. Aristoteles juga
menerangkan bahwa "dewa tertinggi" (supreme deity) ialah Akal yang selalu merenung
dan berpikir tentang dirinya. Kegiatan kognitif Akal itu berbeda dari kegiatan inderawi,
karena obyeknya, yaitu wujud akali yang immaterial, adalah identik dengan tindakan
Akal untuk menjangkau wujud itu.

Dualisme Plato di atas kemudian diusahakan penyatuannya oleh para penganut


Pythagoras (baru), dan dirubahnya menjadi monisme dan berpuncak pada konsep tentang
adanya Yang Esa dan serba maha (transenden). Ini melengkapi ajaran kaum Stoic yang di
samping materialistik tapi juga immanenistik, yang mengajarkan tentang
kemahaberadaan (omnipresence) Tuhan dalam alam raya.

Kesemua unsur tersebut digabung dan diserasikan oleh Plotinus, dan


menuntunnya kepada ajaran tentang tiga hypostase atau prinsip di atas materi, yaitu Yang
Esa atau Yang Baik, Akal atau Intelek, dan Jiwa.

Aristotelianisme41

Telah dinyatakan bahwa Neoplatonisme cukup banyak mempengaruhi falsafah


Islam. Tetapi sebenarnya Neoplatonisme yang sampai ke tangan orang-orang Muslim,
berbeda dengan yang sampai ke Eropa sebelumnya, yang telah tercampur dengan unsur-
unsur kuat Aristotelianisme. Bahkan sebetulnya para failasuf Muslim justru memandang
Aristoteles sebagai "guru pertama" (al-mu'allim al-awwal), yang menunjukkan rasa
hormat mereka yang amat besar, dan dengan begitu juga pengaruh Aristoteles kepada
jalan pikiran para failasuf Muslim yang menonjol dalam falsafah Islam.

41
Hal 226
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
21

Neoplatonisme sendiri, sebagai gerakan, telah berhenti semenjak jatuhnya


Iskandaria di tangan orang-orang Arab Muslim pada tahun 642.Sebab sejak itu yang ada
secara dominan ialah falsafah Islam, yang daerah pengaruhnya meliputi hampir seluruh
bekas daerah Hellenisme.

Tetapi sebelum gerakan Neoplatonis itu mandeg, ia harus terlebih dahulu bergulat
dan berhadapan dengan agama Kristen. Dan interaksinya dengan agama Kristen itu tidak
mudah, dengan ciri pertentangan yang cukup nyata. Salah seorang tokohnya yang harus
disebut di sini ialah pendeta Nestorius, patriark Konstantinopel, yang karena menganut
Neoplatonisme dan melawan ajaran gereja terpaksa lari ke Syria dan akhirnya ke
Jundisapur di Persia.

Sebenarnya Neoplatonisme sebagai filsafat musyrik memang mendapat perlakuan


yang berbeda-beda dari kalangan agama. Orang-orang Kristen zaman itu, dengan doktrin
Trinitasnya, tidak mungkin luput dari memperhatikan betapa tiga hypostase Plotinus
tidak sejalan, atau bertentangan dengan Trinitas Kristen. Polemik-polemik yang terjadi
tentu telah mendapatkan jalannya ke penulisan. Maka orang-orang Muslim, melalui
tulisan-tulisan dalam bahasa Suryani yang disalin ke Bahasa Arab, mewarisi versi
neoplatonisme yang berbeda, yaitu Neo-platonisme dengan unsur kuat Aristotelianisme.
Menurut pelukisan F.E. Peters, mengutip kitab al-Fihrist oleh Ibn al-Nadim,

(Versi Arab tentang datangnya karya-karya Aristoteles di dunia Islam ada


kaitannya dengan diketemukannya naskah-naskah di suatu rumah kosong. Seandainya
benarpun, kisah itu menghilangkan dua rinci penting yang bisa melengkapi jalan cerita:
pertama, naskah-naskah itu pastilah tidak tertulis dalam Bahasa Arab; kedua, orang-orang
Arab itu tidak hanya menemukan Aristoteles tetapi seluruh rangkaian para penafsir juga).

Menurut Cak Nur Ini berarti bahwa pikiran-pikiran Aristoteles yang sampai ke
tangan orang-orang Muslim sudah tidak "asli" lagi, melainkan telah tercampur dengan
tafsiran-tafsirannya. Karena itu, meskipun orang-orang Muslim sedemikian tinggi
menghormati Aristoteles dan menamakannya "guru pertama", namun yang mereka ambil
dari dia bukan hanya pikiran-pikiran dia sendiri saja, melainkan justru kebanyakan adalah
pikiran, pemahaman, dan tafsiran orang lain terhadap ajaran Aristoteles. Singkatnya,
memang bukan Aristoteles sendiri yang berpengaruh besar kepada falsafah dalam Islam,
tetapi Aristotelianisme. Apalagi jika diingat bahwa orang-orang Muslim menerima
pikiran Yunani itu lima ratus tahun setelah fase terakhir perkembangannya di Yunani
sendiri, dan setelah dua ratus tahun pikiran itu digarap dan diolah oleh para pemikir
Kristen Syria. Menurut Peters lebih lanjut, paham Kristen telah mencuci bersih tendensi
"eksistensial" filsafat Yunani, sehingga ketika diwariskan kepada orang-orang Arab
Muslim, filsafat itu menjadi lebih berorientasi pedagogik, bermetode skolastik, dan
berkecenderungan logik dan metafisik. Khususnya logika Aristoteles (al-manthiq al-
aristhi) sangat berpengaruh kepada pemikiran Islam melalui ilmu kalam. Karena banyak
menggunakan penalaran logis menurut metodologi Aristoteles itu, maka ilmu kalam yang
mulai tampak sekitar abad VIII dan menjadi menonjol pada abad IX itu disebut juga
sebagai suatu versi teologi alamiah (natural theology, al-kalam al-thabi'i, sebagai
bandingan al-kalam al-Qur'ani) di kalangan orang-orang Muslim.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
22

BAB III
KRITIK TERHADAP PEMIKIRAN CAK NUR

A. Kata Mereka Tentang Cak Nur42

1. Daud Rasyid, Menurut Daud, pengalaman Cak Nur terjun ke kancah politik belum ada.
“Cak Nur cukup dekat dengan pemerintah Orde Baru, sering memanfaatkan situasi, dan
mengikuti arah politik pada saat itu,” katanya. Nah, tipe pemimpin seperti itu, menurut
Daud, susah diharapkan membawa bangsa yang besar. “Pemimpin yang dikenal tegar
saja menghadapi sebuah rezim kadang-kadang tak kuat,” ujar Daud. KENYATAANNYA
Daud tak menyimak sepuluh butir pernyataan yang menjadi platform Cak Nur. Salah satu
butirnya menyebutkan perlunya dilakukan rekonsiliasi nasional. Dan hanya dengan cara
Indonesia bisa menjadi bangsa besar.

2. Dalam buku Pluralisme Borjuis (Kritik atas Nalar Pluralisme Cak Nur) yang ditulis
Nur Khalik Ridwan. Ridwan melakukan kajian kritis atas gagasan pluralisme Cak Nur.
Peneliti alumni IAIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, ini menganggap bahwa Cak Nur,
kendati memiliki tingkat liberalisasi tinggi, serta didukung penguasaan khazanah Islam
klasik dan modern, telah menjadi semacam rezim kebenaran atau hegemoni intelektual
bercorak logosentris. Pribadinya cenderung dikultuskan, dan gagasannya "disakralkan".

3. Dalam resensi yang ditulis J. Sumardianta, Pustakawan, tinggal di Yogyakarta


mencatat pluralisme Cak Nur inilah yang dikaji Khalik dengan perspektif lain.
Berdasarkan hasil lacakan atas genealogi keluarga dan komunitas sosialnya, Khalik
menyebut Cak Nur berasal dari lingkaran Islam borjuis. Tipologi Islam borjuis digunakan
Khalik untuk mengidentifikasi kelas mengengah atas muslim perkotaan yang secara
ekonomi mapan, ideologinya condong ke Masyumi-HMI, dan cenderung mengusung
simbol-simbol Islam formal. pluralisme Cak Nur, yang bertumpu pada gagasan Islam
agama universal, tetap berputar di orbit komunal partikular karena masih melihat
kebenaran agama lain dengan perspektif agama sendiri.

Dalam konteks ahlulkitab, Cak Nur hanya terpaku pada agama formal dan
mengesampingkan "paham-paham keagamaan" masyarakat adat yang terkesan primitif
namun kaya kearifan. Gagasan Cak Nur tentang sekularisasi (menghindarkan umat dari
42
Diringkas dari Yayat www.tokohindonesia.com
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
23

kecenderungan mengukhrawikan persoalan duniawi tanpa kecuali gagasan negara Islam)


dan modernisasi (menganjurkan umat berpikir rasional dengan mendukung pembangunan)
dinilai Khalik sebagai strategi buat mengelabui rezim otoritarian Orde Baru. Agar
komunitas Islam borjuis tidak terus-menerus larut dalam trauma kepahitan politik
dibubarkannya Masyumi.

Pluralisme Cak Nur, di mata Khalik, tidak memiliki sensitivitas pembebasan bagi kaum
buruh, petani miskin di pedesaan, penghuni kampung kumuh, gelandangan, dan "sampah
masyarakat" perkotaan lainnya yang rentan ketidakadilan sekaligus pengambinghitaman.
Konsepsi Cak Nur tentang Islam sebagai agama keadilan, agama kemanusiaan, dan
agama peradaban hanya bisa diakses kaum profesional dan eksekutif muda bergelimang
duit, namun kerontang spiritual, melalui berbagai kursus filsafat keagamaan yang
diselenggarakan Paramadina di hotel-hotel berbintang. Tak mengherankan pula bila
Khalik menyebut kinerja Cak Nur sebagai pluralisme borjuis.

B. KRITIK TAJAM TERHADAP FIKIH LINTAS AGAMA43

Fikih Lintas agama, Tim penulis paramadina sembilan orang itu adalah;
Nurcholish Madjid, Kautsar Azhari Noer, Komarudin Hidayat, Masdar F. Mas'udi,
Zainun Kamal, Zuhairi Misrawi, Budhy Munawar-Rahman, Ahmad Gaus AF dan
Mun'im A. Sirry. Mereka menulis buku yang judul lengkapnya; "Fikih Lintas Agama
Membangun Masyarakat Inklusif-Pluralis". Cetakan: I, September 2003.

"Mereka ingin memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-


ucapan) mereka, dan Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya meskipun orang-orang
kafir benci." (At-Taubah:32)

Mereka itu secara terang-terangan mengusung keyakinan inklusif pluralis alias


menyamakan semua agama, dan secara blak-blakan memang mereka sengaja membuka
jati diri mereka bahwa meskipun mengaku Islam namun juga mengakui bahwa aqidah
mereka berbeda.

Kalau mereka meyakini aqidah yang berbeda itu tanpa menyelewengkan


pengertian ayat-ayat Al-Qur'an, As-Sunnah (Hadits Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi
wa Sallam), menghujat ulama, memelintir perkataan ulama, meninggikan tokoh-tokoh
non Islam bahkan anti agama, dan menggiring umat ke filsafat yang tak punya landasan
itu serta hanya untuk mereka 'nikmati' sendiri bukan dipropagandakan; maka urusannya
masih sebatas urusan mereka. Urusan orang-orang tertentu dan terbatas yang lokasi
kumpulnya di sekitar Ciputat, Pondok Indah, dan Utan Kayu Jakarta. Namun "aqidah
yang berbeda" itu mereka pasarkan dengan cara-cara menyelewengkan pengertian ayat-
ayat Al-Qur'an, As-Sunnah, menghujat ulama, memelintir perkataan ulama, meninggikan
kedudukan dan suara serta tingkah tokoh-tokoh kafir bahkan sangat anti agama,
mengekspose penyelewengan sebagian tokoh dijadikan sample/ contoh untuk dicarikan

43
TULISAN Hartono Ahmad Jaid, Jaringan Islam Liberal penyebar Fitnah kita lawan. 4 MEI 2004 , html
document.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
24

jalan keluarnya berupa penghalalannya, dan menggiring umat Islam untuk tidak meyakini
Islam secara semestinya.

"Aqidah yang berbeda" itu memerlukan "Fikih yang berbeda" pula. Mereka sendiri
yang menyatakan itu, bahwa yang aqidahnya eksklusif maka Fikihnya eksklusif pula,
sedang mereka (kaum liberal) yang aqidahnya inklusif pluralis alias menyamakan semua
agama, maka memerlukan Fikih pluraris pula. Mereka buatlah ramai-ramai (9 orang)
sebuah buku setebal 274 halaman dengan judul "Fikih Lintas Agama".

Muslim dan kafir sama, namun jangan bawa-bawa agama untuk mengatur hidup
ini. Ini artinya, aturan dari orang kafir harus dipakai, sedang aturan dari Allah tak boleh
dipakai.

Itulah "aqidah yang berbeda" maka memerlukan "Fikih yang berbeda" pula. Dan
itulah Fikih yang pembuatan dan penerbitannya dibiayai oleh orang kafir.

Propaganda kepentingan kafirin namun lewat jalur ilmu Islam praktis yakni Fikih
inilah sebenarnya persoalan dalam pembicaraan ini. Namun kalau hanya dikemukakan
bahwa itu upaya mengusung kepentingan orang kafir, lalu tidak disertai bukti-bukti
hujjah yang nyata, maka persoalannya bisa mereka balikkan. Bahkan membalikkannya
pun bisa pakai ayat atau hadits dengan disesuaikan dengan kepentingan mereka. Lalu
khalayak ramai, kafirin plus sebagian umat Islam yang hatinya ada penyakitnya, bisa-bisa
serta merta memberondongkan serangan yang menyakitkan, bukan sekadar kepada orang
yang mengecam Paramadina namun bisa jadi terhadap Islam itu sendiri.

Berhubung yang mengusung aqidah rusak berupa paham pluralisme agama,


menyamakan Islam dengan agama-agama lain, itu bukan hanya tim 9 penulis FLA
Paramadina, maka pemikiran, lontaran-lontaran, dan beberapa hal yang berkaitan dengan
penyebaran paham pluralisme agama pun saya uraikan. Sehingga diharapkan buku ini
akan bisa menguak sepak terjang mereka serta pola pikir dan kelicikan mereka.

Sesuai dengan sifatnya 'yang berbeda', maka Fikih Lintas Agama itu pun berbeda
dengan fikih hasil ijtihad para ulama. Di antara perbedaannya bisa disimplifikasikan/
disederhanakan sebagai berikut:

1. Dibiayai oleh lembaga orang kafir dan duit lembaga pendana itu dari orang
kafir.

2. Ditulis oleh orang-orang yang latar belakang keilmuannya bukan ilmu fikih,
namun rata-rata menggeluti filsafat atau perbandingan agama, atau tasawuf, atau
ilmu kalam (bukan ilmu Tauhid). Kalau toh tadinya belajar ilmu fikih di Fakultas
Syari'ah seperti Masdar F Mas'udi (salah satu dari 9 orang tim Penulis FLA Paramadina)
pada perjalanan terkininya bukan lagi menekuni studi jurusan Fikih tetapi filsafat.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
25

3. Cara ber-istidlal (mengambil dalil untuk menyimpulkan hukum) tidak ada


konsistensi, sehingga antagonistis, bertabrakan satu sama lain. ,.Tidak jujur. dan
Memperlakukan ayat-ayat Al-Qur'an semau mereka.

4. Pendapat yang sangat lemah pun dijadikan hujjah, lalu disimpulkan satu
ketentuan, dan ketentuan yang berdasarkan pendapat sangat lemah itu kemudian untuk
menghukumi secara keseluruhan. Akibatnya, hukum dibalik-balik, yang haram jadi
halal. Pembolak-balikan itu untuk mempropagandakan "aqidah dan Fikih yang
berbeda" yaitu di antaranya: Ulama diposisikan sebagai orang durjana, Orang kafir
naik kedudukannya yanguaranya bisa dijadikan hujjah untuk membantah ulama,
bahkan bisa-bisa untuk membantah hadits bahkan naik lagi bisa untuk membantah ayat
Al-Qur'an. : (1)Orang kafir berhak nikah dengan Muslim dan Muslimat. (2)Orang
kafir berhak mendapatkan waris dari orang Muslim. (3) Orang Muslim tidak boleh
menegakkan syari'at Islam dalam kehidupan siyasah. (4) Orang Muslim dalam
kehidupannya hanya boleh diatur pakai selain syari'at Islam.

Salah satu Komentar-Komentar Hartono dalam bukunya berjudul Menangkal


bahaya JIL dan Fikih Lintas Agama.44

1. Prof Dr. Nurcholish Madjid ” Umat Islam pun diperintahkan untuk senantiasa
menegaskan bahwa kita semua, para pengikut Kitab suci yang berbeda-beda itu,
sama-sama menyembah Tuhan Yang Maha Esa dan sama-sama pasrah (muslimun)
KepadaNya.

KOMENTAR HARTONO
Ini satu bentuk penyembunyian kebenaran, Sebab Allah Menegaskan dalam Al-
Quran : At-Tauba:29
29. Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula)
kepada hari Kemudian, dan mereka tidak mengharamkan apa yang diharamkan
oleh Allah dan RasulNya dan tidak beragama dengan agama yang benar (agama
Allah), (yaitu orang-orang) yang diberikan Al-Kitab kepada mereka, sampai
mereka membayar jizyah[638] dengan patuh sedang mereka dalam keadaan
tunduk.

[638] Jizyah ialah pajak per kepala yang dipungut oleh pemerintah Islam dari
orang-orang yang bukan islam, sebagai imbangan bagi keamanan diri mereka.

2. Dr. Alwi Shihab, Ketua Umum PKB ,” Prinsip lain yang digariskan oleh Al-
Quran adalah pengakuan eksistensi orang-orang yang berbuat baik dalam setiap
komunitas beragama dan dengan begitu , layak memperoleh pahala dari Tuhan.

KOMENTAR HARTONO: ungkapan itu bertentangan dengan ayat-ayat Allah


44
Hartono Ahmad Jaiz, Menangkal bahaya JIL dan Fikih Lintas Agama.hal 56 -
59
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
26

3:85. Barangsiapa mencari agama selain agama islam, Maka sekali-kali tidaklah
akan diterima (agama itu)daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang
yang rugi.

Dan
Al-maidah 72. Sesungguhnya Telah kafirlah orang-orang yang berkata:
"Sesungguhnya Allah ialah Al masih putera Maryam", padahal Al masih (sendiri)
berkata: "Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu".
Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, Maka pasti
Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada
bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun.

3. Ulil Abshar Abdallah (JIL)


” Semua agama sama, Semuanya menuju jalan Kebenaran, Jadi Islam Bukan yang
paling benar

KOMENTAR HARTONO: Ungkapan ini bertentangan dengan ayat:


Ali-Imram ; 85,Al-Baqarah : 147 dan Yunus 32
Al-Baqarah : 147

2:147. Kebenaran itu adalah dari Tuhanmu, sebab itu jangan sekali-kali kamu
termasuk orang-orang yang ragu
Yunus :32. Maka (Zat yang demikian) Itulah Allah Tuhan kamu yang
Sebenarnya; Maka tidak ada sesudah kebenaran itu, melainkan kesesatan. Maka
bagaimanakah kamu dipalingkan (dari kebenaran)?
Menurut Hartono Buku Fikih Lintas Agama Paramadina tersebut tidak ilmiah ,
memalukan dan menghina serta melecehkan , sahabat Nabi terutama Abu
Hurairah (FLA Hal 70) dan juga imam Asy-Syafi ’ i serta memutar balikan
peryataan Ibnu Taimiyah.
Bayangkan didalamnya terdapat pembolehan untuk hadir diupacara-
upacara orang kafir. Landasannya diantaranya adalah hadirnya Yasser Arafat dan
istrinya Suha di acara tengah malam di Gereja Saint Catherine di Betlehem, dan
perayaan Natal di gereja yang sama, setelah mengikuti Teraweh di Mesjid dekat
Gereja tersebut. (FLA hal 85). Lalu pada halaman yang sama Ketua MPR RI
Amien Rais menghadiri perayaan Natal di Gereja Sentrum Tondano , Ibukota
kabupaten Minahasa Sul-sel, 19 desember 2000. Komentae larangan untuk hadir
pada acara keagamaan orang kafir terdapat pada ayat
Al-Furqan ayat 72 dengan artinya ” Dan orang-orang yang tidak memberikan
persaksian palsu.45
Teologi Pruralisme itu kafir, terhadap akidah pruralisme agama, Hartono
membacakan petikan fatwa Lajnah Dailamah yang terdapat dalam disertasi Dr.
Ahmad Al-Qadhi yang berjudul Da’watut Taqriib Bainal Adyan 4 jilid, terbitan

45
Hartono, hal 116
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
27

Darul Jauzi, Damam Saudi Arabia, 1422 H intinya: ”Dan diantara Ushulil Islam
(prinsip-prinsip Islam) bahwa wajid yakin kekafiran orang yang tidak masuk
Islam, Yaitu Yahudi, Nasrani, dan lainnya, dan menamakan Kafir , Dia adalah
musuh Bagi Allah, Rasul dan orang-oranga Mukmin dan dia termasuk ahli
(penghuni tetap) neraka, sebagaimana firman Allah :

: Al-bayyinah 1 dan 6
1. Orang-orang kafir yakni ahli Kitab dan orang-orang musyrik (mengatakan
bahwa mereka) tidak akan meninggalkan (agamanya) sebelum datang kepada
mereka bukti yang nyata
6. Sesungguhnya orang-orang yang kafir yakni ahli Kitab dan orang-orang yang
musyrik (akan masuk) ke neraka jahannam; mereka kekal di dalamnya. mereka itu
adalah seburuk-buruk makhluk.

Menurut Hartono ajaran semua agama adalah kepasrahan terhadap Tuhan


konsepini adalah jiblakan dari ide Wilfred Cantwell Smith, bisa dilihat dalam buku
berjudul The Meaning and end of Religion sama dengan konsep sekularisme Cak
Nur yang dibuktika oleh Adian Ide menjiblak ide Harvey Cox , segi persamaan
yang sangan asasi antar semua kitab suci adalah ajaran ketuhana Yang Maha Esa.
Kita dapat bertanya pada Cak Nur dan kawan-kawan apakah konsep trinitas ,
Trimurti dapat disamakan dengan konsep keTuhanan dalam Konsep Tauhid
Islam46

C. KRITIK CAK NUR ATAS NALAR FUNDAMENTALIS ISLAM

Sebagai pelarian, Fundamentalis keagamaan pun tidak begitu jauh dari kultus.
Unsur-unsur yang menjadi ciri utama kultus juga merupakan unsur-unsur yang menjadi
ciri utama fundamentalism seperti ketertutupan, pemaksaan disiplin keras, hasutan
kepada pengorbanan hati dan jiwa yang tidak proporsional, janji janji keselamatan yang
diberikan dengan tegas dan sederhana...karena itu bagaimanapun kultus dan
fundamentalis hanyalah pelarian dalam keadaan tidak berdaya, sebagai sesuatu yang
hanya memberikan hiburan ketenangan semu atau palliative, kultus, dan
fundamentalisme adalah sama berbahayanya dengan Narkotika, tetapi narkotika
menampilkan bahaya hanya melalui pribadi yang tidak memiliki kesadaran penuh (teler),
baik secara perseorangan maupun kelompok, sehingga tidak akan menghasilkan gerakan
sosial dengan suatu kedisiplinan keanggotaan para pengguna narkotika-bukan
keanggotaan sindkat para penjualnya, sedangkan kultus dan fundamentalis dengan
sendirinya melahirkan gerakan disiplin dengan disiplin yang tingi, maka penyakit yang
terakhir inilah yang jauh lebih berbahaya dari pada yang pertama.47

46
Hartono , hal 125
47
Menembus batas tradisi menuju masa depan yang membebaskan, refleksi atas pemikiran Nurcholish
Madjid. Universitas Paramadina., penerbit Kompas 2006 hal 56
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
28

Ciri-ciri fundamentalis Islam .(1) mereka yang penting adalah ketaatan mutlak
kepada wahyu Allah yang berlaku secara universal, dimana iman dan ketaatan terhadap
wahyu Tuhan sebagaimana tercantum dlam al-quran dan Hadist lebih penting dari pada
penafsiran-penafsiran terhadap kedua sumber utama pedoman kehidupan umat manusia,
kecenderungan dokrin secara murni dan totalitas.(2) fundamentalis menekankan
pengunaan terminologi politik yang menurut anggapan mereka ”islami,” dokrin
keagaman diterjemahkan bukan sekedar rumusan teologis tetapi juga suatu sistem
keimanan dan tidakan politik yang komprehensif dan ekslusif, Karenanya bagi kaum
fundamentalis, makna-makna subtantif dari suatu terminologi atau tindakan politik
tidaklah terlalu penting. Pemeliharaan kaum fundalis terhadap skripturalisme ,
mendorong mereka untuk menggunakan pendekatan literal dan tekstual dalam
mengartikulsikan gagasan-gagasan sosila politiknya48 (3) Dalam berpolitik fundamentalis
menafsirkan syariah sebagai ruh dan pondasi tiga pilar utama yaitu : agama, dunia, dan
negara, Syariah dianggap sebagai hukum Tuhan yang ditafsirkan secara ketat dan
diimplementasikan dalam sistem kehidupan ketatanegaraan, kostitusi , pemerintahan, dan
masyarakat. Dengan kata lain mereka umumnya hanya ”syariah minded”. Fundamentalis
tidak mempunyai apresiasi dan bahkan antipati terhadap pruralisme. Kecenderungan
untul menafsirkan teks-teks agama secara literal dan legal ekslusif telah menyebabkan
mereka menarik garis demarkasi yang tegas antara muslim dan non muslim, bahkan
kepada muslim sekalipun, jika dianggap tidak sesuai dengan tafsiran subyektif mereka
tentang kebenaran yang diyakini. Dimana kaum fundamentalis mempunyai
kecenderungan untuk berpijak pada konsep us (minna) dan them (minhum) yang
bermuara pada justifikasi personal terhadap kaum yang lain dengan simplikasi
penggolongan sebagai :muslim” atau kafir dalam konteks politik sekarang . Kaum
fundalis sangat percaya dengan teori konspirasi yang didasarkan pada kecurigaan yang
tinggi terhadap kelompok-kelompok non islam (terutama Yahudi dan Nasrani) tentang
agenda-agenda politik mereka yang dianggap destruktif terhadap Islam dan umat Islam. 49

Cak Nur mendesak umat Islam untuk terbiasa berfikir ilmiah, rasional dan kritis
terhadap perkembangan keadaan seiring dengan mordenisasi. Dan diharapkan umat
islam membiasakan diri untuk terbuka terhadap perubahan termasuk merespons
modernsasi, tetapi tetap aktif dan kreatif terhadap modernisasim Umat islam tidak statis
merespons modernisasi dengan sikap kritis dan selektif, bisa memanfatkan ide-ide yang
baik dari modernisasi itu sendiri, sayangnya menurut Cak Nur, Umat Islam saat itu
termasuk ormas-ormasnya telah menjadi jumud dan bahkan mereka yang tergolong
sebagai kelompok modernis Islam pun telah berhenti dan gagal sebagai pembaru. 50

Bagi Cak Nur bagaimana umat Islam mengembangkan dimensi pruralisme itu
sebagai sistem nilai yang memandang secara positif optimis terhadap kemajemukan itu
sendiri. Dengan menerimanya sebagai kenyataan dan berbuat sebaik mungkin atas dasar
kenyataan itu. Jika dokrin Islam ini diproyeksikan kepada Masyarakat Indonesia , maka
kemajemukan sosial – budaya yang merupakan ciri menonjol Indonesia sebagai sesuati
nation harus dipertimbangkan.

48
Ibib hal 58
49
Menembus tradisi hal 58
50
Ibid hal 61
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
29

Menurut Cak Nur Pencarian kebenaran yang tulus akan menghasilkan sikap
pasrah (islam) kepada kebenaran, Tanpa sikap pasrah menurut pencarian pada kebenaran
tidak memiliki kesejatian (otentitas) dan tidak akan membawa kebahagiaan. Kemudian
Caknur berkesimpulan sebaik-baiknya agama disisi Allah adlah semangat mencari
kebenaran yang lapang toleran, tidak sempit , tidak fanatik, dan tidak membelenggu
jiwa51

BAB IV
MESTIKAH BUNDA TERESA MASUK NERAKA

MURTHADHA MUTHAHHARI seorang Guru besar Unversitas Teheran ,


Arsitek Republik Islam Iran, dalam satu karyanya yang mendapat penghargaan UNESCO
PBB, dalam bukunya yang berjudul ”MESTIKAH BUNDA TERESA MASUK
NERAKA”?

JIKA MANUSIA DICIPTAKAN UNTUK DIMASUKAN KEDALAM API


NERAKA ATAU JIKA AKHIR KEDIAMAN KEBANYAKAN MANUSIA
ADALAH NERAKA MAKA SESEORANG HARUS MENERIMA BAHWA
MURKA TUHAN MENGGANTIKAN KASIHNYA

Apakah karena beliau bukan muslim, tapi seorang non muslim yang mengabdikan
dirinya pada manusia yang papa dan tidak dipedulikan sepanjang hidupnya yaitu pasien-
pasien miskin yang berpenyakit kusta, harus masuk Neraka, dan Segala perbuatan
baiknya akan sia-sia.
Kesimpulan dari buku tersebut adalah:52
1. Keselamatan maupun kemalangan , keduanya memilki derajat dan tingkatan,
apakah berkenaan dengan orang yang sama tingkatannya, maupun yang berbeda
tingkatannya. Tingkatan dan perbedaan ini disebut derajat ”tingkatan naik:
berkenaan dengan penghuni surga. Dan darakah ”tingkatan turun” berkenaan
dengan penghuni neraka.
2. Tidak berarti bahwa semua penghuni surga masuk surga sejak permulaannya,
sebagaimana penghuni neraka juga tidak semuanya kekal didalamnya,
kebanyakan penghuni surga adalah yang masuk surga setelah memjalani masa
hukumannya terlebih dahulu, baik di alam barzah maupun di akhirat. Semua
muslim non Syiah atau muslim syiah harus mengetahui bahwa anggapan ia mati
dengan akdah yang benar, Jika Allah melarang dia berbuat dosa, zalim, jahat ,

51
Ibid hal 217

52
Murtadha Muthahhari, mestikah Bunda Teresa
Neraka ? Pustaka Iiman , juli 2006 Hal 159-163
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
30

maka ia melewati tahap-tahap sulit dan menderita dan beberapa dosa memiliki
bahaya lebih besar dan mungkin menyebabkan seseorang berada selamanya
dineraka.
3. Orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan akhirat, umumnya tidak
melakukan berbagai perbuatan dengan niat yang membuat amalnya naik menuju
Allah, dan karena mereka tidak melakukan perbuatan baik dengan niat tersebut ,
mereka tidak keatas menuju Allah dan akherat. Jadi mereka tidak naik menuju
Allah dan tidak mencapai surga. Karena mereka tidak bergerak kesana
4. Jika orang-orang beriman kepada Allah dan Akherat serta melakukan perbuatan
baik dengan niat mencari kedekatan dengan Allah, dan dilakukan dengan iklash,
perbuatan mereka diterima Allah dan mereka berhak memperoleh pahala dan
surga, baik mereka itu muslim atau pun Non muslim.
5. Non Muslim yang beriman kepada Allah dan akherat serta melakukan perbuatan
baik dengan niat memcari kedekatan dengan Allah, tetapi tidak beragama Islam
sehingga terhalang dari menjalankan program ilahi, maka perbuatan baik mereka
diterima selama sesuai dengan program ilahi, seperti berbagai bentuk pengabdian
kepada mahluk Allah, tetapi amal ibadah tampa dasar tidak dapat diterimaa dan
serangkai penyimpangan yang berasal dari tak tersediannya program yang
sempurna.
6. Diterimanya program baik apakah itu muslim atau bukan memiliki penyakit
tertentu yang dapat merusak perbuatan baik tersebut, sumber segala penyakit
adalah penolakan, pembakangan, keingkaran, kafir sengaja. Maka jika non
muslim melakukan sejumlah perbuatan besar perbuatan baik dengan niat
memdekatkan diri Kepada Allah,tetapi ketika kebenaran Islam dihadirka kepada
mereka lalu mereka menolak dan membangkang serta mengabaikan kejujuran
dirinya dan pencarian atas kebenaran , maka semua amal baiknya menjadi nihil
dan sia-sia ” seperti debu yang tertiup angin kencang pada suatu hari berangin
kencang.
7. Muslim dan semua muwahid (monoteis) yang benar, jika mereka berbuat tidak
senonoh dan melanggar serta menghianati aspek praktis program ilahi, berhak
mendapat hukuman yang sama dialam barzah dan pada hari keadilan, Dan
adakalanya kerena beberapa dosa, seperti membunuh orang beriman tak berdosa
dengan sengaja akan menerima hukuman yang abadi
8. Perbuatan yang baik orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan Hari
Pengadilan, bahkan orang orang yang memnyekutukan Allah, akan diringankan
hukuman mereka dan adakalanya dihapus.
9. kebahagiaan dan kemalangan sehubungan dengan syarat-syarat aktual dan kreatif,
bukan syarat-syarat konvensional dan buatan manusia

Surat Al-baqorah (2) : 62, Sesungguhnya orang-orang mukmin , orang-orang


Yahudi ,orang-orang Nasrahi dan orang-orang shabiin ,siapa saja diantara mereka yang
benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian , dan beramal saleh , mereka akan
menerima pahala dari tuhan. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka, dan tiada pula
mereka bersedih hati.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
31

KESIMPULAN

Nurcholis Madjid Lahir di Jombang , Jawa Timur, 17 Maret 1939 Meninggal di


Jakarta, tanggal 29 Agustus 2005 mempunyai satu orang Isteri bernama Omi Komariah
mempunyai 2 orang anak Pendidikannya mulai di Pesantren Darul ‘ulum Rejoso,
Jombang, Jawa Timur, pada tahun 1955, kemudian Pesantren Darul Salam, Gontor,
Ponorogo, Jawa Timur 1960 Institute Agama Islam Negeri (IAIN), syarif hidayah tullah,
Jakarta, 1965 (BA, Sastra Arab) Institute Agama Islam Negeri (IAIN), syarif hidayatullah,
Jakarta, 1968 (Doktorandus, Sastra Arab) The University of Chicago (Universitas
Chicago), Chicago, Illinois,USA,tahun1984(Ph.D,StudiAgamaIslam).

Menurut Cak Nur Mordenisasi ialah rasionalisasi, bukan westernisasi ,


mordenisasi identik dengan rasionalisasi yang berarti suatu perombakan pola pikir dan
tata kerja yang tidak rasional dan menggantinya dengan yang lebih rasional. Tujuannya
adalah untuk memperoleh daya guna dan efisiensi yang maksimal. Proses demikian
diperoleh berdasarkan penerapan hasil temuan pengetahuan muktahir. Karena ilmu
pengetahuan tidak lain adalah pemahaman manusia atas hukum-hukum obyektif yang
mengatur alam semesta ini. Mordenisasi merupakan keharusan , dan bukan bisa disebut
kewajiban mutlak sebab mordenisasi dalam pengertian ini berarti bekerja dan berfikir
menurut aturan sunatullah. Menjadi modern berarti mengembangkan kemampuan berfikir
secara ilmiah serta bersikap dinamis dan progresif dalam mendekati kebenaran-kebenaran
universal53

Islam yes, partai Islam no”. Nurcholish ketika itu menganggap partai-partai Islam
sudah menjadi “Tuhan” baru bagi orang-orang Islam. Partai atau organisasi Islam
dianggap sakral dan orang Islam yang tak memilih partai Islam dalam pemilu dituding
melakukan dosa besar.

Dr. Nurcholish Madjid , dalam bukunya Islam Dokrin dan Peradaban


menyatakan ,bahwa Islam di Indonesia: adalah masalah kemajemukan. Pluralitas
(kemajemukan) manusia adalah kenyataan yang telah menjadi kehendak Tuhan. Jika
dalam kitab suci disebutkan bahwa manusia diciptakan berbangsa-bangsa dan bersuku-
suku agar mereka saling mengenal dan menghargai

Dalam kitab suci juga disebutkan bahwa perbedaan antara manusia dalam bahasa
dan warna kulit harus diterima sebagai kenyataan yang positif, yang merupakan salah
satu tanda kebesaran Allah Bahkan al-Quran juga mengisyaratkan bahwa para penganut
berbagai agama, asalkan percaya kepada tuhan dan Hari kemudian serta berbuat baik
semuanya akan selamat
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
32

QS 2:62, Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang


Nasrani dan orang-orang Shabii], siapa saja diantara mereka yang benar-benar beriman
kepada Allah], hari kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari
Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran kepada mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih
hati.

Ringkasnya menurut Cak Nur bahwa Pruralime adalah aturan Allah atau
sunatullah, hendaknya perbedaan menjadi suatu yang saling melengkapi , bukan untuk
membuat jurang konflik dan perbedaan berkehidupan bermasyarakat, karena tidak ada
paksaan dalam memeluk agama. Kita hidup harus dalam iklim saling hargai-menghargai.
Karena keselarasan dan keamanan adalah kunci sukses pengabdian kira kepada Allah,
dengan rasa aman dan pasra kepada ketentuan Allah, Tuhan yang maha Esa, kita hidup
dan aman menjalankan kehidupan beragama dengan rasa cinta dan moral kepada sesama
Karena manusia tidak mungkin mengetahui kebenaran yang mutlak, pengetahuan
manusia itu betapa pun tingginya, tetap terbatas. Karena itu setiap orang ditunjuk untuk
cukup bersikap rendah hati guna bisa mengetahui lebih tinggi. Tawhid menghasilka
bentuk hubungan kemasyarakatan manusia yang menumbuhkan kebebasan menyatakan
pikiran dan kesedian mendengarkan pendapat.
Adalah menjadi kewajiban semua umat beragama untuk pasrah terhadap aturan
Tuhan yang maha esa, menjalankan ketawaan , dan ibadat yang sungguh-sungguh, yang
di implementasikan dalam kehidupan sosial ,kehidupan yang bermoral , yang membawa
rahmat kepada masyarakat, bangsa dan negara
demokrasi, yakni pengaturan tatanan kehidupan atas dasar kemanusiaan, yakni kehendak
bersama. Dan iman kepada Allah menuntuk agar segala perkara antar manusia
diselesaikan dengan musyawarah.
Demokrasi justru diciptakan untuk mengatasi perbedaan pendapat, tapi cara
mengatasinya harus damai , human, konstitusional dan tidak berdarah. Sebab konflik bisa
berdarah. Dan kalau setiap konflik diselesaikan berdarah kan masyarakat bisa hancur.
Menurut Cak Nur Sesungguhnya al-Asy'ari bukanlah seorang Jabari 'sehingga
dapat disebut fatalis. Tetapi ia juga bukan seorang Qadari yang berpaham tentang
kemampuan penuh manusia menentukan perbuatannya, seperti kaum Mu'tazilah dan
Syi'ah. Al-Asy'ari ingin menengahi antara kedua paham yang bertentangan itu,
sebagaimana dalam bidang metodologi ia telah menengahi antara kaum Hanbali yang
sangat naqli (hanya berdasar teks-teks suci dengan pemahaman harfiah) dan kaum
Mu'tazili yang sangat 'aqli (rasional). Dapat disimpulkan bahwa Sehingga adalah
menjadi suatu pemahaman bahwa kepasrahan harus di ikuti dengan ikhtiar dan
usaha, karena keadilan maupun kekuasaan AllAH adalah meliputi seluruh alam
dan isinya
Diluar kritik pedas maupun perbedaan pemahaman pemikiran yang ditujukan
kapada Cak Nur bahwa Teologi Pruralisme itu kafir, terhadap akidah pruralisme agama,
Hartono membacakan petikan fatwa Lajnah Dailamah yang terdapat dalam disertasi Dr.
Ahmad Al-Qadhi

Bila Berpegang pada keyakinan bahwa orang diluar Islam adalah kafir maka buda
teresa yang non muslim tapi sangat baik pengamdiannya pada manusia adalah kafir yang
akan masuk Neraka.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
33

Menurut MURTHADHA MUTHAHHARI seorang Guru besar Unversitas


Teheran , Arsitek Republik Islam Iran, dalam satu karyanya yang mendapat penghargaan
UNESCO PBB, dalam bukunya yang berjudul ”MESTIKAH BUNDA TERESA
MASUK NERAKA”?

Non Muslim yang beriman kepada Allah dan akherat serta melakukan perbuatan
baik dengan niat memcari kedekatan dengan Allah, tetapi tidak beragama Islam sehingga
terhalang dari menjalankan program ilahi, maka perbuatan baik mereka diterima selama
sesuai dengan program ilahi, seperti berbagai bentuk pengabdian kepada mahluk Allah,
tetapi amal ibadah tampa dasar tidak dapat diteria dan serangkai penyimpangan yang
berasal dari tak tersediannya program yang sempurna.

Janganlah perbedaan pendapat membawa konflik yang menjerumuskan kita pada


perpecahan, tapi menjadi wahana pengembangan ilmu pengetahuan dan pencerahan
dalam kehidupan berkembangsaan yang adil , dan bijaksana. Perbedaan pendapat dan
pemikiran, menjadi kancah keragaman ke bhinekaan yang tunggal ika. Karena Allah
Dengan Keadilan dan Kekuasaannya Adalah menciptakan Manusia untuk Menjadi
Khalifah dan menghadirkan Islan rahmatan lil alamin. Kepasrahan kita kepada Allah
diimplementasikan dengan ikatan empati dan solidaritas sosial kepada sesama manusia
tampa memandang ras, agama dan bangsa.

Bila Diluar Islam adalah Kafir , berarti semua mahluk beragama diluar Islam
adalha kafir, baik dia yang menjalankan agama nya dengan baik, yang berbuat baik atau
pun yang mempunyai karya besar bagi umat manusia, apakah orang seperti Mother
Teresa harus masuk Neraka?

Surat Al-baqorah (2) : 62, Sesungguhnya orang-orang mukmin , orang-


orang Yahudi ,orang-orang Nasrahi dan orang-orang shabiin ,siapa saja diantara
mereka yang benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian , dan beramal
saleh , mereka akan menerima pahala dari tuhan. Tidak ada kekhawatiran
terhadap mereka, dan tiada pula mereka bersedih hati.

JIKA MANUSIA DICIPTAKAN UNTUK DIMASUKAN KEDALAM API NERAKA


ATAU JIKA AKHIR KEDIAMAN KEBANYAKAN MANUSIA ADALAH NERAKA
MAKA SESEORANG HARUS MENERIMA BAHWA NURKA TUHAN
MENGGANTIKAN KASIHNYA
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
34

DAFTAR PUSTAKA

Dr. Nurcholish Madjid , Islam Dokrin dan Peradaban ,penerbit wakaf


Paramadina, jakarta 1992.

Hartono Ahmad Jaiz , Menangkal Bahaya JIL DAN FLA, Pustaka Al-
Kautsar, 2004

Menembus batas tradisi menuju masa depan yang membebaskan, refleksi


atas pemikiran Nurcholish Madjid. Universitas Paramadina., penerbit
Kompas 2006

www.tokohIndonesia.com

AL-QURAN DAN TERJEMAHAN

Abdul Qadir,M Ag, Jejak langkah Pembaharuan Pemikiran Islam di


Indonesia , pustaka setia bandung 2004

You might also like