You are on page 1of 11

TUGAS MATA KULIAH AUDIT PRAKTIS

Fauzi Rahman

C1C110092

Ridho Nurhadi Rizkillah C1C110102 S.Ali Zainal A.A. Rivani Adhi Rachmat C1C110235 C1C110233

Universitas Lambung Mangkurat Fakultas Ekonomi Akuntansi Banjarmasin 2013

1.

Deskripsi Beban Dibayar di Muka Beban dibayar di muka adalah beban yang dibayar terlebih dahulu untuk suatu

periode yang melebihi periode akuntansi. Dengan demikian, beban yang dibayar di muka bukanlah merupakan beban seluruhnya pada periode tersebut melainkan sebagai aktiva lancar. Pada akhir periode, barulah dihitung berapa besar beban yang telah dipakai dan sisanya tetap merupakan aktiva lancar. Pencatatan beban yang dibayar di muka dapat dilakukan dengan dua cara yaitu beban dibayar di muka terlebih dahulu dicatat sebagai aktiva, dan beban dibayar di muka dicatat terlebih dahulu sebagai beban. Beban Dibayar di Muka Menurut Standar Akuntansi Keuangan : a. Beban dibayar muka dimaksudkan sebagai Beban yang telah terjadi, yang akan digunakan untuk aktivitas perusahaan yang akan datang. b. Bagian dari Beban dibayar di muka yang akan memberikan manfaat untuk beberapa periode kegiatan diklasifikasikan sebagai aktiva tidak lancar. Contoh dari perkiraan-perkiraan yang biasa digolongkan sebagai Beban dibayar di muka adalah : o o Premi asuransi (prepaid insurance) Sewa dibayar di muka untuk masa satu tahun yang akan datang (prepaid rent) Beban lain-lain dibayar di muka (prepaid others), misalnya: Beban iklan di radio, televisi yang berdasarkan kontrak, barang-barang untuk promosi (hadiah berupa gantungan kunci, payung)

2. Prosedur Substantif Asuransi Dibayar di Muka Pada banyak audit, auditor dapat mengumpulkan bukti yang memadai dan kompeten atas asuransi dibayar di muka dengan melakukan prosedur analitis substantive. Pengujian terinci atas transaksi, jika dilakukan, dilaksanakan sebagai bagian dari pengujian proses pembelian. Pengujian terinci atas saldo asuransi dibayar di muka biasanya diperlukan hanya ketika salah saji diperkirakan. 1) Prosedur Analitis Substantif Karena pada umumnya terdapat beberapa transaksi pada akun asuransi dibayar di muka dank arena jumlah yang dilaporkan pada laporan keuangan untuk asuransi dibayar di muka biasanya tidak material, prosedur analitis substantive adalah efektif untuk memverifikasi saldo akun. Prosedur analitis sunbstantif berikut biasanya digunakan untuk menguji asuransi dibayar di muka: Membandingkan saldo asuransi dibayar di muka dan beban asuransi untuk tahun berjalan dengan saldo tahun lalu setelah mempertimbangkan adanya perubahan dalam operasi. Menghitung rasio beban asuransi terhadap aktiva atau penjualan dan

membandingkannya dengan rasio tahun lalu. 2) Pengujian Terinci atas Akun Asuransi Dibayar di Muka Pengujian terinci atas saldo asuransi dibayar di muka dan beban asuransi mungkinperlu ketika auditor mencurigai salah saji berdasarkan audit tahun lalu atau

ketika prosedur analitis substantive menunjukan bahwa saldo akun mungkin mengandung salah saji. Auditor mulai menguji saldo akun asuransi dibayar di muka dengan memperoleh skedul dari klien yang berisi analisis terinci mengenai polis yang termasuk dalam akun asuransi dibayar di muka.

3) Keberadaan dan Kelengkapan (Existence and Completeness) Auditor dapat menguji keberadaan dan kelengkapan dari polis asuransi yang tercakup dalam analisis akun dengan mengirimkan konfirmasi kea gen asuransi entitas, meminta informasi dari tiap nomor polis, cakupan, tanggal akhir masa berlaku, dan premi. Hal ini merupakan cara yang efektif dan efisien dalam mendapatkan bukti mengenai dua asersi. Pendekatan alternative adalah pemeriksaan dokumen pendukung yang mendasarinya seperti tagihan dan polis asuransi. Auditor dapat juga menguji kelengkapan dengan membandingkan polis terinci di daftar asuransi tahun berjalan dengan polis yang ada di daftar asuransi tahun lalu. 4) Hak dan Kewajiban (Right and Obligation) Pemegang polis dapat diuji dengan meminta informasi tersebut dikonfirmasi yang dikirimkan kea gen asuransi atau dengan memeriksa polis asuransi. Jika pemegang polis adalah orang lain di luar klien, auditor dapat memiliki bukti atas kewajiban yang tidak tercatat atau bukti behwa pihak lain memiliki klaim atas aktiva yang diasuransikan.

5) Penilaian (Valuation) Auditor berkepentingan dengan apakah porsi yang belum jatuh tempo atas asuransi dibayar di muka, dan juga beban asuransi, telah dinilai dengan tepat. Hal ini dapat dengan mudah diuji dengan menghitung kembali porsi asuransi yang belum jatuh tempo setelah mempertimbangkan premi yang dibayar dan termin polis. Drngan memverifikasi porsi asuransi dibayar di muka yang belum jatuh tempo, auditor juga memverifikasi jumlah total beban asuransi. 6) Klasifikasi (Classification) Pertimbangan auditor mengenai klasifikasi adalah bahwa berbagai jenis asuransi dialokasikan secara tepat ke berbagai akun beban asuransi. Biasanya, pemerikasaan mengenai cakupan polis asuransi menunjukan jenis asuransi. Misalnya, polis asuransi kebakaran pada fasilitas pabrik dan administrasi utama harus dibebankan baik kea kun beban asuransi overhead manufaktur maupun kea kun beban asuransi umum dan administrasi. 3. Tujuan pemeriksaan Beban Dibayar di Muka

Tujuan Pemeriksaan : 1. Untuk memeriksa apakah terdapat internal control yang cukup baik atas Beban. Jika akuntan publik dapat meyakinkan dirinya bahwa internal control atas Beban berjalan efektif maka luasnya pemeriksaan dalam melakukan substantive test dapat dipersempit. Beberapa ciri internal control yang baik atas Beban adalah :

a.

Setiap pengeluaran untuk Beban diotorisasi oleh pejabat perusahaan yang berwenang.

b.

Setiap pengeluaran untuk Beban didukung oleh bukti-bukti yang sah dan lengkap. Misalnya : polis asuransi, perjanjian sewa menyewa (lease agreement).

2.

Untuk memeriksa apakah Beban yang mempunyai kegunaan untuk tahun berikutnya sudah dicatat sebagai Beban dibayar di muka. Maksudnya adalah auditor harus memeriksa apakah bagian yang belum expired (mempunyai kegunaan untuk periode yang akan datang) tidak dibebankan sebagai Beban, tetapi dicatat sebagai Beban dibayar di muka.

3.

Untuk memeriksa apakah Beban dibayar di muka yang mempunyai kegunaan untuk tahun berjalan telah dibebankan/dicatat sebagai Beban tahun berjalan. Maksudnya adalah auditor harus memeriksa apakah bagian yang expired (masa manfaatnya sudah berlalu) sudah dibebankan sebagai Beban tahun berjalan.

4.

Untuk memeriksa apakah penyajian Beban dalam laporan keuangan sudah sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia (paybudi)/ PSAK. Biasanya Beban dibayar di muka yang mempunyai masa manfaat kurang dari atau sama dengan satu tahun disajikan sebagai harta lancar, sedangkan yang masa manfaatnya lebih dari sat tahun disajikan sebagai aktiva tak lancar.

4.

Prosedur Pemeriksaan Beban Dibayar di Muka Prosedur pemeriksaan dibagi atas prosedur compliance test dan prosedur

subtantive test. Pembahasan prosedur pemeriksaan untuk substantive test akan dibagi

dalam beberapa bagian, yaitu sewa dibayar di muka, premi asuransi dibayar di muka, Beban advertensi dibayar di muka . Dalam praktiknya, prosedur pemeriksaan yang dibahas di sini harus disesuaikan dengan kondisi perusahaan yang diaudit. Prosedur Pemeriksaan Untuk Compliance Test : 1. Pelajari dan evaluasi internal control atas pajak yang dibayar di muka: a) Dalam hal ini internal control questionnaires yang dipergunakan tercakup dalam internal control questionnaires atas pengeluaran kas dan bank : Apakah setiap pembayaran yang menyangkut pajak dibayar di muka didukung oleh bukti-bukti sah dan lengkap. Apakah pembayaran tersebut diotorisasi oleh pejabat perusahaan yang berwenang. Apakah bukti setoran pajak, faktur pajak masukan, bukti

pemotongan pajak oleh pihak ketiga di file dengan baik dan rapi. Apakah lease agreement, insurance policy di file dengan baik dan rapi. b) Lakukan test transaksi (compliance test) atas Beban. Yang digunakan sebagai sample biasanya adalah bukti pengeluaran kas dan bank dan sample cukup dipilih secara random. 2. Tarik kesimpulan mengenai internal control atas Beban. Jika dari test transaksi auditor tidak menemukan sesuatu kesalahan, maka auditor bisa menyimpulkan bahwa internal control atas pajak dibayar di muka

berjalan efektif. Karena itu subtantive test atas perkiraan pajak dibayar di muka bisa di persempit. Prosedur Pemeriksaan Subtantive Sewa Dibayar di Muka ( Prepaid Rent ) 1. 2. 3. Minta rincian (schedule) prepaid rent per tanggal neraca. Check ketelitian perhitungan mathematic (mathematical accuracy). Cocokkan saldo prepaid rent per tanggal neraca dengan saldo buku besar (general ledger) prepaid rent. 4. 5. Cocokkan saldo awal prepaid rent dengan kertas kerja pemeriksaan tahun lalu. Lakukkan vouching untuk pembayaran prepaid rent di tahun berjalan dan pemeriksaan lease agreement ( jika sudah dilakukan di compaliance test, refer ke kertas kerja compliance test ). 6. Tie-upltie-in (cocokkan) total yang dibebankan sebagai Beban sewa ke buku besar Beban sewa. Dalam hal ada Beban sewa yang langsung dibebankan ke perkiraan Beban sewa (tanpa melalui prepaid rent), jumlah Beban sewa di buku besar akan terlihat lebih besar. 7. Buat usulan audit adjustment jika diperlukan.

Prosedur Pemeriksaan Substantive Premi Asuransi Dibayar di Muka ( Prepaid Insurance) 1. 2. 3. Minta rincian prepaid insurance per tanggal neraca. Check mathematical accuracy. Cocokkan saldo prepaid insurance per tanggal neraca dengan saldo buku besar (general ledger) prepaid insurance.

4.

Cocokkan saldo awal prepaid insurance dengan kertas kerja pemeriksaan tahun lalu.

5.

Lakukkan vouching untuk pembayaran premi asuransi di tahun berjalan, perhatikan apakah ada discount untuk pembayaran tersebut.

6.

Periksa polis asuransi dan cocokkan data dalam polis asuransi dengan rincian prepaid insurance.

7.

Tie-up total yang dibebankan sebagai Beban asuransi asuransi.

ke buku besar Beban

8.

Periksa apakah nilai pertanggungan ( insurance coverage ) cukup atau tidak dalam arti tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil.

9.

Perhatikan apakah di dalam polis asuransi terdapat BANKERS CLAUSE, maksudnya apakah dalam polis asuransi tersebut ada salah satu pasal yang menyebutkan bahwa kalau terjadi klaim, karena yang diasuransikan terbakar atau hilang, maka ganti rugi harus dibayarkan kepada bank.

10. Buat usulan audit adjustment jika diperlukan.

Prosedur Pemeriksaan Substantive Prepaid Advertising : 1. 2. Minta rincian prepaid Advertising per tanggal neraca. Check footing dan cocokkan saldo akhir prepaid advertising ke buku besar dan saldo awal ke kertas kerja pemeriksaan tahun lalu. 3. Periksa bukti pembayaran dan surat perjanjian ( untuk iklan di tv/radio/ bill board ) dan bukti pembelian ( untuk barang-barang souvenir ).

4.

Periksa kebenaran pembebanan ke Beban; untuk barang-barang souvenir harus dilakukan stock opname ( perhitungan fisik ) pada akhir tahun.

Di dalam top schedule biasanya si auditor harus mencantumkan kesimpulan dari hasil pemeriksaan atas perkiraan tersebut, apakah menurut pendapat auditor, perkiraan tersebut disajikan secara wajar atau tidak.

5.

Contoh kasus Beban Dibayar di Muka Mula-mulanya transaksi yang terjadi di dalam kasus beban dibayar di muka ini

dianggap sebagai harta. Tetapi seiring waktu berjalan harta ini akan menjadi beban. Disini kami akan memberikan contoh agar semuanya tidak terlihat terlalu rumit. Contoh: Sewa dibayar di muka adalah salah satu contoh beban dibayar di muka. Misalnya ada jasa penyewaan ruko. Saat salah satu ruko laku tersewa, sewa itu akan tercatat sebagai harta. Tetapi seiring waktu berjalan menuju akhir periode sewa, harta ini akan tercatat sebagai beban. Beban ini akan dibukukan di akhir periode akuntansi. Beban dibayar di muka dapat dicatat dalam bentuk harta (sewa dibayar di muka) atau beban (beban sewa). Contohnya pada tanggal 1 Agustus 2011, dibayar sewa ruko untuk masa 1 tahun seharga Rp.60.000.000. Ketika dibukukan sebagai harta akan terlihat seperti ini: Sewa ruko dibayar di muka Kas Rp.60.000.000 Rp.60.000.000

Sedangkan untuk jurnal penyesuaiannya, kita harus melihat periode akuntansi sang perusahaan sendiri. Misalkan akhir periodenya adalah 31 Desember 2011, maka

sewa ruko yang menjadi beban pada 31 Desember 2011 adalah 5/12 x Rp.60.000.000 = Rp.25.000.000. Inilah jurnal penyesuaiannya: Beban sewa ruko Sewa ruko dibayar di muka Rp.25.000.000 Rp.25.000.000

Bila transaksi sewa dibayar di muka dicatat sebagai beban, maka jurnalnya akan terlihat seperti ini: Beban sewa ruko Kas Rp.60.000.000 Rp.60.000.000

Lalu, untuk membuat jurnal penyesuaiannya kita harus menghitung bagian dari sewa itu yang masih menjadi sewa dibayar di muka pada akhir periode akuntansi. Atau dengan kata lain, sisa nilai dari waktu penyewaan ruko. Yaitu, 7/12 x Rp.60.000.000 = Rp.35.000.000. Inilah jurnal penyesuaiannya: Sewa ruko dibayar di muka Beban sewa Rp.35.000.000 Rp.35.000.000

You might also like