You are on page 1of 11

LAPORAN

BAITUL MAL WATTAMWIL (BMT) STAIN JEMBER


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Ujian Tengah Semester Mata Kuliah Lembaga Keuangan Syariah (LKS) Yang Dibimbing Oleh Bapak Toton Fanshurna, M.EI

Oleh : Muhammad Ulum Rahmatullah (083 112 109) JURUSAN SYARIAH PRODI MUAMALAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) JEMBER

MEI, 2013

BAB I BAITUL MAL WATTAMWIL (BMT) A. Pengertian BMT Baitul Maal berasal dari bahasa arab bait yang berarti rumah, dan almaal berarti harta. Jadi secara etimologis (mana lughawi) baitul mal berarti rumah atau untuk mengumpulkan dan menyimpan harta, Dahlan (1999). Jadi setiap harta berupa tanah, bangunan, barang tambang, uang, komoditas perdagangan, maupun harta benda lainya di mana kaum muslimin berhak memilikinya sesuai hukum syara dan tidak ditentukan individu pemiliknya walaupun telah tertentu pihak yang menerimanya maka harta tersebut menjadi hak baitul mal, yakni sudah dianggap sebagai pemasukan bagi baitul mal. Secara hukum, harta-harta itu adalah hak baitul mal, baik yang sudah benar-benar masuk ke dalam tempat penyimpanan baitul mal maupun yang belum. Demikian pula setiap harta yang wajib dikeluarkan untuk orang-orang yang berhak menerimanya, atau untuk merealisasikan kemaslahatan kaum muslimin, atau untuk biaya penyebarluasan dakwah, adalah harta yang dicatat sebagai pengeluaran baitul mal, baik dikeluarkan secara nyata maupun yang masih berada dalam tempat penyimpanan baitul mal. Baitul mal wat tamwil (BMT) disebut juga koperasi syariah yang merupakan lembaga keuangan syariah yang berfungsi menghimpun dan menyalurkan dana kepada anggotanya dan biasanya beroperasi dalam skala mikro. Dengan demikian, baitul mal dengan makna seperti ini mempunyai pengertian sebagai sebuah lembaga atau pihak (al-jihat) yang menangani harta negara, baik pendapatan maupun pengeluaran. Namun demikian, baitul mal dapat juga diartikan secara fisik sebagai tempat (al-makan) untuk menyimpan dana dan mengelola segala macam harta menjadi pendapatan negara, Zallun (1983).

B. Sejarah BMT Di Indonesia Sejarah BMT di Indonesia, dimulai tahun 1984 dikembangkan mahasiswa ITB di masjid salman yang coba menggulirkan lembaga pembiayaan berdasarkan syariah bagi usaha kecil. Kemudian BMT lebih di berdayakan ikatan cendikiawan muslim Indonesia (ICMI) sebagai sebuah gerakan yang secara operasional ditindaklanjuti oleh pusat inkubasi bisnis usaha kecil (PINBUK). BMT adalah lembaga keuangan mikro yang dioperasikan dengan prinsip bagi hasil (syariah), menumbuh kembangkan bisnis usaha mikro dan kecil dalam rangka mengangkat derajat dan martabat rakyat miskin serta membela kepentingan kaum fakir miskin. Secara konseptual, BMT memiliki dua funsi: baitul tamwil (bait = rumah), (at tamwil = pengembangan harta) atau melakukan kegiatan pengembangan usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas ekonomi pengusaha mikro dan kecil terutama dengan mendorong kegiatan menabung dan menunjang pembiayaan kegiatan ekonominya. Baitul maal ( bait = rumah, maal = harta) menerima titipan dana zakat, infak, dan shadaqah serta mengoptiomalkan distribusinya sesuai dengan peraturan dan amanahnya. C. Tujuan Dan Prinsip Baitul Mal Wat Tamwil (BMT) a. Tujuan didirikan baitul mal wat tamwil adalah untuk: 1) Meningkatkan kesejahtraan dan taraf hidup anggota pada khususnya dan masyarakat daerah kerja pada umumnya denganm pola, sistem dan konsep sayriat islam. 2) Menjadi gerakan ekonomi rakyat serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional. 3) Mengembangkan kegiatan amal jaryah (zakat, infak, dan shadaqah) untuk disalurkan pada kaum dhuafa dan fakir miskin. b. Prinsip yang di rujuk baitul mal wat tamwil, Muhammad (2000: 25) adalah: 1) Larangan menetapkan bunga pada semua bentuk dan jenis tranksaksi,

2) Menjalankan

aktifitas

bisnis

dan perdagangan

berdasarkan

kewajaran dan keuntungan yang halal, 3) Mengunakan zakat dari hasil kegiatanya, 4) Larangan menjalankan monopoli, 5) Berkerjasama dalam membangun masyarakat, melalui aktifitas bisnis dan perdagangan yang tidak dilarang islam. D. Landasan Yuridis Walaupun sama-sama merupakan lembaga keuangan syariah, serta memiliki sistem dan mekanisme kerja yang relatif sama, pada tataran hukum, BMT belum bisa disejajarkan dengan bank syariah. Perbankan syariah telah memperoleh landasan yuridis berdasarkan Undang Undang Perbankan. Pertama kali berdasarkan Undang Undang Nomor 7 Tahun 1992 dan kemudian diubah dengan Undang Undang Nomor 10 Tahun 1998. Berdasarkan undang-undang tersebut perbankan syariah telah memiliki legitimasi hukum yang kuat. Legalitas keberadaan BMT dianggap sah karena tetap berasaskan Pancasila, UUD 1945 dan prinsip syariah Islam. Pada sudut pandang lembaga sosial, BMT memiliki kesamaan fungsi dengan Lembaga Amil Zakat. BMT dituntut untuk daapat menjadi LAZ yang mapan dalam pengumpulan dan penyaluran zakat, infak, sedekah dan wakaf dari mustahiq kepada golongan yang paling berhak sesuai ketentuan syariah dan UU No. 38 tahun 1999 tentang pengelolaan zakat. Sebagai lembaga bisnis, legalitas BMT sebagai lembaga yang bergerak dalam penghimpunan dana masyarakat terbentur status hukum yang sulit. Sebagai lembaga yang bukan bank, usaha yang dilakukan oleh BMT lebih dekat kepada koperasi simpan-pinjam. BMT sebagai lembaga keuangan mikro bergerak dalam kegiatan usaha menghimpun dan menyalurkan dana dari masyarakat. Betapapun kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana oleh BMT ini dalam skala kecil, namun kegiatan usaha ini secara yuridis tampak berlawanan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku di bidang perbankan.

Menurut pasal 16 ayat (1) Undang Undang Nomor 10 tahun 1998, kegiatan menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan hanya dapat dilakukan oleh Bank Umum atau BPR, kecuali apabila kegiatan itu diatur dengan undang-undang tersendiri. Sebagaimana juga yang tercantum dalam pasal 46 UU tersebut, BMT seharusnya mendapatkan sanksi karena menjalankan usaha perbankan tanpa izin usaha. Namun di sisi lain, keberadaan BMT di Indonesia justru mendapatkan dukungan dari pemerintah, dengan diluncurkan sebagai Gerakan Nasional pada tahu 1994 oleh Presiden. Untuk mengatasi krisis hukum tersebut, maka dalam prakteknya sebagian BMT mengambil bentuk badan usaha koperasi dan sebagian lain belum memiliki badan usaha yang jelas atau masih bersifat pra-koperasi. Koperasi sendiri merupakan bentuk badan usaha yang relatif lebih dekat untuk BMT, tetapi menurut Undang Undang Perkoperasian kegiatan menghimpun dana simpanan terbatas hanya dari para anggotanya (Pasal 44 UU. No. 25/ 1992). Pasal 44 ayat (1) U.U. No. 25 Tahun 1992 mengatur bahwa koperasi dapat menghimpun dana dan menyalurkannya melalui kegiatan usaha simpan pinjam dari dan untuk anggota koperasi yang bersangkutan, atau koperasi lain dan/atau anggotanya. Salah satu nama yang berkembang kemudian adalah lembaga KJSK (Koperasi Jasa Keuangan Syariah) yang berstatus hukum koperasi. E. PRODUK-PRODUK BMT a. Produk-Produk Simpanan 1) SIMPANAN MUDHAROBAH (SIMUDAH) Simpanan ini merupakan simpanan dengan penyetoran dan penarikan yang dapat dilakukan setiap saat (jam kerja). 2) SIMPANAN HAJI (SIHAJI) Simpanan untuk persiapan/rencana menunaikan ibadah haji, dapat diambil pada saat akan membayar ONH. 3) SIMPANAN UMROH Simpanan untuk persiapan/rencana menunaikan ibadah umroh.

4) SIMPANAN QURBAN (SIQURBAN) Simpanan untuk persiapan/rencana melaksanakan ibadah qurban. 5) SIMPANAN MUDHAROBAH BERJANGKA Simpanan dalam jangka waktu tertentu 3 bulan/ 6 bulan/ 12 bulan. b. Produk-Produk Pembiayaan 1. MUSYAROKAH Kami membantu menambah modal usaha Anda. Pengembalian modalnya dengan cara diangsur atau tangguh. Bagi hasil ditentukan berdasarkan kesepakatan bersama 2. MUDHAROBAH Kami memberikan pembiayaan untuk modal usaha kepada Anda. Bagi hasil ditentukan berdasarkan kesepakatan bersama. 3. MURABAHAH Kami menyediakan barang-barang kebutuhan Anda. Bagi hasil ditentukan berdasarkan kesepakatan bersama. 4. JASA AL QORD Kami memberikan pembiayaan khusus yang bersifat sosial tanpa bagi hasil.

BAB II BMT STAIN JEMBER


A. Berdirinya BMT STAIN Jember.

BMT STAIN Jember mulai berdiri pada tanggal 20 Juni 2011, pada mulanya BMT STAIN bekerja sama dengan BSM sebagai awal dari perjalanan sejarahnya, akan tetapi kerjasama dengan BSM mengalami kerugian sehingga BMT STAIN kemudian memutuskan kontrak kerja dan beralih kerjasama dengan BMT SIDOGIRI. BMT SIDOGIRI merupakan BMT yang sudah cukup maju sehingga menguntungkan dan memudahkan BMT STAIN untuk belajar dan memulai menata kembali usahanya dalam lembaga keuangan syariah. Kerjasama ini dilakukan dengan cara pemberian training dari BMT SIDOGIRI kepada para pengelola BMT STAIN sehingga kemudian dapat menjalankan BMT STAIN sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. BMT STAIN didirikan oleh Bapak Moch. Chotib, MM, Bapak Abdul Wadud Nafis, Lc, M.EI, dan Bapak Khamdan Rifai, SE, M.Si. BMT STAIN berdiri dengan latar belakang karena belum adanya BMT yang bekerja secara murni syariah di lingkungan STAIN, dan berdasarkan keinginan para dosen syariah menyediakan tempat praktek bagi mahasiswa Muamalah sebelum mereka praktek keluar lembaga STAIN. Karena itulah ide-ide para pendiri keluar dan mereka mewujudkannya dengan mendirikan BMT tersebut. Pengaruh BMT STAIN terhadap mahasiswa Muamalah sangatlah positif, karena dengan adanya BMT ini mahasiswa Muamalah dapat mempraktikkan teori-teori yang mereka dapatkan di kelas dengan benar, sehingga sebelum mereka praktik keluar lembaga STAIN mereka sudah benarbenar mampu menguasai sistem syariah yang benar-benar murni, dan mereka tidak canggung lagi dalam melakukan praktik.
B. Badan Hukum BMT STAIN Jember.

Suatu Lembaga pastinya harus ada yang namanya badan hukum, karena tanpa badan hukum tidak ada yang menjaminnya dimata hukum, begitu

juga dengan BMT STAIN. BMT STAIN merupakan bentuk badan usaha yang masih dalam naungan STAIN sehingga badan hukumnya masih ikut dengan badan hukum STAIN Jember.
C. Produk-Produk BMT STAIN dan Marketing-nya.

BMT STAIN mempunyai beberapa produk dalam usahanya, yakni:


a. Tabungan Umum dengan akad Mudharabah, yaitu akad kerja sama antara

dua pihak atau lebih. Dalam hal ini, pemilik modal (shahib al mal atau investor) mempercayakan sejumlah modal kepada pengelola (mudharib) dengan suatu perjanjian pembagian keuntungan. b. BaI Bistamanil Ajil, yaitu produk pembiayaan atau kredit. Dalam produk-produk tersebut tidak semuanya memiliki peminat yang besar, akan tetapi produk yang paling diminati adalah Tabungan. Untuk produk pembiayaan sasaran masih karyawan dan dosen, karena untuk meminimalisir resiko kredit macet. Oleh karena itu pembiayaan tidak ditujukan kepada para mahasiswa. Dalam pembiayaan ini sebelum disetujui nasabah harus memenuhi persyaratan-persyaratan yang telah ditentukan, yakni; Copy KTP, KK, Surat Nikah (jikasudahnikah) jika belum maka harus ada penjaminan dari orang tua, adanya jaminan dan jumlah uang yang dipinjam tidak lebih dari 70% dari jaminan. Dalam marketing produk-produk tersebut BMT STAIN tidak begitu gencar dan memaksakan diri, karena sasaran konsumennya masih lingkup warga STAIN saja. BMT STAIN belum melakukan pemasaran keluar untuk mencari nasabah, karena badan hukumnya belum milik sendiri sehingga belum ada yang menjamin secara mutlak status hukumnya.
D. Modal awal BMT STAIN Jember.

BMT

STAIN

Jember

pada

awalnya

hanya

bermodalkan

Rp30.000.000,00 modal tersebut berasal dari lembaga STAIN karena BMT STAIN masih dalam naungan lembaga.
E. Perkembangan dan Kendala yang dihadapi BMT STAIN Jember.

Perkembangan BMT STAIN cukuplah pesat, terbukti dengan modal awal Rp 30.000.000,00 BMT dapat mengembangkannya hingga

Rp200.000.000,00 dalam waktu kurang lebih 5 bulan. Namun dibalik perkembangan tersebut ada kendala yang timbul, yakni kurangnya SDM yang menguasai IT sehingga menyusahkan BMT ketika mengalami kerusakan sistem dalam IT.
F. Bentuk usaha BMT STAIN Jember.

Bentuk usaha BMT STAIN Jember sementara ini masih dalam produkproduk yang telah disebutkan di atas. Namun kedepan BMT STAIN akan membuka usaha bisnis center yang akan dikelola oleh mahasiswa. Dan barubaru ini BMT STAIN sudah memulainya dengan membuka pelayanan pembayaran tagihan Online, mulai dari rekening listrik, Air, TV, Kredit Motor, dan lain sebagainya.
G. Pendapatan per-hari.

Dari perkembangannya yang begitu pesat BMT STAIN mampu mengelola omset yang cukup besar per-harinya. Omset tersebut untuk sekarang ini rata-rata yang dikelola per-hari Rp 15.0000.000,00 s/d Rp 20.000.000,00.

10

BAB III KELEBIHAN DAN KEKURANGAN BMT STAIN JEMBER Kelebihan dari BMT STAIN Jember diantaranya adalah tidak ada biaya administrasi dan beban pajak, margin peminjaman yang rendah, dapat melakukan penarikan hingga Rp.0, serta tempo peminjaman yang relatif panjang. Sedangkan untuk kelemahannya, BMT STAIN Jember tidak memiliki tenaga yang ahli dalam sistem ICT BMT, tidak ada peminjaman untuk umum hanya terbatas bagi kalangan dosen dan karyawan STAIN saja, dan tidak adanya badan hukum yang melindungi.

11

You might also like