You are on page 1of 10

BAB I PENDAHULUAN A.

LATAR BELAKANG Istilah "tasawuf" yang telah sangat populer digunakan selama berabad-abad, dan sering dengan bermacam-macam arti, berasal dari tiga huruf Arab, sha, wau dan fa. Banyak pendapat tentang alasan atas asalnya dari sha wa fa. Ada yang berpendapat, kata itu berasal dari shafa yang berarti kesucian atau bersih. Sebagian berpendapat bahwa kata itu berasal dari kata shafwe yang berarti baris atau deret, yang menunjukkan kaum Muslim awal yang berdiri di baris pertama dalam salat atau dalam perang suci. Ilmu psikologi agama adalah ilmu yang membahas tentang gejala-gejala kejiwaan yang tampak dalam tingkah laku, melalui ilmu jiwa dapat diketahui sifatsifat psikologi yang dimiliki seseorang, jiwa yang bersih dari dosa dan maksiat serta dekat dengan Allah misalnya, akan melahirkan dan sikap yang tenang pula, sebaliknya jiwa yang kotor banyak berbuat kesalahan dan jauh dari Allah akan melahirkan perbuatan yang jahat, sesat dan menyesatkan orang lain. Fatah (2012) Objek pembahasan psikologi agama adalah gejala- gejala psikis manusia yang berkaitan dengan tingkah laku keagamaan, kemudian mekanisme antara psikis manusia dengan tingkah laku keagamaannya secara timbal balik dan hubungan pengaruh antara satu dengan lainnya. Tasawuf dapat dijadikan pijakan jiwa alternative dalam menghadapi problem kehidupan yang semakin kompleks. Setiap orang membutuhkan pijakan dalam hidupnya untuk menyelesaikan berbagai problem kehidupan yang berimplikasi pada psikologi pada orang tersebut. Tasawuf dijadikan pijakan karena tasawuf lebih dekat dengan disiplin ilmu psikologi. Akan tetapi sering kedua kajian tersebut seakan

terpisahkan, padahal objek kajian tasawuf, psikologi agama, dan kesehatan mental berurusan dengan soal yang sama, yakni soal jiwa. Manurut Tamami (2011/79), ketiga kajian itu dapat dinyatakan sebagai berikut : tasawuf berurusan dengan soal penyucian jiwa dengan tujuan agar lebih dekat pada kehadiratNya, psikologi agama beruruan dengan pengaruh ajaran agama terhadap perilaku kejiwaan para pemeluknya, sementara kesehatan mental berurusan dengan soal terhindarnya jiwa dari penyakit kejiwaan, kemampuan adaptasi kejiwaan, dan terciptanya integritas kejiwaan seseorang. Dapat disipulkan bahwa keterkaitan antara ketiga ilmu tersebut berobjek pada ranah jiwa seseorang. Peranan tasawuf dalam psikologi agama dapat menimbulkan atau menghasilkan perilaku seseorang yang bersifat agamis dan gejala- gejala psikis manusia yang sufiisme. Sedangkan dalam kaitannya dengan ilmu kejiwaan, tasawuf mempunyai peranan sebagai pengontrol jiwa dan kesehatan jiwa manusia.

B. RUMUSAN MASALAH Dalam makalah ini akan sedikit membahas tentang beberapa hal yang berkaitan dengan tasawuf, diantaranya : A. Pengertian Akhlak Tasawuf B. Pengertian Tentang Ilmu Jiwa Agama (Transpersonal Psikologi) C. Hubungan Tasawuf dan Ilmu Jiwa Agama

C. TUJUAN Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah ilmu tasawuf, serta untuk memberikan sedikit pengetahuan kepada para pembaca tentang pengertian Akhlak Tasawuf, Pengertian Tentang Ilmu Jiwa Agama, serta hubungan tasawuf dan ilmu jiwa agama yang dilihat dari sisi psikologi agama.

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Akhlak Tasawuf Pengertian Akhlak Secara Etimologi. Menurut pendekatan etimologi, perkataan "akhlak" berasal dari bahasa Arab jama' dari bentuk mufradnya "Khuluqun" yang menurut logat diartikan: budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Sedangkan istilah "tasawuf", yang telah sangat populer digunakan selama berabadabad, dan sering dengan bermacam-macam arti, berasal dari tiga huruf Arab, sha, wau dan fa. Banyak pendapat tentang alasan atas asalnya dari sha wa fa. Ada yang berpendapat, kata itu berasal dari shafa yang berarti kesucian. Menurut pendapat lain kata itu berasal dari kata kerja bahasa Arab safwe yang berarti orang-orang yang terpilih. Makna ini sering dikutip dalam literatur sufi. Sebagian berpendapat bahwa kata itu berasal dari kata shafwe yang berarti baris atau deret, yang menunjukkan kaum Muslim awal yang berdiri di baris pertama dalam salat atau dalam perang suci. Apa pun asalnya, istilah tasawuf berarti orang-orang yang tertarik kepada pengetahuan batin, orang-orang yang tertarik untuk menemukan suatu jalan atau praktik ke arah kesadaran dan pencerahan batin . Bisa dikatakan Taswuf ialah mendekatkan diri kepada Allah sedekat mungkin melalui penyesuaian rohani dan memperbanyak ibadah. Orang yang menempuh jalan tasawuf itu ingin mendapatkan penghayatan pengetahuan atau marifat pada zat Allah dalam kejiwaannya. Usaha mendekatkan diri biasanya dilakukan di bawah bimbingan seorang Guru / Syaikh. Dalam konteks Islam tradisional tasawuf berdasarkan pada kebaikan budi (adab) yang akhirnya mengantarkan kepada kebaikan dan kesadaran universal. Kebaikan dimulai dari adab lahiriah, serta tetap berada dalam batas-batas yang diizinkan Allah, la mulai dengan mengikuti syariat Islam yang merupakan jalan ketaatan kepada Allah. Jadi, tasawuf dimulai dengan mendapatkan pengetahuan tentang amal-amal lahiriah untuk membangun, mengembangkan dan menghidupkan keadaan batin yang sudah sadar.

B. Pengertian Tentang Ilmu Jiwa Agama (Transpersonal Psikologi) Dengan melihat pengertian psikologi dan agama serta objek yang dikaji, dapatlah diambil pengertian bahwa psikologi agama adalah cabang dari psikologi yang meneliti dan menelaah kehidupan beragama pada seseorang dan mempelajari seberapa besar pengaruh keyakinan agama itu dalam sikap dan tingkah laku serta keadaan hidup pada umumnya. Dengan ungkapan lain, psikologi agama adalah ilmu jiwa agama yakni ilmu yang meneliti pengaruh agama terhadap sikap dan tingkah laku seseorang atau mekanisme yang bekerja dalam diri seseorang yang menyangkut tata cara berpikir, bersikap, berkreasi dan bertingkah laku yang tidak dapat dipisahkan dari keyakinannya, karena keyakinan itu masuk dalam konstruksi kepribadiannya. Yang menjadi objek dan lapangan psikologi agama adalah menyangkut gejalagejala kejiwaan dalam kaitannya dengan realisasi keagamaan (amaliah) dan mekanisme antara keduannya. Dengan kata lain, psikologia agama membahas tentang kesadaran agama (religious counciousness) dan pengalaman agama (religious experience). Dengan demikian, yang menjadi lapangan kajian psikologi agama adalah proses beragama, perasaan dan kesadaran beragama dengan pengaruh dan akibatakibat yang dirasakan sebagai hasil dari keyakinan. Sedangkan objek pembahasan psikologi agama adalah gejala- gejala psikis manusia yang berkaitan dengan tingkah laku keagamaan, kemudian mekanisme antara psikis manusia dengan tingkah laku keagamaannya secara timbal balik dan hubungan pengaruh antara satu dengan lainnya. Untuk mengetahui secara pasti kapan agama diteliti secara psikologi memang agak sulit, sebab dalam agama itu sendiri telah terkandung didalamnya pengaruh agama terhadap jiwa. Sebagai salah satu cabang ilmu yang masih muda, ilmu Jiwa Agama sampai sekarang masih belum mendapat tempat yang wajar. Masih banyak ahli-ahli jiwa yang tidak mengakui adanya satu cabang Ilmu jiwa, yang berdiri sendiri, yang tidak yang khusus meneliti dan menyoroti masalah agama. Bahkan ada diantara orang-orang yang fanatik beragama, merasa takut akan berkurangnya penghargaan terhadap agama, apabila agama diteliti secara Ilmiah. Bahkan ada pula diantara ahli-ahli jiwa, yang merasa tidak perlu agama diteliti dan dipelajari dari segi psikologis, karena menurut anggapan mereka, metode-metode ilmiah-empiris tidak dapat digunakan terhadap agama.

Namun demikian, cabang Ilmu Jiwa yang masih muda itu tetap hidup dan berkembang untuk meneliti dan menjawab berbagai macam persoalan, yang ada sangkut pautnya dengan kenyakinan beragama. Berapa banyaknya peristiwa-peristiwa dan kejadian-kejadian yang sukar untuk dimengerti tanpa menghubungkanya dengan agama. Sebagai Contoh, mari kita perhatikan orang-orang dalam kehidupannya sehari-hari. Ada orang yang tampaknya tenang, bahagia dan suka menolong orang, padahal hidupnya sangat sederhana. Tengah malam ia bangun untuk mengabdi kepada tuhan. Sebaliknya ada orang yang tampaknya serba cukup, harta banyak, pangkat tinggi kekuasaan besar dan pengetahuab pun cukup, namun dalam hatinya penuh kegoncangan, jauh dari kepuasan, dirumah tangga selalu cekcok dan kehidupannya merupakan rangkaian dari kegoncangan dan ketidakpuasan. Berapa banyak orang yang berubah jalan hidup dan kenyakinannya dalam waktu yang sangat pendek, dari seorang penjahat besar, tiba-tiba menjadi seorang yang baik, rajin dan tekun beribadah, seolah-olah ia dalam waktu yang singkatdapat berubah menjadi orang lain sama sekali. Dan sebaliknya juga ada terjadi, orang yang berubah dari patuh dan tunduk kepada agama, menjadi orang yang lalai atau suka menentang agama. C. Hubungan Tasawuf dan Ilmu Jiwa Agama Dalam setiap akhlak dibutuhkan suatu penghayatan apakah akhlak itu baik atau buruk melalui kejiwaan kita sendiri dimana kita akan menilai seberapa kita mampu menjalankan segala sesuatu yang telah menjadi hak dan kewajiban kita sebagai muslim. Mengingat adanya hubungan dan relevansi yang sangat erat antara spiritualitas (tasawuf) dan ilmu jiwa, terutama ilmu kesehatan mental, kajian tasawuf tidak dapat terlepas dari kajian tentang kejiwaan manusia itu sendiri. Seperti yang dikatan sebelumnya bahwa akhlak tasawuf ialah suatu mendekatkan diri kepada Allah SWT sedekat mungkin melalui penyesuaian rohani dan memperbanyak ibadah. Dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan akhlak dalam segi agama akhlak tasawuf lebih mendalam lagi, karenanya dibutuhkan keyakinan dalam kejiwaan seseorang, dalam hal ini ialah ilmu jiwa agama yang meneliti dan menelaah kehidupan beragama pada seseorang dan mempelajari seberapa besar pengaruh keyakinan agama itu dalam sikap dan tingkah laku serta keadaan hidup pada umumnya.

Dalam pembahasan tasawuf dibicarakan tentang hubungan jiwa dengan badan. Tujuan yang dikendaki dari uraian tentang hubungan antara jiwa dan badan dalam tasawuf adalah terciptanya keserasian antar keduanya. Pembahasan tentang jiwa dan badan ini dikonsepsikan para sufi untuk melihat sejauh mana hubungan prilaku yang diperaktekan manusia dengan dorongan yang dimunculkan jiwanya sehingga perbuatan itu terjadi, dari sini terlihatlah perbuatan itu berakhlak baik atau sebaliknya. Ditekankanya unsur jiwa dalam konsepsi tasawuf tidak berarti mengabaikan unsur jasmani manusia. Unsur ini juga penting karena rohani sangat memerlukan jasmani dalam melaksanakan kewajibannya dalam beribadah kepada Allah. Seorang tidak mungkin sampai kepada Allah dan beramal dengan baik dan sempurna selama jasmaninya tidak sehat. Kehidupan jasmani yang sehat merupakan jalan kepada kehidupan rohani yang baik. Pandangan mengenai jiwa berhubungan erat dengan ilmu kesehatan mental yang merupakan bagian dari ilmu jiwa (psikologi). Orang yang sehat mentalnya adalah orang yang mampu merasakan kebahagiaan dalam hidup, dan pada mereka akan timbul perasaan tenang hatinya. Namun, bagi orang yang kurang sehat mentalnya hatinya tidak tenang sehingga menjauh dari Tuhannya. Ketidaktenangan itu menjelma menjadi prilaku yang tidak baik dan menyeleweng dari norma-norma yang ada. Harus diakui, jiwa manusia seringkali sakit, ia tidak akan sehat sempurna tanpa melakukan perjalanan menuju Allah. Bagi orang yang dekat dengan Tuhannya, kepribadiannya tampak tenang dan prilakunya pun terpuji. Pola kedekatan manusia dengan Tuhannya inilah yang menjadi garapan dalam tasawuf, dari sinilah tampak keterkaitan erat antara ilmu tasawuf dan ilmu jiwa.

BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tasawuf merupakan jalan menuju marifatullah dengan berbagai macam cara atau tingkatan yang di sebut maqomat tasawuf. Maqomat tasawuf merupakan langkah-langkah yang harus ditempuh oleh seseorang untuk mencapai marifat. Maqomat akan menghasilkan sebuah kondisi jiwa yang merupakan tujuan tasawuf yang disebut hal/ ahwal. Ilmu tasawuf, ada kaitannya dengan filsafat serta ilmu kalam. Keterkaitan tersebut terdapat pada persamaan objek yaitu mendekatkan diri kepada allah. Namun terdapat perbedaann yaitu pada metodologi. Tasawuf juga berkaitan dengan ilmu jiwa agama, tasawuf dan ilmu jiwa agama mempunyai objek yang sama yaitu pada kondisi jiwa manusia. Peranan tasawuf dalam ilnu jiwa agama (psikologi agama) yaitu berdampak pada perilaku seseorang yang bersifat agamis dan sufiisme.

B. SARAN Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi tentang ilmu tasawuf dan hubungan nya dengan filsafat, ilmu kalam dan psikologi agama, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini. Penulis banyak berharap para pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan dan penulisan makalah di kesempatan - kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca pada umumnya.

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah melimpahkan rahmat dan hidyahNya kepada kita semua sehingga makalah yang berjudul Hubungan Tasawuf dengan Ilmu Jiwa Agama ini dapat diselesaikan dengan tepat pada waktunya. Walaupun kami sadar bahwa makalah ini masih jauh dari apa yang diharapkan. Namun sebagai awal pembelajaran dan agar menambah spirit kami, bukan sebuah kesalahan jika kami mengucapkan kata syukur. Terimakasih kami ucapkan kepada Dosen yang telah memberikan arahan terkait makalah ini. Tanpa bimbingan dari beliau mungkin makalah ini tidak akan dapat diselesaikan sesuai dengan aturan yang berlaku. Kesalahan dalam makalah ini jelas ada. Namun bukanlah kesalahan yang tersengaja melainkan karena khilafan dan kelupaan. Dari kesemua kelemahan tersebut kirannya dapat dimaklumi. Terimakasih kami ucapkan pula kepada teman-teman yang telah memberikan banyak saran dan pengetahuannya sehingga menambah hal yang baru bagi kami. Terutama sumbangannya dalam hal materil yaitu referensi yang berkaitan dengan makalah ini. Demikian, harapan kami semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Dan menambah referensi yang baru sekaligus ilmu pengetahuan yang baru pula, amin

DAFTAR ISI KATA PANGANTAR DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah C. Tujuan BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Akhlak Tasawuf B. Pengertian Tentang Ilmu Jiwa Agama (Transpersonal Psikologi) C. Hubungan Tasawuf dan Ilmu Jiwa Agama BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN B. SARAN

DAFTAR PUSTAKA

Al Payami, Ma`ruf, Islam dan Kebathinan, Solo : CV. Ramadhani, 1992. Mansur, M. Laily, Tasawuf Islam Mengenal Aliran dan Ajaran, Jakarta : Lambung Mangkurat University Press, 1992 Abdul Fattah Sayyid Ahmad, DR., Tasawuf: antara Al-Ghazali dan Ibnu Taimiyah, Jakarta: Khalifa, 2000. Achmad Mubarok, Sunatullah dalam Jiwa Manusia: Sebuah Pendekatan Psikologi Islam, Jakarta: The International Institute of Islamic Thought (IIIT) Indonesia, 2003. Amin Syukur, Zuhud di Abad Modern, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997. C.Ramli Bihar Anwar, Bertasawuf Tanpa Tarekat: Aura Tasawuf Positif, Jakarta: Penerbit IIMAN bekerjasama dengan Penerbit HIKMAH, 2002 Fathullah Gulen, Kunci-Kunci Rahasia Sufi, Jakarta: Srigunting, 2001. http://tijaniagus.blogspot.com/2013/03/makalah-hubungan-tasawuf-dengan.html

You might also like