Professional Documents
Culture Documents
BAB I PENDAHULUAN
Apa yang dimaksud dengan Audit Forensik
Apa Perbedaan Audit Umum dengan Audit Forensik Identifikasi Masalah Apa saja Kompetensi yang harus dimiliki oleh Auditor Forensik
Tujuan
mengolah informasi yang di dapat melalui berbagai sumber, dalam rangka memenuhi syarat untuk pembuatan tugas mata kuliah Akuntansi Topik Khusus Kontemporer
Kegunaan
untuk memperluas pandangan serta memberikan wawasan teori mengenai Audit Forensik
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Audit Forensik
Audit Forensik terdiri dari dua kata, yaitu audit dan forensik. Audit adalah tindakan untuk membandingkan kesesuaian antara kondisi dan kriteria. Sementara forensik adalah segala hal yang bisa diperdebatkan di muka hukum / pengadilan. Dengan demikian, audit forensik bisa didefinisikan sebagai tindakan menganalisa dan membandingkan antara kondisi di lapangan dengan kriteria, yang berupa kecurangan termasuk error, irregularity, dan fraud, untuk menghasilkan informasi atau bukti kuantitatif yang bisa digunakan di muka pengadilan.
Audit Umum
Audit Forensik
Waktu
Lingkup
Berulang
Laporan Keuangan secara umum
Tidak berulang
Spesifik
Hasil
Opini
Membuktikan fraud (kecurangan) Adversarial (Perseteruan hukum) Eksaminasi Standar Audit dan Hukum Positif Bukti awal
Hubungan
Non-Adversarial
Metodologi Standar
Praduga
Professional Scepticism
2.3 Kompetensi yang harus dimiliki oleh Auditor Forensik Dalam sebuah literatur asing berjudul Forensic Accounting, diungkap mengenai kompetensi-kompetensi khusus yang harus dimiliki oleh seorang auditor forensik meliputi : 1. Keterampilan auditing 2. Pengetahuan dan keterampilan menginvestigasi 3. Kriminologi yang secara khusus mempelajari psikologi kriminalitas. 4. Pengetahuan akuntansi secara umum 5. Pengetahuan mengenai hukum 6. Pengetahuan dan keterampilan mengenai teknologi informasi (TI) 7. Keterampilan berkomunikasi
2.4 Strategi dan Prosedur Audit Forensik 2.4.1 Strategi Audit Forensik
Menurut Exellent Lawyer (April 2010) dalam hal korupsi, auditor forensik mempergunakan standar audit yang berlaku. Standar audit lapangan yang kedua harus dilaksanakan dengan patuh sebagai langkah awal. Standar tersebut mengatakan : Pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan untuk menentukan sifat, saat, dan luas pengujian yang akan dilakukan
2.4.2 Prosedur Audit Forensik 1. 2. 3. 4. 5. 6. Identifikasi masalah Pembicaraan dengan klien Pemeriksaan pendahuluan Pengembangan rencana pemeriksaan Pemeriksaan lanjutan Penyusunan Laporan Dalam laporan ini setidaknya ada 3 poin yang harus diungkapkan, yaitu : a. Kondisi, yaitu kondisi yang benar-benar terjadi di lapangan. b. Kriteria, yaitu standar yang menjadi patokan dalam pelaksanaan kegiatan. Oleh karena itu, jika kondisi tidak sesuai dengan kriteria maka hal tersebut disebut sebagai temuan. c. Simpulan, yaitu berisi kesimpulan atas audit yang telah dilakukan. Biasanya mencakup sebab fraud, kondisi fraud, serta penjelasan detail mengenai fraud tersebut.
2.5 Praktek dan kendala Audit Forensik di Indonesia 2.5.1 Praktek Audit Forensik di Indonesia Dalam praktik di Indonesia, audit forensik hanya dilakukan oleh auditor BPK, BPKP, dan KPK (yang merupakan lembaga pemerintah) yang memiliki sertifikat CFE (Certified Fraud Examiners). Sebab, hingga saat ini belum ada sertifikat legal untuk audit forensik dalam lingkungan publik. Oleh karena itu, ilmu audit forensik dalam penerapannya di Indonesia hanya digunakan untuk deteksi dan investigasi fraud, deteksi kerugian keuangan, serta untuk menjadi saksi ahli di pengadilan. Sementara itu, penggunaan ilmu audit forensik dalam mendeteksi risiko fraud dan uji tuntas dalam perusahaan swasta, belum dipraktikan di Indonesia.
Kasus PT. KAI bermuara pada perbedaan pandangan antara Manajemen dan Komisaris, khususnya Komisaris yang merangkap sebagai Ketua Komite Audit dimana Komisaris tersebut menolak menyetujui dan menandatangani laporan keuangan yang telah diaudit oleh Auditor Eksternal. Dan Komisaris meminta untuk dilakukan audit ulang agar laporan keuangan dapat disajikan secara transparan dan sesuai dengan fakta yang ada.
Namun hingga saat in belum ada institusi yang bisa menghasilkan tenaga audit forensik yang menyedikan kurikulum dan membekali lulusan dengan kompetensi audit forensik.
Saran
Kepada praktisi akademis dapat disarankan untuk merancang kurikulum pendidikan yang menghasilkan tenaga audit forensik yang kompeten. Kepada para peneliti dapat disaranakan untuk melakukan penelitian yang bertujuan untuk memformulasi kelembagaan resmi yang dapat mengeluarkan sertifikan legal profesi auditor forensik di lingkungan publik.
Terima Kasih