You are on page 1of 25

Definisi Fraktur Femur

Fraktur femur adalah rusaknya kontinuitas tulang pangkal paha yang dapat disebabkan oleh trauma langsung, kelelahan otot, kondisi-kondisi tertentu seperti degenerasi tulang / osteoporosis.

Anatomi Fisiologi Fraktur

Persendian panggul merupakan bola dan mangkok sendi dengan acetabulum bagian dari femur, terdiri dari : kepala, leher, bagian terbesar dan kecil, trokhanter dan batang, bagian terjauh dari femur berakhir pada kedua kondilas. Kepala femur masuk acetabulum. Sendi panggul dikelilingi oleh kapsula fibrosa, ligamen dan otot. Suplai darah ke kepala femoral merupakan hal yang penting pada faktur hip. Suplai darah ke femur bervariasi menurut usia. Sumber utamanya arteri retikuler posterior, nutrisi dari pembuluh darah dari batang femur meluas menuju daerah tronkhanter dan bagian bawah dari leher femur.
Klasifikasi Fraktur

Ada 2 type dari fraktur femur, yaitu : 1. Fraktur Intrakapsuler; femur yang terjadi di dalam tulang sendi, panggul dan kapsula. Melalui kepala femur (capital fraktur) Hanya di bawah kepala femur Melalui leher dari femur 2. Fraktur Ekstrakapsuler; Terjadi di luar sendi dan kapsul, melalui trokhanter femur yang lebih besar/yang lebih kecil /pada daerah intertrokhanter. Terjadi di bagian distal menuju leher femur tetapi tidak lebih dari 2 inci di bawah trokhanter kecil.
Patofisiologi Fraktur

Penyebab Fraktur Adalah Trauma Fraktur patologis; fraktur yang diakibatkan oleh trauma minimal atau tanpa trauma berupa yang disebabkan oleh suatu proses., yaitu :

Osteoporosis Imperfekta Osteoporosis Penyakit metabolik Trauma Dibagi menjadi dua, yaitu : Trauma langsung, yaitu benturan pada tulang. Biasanya penderita terjatuh dengan posisi miring dimana daerah trokhanter mayor langsung terbentur dengan benda keras (jalanan). Trauma tak langsung, yaitu titik tumpuan benturan dan fraktur berjauhan, misalnya jatuh terpeleset di kamar mandi pada orangtua.
Tanda Dan Gejala Fraktur

Nyeri hebat di tempat fraktur Tak mampu menggerakkan ekstremitas bawah Rotasi luar dari kaki lebih pendek Diikuti tanda gejala fraktur secara umum, seperti : fungsi berubah, bengkak, kripitasi, sepsis pada fraktur terbuka, deformitas.
Penatalaksanaan Medik Fraktur

X.Ray Bone scans, Tomogram, atau MRI Scans Arteriogram : dilakukan bila ada kerusakan vaskuler. CCT kalau banyak kerusakan otot.
Traksi

Penyembuhan fraktur bertujuan mengembalikan fungsi tulang yang patah dalam jangka waktu sesingkat mungkin Metode Pemasangan traksi: Traksi Manual Tujuan : Perbaikan dislokasi, Mengurangi fraktur, Pada keadaan Emergency. Dilakukan dengan menarik bagian tubuh.
Traksi Mekanik

Ada dua macam, yaitu : Traksi Kulit Dipasang pada dasar sistem skeletal untuk struktur yang lain, misalnya: otot. Traksi kulit terbatas untuk 4 minggu dan beban < 5 kg. Untuk anak-anak waktu beban tersebut mencukupi untuk dipakai sebagai fraksi definitif, bila tidak diteruskan dengan pemasangan gips.
Traksi Skeletal

Merupakan traksi definitif pada orang dewasa yang merupakan balanced traction. Dilakukan untuk menyempurnakan luka operasi dengan kawat metal atau penjepit melalui tulang/jaringan metal.
Kegunaan Pemasangan Traksi

Traksi yang dipasang pada leher, di tungkai, lengan atau panggul, kegunaannya : Mengurangi nyeri akibat spasme otot Memperbaiki dan mencegah deformitas Immobilisasi Difraksi penyakit (dengan penekanan untuk nyeri tulang sendi). Mengencangkan pada perlekatannya.
Macam Macam Traksi

Traksi Panggul Disempurnakan dengan pemasangan sebuah ikat pinggang di atas untuk mengikat puncak iliaka. Traksi Ekstension (Bucks Extention) Lebih sederhana dari traksi kulit dengan menekan lurus satu kaki ke dua kaki. Digunakan untuk immibilisasi tungkai lengan untuk waktu yang singkat atau untuk mengurangi spasme otot. Traksi Russells Traksi ini digunakan untuk frakstur batang femur. Kadang-kadang juga digunakan untuk terapi nyeri punggung bagian bawah. Traksi kulit untuk skeletal yang biasa digunakan. Traksi ini dibuat sebuah bagian depan dan atas untuk menekan kaki dengan pemasangan vertikal pada lutut secara horisontal pada tibia atau fibula. Traksi khusus untuk anak-anak Penderita tidur terlentang 1-2 jam, di bawah tuberositas tibia dibor dengan steinman pen, dipasang staples pada steiman pen. Paha ditopang dengan thomas splint, sedang tungkai bawah ditopang atau Pearson attachment. Tarikan dipertahankan sampai 2 minggu atau lebih, sampai tulangnya membentuk callus yang cukup. Sementara itu otot-otot paha dapat dilatih secara aktif.
Askep Fraktur Femur

Pengkajian Keperawatan

1. Riwayat keperawatan a. Riwayat perjalanan penyakit Keluhan utama klien datang ke RS atau pelayanan kesehatan Apa penyebabnya, kapan terjadinya kecelakaan atau trauma Bagaimana dirasakan, adanya nyeri, panas, bengkak Perubahan bentuk, terbatasnya gerakan Kehilangan fungsi

Apakah klien mempunyai riwayat penyakit osteoporosis b. Riwayat pengobatan sebelumnya Apakan klien pernah mendapatkan pengobatan jenis kortikosteroid dalam jangka waktu lama Apakah klien pernah menggunakan obat-obat hormonal, terutama pada wanita Berapa lama klien mendapatkan pengobatan tersebut Kapan klien mendapatkan pengobatan terakhir c. Proses pertolongan pertama yang dilakukan Pemasangan bidai sebelum memindahkan dan pertahankan gerakan diatas/di bawah tulang yang fraktur sebelum dipindahkan Tinggikan ekstremitas untuk mengurangi edema 2. Pemeriksaan fisik a. Mengidentifikasi tipe fraktur b. Inspeksi daerah mana yang terkena - Deformitas yang nampak jelas - Edema, ekimosis sekitar lokasi cedera - Laserasi - Perubahan warna kulit - Kehilangan fungsi daerah yang cidera c. Palpasi Bengkak, adanya nyeri dan penyebaran Krepitasi Nadi, dingin Observasi spasme otot sekitar daerah fraktur

Diagnosa Keperawatan pada Fraktur Femur

1. Resiko terjadinya syok s/d perdarahan yg banyak 2. Gangguan rasa nyaman: Nyeri s/d perubahan fragmen tulang, luka pada jaringan lunak, pemasangan back slab, stress, dan cemas, Potensial infeksi sehubungan dengan luka terbuka. 3. Gangguan aktivitas sehubungan dengan kerusakan neuromuskuler skeletal, nyeri, immobilisasi. 4. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosa, dan pengobatan sehubungan dengan kesalahan dalam penafsiran, tidak familier dengan sumber informasi.

Rencana Keperawatan

Diagnosa 1 Resiko terjadinya syok s/d perdarahan yg banyak Intervensi Indenpenden: a)Observasi tanda-tanda vital. b)Mengkaji sumber, lokasi, dan banyaknya per darahan c)Memberikan posisi supinasi

d)Memberikan banyak cairan (minum) Kolaborasi: a)Pemberian cairan per infus b)Pemberian obat koagulan sia (vit.K, Adona) dan penghentian perdarahan dgn fiksasi. c)Pemeriksaan laboratorium (Hb, Ht) Rasional: a)Untuk mengetahui tanda-tanda syok sedini mungkin b)Untuk menentukan tindak an c)Untuk mengurangi perdarahan dan mencegah kekurangan darah ke otak. d)Untuk mencegah kekurangan cairan (mengganti cairan yang hilang) e)Pemberian cairan perinfus. f)Membantu proses pembekuan darah dan untuk menghentikan perdarahan. g)Untuk mengetahui kadar Hb, Ht apakah perlu transfusi atau tidak. Diagnosa 2 Gangguan rasa nyaman: Nyeri s/d perubahan fragmen tulang, luka pada jaringan lunak, pemasangan back slab, stress, dan cemas Intervensi Independen: a) Mengkaji karakteristik nyeri : lokasi, durasi, intensitas nyeri dengan menggunakan skala nyeri (0-10) b) Mempertahankan immobilisasi (back slab) c) Berikan sokongan (support) pada ektremitas yang luka. d) Menjelaskan seluruh prosedur di atas Kolaborasi: e) Pemberian obat-obatan analgesik Rasional a) Untuk mengetahui tingkat rasa nyeri sehingga dapat menentukan jenis tindak annya. b) Mencegah pergeseran tulang dan penekanan pada jaringan yang luka. c) Peningkatan vena return, menurunkan edem, dan mengurangi nyeri. d) Untuk mempersiapkan mental serta agar pasien berpartisipasi pada setiap tindakan yang akan dilakukan. e) Mengurangi rasa nyeri Diagnosa 3 Gangguan aktivitas sehubungan dengan kerusakan neuromuskuler skeletal, nyeri, immobilisasi. Independen: a) Kaji tingkat immobilisasi yang disebabkan oleh edema dan persepsi pasien tentang immobilisasi tersebut. b) Mendorong partisipasi dalam aktivitas rekreasi (menonton TV, membaca kora, dll ).

c) Menganjurkan pasien untuk melakukan latihan pasif dan aktif pada yang cedera maupun yang tidak. d) Membantu pasien dalam perawatan diri e) Auskultasi bising usus, monitor kebiasa an eliminasi dan menganjurkan agar b.a.b. teratur. f) Memberikan diit tinggi protein , vitamin , dan mineral. Kolaborasi: a) Konsul dengan bagian fisioterapi Pasien akan membatasi gerak karena salah persepsi (persepsi tidak proposional) b) Memberikan kesempatan untuk mengeluarkan energi, memusatkan perhatian, meningkatkan perasaan mengontrol diri pasien dan membantu dalam mengurangi isolasi sosial. c) Meningkatkan aliran darah ke otot dan tulang untuk meningkatkan tonus otot, mempertahankan mobilitas sendi, mencegah kontraktur / atropi dan reapsorbsi Ca yang tidak digunakan. d) Meningkatkan kekuatan dan sirkulasi otot, meningkatkan pasien dalam mengontrol situasi, meningkatkan kemauan pasien untuk sembuh. e) Bedrest, penggunaan analgetika dan perubahan diit dapat menyebabkan penurunan peristaltik usus dan konstipasi. f) Mempercepat proses penyembuhan, mencegah penurunan BB, karena pada immobilisasi biasanya terjadi penurunan BB (20 30 lb). Catatan : Untuk sudah dilakukan traksi. Untuk menentukan program latihan. Diagnosa 4 Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosa, dan pengo- batan sehubungan dengan kesalahan dalam pe- nafsiran, tidak familier dengan sumber in- formasi. Independen: a) Menjelaskan tentang kelainan yang muncul prognosa, dan harapan yang akan datang. b) Memberikan dukungan cara-cara mobilisasi dan ambulasi sebagaimana yang dianjurkan oleh bagian fisioterapi. c) Memilah-milah aktifitas yang bisa mandiri dan yang harus dibantu. d) Mengidentifikasi pelayanan umum yang tersedia seperti team rehabilitasi, perawat keluarga (home care) e) Mendiskusikan tentang perawatan lanjutan. Rasional:

a) Pasien mengetahui kondisi saat ini dan hari depan sehingga pasien dapat menentukan pilihan. b) Sebagian besar fraktur memerlukan penopang dan fiksasi selama proses penyembuhan sehingga keterlambatan penyembuhan disebabkan oleh penggunaan alat bantu yang kurang tepat. c) Mengorganisasikan kegiatan yang diperlu kan dan siapa yang perlu menolongnya. (apakah fisioterapi, perawat atau keluarga). d) Membantu meng- fasilitaskan perawatan mandiri memberi support untuk mandiri. e) Penyembuhan fraktur tulang kemungkinan lama (kurang lebih 1 tahun) sehingga perlu disiapkan untuk perencanaan perawatan lanjutan dan pasien koopratif.
Daftar Kepustakaan

Doenges M.E. (1989) Nursing Care Plan, Guidlines for Planning Patient Care (2 nd ed ). Philadelpia, F.A. Davis Company. Long; BC and Phipps WJ (1985) Essential of Medical Surgical Nursing : A Nursing Process Approach St. Louis. Cv. Mosby Company.

DEFINISI Fracture is abreak in the continuity of bone and is defined according to its type and extent. (Brunner &Suddarth, 2008) Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang terjadi karena adanya tekanan pada tulang yang melebihi absorpsi tulang (Black, 1997) ETIOLOGI 1. Trauma langsung: benturan pada tulang dan mengakibatkan fraktur pada tempat itu

2. Trauma tidak langsung: bilamana titik tumpul benturan dengan terjadinya fraktur berjauhan 3. Proses penyakit: kanker dan riketsia

4. Compresion force: klien yang melompat dari tempat ketinggian dapat mengakibatkan fraktur kompresi tulang belakan 5. Muscle (otot): akibat injuri/sakit terjadi regangan otot yang kuat sehingga dapat menyebabkan fraktur (misal; elektrik shock dan tetani) KLASIFIKASI 1. Berdasarkan garis fraktur a. Fraktur komplit Garis patanya melalui seluruh penampang tulang atau melalui kedua korteks tulang b. Fraktur inkomplit Garis patahnya tidak melalui seluruh penampang tulang Greenstick fracture: bila menegenai satu korteks dimana korteks tulangnya sebagian masih utuh juga periosteum akan segera sembuh dan segera mengalami remodeling kebentuk normal 2. Fraktur menurut jumlah dan garis patah/bentuk/konfigurasi a. Fraktur comminute: banyak fraktur/fragmen kecil tulang yang terlepas

b. Fraktur segmental: bila garis patah lebih dari satu tetapi tidak berhubungan satu ujung yang tidak memiliki pembuluh darah menjadi sulit untuk sembuh dan keadaan ini perlu terapi bedah

c. Fraktur multipel: garis patah lebih dari satu tetapi pada tulang yang berlainan tempatnya. Seperti fraktur femur, cruris dan vertebra. 3. Fraktur menurut posisi fragmen a. Fraktur undisplaced (tidak bergeser): garis patah komplit tetapi kedua fragmen tidak bergeser, periosteumnya masih utuh. b. Fraktur displaced (bergeser): terjadi pergeseran fragmen-fragmen fraktur yang disebut juga dislokasi fragmen. 4. Menurut hubungan antara fragmen dengan dunia luar a. Fraktur terbuka (open fracture/compoun frakture) Fraktur terbuka karena integritas kulit robek/terbuka dan ujung tulang menonjol sampai menembus kulit. Fraktur terbuka ini dibagi menjadi tiga berdasarkan tingkat keperahan: Derajat I: robekan kulit kurang dari 1 cm dengan kerusakan kulit/jaringan minimal.

Derajat II: luka lebih dari 1 cm, kerusakan jaringan sedang, potensial infeksi lebih besar, fraktur merobek kulit dan otot. Derajat III: kerusakan/robekan lebih dari 6-8 cm dengan kerusakan jaringan otot, saraf dan tendon, kontaminasi sangat besar dan harus segera diatasi b. Fraktur tertutup (closed fracture/simple fracture) Frakture tidak kompkleks, integritas kulit masih utuh, tidak ada gambaran tulang yang keluar dari kulit. 5. Fraktur bentuk fragmen dan hubungan dengan mekanisme trauma a. Fraktur transversal (melintang), trauma langsung

Garis fraktur tegak lurud, segmen tulang yang patah direposisi/direduksi kembali ketempat semula, segmen akan stabil dan biasanya mudah dikontrol dengan bidai gips. b. Fraktur oblique; trauma angulasi

Fraktur yang garis patahnya membentuk sudut terhadap tulang. Fraktur ini tidak stabil dan sulit diperbaiki. c. Fraktur spiral; trauma rotasi

Fraktur ini timbul akibat torsi pada ekstrimitas, menimbulkan sedikit kerusakan jaringan lunak dan cenderung cepat sembuh dengan imobilisasi luar. d. Fraktur kompresi; trauma axial flexi pada tulang spongiosa

Fraktur terjadi karena ketika dua tulang menumpuk tulang ketiga yang berada diantaranya seperti satu vertebra dengan dua vertebra lainnya. e. Fraktur avulsi; taruma akibat tarikan (fraktur patela)

Fraktur memisahkan suatu fragmen tulang tempat insersi tendon atau ligamen. 6. Fraktur patologi Terjadi pada daerah yang menjadi lemah oleh karena tumor atau prose patologik lainnya. PATOFISIOLOGI daya tulang fraktur

jaringan lunak tulang perdarahan krepitasi pemendekan luka hematom

pembluh darah

saraf &sumsum tlg

periosteum

korteks

putus

reseptor nyeri

deformitas

hipovelemi

hilang sensasi

nyeri

port de entri

vasodilatasi

hipotensi

anestesi

eksudasi plasma

& migrasi leukost infeksi non infeksi union inflamasi edema depresi saraf suplai darah keotak menurun keasadaran shock hipovelemik

delayed union mal union nyeri

MANIFESTASI KLINIK Edema/pembengkakan

Nyeri: spasme otot akibat reflek involunter pada otot, trauma langsung pada jaringan, peningkatan tekanan pada saraf sensori, pergerakan pada daerah fraktur. Spasme otot: respon perlindungan terhadap injuri dan fraktur Deformitas Echimosis: ekstravasasi darah didalam jaringan subkutan Kehilangan fungsi Crepitasi: pada palpasi adanya udara pada jaringan akibat trauma terbuka

TAHAP PENYEMBUHAN TULANG 1. Tahap pembentukan hematom

dalam 24 jam pertama mulai terbentuk bekuan darah dan fibrin yang masuk kearea fraktur. Suplai darah meningkat, terbentuklah hematom yang berkembang menjadi jaringan granulasi sampai hari kelima. 2. Tahap proliferasi

dalam waktu sekitar 5 hari , hematom akan mengalami organisasi. Terbentuk benang-benang fibrin dalam jendalan darah, membentuk jaringan untuk revaskularisasi dan invasi fibroblast dan osteoblast yang akan menhasilkan kolagen dan proteoglikan sebagai matriks kolagen pada patahan tulang. Terbentuk jaringan ikat fibrus dan tulang rawan. 3. Tahap pembentukan kalus

Pertumbuhan jaringan berlanjut dan lingkaran tulang rawan tumbuh mencapai sisi lain sampai celah terhubungkan. Fragmen patahan tulang digabungkan dengan jaringan fibrus, tulang rawan

dan tulang serat imatur. Perlu waktu 3-4 minggu agar frakmen tulang tergabung dalam tulang rawan atau jaringan fibrus 4. Osifikasi

Pembentukan kalus mulai mengalami penulangan dalam 2-3 minggu patah tulang melalaui proses penulangan endokondrial. Mineral terus menerus ditimbun sampai tulang benar-benar bersatu. Proses ini memerlukan waktu 3-4 bulan. 5. Konsolidasi (6-8 bulan) dan Remodeling (6-12 bulan)

Tahap akhir dari perbaikan patah tulang. Dengan aktifitas osteoblas dan osteoclas, kalus mengalami pembentukan tulang sesuai aslinya. PRINSIP-PRINSIP PENATALAKSANAAN Ada empat konsep dasar yang harus diperhatikan/pertimbangkan pada waktu menangani fraktur: 1. Rekognisi: menyangkut diagnosa fraktur pada tempat kejadian kecelakaan dan kemudian di rumah sakit. Riwayat kecelakaan Parah tidaknya luka Diskripsi kejadian oleh pasien Menentukan kemungkinan tulang yang patah krepitus

2. Reduksi: reposisi fragmen fraktur sedekat mungkin dengan letak normalnya. Reduksi terbagi menjadi dua yaitu: Reduksi tertutup: untuk mensejajarkan tulang secara manual dengan traksi atau gips

Reduksi terbuka: dengan metode insisi dibuat dan diluruskan melalui pembedahan, biasanya melalui internal fiksasi dengan alat misalnya; pin, plat yang langsung kedalam medula tulang. 3. Immobilisasi:Setelah fraktur di reduksi, fragmen tulang harus dimobilisasi untuk membantu tulang pada posisi yang benar hingga menyambung kembali. 4. Retensi: menyatakan metode-metode yang dilaksanakan untuk mempertahankan fragmenfragmen tersebut selama penyembuhan (gips/traksi)

5. Rehabilitasi: langsung dimulai segera dan sudah dilaksanakan bersamaan dengan pengobatan fraktur karena sering kali pengaruh cidera dan program pengobatan hasilnya kurang sempurna (latihan gerak dengan kruck). TINDAKAN PEMBEDAHAN 1. ORIF (OPEN REDUCTION AND INTERNAL FIXATION)

Insisi dilakukan pada tempat yang mengalami cidera dan diteruskan sepanjang bidang anatomik menuju tempat yang mengalami fraktur Fraktur diperiksa dan diteliti Fragmen yang telah mati dilakukan irigasi dari luka Fraktur di reposisi agar mendapatkan posisi yang normal kembali

Saesudah reduksi fragmen-fragmen tulang dipertahankan dengan alat ortopedik berupa; pin, sekrup, plate, dan paku Keuntungan: Reduksi akurat Stabilitas reduksi tinggi Pemeriksaan struktu neurovaskuler Berkurangnya kebutuhan alat imobilisasi eksternal Penyatuan sendi yang berdekatan dengan tulang yang patah menjadi lebih cepat Rawat inap lebih singkat Dapat lebih cepat kembali ke pola kehidupan normal

Kerugian 2. Kemungkinan terjadi infeksi Osteomielitis EKSTERNAL FIKSASI

Metode alternatif manajemen fraktur dengan fiksasi eksternal, biasanya pada ekstrimitas dan tidak untuk fraktur lama

Post eksternal fiksasi, dianjurkan penggunaan gips. Setelah reduksi, dilakukan insisi perkutan untuk implantasi pen ke tulang Lubang kecil dibuat dari pen metal melewati tulang dan dikuatkan pennya. Perawatan 1-2 kali sehari secara khusus, antara lain:

Obsevasi letak pen dan area Observasi kemerahan, basah dan rembes Observasi status neurovaskuler distal fraktur TEST DIAGNOSTIK X Ray: menentukan lokasi/luasnya fraktur/trauma Scan tulang: menidentifikasi kerusakan jaringan lunak Hitung darah lengkap:

Ht: mungkin meningkayt (hemokonsentrasi), menurun (perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh dari trauma multiple) Peningkatan SDP: respon stres normal setelah trauma Kreatinin: trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klirens ginjal Profil koagulasi: perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah atau cedera hati

KOMPLIKASI 1. Komplikasi awal Shock Hipovolemik/traumatik

Fraktur (ekstrimitas, vertebra, pelvis, femur) perdarahan & kehilangan cairan ekstrasel ke jaringan yang rusak shock hipovolemi. Emboli lemak

Trombo emboli vena

Berhubungan dengan penurunan aktivitas/kontraksi otot/bedrest Infeksi

Fraktur terbuka: kontaminasi infeksi sehingga perlu monitor tanda infeksi dan terapi antibiotik 2. Komplikasi lambat Delayed union

Proses penyembuhan fraktur sangat lambat dari yang diharapkan biasanya lebih dari 4 bulan. Proses ini berhubungan dengan proses infeksi. Distraksi/tarikan bagian fragmen tulang Non union

Proses penyembuhan gagal meskipun sudah diberi pengobatan. Hal ini disebabkan oleh fobrous union atau pseudoarthrosis Mal union

Proses penyembuhan terjadi tetapi tidak memuaskan (ada perubahan bentuk) Nekrosis avaskuler di tulang

Karena suplai darah menurun sehingga menurunkan fungsi tulang . PENGKAJIAN Aktivitas Tanda :

1 Keterbatasan/kehilangan fungsi pada bagian yang terkena(mungkin segera, fraktur itu sendiri, atau terjadi secara sekunder dari pembengkakan jaringan, nyeri) Sirkulasi Tanda :

1 Hipertensi (kadang-kadang terlihat sebagai respon terhadap nyeri, ansietas) 1 Hipotensi (kehilangan darah) 1 Takikardia (respon stres, hipovolemia) 1 Penurunan/tidak ada nadi pada bagian distal yang cedera

1 Pengisian kapiler lambat 1 Pucat pada bagian yang terkena 1 Pembengkakan jaringan atau masa hematoma pada sisi cedera Neurosensori Gejala :

1 Hilangnya gerakan/sensasi 1 Spasme otot 1 Kebas/kesemutan (parestesis) Tanda :

1 Deformitas lokal 1 Angulasi abnormal 1 Pemendekan 1 Rotasi 1 Krepitasi 1 Spame otot 1 Terlihat kelemahan/hilang fungsi 1 Agitasi (mungkin berhubungan dengan nyeri/ ansietas/trauma) Nyeri/kenyamanan Gejala :

1 Nyeri berat tiba-tiba pada saat cedera (mungkin terlokalisasi pada area jaringan/kerusakan tulang; dapat berkurang dengan imobilisasi) 1 Tidak ada nyeri karena kerusakan syaraf 1 Spasme/kram otot (setelah imobilisasi) Keamanan

Tanda

1 Laserasi kulit 1 Avulsi jaringan 1 Perdarahan 1 Perubahan warna 1 Pembengkakan lokal (dapat meningkat secara bertahap atau tiba-tiba) Daftar pustaka Black (1997). Medical surgical nursing. Philadelpia: WB Saunders Company Doenges, M. E. (1999). Rencana asuhan keperawatan: pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian pasien. Ed. 3. Jakarta: EGC Lewis (2000). Medical surgical nursing. St Louis: Mosby Price, S. A. (1995). Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit. Ed. 4. Jakarta: EGC Smeltzer, S. C. (2008). Medical Surgical Nursing. Brunner & Suddart. Ed. 8. Jakarta: EGC

. DEFENISI Rusaknya kontinuitas tulang pangkal paha yang dapat disebabkan oleh trauma langsung, kelelahan otot, kondisi-kondisi tertentu seperti degenerasi tulang / osteoporosis. II. FISIOLOGI / ANATOMI Persendian panggul merupakan bola dan mangkok sendi dengan acetabulum bagian dari femur, terdiri dari : kepala, leher, bagian terbesar dan kecil, trokhanter dan batang, bagian terjauh dari femur berakhir pada kedua kondilas. Kepala femur masuk acetabulum. Sendi panggul dikelilingi oleh kapsula fibrosa, ligamen dan otot. Suplai darah ke kepala femoral merupakan hal yang penting pada faktur hip. Suplai darah ke femur bervariasi menurut usia. Sumber utamanya arteri retikuler posterior, nutrisi dari pembuluh darah dari batang femur meluas menuju daerah tronkhanter dan bagian bawah dari leher femur. III. KLASIFIKASI Ada 2 type dari fraktur femur, yaitu : 1. Fraktur Intrakapsuler femur yang terjadi di dalam tulang sendi, panggul dan Melalui kepala femur (capital fraktur) Hanya di bawah kepala femur Melalui leher dari femur 2. Fraktur Ekstrakapsuler; Terjadi di luar sendi dan kapsul, melalui trokhanter femur yang lebih besar/yang lebih kecil /pada daerah intertrokhanter. Terjadi di bagian distal menuju leher femur tetapi tidak lebih dari 2 inci di bawah trokhanter kecil. IV. PATOFISIOLOGI A. PENYEBAB FRAKTUR ADALAH TRAUMA Fraktur patologis; fraktur yang diakibatkan oleh trauma minimal atau tanpa trauma berupa yang disebabkan oleh suatu proses., yaitu : Osteoporosis Imperfekta Osteoporosis Penyakit metabolik TRAUMA Dibagi menjadi dua, yaitu : Trauma langsung, yaitu benturan pada tulang. Biasanya penderita terjatuh dengan posisi miring

dimana daerah trokhanter mayor langsung terbentur dengan benda keras (jalanan). Trauma tak langsung, yaitu titik tumpuan benturan dan fraktur berjauhan, misalnya jatuh terpeleset di kamar mandi pada orangtua. TANDA DAN GEJALA Nyeri hebat di tempat fraktur Tak mampu menggerakkan ekstremitas bawah Rotasi luar dari kaki lebih pendek Diikuti tanda gejala fraktur secara umum, seperti : fungsi berubah, bengkak, kripitasi, sepsis pada fraktur terbuka, deformitas.

PENATALAKSANAAN MEDIK X.Ray Bone scans, Tomogram, atau MRI Scans Arteriogram : dilakukan bila ada kerusakan vaskuler. CCT kalau banyak kerusakan otot. TRAKSI Penyembuhan fraktur bertujuan mengembalikan fungsi tulang yang patah dalam jangka waktu sesingkat mungkin Metode Pemasangan traksi: Traksi Manual Tujuan : Perbaikan dislokasi, Mengurangi fraktur, Pada keadaan Emergency. Dilakukan dengan menarik bagian tubuh. Traksi Mekanik Ada dua macam, yaitu : 1. Traksi Kulit Dipasang pada dasar sistem skeletal untuk struktur yang lain, misalnya: otot. Traksi kulit terbatas untuk 4 minggu dan beban < 5 kg. Untuk anak-anak waktu beban tersebut mencukupi untuk dipakai sebagai fraksi definitif, bila tidak diteruskan dengan pemasangan gips. 2. Traksi Skeletal Merupakan traksi definitif pada orang dewasa yang merupakan balanced traction. Dilakukan untuk menyempurnakan luka operasi dengan kawat metal atau penjepit melalui tulang/jaringan metal. KEGUNAAN PEMASANGAN TRAKSI

Traksi yang dipasang pada leher, di tungkai, lengan atau panggul, kegunaannya : Mengurangi nyeri akibat spasme otot Memperbaiki dan mencegah deformitas Immobilisasi Difraksi penyakit (dengan penekanan untuk nyeri tulang sendi). Mengencangkan pada perlekatannya. MACAM - MACAM TRAKSI 1. Traksi Panggul Disempurnakan dengan pemasangan sebuah ikat pinggang di atas untuk mengikat puncak iliaka. 2. Traksi Ekstension (Bucks Extention) Lebih sederhana dari traksi kulit dengan menekan lurus satu kaki ke dua kaki. Digunakan untuk immibilisasi tungkai lengan untuk waktu yang singkat atau untuk mengurangi spasme otot. 3. Traksi Cervikal Digunakan untuk menahan kepala extensi pada keseleo, kejang dan spasme. Traksi ini biasa dipasang dengan halter kepala. 4. Traksi Russells Traksi ini digunakan untuk frakstur batang femur. Kadang-kadang juga digunakan untuk terapi nyeri punggung bagian bawah. Traksi kulit untuk skeletal yang biasa digunakan. Traksi ini dibuat sebuah bagian depan dan atas untuk menekan kaki dengan pemasangan vertikal pada lutut secara horisontal pada tibia atau fibula. 5. Traksi khusus untuk anak-anak Penderita tidur terlentang 1-2 jam, di bawah tuberositas tibia dibor dengan steinman pen, dipasang staples pada steiman pen. Paha ditopang dengan thomas splint, sedang tungkai bawah ditopang atau Pearson attachment. Tarikan dipertahankan sampai 2 minggu atau lebih, sampai tulangnya membentuk callus yang cukup. Sementara itu otot-otot paha dapat dilatih secara aktif.

BAB II KERANGKA TEORI A. Anatomi Fisiologi Patella

Tulang Patella adalah tulang berbentuk segitiga dan tebal yang akan bersendi dengan tulang paha (femur). Fungsinya adalah membungkus dan melindungi sendi lutut.Patella termasuk ke dalam tulang sesamoid yang berkembang dari tendon otot quadriceps femoris. Pada Patella Melekat Ligamen patellaris, ligamen yang kuat, menghubungkan tepi inferior patella dengan tuberositas tibia. Ligamen ini berjalan didepan patella dan bersambung dengan serabut tendon quadriceps femoris.

1.

Gerakan Fisiologis Patella Patella sangat berpengaruh pada sendi PatellaFemoral .Pada patellofemoral joint, patella hanya slide disepanjang sulcus intercondylaris selama gerakan fleksi ekstensi knee.Pada saat ekstensi knee, maka patella akan slide kearah cranial. Pada saat fleksi knee, maka patella akan slide kearah caudal.Jika gerakan patella terganggu/terbatas, maka dapat mempengaruhi ROM fleksi knee dan memberikan kontribusi terhadap laju ekstensor pada aktif ekstensi knee Alignment patella dikenal dengan Q angle.

2.

Q angle adalah sudut yang dibentuk oleh 2 garis yang saling memotong; garis pertama dari SIAS ke mid-patella, garis kedua dari tuberculum tibia ke mid-patella (normalnya 15o).Q angle menggambarkan jalur lateral atau efek haluan busur (bowstring) terhadap otot quadriceps dan tendon patellaris.

Gaya/kekuatan yang mempertahankan align-ment patella adalah : Lateral fiksasi patella dihasilkan oleh iliotibial band dan retinaculum lateral. Pada sisi medial patella diperkuat oleh tarikan aktif dari otot vastus medialis yang obliq. Ligament patellaris memfiksasi patella kearah in-ferior melawan tarikan aktif otot quadriceps ke-arah superior

Malalignment patella dan problem jalur pa-tella disebabkan oleh : Peningkatan Q angle; akibat genu valgus, pronasi kaki, pelvis yang lebar, peningkatan anteversi femur, atau external torsion tibia.

BAB III PATOLOGI a) Definisi Fraktur patella adalah diskontinuitas patella karena trauma

b) Ruang lingkup Fraktur tertutup, fraktur terbuka, undisplaced dan displaced c) Indikasi Operasi Semua keadaan dengan posisi displaced tertutup maupun terbuka d) Kontra indikasi Operasi Keadaan umum penderita jelek e) Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan laboratorium rutin dan foto polos lutut Patofisiologi fraktur Patela f) 1. a. Mekanisme fraktur Trauma langsung/Direct Disebabkan karena penderita jatuh dalam posisi lutut flexi dimana patella terbentur dengan lantai atau Kecelakaan Lalu lintas b. Karena diatas patella hanya terdapat subcutis dan kutis, sehingga dengan benturan tersebut tulang patella mudah patah c. Biasanya jenis patahnya comminutiva (stelata), pada jenis patah ini biasanya medial dan lateral quadrisep expansion tidak ikut robek, hal ini menyebabkan penderita masih dapat melakukan extensi lutut melawan gravitasi 2. a. Trauma tak langsung/Indirect Karena tarikan yang sangat kuat dan otot quadrisep yang membentuk musculotendineus melekat pada patella, sering terjadi pada penderita yang jatuh dengan tungkai bawah menyentuh tanah terlebih dahulu dan otot quadrisep kontraksi secara keras untuk mempertahanakan kestabilan lutut. b. Biasanya garis patahnya transversal avulse ujung atas atau ujung bawah dan patella

g) Klasifikasi fraktur Patela berdasarkan patologinya 1. 2. Trauma langsung/Direct Fraktur comminutiva Trauma tak langsung/Indirect Garis fraktur transversal Fraktur avulsi patela transversal, yang fragmen proksimalnya tertarik menjauhi fragmen lain. Kelainan ini termasuk cedera alat ekstensi lutut

h) Pemeriksaan Klinik Radiologis Fraktur Patela Anamnesa

o Ditemukan adanya riwayat trauma o Penderita tak dapat melakukan extensi lutut, biasanya terjadi pada trauma indirect dimana patahnya transversal dan quadrisep mekanisme robek o Pada trauma direct dimana patahnya comminutiva medial dan lateral, quadrisep expansion masih utuh sehingga penderita masih dapat melakukan extensi lutut Pemeriksaan Klinik

o Pada lutut ditemukan pembengkakan disebabkan hemarthrosis o Pada perabaan ditemukan patela mengambang (floating patella) Pemeriksaan Radiologis

o Dengan proyeksi AP dan lateral sudah cukup untuk melihat adanya fraktur patela o Proyeksi sky-line view kadang-kadang untuk memeriksa adanya fraktur patela incomplete

i)

Penangangan Fraktur Patella Metode fiksasi luar dan dalam pada fraktur Patela

o Pengobatan fraktur patela biasanya dengan reduksi terbuka dan fiksasi interna pada patella. Fiksasi interna yang paling efektif ialah dengan benang kawat melingkari patela dikombinasi dengan kawat berbentuk angka delapan. o Pengobatan fraktur patela comminutiva yang terdapat haemorthrosis, dilakukan aspirasi haemorthrosis, diikuti pemakaian kawat. Non operatif

o Untuk fraktur patela yang undisplaced dilakukan imobilisasi dengan pemasangan gips dan pangkal paha sampai pergelangan kaki. Posisi lutut dalam fleksi sedikit (5-10) dipertahankan 6 minggu. Operatif

o Pada fraktur transversal dilakukan reposisi, difiksasi dengan teknik tension band wiring o Bila jenis fraktur comminutiva dilakukan rekronstruksi fragmennya dengan K-wire, baru dilakukan tension band wiring o Bila fragmen terlalu kecil sehingga tidak mungkin untuk dilakukan rekronstruksi, dilakukan patellectomi (hal ini menimbulkan kelemahan quadrisep expansion)

j)

Komplikasi Adanya nyeri Kekakuan sendi Gangguan ADL Keterbatasan gerak Kelemahan otot. Kelainan Bentuk Patella

You might also like