You are on page 1of 17

Proposal Proyek Akhir Redesain Gedung Bioskop Irama Dengan Sistem Beton Pracetak dan Prategang BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang Pracetak dan prategang sebagai metode konstruksi saat ini mulai banyak digunakan. Hal ini disebabkan adanya beberapa keuntungan didalam

pelaksanaannya, seperti waktu pelaksanaan konstruksi yang lebih cepat serta kemudahan dalam pembuatan perawatan. Sebagai metode konstruksi, pembuatan pracetak dan prategang biasa dibuat di lapangan dengan kontrol kualitas yang lebih terjamin. Sedangkan sebagai metode konstruksi, pracetak dan prategang bukan lagi sebagai sesuatu hal yang sulit untuk dilaksanakan karena jenis dan kemampuan peralatan konstruksi, seperti sarana transportasi dan alat-alat berat sebagai pendukung mobilisasi mengalami perkembangan yang pesat untuk mendukung pelaksanaan konstruksi. Prategang sendiri biasanya digunakan pada bangunan berjalur panjang seperti jembatan dan basement. Pelaksanaannya dapat dibuat dengan metode pracetak atau cor setempat dengan kontrol yang berbeda beda. Pada umumnya prategang dibuat sesuai dengan owner yang menginginkan kualitas yang baik dari struktur bangunannya. Mengingat di kota Banyuwangi sendiri masih belum ada metode yang menggunakan sistem pracetak dan prategang dalam pelaksanaan bangunan bertingkat maka ada bagusnya untuk menggunakan cara baru yang telah diakui lebih bagus dalam segi kualitas yang lebih terjamin dan pemeliharaannya yang terhitung lebih ringan. Sedangkan gedung bioskop yang direncanakan dengan tinggi lantai 3 ini juga memakai tipe balok dan kolom yang sama atau struktur ekuivalen pada perencanaannya maka sistem pracetak sangat ideal digunakaan pada bangunan ini. Masalah yang lainnya adalah saat Banyuwangi mengalami perubahan berarti dari segi arsitektur seperti adanya berbagai macam bangunan dengan tingkat kesulitan yang sudah cukup rumit seperti dermaga dan bangunan gedung bertingkat. Dengan itu metode yang baru diharapkan akan lebih memicu

D3 Program Studi Teknik Sipil Politeknik Banyuwangi

Proposal Proyek Akhir Redesain Gedung Bioskop Irama Dengan Sistem Beton Pracetak dan Prategang masyarakat Banyuwangi agar bisa lebih bervariasi dalam metode

pelaksanaannya. Dengan semua permasalahan yang terjadi dan berhubungan dengan bangunan, maka bioskop irama juga merupakan proyek yang potensial untuk dibuat redesain sehingga menjadi bangunan yang lebih diminati masyarakat dan juga lebih meramaikan industri film khususnya di Banyuwangi. Dan dengan semua masalah yang yang terjadi maka saya mengajukan judul proyek akhir Redesain Gedung Bioskop Irama dengan Sistem Beton Pracetak dan Prategang.

1.2 Rumusan masalah Rumusan masalah yang akan ditemukan adalah: 1. Bagaimana cara membuat desain ulang dari Gedung Bioskop Irama yang dulunya hanya 1 lantai menjadi setinggi 3 lantai dengan luasan yang sama dengan metode beton pracetak. 2. Bagaimana cara merencanakan balok prategang yang merupakan solusi dari gedung lantai 3 dengan fungsi gedung sebagai bioskop yang harus tanpa kolom di bagian tengahnya.

1.3 Tujuan Tujuan dari proyek akhir ini adalah untuk merencanakan ulang struktur gedung bioskop irama banyuwangi dengan menyajikan alternatif penyelesaian desain menggunakan beton pracetak dan prategang pada atap lantai 3.

1.4 Manfaat 1. Bagi Mahasiswa Mahasiswa dapat mendapatkan ilmu baru dari metode yang berbeda pada pekerjaan gedung yang umum dan akhirnya diharapkan dapat diaplikasikan pada saat lulus dan berada di dunia kerja.

D3 Program Studi Teknik Sipil Politeknik Banyuwangi

Proposal Proyek Akhir Redesain Gedung Bioskop Irama Dengan Sistem Beton Pracetak dan Prategang 2. Bagi Instansi Pendidikan Instansi Pendidikan dalam hal ini Politeknik Banyuwangi akan mendapatkan referandum yang baru dan dapat dijadikan acuan untuk rangkaian perencanaan berikutnya. 3. Bagi Masyarakat Masyarakat akan mengetahui lebih lanjut tentang metode baru pada suatu pekerjaan gedung dengan beton bertulang yang akhirnya dapat memicu untuk dapat mempelajari lebih banyak tentang teknik sipil.

1.5 Batasan masalah Batasan masalah proyek akhir ini pada perencanaan struktur berupa elemen pracetak, prategang, dan beton bertulang biasa. Perencanaan struktur ini mencakup komponen skunder dan primer. Yang termasuk komponen primer adalah : 1. Balok induk 2. Kolom 3. Bangunan bawah berupa poer dan pondasi Sedangkan yang termasuk komponen sekunder adalah : 1. Plat lantai 2. Balok anak 3. Tangga Sebagai batasan masalah didalam perencanaan struktur Gedung Bioskop Irama Banyuwangi adalah sebagai berikut : 1. Struktur portal bangunan direncanakan dengan menggunakan program AutoCAD 2008. 2. Elemen struktur meliputi balok induk, balok anak, kolom dan pelat direncanakan dengan beton pracetak. 3. Pada lantai 1 dan 2 difungsikan sebagai supermarket atau pertokoan. 4. Pada lantai 3 difungsikan sebagai bioskop dengan memakai model atap duct dengan memakai elemen balok prategang. 5. Elemen portal direncanakan dengan menggunakan program SAP2000. 6. Elemen struktur tangga direncanakan dengan cor setempat.

D3 Program Studi Teknik Sipil Politeknik Banyuwangi

Proposal Proyek Akhir Redesain Gedung Bioskop Irama Dengan Sistem Beton Pracetak dan Prategang 7. Tidak melakukan perhitungan beban lateral yang terjadi dari beban gempa dan beban angin. 8. Pelat atap dibuat dengan rencana menggunakan gabungan dari metode pracetak dan konvensional. 9. Pengaruh suhu dalam perencanaan diabaikan. 10. Tidak melakukan analisa biaya pada pelaksanaan konstruksi beton pracetak dan cara konvensional untuk gedung ini. 11. Tidak memberikan pembahasan tentang metode pelaksanaan konstruksi, tetapi akan ditunjukan detail penulangan elemen serta kontrol dalam pelaksanaan. 12. Tidak melakukan perbandingan harga antara gedung dengan beton bertulang biasa dan beton pracetak. 13. Tidak melakukan survey atas tempat pabrikasi beton pracetak yang akan dipakai. 14. Tidak membuat denah arsitektural pada gedung yang akan dibuat.

1.6 Hasil yang diharapkan Dari perencanaan yang akan dibuat diharapkan nantinya akan didapat suatu rencana proyek gedung bioskop Irama dengan metode pracetak dan prategang dalam bentuk gambar secara detail.

1.7 Metodologi Dari data yang telah ada berupa data sekunder dibuat perhitungan struktur primer dan sekunder yang didapatkan dari rumus empiris dari SNI 03 2847 2002. Lalu dibuat detail gambar sesuai dengan perencanaan yang telah dihitung.

1.8 Profil Proyek Nama Proyek : Redesain Gedung Bioskop Irama Banyuwangi dengan Sistem Pracetak dan Pretegang Lokasi Luas Data data : Jalan Nusantara no. 9 Banyuwangi : 625 m2 : Terlampir

D3 Program Studi Teknik Sipil Politeknik Banyuwangi

Proposal Proyek Akhir Redesain Gedung Bioskop Irama Dengan Sistem Beton Pracetak dan Prategang BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Pengertian Redesain Pengertian redesain disebutkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah desain ulang, perencanaan kembali, perlakuan terhadap suatu hasil karya yang direncanakan secara menyeluruh meliputi desain dan pelaksanaan. Kata ini berasal dari bahasa inggris (re-design) yang berarti sama. Redesain adalah sebuah aktivitas yang melakukan pengubahan pembaharuan dengan berpatokan dari wujud desain yang lama diubah menjadi baru, sehingga dapat memenuhi tujuan-tujuan positif yang mengakibatkan kemajuan. Dapat diartikan juga sebagai kegiatan perencanaan dan perancangan kembali suatu bangunan sehingga terjadi perubahan fisik tanpa merubah fungsinya baik melalui perluasan, perubahan maupun pemindahan lokasi (www.ilmusipil.com).

II.2 Pengertian Beton Pracetak Pengertian pracetak atau precast disebutkan dalam beberapa sumber antara lain adalah: 1. Menurut Plant Cast Precast And Prestressed Concrete (A Design Guide), menyebutkan beton pracetak (precast concrete) adalah beton yang dicetak dibeberapa lokasi (baik dilingkungan proyek maupun di pabrik) yang ada akhirnya dipasang pada posisinya dengan suatu system sambungan sehingga rangkaian elemen demi elemen beton pracetak menjadi satu kesatuan yang utuh sebagai suatu struktur. 2. Dalam SKSNI T-15-1991-03 (pasal 3.9.1) disebutkan beton pracetak adalah komponen beton yang dicor di tempat yang bukan merupakan posisi akhir di dalam suatu struktur. Pada perencanaan Gedung Bioskop Irama Banyuwangi ini akan dipakai tipe pemodelan struktur sebagai building frames system. Building frame system yang seperti pengertiannya disebutkan dalam peraturan UBC 1997 (Uniform Building System) pasal 1629.6.3 yaitu sistem yang ada pada dasarnya memanfaatkan space

D3 Program Studi Teknik Sipil Politeknik Banyuwangi

Proposal Proyek Akhir Redesain Gedung Bioskop Irama Dengan Sistem Beton Pracetak dan Prategang frame untuk menjadi penahan beban gravitasi sedangkan penahan terhadap gaya lateral dilakukan oleh shear wall atau braced frame.

II.3 Industri Beton Pracetak Beton pracetak bisa sebagai material konstruksi dan metode konstruksi. Sebagai material konstruksi, beton pracetak dapat diproduksi di lapangan dengan kontrol kualitas yang lebih terjamin dan dapat dipakai sebagai unsur non struktural atau unsur struktural. Dalam pemakaian beton pracetak, ada kontol yang lebih besar dari bentuk permukaan yang tidak mudah diperoleh dengan beton konvensional. Sebagai metode konstruksi, sistem beton pracetak tidak sulit untuk dilaksanakan dan dalam pelaksanaannya dapat mengurangi total waktu proyek sejak unit-unit atau komponen-komponen pracetak disiapkan, sementara fase atau item-item pekerjaan lain dapat dikerjakan seiring dengan proses pembuatan pracetak.

II.2.1 Pabrikasi Yang Bersifat Sementara 1. Luas areal proyek cukup luas sehingga terdapat cukup tempat untuk membuat maupun menyimpan bahan-bahan baku dan elemen-elemen pracetak yang sudah jadi untuk menunggu gilirannya dipasangkan pada struktur. 2. Lingkungan mendukung untuk pergerakan transportasi dari komponen pracetak yaitu berkaitan dengan pengaturan letak tower crane, tempat penyimpanan elemen pracetak dan tempat dipasangkannya elemen pracetak pada struktur sehingga pelaksanaannya berjalan dengan lancar. 3. Tempat dan proses pabrikasi akan berakhir seiring dengan berakhirnya proyek.

II.2.2 Pabrikasi Yang Bersifat Permanen 1. Pabriknya membutuhkan areal yang luas, karena produksi akan dilakukan secara masal dan tentunya didukung dengan lokasi sumber bahan baku yang relatif dekat dengan lokasi proyek.

D3 Program Studi Teknik Sipil Politeknik Banyuwangi

Proposal Proyek Akhir Redesain Gedung Bioskop Irama Dengan Sistem Beton Pracetak dan Prategang 2. Proses berlangsungnya pabrikasi juga diharapkan tidak mengganggu dan tidak menimbulkan polusi pada lingkunga sekitarnya. 3. Sarana jalannya juga diharapkan mendukung pergerakan dari bahan baku, elemen pracetak yang sudah jadi, serta truk dan kendaraan berat lainnya baik masuk maupun keluar dari elemen proyek.

II.4 Perencanaan Elemen Pracetak Pada elemen struktur pracetak direncanakan sesuai dengan rumus yang sama seperti struktur beton konvensional namun dengan ketentuan ketentuan berikut sesuai SNI 0328472002 pasal 18: 1. Kolom pracetak harus mempunyai kekuatan nominal tarik minimum sebesar 1,5Ag dalam kN. Untuk kolom dengan penampang yang lebih besar dari pada yang diperlukan berdasarkan tinjauan pembebanan, luas efektif tereduksi Ag yang didasarkan pada penampang yang diperlukan tetapi tidak kurang dari pada setengah luas total, boleh digunakan. 2. Gaya-gaya boleh disalurkan antara komponen-komponen struktur dengan menggunakan sambungan grouting, kunci geser, sambungan

mekanis, sambungan baja tulangan, pelapisan dengan beton bertulang cor setempat, atau kombinasi dari cara-cara tersebut. Kemampuan

sambungan untuk menyalurkan gaya-gaya antara komponen-komponen struktur harus ditentukan dengan analisis atau dengan pengujian. Dalam merencanakan sambungan dengan menggunakan bahan-bahan dengan sifat struktural yang berbeda, maka daktilitas, kekuatan, dan kekakuan relatifnya harus ditinjau. 3. Apabila elemen pracetak membentuk diafragma atap atau lantai, maka sambungan antara diafragma dan komponen-komponen struktur yang ditopang secara lateral oleh diafragma tersebut harus mempunyai kekuatan tarik nominal yang mampu menahan sedikitnya 4,5 kN/m.

II.5 Beberapa Tipe Elemen Pracetak II.5.1 Plat (Precast Slab) 1. Plat pracetak berlubang (hollow core slab)

D3 Program Studi Teknik Sipil Politeknik Banyuwangi

Proposal Proyek Akhir Redesain Gedung Bioskop Irama Dengan Sistem Beton Pracetak dan Prategang Pelat jenis ini biasanya memakai kabel pratekan. Kelebihan dari pelat jenis ini adalah lebih ringan, durabilitas tinggi dan ketahanan terhadap api tinggi. 2. Plat pracetak tanpa berlubang (non hollow core slab) Kelebihan dari pelat jenis ini adalah ketebalan pelatnya lebih tipis dan tidak benyak makan tempat penumpukan. Jenis pelat yang dipakai adalah pelat pracetak tanpa lubang.

II.5.2 Balok (Beam) 1. Balok berpenampang bentuk persegi (rectangular beams) Kelebihan dari balok jenis ini adalah pabrikasi lebih mudah yaitu dengan bekisting yang lebih ekonomis dan tidak perlu memperhitungkan tuangan akibat cor sewaktu pelaksanaan. 2. Balok berpenampang bentuk u (u-shell beams) Kelebihan dari balok jenis ini adalah lebih ringan, dapat dipakai pada bentang yang lebih panjang dan penyambungan pada joint lebih monolit. Jenis balok yang dipakai adalah balok berpenampang bentuk persegi.

II.5.3 Kolom (column) Adapun pada pembuatan kolom pracetak dibuat dengan cetakan sepanjang kirakira per lantai untuk dibuat kolom pracetak. Dengan dibuat penopang pada bagian sambungannya dengan balok. Pada bagian tulangan tidak terdapat perbedaan pada kolom konvensional karena tidak ada pekerjaan tambahan pada kolom pracetak setelah pemasangan.

II.6 Keuntungan Beton Pracetak 1. Ketebalan elemen kecil (shallow construction depth) Dengan perencanaan yang baik dan kontrol yang baik akan diperoleh dimensi yang lebih kecil jika dibandingkan dengan elemen cor setempat untuk ukuran kekuatan elemen yang sama. Dengan dimensi elemen yang lebih kecil, dari segi struktur bisa meringankan berat struktur secara keseluruhan sehingga akan memperkecilbeban gempa yang harus dipikul struktur.

D3 Program Studi Teknik Sipil Politeknik Banyuwangi

Proposal Proyek Akhir Redesain Gedung Bioskop Irama Dengan Sistem Beton Pracetak dan Prategang 2. Daya dukung beban tinggi (high load capacity) Memiliki kekuatan yang lebih tinggi guna menerima beban yang cukup berat jika dibandingkan dengan elemen cor setempat dengan dimensi elemen yang sama. 3. Keawetan (durability) Dengan perencanaan yang baik akan dapat dicapai ukuran penampang yang lebih kecil sehingga memliki kepadatan dan kekedapan air yang lebih tinggi sehingga lebih tahan terhadap korosi, cuaca dan kerusakan-kerusakan lain, khususnya kerusakan yang tergantung waktu. 4. Bentang panjang (long span) Dengan perencanaan yang baik akan dapat dibuat bentang yang lebih panjang bentang jika dibandingkan dengan elemen cor setempat dengan ukuran penampang yang sama sehingga lebih leluasa untuk desain interior gedung. 5. Fleksibel untuk dikembangkan (flexibility for expansion) Beton pracetak dapat diproduksi untuk penyedian fasilitas arah vertikal dan horisontal secara lebih mudah. Misalnya untuk listrik, untuk saluran air kotor dan lain sebagainya. 6. Sedikit perawatan (low maintenance) Sebab memiliki kepadatan yang lebih tinggi sehingga lebih tahan terhadap keropos dan korosi. 7. Penyediaannya mudah (ready availability) Terutama untuk produksi massal dengan schedul pemasangan selama pemesanan masih dibawah kapasitas produksi maksimum. 8. Ekonomis (economy) Yaitu dapat menghemat material yang digunakan karena dengan perencanaan yang baik akan dapat dihasilkan luasan penampang yang lebih kecil. Diperlukan tenaga kerja yang lebih sedikit karena sebagian pekerjaan telah dilakukan di pabrik yaitu elemennya sudah dicetak di pabrik, sehingga tidak diperlukan lagi tenaga untuk pembuatan bekisting di proyek. Dan hal ini juga tentu saja dapat menghemat waktu penyelesaian pekerjaan.

D3 Program Studi Teknik Sipil Politeknik Banyuwangi

Proposal Proyek Akhir Redesain Gedung Bioskop Irama Dengan Sistem Beton Pracetak dan Prategang 9. Kontrol kualitas (quality control) Karena produksinya di pabrik tentu saja kontrol kualitasnya lebih mudah dilakukan. Dalam pelaksanaan kontrol kualitas merupakan program utama untuk standar tinggi dari pabrikasi. 10. Transmisi kegaduhan rendah (low noise transmission) Dikarenakan elemen sudah dikerjakan di pabrik, di lokasi tinggal dipasang. 11. Kontrol dari creep dan shrinkage (control of creep and shrinkage) Elemen pracetak biasanya dirawat dalam tempat penyimpanan sesudah dicetak 30 sampai 60 hari sebelum dikirim ke lokasi. Bagian terpenting 50 % atau lebih pergerakan dari creep dan shrinkage jangka panjang mungkin terjadi sebelum komponen-komponen tergabung dalam satu kesatuan struktur. 12. Kecepatan konstruksi (speed of construction) Hal ini karena sebagian pekerjaan dapat atau telah dilakukan di pabrik sehingga kecepatan akan relatif lebih cepat bila dibandingkan dengan beton bertulang biasa yang dibuat di proyek. II.7 Aplikasi Sistem Pracetak Jenis-jenis elemen pracetak yang dipakai adalah sistem pabrikasi serta sistem sambungannya adalah sebagai berikut : 1. Plat pracetak yang dipakai adalah pelat pracetak tidak berlubang. 2. Sambungan yang dipakai adalah sambungan basah (cor setempat) atau sambungan kering (dengan pengelasan), disesuaikan dengan keperluan. 3. Pabrikasi elemen pracetak diasumsikan dibuat di lokasi lain yang terletak tidak terlalu jauh dari lokasi proyek.

II.8 Elemen Prategang Dalam hal ini kami melampirkan pengertian dari elemen struktur prategang sebagai berikut: 1. Menurut Buku Desain Beton bertulang, Prategang adalah jenis beton dengan menggunakan kabel tendon yang dibuat pada bagian dalamnya yang difungsikan untuk model bangunan yang memakai balok yang cukup panjang jangkauannya. Prategang dapat didefinisikan sebagai

D3 Program Studi Teknik Sipil Politeknik Banyuwangi

10

Proposal Proyek Akhir Redesain Gedung Bioskop Irama Dengan Sistem Beton Pracetak dan Prategang pemberian tegangan internal pada struktur yang sifatnya berlawanan dengan tegangan yang terjadi pada struktur akibat beban layan atau beban kerja. 2. Definisi beton pratekan atau prategang (prestressed concrete) menurut buku T.Y LIN and NED H BURNS yaitu beton yang mengalami tegangan internal, dengan besar dan distribusi sedemikian rupa sehingga dapat mengimbangi tegangan yang terjadi akibat beban eksternal sampai batas tertentu. 3. Definisi Beton Pratekan menurut SNI 03 2847 2002 yaitu beton bertulang yang telah diberikan tegangan tekan dalam untuk mengurangi tegangan tarik potensial dalam beton akibat beban kerja. 4. Sedangkan menurut RSNI 03-2847-2002 20.2(2) menyatakan bahwa Perencanaan komponen struktur beton prategang harus didasarkan pada kekuatan dan perilaku komponen struktur pada kondisi beban kerja untuk semua tahap pembebanan kritis yang mungkin selama masa layan struktur sejak saat pertama prategang diberikan.

II.9 Kelebihan dan kekurangan beton prategang Seperti yang telah dijelaskan tentang klasifikasi dan pengertian prategang dapat dilihat bahwa prategang memungkinkan kita untuk memanfaatkan seluruh penampang melintang batang dalam menahan beban. Maka akan didapat efisiensi lebih dari segi besar dan panjang dibandingkan memakai beton bertulang biasa. Kelebihan lainnya adalah beton prategang lebih kuat dengan menerima beban layan yang tidak akan mengalami retak yang berakibat banyak pada umur beton nantinya. Adapun kekurangannya adalah diperlukan kontrol yang lebih ketat dari segi pembuatannya. Dan juga diperlukan bahan baja dan beton bermutu tinggi untuk membuat beton prategang yang memenuhi persyaratan. Kekurangan lain adalah diperlukan biaya tambahan untuk pengangkuran dan plat pada ujung balok.

D3 Program Studi Teknik Sipil Politeknik Banyuwangi

11

Proposal Proyek Akhir Redesain Gedung Bioskop Irama Dengan Sistem Beton Pracetak dan Prategang II.10 Perencanaan beton prategang Menurut SNI 03 2847 2002, perencanaan kekuatan komponen struktur prategang terhadap momen lentur dan gaya aksial harus didasarkan pada asumsi yang diberikan dalam beban lentur dan aksial. Dalam pemeriksaan tegangan pada saat penyaluran gaya prategang, baik pada kondisi beban kerja, maupun pada kondisi beban retak, boleh digunakan teori garis-lurus dengan asumsi sebagai berikut: (1) Regangan bervariasi secara linier terhadap tinggi untuk seluruh tahap pembebanan. (2) Pada penampang retak, beton tidak memikul tarik. Pada bagian prategang bisa dipastikan ada kehilangan prategang yang mana harus dihitung sedemikian rupa dengan dasaran dari SNI 03 2847 2002 dimana untuk menentukan nilai tegangan prategang efektif fse, harus diperhitungkan kehilangan tegangan prategang akibat beberapa hal berikut: (1) Dudukan angkur pada saat penyaluran gaya. (2) Perpendekan elastis beton. (3) Rangkak beton. (4) Susut beton. (5) Relaksasi tegangan tendon. (6) Friksi akibat kelengkungan yang disengaja atau tidak disengaja dalam tendon pasca-tarik. Perhitungan beton prategang meliputi kuat lentur yang direncanakan dengan cara Kuat momen rencana dari komponen struktur lentur harus dihitung dengan metode perencanaan batas yang tercantum dalam tata cara ini. Dalam perhitungan kekuatan dari tendon prategang, fy harus diganti dengan fps. Bila tidak dihitung secara lebih teliti berdasarkan konsep kompatibilitas regangan, nilai fps boleh didekati dengan formula berikut asalkan nilai fse tidak kurang dari 0,5 fpu. a. Untuk komponen struktur yang menggunakan tendon prategang dengan lekatan penuh:

D3 Program Studi Teknik Sipil Politeknik Banyuwangi

12

Proposal Proyek Akhir Redesain Gedung Bioskop Irama Dengan Sistem Beton Pracetak dan Prategang b. Untuk komponen struktur yang menggunakan tendon prategang tanpa lekatan dan dengan rasio perbandingan antara bentang terhadap tinggi komponen struktur tidak lebih dari 35:

c. Untuk komponen struktur yang menggunakan tendon prategang tanpa lekatan dan dengan suatu rasio bentang terhadap tinggi lebih besar dari 35:

Adapun skema penampang dalam keadaan lentur batas adalah sebagai berikut:

Gambar II.1 Skema penampang dalam keadaan lentur batas


Sumber Data: SNI 0328472002

Keterangan: a Cs' Cc'


pi

adalah tinggi blok tekan adalah gaya pada tulangan tekan adalah gaya tekan pada beton adalah regangan awal kabel prategang adalah gaya pada kabel prategang adalah gaya pada tulangan tarik adalah jarak garis netral dari serat tekan terluar
p

Tp Ts x

adalah regangan kabel prategang akibat lentur

D3 Program Studi Teknik Sipil Politeknik Banyuwangi

13

Proposal Proyek Akhir Redesain Gedung Bioskop Irama Dengan Sistem Beton Pracetak dan Prategang Keseimbangan penampang : a) Cs' + Cc' = Tp + Ts Cs' = As' fs' Cc' = 0,85 fc'ba Tp = Ap.fps Ts = As.fy b)

jika tulangan tekan diabaikan:

Keterangan : ( ( ) adalah momen nominal yang dipikul oleh tulangan tarik ) adalah momen nominal yang dipikul oleh kabel prategang

Presentase prategang:

Apabila penampang merupakan beton prategang penuh:

Adapun batasan batasan yang telah disepakati oleh SNI telah dibuat dengan batas dari tulangan non-prategang dan lainnya juga terdapat disana dan juga harus dijadikan dasar bagi perencanaan struktur beton prategang.

D3 Program Studi Teknik Sipil Politeknik Banyuwangi

14

Proposal Proyek Akhir Redesain Gedung Bioskop Irama Dengan Sistem Beton Pracetak dan Prategang BAB III METODOLOGI PERENCANAAN

III.1 Metode perencanaan Metode atau langkah-langkah yang akan digunakan dalam merencanakan struktur gedung Bioskop Irama Banyuwangi ini adalah sebagai berikut : 1. Mengumpulkan perencanaan. 2. Pendefinisian obyek perencanaan yaitu penentuan gedung sebagai obyek perencanaan, peruntukkan gedung dan lokasi dibangunnya gedung yang dipakai untuk menentukan jenis tanah yang ada di lokasi tersebut. 3. Preliminary design yang mencakup perkiraan dimensi elemen struktur dan juga penggambaran denah struktural dengan menggunakan program AutoCAD 2008 dengan menggunakan gambar 2 dimensi. 4. Analisa pembebanan meliputi besarnya beban hidup dan beban mati sesuai dengan ketentuan PPIUG 1983. 5. Pemodelan struktur meliputi : 1. Struktur utama dimodelkan sebagai building frame system, dimana gaya gravitasi ditahan oleh space frame dan beban lateral ditahan oleh shearwall dengan perletakan dasar jepit. 2. Lantai dimodelkan sebagai diafragma yang kaku dengan tumpuan yang direncanakan sesuai dengan SNI 03 2847 2002. 3. Tangga dimodelkan sebagai frame 3 dimensi dengan perletakan jepit dan rol pada bagian bordes. 6. Analisa gaya-gaya dalam akibat pembebanan yang terjadi pada struktur : 1. Untuk analisa struktur utama dipakai software SAP2000 v10.0.01 2. Untuk analisa elemen tangga dipakai bantuan software SAP2000 v10.0.01 3. Untuk analisa struktur sekunder sesuai dengan SNI 03 2847 2002. 7. Detail elemen struktur seperti detail penulangan dan perhitungan sambungan sesuai dengan SNI 03 2847 2002. 8. Perhitungan pondasi dari struktur gedung. 9. Hasil perhitungan dibuat dalam bentuk tabel. dan mempelajari literatur yang berkaitan dengan

D3 Program Studi Teknik Sipil Politeknik Banyuwangi

15

Proposal Proyek Akhir Redesain Gedung Bioskop Irama Dengan Sistem Beton Pracetak dan Prategang 10. Bentuk struktur serta hasil perhitungannya akan dituangkan dalam bentuk gambar.

III.2 Flow Chart Metodologi START

Pengumpulan Literatur Dan Referensi

Preliminary Design dan Asumsi Awal untuk Perencanaan tidak Kontrol ya Perhitungan Struktur Primer Dan Sekunder

Detail Gambar Struktur yang telah Direncanakan.

Simpulan yang dihasilkan

FINISH

D3 Program Studi Teknik Sipil Politeknik Banyuwangi

16

Proposal Proyek Akhir Redesain Gedung Bioskop Irama Dengan Sistem Beton Pracetak dan Prategang DAFTAR PUSTAKA

Chu-Kia Wang dan Charles G. Salmon, Binsar Hariadja, 1989, Disain Beton Bertulang, Jakarta, Penerbit Erlangga, edisi ke-4 Jilid 2. Departemen Pekerjaan Umum, 1983, Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung, Bandung, Penerbit Direktorat Jenderal Cipta Karya. 2002, Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung, Jakarta, Penerbit BSN, SNI 03-2847-2002. PCI Industry Handbook Committee, 1992, PCI Design Handbook Precast and Prestress Concrete,Chicago, PCI Precast/Prestressed Concrete Institut, Fourth Edition.

D3 Program Studi Teknik Sipil Politeknik Banyuwangi

17

You might also like