You are on page 1of 55

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Sebagai negara agraris, Indonesia menghasilkan produk pertanian dan perkebunan beserta dengan limbahnya. Limbah pertanian dan perkebunan dapat tersedia sepanjang tahun, setiap tahun terdapat sekitar 160 miliar ton limbah dari areal pertanian dan 80 miliar ton dari areal perhutanan. Selama ini sebagian kecil limbah pertanian digunakan sebagai pakan ternak, sedangkan sebagian lainnya dibuang atau dibakar saja. Limbah yang kerap kali dan sulit untuk diatasi adalah limbah rumah tangga. Salah satu jenis limbah rumah tangga adalah minyak goreng. Penggunaan minyak yang berkali-kali akan mengakibatkan kerusakan minyak, yang meliputi hidrolisa, oksidasi, polimerisasi dan karamelisasi. Kerusakan ini menyebabkan minyak menjadi cepat berasap (akiba penurunan titik asap) atau berbusa dan akan meningkatkan warna coklat. Minyak goreng mengalami perubahan warna dari kuning menjadi warna gelap. Reaksi degradasi ini menurunkan kualitas minyak dan akhirnya minyak tidak dapat dipakai lagi dan harus dibuang. Kerusakan minyak atau lemak akibat pemanasan pada suhu tinggi (200250C) disebabkan oleh oksidasi dan polimerisasi akan menghasilkan senyawa aldehida, keton, hidrokarbon, alkohol, serta senyawa aromatis yang mempunyai bau tengik dan getir. Senyawa senyawa tersebut mengakibatkan keracunan dalam

tubuh dan berbagai macam penyakit, misalnya diare, pengendapan lemak dalam pembuluh darah, kanker dan menurunkan nilai cerna lemak Walaupun menimbulkan dampak yang negatif, penggunaan jelantah, atau minyak goreng yang telah digunakan lebih dari sekali untuk menggoreng (minyak goreng bekas), adalah hal yang biasa di masyarakat. Sebagian orang berpendapat makanan yang dicampur jelantah lebih sedap. Sebagian lagi karena keterdesakan ekonomi, apalagi masa-masa krisis seperti sekarang ini. Upaya untuk menghasilkan bahan pangan yang berkualitas serta pertimbangan dari segi ekonomi, memacu minat peneliti untuk memurnikan minyak goreng bekas agar minyak dapat dipakai kembali tanpa mengurangi kualitas bahan yang digoreng. Pemurnian minyak goreng bekas merupakan pemisahan produk reaksi degradasi dari minyak. Beberapa cara dapat dilakukan untuk pemurnian minyak goreng bekas, beberapa diantaranya adalah pemurnian dengan menggunakan adsorben arang sabuk kelapa dan pemurnian minyak jelantah dengan penambahan sari mengkudu. Penelitian pengolahan minyak jelantah telah banyak dilakukan. Pemurnian minyak jelanta dilakukan untuk menurunkan kandungan FFA, bilangan, peroksida, kualitas warna dan mutu dari minyak. Keempat jenis penelitian ini dengan metode yang disebutkan di atas terbukti mampu meningkatkan mutu minyak. Namun aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari masih belum nampak.

Daur ulang minyak jelantah dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari bila digunakan metode yang paling efektif. Untuk menkaji lebih lanjut mengenai metode yang paling efektif maka perlu dilakukan pengujian mutu terhadap minyak daur ulang jelantah tersebut. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan diatas maka dapat diambil suatu rumusan masalah sebagai berikut: 1. Berapa perubahan kadar asam lemak bebas (FFA), dan angka peroksida pada masing-masing minyak goreng bekas setelah di daur ulang? 2. Bagaimana perubahan bau dan warna pada masing-masing minyak goreng bekas setelah di daur ulang? 3. Berapa perubahan berat jenis masing-masing minyak jelantah setelah di daut ulang? 4. Berapa kadar air pada masing-masing minyak jelantah setelah didaur ulang? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah: 1. Mengetahui perubahan kadar asam lemak bebas (FFA), angka peroksidapada masing-msing minyak goreng bekas setelah di daur ulang. 2. Mengetahui perubahan bau dan warna pada masing-masing minyak goreng bekas setelah didaur ulang. 3. Mengetahui massa jenis masing-masing minyak jelantah setelah didaur ulang. 4. Mengetahui kadar air pada masing-masing minyak jelantah setelah didaur ulang.
3

D. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Memberikan informasi kepada para pembaca mengenai teknik-teknik peningkatan mutu minyak jelantah. 2. Memberikan informasi mengenai teknik yang paling efektif dalam pengolahan minyak.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Minyak Goreng Minyak adalah lemak yang berasal dari tumbuhan yang berupa zat cair dan mengandung asam lemak tak jenuh. Minyak dapat bersumber dari tanaman, misalnya minyak zaitun, minyak jagung, minyak kelapa, dan minyak bunga matahari. Minyak dapat juga bersumber dari hewan, misalnya minyak ikan sardin, minyak ikan paus dan lain-lain. Minyak goreng adalah minyak nabati yang telah dimurnikan dan dapat digunakan sebagai bahan pangan. Minyak goreng nabati biasa diproduksi dari kelapa sawit, kelapa atau jagung (Widayat, dkk, 2005). Lemak atau minyak merupakan salah satu jenis bahan makanan yang banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari karena dapat meningkatkan cita rasa, dan memperbaiki tekstur makanan (Muchtadi,2000). Sudarmadji (2003) menyatakan bahwa minyak dan lemak memiliki titik didih yang tinggi (sekitar 2000C) sehingga biasa dipergunakan untuk menggoreng makanan karena bahan yang digoreng akan kehilangan sebagian besar air yang dikandungnya dan menjadi kering. Minyak dan lemak juga memberikan aroma dan rasa gurih spesifik yang lain dari gurihnya protein.

Menurut Ketaren, S. (2008), minyak dan lemak meskipun serupa dalam struktur kimianya menujukkan keragaman yang besar dalam sifat-sifat fisinya: 1. Sifat fisik yang paling jelas adalah tidak larut dalam air. hhal ini disebabkan oleh adanya asam lemak berantai karbon yang panjang dan tidak adanya gugus-gugus polar. 2. Viskositas minyak dan lemak cair biasanya bertambah dengan bertambahnya panjang rantai karbon, berkurang dengan naiknya suhu, dan berkurang dengan tidak jenuhnya rantai karbon. 3. Berat jenisnya lebih tinggi untuk trigliserida dengan berat molekul rendah dan trigliserida yang tidak jenuh. berat jenis menurun dengan bertambahnya suhu. 4. Lemak adalah campuran trigliserida dalam bentuk padat dan terdiri dari suatu fase dan fase cair. Minyak goreng adalah minyak yang berasal dari lemak tumbuhan atau hewan yang dimurnikan dan berbentuk cair dalam suhu kamar dan biasanya digunakan untuk menggoreng makanan. Minyak goreng dari tumbuhan biasanya dihasilkan dari tanaman seperti kelapa, biji-bijian, kacang-kacangan, jagung, kedelai, dan kanola. Minyak goreng umumnya berasal dari minyak kelapa sawit. Minyak kelapa dapat digunakan untuk menggoreng karena struktur minyaknya yang memiliki ikatan rangkap sehingga minyaknya termasuk lemak tak jenuh yang sifatnya stabil. Selain itu pada minyak kelapa terdapat asam lemak esensial yang tidak dapat disintesis oleh tubuh. Asam lemak tersebut adalah asam palmitat, stearat, oleat, dan linoleat (Anonim. 2010).
6

Beberapa minyak yang dipakai untuk menggoreng selain minyak kelapa sawit adalah minyak palm kernel, palm olein, palm stearin, dan Tallow. Selain itu terdapat juga minyak lain seperti minyak biji anggur, bunga matahari, kedelai, dan zaitun. Minyak-minyak ini kurang cocok apabila digunakan untuk menggoreng namun minyak-minyak ini memiliki kandungan asam lemak yang tinggi dan biasa digunakan sebagai bahan tambahan pada salad dan makanan lainnya (Anonim. 2010) Menurut Anonim (2010), beberapa faktor yang dapat memengaruhi kerusakan minyak adalah: 1. Oksigen dan ikatan rangkap yaitu Semakin banyak ikatan rangkap dan oksigen yang terkandung maka minyak akan semakin cepat teroksidasi. 2. Suhu yaitu Suhu yang semakin tinggi juga akan mempercepat proses oksidasi. 3. Cahaya dan ion logam yaitu berperan sebagai katalis yang mempercepat proses oksidasi. 4. Antioksidan yaitu membuat minyak lebih tahan terhadap oksidasi. Tabel 1. Standar Mutu Minyak Goreng Berdasarkan SNI

B. Analisis Kimia Minyak Goreng 1. Asam Lemak Bebas (FFA) Asam lemak bebas dalam konsentrasi tinggi yang terikut dalam minyak sawit sangat merungikan. Tingginya asam lemakbebas ini mengakibatkan rendemen minyak turun. Untuk itulah perlu dilakukan usaha pencengahan terbentuknya asam lemak bebas dalam minyak sawit. Kenaikan kadar asam lemak bebas ditentukan mulai dari saat tandan dipanen sampai tandann diolah di pabrik. Kenaikan ALB ini disebabkan adanya reaksi hidrolisa pada minyak. Hasil reaksi hidrolisa minyak sawit adalah gliserol dan ALB. reaksi ini akan dipercepat dengan adanya factor-faktor panas, air, keasaman, dan katalis (enzim). semakin lama reaksi berlangsung semakin banyak kadar ALB yang terbentuk (Pasaribu, 2004).

Gambar 1. Reaksi Pembentukan Gliserol Menurut Bayrak (2005), beberapa factor yang dapat menyebabkan peningkatan kadar ALB yang relatif tinggi dalam minyak kelapa sawit antara lain: a. Pemanenan buah sawit yang tidak tepat waktu. b. Keterlambatan dalam pengumpulan buah. c. Penumpukan buah yang terlalu lama. d. Proses hidrolisa selama pemrosesan di pabrik.
8

Asam lemak merupakan rantai hidrokarbon; yang setiap atom karbonnya mengikat satu atau dua atom hidrogen, kecuali atom karbon terminal mengikat tiga atom hidrogen, sedangkan atom karbon terminal lainnya mengikat gugus karboksil. Asam lemak yang pada rantai hidrokarbonnya terdapat ikatan rangkap disebut asam lemak tidak jenuh, dan apabila tidak terdapat ikatan rangkap pada rantai hidrokarbonnya karbonnya disebut dengan asam lemak jenuh. Semakin jenuh molekul asam lemak dalam molekul trigliserida, semakin tinggi titik beku atau titik cair minyak tersebut . Pada suhu kamar biasanya berada pada fase padat, sebaliknya semakin tidak jenuh asam lemak dalam molekul trigliserida maka makin rendah titik beku atau titik cair minyak tersebut sehingga pada suhu kamar berada pada fase cair. Minyak kelapa sawit adalah lemak semi padat yang mempunyai komposisi yang tetap (Pasaribu, 2004) 2. Angka Peroksida Angka peroksida adalah banyaknya miliekivalen oksigen aktif yang terdapat dalam 1000 gram minyak atau lemak. Angka peroksida merupakan informasi yang berguna untuk mengetahui kerusakan yang telah terjadi pada minyak atau lemak akibat reaksi oksidasi. Asam lemak tidak jenuh penyusun suatu trigliserida dapat mengikat oksigen pada ikatan rangkapnya, sehingga membentuk peroksida. Makin besar angka peroksida menunjukkan makin besar pula derajat kerusakan pada minyak atau lemak ( Wijayanti, Febnita Eka. 2008). Peroksida adalah produk awal dari reaksi oksidasi yang bersifat labil, reaksi ini dapat berlangsung bila terjadi dengan kontak antara sejumlah oksigen dengan
9

minyak. Terjadinya reaksi oksidasi ini akan mengakibatkan bau tengik pada minyak. Secara umum, reaksi pembentukan peroksida dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2. Reaksi Pembentukan Peroksida (Ketaren, 2008). 3. Kadar Air Kadar air minyak merupakan salah satu parameter untuk menentukan tingkat kemurnian minyak dan berhubungan dengan kekuatan daya simpannya, sifat goreng, bau dan rasa. Kadar air sangat menentukan kualitas dari minyak yang dihasilkan. Kadar air berperan dalam proses oksidasi maupun hidrolisis minyak yang akhirnya dapat menyebabkan ketengikan. Semakin tinggi kadar air, minyak semakin cepat tengik. Kadar air minyak, umumnya ditentukan menggunakan metode gravimetri. Prinsip metode ini adalah menguapkan air dalam minyak dengandipanaskan dalam oven dengan suhu 105 0C (Sudarmadji, S dkk, 2003). 4. Berat Jenis Berat jenis merupakan salah satu kriteria penting dalam menentukan mutu dan kemurnian minyak. Nilai berat jenis minyak didefinisikan sebagai perbandingan antara berat minyak dengan berat air pada volume air yang sama dengan volume
10

minyak pada yang sama pula. Berat jenis sering dihubungkan dengan fraksi berat komponen-komponen yang terkandung di dalamnya. Semakin besar fraksi berat yang terkandung dalam minyak, maka semakin besar pula nilai densitasnya (Feryanto, 2007). Berat jenis dapat di gunakan untuk semua minyak dan lemak yang dicairkan, alat yang di gunakan untuk penentuan ini ialah piknometer (Ketaren, 2008). C. Tanaman Mengkudu 1. Morfologi Tanaman Mengkudu Mengkudu (Morinda citrofolia liin) merupakan tanaman obat yang cukup dikenal oleh masyarakat di Indonesia. Buah

mengkudu yang masak dapat digunakan sebagai antibakteri Staphylococcus aures dan bakteri lainnya. Klasifikasi ilmiah atau taksonomi dari mengkudu adalah sebagai berikut: Kingdom Divisi Subdivisi Kelas Anak kelas Bangsa Suku Genus Spesies : Plantae : Spermatophyta : Angiospermae : Dicotyledone : Sympetalae : Rubiales : Rubiaceae : Morinda : Morinda citrifolia liin
11

Gambar 3. Mengkudu

Mengkudu berasal dari Asia Tenggara. Pada tahun 100 SM, penduduk Asia Tenggara bermigrasi dan mendarat di kepulauan Polinesia, mereka hanya membawa tanaman dan hewan yang dianggap penting untuk hidup di tempat baru. Tanamantanaman tersebut memiliki banyak kegunaan, antara lain untuk bahan pakaian, bangunan, makanan dan obat-obatan, lima jenis tanaman pangan bangsa Polinesia yaitu talas, sukun, pisang, ubi rambat, dan tebu. Mengkudu yang dalam bahasa setempat disebut "Noni" adalah salah satu jenis tanaman obat penting yang turut dibawa. Bangsa Polinesia memanfaatkan "Noni" untuk mengobati berbagai jenis penyakit, diantaranya: tumor, luka, penyakit kulit, gangguan pernapasan (termasuk asma), demam dan penyakit usia lanjut. Pengetahuan tentang pengobatan menggunakan mengkudu diwariskan dari generasi ke generasi melalui nyanyian dan cerita rakyat. Tabib Polinesia, yang disebut Kahuna adalah orang memegang peranan panting dalam dunia pengobatan tradisional bangsa Polinesia dan selalu

menggunakan mengkudu dalam resep pengobatannya (Apri dan Rini. 2013). 2. Kandungan dan Kegunaan Mengkudu Dulunya buah mengkudu hampir tidak pernah diperhatikan, bahkan singkirkan karena bau buahnya menyengat hidung. Banyak orang sinis

memandangnya. Namun akhir-akhir ini menjadi lain ceritanya. Terlebih setelah diketahui manfaat dan khasiatnya, banyak orang semakin peduli terhadap tanaman ini. Tanaman ini tergolong tumbuhan yang serba guna. Bagian tanaman ini yang paling penting adalah daun dan buahnya. Buah mengkudu bersifat astrigen. Berkhasiat untuk menghilangkan lembab, meningkatkan kekuatan tulang, peluruh
12

kencing (diuretic), peluruh haid, pembersih darah, meningkatkan daya tahan tubuh, anti kanker, pembasmi cacing, pereda batuk, pereda demam, anti radang, antibakteri, antiseptik, dan pelembut kulit. Khasiat lain yang telah terbukti secara empiris, diantaranya buah mengkudu cukup mujarab untuk mengatasi hipertensi, diabetes mellitus, kolesterol, memperbaiki kinerja ginjal, dan mengurangi gejala alergi. Telah banyak penelitian yang dilakukan oleh para ahli di dunia dalam usaha mengidentifikasi kandungan zat-zat di dalam tanaman mengkudu. Beberapa buku terkadang mencampuradukkan zat-zat yang terkandung dalam satu bagian tanaman mengkudu (misalnya akar dengan bagian lainnya, misalnya buah). Walaupun kemungkinan perbedaan antar bagian tanaman hanya pada kadarnya saja, tetapi tidak berarti zat yang terbukti terdapat pada satu bagian tanaman pasti akan terdapat pada bagian lain dari tanaman tersebut. Setelah menelaah dan mengaitkan antara zat-zat yang terkandung dalam mengkudu, berbagai penggunaan tradisionalnya, dan efekefek farmakologisnya, disimpulkan bahwa terdapat beberapa zat aktif yang lebih berperan dibandingkan zat-zat lainnya di dalam buah mengkudu. Zat aktif utama tersebut meliputi: terpenoid, pewarna, antibakteri, ascorbic acid, beta karoten, Iarginine, xeronine, dan proxeronine. Selain itu, mengkudu juga mengandung antraquinon dan scolopetin yang aktif sebagai antimikroba, terutama bakteri dan jamur yang penting dalam mengatasi peradangan dan alergi. Di samping itu, kandungan adaptogini yang ada di dalamnya membuat buah ini dapat dikonsumsi secara rutin untuk menyegarkan badan ( Anonim. 2013).

13

Menurut para ahli kesehatan, bagian-bagian tanaman mengkudu mengandung zat-zat kimia sebagai berikut: a. Akar tanaman mengkudu mengandung zat damnacanthal, sterol, resin, asperulosida, morindadiol, morindon, soranjidol, antraquinon, dan glikosida. b. Kulit akar tanaman mengkudu mengandung zat kimia yang terdiri atas morindin, khlororubin, rubiadin, morindon, morindanigrin, aligarind-methyl-ether,

soranjidol, antraquinon, monometil, eter, dan lain-lain. c. Daun tanaman mengkudu mengandung zat kapur, protein, zat besi, karoten, arginin, asam glutamat, tirosin, asam askorbat, asam ursolat, thiamin, dan antraquinon. d. Bunga tanaman mengkudu mengandung glikosida, antraquinon, dan acasetin-70-beta-b(+)-glukopiransoida. e. Buah mengkudu mengandung alkaloid triterpenoid, skopoletin, acubin, alizarin, antraquinon, asam benzoat, asam oleat, asam palmitat, glukosa, eugenol, dan hexanal. D. Sabut Kelapa Sabut merupakan bagian mesokarp (selimut) yang berupa serat-serat kasar kelapa . Sabut biasanya disebut sebagai limbah yang hanya ditumpuk di bawah tegakan tanaman kelapa lalu dibiarkan membusuk atau kering. Pemanfaatannya paling banyak hanyalah untuk kayu bakar. Secara tradisional, masyarakat telah mengolah sabut untuk dijadikan tali dan dianyam menjadi kesed. Padahal sabut masih memiliki nilai ekonomis cukup baik . Sabut kelapa jika diurai akan menghasilkan
14

serat sabut (cocofibre) dan serbuk sabut (cococoir). Namun produk inti dari sabut adalah serat sabut. Dari produk cocofibre akan menghasilan aneka macam derivasi produk yang manfaatnya sangat luar biasa (Wikipedia. 2012). Menurut Grimwood (1975) diacu dalam Tyas (2000), terdapat tiga jenis serat yang dihasilkan dari sabut kelapa, yaitu: 1. Mat/yarn fibre adalah bahan yang memiliki serat yang panjang dan halus, cocok untuk pembuatan tikar dan tali. 2. Bristle/fibre adalah bahan yang memiliki serat yang kasar yang sering dimanfaatkan untuk pembuatan sapu dan sikat. 3. Mattres adalah bahan yang memiliki serat pendek dan dimanfaatkan sebagai bahan untuk pengisi kasur. Komposisi kimia sabut dan serat sabut dapat dilihat pada Tabel 2. Komposisi kelapa No 1 2 3 4 5 Air Pektin Hemiselulosa Lignin Selulosa 26,0 14,25 8,50 29,23 21,07 5,25 3,00 0,25 45,84 43,44 kimia sabut Komponen Sabut (%) Serat sabut (%)

15

E. Arang Aktif 1. Pengertian Arang Aktif Arang aktif adalah karbon tak berbentuk yang diolah secara khusus untuk menghasilkan luas permukaan yang sangat besar, berkisar antara 300-2000 m3/gr. Luas permukaan yang besar dari struktur dalam pori-pori karbon aktif dapat dikembangkan, struktur ini memberikan kemampuan karbon aktif menyerap (adsorb) gas-gas dan uap-uap dari gas dan dapat mengurangi zat-zat dari liquida (Kirkothmer,1992). Arang aktif adalah suatu bahan hasil proses pirolisis arang pada suhu 600900oC. Selama ini bahan arang aktif yang digunakan berasal dari limbah limbah kayu dan bambu. Bahan lainnya yang dapat digunakan adalah dari limbah pertanian antara lain sekam padi, jerami padi, tongkol jagung, batang jagung, serabut kelapa, tempurung kelapa, tandan kosong dan cangkang kelapa sawit, dan sebagainya. Pada tahap awal limbah pertanian dibuat arang melalui proses karbonisasi 5000C dan tahap selanjutnya dilakukan aktivasi pada suhu 8000C-9000C. Perbedaan mendasar arang dengan arang aktif adalah bentuk pori-porinya. Pori-pori arang aktif lebih besar dan bercabang serta berbentuk zig-zag. Arang aktif bersifat multifungsi, selain media meningkatkan kualitas lingkungan juga pori-porinya sebagai tempat tinggal ideal bagi mikroba termasuk mikroba pendegradasi sumber pencemar seperti residu pestisida dan logam berat tertentu ( Harsanti. 2011).

16

2. Kegunaan Arang Aktif Menurut Tutik (2008), beberapa kegunaan arang aktif, yaitu a. Untuk Gas 1) Pemurnian gas Desulfurisasi, menghilangkan gas racun, bau busuk, asap, menyerap racun. 2) Pengolahan LNG. Desulfurisasi dan penyaringan berbagai bahan mentah dan reaksi gas. 3) Katalisator Reaksi katalisator atau pengangkut vinil klorida dan vinil acetate. 4) Lain-lain. Menghilangkan bau dalam kamar pendingin dan mobil. b. Untuk Zat Cair 1) Industri obat dan makanan. Menyaring dan menghilangkan warna, bau dan rasa yang tidak enak pada makanan. 2) Minuman ringan dan minuman keras. Menghilangkan warna dan bau pada arak/minuman keras dan minuman ringan. 3) Kimia Perminyakan. Penyulingan bahan mentah, zat perantara. 4) Pembersih air. Menyaring atau menghilangkan bau,warna dan zat pencemar dalam air sebagai pelindung atau penukar resin dalam penyulingan air. 5) Pembersih air buangan. Mengatur dan membersihkan air buangan dan pencemaran. 6) Penambakan udang dan benur Pemurnian, menghilangkan bau dan warna. 7) Pelarut yang digunakan kembali. Penarikan kembali berbagai pelarut,sisa methanol, etil acetate dan lainlain.
17

3. Proses Karbonasi Karbonisasi adalah proses pemecahan/peruraian selulosa menjadi karbon pada suhu berkisar 275oC. Proses karbonisasi sudah dikenal dan telah dipakai untuk mengolah beraneka ragam bahan padat maupun cair, antara lain cangkang kelapa sawit, tempurung kelapa, limbah kulit hewan, tempurung kemiri. Alat yang digunakanpun bermacam-macam, mulai dari tanah, kiln bata, kiln portable, kiln arang limbah hasil pertanian, retort sampai tanur. (Sudrajat, 1994). Menurut Joni TL, dkk (1995), faktor-faktor yang mempengaruhi proses karbonasi, yaitu: a. Waktu karbonisasi Bila waktu karbonisasi diperpanjang maka reaksi pirolisis semakin sempurna sehingga hasil arang semakin turun tetapi cairan dan gas makin meningkat.Waktu karbonisasi berbedabeda tergantung pada jenis-jenis dan jumlah bahan yang diolah. Misalnya : tempurung kelapa memerlukan waktu 3, sekam padi kira-kira 2 jam. b. Suhu karbonisasi Suhu karbonisasi yang berpengaruh terhadap hasil arang karena semakin tinggi suhu, arang yang diperoleh makin berkurang tapi hasil cairan dan gas semakin meningkat. Hal ini disebabkan oleh makin banyaknya zat-zat terurai dan yang teruapkan. Untuk tempurung kemiri suhu karbonisasi 400oC, dan tempurung kelapa suhu karbonisasi 600oC.

18

4. Proses Aktivasi Aktivasi adalah perubahan secara fisik dimana luas permukaan dari karbon meningkat dengan tajam dikarenakan terjadinya penghilangan senyawa tar dan senyawa sisa-sisa pengarangan. Daya serap karbon aktif semakin kuat bersamaan dengan meningkatnya konsentrasi dari aktivator yang ditambahkan. Hal ini memberikan pengaruh yang kuat untuk mengikat senyawa-senyawa tar keluar melewati mikro pori-pori dari karbon aktif sehingga permukaan dari karbon aktif tersebut semakin lebar atau luas yang mengakibatkan semakin besar pula daya serap karbon aktif tersebut . (Shreve, 1997). Menurut Sudrajat, dkk (1994), faktor-faktor yang mempengaruhi proses aktivasi, yaitu: a. Waktu perendaman Perendaman dengan bahan aktivasi ini dimaksudkan untuk menghilangkan atau membatasi pembentukan lignin, karena adanya lignin dapat membentuk senyawa tar. Waktu perendaman untuk bermacam-macam zat tidak sama. b. Konsentrasi aktivator Semakin tinggi konsentrasi larutan kimia aktifasi maka semakin kuat pengaruh larutan tersebut mengikat senyawa-senyawa tar sisa karbonisasi untuk keluar melewati mikro pori-pori dari karbon sehingga permukaan karbon semakin porous yang mengakibatkan semakin besar daya adsorpsi karbon aktif tersebut.

19

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di lakukan di Laboratorium Kimia Fakultas Maematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri makassar pada bulan april 2013. B. Bahan 1. Sampel Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah minyak goreng bekas yang telah di daur ulang. 2. Bahan Kimia Bahan kimia yang digunakan adalah: sabut kelapa, sari mengkudu, NaOH 0,05 N, alkohol 95%, KOH 0.1N, Kloroform, asam asetat glasial, H3PO4, aluminium foil, Amilum 1%, Indikator PP, KI, Na2S2O3 0,01 N. C. Alat Alat yang digunakan erlemenyer 250 ml (12 buah) , gelas kimia 600 ml (3 buah), gelas kimia 1000 ml (2 buah), gelas kimia 100 ml (3 buah), gelas kimia 50 ml (2 buah), gelas arloji (2 buah), Tanur, pipet tetes, buret 50 ml (2 buah), gelas ukur 100 ml (2 buah), gelas ukur 50 ml (2 buah), gelas ukur 25 ml ( 1 buah0, gelas ukur 10 ml (1 buah), labu takar 1000 ml (1 buah), labu takar 250 ml (7 buah), magnetik stirer (3buah), batang pengaduk (4 buah), klem kayu (2 buah), gegep (1 buah), termometer
20

1100C, pipet skala 50 ml (1 buah), pipet skala 10 ml (1 buah), pipet skala 5 ml (1 buah), pipet volume 25 ml (1 buah) , ball pipet (2 buah), oven , eksikator, dan corong biasa (4 buah). D. Tahap Penelitian Adapun tahap penelitian adalah sebagai berikut: 1. Preparasi Sampel dan Adsorbsi minyak goreng bekas dengan sari mengkudu, dan arang sabut kelapa. 2. Analisis kadar asam lemak bebas (FFA), angka peroksida minyak goreng bekas dengan kontrol minyak goreng baru. 3. Menganalisis perubahan bau dan warna pada masing-masing minyak jelantah. 4. Mengukur massa jenis dan kadar air masing-masing minyak jelantah. 5. Membandigkan mutu dari masing-masing minyak jelantah setelah di daur ulang. E. Cara Kerja 1. Preparasi Sampel Dan Adsorbsi Minyak Goreng Bekas Dengan Sari MengkuduDan Arang Sabut Kelapa a. Pengolahan Minyak Jelanta Dengan Penambahan Sari Mengkudu Pembuatan Sari Mengkudu dilakukan dengan buah mengkudu dipotongpotong kecil kemudian di blender sampai halus dan kemudian disaring dan diperas. Pencampuran Minyak Jelantah dengan Sari Mengkudu dilakukan dengan cara menyaring minyak jelantah sebanyak 400 mL dan dimasukkan ke dalam gelas kimia yang dilengkapi dengan termometer dan pengaduk listrik. Kemudian ditempatkan di penangas air. Selanjutnya dipanaskan pada suhu 700C dan
21

ditambahkan 200 mL sari mengkudu sedikit demi sedikit sambil diaduk. Setelah 10 menit sampel diambil, kemudian didinginkan dan dilakukan penyaringan. Hasil penyaringan yang diperoleh disimpan di wadah yang tertutup untuk dilakukan analisis. Kemudian dilakukan pengulangan untuk waktu dan rasio reaktan yang lain. Kemudian dilakukan analisis pada hasil proses tersebut, dengan uji kualitas minyak. b. Adsorbsi Minyak Goreng Bekas Menggunakan Arang Aktif dari Sabut Kelapa Limbah sabut kelapa yang sudah dibersihkan dan digiling, kemudian disangrai menggunakan wajan sambil terus diaduk. Pemanasan dihentikan jika sabut kelapa mulai terbakar sambil terus diaduk. Setelah, semua sabut kelapa terbakar sempurna percikkan sedikit air agar tidak terbentuk abu. Selanjutnya dilakukan proses aktivasi menggunakan asam phosphat (H3PO4). Arang sabut kelapa direndam dengan asam pospat 5 % selama 24 jam dengan perbandingan arang sabut kelapa : asam pospat; 9:1. Selanjutnya sabut kelapa

disaring untuk memisahkan sabut kelapa dari asam pospat. Arang selanjutnya dipanaskan pada suhu 1100 C, arang yang diperoleh didinginkan pada suhu kamar. kemudian dicuci dengan aqudes sampai netral. Setelah netral padatan dikeringkan dalam oven untuk mendapatkan karbon aktif. Proses adsorbsi dilakukan dengan cara memanaskan minyak goreng bekas sebanyak 400 ml sampai suhu 1000C. Kemudian ditambahkan dengan arang aktif sebanyak 16 gram dan dilakukan pengadukan dengan menggunakan magnetic stirer

22

selama 60 menit. Setelah itu dilakukan penyaringan dan hasilnya di simpan untuk uji mutu. 2. Analisis Kadar Asam Lemak Bebas (FFA), Angka Peroksida, Dan Bilangan Iodium Minyak Goreng Bekas Dengan Kontrol Minyak Goreng Baru a. Penentuan Kadar Asam Lemak Bebas Sebesar 14 gram minyak goreng yang telah diperoleh dari daur ulang dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 ml, lalu ditambahkan 25 ml etanol 95 % dan dipanaskan pada suhu 400C, setelah itu ditambahkan 2 ml indikator pp, dilakukan titrasi dengan larutan 0,05M NaOH sampai muncul warna merah jambu dan tidak hilang selama 30 detik. Dihitung asam lemak bebas (%FFA) dengan rumus di bawah ini:

23

b. Pentetntu angka peroksida Sebanyak 5 gram minyak goreng yang telah diperoleh dari daur ulang dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 ml, lalu ditambahkan 30 ml larutan asam asetat-kloroform (3:2), dikocok sampai bahan terlarut semua, selanjutnya ditambahkan 0,5 ml larutan jenuh KI dengan erlenmeyer dibuat tertutup. Didiamkan selama 1 menit sambil digoyang, setelah itu ditambahkan 30 ml aquades. Campuran dititrasi dengan 0,01N Na2S2O3 sampai warna kuning hampir hilang, ditambahkan 0,5 ml larutan pati 1% dan dititrasi kembali sampai warna biru mulai hilang. Dihitung angka peroksida yang dinyatakan dalam mili-equivalen dari peroksida dalam setiap 1000 g sampel.

3. Perubahan Bau, Warna dan Berat Jenis Pada Masing-Masing Minyak Goreng Bekas Setelah Di Daur Ulang Masing-masing minyak yang telah di daur ulang tersebut dibandingkan bau dan warnanya. Penentuan berat jenis dilakukan dengan cara, menentukan berat konstan piknometer. Piknometer dipanaskan dalam oven pada suhu 1100C kemudian didinginkan dalam eksikator lalu di timbang. Perlakuan tersebut dilakukan sampai di peroleh berat konstan piknometer. Selanjutnya piknometer diisi dengan minyak jelantah dan minyak hasil daur ulang lalu di timbang. Berat Jenis =

24

4. Analisis Kadar Air Minyak Goreng Bekas Dengan Kontrol Minyak Goreng Baru Sebelum melakukan pengujian sampel, minyak harus diaduk dengan baik, karena air cenderung mengendap. Dengan mengaduk, maka penyebaran air dalam sampel akan merata. Kemudian sampel ditimbang 5 sampai 20 gr di dalam gelas piala yang kering dan telah didinginkan dalam deksikator. Kemudian sampel dipanaskan di atas hot plate sambil memutar gelas piala secara perlahan-lahan dengan tangan, agar minyak tidak memercik. Pemanasan dihentikan setelah tidak terlihat lagi gelembung gas atau buih. Cara lain yang lebih baik yaitu dengan meletakkan gelas arloji di atas gelas piala. Adanya uap air dapat dilihat dari air yang mengembun pada gelas arloji. Pada akhir pemanasan, suhu minyak tidak boleh lebih dari 1300C. Selanjutnya sampel dimasukkan ke dalam deksikator dan didinginkan sampai suhu kamar, kemudian ditimbang. Penyusutan bobot disebabkan oleh bobot dari air dan zat menguap yang terkandung dalam minyak. ( ) ( ) ( )

25

BAB IV

HASIL DANPEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan kualitas minyak goreng bekas dengan metode adsorpsi dan penambahan antioksidan serta mempelajari

pengaruhnya terhadap kualitas minyak goreng bekas, sehingga minyak goreng bekas tersebut dapat dimanfaatkan kembali dengan mengurangi kadar pengotor dan kadar asam lemak bebasnya (FFA). Adsorben yang digunakan dalam penelitian ini adalah arang aktif sabut kelapa dan ekstrak yang digunakan adalah ekstrak sari mengkudu. Penelitian ini meliputi preparasi sampel, penjernihan minyak dan analisi kadar asam lemak bebas (FFA), angka peroksida, massa jenis, kadar air perubahan bau serta warna pada masing-masing minyak jelantah. A. Preparasi Minyak Jelantah Minyak merupakan campuran dari ester asam lemak dengan gliserol. Jenis minyak yang umumnya dipakai untuk menggoreng adalah minyak wijen dan sebagainya. Minyak yang digunakan dalam percobaan ini adalah Minyak Jelantah atau minyak yang telah dipakai secara berulang kali. Penggunaan minyak secara berkali-kali bila ditinjau dari segi klinis maupun medis akan sangat berbahaya bagi kesehatan karena telah mengalami perubahan secara kimia dan fisik. Agar dapat digunakan kembali maka minyak tersebut dijernihkan kembali. Proses penjernihan minyak yang pertama yaitu dengan menambahkan ekstrak sari mengkudu pada minyak panas dan diaduk dengan menggunakan magnetik stirrer.
26

dan

Kerusakan minyak tidak dapat dicegah, namun dapat diperlambat dengan menambahkan antioksidan ke dalam minyak, dimana semakin banyak antioksidan yang ditambahkan maka minyak akan semakin tahan terhadap oksidasi. Mengkudu adalah salah satu sumber antioksidan yang dapat menetralisir senyawa-senyawa radikal bebas yang terdapat di dalam minyak, selain itu dengan adanya senyawa linoleat pada mengkudu juga dapat dimanfaatkan untuk menekan laju pengaruh trans fatty acid dalam mengurangi kadar HDL (High Density Lipoprotein) yang dapat menaikkan kolesterol dalam tubuh. Hal tersebut dikarenakan pada saat pemanasan akan terjadi proses degradasi, oksidasi dan dehidrasi dari minyak goreng. Proses tersebut dapat membentuk radikal bebas dan senyawa toksik yang bersifat racun. Mengkudu yang merupakan antiokidan dalam menyerap kotoran minyak goreng jelantah, sehingga dapat meningkatkan mutu minyak goreng yang telah rusak akibat oksidasi dan pemanasan pada suhu tinggi. Penjernihan yang kedua yaitu dengan penambahan adsorpsi dengan menggunakan arang sabut kelapa yang telah diaktivasi dengan asam posfat. Pemurnian minyak goreng bekas dengan dengan adsorben merupakan proses yang sedehana dan efisien. Arang aktif sabut kelapa dapat menyerap zat-zat beracun serta kotoran yang terdapat pada minyak sehingga ketengikan minyak dapat dikurangi. Untuk memaksimalkan daya serapnya maka arang aktif harus diaktivasi terlebih dahulu dengan asam posfat untuk memperbaiki struktur pori arang aktif. Proses adsorpsi minyak jelantah dilakukan pada suhu 1100C sambil diaduk agar penyerapannya lebih maksimal.
27

B. Analisis Kadar Asam Lemak Bebas (FFA), Angka Peroksida, Dan Bilangan Iodium Minyak Goreng Bekas Dengan Kontrol Minyak Goreng Baru Kualitas minyak goreng sangat ditentukan oleh kandungan asam lemak dari minyak tersebut. Apakah bersifat jenuh ataukah bersifat tidak jenuh. a. Penentuan Kadar Asam Lemak Bebas Kandungan FFA (Free Fatty Acid) dalam minyak merupakan ukuran kualitas minyak dan dinyatakan dalam %FFA atau bilangan asam atau angka asam. Angka keasaman merupakan salah satu indikator penting penentuan mutu minyak goreng. Mutu minyak goreng berdasarkan pengujian besarnya angka asam kurang dari 0,3 persen. Penjerihan dari minyak jelantah menyebabakan penurunan kadar FFA namun masih belum memenuhi standar sebagaimana tercamtum dalam tabel berikut: Tabel 3. Tabel Hasil Pengujian % FFA Nama Sampel Volume Titrasi Dengan NaOH 0,05 N Titrasi 1 Minyak jelantah Titrasi 2 Titrasi 3 Minyak hasil penjernihan dengan sari mengkudu Minyak hasil penjerinihan dengan arang aktif Titrasi 1 Titrasi 2 Titrasi 3 Titrasi 1 Titrasi 2 Titrasi 3 5,6 ml 5,8 ml 5,9 ml 4,3 ml 4,5 ml 4,2 ml 4,02 ml 4,01 ml 4,00 ml 0,367% 0,396% 0,530 % Nilai % FFA

28

Tabel diatas dapat menjelaskan

bahwa kadar asam lemak bebas atau

%FFA dari minyak jelantah setelah dimurnikan mengalami penurunan kadar asam lemak bebas namun belum memenuhi standar. Dari table juga terlihat bahwa yang paling efektif dalam menurunkan asam lemak bebas adalah penjernihan minyak dengan arang aktif. Meskipun telah dimurnikan jika cara penyimpanan kurang tepat maka dalam jangka waktu tertentu dapat menyebabkan pecahnya ikatan trigliserida pada minyak lalu membentuk gliserol dan asam lemak bebas sebagaimana reaksi hidrolisis berikut:

Gambar 4. Reaksi Pembentukan Gliserol dan FFA Adsorben arang aktif sabut kelapa dapat menurunkan kadar FFA dalam minyak jelantah karena mempunyai kemampuan sebagai adsorben. Daya adsorpsi arang aktif sabut kelapa tersebut, dikarenakan karbon mempunyai pori-pori dalam jumlah besar, adanya situs-situs aktif dalam karbon, seperti struktur kimia permukaan, susunan pori-pori dan luas permukaan adsorpsi yang terbentuk selama

29

proses aktivasi. Sifat kimia permukaan arang aktif dipandang sangat penting selain struktur pori, karena menentukan sifat adsorpsi. Proses adsorpsi antara asam lemak bebas dengan arang aktif sabut kelapa juga dikarenakan adanya perbedaan energi potensial antara permukaan arang aktif dengan asam lemak bebas, baik itu melibatkan gaya fisika atau kimia. Interaksi antara asam lemak bebas dengan arang aktif sabut kelapa dalam penelitian ini dimungkinkan terjadi adsorpsi secara fisika karena setiap partikel-partikel adsorbat yang mendekati ke permukaan adsorben melalui gaya van der walls atau ikatan hidrogen, yakni melibatkan gaya antarmolekuler. Asam lemak bebas merupakan molekul nonpolar, dan arang aktif juga termasuk nonpolar, sehingga gaya yang terjadi yaitu gaya London (molekul nonpolar dengan nonpolar). Molekul nonpolar (karbon aktif) terdiri dari inti atom dan elektron, elektron selalu bergerak mengelilingi inti atom, electron tersebut pada suatu saat dapat terjadi polarisasi rapatan elektron, yang menyebabkan pusat muatan positif dan negatif memisah dan molekul dikatakanmemiliki dipol sesaat. b. Penentuan angka peroksida Angka peroksida adalah nilai terpenting untuk menentukan derajat kerusakan pada minyak atau lemak. Asam lemak tidak jenuh dapat mengikat oksigen pada ikatan rangkapnya sehingga membentuk peroksida. Peroksida yaitu produk awal dari reaksi oksidasi yang bersifat labil, reaksi ini dapat berlangsung bila terjadi kontak antara oksigen dengan minyak.

30

Ketengikan (Rancidity) terbentuk oleh aldehida bukan oleh peroksida. Jadi kenaikan Peroxide Value (PV) hanya indikator dan peringatan bahwa minyak sebentar lagi akan berbau tengik Oksida minyak juga akan menghasilkan senyawa hidrokarbon, alkohol, lakton serta senyawa aromatis yang mempunyai bau tengik dan rasa getir. Kelembaban udara, cahaya, suhu tinggi dan adanya bakteri perusak adalah faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya ketengikan minyak. Reaksi pembentukan peroksida tersebut adalah:

Gambar 4. Reaksi Pembentukan Peroksida Setelah dimurnikan dengan arang aktif dan sari mengkudu terlihat bahwa terjadi penurunan kadar peroksida dari minyak jelantah. Namun hasil yang diperoleh jauh diatas standar yang disyaratkan oleh SNI-3741-1995 yaitu maximal 2 Meq/Kg. Pada percobaan ini juga dijelaskan bahwa arang aktif lebih efektif dalam mengurangi kadar peroksida dalam minyak jelantah.

31

Tabel 4. Hasil Pengujian Angka Peroksida Nama Sampel Volume Titrasi Dengan Na2S2O3 0,1 N Titrasi 1 Minyak jelantah Titrasi 2 Titrasi 3 Minyak hasil penjernihan dengan sari mengkudu Minyak hasil penjerinihan dengan arang aktif Titrasi 1 Titrasi 2 Titrasi 3 Titrasi 1 Titrasi 2 Titrasi 3 1,1 ml 0,95 ml 1,05 ml 0,91 ml 0,85 ml 0,89 ml 0,70 ml 0,71 ml 0,68 ml 17,5 22 25,75 Angka Peroksida

Adsorben arang aktif sabut kelapa dapat menurunkan angka peroksida dalam minyak jelantah karena arang aktif sabut kelapa mempunyai kemampuan sebagai adsorben. Daya adsorpsi arang aktif sabut kelapa tersebut, dikarenakan karbon mempunyai pori-pori dalam jumlah besar, adanya situs-situs aktif dalam karbon, seperti struktur kimia permukaan, susunan pori-pori dan luas permukaan adsorpsi yang terbentuk selama proses aktivasi. Proses adsorpsi antara peroksida dengan arang aktif sabut kelapa dikarenakan adanya perbedaan energi potensial antara permukaan arang aktif sabut kelapa dengan peroksida dalam minyak, baik itu melibatkan gaya fisika atau kimia. Pada proses adsorpsi kimia, interaksi antara adsorbat dengan adsorben melibatkan pembentukan ikatan kimia (biasanya ikatan kovalen). Molekul yang terbentuk dari adsorpsi kimia lebih kuat dibandingkan dengan yang terbentuk dari adsorpsi fisika,

32

karena energi yang dilepaskan cukup besar, sehingga sifat adsorpsinya adalah irreversible. Adsorben harus dipanaskan pada temperatur tinggi untuk memisahkan adsorbat. Peroksida merupakan molekul nonpolar, dan arang aktif sabut kelapa juga termasuk nonpolar, sehingga gaya yang terjadi yaitu gaya london (molekul nonpolar dengan nonpolar. c. Penentuan Kadar Air Kadar air merupakan salah satu indikator penentu kualitas minyak. Minyak yang baik mengandung air maximal sebesar 0,3%. Penggorengan secara terusmenerus akan menyebabkan terikatnya kandungan air dari bahan pangan. Penambahan arang aktif sabut kelapa dapat dapat mengurangi kadar air dari minyak karena arang aktif memiliki daya serap yang mapu mengikat air sedangkan pada penambahan sari mengkudu kadar air mningkat karena sari mengkudu sendiri mengandung air dan pada proses peyaringannya tidak berjalan sempurna. Sehingga kadar air pada pemurnian minyak dengan sari mengkudu menyebabkan kadar air meningkat.

33

Berikut adalah hasil perolehan kadar air dari daur ulang minyak jelantah: Tabel 5. Hasil Pengujian Kadar Air Berat sampel Nama Sampel Sebelum pemanasan Minyak jelantah Minyak hasil penjernihan dengan sari mengkudu Minyak hasil penjerinihan dengan arang aktif 48,7680 gram 48,7537 gram 0,29% 49,5350 gram 49,4876 gram 0,95% 48, 7545gram Setelah pemanasan 48,7262 gram 0,57 % Kadar air

d. Pengujian Berat Jenis Berat jenis adalah massa minyak persatuan volume pada suhu tertentu. Berat jenis sangat dipengaruhi oleh kejenuhan komponen asam lemaknya, tetapi akan turun nilainya dengan semakin kecilnya berat molekul komponen asam lemaknya. Artinya semakin rendah massa jenisnya maka komponen asam lemaknya juga akan menurun. Minyak goreng menurut data di SNI memiliki bobot jenis sebesar 0,900g/mL. Pemurnian atau daur ulang minyak jelantah dengan antioksidan sari mengkudu dan arang aktif dapat menurunkan massa jenis minyak jelantah. Namun berat jenis dari seluruh minyak masih diatas standar yang telah ditentukan.

34

Tabel 6. Hasil Pengujian Berat Jenis Nama Sampel Berat Piknometer 50 ml Berat kosong 30,3314 gram Berat isi 76, 2092 gram Berat Jenis Sampel

Minyak jelantah Minyak hasil penjernihan dengan sari mengkudu Minyak hasil penjerinihan dengan arang aktif

29,3998 gram

74,9727 gram

0,9115 gram/ml

30,3288 gram

75,9460 gram

0,9123 gram/ml

e. Warna dan bau Warna dan bau minyak juga merupakan parameter terhadap kualitas minyak. Minyak yang baik adalah minyak yang memiliki warna kuning muda jernih. Dari percobaan yang telah dilakukan terlihat bahwa warna minyak jelantah sebelum diolah adalah coklat pekat dan berbau amis namun setelah ditambahkan sari mengkudu warnanya berubah menjadi coklat muda keruh dan masih erbau amis. Sedangkan penambhan arang aktif menyebakan warnanya menjadi lebih jernih dan baunya juga tidak terlalu amis. Hal ini dikarenakan arang aktif mampu menyerap dengan sempurna. Warna gelap disebabkan oleh proses oksidasi terhadap tokoferol (vitaminE). Warna gelap ini dapat terjadi selama proses pengolahan dan penyimpanan, yang disebabkan oleh beberapa faktor: suhu pemanasan yang terlalu

35

tinggi, pengepresan bahan yang mengandung minyak dengan tekanan dan suhu yang tinggi, ekstraksi minyak dengan menggunakan pelarut tertentu. Sedangkan warna coklat sendiiri merpakan Pigmen coklat yang terdapat pada minyak atau lemak yang berasal dari bahan yang telah rusak atau memar. Hal itu dapat pula terjadi karena reaksi molekul karbohidrat dengan gugus pereduksi seperti aldehid serta gugus amin dari molekul protein dan yang disebabkan karena aktivitas enzim-enzim, seperti fenol oksidase, polifenol oksidase, dan sebagainya.

36

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian maka dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu: a. Panambahan antioksidan sari mengkudu dan arang aktif dapat memperbaiki kualitas minyak jelantah. b. Pemurnian yang paling efektif adalah daur ulang minyak jelantah dengan penambahan arang aktif sabut kelapa. c. Bilangan asam lemak bebas FFA mengalami penurunan setelah di daur ulang. Minyak jelantah yang belum diolah kandungan FFA-nya sebeasar 0,530%

sedangkan setalah diolah dengan penambahan sari mengkudu bilangan asamnya menjadi 0,396% dan penambahan arang aktif sebesar 0,367%. d. Bilangan peroksida juga merupakan salah satu parameter terhadap kualitas minyak. Minyak jelantah yang belum diolah memiliki angka peroksida sebeasar 25,75 Meq/gram sedangkan setalah diolah dengan penambahan sari mengkudu angka peroksidanya menjadi 22 Meq/gram dan penambahan arang aktif menyababkan angka peroksidanya menjadi 27,5 Meq/gram. e. Kualitas minyak secara fisik dapat diketahui dengan melihat massa jenis, kadar air, bau dan warna. Setelah mengalami pengolahan massa jenis mengalami penuran dari 0,917 gram/mL menjadi 0,9115 gram/mL (penambahan sari
37

mengkudu) dan 0,9123gram/mL (penambahan arang aktif sabut kelapa). Sedangkan kadar air juga mengalami penurunan dari 0,57% menjadi 0,29% pada penambahan arang aktif sabut sedangkan penambahan sari mengkudu meningkat karena proses pemisahan dan preparsinya kurang sempurna. Dari segi warna mengalami perubahan dari coklat tua menjadi lebih muda dan baunya pun berkurang. B. Saran Pada penelitian ini ada beberapa parameter yang tidak diujikan karena keterbatasan alat dan bahan di laboratorium kami. Untuk mengetahui kualitas minyak secara keseluruhan maka perlu diuji pula angka iodinnya, bilangan penyabunan dan struktur cis trans dari asam lemak minyak tersebut. Kemudian saat mepreparasi sampel perlu juga dilakukan variasi terhadap lama pemakaian minyak agar dapat diketahui pada variasi mana minyak yang dapat dimurnikan secara sempurna.

38

DAFTAR PUSTAKA

Apri

dan Rini. 2013. Khasiat Buah Mengkudu. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31313/4/Chapter%20II.pdf. Diakses Pada Tanggal 27 Februari 2013. Makassar.

Anonim. 2013. Mengkudu. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17350/4/Chapter%20II.pdf. Diakses Pada Tanggal 27 Februari 2013. Makassar.

Anonim. 2010. MInyak Goreng. http://www.warintek.ristek.go.id/Kimia/MinyakGoreng.pdf. Diakses Pada Tanggal 27 Februari 2013. Makassar.

Bayrak, Y. 2005. Application of Langmuir Isotherm to Saturated Fatty Acid Adsorption. Journal Microporous and Mesoporous Materials 87 (2006) 203 206. http://www.elsevier.com/locate/micromeso. Diakses Pada Tanggal 27 Februari 2013. Makassar.

Feryanto, A.D.A. 2007. Parameter Kualitas Minyak Atsiri. http://ferryatsiri.blogspot.com/2007/11/parameter-kualitas-minyakatsiri.html. Diakses Pada Tanggal 27 Februari 2013. Makassar.

Harsanti. 2011. Arang Aktif Meningkatkan Kualitas Lingkungan. http://moveindonesia.files.wordpress.com/2012/12/13-kegunaan-arang.pdf. Diakses Pada Tanggal 27 Februari 2013. Makassar.

Istighfaro, Nila. 2010. Peningkatan Kualitas Minyak Goreng Bekas Dengan Metode Adsorpsi Menggunakan Bentonit Karbon Aktif Biji Kelor (Moringa Oleifera. Lamk). http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17350/4/skripsi%2010.pdf. Diakses Pada Tanggal 27 Februari 2013. Makassar.

39

Joni Tallo Lembang, dkk, 1995 Rekayasa Pembuatan Tungku Pembakaran Sekam padi untuk pembuatan Arang Aktif dari Sekam Padi. Balai Penelitian dan Pengembangan Industri, Ujunga Pandang. Ketaren. 2008. Minyak dan Lemak Pangan. Edisi pertama. Jakarta: Universitas Indonesia.

Muchtadi, T.R. 2000. Asam Lemak Omega 9 dan Manfaatnya Bagi Kesehatan. Jakarta: Media Indonesia

Mualifah, Siti. 2009. Penentuan Angka Asam Thiobarbiturat Dan Angka Peroksida Pada Minyak Goreng Bekas Hasil Pemurnian Dengan Karbon Aktif Dari Biji Kelor (Moringa Oleifera, Lamk). http://digilib.its.ac.id/public/ITSUndergraduate-16939-1407100027-Paper.pdf. Diakses Pada Tanggal 27 Februari 2013. Makassar.

Pasaribu, N. 2004. Minyak Buah Kelapa Sawit. Makalah Jurusan Kimia Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara. http://library.usu.ac.id/download/fmipa/kimia-nurhaida.pdf. Diakses Pada Tanggal 27 Februari 2013. Makassar. R. Sudradjat dan Salim S., 1994, Petunjuk Pembuatan Arang Aktif, Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan.

Shreve, R, N, 1977, Chemical Process Industries McGrowHill Kogasha.

Sudarmadji, S dkk. 2003. Analisa untuk Bahan Pangan dan Pertanian. Liberty. Yogyakarta

Tutik M dan Faizah H, 2001, Aktifasi Arang Tempurung Kelapa Secara Kimia dengan Larutan Kimia ZnCl2, KCl dan HNO3, Jurusan Teknik Kimia UPN, Yogyakarta

40

Widayat, S dan Haryani, K. 2005. Optimasi Proses Adsorbsi Minyak Goreng Bekas dengan Adsorbent Zeolit Alam : Studi Pengurangan Bilangan Asam. Jurnal Penelitian Teknik Kimia, Volume 17 No.01 April 2006. Semarang: Penerbit Universitas Diponegoro

Wijayanti, Febnita Eka. 2008. Angka Peroksida. http://eprints.undip.ac.id/34644/1/Febnita Eka Wijayanti.pdf. Diakses Pada Tanggal 27 Februari 2013. Makassar.

Wikipedia. 2012. Sabut. http://wikipedia.ac.id. Diakses Pada Tanggal 27 Februari 2013. Makassar.

41

LAMPIRAN BAGAN KERJA 1. Preparasi Sampel dan Adsorbsi Minyak Goreng Bekas dengan Sari Mengkudu, dan Arang Sabuk Kelapa a. Pengolahan Minyak Jelantah dengan Penambahan Sari Mengkudu
300 gram Buah mengkudu

Dipotong-potong kecil
Daging Buah mengkudu kecil-kecil

Diblender
Daging buah mengkudu halus

Disaring

Sari Mengkudu

100 mL minyak jelantah

Dimasukkan ke dalam gelas kimia


Minyak jelantah

Panaskan pada suhu 700C dan aduk


Minyak jelantah panas

Tambahkan 50 ml sari mengkudu


42

minyak jelantah dan sari mengkudu

Dinginkan selama 10 menit


minyak jelantah dan sari mengkudu

Saring
minyak jelantah hasil daur ulang

Simpan di wadah tertutup dan melakukan analisis uji mutu


Hasil Analisis

b. Adsorpsi Minyak Goreng Menggunakan Arang Aktif dari Sabut Kelapa


Limbah sabut kelapa

Bersihkan dan giling


Sabuk kelapa halus

Disangrai menggunakan wajan sambil terus diaduk


Sabut kelapa terbakar

Percikkan sedikit air


Arang

43

Arang

Direndam dengan asam pospat selama 24 jam, dengan perbandingan 1: 9; arang : asam pospat
Arang dan asam pospat

Disaring
Arang

Dipanaskan dalam oven selama 1 jam pada suhu 1100C


Arang panas

Didinginkan kemudian dicuci dengan air sampai netral


Arang

Dipanaskan dalam oven


Arang Aktif

Minyak Goreng Jelantah

Dipanaskan
Minyan goreng jelantah panas

Tambahkan arang aktif


minyak goreng dan arang aktif

44

Aduk, selama 60 menit


Campuran

Disaring
Minyak Goreng hasil daur ulang

Analisis uji mutu


Hasil analisis

2. Analisis Kadar Asam Lemak Bebas (FFA), Angka Peroksida Minyak Goreng Bekas a. Penentuan Kadar Asam Lemak Bebas
14 gram minyak goreng hasil daur ulang

Tambahkan 25 ml etanol 95% dan panaskan


Larutan campuran

Tambahkan indicator PP
Larutan campuran

Titrasidengan NaOH 0,05 M


Hasil titrasi berwarna merah jambu

Hitung
Hasil perhitungan % FFA

45

b. Penentuan Angka Peroksida


5 gram minyak goreng hasil daur ulang

Tambahkan 30 ml asam asetat-kloroform (3:2)


Larutan Campuran

Kocok, tambahkan 0,5 mL KI


Larutan Campuran

Tutup erlenmeyer, diamkan 1 manit sambil kocok tambahkan 30 ml aquades


Larutan campuran

Titrasi dengan Na2S2O3 0,01N


Hasil titrasi warna kuning hampir hilang

Tambahkan 0,5 mL larutan amilum %


Warna biru hilang

Hitung angka peroksida


hasil perhitungan angka peroksida

46

3. Perubahan Bau, Warna dan Berat Jenis pada Masing-Masing Minyak Goreng Bekas Hasil Daur Ulang a. Bau dan Warna Masing- masing minyak yang telah di daur ulang dibandingkan bau dan warnanya secara langsung. b. Berat Jenis
Minyak jelantah hasil daur ulang

Masukkan ke dalam pikno meter yang telah diketahui berat konstannya


Minyak jelantah dalam piknometer

Timbang dan lakukan perlakuan sebanyak tiga kali


hasil timbangan

Hitung

Berat jenis minyak jelantah

4. Penentuan Kadar Air pada Masing-Masing Minyak Goreng Hasil Daur Ulang
Minyak Jelantah

Aduk
5 gram Minyak Jelantah

Panaskan sambil kocok, hentikan jika sudah tidak terdapat gas

47

Minyak Jelantah Panas

Timbang
Hasil timbangan

Hitung
kadar air

ANALISIS DATA 1. Pengenceran H3PO4 Dik : [H3PO4]1 [H3PO4]2 V2 H3PO4 Dit :V1 H3PO4 Peny : = 85 % =5% = 250 ml =..?

2. Pembuatan larutan NaOH 0,05 M Dik : konsentrasi NaOH Volume NaOH = 0,05 M = 1000 ml

Dit : massa NaOH =..? Peny : [ ] [ ]


48

3. Pembuatan Tiosulfat Dik : N tio = 0,1 N Mr tio = 158 gram/mol V tio = 1 L Dit : massa tio =? Peny : [ ] [ ]

4. Penentuan % FFA a. Minyak jelantah

Keterangan : BM N NaOH V NaOH Berat sampel

= Berat molekul asam palmitat 256 gram/mol = Normalitas NaOH 0,05 N = Volume NaOH hasil titrasi = 14 gram

49

b. Minyak hasil penjernihan dengan sari mengkudu

c. Minyak hasil penjernihan dengan arang aktif

5. Penentuan angka peroksida a. Minyak jelantah

Keterangan : N tio

= 0,1 N

Berat sampel = 4 gram

50

b. Minyak hasil penjernihan dengan sari mengkudu

c. Minyak hasil penjernihan dengan arang aktif

6. Penentuan kadar air a. Minyak jelantah

51

b. Minyak hasil penjernihan dengan sari mengkudu

c. Minyak hasil penjernihan dengan arang aktif

7. Penentuan berat jenis a. Minyak jelantah

b. Minyak hasil penjernihan dengan sari mengkudu

c. Minyak hasil penjernihan dengan arang aktif

52

FOTO-FOTO

Hasil blender mengkudu

Sari Mengkudu

Minyak Jelantah

Sari mengkudu

Pemanasan minyak jelantah

Pencampuran minyak jelantah dengan sari mengkudu

53

Hasil Pencampuran

Penyaringan

Penyaringan

Hasil daur ulang dan sebelum daur ulang

penimbangan

Pemanasan dan pengadukan

Titrasi NaOH

Hasil Titrasi

54

Hasil Titrasi (FFA)

Pembuatan Larutan

Hasil Titrasi (Angka peroksida)

Titrasi (Angka Peroksida)

Hasil Titrasi

Preparasi Titrasi Angka Peroksida

Hasil titrasi angka peroksida

Penentuan kadar air

55

You might also like