You are on page 1of 26

BAB I SISTEM HEMATOLOGI

Hematologi adalah cabang ilmu kesehatan yang mempelajari darah, organ pembentuk darah dan penyakitnya. Asal katanya dari bahasa Yunani haima artinya darah. Cabang Hematologi secara umum dibagi atas 3 bagian kecil menurut jenis dan grup sel darah yang dipelajari. Sel darah merah o anemia o hemoglobinopati o bank darah (sel darah merah dan plasma) Sel darah putih o leukemia o neutropenia o kelainan mieloproliferatif o sindrom mielodisplasia o limfoma dan penyakit limfoproliferatif o multimieloma Plasma darah dan pembekuan darah o pendarahan dan kelainan pembekuan darah o trombosis o trombositopenia dan trombositosis Darah merupakan bagian dari tubuh yang jumlahnya 6 8 % dari berat badan total. Darah berbentuk cairan yang berwarna merah dan agak kental. Darah merupakan bagian penting dari sistem transport karena darah mengalir ke seluruh tubuh kita dan berhubungan langsung dengan sel-sel dalam tubuh kita a. Fungsi darah 1. Mengangkut O2 dari paru-paru ke jaringan dan CO2 dari jaringan ke paru-paru. 2. Mengangkut sari makanan yang diserap dari usus halus ke seluruh tubuh. 3. Mengangkut sisa metabolisme menuju alat ekskresi. 4. Berhubungan dengan kekebalan tubuh karena didalamnya terkandung lekosit, antibodi dan substansi protektif lainnya. 5. Mengangkut ekskresi hormon dari organ yang satu ke organ lainnya.

6. Mengatur keseimbangan air dalam tubuh. 7. Mengatur suhu tubuh. 8. Mengatur keseimbangan tekanan osmotik. 9. Mengatur keseimbangan asam basa tubuh. 10. Mengatur keseimbangan ion-ion dalam tubuh b. Komponen darah 1. Bagian korpuskuli (elemen seluler) a). ErItrosit (sel darah merah) Merupakan bagian utama dari sel darah. Jumlah pada pria dewasa adalah lima juta/l darah sedangkan pada wanita empat juta/l darah. Berbentuk bikonkaf, warna merah disebabkan oleh adanya Hemoglobin. Dihasilkan oleh limpa, hati dan sum-sum tulang pada tulang pipih. Berusia sekitar 120 hari, sel yang telah tua dihancurkan di hati dan dirombak menjadi pigmen bilirubin (Pigmen empedu). Fungsi primernya adalah mengangkut O2 dari paru-paru ke jaringan dan CO2 dari jaringan ke paru-paru. Morfologi Mikroskopis Eritrosit dengan Pembesaran objektif 100 kali b). Lekosit (sel darah putih) Jumlah sel pada orang dewasa 6000 9000 sel/l darah. Diproduksi di sum-sum tulang, limpa dan kelenjar limfe. Terdiri dari beberapa jenis, yaitu : 1). Granulosit : Lekosit yang di dalam sitoplasmanya memiliki granula. Terdiri dari : (a). Eosinofil: Mengandung granula berwarna merah dan berperan pada reaksi alergi (terutama infeksi cacing) (b). Basofil : Mengandung granula berwarna biru dan berperan pada reaksi alergi (c). Netrofil (Batang dan Segmen) : Disebut juga sel Poly Morpho Nuclear dan berfungsi sebagai fagosit 2). Agranulosit : Lekosit yang sitoplasmanya tidak memiliki granula. Terdiri dari : (a). Limfosit : Berfungsi sebagai sel kekebalan tubuh, yaitu

Limfosit T : Berperan sebagai imunitas seluler Limfosit B : Berperan sebagai imunitas humoral (b). Monosit : Lekosit dengan ukuran paling besar Fungsi lekosit ada dua, yaitu : 1. Fungsi defensip yaitu fungsi untuk mempertahankan tubuh terhadap benda-benda asing termasuk mikroorganisme penyebab infeksi. 2. Fungsi reparatif yaitu fungsi yang memperbaiki / mencegah terjadinya kerusakan terutama kerusakan vaskuler / pembuluh darah. c). Trombosit (keping darah / sel darah pembeku) Jumlah pada orang dewasa 200.000 500.000 sel/l darah. Bentuknya tidak teratur dan tidak mempunyai inti. Diproduksi pada sum-sum tulang dan berperan dalam proses pembekuan darah. 2. Bagian cair (plasma / serum) a). Plasma adalah cairan berwarna kuning muda yang didapat dengan cara memutar sejumlah darah yang sebelumnya ditambah dengan antikoagulan. b). Serum adalah cairan berwarna kuning muda yang didapat dengan cara memutar sejumlah darah yang dibiarkan membeku tanpa penambahan antikoagulan.

BAB II ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN HEMOFILIA A

Hemophilia adalah kelainan koagulasi darah bawaan yang paling sering dan serius, berhubungan dengan defisiensi faktor VIII, IX, XI biasanya hanya terdapat pada anak laki-laki, terpaut kromosom X dan bersifat resesif. Hemophilia A adalah hemophilia klasik dan terjadi karena defisiensi faktor VIII. Pengkajian Hematologis Hemoragi dan pendarahan yang lama Memar superficial Splenomegali Genitourinaria Hematuria Spontan Muskuloskeletal Nyeri dengan gejala pendarahan otot profunda (nyeri, tegang pada area yang terkena, ROM terbatas), peningkatan suhu serta edema pada tempat pendarahan. Tanda dan gejala hemartrosis (nyeri, ROM terbatas, dan pengngkatan suhu, serta edema pada tempat pendarahan) Mata, Telinga, Hidung, dan Tenggorokan Epistaksis Gusi berdarah Diagnosis Keperawatan Resiko cedera (hemoragi) yang berhubungan dengan penyakit Hasil yang Diharapkan Perdarahan pada anak berhenti yang ditandai oleh tidak terlihatnya perdarahan, lingkar area perdarahan tidak bertambah, rasa nyeri tidak meningkat, tanda vital sesuai, kadar faktor VIII meningkat dan penurunan waktu tromboplastin parsial. Intervensi Intervensi Rasional Beri tekanan langsung pada tempat Tekanan langsung pada tempat pendarahan selama sekurang-kurangnya 15 pendarahan dapat meningkatkan menit pembentukan bekuan Imobilisasi mengurangi aliran darah ke pertahankan agar area terjadinya pendarahan area pendarahan dan mencegah bekuan tidak bergerak (imobilisasi) keluar Meninggikan area pendarahan Tinggikan area pendarahan di atas tinggi mengurangi aliran darah ke tempat jantung selama 12-24 jam pendarahan dan meningkatkan pembentukan bekuan Kompres area yang terkena dengan es Es mempercepat vasokontriksi Beri kriopresipitat atau konsentrat faktor VIII Pemberian kriopresipitat atau konsentrat (faktor antihemofilik)sesuai yang faktor VIII melengkapi pembentukan diprogramkan. Diizinkan orang tua atau anak bekuan. Meminta orang tua atau anak memberi obat tersebut jika menginginkannya, memberi obat tersebut, memungkinkan dan juga mengetahui cara pemberiannya. mereka mempraktikkan teknik tersebut Apabila mereka membutuhkan pendidikan, untuk penggunaan di rumah. ajarlan mereka cara menginsersi slang

intravena, persiapkan lokasi kulit, juga cara memfiksasi perangkat intravena, mempersiapkan campuran larutan dan mulai pasang infuse. Tanda ini mengindikasikan komplikasi yang potensial, termasuk hipopolemia sekunder akibat pendarahan dan beban sirkulasi yang berlebihan atau reaksi tranfusi akibat pemberian kriopresipitat atau konsentrat faktor VIII Setiap penambahan panjang keliling lingkaran pengindikasikan pendarahan Ukur lingkaran area pendarahan, beri tanda berlanjut sehingga tempat pendarahan pada kulit untuk memastikan pengukuran yang harus diimobilisasi dan kompres es batu konsisten. Ukur kembali area tersebut selama 8 perlu dilakukan. Menandai kulit dan jam, mengguanakan alat ukur yang sama. menggunakan alat pengukur yang sama setiap kali pengukuran memastikan konsistensi. Pantau faktor VIII anak dan kadar PTT(waktu Pantau nilai-nilai labolatorium ini tromboplastin parsial) sekurang-kurangnya membantu menentukan status satu kali sehari. Laporkan kelainan kepada pembekuan anak dan kebutuhan dokter. intervensi lebih lanjut Beri asam aminokaproat (amicar) sesuai Obat ini mengahmbat dekstruksi program jika anak direncanakan untuk pembekuan pembedahan Penderita hemophilia berisiko tinggi 10. Ikuti pedoman The centers for disease control mengalami sindrom imunodefisiensi and prevention untuk menangani darah dan didapat akibat penggunaan obat cairan tubuh intravena dan produk darah Kortikosteroid mengurangi peradangan ; 11. Beri obat lain, misanya kortikosteroid dan asetat desmopresin menstimulasi asetat desmopresin (DDAVP) sesuai program aktivitas faktor VIII pada kasus hemufilia A ringan Pantau tanda vital anak, perjatikan setiap tanda bradikardia, takikardia, penurunan tekanan darah, peningkatan prekuensi nafas, atau peningkatan suhu. Laporkan setiap tanda ini dengan segera kepada dokter Diagnosis Keperawatan Nyeri yang berhubungan dengan pendarahan dan pembengkakan Hasil yang Diharapkan Anak tidak menunjukkan tanda-tanda nyeri yang ditandai oleh ekspresi wajah relaks, ekspresi rasa nyaman, mampu tertidur dan tidak ada kebutuhan obat analgesic Intervensi Intervensi Kaji tingkat nyeri anak dengan n menggunakan alat pengkajian nyeri Rasional Pengkajian memberi data yang samngat penting bertujuan untuk menentukan keefektifan intervensi untuk pengendalian rasa nyeri, dan untuk memantau status

Beri obat analgesic sesuai program

pendarahan anak karena nyeri yang konsisten atau meningkat, dapat mengindikasikan pendarahan berlanjut. Obat analgesic dapat meredakan rasa nyeri

Diagnosis Keperawatan Hambatan mobilisasi fisik yang berhubungan dengan penurunan ROM akibat pendarahan dan pembengkakan. Hasil yang Diharapkan Anak mampu mencapai ROM maksimum pada sendi yang terkena ditandai oleh kemampuan melakukan latihan yang diprogramkan. Intervensi Intervensi Rasional Latihan isometric dapat mempertahankan Anjurkan anak untuk melakukan latihan kekuatan otot dengan cara menegangkan isometric, sesuai program otot-otot tanpa menggerakkan sendi Alat-alat penopang membantu Konsultasi dengan ahli terapi fisik tentang mempertahankan posisi fungsional dari otot kebutuhan alat-alat pendukung, misalnya dan sendi, serta mencegah dan mengurangi alat penopang tentang upaya tingkat depormitas fisik. Latihan ROM aktif mengembangkan program latihan ROM dan fasif akan meningkatkan tonis dan pasif dan aktif kekuatan otot sekitar sendi, serta membantu mencegah atrofi dan ketidak mampuan otot Kaji kebutuhan anak untuk mengobati Memberi obat analgesic sebelum latihan, nyeri, sebelum memulai setiap sesi dapat meningkatkan rasa nyaman dan tindakan kerjasama Diagnosis Keperawatan Resiko cedera yang berhubungan dengan rawat inap atau prosedur dirumah sakit (atau keduanya) Hasil yang Diharapkan Anak yang menderita cedera akibat rawat inap atau prosedur yang diterapkan dirumah sakit yang ditandai oleh tidak ada hematoma, memar dan hemoragi serta kemampuan mempertahankan ROM total Intervensi Intervensi Rasional Memberi pengaman tempat tidur mengurangi 1. Beri bantalan pada sisi pengaman tempat risiko cedera, misanya memar yang mungkin tidur jika diperlukan terjadi akibat terantuk tanpa sengaja 2. Pastikan anak menggunakan setiap Menggunakan peralatan protektif peralatan protektif (misalnya pelindung membantumengurangi resiko cedera akibat kepala terbuat dari plastic dan bantalan jatuh yang disebabkan oleh kecelakaan atau siku serta lutut yang dibawa dari rumah. permainan yang rutin dilakukan. Sikat gigi Juga pastikan ia menggunakan sikat gigi berbulu lunak memiliki kemungkinan lebih berbulu lunak untuk membersihkan kecil mencederai pada gusi giginya.

3. Ketika mengumpulkan specimen darah, lakukan pengambilan darah dijari dari pada melalui fungsi vena jika memungkinkan. Ketika memberikan injeksi, gunakan rute subkutan (SC) bukan intramuscular (IM) jika memungkinkan. Setelah itu, beri tekanan pada area tersebut sekurang-kurangnya 5 menit 4. Setelah setiap pendarahan, imobilisasi artea pandarahan ; kemudian tinggikan area tersebut di atas tingkat jantung, selama 12 24 jam dan kompres area tersebut dengan es 5. Inspeksi mainan anak untuk melihat bila ada tepi yang tajam

Mengambil darah dengan cara menusuk jari, bukan melalui fungsi vena mengurangi resiko kehilangan darah yang berlebihan, karena diameter kapiler lebih kecil dari pada vena dan berisi lebih sedikit darah. Rute subkutan membutuhkan jarum berukuran lebih kecil sehingga mengurangi resiko pengeluran darah dari tempat fungsi yang lebih besar. Juga jaringan subkutan mengandung lebih sedikit pembuluh darah daripada otot. Tindakan imobilisasi dan tinggikan tingkat pendarahan sampai diatas tinggi jantung dapat mengurangi aliran darah ke area pendarahan dan mencegah keluarnya bekuan darah. Es mempercepat vasokontriksi dan mengurangi rasa nyeri Mainan bertepi tajam dapat melaserasi atau menusuk kulit anak

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN ANEMIA SEL SABIT Pengkajian Hematologis :Anemi, Pembesaran limfa Kardiovaskular :Murmur Neurologis :Nyeri, Kebas pada jari dan ibu jari, Kecemasan, Stroke (cerebrovaskular accident) Gastrointestinal :Nyeri abdomen (pada anak usia sekolah), Haus, Muntah Hepatic : Pembesaran hati, Sirosis Genitourinaria :Sering berkemih ;Penurunan konsentrasi urin;Enuresis; Hematuria Musculoskeletal :Kelemahan otot;Sendi edema Psikososial :Pertumbuhan dan perkembangan terhambat Integument :Ikterik ; Peningkatan suhu Diagnosis keperawatan

Gangguan perfusi jaringan perifer yang berhubungan dengan obstruksi pembuluh darah sekunder akibat proses pembentukan sabit pada sel darah merah. Hasil yang diharapkan Anak memiliki perfusi jaringan yang adekuat yang ditandai oleh ekstermitas hangat, dan tekanan darah stabil. Intervensi Intervensi Rasional Tirah baring diperlukan karena latihan dapat 1. Anjurkan anak menjalani tirah baring total meningkatkan metabolisme selular, selama fase akut penyakit (krisis nyeri) menyebabkan hipoksia jaringan dan meningkatkan pembentukan sel sabit 2. Lakukan latihan ROM setian 4-6 jam, atau Latihan ROM fasif dan isometric lakukan aktifitas lain sesuai usia, yang meningkatkan mobilisasi tenpa menekan dapat dilakukan anak diatas tempat tidur, sendi dan menyebabkan nyeri misalnya latihan isometric Stress emosional meningkatkan metabolism sel sehingga menyebabkan hipoksia jaringan 3. Hindari atau batasi aktifitas atau situasi dan peningkatan pembentukan sabit. yang dapat menyebabkan stress emosional Adrenalin yang dilepas selama stress akan pada anak membuat pwmbuluh darah semakin berkontriksi 4. Kordinasi aktivitas pemberian perawatan Anak membutuhkan istirahat serta tidur yang yang memungkinkan anak dapat cukup selama fase akut penyakit beristirahat dan tidur tanpa terganggu Diagnosis Keperawatan Kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan penurunan asupan cairan dan ketidakmampuan ginjal untuk memekatkan urine. Hasil yang diharapkan Anak dapat mempertahankan hidrasi yang adekuat yang ditandai oleh haluan urine 12ml/kg/jam, membran mokusa lembab, rasa haus berkurang, berat badan stabil, kadar elektrolit serum sesuai usia, dan fontanel datar (pada bayi). Intervensi Intervensi Rasional Anjurkan anak untuk minum air selama 2 Hidrasi yang adekuat mencegah jam sampai mencatat jumlah total harian pembentukan sabit SDM 150ml/kg berat badan Pemantauan yang cermat memungkinkan Pantau asupan dan haluan cairan anak pengkajian keseimbangan cairan anak, dengan cermat, termasuk pemberian cairan penting untuk mengevaluasi fungsi ginjal dan intravena mendeteksi hemodilusi serta beban sirkulasi yang berlebih Menimbang berat badan ank setiap hari Timbang berat badan anak setiap hari adalah pengukuran paling akurat untuk mengukur status hidrasi anak Pantau anak setiap 2-4 jam untuk melihat Dehidrasi merupakan penyebab umum

tanda-tanda dehidrasi, temasuk kulit kering, turgor kulit buruk, dan penurunan haluaran urine. Beri cairan sesuai kebutuhan, pertahankan hidrasi anak bertambah sebanyak 50% di atas kebutuhan dasar Pantau nilai labolatorium untuk nilai pH, hematokrit, hemoglobin, tekanan karbon dioksida parsial, serta tekanan oksigen parsial. 6. Pastikan anak tidak memakai pakaian yang terlalu hangat

pembentukan sabit. Keadaaan ini membutuhkan penggantian cairan sehingga dapat mempertahankan anak mendapat hidrasi yang cukup dan akhirnya mencegah pembentukan sabit Ketidakseimbangan asam basa dapat mengindikasikan bahwa anak mengalami dehidrasi Mengenakan pakaian yang terlalu hangat dapat membuat anak panas berlebihan yang menyebabkan kehilangan cairan

1.

2.

3. 4.

Diagnosis Keperawatan Nyeri yang berhubungan dengan oklusi vascular dan hipoksia jaringan Hasil yang diharapkan Anak tidak menunjukkan gejala nyeri yang ditandai oleh ekspresi nyeri berkurang, periode tidur nyenyak, dan ekspresi wajah relaks Intervensi Intervensi Rasional Kaji kebutuhan anak untukpemberian obat analgesic setiap 3-4 jam. Pantau bila ada Pengkajian yang sering memungkinkan kegelisahan, ekspresi wajah tegang, nafsu perawat menentukan derajat dan tipe nyeri makan berkurang, menangis ketika serta kebutuhan medikasi anak disentuh dan mendengkur Nyeri yang timbul akibat anemia sel sabit Beri obat anagesik dan narkotik sesuai dapat sulit ditangani. Dokter mungkin harus program dan ajarkan anak tindakan mencoba beberapa tipe obat anlgesik dan pengendalian rasa nyeri melalui narkotik untuk mencapai respon yang nonfarmakologis. Evaluasi respon anak diinginkan; tindakan pengendalian nyeri terhadap upaya mengontrol nyeri nonfarmakologis dapat memperbesar upaya kontol dari analgesik Panas dapat menyebabkan vasodilatasi yang Lakuakn kompres hangat pada area yang memungkinkan sel berbentuk sabit bergerak terkena setiap tiga hingga empat jam menembus area yang tersumbat sehingga meningkatkan rasa nyaman Pertahankan anak dalam posisi yang nyaman, dengan cara sendi yang ditopang Pengaturan posisi yang benar meningkatkan sejajar dengan seluruh badan. Pegang rasa nyaman pada sendi yang terasa nyeri ekstermitas dengan lembut dan hindari menabrak atau mengentak tempat tidur Diagnosis Keperawatan Resiko infeksi yang berhubungan dengan pembentukan sabit pada sel dan infark splenik. Hasil yang diharapkan

1. 2. 3.

4. 5.

Anak tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi yang ditandai oleh suhu tubuh kurang dari 37,8C tidak ada batuk dan sel darah putih sesuai usia Intervensi Intervensi Rasional Anak rentan terhadap infeksi karena ketidak Isolasi anak dari seluruh sumber infeksi mampuan limpa untuk menyaring bakteri yang diketahui sebagai akibat infark Pantau suhu tubuh anak setiap 4 jam Peningkatan suhu meningkatkan infeksi Anak dengan anemia sel sabit dapat mengalami peningkatan kerantanan yang Periksa catatan imunisasi anak dan berikan khas terhadap infeksi Pneumococcus dan vaksinasi, sesuai program Haemophilus influenza, yang harus menerima imunisasi yang dijadwalkan. Beri antibiotic sesuai program Melawan dan mencegah infeksi Sediakan diet tinggi kalori, tinggi protein,. Membantu anak melawan infeksi dan Pemberian makanan sedikit tapi sering membantu pertumbuhan dan perkembangan. BAB IV ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN LEUKEMIA Leukemia adalah neoplasma akut atau kronis dari sel-sel pembentuk darah dalam sumsum tulang dan limfa (Reeves, 2001). Sifat khas leukemia adalah proliferasi tidak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam sumsum tulang, menggantikan elemen sumsum tulang normal. Proliferasi juga terjadi di hati, limpa, dan nodus limfatikus. Terjadi invasi organ non hematologis seperti meninges, traktus gastrointestinal, ginjal, dan kulit. Leukemia limfositik akut (LLA) sering terjadi pada anak-anak. Leukemia tergolong akut bila ada proliferasi blastosit (sel darah yang masih muda) dari sumsum tulang. Etiologi Penyebab LLA sampai sekarang belum jelas, namun kemungkinan besar karena virus (virus onkogenik). Faktor lain yang berperan antara lain:

1. Faktor eksogen seperti sinar X, sinar radioaktif, dan bahan kimia (benzol, arsen, preparat sulfat), infeksi (virus dan bakteri). 2. Faktor endogen seperti ras 3. Faktor konstitusi seperti kelainan kromosom, herediter (kadang-kadang dijumpai kasus leukemia pada kakak-adik atau kembar satu telur). Pengkajian

1. Kaji adanya tanda-tanda anemia : - Pucat, lemah, sesak, nafas cepat 2. Kaji adanya tanda-tanda leucopenia : demam, infeksi 3. Kaji adanya tanda-tanda trombositopenia : - Ptechiae - Purpura - Perdarahan membran mukosa 4. Kaji adanya tanda-tanda invasi ekstra medulola : - Limfadenopati - Hepatomegali - Splenomegali 5. Kaji adanya pembesaran testis 6. Kaji adanya : 1).Hematuria 2).Hipertensi 3).Gagal ginjal 4).Inflamasi disekitar rektal 5).Nyeri (Suriadi,R dan Rita Yuliani,2001 : 178) Diagnosa Keperawatan 1. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh Tujuan: Anak tidak mengalami gejala-gejala infeksi Intervensi: Intervensi 1. Pantau suhu dengan teliti
2. Tempatkan anak dalam ruangan khusus 3. Anjurkan semua pengunjung dan staff

Rasional untuk mendeteksi kemungkinan infeksi untuk meminimalkan terpaparnya anak dari sumber infeksi untuk meminimalkan pajanan pada

organisme infektif mencuci tangan dengan baik 4. Gunakan teknik aseptik yang cermat untuk untuk mencegah kontaminasi semua prosedur invasive 5. Evaluasi keadaan anak terhadap tempattempat munculnya infeksi seperti tempat penusukan jarum, ulserasi mukosa, dan masalah gigi 6. Inspeksi membran mukosa mulut. Bersihkan mulut dengan baik
7. Berikan periode istirahat tanpa gangguan

rumah sakit untuk menggunakan teknik

silang/menurunkan resiko infeksi untuk intervensi dini penanganan infeksi

rongga mulut adalah medium yang baik untuk pertumbuhan organisme menambah energi untuk penyembuhan dan regenerasi seluler

8. Berikan diet lengkap nutrisi sesuai usia 9. Berikan antibiotik sesuai ketentuan

untuk mendukung pertahanan alami tubuh diberikan sebagai profilaktik atau mengobati infeksi khusus

Diagnosis Keperawatan Intoleransi Intervensi: Intervensi 1. Evaluasi laporan kelemahan, perhatikan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dala aktifitas sehari-hari
2. Berikan lingkungan tenang dan perlu

aktivitas

berhubungan

dengan

kelemahan

akibat

anemia

Tujuan: terjadi peningkatan toleransi aktifitas Rasional menentukan derajat dan efek ketidakmampuan menghemat energi untuk aktifitas dan regenerasi seluler atau penyambungan

jaringan 3. Kaji kemampuan untuk berpartisipasi pada Kaji kemampuan untuk berpartisipasi pada aktifitas yang diinginkan atau dibutuhkan aktifitas yang diinginkan atau dibutuhkan 4. Berikan bantuan dalam aktifitas sehari-hari memaksimalkan sediaan energi untuk tugas dan ambulasi Diagnosis Keperawatan Resiko terhadap cedera/perdarahan yang berhubungan dengan penurunan jumlah trombosit Tujuan: klien tidak menunjukkan bukti-bukti perdarahan Intervensi: Intervensi 1. Gunakan semua tindakan untuk mencegah perdarahan khususnya pada daerah ekimosis 2. Cegah ulserasi oral dan rectal 3. Gunakan jarum yang kecil pada saat melakukan injeksi 4. Menggunakan sikat gigi yang lunak dan lembut Rasional perdarahan memperberat kondisi anak dengan adanya anemia kulit yang luka cenderung untuk berdarah untuk mencegah perdarahan untuk mencegah perdarahan perawatan diri

istirahat tanpa gangguan

5. Laporkan setiap tanda-tanda perdarahan

(tekanan darah menurun, denyut nadi cepat, dan pucat 6. Hindari obat-obat yang mengandung aspirin
7. Ajarkan orang tua dan anak yang lebih

untuk memberikan intervensi dini dalam mengatasi perdarahan karena aspirin mempengaruhi fungsi trombosit untuk mencegah perdarahan

besar ntuk mengontrol perdarahan hidung Diagnosis Keperawatan

Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah Tujuan: Intervensi: Intervensi
1. Berikan antiemetik awal sebelum

Tidak terjadi kekurangan volume cairan

Pasien tidak mengalami mual dan muntah Rasional untuk mencegah mual dan muntah untuk mencegah episode berulang karena tidak ada obat antiemetik yang secara umum berhasil bau yang menyengat dapat menimbulkan mual dan muntah karena jumlah kecil biasanya ditoleransi dengan baik untuk mempertahankan hidrasi

dimulainya kemoterapi 2. Berikan antiemetik secara teratur pada waktu dan program kemoterapi
3. Kaji respon anak terhadap anti emetik 4. Hindari memberikan makanan yang

beraroma menyengat 5. Anjurkan makan dalam porsi kecil tapi sering 6. Berikan cairan intravena sesuai ketentuan Diagnosis Keperawatan

Perubahan membran mukosa mulut : stomatitis yang berhubungan dengan efek samping agen kemoterapi Tujuan: pasien tidak mengalami mukositis oral Intervensi: Intervensi 1. Inspeksi mulut setiap hari untuk adanya ulkus oral 2. Hindari mengukur suhu oral Rasional untuk mendapatkan tindakan yang segera untuk mencegah trauma

3. Gunakan sikat gigi berbulu lembut, aplikator berujung kapas, atau jari yang dibalut kasa 4. Berikan pencucian mulut yang sering dengan cairan salin normal atau tanpa larutan bikarbonat 5. Gunakan pelembab bibir

untuk menghindari trauma untuk menuingkatkan penyembuhan

untuk menjaga agar bibir tetap lembab dan mencegah pecah-pecah (fisura) karena bila digunakan pada faring, dapat 6. Hindari penggunaan larutan lidokain pada menekan refleks muntah yang anak kecil mengakibatkan resiko aspirasi dan dapat menyebabkan kejang agar makanan yang masuk dapat ditoleransi 7. Berikan diet cair, lembut dan lunak anak 8. Inspeksi mulut setiap hari untuk mendeteksi kemungkinan infeksi 9. Dorong masukan cairan dengan untuk membantu melewati area nyeri menggunakan sedotan dapat mengiritasi jaringan yang luka dan 10. Hindari penggunaa swab gliserin, hidrogen dapat membusukkan gigi, memperlambat peroksida dan susu magnesia penyembuhan dengan memecah protein dan dapat mengeringkan mukosa 11. Berikan obat-obat anti infeksi sesuai untuk mencegah atau mengatasi mukositis ketentuan 12. Berikan analgetik untuk mengendalikan nyeri Diagnosis Keperawatan Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan anoreksia, malaise, mual dan muntah, efek samping kemoterapi dan atau stomatitis Tujuan : pasien mendapat nutrisi yang adekuat Intervensi : Intervensi Rasional jelaskan bahwa hilangnya nafsu makan Dorong orang tua untuk tetap rileks pada adalah akibat langsung dari mual dan muntah saat anak makan serta kemoterapi Izinkan anak memakan semua makanan yang dapat ditoleransi, rencanakan unmtuk untuk mempertahankan nutrisi yang optimal memperbaiki kualitas gizi pada saat selera makan anak meningkat Berikan makanan yang disertai suplemen nutrisi gizi, seperti susu bubuk atau untuk memaksimalkan kualitas intake nutrisi suplemen yang dijual bebas Izinkan anak untuk terlibat dalam untuk mendorong agar anak mau makan persiapan dan pemilihan makanan Dorong masukan nutrisi dengan jumlah Dorong masukan nutrisi dengan jumlah sedikit tapi sering sedikit tapi sering

1. 2.

3. 4. 5.

6. Dorong pasien untuk makan diet tinggi kalori kaya nutrient 7. Timbang BB, ukur TB dan ketebalan lipatan kulit trisep

kebutuhan jaringan metabolik ditingkatkan begitu juga cairan untuk menghilangkan produk sisa suplemen dapat memainkan peranan penting dalam mempertahankan masukan kalori dan protein yang adekuat membantu dalam mengidentifikasi malnutrisi protein kalori, khususnya bila BB dan pengukuran antropometri kurang dari normal

1. 2. 3. 4. 5.

Diagnosis Keperawatan Nyeri yang berhubungan dengan efek fisiologis dari leukemia Tujuan : pasien tidak mengalami nyeri atau nyeri menurun sampai tingkat yang dapat diterima anak Intervensi Intervensi Rasional informasi memberikan data dasar untuk Mengkaji tingkat nyeri dengan skala 0 mengevaluasi kebutuhan atau keefektifan sampai 5 intervensi Jika mungkin, gunakan prosedur-prosedur (misal pemantauan suhu non invasif, alat untuk meminimalkan rasa tidak aman akses vena Evaluasi efektifitas penghilang nyeri untuk menentukan kebutuhan perubahan dengan derajat kesadaran dan sedasi dosis. Waktu pemberian atau obat Lakukan teknik pengurangan nyeri non sebagai analgetik tambahan farmakologis yang tepat Berikan obat-obat anti nyeri secara teratur untuk mencegah kambuhnya nyeri Diagnosis keperawatan Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pemberian agens kemoterapi, radioterapi, imobilitas Tujuan : pasien meimpertahankan integritas kulit Intervensi Intervensi Rasional Berikan perawatan kulit yang cemat, terutama di dalam mulut dan daerah karena area ini cenderung mengalami ulserasi perianal untuk merangsang sirkulasi dan mencegah Ubah posisi dengan sering tekanan pada kulit Mandikan dengan air hangat dan sabun mempertahankan kebersihan tanpa ringan mengiritasi kulit efek kemerahan atau kulit kering dan Kaji kulit yang kering terhadap efek pruritus, ulserasi dapat terjadi dalam area samping terapi kanker radiasi pada beberapa agen kemoterapi Anjurkan pasien untuk tidak menggaruk membantu mencegah friksi atau trauma kulit dan menepuk kulit yang kering

a.

b. c. d. e.

f.

Dorong masukan kalori protein yang adekuat

untuk mencegah keseimbangan nitrogen yang negative

BAB V ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN TALASEMIA Thalasemia adalah sekelompok penyakit keturunan yang merupakan akibat dari ketidakseimbangan pembuatan salah satu dari keempat rantai asam amino yang membentuk hemoglobin (medicastore, 2004). Penyebabnya adalah Ketidakseimbangan dalam rantai protein globin alfa dan beta, yang diperlukan dalam pembentukan hemoglobin, disebabkan oleh sebuah gen cacat yang diturunkan secara resesif dari kedua orang tua. Klasifikasi Secara molekuler, talasemia dibedakan atas: Talasemia alfa (gangguan pembentukan rantai alfa) Talasemia beta ( gangguan pembentukan rantai beta) Talasemia beta-delta (gangguan pembentukan rantai beta dan delta) talasemia delta (gangguan pembentukan rantai delta).

1. 2. 3. 4.

Secara kinis, talasemia dibagi dalam 2 golongan, yaitu: 1. Talasemia mayor (bentuk homozigot), memiliki 2 gen cacat, memberikan gejala klinis yang jelas. 2. Talasemia minor, dimana seseorang memiliki 1 gen cacat dan biasanya tidak memberikan gejalaklinis Manifestasi Klinik Pada talasemia mayor, terjadi anemia berat tipe mikrositik dengan pembesaran pada hati dan limpa. Muka mongoloid, pertumbuhan badan kurang sempurna (pendek), perubahan pada tulang karena hiperaktifitas sumsum merah berupa deformitas dan fraktur spontan (terutama tulang panjang). Dapat pula mengakibatkan pertumbuhan berlebihan tulang frontal, zigomatik dan maksilaris. Pertumbuhan gigi biasanya buruk. IQ kurang baik apabila tidak mendapat tranfusi darah secara teratur dan menaikan kadar Hb. Anemia biasanya mulai muncul pada usia 3 bulan dan jelas pada usia 2 tahun. Gejala lain pada penderita thalassemia adalah jantung mudah berdebar-debar. Hal ini karena tugas hemoglobin membawa oksigen ke seluruhtubuh. Pada thalassemia, karena oksigen yang dibawa hemoglobin kurang, maka jantung juga akan berusaha bekerja lebih keras, sehingga jantung penderita akan mudah berdebar-debar. Lama kelamaan, jantung akan bekerja lebih keras, sehingga cepat lelah. Akibatnya terjadi lemah jantung. "Limpa penderita juga bisa menjadi besar, karena penghancuran darah merah terjadi di sana." Selain itu, sumsum tulang juga bekerja lebih keras, karena berusaha mengkompensir kekurangan hemoglobin. Akibatnya, tulang menjadi tipis dan rapuh. Jika kerusakan tulang terjadi pada tulang muka, misalnya, pada tulang hidung, maka bentuk muka pun

akan berubah. Batang hidung menjadi hilang/melesak ke dalam (facies cooley). "Ini merupakan salah satu tanda khas penderita thalassemia." Prognosis Thalasemia beta homozigot umumnya meninggal pada usia muda dan jarang mencapai usia dekade ke-3, walaupun digunakan antibiotik untuk mencegah infeksi dan pemberian chelating agent untuk mengurangi hemosiderosis (harga mahal). Di negara maju dengan fasilitas tranfusi yang cukup dan perawatan dengan chelating agents yang baik, usia dapat mencapai dekade ke-5 dan kualitas hidup yang lebih baik. Penatalaksanaan Pemberian tranfusi darah berupa sel darah merah diberikan jika kadar Hb telah rendah (kurang dari 6 g%) atau bila anak mengeluh tidak mau makan dan lemah sampai kadar Hb sekitar 11 g/dl. Kadar setinggi ini akan mengurangi kegiatan hemopoesis yang berlebihan dalam sumsum tulang dan juga mengurangi absorsi Fe dari traktus digestivus. Sebaiknya darah tranfusi tersimpan kurang dari 7 hari dan mengandung leukosit serendah-rendahnya. Pemberian tranfusi darah berupa sel darah merah diberikan jika kadar Hb telah rendah (kurang dari 6 g%) atau bila anak mengeluh tidak mau makan dan lemah sampai kadar Hb sekitar 11 g/dl.. Pemeriksaan Penunjang Pada talasemia mayor: Darah tepi di dapatkan gambaran hipokrom mikrositik, anisositosis, poikilositosis dan aanya sel target; jumlah retikulosit meningkat serta adanya sel seri eritrosit muda (normoblas). Hb rendah, resistensi osmotik patologis. Nilai eritrosit rata-rata (MC), volume eritrosit rata-rata (VER/MCV), hemoglobin eritrosit rata-rata (HER/MCH) dan konsentrasi hemoglobin eritrosit rata-rata (KHER/MCMC) menurun. Jumlah leukosit normal atau meningkat. Kadar besi dalam serum normal atau meningkat. Kadar bilirubin dalam serum meningkat. SGOT dan SGPT dapat meningkat karena kerusakan parenkim hati oleh hemosiderosis. Pada thalasemia minor: Kadar Hb bervariasi. Gambaran darah tepi dapat menyerupai thalasemia mayor atau hanya sebagian. Nilai VER dan HER biasanya menurun, sedangkan KHER biasanya normal. Resistensi osmotik meningkat.

BAB VI ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN ANEMIA APLASTIK

Anemia aplastik adalah anemia yang disebabkan terhentinya pembuatan sel darah oleh sumsum tulang (kerusakan susum tulang). (Ngastiyah.1997.Hal:359) Etiologi a. Faktor congenital : sindrom fanconi yang biasanya disertai kelainan bawaan lain seperti mikrosefali, strabismus, anomali jari, kelainan ginjal dan lain sebagainya. b. Faktor didapat - Bahan kimia : benzene, insektisida, senyawa As, Au, Pb. Obat : kloramfenikol, mesantoin (antikonvulsan), piribenzamin (antihistamin), santoninkalomel, obat sitostatika (myleran, methrotrexate, TEM, vincristine, rubidomycine dan sebagainya), obat anti tumor (nitrogen mustard), anti microbial. - Radiasi : sinar roentgen, radioaktif. - Faktor individu : alergi terhadap obat, bahan kimia dan lain lain. - Infeksi : tuberculosis milier, hepatitis dan lain lain. Keganasan , penyakit ginjal, gangguan endokrin, dan idiopatik. (Mansjoer.2005.Hal:494) Pengkajian a. Aktivitas / Istirahat Keletihan, kelemahan otot, malaise umum Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak Takikardia, takipnea ; dipsnea pada saat beraktivitas atau istirahat Letargi, menarik diri, apatis, lesu dan kurang tertarik pada sekitarnya Ataksia, tubuh tidak tegak Bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat dan tanda tanda lain yang menunjukkan keletihan b. Sirkulasi Riwayat kehilangan darah kronis, mis : perdarahan GI Palpitasi (takikardia kompensasi) Hipotensi postural Disritmia : abnormalitas EKG mis : depresi segmen ST dan pendataran atau depresi gelombang T Bunyi jantung murmur sistolik Ekstremitas : pucat pada kulit dan membrane mukosa (konjungtiva, mulut, faring, bibir) dan dasar kuku Sclera biru atau putih seperti mutiara Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran darah ke perifer dan vasokonsriksi kompensasi) Kuku mudah patah, berbentuk seperti sendok (koilonikia) Rambut kering, mudah putus, menipis C. Eliminasi Riwayat pielonefritis, gagal ginjal Flatulen, sindrom malabsorpsi Hematemesis, feses dengan darah segar, melena Diare atau konstipasi Penurunan haluaran urine

Distensi abdomen D. Makanan / cairan Penurunan masukan diet Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada faring) Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia Adanya penurunan berat badan Membrane mukusa kering,pucat Turgor kulit buruk, kering, tidak elastic Stomatitis Inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah E. Neurosensori Sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidakmampuan berkonsentrasi Insomnia, penurunan penglihatan dan bayangan pada mata Kelemahan, keseimbangan buruk, parestesia tangan / kaki Peka rangsang, gelisah, depresi, apatis Tidak mampu berespon lambat dan dangkal Hemoragis retina Epistaksis Gangguan koordinasi, ataksia F. Nyeri/kenyamanan Nyeri abdomen samar, sakit kepala G. Pernapasan Napas pendek pada istirahat dan aktivitas Takipnea, ortopnea dan dispnea

Diagnosa Keperawatan Perubahan perusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen / nutrisi ke sel. Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam anak menunjukkan perfusi yang adekuat Kriteria Hasil : Tanda-tanda vital stabil Membran mukosa berwarna merah muda Pengisian kapiler Haluaran urine adekuat Intervensi : Intervensi Rasional 1. Ukur tanda-tanda vital, observasi memberikan informasi tentang keadekuatan pengisian kapiler, warna kulit/membrane perfusi jaringan dan membantu kebutuhan mukosa, dasar kuku intervensi. dispnea, gemericik menunjukkan CHF 2. Auskultasi bunyi napas karena regangan jantung lama/peningkatan kopensasi curah jantung.

3. Observasi keluhan nyeri dada, palpitasi 4. Evaluasi respon verbal melambat, agitasi,

iskemia seluler mempengaruhi jaringan miokardial/potensial resiko infark. mengindikasikan gangguan perfusi serebral karena hipoksia vasokonstriksi (ke organ vital) menurunkan sirkulasi perifer mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan pengobatan/respons terhadap terapi. meningkatkan jumlah sel pembawa oksigen, memperbaiki defisiensi untuk mengurangi resiko perdarahan memaksimalkan transpor oksigen ke jaringan transplantasi sumsum tulang dilakukan pada kegagalan sumsum tulang/ anemia aplastik.

gangguan memori, bingung 5. Evaluasi keluhan dingin, pertahankan suhu lingkungan dan tubuh supaya tetap hangat. 6. Observasi hasil pemeriksaan laboratorium darah lengkap 7. Berikan transfusi darah lengkap/packed sesuai indikasi
8. Berikan oksigen sesuai indikasi

9. Siapkan intervensi pembedahan sesuai indikasi.

Diagnosis Keperawatan Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan / absorpsi nutrisi yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah (SDM) normal. Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam anak mampu mempertahankan berat badan yang stabil Kriteria hasil : Asupan nutrisi adekuat Berat badan normal Nilai laboratorium dalam batas normal Albumin : 4 5,8 g/dL Hb : 11 16 g/dL Ht : 31 43 % Trombosit : 150.000 400.000 L Eritrosit : 3,8 5,5 x 1012 Intervensi : Intervensi Rasional
1. Observasi dan catat masukan makanan anak 2. 3. 4. mengawasi masukan kalori atau kualitas kekurangan konsumsi makanan makan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan Berikan makanan sedikit dan frekuensi sering meningkatkan asupan nutrisi gajala GI menunjukkan efek anemia (hipoksia) Observasi mual / muntah, flatus. pada organ meningkatkan napsu makan dan pemasukan oral. Bantu anak melakukan oral higiene, gunakan Menurunkan pertumbuhan bakteri, sikat gigi yang halus dan lakukan penyikatan meminimalkan kemungkinan infeksi. Teknik yang lembut perawatan mulut diperlukan bila jaringan rapuh/luak/perdarahan. Observasi pemeriksaan laboratorium : Hb, Ht, mengetahui efektivitas program pengobatan, Eritrosit, Trombosit, Albumin mengetahui sumber diet nutrisi yang dibutuhkan

5.

6. Berikan diet halus rendah serat, hindari makanan pedas atau terlalu asam sesuai indikasi 7. Berikan suplemen nutrisi mis : ensure, Isocal

bila ada lesi oral, nyeri membatasi tipe makanan yang dapat ditoleransi anak. meningkatkan masukan protein dan kalori.

Diagnosis Keperawatan Konstipasi atau diare berhubungan dengan penurunan masukan diet; perubahan proses pencernaan. Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam anak menunjukan perubahan pola defekasi yang normal. Kriteria hasil : Frekuensi defekasi 1x setiap hari Konsistensi feces lembek, tidak ada lender / darah Bising usus dalam batas normal Intervensi : Intervensi Rasional
membantu mengidentifikasi penyebab / factor pemberat dan intervensi yang tepat bunyi usus secara umum meningkat pada diare dan menurun pada konstipasi. menurunkan distensi abdomen serat menahan enzim pencernaan dan mengabsorpsi air dalam alirannya sepanjang traktus intestina mempermudah defekasi bila konstipasi terjadi menurunkan motilitas usus bila diare terjadi

1. Observasi warna feces, konsistensi, frekuensi dan jumlah. 2. Auskultasi bunyi usus. 3. Hindari makanan yang menghasilkan gas. 4. Berikan diet tinggi serat 5. Berikan pelembek feces, stimulant ringan, laksatif sesuai indikasi. 6. Berikan obat antidiare mis : difenoxilat hidroklorida dengan atropine (lomotil) dan obat pengabsorpsi air mis Metamucil.

Diagnosis Keperawatan Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen (pengiriman) dan kebutuhan. Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam anak melaporkan peningkatan toleransi aktivitas. Kriteria hasil : Tanda tanda vital dalam batas normal Anak bermain dan istirahat dengan tenang Anak melakukan aktivitas sesuai dengan kemampuan Anak tidak menunjukkan tanda tanda keletihan Intervensi : Intervensi Rasional
manifestasi kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru untuk membawa jumlah oksigen adekuat ke jaringan. membantu menetukan intervensi yang tepat

1. Ukur tanda tanda vital setiap 8 jam 2. Observasi adanya tanda tanda keletihan : takikardia, palpitasi, dispnea, pusing, kunang kunang, lemas, postur loyo, gerakan lambat

dan tegang 3. Bantu anak dalam aktivitas diluar batas toleransi anak. 4. Berikan aktivitas bermain pengalihan sesuai toleransi anak

mencegah kelelahan meningkatkan istirahat, mencegah kebosanan dan menarik diri

Diagnosis Keperawatan Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh sekunder leucopenia, penurunan granulosit (respons inflamasi tertekan). Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam infek tidak terjadi. Kriteria Hasil : Tanda tanda vital dalam batas normal Leukosit dalam batas normal Keluarga menunjukkan perilaku pencegahan infeksi pada anak Intervensi Intervensi Rasional
demam mengindikasikan terjadinya infeksi. mengurangi resiko penularan mikroorganisme kepada anak. mencegah infeksi nosokomial lekositosis mengidentifikasikan terjadinya infeksi dan leukositopenia mengidentifikasikan penurunan daya tahan tubuh dan beresiko untuk terjadi infeksi

1. Ukur tanda tanda vital setiap 8 jam. 2. Tempatkan anak di ruang isolasi bila memungkinkan dan beri tahu keluarga supaya menggunakan masker saat berkunjung 3. Pertahankan teknik aseptik pada setiap prosedur perawatan. 4. Observasi hasil pemeriksaan leukosit.

a. b. c. d. e.

Evaluasi Keperawatan Mempertahankan perfusi jaringan adekuat Mempertahankan asupan nutrisi adekuat dan berat badan stabil Menunjukkan pola defekasi normal Mengalami peningkatan toleransi aktivitas Infeksi tidak terjadi BAB VII ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN IDIOPATIK TROMBOSITOPENIK PURPURA ITP adalah suatu keadaan perdarahan berupa petekie atau ekimosis di kulit / selaput lendir dan berbagai jaringan dengan penurunan jumlah trombosit karena sebab yang tidak diketahui. (ITP pada anak tersering terjadi pada umur 2 8 tahun), lebih sering terjadi pada wanita. ETIOLOGI a. Penyebab pasti belum diketahui (idiopatik). b. Tetapi kemungkinan akibat dari:

Hipersplenisme Infeksi virus. Intoksikasi makanan / obat (asetosal para amino salisilat (PAS). Fenil butazon, diamokkina, sedormid). Bahan kimia. Pengaruh fisi (radiasi, panas). Kekurangan factor pematangan (malnutrisi). Koagulasi intra vascular diseminata CKID. Autoimnue. JENIS ITP Akut.

a. b. c.

Awalnya dijumpai trombositopenia pada anak. Jumlah trombosit kembali normal dalam 6 bulan setelah diagnosis (remisi spontan). Tidak dijumpai kekambuhan berikutnya. Kronik Awitan tersembunyi dan berbahaya. Jumlah trombosit tetap di bawah normal selama penyakit. Bentuk ini terutama pada orang dewasa.

Kambuhan Mula-mula terjadi trombositopenia. Relaps berulang. Jumlah trombosit kembali normal diantara waktu kambuh. PENGKAJIAN Asimtomatik sampai jumlah trombosit menurun di bawah 20.000. Tanda-tanda perdarahan. Perdarahan berlebih setelah prosedur bedah. DIAGNOSA KEPERAWATAN

d. keletihan, kelemahan, malaise umum.

Gangguan pemenuhan nutrisi dan cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia. TUJUAN : Menghilangkan mual dan muntah Kriteria standar: Menunjukkan berat badan stabi INTERVENSI KEPERAWATAN Berikan Intervensi nutrisi yang adekuat Rasional secara Rasional : mencukupi kebutuhan kalori kecil dapat meningkatkan dapat

kualitas maupun kuantitas. setiap hari. Berikan makanan dalam porsi kecil tapi porsi lebih

sering. masukan yang sesuai dengan kalori Pantau pemasukan makanan dan timbang anoreksia dan kelemahan berat badan setiap hari. Lakukan konsultasi dengan ahli diet.

mengakibatkan penurunan berat badan dan malnutrisi yang serius. sangat bermanfaat dalam perhitungan dan penyesuaian diet untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pasien. dalam meningkatkan

Libatkan

keluarga

pasien

rasa

keterlibatannya,

perencanaan makan sesuai dengan indikasi memberikan informasi pada keluarga untuk memahami kebutuhan nutrisi pasien. Diagnosis keperawatan Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen dan nutrisi ke sel Tujuan: Tekanan darah normal; Pengisian kapiler baik ; Kriteria standart: Menunjukkan perbaikan perfusi yang dibuktikan dengan TTV stabil Intervensi keperawatan: Intervensi Awasi TTV, kaji pengisian kapiler. Rasional memberikan informasi tentang derajat/ keadekuatan perfusi jaringan dan membantu menentukan kebutuhan intervensi meningkatkan ekspansi paru dan memaksimalkan oksigenasi untuk kebutuhan seluler dapat mengindikasikan gangguan fungsi serebral karena hipoksia.

Tinggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi Kaji untuk respon verbal melambat, mudah terangasang.

Awasi upaya parnafasan, auskultasi bunyi nafas. Diagnosis Keperawatan : pembawa oksigen darah. Tujuan: Mengurangi distress pernafasan.

dispne karena regangan jantung lama / peningkatan kompensasi curah jantung.

Gangguan pemenuhan kebutuhan oksigen berhubungan dengan penurunan kapasitas

Criteria standart: Mempertahankan pola pernafasan normal / efektif Intervensi keperawatan: Intervensi Rasional perubahan (seperti takipnea, dispnea, penggunaan otot aksesoris) dapat menindikasikan berlanjutnya keterlibatan / pengaruh pernafasan yang membutuhkan upaya intervensi memaksimalkan ekspansi paru, menurunkan kerja pernafasan dan menurunkan resiko aspirasi meningkatkan areasi semua segmen paru dan mobilisasikan sekresi membantu meningkatkan difusi gas dan ekspansi jalan nafas kecil.

Kaji / awasi frekuensi pernafasan, kedalaman dan irama

Tempatkan pasien pada posisi yang nyaman Beri posisi dan Bantu ubah posisi secara periodic Bantu dengan teknik nafas dalam. Diagnosis Keperawatan

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan. Tujuan: Meningkatkan partisipasi dalam aktivitas. Kriteria standart: Menunjukkan peningkatan toleransi aktivitas. Intervensi keperawatan: Intervensi Kaji kemampuan pasien untuk melakukan keletihan manifestasi kardiopulmonal dari upaya Awasi TD, nadi, pernafasan Berikan lingkungan tenang jantung dan paru untuk emmbawa jumlah oksigen ke jaringan meningkatkan istirahat untuk menurunkan Rasional

aktivitas normal, catat laporan kelemahan, mempengaruhi pilihan intervensi

Ubah posisi pasien dengan perlahan dan pantau terhadap pusing

kebutuhan oksigen tubuh hipotensi postural / hipoksin serebral menyebabkan pusing, berdenyut dan peningkatan resiko cedera

You might also like