You are on page 1of 24

1. Pengertian Salep a.

Scovilles : 338 Salep adalah sediaan semi padat yang lembut biasanya biasanya mengandung bahan-bahan obat dimaksudkan untuk digunakan secara eksternal pada tubuh atau pada membran mukosa. b. FI IV : 18 Salep adalah sediaan setengah padat ditujukan untuk pemberian topical pada kulit atau selaput lendir. c. FI III : 33 Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai luar. Bahan obat harus larut atau tewrdispersi homogen dalam dasar salep yang cocok. d. RPS 18 th : 1518 Salep adalah sediaan setengah padat yang ditujukan untuk pemakaian luar pada kulit atau membran mukosal, biasanya tapi tidak selalu mengandung bahan obat.. e. DOP COOPER : 192 Salep adalah sediaan setengah padat untuk pemakaian pada kulit atau membran mukosa. f. Lachman : 534 Salep umumnya disusun dari hidrokarbon cair yang dicampur dalam suatu kelompok hidrokarbon padat dengan titik leleh yang lebih tinggi. g. DOM Martin : 822 Salep adalah suatu sediaan setengah padat yang menunjukkan karakteristik aliran plastis. 2. Macam Macam Sediaan Semipadat ( DOM :822) Bentuk sediaan semipadat tidak seperti sediaan cair dan sediaan padat, hampir semuanya berupa obat obat kulit. Bentuk bentuk sediaan ini maupun salep klasik, pasta, krim dan sediaan lainnya yang diresepkan seperti setata dan politices. Semahalnya dengan kebanyakan sediaan yang telah berkembang

luas sebagai suatu seni, sediaan dermatologik ( obat kulit ) semipadat tidak pernah didefinisikan dengan jelas. Apakah perbedaan salep dengan krim? Basis salep sejati, salep ai mawar, biasa disebut juga cream ( cream dingin). Pertimbangan penting dalam formulasi sediaan kulit adalah tingkat kepadatan, kemudahan mengalir, dan daya adhesif selama penggunaan pada kulit, karena sifat aliran berperan penting pada perbedaan antara berbagai sediaan kulit dari reologisnya dapat memberikan basis untuk defenisi yang penting. 1. lotio; dalam istilah reologi adalah sediaan cair yang menunjukkan karakteristik aliran nonnewtonial yang penting. Ketika digunakan pada kulit tidak memberikan kethnan ( nilai yield ) dan alirannya dibawah gravitasi. 2. krim adalah sediaan padat yang menunjukkan sifat aliran pseudoplastis yang penting ketika digunakan, krim mempunyai nilai yield yang sangat kecil tetapi tidak mengalir dibawah pengaruh gravitasi. Bagaimanapun penambahan sejumlah kecil gaya akan menghasilkan aliran daya segera, krim yang dapat dioleskan pada kulit, kemudian mengalir semakin meningkat dan dapat mendekati aliran lotion, setelah pengolesan mudah mengalir. 3. Salep adalah sediaan setengah padat yang mana menunjukkan karakteristik aliran plastis ketika salep digunakan, mempunyai nilai yield tertentu dan tahanan untuk mengalir kebawah pada pemakaian pada kulit secara berkelanjutan. 4. Pasta adalah sediaan setengah padat dermatology yang mana memperlihatkan aliran dilatum yang penting, ketika digunakan, pasta mempunyai nilai yield tertentu, daya alir meningkat dengan meningkatnya gaya pada pemakaian pasta seringkali dibuat dengan penambahan sejumlah yang sesuai dari serbuk yang tidak larut (biasanya 20 % atau lebih). Untuk basis salep konvensional mengubah aliran plastis dari salep menjadi aliran dilatan. 5. Serata adalah sediaan setengah padat yang mengandung lilin yang relatif tinggi dengan nilai yield yang sangat besar untuk memungkinkan

penggunaan pada kulit secara langsung serta seringkali disebar pada bahan dengan las kain sebelum digunakan. 6. Plaster adalah sediaan padat atau semipadat yang tidak disebar pada temperatur kamar dibuat dengan melebur massa dan menyebar hasil leburan pada bahan alas. 7. Kataplasma/ Plastis adalah didefinisikan sebagai massa basah dari bahan padat yang ditujukan pada kulit untuk mengurangi peradangan dan beberapa keadaan untuk aksi sebagai kontrer iritan. Menurut sejarah, poultis disusun dari tanah liat seperti kaolin dan flokseed. 2. Struktur Kulit ( Presc : 233 ) Struktur kulit manusia dewasa sangat kompleks. Ini dapat di klasifikasikan dalam 3 lapis : 1. Epidermis ( kutikula ) 2. Dermis ( korium atau kulit sebenarnya ) 3. Jaringan subkutan ( hypodermis ) Lapisan ketiga seringkali dipertimbangkan sebagai suatu bagian dari dermis dan terdiri dari jaringan serabut subkutan dan sel adipose. Karena epidermis adalah bagian eksternal atau permukaan terluar dari kulit yang merupakan tempat penggunaan dari kosmetik atau sediaan obat topical dan oleh karenanya hal ini menarik untuk ahli farmasi dan ahli dermatology. Berbagai ketebalan epidermis dari kira kira 1 mm pada kelopak tangan dan tumit dari kaki mencapai 0,1 mm atau kurang pada bagian wajah dari badan. Epidermis tertutup dengan lapisan permukaan yang mengandung lipid yang teremulsi. Lapisan terputus dan menyebabkan penghambatan thd penetrasi molekul. Bagian epidemis dibagia atas 5 bagian : 1. Stratum korneum atau lapisan tanduk 2. Stratum lucidum, kadang kadang desebut lapisan penghalang 3. Stratum granulosum atau lapisan granular 4. Stratum malphigi, lapisan sel berduri

5. stratum germinativum, lapisan sel basal harus diingst bahwa pewmbagian ini menggambarkan perpindahan struktur sel menuju permukaan daripada lapisan terpisah jelas. Lapisan tergabung ke salah satu lainnya hampir tidak terlihat. Stratum korneum atau lapisan tanduk terdiri atas beberpa lapis sel pipih yang tersusun di keratin. Lapisan ini sangat tebal pada tumit dan telapak tangan (0,6 0,8 mm) dan terkecuali lapisan tipis pada wajah. Lapisan tanduk atau lapisan kuat dan relatif tidak sensitive untuk selanjutnya terbuka dan terganti. Sel sel yang mati secara tetap terkelupas, terganti oleh pembentukan lapisan tanduk dari sel sel lainnya yang tersusundari germinal atau basal, lapisan dan berkembang dari bawah. Komposisi kimia dari stratum korneum adalah protein 85 % ( kira kira larut air, 65 % keratin atau protein sitoplasma dan 5 % membran protein), 7 X 9 % lipid ( 16 18 ) jenuh dan asam bebas tak jenuh dan ester, trigliserida, dan kolesterol dan sterol, lainnya : 6 8 % (mocopolisakarida, karbohidrat, murni asam amino lipid). Lapisan lemak menutupi stratum korneum biasanya mempunyai pH 4,5 6,4 sesuai daerah yang digunakan dengan pH pada wanita biasanya agak lebih tinggi ( kurang asam ) daripada pria. Perubahan drastic dari pH dinamakan mantel asam, mungkin memiliki kemapuan lebih rendah dari kulit untuk menghalngi serangan bakteri, karena lapisan tanduk tersusun dari keratin dalam jumlah besar, protein yang mengabsirbsi sejumlah besar air dan senyawa polar lainnya, mungkin menjadi tempat untuk penetrasi dengan denmikian pentingnya gradien konsentrasi max hanya berada diatas stratum lucidum. Penetrasi seperti ion dan pewarna mungkin terlihat untuk stratum korneum jadi menghalangi penetrasinya melebihi rongga dari polikel rambut. Kemampuan dari keratin epidermal untuk mengabsrbsi air mungkin mengpengaruhi penetrasi dalam jalur lain. Ketika lapisan tanduk terhidrasi dengan baik. Senyawa hidrofilik, hidrofobik dapat berpenetrasi kestratum lucidum dengan segera. Jadi absorbsi perkutan dari beberapa senyawa mungkin dikatakan oleh fermulasi farmasetik yang menghasilkan lapisan pelindung pada permukaan kulit. Penutupan kulit dengan lapisan pelindung

seperti membungkus dengan lapisan plastis, untuk menghasilkan lapisan dengan tingkat yang lebih daripada yang diperoleh dengan salep. Efek perlindungan dihubungkan terhadap hidrasi yang lebih tinggi dari stratum korneum dan untuk meningkatkan suhu permukaan pada kulit. 4. Jalur Penetrasi ( Presc : 235 ) Berneremer menggambarkan jalur penetrasi yang mungkin dan melalui kulit yang tidak pecah. 1. Antar sel sel dari stratum korneum 2. Melewati dinding partikel dari rambut 3. melewati kelenjar keringat 4. melewati kelenjar sebaseus 5. melewati sel sel dari stratum korneum Treeger mengatakan bahwa rute masuknya bahan bahan kedalam atau melalui kulitadalah epidermis itu sendiri. Bahan penetrasi bergerak diantara sel sel mungkin melewati dibandingkan melalui struktur pelngkap yaitu folikel rambut dan kelenjar keringat. Treeger menganggap tahanan untuk masuk sehingga sifat dari matriks sel sel keratin dari epidermis, tidak sempurna jika proses aktif. Sisa dari sel sel keratin dari kulit manusia atau pengelupasan kulit lebih permeabilitas daripada kulit normal terhadap air, antiseptik local dan ion pengendapan setiap pengelupasan salah satunya menghilangkan beberapa dari bahan impermeable dan atau kerusakan pada tingkat yang lebih rendah. Lapisan terakhir dari sel yang terstratifikasi dihilangkan dengan pengelupasan berturut turut, permeabilitas dari sisa kulit meningkat dengan cepat. Peningkatan ini mungkin merupakan hal untuk mengurangi kekerasan dari sisa kulit dan atau menandakan bahwa lapisan yang lebih rendah dari stratum korneum hilang oleh pengelupasan kadang kadang telah terrtutupi dengan rapat atau mendekati rapat seperti pada seluruh kulit. 5. Faktor-faktor yang mempengaruhi penetrasi

Menurut Prescription (235) Faktor-faktor berikut harus dipertimbangkan dalam beberapa absorpsi perkutan: 1) Kondisi kulit 2) Kelarutan penetrasi 3) Konsentrasi penetran 4) Hidrasi kulit 5) Pembawa 6) Pelarut 7) Faktor lain Kondisi Kulit Kerusakan kulit seperti yang disebabkan oleh tergores, melepuh, terpotong, dan lain-lain dan proses modifikasi kulit seperti eksim dan hipermia dikenalsebagai yang mempengaruhi permeabilitas yaitu ada tanda peningkatan dalam penetrasi obat seperti trauma. Perawatan kulit dengan keratolitik atau dengan pelarut organik seperti aseton, alkohol atau heksan dapat meningkatkan permeabilitas epidermis terhadap air, efeknya bervariasi dengan bahan keratolitik yang digunakan dan lamanya waktu epidermis terpapar terhadap pelarut organik. Kelarutan penetran Sifat kelarutan dari penelitian mungkin lebih penting dalam ukuran molekul dalam penetran terhadap kemampuan berpenetrasi pada kulit, walaupun molekul memerankan beberapa bagian dalam penentuan kecepatan penetrasi dari bahan-bahan melalui kulit. Molekul-molekul sekecil helium melalui kulit dengan sangat cepat, sedangkan molekul yang besar seperti serum albumin manusia melalui kulit sangat lambat. Menurut Tregear dengan range yang sempit dari ukuran molekul tak ada hubungan antara ukuran dan kecepatan penetrasi. Konsentrasi Penentran

Shellnire menemukan bahwa faktor utama yang mempengaruhi penetrasi ttotal dari penggunaan obat adalah hidrasi kulit, konsentrasi penetran, dan keadaan larutan dalam pembawa dan waktu kontak dari sediaan obat pada kulit. Menurut Higuchi, untuk semua penetran kecepatan penetrasi dikontrol dengan kekurangan permeabilitas kulit. Jika satu pendapat bahwa pembawa yang mengandung penetran tak cukup besar mempengaruhi kulit kemudian kecepatan penetrasi perkutan adalah maksimum untuk penetran yang mempunyai kemungkinan potensial termodinamik lebih tinggi. Jika aktivitas termodinamik dari penetran dalam pembawa berbeda disebut konstan, kemudian kecepatan dari penetran dalam suatu pembawa tidak konstan. Ini bervariasi dengan sifat pelarut untuk penetran dan konsentrasi-konsentrasi dari penetran-penetran, kemudian semua pembawa mengandung penetran dalam suspensi (sediaan yang mempunyai obat padat dalam kesetimbangan larutan sejati) tidak menghasilkan kecepatan penetrasi yang sama karena walaupun karena jika saturasi melibatkan kecenderungan molekul untuk bersatu. Jumlah dari molekul dalam larutan adalah faktor penting karenaperubahan dalam arah yang diberikan melalui suatu membrane (kulit) tergantung pada konsentrasi (tepatnya aktivitas) dalam fase awal (pembawa). Aktivitas meningkat terhadap kejenuhan pembawa. Aktivitas adalah faktor yang penting dibandingkan beberapa konsentrasi mutlak dan kemudian untuk konsentrasi yang diberikan dari penetran, pembawa yang mempunyai afinitas lebih rendah untuk penetran secara normal menghasilkan penetrasi lebih cepat saat kelarutan dilebihkan dalam semua pembawa. Reduksi ukuran partikel dari penetran tersuspensi mempengaruhi penetrasi. Higuchi menitikberatkan pada gradient konsentrasi yang besar dapat dikembangkan dalam fase salep (langkah control kecepatan adalah fase penggunaan dibandingkan dalam penghalang kulit),

seperti pengembangan dalam hal mempengaruhi absorpsi oleh kulit terluka atau penetran yang kelarutannya lebih tinggi disuspensikan dalam basis salep. Dalam pengujian matematiknya pada bagian yang terakhir. Higuchi menunjukkan bahwa kecepatan penetran dari salep tipe suspensi dapat diatur dengan mengontrol konsentrasi penetran, kelarutan dari penetran (Jika bagian basis berair digunakan, kelarutan dapat divariasikan dengan mengubah pH efektif dari pembawa untuk yang tidak larut dalam dasar obat) dan konstanta difusi dari penetran dalam pembawa (Pengurangan viskositas pembawa harus menghasilkan peningkatan koefisien difusi untuk obat). Hidrasi Kulit Higuchi menyatakan bahwa karena air diserap baik khusus oleh protein dari degradasi protein menghasilkan kandungan terluar dari kulit. Perubahan sifat dari beberapa lapisan adalah mungkin dipengaruhi secara kuat dengan adanya air. Dengan menggunakan gliseril monostearat sebagai penetran dan membrane artificial sebagai penghalang. Higuchi mendemonstrasikan hubungan antara pada permeabilitas permeabilitas dan kelembaban relatif. Pada kelembaban permeabilitas yang rendah secara relatif tidak sensitif kelembababan relatif sedangkan pada kelembaban relatif mendekati 100%, kecepatan penetrasi menjadi sangat tergantung pada aktivitas air. Higuchi menghubungkan hal ini dengan inhibisi air oleh fase penghalang yang dapat terpapar tekanan air yang disaturasi dan akibat perubahan dalam konsentrasi hidrasi dan koefisien aktivitas penetran. Shelmire menyimpulkan bahwa faktor penting dalam penetran kecepatan difusi penetran dari pembawa ke permukaan kulit adalah derajat hidrasi pada antarmuka kulit, pembawa dan temperature pembawa dengan sekresi kulit. Pembawa

Literatur kedokteran dan farmasi penuh dengan laporan yang bertentangan pada pentingnya pembawa dalam absorpsi perkutan dari penetran. Barr dalam artikel pengulangan pada absorpsi perkutan, mendiskusikan beberapa lapisan yang berlawanan ini. Satu yang harus diingat, studi absorpsi perkutan yang dicoba dalam hewan yang permeabilitas kulitnya yang berbeda dibandingkan dengan manusia. Sebagai contoh, walaupun folikel rambut tidak dipertimbangkan sebagai rute terpenting dari masalah penetran pada manusia, kebanyakan mamalia mempunyai lebih banyak rambut dari kulit pada manusia. Kemudian dalam manusia, daerahdari epitalium dengan folikel rambut kecil relatif pada kulit. Perhitungan yang sama mutu kulit kelinci atau kuda menunjukkan bahwa lebih banyak epitalium folikel rambut dari pada yang menutupi permukaan kulit. Jadi, mamalia tertentu , potensial untuk penetrasi melalui folikel rambut sangat besar. Kenyataannya permeabilitas dari kulit penjerat untuk beberapa bahan bermacam-macam adalah 3-5 kulit manusia. Selanjutnya kebanyakan studi dihubungkan dengan penggunaan kulit manusia adalah hanya untuk ppenetran khusus misalnya asam salisilat dan Iodin atau kalium Iodida.

Pelarut Higuchi berpendapat bahwa penggunaan beberapa pelarut dinampakkan menyebabkan perubahan penandaan dalam tahanan penghalang kulit terhadap penetrasi. Menurut Rothman bahwa penyerapan beberapa bahan larut air dan larut lemak ditunjukkan melalui pelarut organik yang melarutkan atau modifikasi lapisan jaringan dalam epidermis telah didirikan. Beberapa pelarut polar seperti propilenglikol telah ditemukan untuk memperlambat penetrasi atau mempunyai pengaruh. Ini mungkin disebabkan oleh konsentrasi propilenglikol yang digunakan dalam pembawa dan kelarutan penetran dalam propilenglikol. Aktivitas termodinamik dari penetran akan meningkat sampai jenuh dari pembawa oleh karena itu selalu diharapkan konsentrasi propilenglikol pada invitri Haocinolene asetonida dan ester asetat. Hasilnya menunjukkan bahwa pelepasa maksimal pada konsentrasi yang diberikan pada steroid diperoleh pada pembawa yang kira-kira mengandung sejumlah minimum dari propilenglikol yang dibutuhkan melarutkan steroid secara sempurna.. penurunan pelepasa steroid saat kelebihan propilenglikol ada untuk meningkatkan afinitas pembawa untuk steroid. Saat sejumlah propilenglikol ada tidak cukup untuk melarutkan semua steroid kemudian difusi ke dalam fase reseptor (analog dengan kulit in vivo) menjadi batas kecepatan disolusi dan kecepatan pelepasan dikurangi. Faktor Lain Tempat pengolesan dan lama pengolesan ketika kontak merupakan faktor yang mempengaruhi absorpsi penetran perkutan. Obat yang berpenetrasi ke dalam stratum korneum ketika lapisan keratin terluar tipis. Menurut Shelmire, kecepatan absorpsi berbanding langsung dengan ketipisan kulit yang menghalang dan luas absorpsi berbanding langsung ke daerah kulit yang tertutupi oleh salep.

Meskipun secara in vitro kulit telapak tangan lebih permeabel terhadap air disbanding kulit tangan, iodin berpenetrasi pada kulit telapak tangan hanya 1/3 dari kecapatan penetrasi kulit lengan nsecara in vivo menggunakan tri n-butil fosfat. Mannuli menujukkan bahwa secara in vitro kulit plantar berpenetrasi lebih lembut dari pada kulit daerah lain, ia juga menujjukkan bahan kulit postanicular dan serotal paling permeabel terhadap tri-n-butil fosfat. Blank, dkk membandingkan permeabiliats kulit serotal dan abdominal dengan hydrogen sulfide, asam salisilat dan tekanan uap. Bahan-bahan tersebut menunjukkan bahwa kulit serotal lebih permeabel dibandingkan kulit abdominal dari bahan ini. Secara umum kualitatif obat yang diserap dibanding dengan waktu pembawa berkontak dengan kulit. Bagaimanapun juga hal ini dipengaruhi oleh perubahan konsentrasi obat yang akan merubah derajat hidrasi kulit dan penyerapan air dari emulsi pembawa. Macknion menunjukkan bahwa laju penetrasi dari suatu pengobatan menurun dengan waktu karena jaringan jadi jenuh oleh obat. 6. Komposisi salep Menurut Dop Cooper (192) Basis biasanya anhidrous dan secara umum mengandung satu atau lebih bahan obat dalam suspensi atau larutan. Menurut Lachman (539) Penggunaan dari bahan-bahan pada kulit yang kasar seperti emolien, pengemulsi, lemak, minyak, lilin, derivat selulosa, humektan, derivat lanolin dan basis absorbsi air mempunyai pengetahuan khusus dari hasil spesifik. 7. Pembagian salep Menurut Scovilles (339) Salep diklasifikasikan menurut:

I.

Sifat terapeutik berdasarkan penetrasinya (1) Salep epidermik: ditujukan semata-mata untuk aksi pada permukaan dan bereaksi sebagai pelindung antiseptik, astringen, counter iritan, dan parasitis. Secara umum basis yang digunakan adalah petrolatum. (2) Salep endodermik ditujukan untuk melepaskan bahan obat yang berpenetrasi kedalam tapi tidak melalui kulit. Salep endodermik diabsorbsi sebagian dan bereaksi sebagai emolien, stimulan dan iritan lokal. Basis salep yang paling baik untuk kelas ini adalah minyak nabati dan lemak alami. (3) Salep diadermik ditujukan untuk melepaskan obat yang menembus melalui kulit dan menghasilkan efek dasar. Ini tidak umum dan termasuk penggunaan khusus dari obat-obat yang sama seperti senyawa merkuri, iodida dan belladonae. Basis diadermik yang paling baik adalah lanolin anhidrat, lanolin hidrat dan minyak teobroma.

II. Komposisi dan sifat umum farmasetik (1) Salep hidrofobik; salep dengan basis berminyak. Mengandung campuran lemak-lemak, minyak dan wax dan dapat dicuci dengan air. (2) Salep hidrofilik; salep dengan sifat mempunyai jumlah air yang agak banyak walaupun biasanya emulsi minyak dalam air dengan konsistensi ringan dari pada salep hidrofobik. Salep ini dapat juga menjadi air dalam minyak, campuran yang mengandung sterol dari petrolatum. Emulsi m/a lebih mudah dibersihkan dari kulit dengan air. Menurut Prescription (230) Goodman mengklasifikasikan salep menurut derajat penetrasi pada penggunaan di kulit sebagai:

(1) Salep epidermik, atau menunjukkan sedikit atau tidak mempunyai kekuatan penetrasi kedalam kulit. Kelompok ini dimasukkan kedalam basis oleogenous dan basis hidrokarbon. (2) Salep endodermik, atau menunjukkan mempunyai kekuatan penetrasi kedalam kulit. Basis kelompok ini adalah lanolin dan minyak tumbuh-tumbuhan. (3) Salep diadermik, atau menunjukkan penetrasi kulit mengizinkan atau mendorong absorbsi sistemik dari bahan aktif yang tergabung dalam basis. Tipe emulsi dan basis larut air termasuk kelompok ini. Klasifikasi ini tidak logis karena absorbsi dapat sedikit basis salep tergantung pada kelarutan dari obat, luas hidrasi dan kondisi dari kulit. Menurut American Pharmacy (317) Salep, pasta, obat penawar, serata dan plaster dikelompokkan bersama-sama menurut kesamaan sifat farmasetisnya, sama baiknya dengan kesamaannya dalam tujuan terapeutis. Sediaan lemak berminyak diketahui sebagai emolien (dari bahasa latin emoline, menjadi lembut) seperti digunakan untuk aksi lokal pada kulit. Sediaan ini digunakan sebagai: 1) Pelindung 2) Bahan pelembut atau membuat kulit lebih lunak, dan 3) Pembawa atau carier untuk obat yang lebih aktif. Pada kasus yang terakhir, sediaan tersebut dapat sebagai pembawa untuk obat-obat yang mempunyai tujuan utamanya sebagai aktif lokal yang mana diinginkan utamanya pelepasan yang lambat pada obat dari basis selama periode waktu yang lama, atau mungkin digunakan sebagai pembawa untuk obat dari absorbsi dan efek sistemik diinginkan. Pada kasus ini, salep seharusnya digosok melalui kelenjar sebaseus. Salep diklasifikasikan paling baik menurut tipenya (berdasarkan komposisinya) I. Basis salep Oleogenesis

1. Anhidrous 2. Tidak segera menyerap air (hidrofobik) 3. Tidak larut dalam air 4. Tidak tercuci II. Basis salep absorbsi 1. Anhidrous 2. Akan menyerap air (hidrofilik) 3. Tidak larut air 4. Kebanyakan tidak tercuci III. Basis salep emulsi A. Emulsi tipe w/o 1. Hidrous 2. Akan menyerap air 3. Tidak larut air 4. Tidak tercuci 5. Emulsi w/o B. Emulsi tipe o/w 1. Hidrous 2. Akan menyerap air 3. Tidak larut air 4. Tercuci 5. Emulsi o/w IV. Basis salep larut air 1. Anhidrous 2. Akan menyerap air 3. Larut air 4. Tercuci 5. Berminyak Menurut Dop Cooper (192) Salep diklasifikasikan menurut penggunaan :

Obat jerawat resorsinol, sulfur. Antibiotik basitrasin, klortetrasiklin, neomisin. Bahan antifungi asam benzoat, asam salisilat, zink undecenoat. Bahan antiinflamasi betametason valerat, flusinolonasetanid, hidrokortison, hidrokortison asetat, triamsinolon asetonid. Antipruritik (obat penghilang gatal-gatal) benzokain, coal tar. Antiseptik merkuri amoniakal, ZnO. Astringen calamin, cairan hamantelis, ZnO. Counter iritant capsicum, oleoresin, iodin, metil salisilat. Pengobatan dandruff asam salisilat. Keratolitik (obat penghilang keratin) resorsinol, asam salisilat, sulfur. Parasitisida sulfur. Protektif calamin, ZnO. Pengobatan prosiasis coal tar, kortikosteroid, dithranol, asam salisilat. 8. Efek lokal Menurut Prescription (229) Pengobatan topikal diresepkan untuk menghasilkan efek khusus yang bermanfaat, efek dasar dari kebanyakan bahan yang digunakan pada kulit diindikasikan dengan nama generiknya. Bahan antipruritik menghilangkan gatal-gatal dengan berbagai cara. Umumnya digunakan bahan dan kekuatan termasuk mentol 0,25%, fenol 0,5%, champor 2% dan coal tar 5-10%. Keratoplastik cenderung meningkatkan ketebalan lapisan tanduk. Asam salisilat 1-2% adalah contoh bahan keratoplastik, sedangkan bahan yang lebih kuat dari bahan asam salisilat adalah keratolitik. Keratolitik, bahan keratolitik mengangkat atau melembutkan lapisan tanduk. Umumnya digunakan bahan dari tipe ini termasuk

asam salisilat 4-10%, resorsinol 2-4%, dan sulfur 4-10%. Bahan perusak yang kuat adalah trikoloroasetat dengan kekuatan penuh. Bahan eksimatis, menghilangkan keringat dan ekskresi vaskular dengan beberapa cara, beberapa dapat bertindak sebagai pelindung, keratolitik dan antipekritik umumnya bahan antieksim termasuk 25% dan hidrokarbon dan derivatnya 0,5-1% dicampur dengan lotion atau salep. Antiparasit, menghancurkan atau menghambat pertumbuhan dan gangguan mikroorganisme. Bahan dari tipe ini termasuk benzil benzoat 10-30% emulsi atau lotion, salep sulfur, N-etilOerotonolotomedin 10% dan gamma benzil klorida. Bahan antibakteri dan antijamur manghancurkan atau menghambat bakteri dan jamur. Umumnya bahan yang digunakan termasuk iodoklorhidrosiquin 3% dan antibiotik seperti basitrasin 500 unit/gm, salep tetrasiklin HCl 3% dan krim kloromiktin. Bahan antijamur termasuk salep benzoat dan asam salisilat, asam andekonoat dan ankadikanoat adalah basis bervariasi, krim tolnaftat 2% dan krim mistatin 100.000 unit/gm. Antiseborrheis adalah bahan yang meringankan seborhoa (kelebihan penyaluran sebum dari kelenjar) dengan aksi yang bervariasi yaitu anti pruritik, resistinol, dan salep sulfur, salep asam dan bahan ini. Emolien adalah bahan yang melembutkan permukaan kulit, basis mineral, petrolatum putih dan krim a/m adalh contoh sebagai bahan ini. 9. Pengertian basis Menurut Scovilles (340) Basis salep adalah bahan atau bagian dari salep yang berperan sebagai carrier atau pembawa untuk obat. Kenyataannya basis salep dapat dikatakan sebagai salep tanpa adanya obat didalamnya.

10. Syarat-syarat basis yang ideal Menurut American Pharmacy (320) Menurut Beeler, beberapa peneliti telah menggambarkan basis yang ideal seperti yang ditunjukkan dengan sifat fisika kimia dibawah ini: Stabil Netral dalam reaksi Tidak berminyak Aksi tidak berkurang Tidak mengiritasi Tidak mendehidrat Tidak higroskopik Dapat dicuci dengan air Dapat bercampur dengan semua bahan obat Bebas dari bau yang tidak enak Tidak meninggalkan noda Efisien pada kulit kering, berminyak/lembab Dapat menjadi medium yang dapat larut secara kimia dan lemak/air Dapat merupakan sediaan stok untuk penggunaan selanjutnya Tersusun atas bahan kimia yang diketahui komponennya Dapat menyimpan sekurang-kurangnya 50% air Mudah dicampur oleh farmasis Melebur/melembut pada suhu tubuh 11. Pemilihan basis Menurut Scovilles (339) Banyak faktor yang termasuk dalam seleksi basis salep. Sifat alami bahan obat yang dicampurkan, kestabilannya dan aksi terapetik

yang diinginkan adalah sangat penting. Sebagai contoh obat yang terhidrolisis dengan cepat lebih stabil dalam basis hidrokarbon daripada dalam basis yang mengandung air, walaupun dapat lebih efektif pada yang terakhir. Faktor penting lainnya adalah karakteristik umum dari kulit pasien apakah kering atau berminyak, terang atau gelap, daerah kulit yang terluka apakah berambut atau tidak, jenis luka ada apakah kering atau basah. Efek kimia dari pembawa pada obat dan obat pada pembawa dan aksi dari pembawa pada kulit. Menurut FI IV (18) Pemilihan dasar salep tergantung pada beberapa faktor seperti khasiat yang diinginkan, sifat bahan obat yang dicampurkan, stabilitas kjetahanannya sediaan jadi. Dalam beberapa hal perlu menggunakan dasar salep yang kurang ideal untuk mendapatkan stabilitas yang diinginkan, misalnya obat yang cepat terhidrolisa lebih stabil dalam dasar salep hidrokarbon dari pada dasar salep yang mengandung air. Meskipun obat tersebut bekerja dalam dasar salep yang mengandung air. Menurut Parrot (365) Salep harus stabil secara kimia dan fisika, campuran obat harus terdistribusi seragam sebagai salep yang diinginkan untuk kulit sensitif, penyakit kulit atau kulit rusak, setiap bahan yang tidak larut harus dikuraqngi sampai ukuran cukup kecil untuk mencegah rasa berpasir atau iritasi. Viskositas dari salep harus memungkinkan untuk mudah dikeluarkan dari tube dan mudah digunakan selama masih melekat pada kulit. Jika salep disimpan pada lingkungan yang cukup hangat untyk melunakkan salep, serbuk yang tidak larut dapat menyerap dari salep tipe suspensi dari fase terdispersi dapat memisah dalam salep tipe emulsi. 12. Pembuatan Salep Salep disiapkan oleh tiga metode umum: Pencampuran mekanik dari bahan-bahan, peleburan, dan reaksi kimia. Metode pertama digunakan

jika lemak lembut dan bahan minyak sebagai basis, metode kedua digunakan jika lilin dan bahan-bahan yang mempunyai titik lebur lebih tinggi dicampur, dan metode ketiga adalah salah satu metode tertentujika dibuat salep yang khusus. Penyiapan dengan pencampuran Mekanik Hal ini dapat dibentuk oleh triturasi bahan-bahan dalam lumpang sampai diperoleh salep yang lembut, atau dengan menggosokkan bahan-bahan tersebut pada papan salep dengan spatula. Metode yang diguankan tergantung pada pilihan pribadi, tetapi prosedur yang lebih akhir digunakan paling dipertimbangkan mengenai palin mudahnya dan paling baik karena partikel-partikel yang tidak halus lebih mudah ditekan keluar dan salep lebih mudah dan sempurna dipindahkan dari papan dari pada lumpang dan alu. Papan juga lebih baik karena tidak mengabsorbsi dan mudah dibersihkan. Dua papan yang sesuai pada sisi bawah yang satunya dicat hitam dan pada posisi bawah yang lain dicat putih, jadi salep berwarna cerah dapat dibuat pada latar belakang yang berwarna gelap, dan salep yang berwarna gelap pada sisi latar belakang yang berwarna cerah, jadi pembuatannya mudah diamati pada waktu pencampuran. Lumpang lebih dipilih jika banyak cairan yang dicampurkan atau kadang kala jika salep yang sangat kental atau serata dicampurdengan salep yang lembut. Pada kasus dimana salep yang kental harus lebih dahulu ditriturasi dengan jumlah yang kecil (setengah sampai sama dengan massa padat) dari bahan yang lembut sampai tercampura baik, kemudian sisanya harus dicampurkan. Selama pencamputran yang pertama, lemak yang keras akan menjadi lembut dengan triturasi, pembuatan selama pencampuran menjadi lebnih mudah. Metode yang sama harus diikuti jika pencampurannyapada papan. Salep yang berpasir tidak disukai dalam farmasi dan sering mengiritasi jika digunakan pada permukaan lembut dan sensitif. Ahli farmasi tidak boleh menyimpan salep kecuali salep tersebut telah lembut dengan sempurna dan homogen. Untuk menyiapkan salep yang

memuaskan sering memakan banyak waktu dan keterampilan tetapi hasil akhir seringkali menjadi lebih buruk. Levigasi adalah proses dimana sangat membantu ahli farmasi dalam penyiapan salep yang lembut. Levigasi mungkin dapat didefinisikan sebagai sebuah proses dimana bahan padatan ditriturasi dengan cairan dimana ia tidak larut, jadi pembuatannya terbagi halus dan sering menyebabkan butir-butir pada salep. Mungkin contoh terbaik adalah nilai dari proses ini menggambarkan penyiapan salep yang mengandung ZnO. Levigasi pertama adalah ZnO dalam jumlah yang kecil dari pasta lembut gliserin diperoleh dimana dapat masuk lebih mudah pada basis lemak. Perhatian harus diberikan untuk mendapat hanya jumlah kecil dari cairan levigasi, bagaimanpun, karena gliserin dalam (salep Merkuri amoniak) garam adalah pertama digosok menjadi serbuk yang halus dengan sedikit minyak mineral, sebagian untuk mendapat bentuk halus dari bagian dan sebagian karena garam dapat dikurangi oleh penggesekan jika usaha dalam membuat serbuk halus dalam bentuk yang kering. Salep yang paling baik diperoleh jika bahan obat berada dalam bentuk larutan dan koloid. Farmakope Inggris mengarah pada oculenta untuk mata, dapat disiapkan dalam penyiapan dengan melarutkan garam yang dilarutkan dalam sejumlah kecil air dan pencampurannya dengan basis dari 9 bagian petrolatum dan 1 bagian lemak domba. Dalam penyiapan salepdengan metode mekanik, spatula karet sebagai alat tidak boleh dilupakan. Sering pengobatan dipengaruhi oleh logam yang mungkin diresepkan, sering kontak dengan spatula logam yang cukup dapat menyebabkan penghilangan warna atau kerusakan awal. Seperti campuran asam salisilat dan salisilat, asam tannat dan beberapa pewarna oraganik harus tidak tercampur dengan spatula karet. Spatula logam tentunya lebih kuat dan memberikan pencampuran salep yang kental, jika menggunakan karet spatula diindikasikan bahan pencampur harus digunakan walaupun diperlukan kerja yang lebih keras untuk memperoleh hasil yang lembut.

Sebaiknya keseringan untuk menambahkan bahan pengental pada salep untuk meningkatkan konsistensi. Meskipun kebanyakan bahan yang umum digunakan seperti parafin, lilin putih dan kuning, spermaseti, ceresin dan lilin carnauba, kecenderungan untuk membuat salep yang keras daripada yang lain. Banyak formula salep yang mengandung campuran 2 atau lebih bahan ini. Bahan lain yang digunakan dalam basis salep juga sebagai pelarut, atau bahan pengental atau bahan yang memberikan beberapa sifat spesifik yaitu minyak nabati, lemak, minyak kelapa, dan minyak coklat. Minyak olive, minyak biji kapas, minyak almond terperas, minyak persik, dan minyak kacang cenderung kearah ketengikan. Minyak kelapa khususnya digunakan dan menyebar lebih mudah pada kulit, masih membuat salep keras menjaga sifat yang baik, minyak coklat kadang-kadang digunakan sebagai sediaan emolien dan salep kosmetik tertentu. Pembuatan dengan penggabungan Ketika krim, stearin, rosin, phenol atau bahan keras lain yang tidak bergabung dengan lemak lembut. Hal ini diperlukan untuk melebur keduanya dan lemak lembut untuk kelembutan, campuran yang homogen. Seperti campuran yang mempunyai titik lebur sedang antara kedua bahan tersebut. Jika jumlahnya sama, biasanya lebih dekat dengan titik lebur yang lebih rendah daripada yang lebih tinggi. Pencampuran bahan ini diikuti aturan yang tetap yaitu peleburan bahan yang mempunyai titik lebur yang paling tinggi pertama, kemudian ditambahkan dengan yang mempunyai titik lebur tinggi berikutnya. Tidak ada tempat bahan dingin bersama-sama dalam panci atau loyang dan mencoba untuk melebur semuanya satu kali karena ketika hal ini dilakukan adalah perlu untuk memanaskan seluruh massa dari bahan yang mempunyai titik lebur paling tinggi sebelum semuanya akan dilebur, dan waktu yang berlebih dan kerja dibutuhkan utuk menjamin kelembutan lemak dari cairan panas ini. Ketika lilin, spermaseti, stearin dicampur dengan lemak lebih lembut, hal ini memerlukan pengadukan cairan hangat

yang didinginkan utuk mencegah pemanasan dalam kondisi granul. Jangan mendinginkan dengan cepat dalam pengerjaan ini adalah lemak keras dengan lilin akan memisah dan dibutuhkan peleburan ulang. Pengerjaan yang paling baik dilakukan dengan melebur tiap bahan secara sangat lambat, kemudian leburan pertama diperoleh akan dekat dengan titik memadatnya dan mulai memadat dalam waktu singkat. Hal ini tidak perlu melanjutkan pengadukan sampai campuran keras, tetapi hanya sampai massa berbentuk pasta diperoleh yang mana hanya cukup keras untuk mencegah pemisahan atau pengendapan dari lemak keras atau serbuk yang tidak larut. Jika dilanjutkan, udara akan masuk kedalam salep dan lebih mudah rusak dalam penyimpanan. Rosin dan minyak lemak tidak memiliki kecenderungan ini untuk memisah, meskipun pengadukan tak diperlukan. Pembuatan dengan reaksi kimia Metode ini untuk pembuatan salep, biasanya meliputi peleburan dan pencampuran mekanik. Berbeda dari metode penggabungan terutama dalam hal produk baru yang dibentuk dengan reaksi kimia antara bahanbahan sementara salep dibuat sederhana dengan penggabungan yang tidak meliputi atau melibatkan perubahan kimia. Salep air mawar adalah salep yang dibuat dengan reaksi kimia. Pada salep ini elaidin dibentuk dari aksi dari asam sitrat pada lemak babi dan merkuri nitrit dengan reaksi dari merkuri dengan asam nitrit. Basis hidrofilik tertentu yang terlibat pembentukan sabun mungkin dikatakan dibuat dengan reaksi kimia. 13. Pewadahan Salep Menurut Scovilles (360) Wadah yang paling baik untuk penyimpanan salep adalah gelas yang berwarna kuning, hijau atau opal. Wadah ini disebut tabung atau pot dan tersedia dalam kisaran ukuran yang luas dari -16 oz. Wadahwadah ini disesuaikan dengan komposisi dari tutup ulir logam dan garis yang tidak reaktif, sehingga tabung dapat ditutup dengan rapat.

Ketika mengisi tabung salep, ahli Farmasi harus menjaga agar terkemas seragam khususnya untuk menghindari kantung-kantung udara. Ketika pengisian tabung sempurna, permukaan dari salep harus dilembutkan secara hati-hati dengan spatula membentuk permukaan yang cekung. Hal ini menghasilkan penampakan yang rapi dan mencegah kontak salep dengan tepi ulir. Kaleng salep kadang-kadang digunakan untuk menyimpan dan membagi salep tetapi penggunaannya tidak direkomendasikan. Sangat banyak obat dan reaksi kimia dngan logam dan salep menjadi kehilangan warnanya. Wadah tanah liat kadang-kadang digunakan untuk menyimpan salep. Meskipun tidak sama baiknya dengan wadah gelas karena biasanya berpori dan jika salep tengik disimpan dalam wadah tanah liat, tempatnya tidak mudah dibersihkan. Tube kaleng yang dapat dilipat adalah wadah yang sangat baik untuk menyimpan salep yang sangat lembut yang tidak reaktif. Meskipun, kekerasan dan kekentalan salep tidak harus disimpan dalam wadah ini. Tube tersedia dalam variasi yang luas (ukuran) untuk salep yang umum. Sebagai tambahan, tube dengan penggunaan khusus untuk penggunaan salep pada mata, hidung, rektum dan vagina adalah tersedia. Jalan yang paling baik untuk mengisi tube yang mudah dilipat adalah dengan menempatkan salep pada lembaran arkilin atau kertas perkamen dan melipat kertas sehingga tepinya bertemu. Dengan menempatkan batang pengaduk pada atas lipatan dan memutar dalam kertas ke arah lipatan bawah salep tanpa kertas didorong menjadi bentuk silinder. Kertas tube kemudian ditempatkan menjadi pembuka akhir yang besar dan tube dilipat dan kertas dikeluarkan melalui jari-jari salep tertekan keluar dan tertinggal dalam tube. Selama pengerjaan, tutup dari tube harus terbuka untuk membiarkan pengisian sempurna. Tube harus diisi hanya untuk dengan 1 inci dari akhir sehingga ada ruang untuk menutup tube. Hal ini dilakukan dengan merabakan basis dari tube

dengan spatula, melipatnya dua kali dan menyimpannya dengan klip tube yang khusus dengan sepasang pinset. Menurut Prescription (253) Salep dapat dibuat dngan pencampuran mekanik, harus dikepak dalam tabung secara seragam untuk mencegah kantung udara. Spatula dapat digunakan untuk mengisi tabung yang harus diratakan dengan telapak tangan selama pengisian untuk memastikan bahwa kantung udara terisi dengan salep. Ukuran wadah harus seperti isi salep pada wadah tidak boleh kontak dengan tepi ulir. Setelah tabung terisi, spatula harus digunakan untuk melembutkan permukaan dari salep dan memberikan penampakan hasil akhir. Salep yang disiapkan dengan peleburan biasanya dapat dikepak yang mana masih hangat dan cairan cukup dituang langsung ke dalam tabung. Biasanya tidak perlu melembutkan permukaan salep yang dikepak dalam wadah ini.

You might also like