You are on page 1of 17

LAPORAN KONSERVASI SUMBERDAYA PERAIRAN

Disusun Oleh : Nama NIM Kelompok Asisten : Restiany Fauzia El Bash : H1G010037 :V : Delta Putra

JURUSAN PERIKANAN DAN KELAUTAN FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN PURWOKERTO 2013

I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Praktikum konservasi sumberdaya perairan memiliki tujuan antara lain adalah mempelajari dampak dari kegiatan manusia pada spesies, komunitas, dan ekosistem serta mengembangkan pendekatan praktis dan jika

memungkinkan mengembalikan spesies yang terancam ke ekosistem yang masih berfungsi. Mengetahui keberadaan spesies dalam suatu ekosistem sangatlah

penting, karena dengan cara tersebut kita akan dapat mengetahui kondisi dari suatu spesies tersebut maupun habitat atau tempat tinggal spesies tersebut. Salah satu cara untuk mengetahui hal tersebut di atas dapat kita lakukan dengan cara metoda inventarisasi keberadaan spesies dan habitatnya. Keanekaragaman hayati (biodiversity) adalah keragaman dari semua spesies hewan, tumbuhan dan mikroorganisme, serta proses-proses ekosistem dan ekologis dimana mereka menjadi bagiannya. Berkurangnya

keanekaragaman hayati dapat disebabkan oleh beberapa hal antara lain; hilangnya habitat (kerusakan habitat) punahnya spesies dan hilangnya gen. Pulau Nusakambangan merupakan salah satu pulau di Indonesia yang terkenal dengan kekayaan spesies endemik, oleh sebab itu pemerintah melakukan upaya konservasi agar terjaga kelestariannya. Pantai Permisan, merupakan pantai yang terletak di bagian selatan pulau Nusakambangan. Pantai tersebut mulai terpengaruh oleh manusia melalui aktivitas pariwisata, akibatnya adalah rusaknya ekosistem bagi organisme di pantai tersebut. sehingga dengan mempelajari biologi konservasi dalam ekosistem tersebut dapat digunakan sebagai salah satu contoh Biologi Konservasi.

1.2.

Tujuan Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mempelajari keanekaragaman,

kerapatan, atau kelimpahan biota (vegetasi lamun ,makrozoobentos, plankton dan alga) pada ekosistem pantai Permisan - Nusakambangan.

II. MATERI DAN METODE


2.1. Materi

2.1.1. Objek Objek yang digunakan dalam praktikum ini adalah makrozoobentos (epifauna dan infauna), makrofitobentos, alga dan fitoplankton. 2.1.2. Alat Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah tali raffia (untuk pembuatan transek) ukuran 1 x 1 m dan ukuran 10 m untuk mengukur kecepatan arus, ekman grab/pipa paralon, plastik, kamera, saringan, buku identifikasi, baki sortir dan pinset, sekop, hand-refractometer, termometer, gelas ukur 100 ml dan 250 ml, botol winkler, botol film (vial), pipet tetes, stopwatch, label, tissue, erlemeyer, secchi disc, ember ukuran 10 liter, serta botol mineral ukuran 600 ml, serta plankton net. 2.1.3. Bahan Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sampel air laut, sampel makrozoobentos epifauna dan infauna, plankton, formalin, amilum, MNSO4, KOH-KI, H2SO4 pekat, amilum, Na2S2O3, akuades, dan kertas pH. 2.2. Metode 1. Pengamatan jumlah dan jenis vegetasi rumput laut Dibuat transek kuadrat 1x1 m, kemudian vegetasi mangrove yang ada pada transek tersebut dicatat jumlah dan spesies vegetasinya . Ulangan dilakukan 3 kali Identifikasi untuk menentukan nama spesies dilakukan di laboratorium menggunakan pustaka 2. Pengamatan makrozoobentos Pada transek 1x1 m diamati jumlah dan jenis epifauna yang terdapat pada permukaan substrat, jika belum mengetahui jenisnya maka sampel tadi diambil untuk kemudian dimasukkan kedalam kantong plastik dan diberi formalin serta label. Untuk memudahkan dalam analisis secara kuantitatif, penggunaan kamera foto akan sangat membantu.

Pada transek 1x1 m tersebut juga diambil sampel substrat (infauna) , menggunakan ekmen grab atau corer (pipa paralon) kemudian disaring dengan saringan bentos Sampel yang tertinggal dalam saringan disortir biotanya kemudian diawetkan dengan larutan formalin Jika tidak teridentifikasi di lapangan maka identifikasi dilakukan di laboratorium Dicatat jenis dan jumlah organismenya kemudian dihitung

keanekaragamannya 4. Pengamatan makrofitobenthos Pada transek 1x1 m diamati jumlah dan jenis makrofitobenthos yang terdapat pada permukaan substrat, jika belum mengetahui jenisnya maka sampel tadi diambil untuk kemudian dimasukkan kedalam kantong plastik dan diberi formalin serta label. Untuk memudahkan dalam analisis, penggunaan kamera foto akan sangat membantu. Jika tidak teridentifikasi di lapangan maka identifikasi dilakukan di laboratorium Dicatat jenis dan jumlah organismenya . 5. Pengamatan mikroalga dan fitoplankon Pengambilan sampel air diakukan dengan menyaring 100 lt air menggunakan plankton net no 22. Kemudian air ang tersaring dimasukkan ke dalam botol sampel dan diberi formalin , konsentrasi formalin dalam air sampel 4%. Identifikasi dilakukan di laboratorium menggunakan mikroskop dan buku pustaka.

2.3.

Waktu dan Tempat Praktikum Konservasi Sumberdaya Perairan ini dilakukan di Pantai

Permisan Nusakambangan Cilacap pada Kamis, 9 Mei 2013 pukul 06.00 WIB s/d selesai.

2.4.

Analisis Data Analisis data yang digunakan dalam praktikum ini adalah analisis tingkat

kepadatan dan keragaman makrobentos epifauna dan infauna. 2.4.1. Kepadatan Makrobentos
s

ni
i 1

AS

Keterangan : X A S ni = Kepadatan (individu/m 2 ) = Luas transek pengambilan sampel (m 2 ) = Jumlah transek pengambilan sampel (kali) = Jumlah individu suatu spesies/genus ke-i

2.4.2. Keragaman (H) Makrobentos


H'
i 1 s

ni ni ln N N

Keterangan : H S ni N = Indeks keragaman = Jumlah spesies = Jumlah individu tiap spesies ke-i = Jumlah total individu semua spesies

III. HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1. Hasil

3.1.1. Tabulasi data Keanekaragaman makrozoobentos Epifauna No. 1 2 3 4 5 6 7 Keragaman Epifauna (spesies) Parathelphusa convexa Onchidium griseum Littoria carinifera Monilea callifera Lirularia pygmaea Nerita sp. Paphies elongata Jumlah spesies Indeks Keragaman Ulangan I (Individu) 2 1 1 1 5 Ulangan II (Individu) 2 1 1 4 Ulangan III (Individu) 1 1

3.1.2. Tabulasi data Keanekaragaman makrozoobentos Infauna No. 1 Keragaman infauna (spesies) Spionidae Jumlah spesies Indeks Keragaman Ulangan I (Individu) 2 2 Ulangan II (Individu) 1 1 Ulangan III (Individu) 1 1

3.1.3. Tabulasi data Keanekaragaman makrofitobentos No. Keragaman makrofitobentos (spesies) 1 Ulva lactuca 2 Borgensia forbesii 3 Gelidium sp. 3.1.4. Tabulasi data Keanekaragaman fitoplankton/alga No. 1 2 3 4 5 6 7 8 Keragaman (spesies) Bacteriastrum sp. Branchionus sp. Calanus sp. Chaetoceros sp. Coscinodiscus sp. Cyclotella sp. Fragilaria sp. Nitzchia sp. Ulangan I (Individu) 1 3 3 Ulangan II (Individu) 7 1 1 1 Ulangan III (Individu) 1 1 1 5

9 10 11 12

Pinularia sp. Scenodesmus sp. Thalassionema sp. Triceratum sp. Jumlah spesies Indeks Keragaman

2 9

1 11 2,455901923

1 1 1 6

3.1.5. Tabulasi Data Kualitas Air No 1 2 3 4 1 2 3 Parameter Kualitas Air Fisika Suhu air Kecepatan Arus Salinitas Kondisi cuaca Kimia pH DO Kedalaman Makrobenthos 30 0C 1,25 m/s 32 o/oo Cerah 8 1,38 Rumput Laut 31 0C 1,25 m/s 32 o/oo Cerah 8 1,78 5 cm

3.2. Pembahasan 3.2.1. Makrobenthos Makrobenthos adalah organisme air yang hidupnya melekat dan merayap pada dasar perairan dan merupakan komponen penting yang berperan dalam membantu proses penguraian bahan-bahan organik suatu perairan (Djuhanda, 1980). Makrobenthos dibagi menjadi dua yaitu

makrobenthos epifauna (di atas permukaan susbtrat) dan infauna (di dalam substrat). Berikut ini adalah beberapa klasifikasi makrobenthos yang ditemukan di perairan Pantai Permisan Nusakambangan, Cilacap. Filum Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Mollusca : Gastropoda : Neritimorpha : Neritidae : Nerita : Nerita chameleon (The Bay Science Foundation, 2009)

Biota avertebrata yang berasal dari famili Neritidae ada satu spesies yang diperoleh, spesies tersebut adalah Nerita chameleon (gambar ). Nerita

chameleon adalah hewan benthic yang termasuk ke dalam filum ollusca, kelas Gastropoda, famili Neritidae, dan genus Nerita. Famili Neritidae pada umumnya hidup di daerah intertidal, perairan payau atau perairan tawar. Beberapa spesies dari famili ini ditemukan hidup di batuan pada daerah intertidal (Short, 1987). Tipe substrat dasar dan keadaan pantai Permisan, Nusakambangan merupakan pantai daerah intertidal dengan tipe pantai berbatu dan substrat dasar berupa pasir. Kondisi tersebut merupakan habitat yang sesuai untuk Nerita chameleon yang diperoleh dari daerah terumbu karang perairan Pantai Permisan ada satu individu, dikarenakan pada saat itu, terjadi pasang yang cukup tinggi dan besarnya gelombang air laut. Kingdom Filum Kelas Famili Genus Spesies : Animalia : Mollusca : Gastropoda : Trochidae : Monilea : Monilea callifera

Kingdom Filum Kelas Famili Genus Spesies

: Animalia : Mollusca : Gastropoda : Littorinidae : Littoria : Littoria carinifera

Kingdom Filum Kelas Famili Genus Spesies

: Animalia : Mollusca : Gastropoda : Onchidiidae : Onchidium : Onchidium griseum

Kingdom Filum Kelas Ordo Famili

: Animalia : Annelida : Plychaeta : Canalipalpata : Spionidae

Kingdom Filum Kelas Famili Genus Spesies

: Animalia : Mollusca : Gastropoda : Trochidae : Lirularia : Lirularia pygmaea

Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus Spesies

: Animalia : Arthropoda : Malacostraca : Decapoda : Parathelphusidae : Parathelphusa : Parathelphusa convexa

3.2.2. Rumput laut Rumput laut dikenal dengan nama seaweed merupakan bagian dari tanaman laut. Rumput laut dimanfaatkan sebagai bahan mentah, seperti agar agar, karaginan dan algin. Pada produk makanan, karaginan berfungsi sebagai stabilator (pengatur keseimbangan), thickener (bahan pengental), pembentuk gel, pengemulsi, dan lain-lain (Yasita dan Intan, 2008). Jenis jenis rumput laut dibagi dalam empat kelas yaitu : Chlorophyceae (ganggang hijau), Rhodophyceae (ganggang merah), Cyanophyceae

(ganggang biru), Phaeophyceae (ganggang coklat). Ada beberapa jenis rumput


8

laut yang ditemukan di Pantai Permisan Nusakambangan Cilacap berikut klasifikasi, habitat, dan ciri-cirinya. Kingdom Divisi Class Ordo Famili Genus Spesies : Protista : Chlorophyta : Chlorophyceae : Ulvales : Ulvaceae : Ulva : Ulva lactuca Gambar Pengamatan Gambar Literatur

Spesies alga ini merupakan spesiaes dari kelas chlorophyta dengan nama spesies Ulva lactuca. Mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : warna thallus hijau, bentuk thallus lembaran seperti daun selada karena itu Ulva

lactuca sering disebut selada laut, sebagai bentos (melekat pada batu) pada perairan yang dangkal. Ulva latuca berhabitat di air laut dan air payau. Warnanya hijau, bentuknya berupa helaian atau lembaran-lembaran tipis. Susunan tubuhnya foliaceaus atau parenkimatis, yaitu filamen yang pembelahan sel vegetatif terjadi lebih dari satu bidang. Sifat khusus Ulva latuca, bentuknya yang berupa helaian atau lembaran-lembaran tipis dan mengahasilkan zat alginat untuk kosmetik. Ulva lactuca sering disebut sebagai selada laut karena thallus dari alga ini berbentuk lembaran yang menyerupa selada. Lembaran daun berwarna hijau karena pengaruh dari kandungan klorofil a dan b. Biasa hidup berkoloni dengan melekat pada substrat dengan bantuan holdfast (Taylor, 1960). Ulva lactuca termasuk ke dalam kelas chlorophyceae. Alga ini

merupakan kelompok terbesar dari vegetasi alga. Perbedaan dengan divisi lainnya karena memiliki warna hijau yang jelas seperti pada tumbuhan tingkat tinggi karena mengandung pigmen khlorofil a dan klorofil b lebih dominan dibandingkan karoten dan xantofil. Hasil asimilasi dari beberapa amilum, penyusunnya sama pula seperti pada tumbuhan tingkat tinggi, yaitu amilose dan amilopektin (Nontji, 1993).

Gelidium sp. merupakan spesies Rhodophyta yang sangat rapuh karena kandungan florideannya yang sangat tinggi. Alga ini memiliki sebaran habitat perairan laut yang cukup luas, sehingga dapat ditemukan di beberapa jenis perairan laut. Kekhasan spora alga ini adalah dapat membentuk tunas. Metegenesis Gelidium sp termasuk yang mengalami tiga fase,dalam daur hidupnya kita dapat menemukan Gelidium dalam fase gametofit, karposforofit, dan tetrasporofit. Dirujuk dari Hatta et al. (2001), taksonomi Gelidium latifolium adalah sebagai berikut Kingdom Divisi Class Ordo Famili Genus Spesies : Protista : Rhodophyta : Rhodophyceae : Gelidiales : Gelidiaceae : Gelidium : Gelidium sp. Gambar Pengamatan Gambar Literatur

Menurut Aslan (1998) ciri-ciri Gelidium sp. adalah memiliki ukuran kecil, panjang 20 cm, dan lebar 1,5 mm. Batang utama tegak dengan percabangan biasanya menyirip. Thallus berwarna kemerahan, coklat, dan hijau kecoklatan. Organ reproduksinya berukuran mikroskopis. Lebih dari seratus jenis makroalga telah dimasukkan dalam Genus Gelidium yang tersebar di seluruh dunia dan 11 jenis diantaranya terdistribusi di perairan Indonesia. Nama Gelidium berbeda-beda di setiap daerah misalnya kades dan intip kembang karang (Jawa Barat), bulung merak dan bulung ayam (Bali), serta sayur laut (Ambon). Gelidium sp. memiliki kandungan agar berkualitas baik dan potensial dijadikan sebagai bahan baku industri farmasi, kosmetik, dan makanan. Selain itu, diolah menjadi bioetanol dan bahan baku pulpatau kertas karena kualitas seratnya yang sangat baik. Kandungan agar-agarnya berkisar antara 12-48% tergantung jenisnya (Aslan, 1988).

10

3.2.3. Plankton Plankton berasal dari bahasa Yunani yang mempunyai arti mengapung, Plankton biasanya mengalir bersama arus laut. Plankton juga biasanya disebut biota yang hidup di mintakat pelagik dan mengapung, menghanyutkan atau berenang sangat lincah, artinya mereka tidak dapat melawan arus. Ukuran Plankton sangat beranekaragam dari yang terkecil yang disebut Ultraplankton dengan ukuran <0,005 mikro, Nanoplankton yang berukuran 60-70 mikro, dan Netplankton yang dapat berukuran beberapa millimeter dan dapat dikumpulkan dengan jarring plankton. Makro plankton berukuran besar tumbuhan ataupun hewan (Romimohtarto dan Sri Juana, 2005). Plankton adalah setiap organisme hanyut (hewan, tumbuhan, archaea, atau bakteri) yang menempati zona pelagik samudera, laut, atau air tawar. Plankton ditentukan oleh niche ekologi mereka dari pada taksonomi filogenetik atau klasifikasi. Mereka menyediakan sumber makanan penting yang lebih besar, lebih dikenal organisme akuatik seperti ikan dan cetacea. Meskipun banyak spesies planktik (atau bagian plankton lihat di Terminologi) berukuran mikro dalam ukuran, plankton termasuk organisme meliputi berbagai ukuran, termasuk organisme besar seperti ubur-ubur (Sidiq, 2008). Plankton memiliki peranan ekologis sangat penting dalam menunjang kehidupan di perairan. Tapi jika pertumbuhannya tidak terkendali akan merugikan. Plankton di Indonesia harus dapat dikendalikan mengingat lautan Indonesia sangat luas dan sulit terjangkau, ujar ahli ekologi laut, Dr Ir Ngurah Nyoman Wiadyana dalam orasi pengukuhan ahli peneliti utama bidang ekologi laut di LIPI Jakarta, beberapa waktu yang lalu. Meskipun berukuran relatif sangat kecil plankton memiliki peranan ekologis sangat penting dalam menunjang kehidupan di perairan. Sebab berkat fitoplankton yang dapat memproduksi bahan organik melalui proses fotosintesa, kehidupan di perairan dimulai dan terus berlanjut ke tingkat kehidupan yang lebih tinggi dari tingkatan zooplankton sampai ikan-ikan yang berukuran besar, dan tingkatan terakhir sampailah pada ikan paus atau manusia yang memanfaatkan ikan sebagai bahan makanan (Ariviyanti, 2010). baik berupa

11

Cara pengambilan plankton yaitu dengan menggunakan pengambilan sampel air diakukan dengan menyaring 100 lt air menggunakan plankton net no 22, Kemudian air yang tersaring dimasukkan ke dalam botol sampel dan diberi formalin, konsentrasi formalin dalam air sampel 4%. Setelah itu identifikasi di laboratorium menggunakan mikroskop dan buku pustaka. Adapun klasifikasi plankton berdasarkan habitat yaitu : 1. Plankton Laut (Haliplankton) Plankton oseanik adalah plankton yang hidup di luar paparan benua Plankton neritik adalah plankton yang hidup di dalam wilayah paparan benua. 2. Plankton air tawar (Limnoplankton). Klasifikasi berdasarkan kedalaman : 1. Pleuston, organisme yang hidup di laut, sebagian tubuhnya mencul di permukaan air. Mereka kadang dipisahkan sebagi plankton karena distribusinya lebih banyak disebabkan oleh angin dari pada arus, misalnya : Physalia dan Velella (hydrozoa). 2. Neuston, organisme yang hidup beberapa sampai 10 m pada lapisan permukaan air. 3. Plankton Epipelagis, plankton yang hidup kurang dari 300 m di bawah permukaan air pada siang hari. 4. Plankton Mesopelagis, plankton yang hidup antara 300 -1 000 m di bawah permukaan air pada siang hari. 5. Plankton Bathypelagis, plankton yang hidup antara 1000 m dan 3000 4000 m pada siang hari. 6. Plankton abyssopelagis, plankton yang hidup lebih dalam dari antara 3000 4000 m. 7. Plankton Epibentik (plankton demersal atau palnkton dasar), plankton yang hidup dekat dasar dan kadang-kadang kontak dengan dasar perairan. Klasifikasi berdasarkan hidupnya sebagai plankton : 1. Holoplankton (plankton permanen) : Organisme yang hidup sebagai plankton selama hidupnya. Misalnya Foraminifera, radiolaria, cacing panah

12

(sagitta), cacing annelida, siput perenang dan crustacea yaitu udang, copepoda dan cladocera. 2. Meroplankton (plankton temporer) : Organisme yang hidup sebagai plankton hanya sebagian dari siklus hidupnya, misalnya selama masa telur atau fase larva. Dijumpai di semua lingkungan laut dan juga di lingkungan air tawar. Hubungan antara plankton dengan habitat plankton adalah Plankton terdapat mulai dari lingkungan air tawar hingga ke tengah samudera. Dari perairan tropis hingga ke peraiaran kutub. Boleh dikatakan tak ada permukaan laut yang tidak di huni oleh plankton. Nontji (2008) membagi plankton berdasarkan sebaran horizontalnya, baik fitoplankton maupun zooplankton menjadi : Plankton neritik Plankton neritik (neritic plankton) hidup di perairan pantai dengan salinitas yang relative rendah. Kadang-kadang masuk sampai ke peraian payau di depan muara dengan salinitas 5-10 psu (practical salinity unit, dulu digunakan istilah atau permil, g/kg). akibat pengaruh lungkungan yang terus menerus berubah disebabkan arus dan pasang surut, komposisi plankton neritik ini sangat kompleks, bisa merupoakan campuran plankton laut dan plankton asal perairan air tawar. Beberapa diantaranya malah telah dapat beradaptasi dengan lingkungan estuaria yang payau (Nontji, 2008). Plankton oseanik Plankton oseanik hidup diperairan lepas pantai hingga ke tengah samudra. Karena itu plankton oseanik ditemukan pada perairan yang salinitasnya tinggi. Karena luasnya wilayah perairan oseanik ini, maka banyak jenis plankton tergolong dalam kelompok ini (Nontji, 2008). Penggolongan seperti diatas tidaklah terlalu kaku, karena ada juga plankton yang hidup mulai dari perairan neritik hingga oseanik hingga dapat disebut neritik oseanik (Nontji, 2008).

13

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

14

DAFTAR PUSTAKA

Djuhanda, T. 1980. Kehidupan dalam setetes Air dan Beberapa Parasit pada Manusia. ITB , Bandung. Nontji, A. 1993. Laut Nusantara. Jakarta: Penerbit Djambatan Nontji, Anugrah. 2008. Plankton Laut. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Pusat Penelitian Osenografi. Jakarta. Taylor, W. R. 1960. Marine Algae of the Eastern Tropical and Subtropical Coast of the Americas. New York : Ann Akbor the University of Michigan Press. Yasita, Dian dan Intan Dewi R. 2008. Optimasi Proses Ekstraksi Pada Pembuatan Karaginan Dari Rumput Laut Eucheuma cottoni Untuk Mencapai Foodgrade. Jurusan Teknik Kimia. Fakultas Teknik. Universitas Diponegoro:Semarang. Aslan, L. (1998). Budidaya Rumput Laut. Edisi Revisi. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Sidiq. 2008. Fungsi planton [online]. http://my.opera.com. Diakses pada 19 Mei 2013.

15

Romimohtarto, Kasijan, Sri Juana. 2005. Biologi Laut Tentang Biota Laut. Jakarta: Djambatan.

16

You might also like