You are on page 1of 13

PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Buah-buahan dan sayuran sangat diperlukan oleh manusia sebagai bagian dari menu

makanan yang sehat. Buah-buahan dan sayuran harus tersedia dalam jumlah yang cukup, dengan kualitas yang baik, aman dikonsumsi, dan dengan harga yang terjangkau. Dengan penduduk lebih dari 230 juta jiwa, Indonesia memerlukan buah-buahan dan sayuran dalam jumlah besar. Kecenderungan makin populernya menu masakan luar negeri yang menggunakan paprika, kyuri, selada, dan sebagainya tidak terlalu mengkhawatirkan akan menyebabkan ketergantungan terhadap import karena budidaya tanaman tersebut dapat dilakukan di dalam negeri (Suhardiyanto, 2009). Hidroponik adalah sebuah istilah yang menaungi banyak macam metoda. Prinsip-prinsip dasar hidroponik dapat diterapkan dalam bermacam-macam cara, yang dapat disesuaikan dengan persyaratan-persyaratan finansial maupun keterbatasan ruang pada tiap orang yang ingin mengerjakannya (Nicholis, 1996). Teknologi hidroponik mulai digunakan di Indonesia sejak tahun 1980-an. Tidak seperti budidaya tanaman dengan media tanah, budidaya tanaman secara hidroponik menggunakan larutan nutrisi sebagai sumber utama pasokan air dan nutrisi tanaman (Suhardiyanto, 2009). Keterampilan meramu pupuk hidroponik dapat disesuaikan dengan pemberian hara pada tanaman yang dibudidayakan. Terkadang timbul keinginan untuk menghasilkan sayur, buah, maupun bunga berkualitas tinggi dan

berpenampilan berbeda sebagai jati diri atau identitas hasil kebun sendiri (Sutiyoso, 2003). Ada beberapa alasan yang menarik untuk berhidroponik. Alasan utama adalah kebersihan tanaman begitu terjamin sehingga bisa dilakukan di kamar tidur sekalipun. Alasan lain tentu banyak sekali karena tanaman yang bisa ditanam dengan cara hidroponik hampir semua tanaman. Hasilnya sudah teruji lebih melimpah dibanding bercocok tanam di lahan dan di sawah (Lingga, 1999)

Tujuan Tujuan dari penulisan paper ini adalah agar mahasiswa dapat menguasai teknik bercocok tanam secara hidroponik pada berbagai jenis tanaman.

Kegunaan Guna paper ini diselesaikan adalah sebagai syarat masuk dan menjadi salah satu kegiatan dalam praktikum dasar agronomi dan berguna dalam menambah wawasan sebagai penulis maupun pembaca dalam bidang pertanian, khususnya mengenai hidroponik dan hal-hal yang berkaitan dengan hidroponik.

TINJAUAN PUSTAKA Hidroponik merupakan budidaya tanaman yang memanfaatkan air dan tanpa menggunakan tanah sebagai media tanam atau soilles. Hidroponik dikenal sebagai soilles culture atau budidaya tanaman tanpa tanah. Dari pengertian ini terlihat bahwa munculnya teknik bertanam secara hidroponik diawali oleh semakin tingginya perhatian manusia akan pentingnya kebutuhan pupuk bagi tanaman (Ginting,dkk, 2013). Pengertian Hidroponik Hidroponik atau istilah asingnya Hydroponics, adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan beberapa cara bercocok tanam tanpa menggunakan tanah sebagai tempat menanam tanaman. istilah ini di kalangan umum lebih populer dengan sebutan berkebun tanpa tanah, termasuk dalam hal ini tanaman dalam pot atau wadah lain yang menggunakan air atau bahan porous lainnya seperti kerikil, pecahan genteng, pasir kali, gabus putih, dan lain-lain (Lingga, 1999). Cara penanaman di atas air belakangan ini malah sudah banyak ditinggalkan dan diganti dengan cara penanaman di atas media lain yang lebih praktis, mudah didapat dan dilakukan. Istilah yang digunakan pun berubah menjadi Hydroponics, yang berarti hydro (air) dan ponics (pengerjaan). Sebab tanaman yang ditumbuhkan dalam air kurang mendapat sambutan dibanding yang menggunakan media lain seperti pasir, kerikil, sebagai tempat menancapkan tanaman (Lingga, 1999).

Kerikil atau pecahan batu yang berukuran antara 1/2 dan 1 cm ditaruh secara merata dalam petakan keramik atau bak semen yang kedap air dan mempunyai lubang pengeluaran yang bisa dibuka tutup menurut keperluan. Sesudah ditanami, bibit tanaman (yang sebelumnya sudah ditunaskan dalam bak pembenihan), petakan dialiri cairan makanan berupa pupuk yang sebelumnya sudah dilarutkan dalam tangki atau wadah lain (Lingga, 1999). Keuntungan Hidroponik Keuntungan bercocok tanam secara hidroponik adalah sebagai berikut (Lingga, 1999). a. Produksi tanaman lebih tinggi ketimbang menggunakan media tanam tanah biasa. b. Lebih terjamin kebebasan tanaman dari hama dan penyakit. c. Tanaman tumbuh lebih cepat dan pemakaian pupuk lebih hemat. d. Bila ada tanaman yang mati, bisa diganti dengan tanaman baru dengan mudah. e. Tanaman akan memberikan hasil yang kontinu. f. Metode kerja yang sudah distandarisasi, lebih memudahkan pekerjaan dan tidak membutuhkan tenaga kasar. g. Kualitas daun, buah dan bunga yang lebih sempurna, dan tidak kotor. h. Beberapa jenis tanaman malah bisa ditanam di luar musimnya dan ini menyebabkan harganya mahal di pasaran. i. Tanaman dapat tumbuh di tempat yang semestinya tidak cocok bagi tanaman yang bersangkutan.

j. Tidak ada resiko kebanjiran, erosi, kekeringan, ataupun ketergantungan lainnya terhadap kondisi alam setempat. k. Efisiensi kerja kebun hidroponik menyebabkan perawatannya tak banyak makan ongkos dan tak banyak memerlukan perawatan. l. Keterbatasan ruang dan tempat bukan halangan untuk berhidroponik. Sehingga untuk pekarangan terbatas sekalipun bisa diterapkan hidroponik. Bila perlu di dapur dan ruang tamu bisa digunakan untuk berhidroponik (Lingga, 1999). Metode Hidroponik Prinsip dasar hidroponik dapat diterapkan dalam berbagai cara. Lewat pemahaman dasar-dasar hidroponik, maka setiap peminat dapat memilih cara atau menciptakan bentuk baru yang sesuai dengan keinginannya. Dengan demikian, metode hidroponik dapat disesuaikan dengan kondisi keuangan dan ruang yang tersedia. Jadi, tak perlu harus terpaku dengan satu cara atau meniru cara atau bentuk hidroponik yang sudah ada (Lingga, 1999). Berdasarkan media tanam yang digunakan, maka hidroponik dapat dilakukan dengan tiga metode, yakni (Lingga, 1999) : 1. Metode kultur air 2. Metode kultur pasir 3. Metode kultur bahan porous seperti; kerikil, pecahan genteng, gabus putih, termasuk kerikil.

1) Metode Kultur Air Metode kultur air adalah metode membutuhkan tanaman-tanaman dengan air. Air sebagai media tanam diisikan dalam wadah seperti stoples, atau tabung kaca atau wadah lain. Ke dalam air ini dicampurkan larutan pupuk atau larutan mineral untuk mensuplai kebutuhan tanaman. cara ini masih tergolong mahal dalam budaya hidroponik, sehingga ada benarnya kalau hal ini disebut sekedar pengantar dalam ilmu pengetahuan mengenai hidroponik untuk memudahkan dalam mencoba metode lain. Kecuali itu, cara ini hanya cocok untuk menumbuhkan tanaman, khususnya tanaman hias dan sekedar pajangan di ruang tamu. Memindahkan Tanaman Tanaman yang dipindahkan atau ditanam dalam kontainer atau tabung yang telah dipersiapkan bisa berupa stek bisa pula tanaman utuh. Jenis tanaman bergantung dari kesukaan. Biasanya untuk tabung atau kontainer yang menerapkan sistem media air ditanam jenis tanaman hias. Tanaman yang dipindahkan bisa berasal dari pot, bisa pula dari pekarangan. Cabut atau keluarkanlah tanaman dengan hati-hati, kalau tanaman itu berasal dari pot, maka jepitlah batang tanaman dengan jari, sementara tangan yang satu lagi gunakan untuk memegang dasar pot lalu pot dibalikkan. Kalau agak sulit, ketuklah bibir pot. Kalau belum keluar, gunakan pisau tumpul atau alat lain untuk melonggarkan tanah yang mencengkeram ke akar tanaman. Bila tanaman telah ke luar, peganglah batangnya. Tapi jangan dijepit terlalu kuat. Gunakanlah tangan yang satu lagi membersihkan semua gumpalan tanah yang menempel pada akar tanaman. anda bisa memegang akarnya di bawah pohon
6

atau di tempat sejuk atau supaya lebih terjamin, dirikanlah atau celupkan akar tanaman keseluruhan tanah dalam air hangat-hangat kuku. Dalam air ini, tangan anda berperan membersihkan akar dengan sentuhan yang lembut penuh hati-hati (Lingga, 1999). Bila tanaman telah menyesuaikan diri dengan kehidupan dalam air, dibutuhkan perhatian ekstra. Amatilah selalu tanaman anda, sehingga

kemungkinan gangguan serangga dan penyakit lain bisa sedini mungkin disingkirkan. Sementara serangan laba-laba, semut, atau semut yang sudah terlanjur menyerang, bisa diatasi dengan mengamati dan memusnahkan semua penyebabnya (Lingga, 1999). Metode Aliran Bersambung Metode ini membutuhkan tiga tabung/kontainer atau lebih. Penempatan ketiga tabung kita atur sedemikian rupa pada ketinggian yang berbeda. Tabung yang paling tinggi kedudukannya kita gunakan sebagai tempat mengalirkan larutan mineral ke tabung berikutnya. Dari tabung larutan ini kita alirkan larutan melalui pipa ke tabung kedua. Pipa ini harus disambung persis di dasar tabung pertama dan kemudian disambung persis di dasar tabung pertama dan disambung persis pula di bibir atas tabung kedua. Tabung kedua ini dibuatkan pula lubang persis di dasarnya. Dari lubang ini kita buatkan pipa lagi yang dihubungkan dengan tabung ketiga persis di bibir atas tabung (Lingga, 1999). Metode Swiss Metode Swiss dikenal juga dengan sebutan plantanova, yakni menggunakan kontainer berbentuk bundar, misalnya tong atau drum seperempat bagian atas tabung dipotong dan bisa dibuka tutup. Di tengah tabung ini dipasang
7

rajutan kawat atau kasa. Di bawah kasa tadi diisi larutan mineral, sementara bagian atas kasa diisi dengan media yang porous untuk menopang tanaman berdiri (Lingga, 1999).

Metode Gerickle Disebut metode Gerickle karena yang menyempurnakan cara ini ialah

orang yang bernama Gerickle. Ia pulalah yang mempopulerkan hidroponik ke masyarakat. Metode ini menggunakan tangki atau baskom yang tahan air. Ukurannya agak luas tapi tidak terlalu dalam. Pada baskom ini dipasangi kasa dari kawat. Lantas diisi larutan mineral tapi jangan sampai menyentuh kasa tadi. Di atas kasa tadi dibubuhi serbuk kayu sebagai alat bantu tanaman berdiri, sekaligus berfungsi melindungi larutan tadi dari sinar matahari langsung. Sebab larutan ini tidak boleh terkena sinar matahari langsung (Lingga, 1999). 2) Metode Kultur Pasir Metode yang paling praktis dan lebih mudah diterapkan adalah metode kultur pasir. Bila ingin menanam tanaman dalam jumlah yang banyak dalam satu kontainer atau petakan atau ingin menanam di areal yang lebih luas. Misalnya, maka metode kultur pasirlah yang paling menguntungkan. Sebenarnya lebih tepat kalau dikatakan metode campuran antara metode kultur air dan kultur pasir. Metode pasir bertindak sebagai media tumbuh tanaman, sementara metode air bertindak sebagai pensuplai kebutuhan tanaman akan makanan (Lingga, 1999). Pasir ini bisa di dalam pot, bisa di atas tanah atau wadah lain. Pada pasir ini ditancapkan tanaman, sementara makanan berupa pupuk disiramkan setelah dilarutkan dengan air. Cara kerjanya adalah bahwa larutan pupuk/ mineral yang

disiramkan pada tanaman mengalir sampai ke akar, dan bulu-bulu akar akan menyerap mineral yang dikandung larutan. Dalam metode ini yang agak merepotkan adalah frekuensi penyiraman yang relatif singkat, lantaran pasir tidak dapat menyimpan air. Dengan demikian hasil siraman akan cepat mengering. Jadi perlu selalu dilihat tingkat kelembaban pasir. Kalau sudah kering belum juga disiram, maka tanaman akan layu (Lingga, 1999). 3) Metode Kultur Porrus/ Aggregate Kecuali pasir dan air, masih ada beberapa media tanam lain yang dapat digunakan. Diantaranya yang terkenal baik adalah kerikil, pecahan genteng, dan bata, gabus putih (Styrofoam), serbuk kayu dan lain-lain. Media ini seperti biasa harus disterilkan terlebih dahulu. Menyeterilkan media serupa ini bisa dengan jalan pemanasan, bisa pula dengan jalan menyikatnya sampai bersih menggunakan air sabun hangat-hangat kuku. Semua bahan ini memiliki kadar kesarangan yang tinggi dan amat baik untuk mengalirkan jumlah air yang berlebihan. Jadi fungsinya tak lain dari sekedar mengalirkan makanan dan menolong tanaman berdiri. Pengadaan benda-benda ini tergolong mudah dan murah. Penggunaannya tak banyak mengundang kerepotan. Hanya saja dengan menggunakan media ini tanaman mudah kering berarti pula kita harus rajin menyiramnya (Lingga, 1999). Menggunakan pecahan bata sebagai media tanam, berarti bentuk dan ukurannya harus diubah dahulu. Ukuran yang ideal antara 1-1,5 cm. Jadi tergolong kecil-kecil. Namun menurut pengalaman, pecahan bata ini kurang praktis untuk digunakan karena membersihkannya agak sulit di samping bahan ini dapat berubah menjadi busuk dan secara drastis akan mengubah tingkat pH dari

larutan pH yang digunakan. Namun, dengan perhatian dan perawatan khusus, bata juga bisa digunakan sebagai media tanaman untuk mencoba sistem hidroponik (Lingga, 1999). Serbuk kayu termasuk salah satu pilihan untuk media tanam. Namun serbuk ini punya kecenderungan untuk berubah dan menggumpal dan menjadi penghalang aliran larutan. Kecuali itu serbuk ini bisa berubah busuk dan hancur, serta barang tentu menjadi sumber hama dan penyakit, yang sekaligus membawa kerugian atau kematian bagi tanaman (Lingga, 1999). Prinsip Kerja Hidroponik Pemahaman prinsip kerja hidroponik secara jelas merupakan salah satu faktor keberhasilan dalam menerapkan sistem budidaya ini. Berikut ini 5 prinsip kerja hidroponik yang perlu dipahami (Hartus, 2002): 1. Menyiapkan tempat budidaya yang bersih, tidak ternaungi, dan atap bangunan tertutup plastik transparan. 2. Memasang jaringan informasi irigasi dengan metode tetes menggunakan gaya gravitasi. 3. Menyediakan media tanam yang porus, steril, ringan, mudah didapat, dan murah. 4. Memberikan larutan nutrisi yang mengandung 16 unsur hara esensial tersebut dalam dosis, konsentrasi, komposisi, pH, dan volume yang tepat kepada tanaman yang dibudidayakan. 5. Melakukan pemeliharaan dengan baik dan benar, terutama pemangkasan, pemasangan benang lanjaran, dan pengendalian hama dan penyakit.

10

Pemeliharaan Tanaman Hidroponik Pemeliharaan tanaman hidroponik meliputi penyulaman,penyiraman larutan nutrisi,pemasangan benang lanjaran,dan pengendalian hama penyakit (Hartus, 2002). Tanaman yang mati,layu,atau patah harus disulam.Bibit yang digunakan untuk menyulam adalah sisa bibit yang memang telah kita cadangkan untuk sulaman.Penyulaman sebaiknya tidak lebih dari lima hari terhitung sejak tanam.Lebih dari itu,penyulaman akan menghasilkan tanaman yang kerdil. (Hartus, 2002). Pada hari ke-0 (pada saat penanaman),tanaman belum mendapatkan larutan nutrisi.Penyiraman dilakukan dengan air sumur.Penyiraman dengan larutan nutrisi dilakukan mulai hari pertama sejak penanaman.Untuk itu,persiapan yang berkaitan dengan latutan nutrisi sudah dilakukan sebelum penanaman (Hartus, 2002). Lanjaran mutlak diperlukan oleh tanaman hidroponik karena tanaman berdiri kokoh.Media arang sekam yang membungkus perakaran tidak mampu mencengkeram perakaran dengan kuat seperti halnya tanah.Akibatnya,batang tanaman mudah sekali rebah.Terlebih untuk tanaman yang tumbuh tinggi seperti mentimun,melon dan tomat (Hartus, 2002). Serangan penyakit pada tanaman akan berakibatnya turunnya kualitas dan kuantitas hasil tanaman.Tentu saja hali ini akan berimbas pada turunnya pendapatan petani.Serangan penyakit lebih sering terjadi akibat tubuh tanaman lemah.Lemahnya tanaman akan mempermudah bagi cendawan bakteri yang
11

menyerang tanaman tersebut.Namun,bila tubuh tanaman kokoh maka penyakit cendawan dan bakteri jarang memiliki kesempatan menyerang tanaman.Agar tanaman menjadi kokoh yang dan kuat sehingga adalah tidak mudah diserang ke

penyakit,kegiatan

diperlukan

memberikan

pupuk

tanaman.Pemberian pupuk ini harus dengan rasio antarhara yang tepat,volume pemberian larutan yang leluasa,pH berada dala kisaran yang baik,dan EC yang optimal (Sutiyoso,2003).

12

ALAT DAN BAHAN


ALAT 1. Pot,digunakan sebagai wadah untuk meletakkan tanaman bambu jepang. 2. Lidi,digunakan untuk mengukur keadaan air. 3. Pipa,digunakan sebagai tempat untuk mengetahui keadaan air.

BAHAN 1. Bambu Jepang,digunakan sebagai tanaman hidroponik. 2. Batu apung,digunakan sebagai unsur hara tanaman sebagai pengganti tanah. 3. Styrofoam,digunakan untuk menutupi pot yang berlubang dan digunakan sebagai pengukur keadaan air. 4. Bensin,digunakan untuk melelehkan stryfoam supaya bisa dijadikan untuk menutupi pot yang berlubang tersebut. 5. Label nama,digunakan untuk menandakan pot sesuai dengan kelompok. 6. Selotip,digunakan untuk menempelkan bagian bawah pot agar tidak bocor pada saat pengisian air. 7. Air,digunakan untuk menyiram tanaman hidroponik dan digunakan juga untuk mensterilkan batu kapur

13

You might also like