You are on page 1of 13

MAKALAH AGAMA ISLAM

PERDAGANGAN ANAK DI INDONESIA

Disusun Oleh: Aisyah Nur Afianti Al Malik Masahiko Otsuka Mahpud Aldino Jazmi Aldo Kalula Angky Listya Zufri Putri Kusumawardhani

(1206222345) (1206229566) (1206225391) (1206227806) (1206229894) (1206229484)

Fakultas Teknik

Universitas Indonesia

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis penjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul Perdagangan Anak di Indonesia. Penulisan makalah merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah MPK Agama Islam Universitas Indonesia. Dalam Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang penulis miliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini. Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada : 1. Bapak Sihabuddin Afroni, yang sudah memberikan tugas dan petunjuk kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ini. 2. Teman-teman yang sudah membantu 3. Rekan-rekan semua di Kelas MPK Agama Islam Fakultas Teknik Universitas Indonesia 4. Secara khusus penulis menyampaikan terima kasih kepada keluarga tercinta yang telah memberikan dorongan dan bantuan serta pengertian yang besar kepada penulis dalam menyelesaikan makalah ini. 5. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberikan bantuan dalam penulisan makalah ini. Akhirnya penulis berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal pada mereka yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai ibadah, Amiin Yaa Robbal Alamiin.

Depok, Mei 2013

Tim Penulis

BAB I PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang Anak adalah titipan TuhanYang Maha Esa yang dititipkan kepada orang tua. Orang tua wajib mebesarkan, mendidik, dan meberi pendidikan hingga anak tumbuh dewasa. Setiap anak mempunyai hak untuk tumbuh dan berkembang serta merasakan hidup di dunia yang luas ini, karena anak adalah generasi muda penerus cita-cita bangsa Indonesia. Tapi dalam prakteknya kita sering sekali mendengar berita tentang kekerasan anak. Terlebih lagi kasus perdagangan anak yang saat ini sudah tidak asing lagi di masyarakat. Banyak sekali berita yang dimuat di media massa yang isinya mengenai kasus perdagangan manusia. Tidak hanya negara berkembang saja yang memiliki kasus perdagangan manusia. Bahkan, pada negara-negara maju pun kasus seperti ini sangat sering ditemui. Masalah ini merupakan masalah yang sangat sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Isu mengenai perdagangan manusia yang diangkat akan terus dibicarakan sepanjang waktu. Hal tersebut dikarenakan masalah mengenai perdagangan manusia sudah sangat mengakar dan membudaya dalam kehidupan sehari-hari. Saat ini, perdagangan manusia menjadi salah satu tema yang patut dibicarakan. Sikap dari berbagai macam kalangan yang beragam dalam menghadapi masalah perdagangan manusia. Serta adanya pro dan kontra yang datang dari semua kalangan dalam masyarakat Indonesia membuat permasalahan ini harus diluruskan. Perdagangan manusia membawa dampak buruk bagi semua kalangan masyarakat. Maka, hal ini memberikan tantangan kepada penulis dan pembaca sebagai masyarakat Indonesia, masyarakat yang madani, dan juga sebagai seseorang yang mempunyai wawasan untuk menyikapi hal tersebut secara bijak dan juga rasional.

1.2.

Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut : 1. 2. Apakah penyebab perdagangan anak? Apa sajakah modus-modus perdagangan anak?

3.

Apa peran keluarga dan masyarakat islam dalam mencegah perdagangan anak?

4.

Apakah peran institusi sosial Islam dan kerukunan umat beragama dalam mencegah perdagangan anak?

5. 6.

Apa sanksi dari perdagangan anak menurut UUD dan Islam? Bagaimana solusi untuk mengatasi perdagangan manusia di Indonesia?

1.3.

Tujuan Penulisan Tujuan penulis membuat makalah ini adalah untuk mengajak semua kalangan untuk memahami situasi kasus perdagangan manusia yang terjadi di Indonesia. Tidak hanya itu, penulis juga mengajak semua kalangan untuk memahami apa saja penyebab yang mendorong terjadinya kasus perdagangan manusia serta akibat yang ditimbulkan dari tindakan tersebut. Selain itu, tujuan penulis adalah untuk membangun kepedulian semua kalangan masyarakat terhadap kasus perdagangan manusia di Indonesia. Wujud kepedulian terhadap kasus ini dapat dibangun dengan cara ikut berpartisipasi dalam pencarian solusi untuk masalah perdagangan manusia yang terjadi di wilayah Indonesia.

BAB II ISI 2.1. Penyebab Perdagangan Anak Dalam kasus perdagangan anak yang beberapa tahun belakangan ini semakin marak beredar di Indonesia terdapat beberapa penyebab yang dapat menjadi dorongan bagi pelaku kejahatan dalam melakukan perdagangan anak, yaitu : a. Kemiskinan Semenjak terjadinya krisis ekonomi mulai tahun 1997, semuanya berdampak kepada seluruh elemen masyarakat. Perekonomian semakin sulit, semakin banyak rakyat yang tidak mampu untuk membiayai keluarganya khususnya anaknya. Mulai dari biaya pendidikan, kehidupan sehari-hari. Himpitan perekonomian itu membuat keluarga khususnya orangtua semakin mudah terbujuk rayu oleh agen atau pelaku perdagangan anak dengan iming-iming serta janji palsu akan pekerjaan yang dapat membuat hidup lebih baik lagi dengan gaji yang besar. b. Kurangnya pendidikan dan Informasi Kekurangtahuan akan informasi mengenai perdagangan anak membuat orangorang lebih mudah untuk terjebak menjadi korban perdagangan anak khususnya di pedesaan dan terkadang tanpa disadari pelaku perdagangan anak tidak menyadari bahwa ia sudah melanggar hukum. c. Terjerat Hutang Penjeratan hutang yang terjadi terkadang dijadikan sebagai senjata untuk membuat orang menjadi penghambaan. Sehingga terkadang membuat orangtua yang memiliki hutang untuk memberikan anaknya untuk bekerja, diperistri, atau lain hal untuk membayar hutang-hutang tersebut. d. Kehancuran Keluarga Kehancuran keluarga atau permasalahan keluarga dapat menjadi pemicu terlibatnya anak dalam perdagangan, hal ini dikarenakan membuat anak tidak betah dirumah dan merasa tidak nyaman sehingga menyebabkan anak lari dari rumah.

e. Terbatasnya Kesempatan Kerja Ketidakjelasan akan pekerjaan membuat orang menjadi pasrah dalam menerima pekerjaan untuk dipekerjakan sebagai apa saja dan hal ini yang membuat para pelaku menargetkan anak sebagai korban. f. Budaya Budaya merupakan faktor untuk seorang anak terlibat menjadi korban perdagangan anak, hal ini disebabkan karena nilai yang berkembang menyatakan bahwa seorang anak harus membayar semua kebaikan yang dilakukan orangtuanya. Hal ini yang membuat orantua dan anak itu sendiri untuk terjebak menjadi korban. g. Kurangnya Pencatatan / Dokumentasi Dokumentasi ini meliputi akta kelahiran atau surat keterangan kelahiran. Karena hal ini sangat minim dilakukan, maka akan sangat mudah untuk melakukan pemalsuan identitas. Sampai saat ini, masih banyak orangtua yang tidak mencatatkan kelahiran anaknya di kantor catatan sipil. Para orangtua melakukan hal tersebut karena mereka menganggap bahwa untuk mencatatkan kelahiran anak-anak mereak dibutuhkan sejumlah uang yang besar. Akibat yang ditimbulkan dari hal ini adalah anak-anak tersebut tidak akan tercatat oleh negara. Apabila sewaktu-waktu mereka menjadi korban perdagangan manusia, mereka akan sangat sulit untuk mendapatkan bantuan dari pihak terkait. h. Kurangnya Sikap Pemerintah Faktor terakhir adalah lemahnya aparat penegak hukum dan pihak-pihak terkait dalam melakukan penjagaan terhadap indikasi terjadinya kasus perdagangan manusia. Sampai saat ini, para pelaku kasus perdagangan manusia masih dapat bebas berkeliaran tanpa adanya pengawasan yang ketat dari aparat penegak hukum. Hal inilah yang membuat kasus perdagangan manusia seolah-olah dihalalkan dan tidak ada titik terang mengenai penyelesaiannya. 2.2. Modus Perdagangan Anak Dalam beberapa tahun terakhir, perdagangan bayi yang marak terjadi tidak berbanding lurus dengan jumlah penculikan anak. Dalam jangka waktu tiga tahun terakhir, jumlah penculikan menurun karena sindikat perdagangan ini mengubah strategi mendapatkan anak dengan meminta langsung kepada keluarga yang tidak mampu. "Kalau dari jumlah angka penculikan bayi memang menurun tiga tahun terakhir. Modus penculikan yang mereka gunakan bergeser dengan meminta bayi secara baik-

baik dari orangtuanya dengan iming-iming akan diasuh dan dibesarkan dengan baik agar menjadi orang sukses," kata Ketua Divisi Pengawasan dan Monev KPAI Muhamad Ihsan kepada wartawan pada Rabu (6/2/2013). Perubahan modus tersebut, kata Ihsan, didasari oleh risiko penculikan anak yang akan dilaporkan oleh orangtua bayi. Jika anak mereka diculik dan segera melaporkan hal tersebut kepada pihak kepolisian, maka penculikan tersebut akan lebih berisiko dibanding meminta anak secara baik-baik. Dengan perubahan strategi seperti ini, kata Ihsan, orangtua tidak akan melaporkan kepada kepolisian mengenai kehilangan anak. Modus seperti ini membuat data penjualan bayi dari hasil penculikan tidak masuk ke pihak kepolisian atau lembaga terkait. Dari hasil penelusuran, terdapat modus-modus yang dilakukan sindikat perdagangan anak untuk mendapatkan bayi. Pertama, kata Ihsan, mereka keliling dengan mengamati klinik dan mengidentifikasi ibu miskin yang sedang hamil. Setelah melakukan pendekatan, orangtua kurang mampu akan diberi bantuan sehingga ketika melahirkan, sindikat ini bisa meminta bayi yang telah dilahirkan sebagai anak asuhnya. Modus kedua, kata Ihsan, mereka mendatangi panti-panti asuhan dan mencari anak yang bisa diasuh. Dengan modus ini, pemilik panti tidak akan memberikan laporan kehilangan anak. Modus ketiga, dengan cara mendatangi daerah padat, kumuh, dan miskin. Setelah membidik bayi yang akan dijual, mereka membujuk orangtua agar anaknya diasuh. Ihsan mengungkapkan, setelah mendapatkan anak dari orangtua tersebut, pelaku (trafiker) bekerja sama dengan bidan atau calo. Bidan atau calo bertugas untuk membuat surat keterangan lahir dengan mencantumkan nama yang ditunjuk sebagai orangtua bayi sehingga dapat mengurus akta kelahiran dan paspor anak. Dalam menjaring korbannya oknum-oknum yang sering melakukan perdagangan anak memiliki beberapa cara atau modus untuk mendekati korban maupun keluarga korban diantaranya dengan menjanjikan pekerjaan, seperti : PRT (Pembantu Rumah Tangga), Pekerja Restoran, atau pekerjaan-pekerjaan tanpa keahlian lainnya. Ada juga oknum yang menjanjikan korbannya untuk dapat bekerja di luar negeri dengan diiming-imingi gaji yang besar. 2.3. Peran Keluarga dan Masyarakat Islam Dalam Mencegah Perdagangan Anak Keluarga sebagai unit sosial terkecil dalam masyarakat dan berperan sebagai lembaga pendidikan informal, merupakan lingkungan budaya pertama dan utama dalam menanamkan norma dan mengembangkan berbagai kebiasaan dan perilaku yang dianggap penting bagi kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakat. Fungsi pendidikan dalam keluarga tidak terlepas dari peranan ayah dan ibu yang memiliki beberapa turunan fungsi yang bersifat kultur (pendidikan budaya) untuk mempartahankan budaya dan adat keluarga, bersifat religi (pendidikan agama) agar kehidupan dalam keluarga berjalan dengan baik, sejahtera, tenteram dan terarah. Selain itu, pendidikan dalam keluarga juga bersifat ekonomis (pendidikan ekonomi) sehingga tidak tercipta krisis keuangan keluarga, bersifat sosialisasi

(pendidikan sosial) agar menciptakan suasana yang kondusif baik secara internal maupun eksternal, bersifat protektif (pendidikan proteksi) untuk melindungi wahana keluarga dari pengaruh apapun atau faktor apapun yang merugikan bagi keluarga dan lainya. Perdagangan manusia juga dipicu oleh faktor-faktor budaya masyarakat yang juga memberikan kontribusi terhadap terjadinya praktek trafficking. Hal itu dipengaruhi hal-hal berikut: 1. Peran perempuan dalam keluarga Meskipun norma-norma budaya menekankan bahwa tempat perempuan adalah di rumah sebagai istri dan ibu, juga diakui bahwa perempuan seringkali menjadi pencari nafkah tambahan/pelengkap buat kebutuhan keluarga. Rasa tanggung jawab dan kewajiban membuat banyak wanita bermigrasi untuk bekerja agar dapat membantu keluarga mereka. 2. Peran anak dalam keluarga Kepatuhan terhadap orang tua dan kewajiban untuk membantu keluarga membuat anak-anak rentan terhadap praktek trafficking.Sudah menjadi rahasia umum bahwa eksploitasi anak bisa saja datang dari keluarga, misalnya menyuruh anak untuk menjadi TKI. Jika tidak paham akan prosedur, bisa-bisa si anak malah terjebak dalam jaringan yang memberdayakan anak (terutama perempuan) untuk dipekerjakan di tempat-tempat yang tidak semestinya. 3. Perkawinan dini Perkawinan dini mempunyai implikasi yang serius bagi para anak perempuan termasuk bahaya kesehatan, putus sekolah, kesempatan ekonomi yang terbatas, gangguan perkembangan pribadi, dan seringkali, juga perceraian dini. Anak-anak perempuan yang sudah bercerai secara sah dianggap sebagai orang dewasa dan rentan terhadap praktek trafficking hal ini disebabkan kerapuhan ekonomi mereka. 4. Sejarah pekerjaan karena jeratan utang Praktek menyewakan tenaga anggota keluarga untuk melunasi pinjaman merupakan strategi penopang kehidupan keluarga yang dapat diterima oleh masyarakat. Orang yang ditempatkan sebagai buruh karena jeratan hutang khususnya, rentan terhadap kondisi-kondisi yang sewenang-wenang dan kondisi yang mirip dengan perbudakan. 5. Kurangnya pencatatan kelahiran Orang tanpa pengenal yang memadai lebih mudah menjadi mangsa trafficking karena usia dan kewarganegaraan mereka tidak terdokumentasi. Anak-anak yang perdagangkan, misalnya, lebih mudah diwalikan ke orang dewasa manapun yang memintanya. 6. Kurangnya pendidikan Orang dengan pendidikan yang terbatas memiliki lebih sedikit keahlian/skill dan kesempatan kerja dan mereka lebih mudah diperdagangkan karena mereka bermigrasi mencari pekerjaan yang tidak membutuhkan keahlian.

2.5.

Sanksi dari Perdagangan Anak Menurut UUD dan Islam Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak pun melarang perdagangan anak. Sementara UU No. 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang memberikan sanksi tegas terhadap pelaku tindak pidana perdagangan anak. Sesuai Pasal 17 UU ini, misalnya, ancaman tindak pidana perdagangan anak, hukumannya ditambah sepertiga, yaitu dipidana penjara paling singkat 4 tahun dan paling lama 20 tahun dengan denda paling sedikit Rp 160 juta Rp 800 juta. Tetapi, sampai sekarang penegakan hukum kasus ini kurang tegas. Banyak sekali pelaku kasus perdagangan anak tidak mendapatkan sanksi hukuman berat di pengadilan. Berdasarkan penelitian ini ditemukan bahwa tindak pidana perdagangan anak menurut Pasal 17 UU NO. 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang yang berbunyi: quot;Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, Pasal 3, dan Pasal 4 dilakukan terhadap anak, maka ancaman pidananya ditambah 1/3 (sepertiga), quot; yaitu dipidana penjara paling singkat 4 tahun dan paling lama 20 tahun dan pidana denda paling sedikit Rp.160.000.000,00 dan paling banyak Rp.800.000.000,00. Selain melanggar hak-hak asasi manusia dan merupakan kejahatan kemanusiaan , trafiking terhadap perempuan dan anak juga tidak dibenarkan dalam perspektif Islam, apapun alasannya. Kyai Husein Muhammad dari Fahmina Institute, Cirebon mengatakan bahwa dari teks Al-Qur?an maupun Sunnah (hadist) yang menyatakan kewajiban manusia untuk menjaga prinsip-prinsip kemanusiaan, misalnya pada Q.S. Al-Isra 70, yang menyatakan bahwa : ?Sungguh, Kami benarbenar memuliakan anak-anak Adam (manusia). Kami sediakan bagi mereka sarana dan fasilitas untuk kehidupan mereka di darat dan di laut. Kami beri rizki yang baikbaik, serta Kami utamakan mereka di atas ciptaan Kami yang lain. Pernyataan tersebut jelas tidak membedakan baik itu perempuan maupun laki-laki. Maka sangat jelas, bahwa Islam mengharamkan perbudakan dan trafiking atau perdagangan manusia dalam arti yang lebih umum. Karena dalam perspektif Islam, hal ini melanggar hak asasi manusia dan ketentuan Allah yang sudah dijelaskan bahwa kedudukan manusia semua sama. Allah juga sangat memuliakan manusia dengan menganugerahkan manusia dengan akal fikiran, kemampuan dalam berbicara, bentuk rupa yang baik

serta hak kepemilikan yang Allah sediakan di dunia yang tidak dimiliki oleh makhlukmakhluk lainnya.

2.6.

Solusi dalam Menghindari Perdagangan Anak

Rendahnya tingkat ekonomi, pendidikan, dan situasi psikologis adalah penyebab utama terjadinya perdagangan manusia. Ada beberapa solusi yang dapat dilakukan agar kasus perdagangan manusia dapat berkurang. Solusi pertama adalah meningkatkan kesadaran masyarakat melalui penyuluhan pemuka agama dan pemerintah. Apabila kesadaran masyarakat akan bahaya dari perdagangan manusia sudah muncul, maka diharapkan tingkat perdagangan manusia akan sdikit berkurang. Solusi kedua adalah memperluas tenaga kerja, fokus pada program Usaha Kecil Menengah (UKM), serta pemberdayaan perempuan. Apabila lapangan kerja di Indonesia sudah cukup memenuhi kebutuhan masyarakat, maka keinginan untuk bermigrasi dan bekerja di luar negeri akan berkurang dan resiko perdagangan manusia pun akan semakin berkurang juga. Solusi selanjutnya adalah meningkatkan pengawasan di setiap perbatas NKRI serta meningkatkan kinerja para aparat penegak hukum. Kejahatan seperti perdagangan manusia dapat saja terjadi. Kemungkinan untuk terjadi akan semakin besar apabila tidak ada pengawasan yang ketat oleh aparat yang terkait. Apabila pengawasan sudah ketat dan hukum sudah ditegakkan, maka kasus perdagangan manusia dapat berkurang. Solusi lainnya adalah memberikan pengetahuan dan penyuluhan seefektif mungkin kepada masyarakat. Untuk dapat mencegah masalah ini, perlu diadakan penyuluhan dan sosialisasi masalah yang rutin mengenai perdagangan manusia kepada masyarakat. Dengan sosialisasi secara terus-menerus, masyarakat akan mengetahui bahaya masalah ini dan bagaimana solusinya. Pendidikan tentu saja tidak hanya diberikan kepada masyarakat golongan menengah ke atas. Justru pendidikan tersebut harus diberikan kepada kaum kelas bawah, karena mereka rentan sekali menjadi korban praktik perdagangan manusia. perdagangan manusia seringkali terjadi pada masyarakat dengan taraf pendidikan yang cukup rendah. Pendidikan harus diberikan dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh semua lapisan masyarakat.

Setelah masyarakat mengetahui masalah ini, saatnya mereka memberitahu keepada orang lain yang belum tahu. Apabila informasi seperti ini tidak disebarluaskan, maka rantai masalah ini tidak akan pernah terputus. Sudah menjadi kewajiban masyarakan untuk menyampaikan apa yang terjadi pada orang lain, terlebih lagi orang-orang yang dianggap berpotensi mengalami tindakan perdagangan manusia. Sebab, orang yang tidak mengetahui adanya permasalahan ini tidak akan menyadari bahwa hal ini mungkin telah terjadi pada orang lain di sekitar mereka. Solusi terakhir adalah berperan aktif untuk mencegah. Setelah mengetahui dan berusahaa berbagi dengan masyarakat yang lain, kita juga dapat berperan aktif untuk menanggulangi permasalahan ini. Berperan aktif dapat dilakukan dengan cara melaporkan kasus perdagangan manusia yang diketahui kepada pihak yang berwajib. Masyarakat juga bisa mengarahkan keluarganya untuk lebih berhati-hati terhadap orang lain, baik yang tidak dikenal maupun yang sudah dikenal. Mungkin hal yang dilakukan hanyalah sesuatu yang kecil dan sederhana, namun apabila semua orang bergerak untuk turut melakukannya, bukan tidak mungkin masalah ini akan teratasi.

BAB III PENUTUP

3.1.

Kesimpulan Anak adalah titipan dari Allah SWT yang paling berharga kepada orangtua. Oleh karena itu, orangtua mempunyai kewajiban lebih untuk merawat dan mendidik anaknya hingga dewasa dan menjaga agar tidak terjadi hal-hal buruk kepada anaknya. Tetapi dewasa ini, banyak faktor seperti kekurangan biaya untuk memenuhi

kebutuhan rumah tangga, ketidakharmonisan dalam berumah tangga, dan yang paling penting, berkurangnya keimanan dan rasa saling peduli antar satu sama lain menyebabkan maraknya perdagangan anak. Tidak hanya faktor internal, faktor eksternal seperti kurangnya pencatatan bayi yang baru lahir, berkurangnya lapangan kerja saat ini, rendahnya tingkat pendidikan untuk masyarakat kurang mampu dan lain sebagainya turut berperan penting dalam melonjaknya angka perdagangan anak akhirakhir ini. Padahal, jelas-jelas secara hukum dan agama perdagangan anak ini sangat dilarang karena mencabut kebebasan serta hak-hak lain sang anak sebagai manusia. Oleh karena itu, dibutuhkan kerjasama yang menyeluruh dari semua pihak untuk menurunkan angka penculikan dan perdagangan anak di Indonesia. Tidak hanya orangtua yang perlu menanamkan dengan baik cara menjaga diri kepada sang anak, pihak-pihak yang berwenang pun harus serius dalam mencegah hal ini mulai dari pencatatan bayi yang baru lahir, pelacakan yang menyeluruh terhadap kasus-kasus penculikan anak, pemberian sanksi yang berat kepada terdakwa penculikan dan perdagangan, serta anti-suap jika pihak-pihak penculik atau pedagang anak menawarkan uang agar tidak ditangkap.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Sofian: Harian Kompas, 23 Februari 2010.

http://www.gugustugastrafficking.org http://puanamalhayati.or.id http://www.jurnalperempuan.com/yjp.jpo/?act=berita%7C-348%7CN http://majelisfiqih.wordpress.com

http://www.voaindonesia.com http://megapolitan.kompas.com/

You might also like