You are on page 1of 21

BAB I PENDAHULUAN

I.1Latarbelakang Penyakit periodontal merupakan penyakit multi faktorial dengan penyebab utama bakteri gram negatif anaerob serta adanya gangguan kelainan sistemik dan kelainan imunologi. Periodontitis merupakan salah satu manifestasi dari diabetes mellitus dengan gejala adanya poket periodontal, gigi goyang dan resorpsi tulang. Dilaporkan pula bahwa pada penderita diabetes mellitus tipe 2 teregulasi jelek mempunyai keparahan penyakit periodontal lebih tinggi dibandingkan diabetes mellitus regulasi baik . I.2Tujuan Tujuan penulisan ini untuk mengetahui pengaruh Diabetes Mellitus terhadap jaringan periodontal dan untuk melengkapi tugas akhir di stase gigi dan mulut RSUD WALED I.3Manfaat Dengan adanya tulisan ini , diharapkan dapat menambah wawasan dan pemahaman tentang pengaruh Diabetes mellitus terhadap jaringan periodontal serta pencegahan nya bagi penderita Diabetes mellitus

BAB II ISI
II.1.Diabetes Mellitus Diabetes Mellitus adalah penyakit gangguan metabolisme tubuh di mana hormon insulin tidak bekerja sebagaimana mestinya. Insulin adalah hormon yang diproduksi oleh kelenjar pankreas dan berfungsi untuk mengontrol kadar gula dalam darah dengan mengubah karbohidrat, lemak dan protein menjadi energi. Jumlah penderita Diabetes Mellitus atau yang biasa dikenal oleh masyarakat awam sebagai penyakit kencing manis semakin meningkat tiap tahunnya. Dari data yang dilansir WHO, Indonesia menempati urutan keempat dalam urutan negara-negara yang memiliki jumlah penderita diabetes terbanyak di dunia. Diabetes mellitus merupakan penyakit metabolik sebagai akibat kurangnya insulin di dalam tubuh sehingga glukosa darah diatas normal hampir sepanjang waktu, dengan tanda tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai gejala klinis akut 3P (poliuria, polidipsi, polifagia ) atau kadang kadang tanpa gejala. Hormon insulin yang dihasilkan oleh kelenjar pankreas (terletak pada lekukan usus dua belas jari ) penting untuk menjaga keseimbanagan kadar gula / glukosa darah antara 60 100 mg/dl pada waktu puasa dan kadar gula darah dua jam sesudah makan sekitar 100 140 mg /dl. Apabila terdapat gangguan kerja insulin baik kualitas maupun kuantitias, maka keseimbangan tersebut menjadi terganggu dan glukosa darah akan cenderung naik menjadi 4 kali lipat. II.2Mekanisme terjadinya diabetes mellitus Penyebab terjadinya diabetes mellitus adalah ketidakmampuan sel pulau langerhans pada pankreas untuk memproduksi hormon insulin ( dalam jumlah cukup ) yang mengakibatkan kuantitas dan kualitas insulin yang diproduksi tidak sesuai dengan kebutuhan metabolisme glukosa.Bila terjadi cacat pada sel pankreas , maka insulin tidak dihasilkan secara normal, akibatnya sebagian besar glukosa didalam darah tidak dapat masuk kedalam sel jaringan tubuh

untuk proses metabolisme, sehingga glukosa yang tertimbun didalam darah makin lama makin bertambah banyak. Hal ini mengakibatkan kadar glukosa di dalam darah akan berlebihan ( disebut hiperglikemia ) dan sel jaringan tubuh kekurangan glukosa, karena glukosa darah berlebihan maka sebagian glukosa akan dikeluarkan bersama urin. Atas dasar uraian diatas , maka yang disebut diabetes mellitus adalah penyakit kronis yang biasanya herediter ( dapat menurun ) yang ditandai dengan adanya glukosa didalam urin. II.3 Klasifikasi diabetes mellitus Klasifikasi diabetes mellitus berdasarkan PERKENI ( Perkumpulan Endokrinologi Indonesia ), sesuai dengan anjuran klasifikasi diabetes mellitus yang dibuat oleh American Diabetes Assosiation (ADA) 1997, yang ditetapkan berdasarkan penyebabnya : 1. Diabetes mellitus tipe 1 Adanya kerusakan sel pankreas ( sel penghasil insulin ) pada pankreas , umumnya menjurus pada kekurangan insulin absolut / mutlak, penyebabnya adalah : autoinmun dan idiopatik.Diabetes mellitus tipe 1 disebut insulin dependent diabetes ( IDDM-diabetes yang bergantung pada insulin ).Sampai saat ini diabetes tipe 1 tidak dapat dicegah .Diet dan olahraga tidak dapat menyembuhkan ataupun mencegah diabetes tipe 1.Kebanyakan penderita diabetes tipe 1 ,memiliki kesehatan dan berat badan yang baik saat penyakit ini mulai diderita.Selain itu sensitivitas maupun respon tubuh terhadap insulin umumnya normal pada penderita diabetes tipe ini terutama pada tahap awal. Penyebap terbanyak dari kehilangan sel beta pada diabetes tipe 1 adalah kesalahan reaksi autoimunitas yang menghancurkan sel beta pancreas.Reaksi autiomunitas ini dapat dipacu oleh adanya infeksi pada tubuh.Saat ini diabetes tipe 1 hanya dapat diobati dengan menggunakan insulin ,dengan pengawasan yang teliti terhadap tingkat glukosa darah.Pengobatan dasar diabetes tipe 1,bahkan untuk tahap paling awal sekalipun adalah penggantian insulin.Tanpa insulin,ketosis dan diabetic ketoasidosis bias menyebapkan koma bahkan bisa mengakibatkan kematian,penekanan juga diberikan pada penyesuaian gaya hidup ( diet dan olahraga ). 2. Diabetes mellitus tipe 2

penyebabnya bervariasi yang terutama adalah resistensi insulin ( jumlah insulin banyak, tetapi tidak dapat berfungsi ) dapat juga disertai kekurangan insulin relatif , gangguan produksi ( sekresi ) insulin.Diabetes mellitus tipe 2 disebut non insulin dependent diabetes mellitus (NIDDM- Diabetes yang tidak bergantung pada insulin ) terjadi karena kombinasi dari kecacatan dalam produksi insulin dan resistensi terhadap insulin. Pada tahap awal abnormalitas yang paling utama adalah berkurangnya sensitifitas terhadap insulin yang ditandai dengan meningkatnya kadar insulin dalam darah.Pada tahap ini hiperglikemia dapat diatasi dengan Obat Anti Diabetes yang dapat meningkatkan sensitifitas terhadap terhadap insulin atau mengurangi produksi glukosa dari hepar,namun semakin parah penyakit,sekresi insulin semakin berkurang dan terapi dengan insulin terkadang dibutuhkan 3. Diabetes mellitus gestasional kondisi diabetes sementara yang dialami selama masa kehamilan. Diabetes mellitus gestasional di defenisikan sebagai intoleransi glukosa yang terjadi pada saat hamil.Dengan resiko tinggi pada umur lebih dari 30 tahun, obesitas, riwayat diabetes mellitus dalam keluarga, pernah diabetes mellitus gestasional sebelumnya, pernah melahirkan anak besar > 4000 gram,glukosuria. Komplikasi yang sering ditemukan pada ibu antara lain adalah preeklampsi,infeksi saluran kemih dan trauma persalinan akibat bayi besar.Sedang komplikasi pada bayi anatara lain adalah hambatan pertumbuhan janin,cacat bawaan dan gawat nafas neonatal 4. Diabetes tipe lain disebabkan bermacam macam mis defek / cacat genetik fungsi sel , defek genetik kerja insulin, pankreatitis, dan obat / zat kimia, infeksi.

II.4 Manifestasi oral diabetik

Segala manifestasi didalam rongga mulut yang meliputi saliva, lidah , mukosa , gingiva , periodontium dan gigi sebagai akibat dari diabetes meliitus disebut Oral diabetik / Diabetik Oral manifestation. Ciri utama manifestasi penyakit Diabetes Mellitus [DM] di rongga mulut adalah adanya peradangan gusi yang berlebihan. Penderita DM yang tidak terkontrol pada umumnya mudah mengalami luka atau perdarahan pada saat menyikat gigi atau sedang menggunakan benang gigi. Hal ini disebabkan karena pada penderita DM ditemukan pembengkakan lapisan epitel dari pembuluh darah gusi yang dapat menghalangi difusi oksigen. Selain itu, juga terjadi perubahan flora normal dari plak gigi yaitu berupa peningkatan jumlah bakteri-bakteri patogen yang menyebabkan terjadinya penyakit gusi [gingivitis / periodontitis]. Penurunan fungsi dari salah satu sel darah putih [Poly Morpho Nuclear cell / PMN] yang terjadi pada penderita DM juga diperkirakan dapat memperparah penyakit gusi yang ada.

Selain penyakit gusi, DM juga menyebabkan bau mulut [acetone breath], penurunan produksi liur [xerostomia] sehingga mulut menjadi kering, pembesaran kelenjar liur [sialosis], dan adanya pertumbuhan jamur di rongga mulut [Candidiasis]. Perubahan perubahan patologis yang dapat dijumpai dalam mulut penderita diabetes mellitus adalah pada penderita diabetes mellitus yang tidak terawat dengan baik seringkali timbul hiposalivasi atau sekresi ludah berkurang. Ludah menjadi lebih kental dan mulut terasa kering yang disebut xerostomia diabetik. Selain karena perubahan pada kelenjar parotis , xerostomia diabetik ini juga disebabkan karena poliuria yang berat. Efek xerostomia diabetik antara lain adalah meningkatnya prevalensi karies dan memudahkan timbulnya infeksi didalan rongga mulut.

Lidah penderita diabetes mellitus terasa tebal , kadang kadang terasa kering seperti terbakar atau timbul ganngguan pengecapan pada lidah,

sehingga mengganggu nafsu makan penderita diabetes mellitus. Lidah tampak membesar , hiperemi, otot lidah lebih lunak. Mukosa rongga mulut tampak merah tua. Mukosa mulut terasa terbakar atau parestesia akibat nueropati diabetik, mudah timbul kandidiasis dan liken planus karena resistensi terhadap infeksi menurun.

Oral Manifestasi dari DM: 1. Pada Uncontrolled DM a. cheilosis (luka di sudut bibir) b. bibir kering dan pecah-pecah c. rasa panas dan terbakar pada oral mucosa (burning sensation) d. penurunan aliran saliva, saliva kental sehingga mulut terasa kering e. Perubahan flora bakteri di rongga mulut - candida albicans ( jika gula tinggi, maka pertumbuhan jamur tinggi) - hemolytic streptococcus - Staphylococcus f. perubahan pola erupsi g. gigi sensitif terhadap perkusi h. pada koronanya emailnya ada bercak-bercak putih karena ada hipoplasia enamel i. insidens kariesnya tinggi j. pada penderita yang parah mulutnya akan tercium bau aseton

2. pada controlled DM respon jaringan normal, hampir semua normal

II.5 Kelainan yang terjadi pada jaringan periodontal

Penyakit periodontal memang tidak populer, jarang diperbincangkan,tapi perlu diketahui karena merupakan salah satu penyakit dalam rongga mulut yang sering terjadi. Penyakit ini mengena jaringan gusi dan penyanggah gigi lainnya. Yang termasuk penyanggah gigi adalah gusi, serat perekat gigi dan tulang di sekitar gigi. Penyakit periodontal merupakan penyebab utama tanggalnya gigi pada orang dewasa yang disebabkan infeksi bakteri dan menimbulkan kerusakan gusi, serat perekat dan tulang di sekitar gigi. Penyebab utamanya adalah plak. Umumnya tidak menimbulkan rasa sakit. Kunjungan berkala ke dokter gigi sangat berarti untuk mendapatkan diagnosa dini dan perawatan penyakit periodontal. Kira-kira 15% orang dewasa usia 21 50 tahun dan 30% usia di atas 50 tahun mengalami penyakit ini. Penyakit periodontal merupakan salah satu penyakit yang sangat meluas dalam kehidupan manusia, sehingga kebanyakan masyarakat menerima keadaan ini sebagai sesuatu yang tidak terhindari. Namun studi etiologi, pencegahan dan perawatan penyakit periodontal menunjukkan bahwa penyakit ini dapat dicegah. Penyakit yang paling sering mengenai jaringan periodontal adalah gingivitis dan periodontitis.

Gingivitis adalah peradangan pada gusi yang disebabkan bakteri dengan tanda-tanda klinis perubahan warna lebih merah dari normal, gusi bengkak dan berdarah pada tekanan ringan. Penderita biasanya tidak merasa sakit pada

gusi. Gingivitis bersifat reversible yaitu jaringan gusi dapat kembali normal apabila dilakukan pembersihan plak dengan sikat gigi secara teratur. Periodontitis menunjukkan peradangan sudah sampai ke jaringan pendukung gigi yang lebih dalam. Penyakit ini bersifat progresif dan irreversible dan biasanya dijumpai antara usia 30-40 tahun. Apabila tidak dirawat dapat menyebabkan kehilangan gigi. Apabila sampai terjadi kehilangan gigi ini menunjukkan kegagalan dalam mempertahankan keberadaan gigi di rongga mulut sampai seumur hidup yang merupakan tujuan dari pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut. Berbagai gangguan kualitas hidup yang berhubungan dengan kese-hatan gigi dapat terjadi pada penderita antara lain keterbatasan fungsi seperti nafas bau, sulit mengunyah; rasa sakit dan disabilitas fisik seperti tidak bisa menyikat gigi dengan baik. Etiologi penyakit periodontal terbagi 2 : 1.Etiologi Lokal Terbagi menjadi : a. Iritasi Menyebabkan jaringan mengalami peradangan karena adanya iritan Inisiasi : penyebab utama. Co: plak bakteri Predisposisi : Faktor pendukung yang mempermudah terjadinya pengumpulan plak. Contoh: kalkulus, overhanging margin, ortho, caries, impaksi makanan. b. Fungsional Menyebabkan jaringan mengalami degenerasi/degeneratif jaringan. Yaitu kondisi-kondisi yang menyebabkan trauma oklusi (trauma from occlusion) Kerusakan di bagian jaringan perio di bagian attachment apparatus (ligamentum perio, tulang alveolar) oleh karena gaya-gaya yang melampaui adaptasi jaringan.

2. Etiologi sistemik Terbagi :

a. Modifying Primer Tanpa adanya iritasi lokal dapat menyebabkan pembesaran gingiva (gingiva enlargement). Misalnya pada orang yang diterapi obat-obat hipertensi atau dilantin dapat terjadi pembesaran gingiva walaupun sebenarnya oral hygienenya baik (tanpa iritasi) Dapat juga disebabkan karena keturunan b. Modifying sekunder Harus terdapat iritasi lokal baru bisa terjadi pembesaran gingiva Berikut ini adalah penjelasan mengenai jaringan periodontal yang sehat dan tahap-tahap perkembangan penyakit periodontal : 1. Gusi yang sehat Tanda-tanda gusi yang sehat adalah berwarna merah muda, lembut dan kenyal, bertekstur seperti kulit jeruk, bentuknya mengikuti kontur gigi dan tepinya berbentuk seperti kulit kerang serta tidak ada perdarahan pada saat penyikatan gigi 2. Gingivitis (peradangan pada gusi) Gingivitis umumnya ditandai dengan penumpukan plak di sepanjang tepi gusi, gusi yang terasa sakit, mudah berdarah, lunak dan bengkak. Selain itu seringkali terjadi perdarahan pada waktu menyikat gigi atau menggunakan benang gigi Gingivitis dapat dicegah dan disembuhkan melalui penyikatan gigi dan pembersihan sela gigi yang baik. Sebaliknya, bila hygiene mulut jelek, gingivitis akan berkembang menjadi periodontitis.

3. Periodontitis awal

Pada tahap ini mulai terjadi kerusakan tulang penyanggah gigi. Kerusakan ini disebabkan oleh desakan karang gigi yang terus tumbuh ke arah ujung akar gigi, akibatnya perlekatan jaringan penyanggah gigi dengan gigi menjadi rusak. Kerusakan yang terjadi menyebabkan menurunnya ketinggian tulang penyanggah gigi. Kerusakan ini tidak dapat dipulihkan, tapi penjalarannya dapat dihentikan membersihkan karang gigi dan mengangkat jaringan yang mati. Kadang-kadang, meskipun tulang penyanggah gigi sudah menurun ketinggiannya, tinggi gusi tidak berubah. Akibatnya terbentuk kantong yang mengelilingi gigi, disebut sebagai periodontal pocket. Kantong ini akan menjadi tempat menumpuknya sisa makanan dan menjadi tempat yang nyaman bagi kuman-kuman untuk hidup. Tanda tanda periodontitis awal seperti tanda-tanda gingivitis (nomor 1), ditambahkeadaan gusi yang kemerahan dan bengkak serta terdorong menjauhi gigi. Sedangkan periodontal pocket yang sedang meradang akan terasa gatal dan terasa nyaman bila melakukan gerakan menghisap. 4. Periodontitis lanjut Tanda-tanda Periodontitis tingkat lanjut adalah terjadi perubahan cara menggigit, perubahan kecekatan gigi palsu karena berkurangnya dukungan tulang penyanggah gigi. Akibat pengurangan tinggi tulang penyanggah gigi, akar gigi terbuka, sehingga sensitif terhadap panas atau dingin atau rasa sakit ketika menyikat. Peradangan pada jaringan periodontal seringkali ditandai dengan keluarnya nanah di antara gigi dan gusi bila gusi ditekan, bau mulut dan rasa gatal pada gusi. Berkurangnya dukungan jaringan penyanggah akan menyebabkan gigi akan goyang bahkan tanggal. Beberapa keadaan medis yang bisa mempermudah terjadinya periodontitis: - diabetes melitus - sindroma Down - penyakit Crohn - kekurangan sel darah putih - AIDS.

Penelitian mengenai hubungan diabetes mellitus dengan adanya kelainan pada jaringan periodontal sudah sering dilakukan, tetapi belum didapatkan kesatuan pendapat mengenai hubungan tersebut. Penderita diabetes mellitus tidak terkontrol dijumpai adanya peradangan gingival mulai dari gingivitis marginalis sampai periodontitis supuratif akut, gigi goyang , rasa sakit pada perkusi gigi, resorpsi tulang alveolar yang cepat dan abses gingival multiple. Sedang pada penderita diabetes terkontrol didapatkan bahwa gejala gejala tersebut menurun keparahannya dan bahkan ada kalanya hilang sama sekali. Penderita diabetes terkontrol menunjukkan resorpsi tulang alveolar yang lebih lambat dibandingkan penderita diabetes yang tidak terkontrol. Resorbsi tersebut ada hubungannya dengan lamanya seseorang menderita diabetes. Penderita diabetes dijumpai peningkatan keparahan penyakit periodontal. Penyakit tersebut juga dipengaruhi oleh adanya peningkatan iritasi lkal pada gingival, pada penderita diabetes dijumpai adanya peningkatan prevalensi dan keparahan penyakit periodonta. Peradangan gingival yang sangat parah , poket periodontal yang dalam dan abses periodontal sering terjadi pada penderita diabetes mellitus. Selain itu juga gingiva tampak merah tua, turun , dan agak nyeri bila ditekan bahkan kadang terdapat nanah pada marginal gingival dan interdental papil karena adanya infeksi rekuren. Supurasi gingiva ini dapat ditemukan secara palpasi yang dilaksanakan dengan halus dan pelan. Akibat gingiva turun, maka gigi penderita diabetes mellitus tampak menonjol keluar dari soket. Menurunnya resistensi gingiva pada oral diabetik ini antara lain disebabkan oleh karena perubahan komposisi kolagen pada jaringan ikat gingiva. Pada jaringan periodontal, periodontium merupakan tempat manifestasi oral dibetik yang paling penting dan prevalensinya nomor dua sesudah karies. Sejak sebelum tahun 1920 dilaporkan bahwa hampir semua penderita Diabetes mellitus yang tidak terkontrol disertai radang periodontioum yang berat dengan gingivitis dan resorbsi prosesus alveolaris yang disertai dengan adanya pus. Prevalensi penyakit periodontal pada diabetes mellitus selain lebih tinggi, juga lebih berat dan berjalan lebih cepat dibandingkan dengan penderita non diabetes. Penyakit periodontal biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri yang progresif dan kronik.

Terutama pada penderita diabetes mellitus dengan kebersihan mulut yang jelek, bakteri gram negatif dan aerobik akan membentuk plak, apabila plak ini tidak segera dihilangkan akan terus menyebar ke jaringan periodontal dan prosesus alveolaris. Apabila keadaan ini tidak dirawat terjadilah periodontitis diabetik yang manifestasinya klininiknya dapat berupa mobilitas, migrasi dan lepasnya gigi disertai dengan keroposnya tulang alveolaris. Sehubungan dengan adanya periodontopati diabetika terjadi peningkatan prevalensi destruksi, mobilitas gigi dan lepasnya gigi ataupun kalkulus. Kalkulus subgingiva merupakan salah satu faktor yang dapat merusak jaringan periodontium . Mobilitasgigi pada diabetes mellitus tidak selalu merupakan indikasi untuk ekstraksi gigi. II.6 Mekanisme terjadinya penyakit periodontal pada penderita diabetes mellitus Setelah etiologi penyakit periodontal pada penderita dengan penyakit diabetes mellitus dievaluasi, ternyata penyakit diabetes mellitus berpengaruh aktif terhadap kerusakan jaringan. Oleh karena itu perlu diketahui sifat penyakit diabetes tersebut terhadap struktur periodontal dan tindakan apa yang harus dilakukan untuk mencegah berbagai perubahan yang merugikan. Pada penderita diabetes mellitus dengan kelainan periodontal selalu diikuti dengan factor iritasi lokal. Disebutkan bahwa diabetes mellitus merupakan factor predisposisi yang dapat mempercepat kerusakan jaringan periodontal yang dimulai oleh agen microbial, perubahan vaskuler pada penderita diabetes dapat mengenai pembuluh darah besar dan kecil. Perubahan pada pembuluh darah kecil dapat dijumpai pada arteriol, kapiler dan venula pada bermacam macam organ serta jaringan. Akibat adanya angiopati pada penderita diabetes mellitus , pada jaringan periodontal akan mengalami kekurangan suplai darah dan terjadi kekurangan oksigen, akibatnya akan terjadi kerusakan jaringan periodontal. Selanjutnya akibat kekurangan oksigen pertumbuhan bakteri anaerob akan meningkat. Dengan adanya infeksi bakteri anaerob pada diabetes mellitus akan menyebabkan pertahanan dan perfusi jaringan menurun dan mengakibatkan hipoksia jaringan sehingga bakteri anaerob yang terdapat pada plak subgingiva menjadi berkembang dan lebih pathogen serta menimbulkan infeksi pada jaringan periodontal. Pada neuropati diabetes mellitus yang mengenai syaraf otonom yang menginervasi kelenjar saliva, akan mengakibatkan produksi saliva berkurang dan terjadi xerostom

Menurunnya kepadatan tulang seringkali mempunyai kaitan dengan diabetes mellitus. Sehubungan dengan kejadian ini, perlu diketahui bahwa insulin dan regulasi diabetes mellitus mempunyai pengaruh pada metabolisme tulang, antara lain insulin meningkatkan uptake asam amino dan sintesis kolagen oleh sel tulang, yang penting untuk formasi tulang oleh osteoblast. Regulasi jelek diabetes mellitus menyebabkan hipokalsemia yang akan menimbulkan peningkatan hormon paratiroid ( resorbsi tulang akan meningkat) regulasi jelek diabetes mellitus juga mengganggu metabolisme vitamin D3 dengan kemungkinan menurunnya absorbsi kalsium di usus. Selain itu juga akan merangsang makrofag untuk sintesis beberapa sitokin yang akan meningkatkanresorbsi tulang. Semua pengaruh diabetes mellitus pada tulang inilah yang menyebabkan adanya hubungan antara diabetes mellitus dengan penurunan kepadatan tulang. Diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan jaringan periodontal. Ada beberapa hal yang terjadi pada pasien diabetes sehingga penyakit ini cenderung untuk memperparah kesehatan dari jaringan periodontal : Bacterial Pathogens Kandungan glukosa yang terdapat di dalam cairan gusi dan darah pada pasien diabetes dapat mengubah lingkungan dari mikroflora, meliputi perubahan kualitatif bakteri yang berpengaruh terhadap keparahan dari penyakit periodontal. Polymorphonuclear Leukocyte Function Penderita diabetes rentan terhadap terjadinya infeksi. Hal ini dihipotesiskan sebagai akibat dari polymorphonuclear leukocyte deficiencies yang menyebabkan gangguan chemotaxis, adherence, dan defek phagocytosis. Pada pasien dengan diabetes yang tidak terkontrol terjadi pula gangguan pada fungsi PMN (polymorphonuclear leukocytes) dan monocytes/macrophage yang berperan sebagai pertahanan terhadap bakteri patogen.

Altered Collagen Metabolism Pada pasien diabetes yang tidak terkontrol yang mengalami hiperglikemi kronis terjadi pula perubahan metabolisme kolagen, dimana terjadi peningkatan aktivitas collagenase dan penurunan collagen synthesis. Kolagen yang terdapat di dalam jaringan cenderung lebih mudah mengalami kerusakan akibat infeksi periodontal. Hal ini mempengaruhi integritas jaringan tersebut. II.7 Pengaruh glukosa terhadap jaringan periodontal Pada diabetes mellitus dapat timbul sejumlah komplikasi yang disebabkan kadar glukosa darah tinggi ( hiperglikemia ). Beberapa protein tubuh pada diabetes mellitus dengan hiperglikemia akan mengalami glikosilasi, dengan akibat meningkatnya jumlah IgG terglikasi. Pada keadaan hiperglikemia dan mengalami glikosilasi akan menurunkan afinitas antibody IgG terhadap antigen, sehingga penderita diabetes mellitus mudah terserang infeksi . Dilaporkan bahwa ada korelasi antara kadar glukosa darah dengan prevalensi keparahan keradangan gingival , periodontal , resorbsi tulang alveolar dan kedlaman poket Resistensi jaringan gigngiva dan jaringan peridontal penderita diabetes mellitus menurun , disebabkan karena adanya perubahan komposisi kolagen, regulasi diabetes mellitus dan hygiene mulut. Penelitian dentin akibat diet tinggi sukrosse melaporkan bahwa sucrose dapat mengurangi pembentukan dentin termasuk perputaran metabolisme kalsium. Oleh karena itu sucrose dapat menyebabkan perubahan pada metabolisme kalsium juga dapat berpengaruh pada pembentukan mineral lain di jaringan , dentin , karena komposisi tulang dan dentin serta proses pembentukan sangat mirip. Lebih lanjut dilaporkan dengan berkurangnya beberapa mineral seperti keselurhan isi mineral dalam dentin sebagai akibat tingginya kadar sucrose pada gigi molar tikus percobaan.

Diet yang kaya sucrose dapat menyebabkan hiperinsulinemia, insulin resistance dan peningkatan glukosa plasma. Beberapa pengurangan pembentukan dentin juga ditemikan pada kelompok pembanding diet sucrose. Dan didapatkan perbedaan ukuran dari ketebalan pembentukan dentin selama penelitian. Respon dari dalam ini dapat berubah oleh karena sucrose selama terjadinya proses kariogenik. Pembentukan dentin selama periode penelitian adalah dentin primer . oleh karena itu pengaturan dari dentinogenesis oleh tes diet menunjukkan adanya hasil. Pembentukan dentin primer menjadi lebih lambat oleh karena efek racun dari metabolisme bakteri selama proses karies lesi pada dentin , trauma atau menghalangi fungsi normal dari odontoblast.

II.8 Infeksi dan kesulitan regenerasi pada penderita diabetes Penyakit diabetes mellitus sangat erat hubungannya dengan turunnya kekebalan tubuh terhadap suatu infeksi. Pada penderita diabetes mellitus kadar glukosa dalam darah tinggi, sehingga merupakan media yang cocok bagi perkembangan kuman pada daerah luka tersebut7.Dalam susunan darah , kapasitas fagositosis berkurang yang menyebabkan tidak efisiennya pembunuhan kuman sehingga penderita mudah terserang infeksi yang serius. Pada dasarnya penderita diabetes mellitus lebih mudah mengalami infeksi , sehingga tindakan sekecil apapun yang melukai organ atau jaringan dapat menimbulkan resiko infeksi. Hal ini diakibatkan oleh ganngguan terhadap mekanisme pertahanan imun. Beberapa factor yang memudahkan terjadinya infeksi : 1. Faktor metabolik : - glikogen dihati menurun - dehidrasi sering terjadi pada penderita diabetes mellitus sebagai akibat dari hiperglikemia dan poliurea. 2. Faktor imunologik : - Sifat fagositosis dari leukosit menurun. - Pembentukan antibodi menurun - Turunnya daya tahantubuh.

3. Faktor angiopati diabetika - Mikroangiopati diabetika , yaitu : angiopati yang terjadi pada kapiler dan arteriol. Disfungsi endotel dan agregasi trombosit yang meningkat merupakan penyebabnya - Makroangiopati diabetika, yaitu : penebalan basement membrane, pengendapan fibrin pada dinding pembuluh darah dan hilangnyaelastisitas dinding arteri, karena terjadinya proses sclerosis pada arteriolnya, sehingga terjadi penyempitan pembuluh darah arteriol.Elastisitas pembuluh darah hilang dan penebalan berupa priliferasi , hialinisasi menyebabkan pembulu darah menjadi kaku dan mudah pecah, timbullah kebocoran. Kebocoran ini mengakibatkan keluarnya protein dan butir butir darah yang berakibat menurunnya pertahanan jaringan setempat karena keluarnya butir butir darah seperti lekosit dan berkurangnya pasokan nutrisi dan oksigen ke jaringan sehingga menghambat penyembuhan luka. 4. Faktor neuropati diabetika , menyebabkan turunnya reflek saraf otonom , sensorik dan motorik, sehingga timbul rasa parestesi, panas mukosa mulut kering dan gerak gerak otot jadi lamban. Kesulitan regenerasi dan mudahnya infeksi pada penderita dibetes mellitus disebabkan terjadinya kelainan pada membrane basalis, antara lain: berkurangnya multiplikasi fibroblast, menurunnya kapasitas sintesa kolagen, meningkatnya kadar glikoprotein di membran basalis ,turunnya kadar GAG ( glycoaminoglycans) di membrane basalis yang penting untuk mengatur metabolisme lipoprotein dan karena kadarnya menurun maka akanmudah timbul pengendapan lipoprotein di jaringan. Berkurangnya multiplikasi fibroblast mengakibatkan terhambatnya jaringan granulasi dan menurunnya kemampuan daya regenerasi jaringan.

BAB III KESIMPULAN


Diabetes mellitus yang dikenal dengan istilah kencing manis merupakan penyakit yang disebabkan kurangnya insulin didalam tubuh sehingga terjadi ganngguan primer berupa ganngguan metabolisme glukosa yang ditandai dengan meningkatnya kadar glukosa dalam darah melebihi nilai normal. Penderita Diabetes Mellitus rentan terhadap masalah-masalah dalam rongga mulut seperti:

Mulut kering (xerostomia). Diabetes yang tidak terkontrol menyebabkan penurunan aliran saliva (air liur), sehingga mulut terasa kering. Saliva memiliki efek self-cleansing, di mana alirannya dapat berfungsi sebagai pembilas sisa-sisa makanan dan kotoran dari dalam mulut. Jadi bila aliran saliva menurun maka akan menyebabkan timbulnya rasa tak nyaman, lebih rentan untuk terjadinya ulserasi (luka), infeksi, dan lubang gigi.

Radang gusi (gingivitis) dan radang jaringan periodontal (periodontitis). Selain ,merusak sel darah putih, komplikasi lain dari diabetes adalah menebalnya pembuluh darah sehingga memperlambat aliran nutrisi dan produk sisa dari tubuh. Lambatnya aliran darah ini menurunkan kemampuan tubuh untuk memerangi infeksi, sedangkan periodontitis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri. Jadi infeksi bakteri pada penderita diabetes lebih berat. Ada banyak faktor yang menjadi pencetus atau yang memperberat periodontitis, di antaranya akumulasi plak, kalkulus (karang gigi), dan faktor sistemik atau kondisi tubuh secara umum. Rusaknya jaringan periodontal membuat gusi tidak lagi melekat ke gigi, tulang menjadi rusak, dan lama kelamaan gigi menjadi goyang. Angka kasus penyakit periodontal di masyarakat cukup tinggi meski banyak yang tidak menyadarinya, dan penyakit ini merupakan penyebab utama hilangnya gigi pada orang dewasa.

Luka sukar sembuh. Diabetes yang tidak terkontrol membuat penyembuhan luka pada penderita diabetes lebih lama dan lebih sulit daripada orang normal, karena adanya gangguan aliran darah ke tempat terjadinya luka.

Oral thrush. Penderita diabetes yang sering mengkonsumsi antibiotik untuk memerangi infeksi sangat rentan mengalami infeksi jamur pada mulut dan lidah. Apalagi penderita diabetes yang merokok, resiko terjadinya infeksi jamur jauh lebih besar.

Hal-hal yang harus diperhatikan mengenai kesehatan gigi dan mulut pada penderita diabetes adalah :

Jaga kadar gula darah sedekat mungkin dengan kadar gula darah normal, terutama dengan cara menerapkan gaya hidup sehat. Jaga kebersihan gigi dan mulut sebaik mungkin, agar memperkecil resiko terjadinya karies, gingivitis, ataupun periodontitis. Masalah yang terjadi di rongga mulut penderita diabetes dapat mengarah ke penyakit lain. Jangan lupa informasikan mengenai kondisi diabetes bila berkunjung ke dokter gigi, terutama bila hendak mencabut gigi. Seperti yang telah dijelaskan di atas, luka pada penderita diabetes sukar sembuh. Ini termasuk juga luka setelah pencabutan gigi. Selain itu juga ada resiko terjadinya infeksi sekunder dan pendarahan yang cukup banyak setelah tindakan oleh dokter gigi. Oleh karena itu dokter gigi akan memberikan tindakan premedikasi bila dipandang perlu, sebelum melakukan tindakan perawatan pada penderita diabetes. Kecuali sangat mendesak, sebaiknya hindari perawatan gigi bila kadar gula darah sedang tinggi. Normalkan dahulu kadar gula darah, baru kunjungi dokter gigi kembali. Pemakaian alat-alat seperti gigi tiruan atau kawat orthodontik perlu mendapat perhatian khusus. Pemakai gigi tiruan harus melepas gigi tiruan sebelum tidur dan dibersihkan dengan seksama agar meminimalkan kemungkinan terjadinya infeksi jamur karena kebersihan yang tidak terjaga

Komplikasi diabetes mellitus dalam rongga mulut sangat kompleks melibatkan banyak struktur dari gigi sampai kelenjar ludah yang disebut oral diabetic meliputi saliva, lidah , mukosa , gingival , periodontium dan gigi sebagai akibat dari diabetes mellitus. Perubahan perubahan patoligis yang dapat dijumpai dalam mulut penderita diabetes mellitus adalah sebagai berikut : hiposaliva sehingga ludah mudah kental , mulut kering (xerostomia) , prevalensi karies meningkat dan mudah timbul infeksi didalam rongga mulut

Lidah terasa tebal / hiperemi, hingga timbul ganngguan pengecapan pada lidah. Mukosa mulut terasa terbakar dan mudah timbul kandidiasis dan liken planus.. Gingiva turun terasa nyeri bila ditekan bahkan kadang terdapat nanah. Akibat gingival turun , maka gigi penderita diabetes mellitus tampak menonjol keluar dari soket. Menurunnya resistensi gingival pada oral diabetic ini antara lain disebabkan oleh karena perubahan kolagen pada jaringan ikat gingiva. Pada jaringan periodontal terjadi radang periodontal disertai dengan keroposnya tulang alveolaris. Penyakit periodontal biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri yang progresif dan kronik. Terutama pada penderita diabetes mellitus dengan kebersihan mulut yang jelek , bakteri gram negative dan anaerobic akan membentuk plak, apabila ini tidak segera dihilangkan akan terus menyebar ke jaringan periodontal dan terus menuju ke akar gigi yang mengakibatkan meningkatnya mobilitas, lepasnya gigi.

DAFTAR PUSTAKA
1. Brian L.Mealey and Thomas W.Oates : Diabetes Mellitus and Periodontal Disease : J Periodontal .August. 2006 : 8 .19 1 2. Ganong WF.1995. Fisiologi Kedokteran. Edisi ke-17 .Penerjemah: Widjajakusuma D. Jakarta,EGC Penerbit Buku Kedokteran :hlm 183-6,32837,349-50,485. 3. Tjokroprawiro A 1998. Diabetes Mellitus dan Macam macam Diit Diabetes Mellitus B, B1,B2,B3 .Edisi ke -10 Surabaya, Airlangga University Press: hlm.19,15-6. 4. Tjokroprawiro A 1996. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam . Edisi ke-3 Jakarta, Gaya Baru: hlm.606-7. 5. Donoseputro M.2003. Kumpulan makalah Basic Mol Biology course on Mitochondrial. Hlm.1-7 6. Tjokroprawiro A 2000 Diabetes mellitus klasifikasi, Diagnosis, terapi. Edisi ke3 Jakarta,PT.Gramedia Pustaka Utama : hlm 8,65-66. 7. Guyton A.1996. Fisiologi Kedokteran .Eke -9. Penerjemah : Setiawan I. Jakarta,EGC .Penerbit Buku Kedokteran ; hlm. 841 5,1221-34. 8. Jones JH, Mason DK. 1980. Oral Manifestation of Sistemic Disease. Ed. 8. London W.B. Saunders Co. Ltd; pp 331 -13. 9. Carranza FA , et al . 2006 : Clinical Periodontology , 10th. Philadelphia, W.B. Saunders Co.Ltd: pp 309 -41, 391, 461-65,654-65. 10. Cohen DW.1990. Diabetes Mellitus and Periodontal Disease. J Periodontal 41 : hlm 709. 11. Marwati E.1992. Infeksi Jaringan Lunak mulut pada Penderita Diabetes Mellitus . Majalah Ilmu Kedokteran Gigi FKG USAKTI .No 11 hlm.76-81.

PERIODONTITIS PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS

OLEH DICKY WAHYUDI 04310026

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG 2010

You might also like