You are on page 1of 30

MAGMATIK

PERAN MAGMATIK DALAM PEMBENTUKAN MINERAL


Pada umumnya jenis endapan logam terbentuk karena proses mineralisasi yang diakibatkan oleh aktifitas magma. Pembentukan mineralisasi tersebut dapat terjadi pada batuan beku yang terbentuk maupun pada batuan samping karena terpengaruh proses magmatisme tersebut. Selama terjadinya proses pergerakan magma naik ke permukaan (proses intrusi) maka akan diikuti pula oleh proses diferensiasi, asimilasi dan kristalisasi yang berlangsung seiring dengan perubahan suhu pada tubuh magma yang kemudian diikuti oleh proses pembekuan magma tersebut. Jenis batuan yang terbentuk akan dicirikan oleh komposisi mineral penyusunnya sesuai dengan komposisi magma serta temperatur pembekuannya. Karena proses diferensiasi magma yang terjadi, maka jenis dan komposisi mineral yang terbentuk bisa terdiri dari berbagai macam mineral logam maupun non logam (Batemen,1950). Proses pembentukan cebakan mineral logam karena diferensiasi magma secara umum terbagi atas tiga stadium (Alan M. Bateman,.1950), yaitu : 1. Stadium Likwidomagmatis

Stadium ini merupakan awal pembentukan mineral-mineral logam (titanmagnet, kromit, dan petlandite) maupun non logam (olivin, piroksin, hornblende, biotit) yang terbentuk pada suhu > 6000C (gambar 3.7). Stadium ini dicirikan oleh terjadinya pemisahan unsur-unsur kurang volatil berupa mineral-mineral silikat. Karena penurunan temperatur yang berlangsung terus-menerus, maka terbentuklah mineralmineral yang dicirikan oleh unsur-unsur yang lebih volatil berupa mineral sodium dan potasium pada kondisi tekanan yang semakin besar. Cebakan mineral yang terbentuk pada stadium ini disebut cebakan magmatis. 2. Stadium Pegmatitis-Pneumatolitis

Terjadi pemisahan yang luar biasa dari unsur-unsur volatil larutan magma sisa pada kondisi tekanan yang cukup besar. Larutan magma sisa ini sebagian menerobos batuan yang telah ada melalui rekahan yang membentuk cebakan pegmatitis (berupa dike, sill, dan stockwork). Kristal dari pegmatit akan berukuran besar, karena tidak adanya kontras tekanan dan temperatur antara magma dengan batuan disekelilingnya, sehingga pembekuan berjalan dengan lambat. Mineral-mineral pegmatit antara lain : logam-logam ringan (Li-silikat, Be-silikat (BeAl-silikat), Al-rich silikat, logamlogam berat (Sn, Au, W, dan Mo), batuan mulia (ruby, sapphire, beryl, topaz, turmalin rose, rose quartz, smoky quartz, rock crystal). Pada penuruan temperatur selanjutnya (4500C), volume unsur volatil semakin menurun dan akan membentuk cebakan pneumatolitis. Cebakan mineral ini terbentuk akibat proses reaksi kimia dari gas dan

cairan dari magma dalam lingkungan yang dekat dengan magma. Dari sudut geologi, ini disebut kontak-metamorfisme, karena adanya gejala kontak antara batuan yang lebih tua dengan magma yang lebih muda. Mineral kontak ini dapat terjadi bila uap panas dengan temperatur tinggi dari magma kontak dengan batuan dinding yang reaktif. Mineral-mineral kontak yang terbentuk antara lain : wolastonit (CaSiO3), kuarsa, epidot, garnet, vesuvianit, tremolit, topaz, aktinolit, turmalin, dan diopsit. 3. Stadium Hidrotermal

Keadaan larutan magma sisa sangat encer, tekanan gas menurun dengan cepat dan setelah temperatur mencapai titik kritis air (3720C), mulailah terbentuk cebakan hidrotermal. Proses pembentukan mineral pada stadium ini berlangsung terus hingga mencapai tahap akhir pembekuan semua larutan magma sisa (1000C 500C). Pada tahap inilah merupakan tahapan yang paling banyak berpengaruh pada proses alterasi batuan (Tabel 3.1). Hal ini disebabkan karena kondisi dari larutan magma sisa yang sangat encer sehingga dapat mencapai atau memasuki rekahan ataupun pori-pori batuan yang akan merubah komposisi dari batuan yang dimasukinya. Larutan ini antara lain mengandung oksida-oksida dan atau sulfida-sulfida dari pada logam Au, Ag, Pb, Zn, Sb, Hg dan Fe. Mineral ini sangat lazim terdapat bersama-sama dengan endapan mineral lain. Mineral kuarsa biasanya hadir dengan warna keruh sampai bening, kompak dengan bentuk cukup baik sampai sempurna, kadang-kadang merupakan pseudomorf dari mineral fluorit dan barit. Pengendapan mineral hidrotermal dapat melalui larutan biasa atau koloid. Bentuk jebakan hidrotermal sering mengikuti bentuk rongga yang diisinya yang kadang diikuti oleh proses subtitusi atau replacement, sering memperlihatkan ciri-ciri sebagai berikut: sisa/relict mineral lama, sisa struktur lama, gejala/proses pseudomorfis, bentuk yang tidak teratur dan lain-lain. Proses alterasi pada batuan dan mineral dapat diartikan sebagai proses yang mengakibatkan terjadinya mineral baru pada tubuh batuan yang merupakan hasil ubahan dari mineral yang telah ada sebelumnya yang diakibatkan terjadinya reaksi antar batuan dengan larutan magma. Proses perubahan ini diakibatkan oleh reaksi kimia antara ion- ion bebas terhadap batuan samping. Maka, alterasi hidrotermal dapat diartikan sebagai proses perubahan sifat fisika dan kimia mineral atau batuan yang diakibatkan oleh pengaruh larutan hidrotermal. Wall Rock Alteration (Alterasi Batuan Samping) adalah ubahan batuan samping sebagai akibat kegiatan fluida hidrotermal yang dapat menghasilkan endapan mineral bijih. Ubahan batuan samping dapat menyebabkan rekristalisasi, perubahan dalam hal permeabilitas, perubahan warna batuan (bleaching, menjadi lebih gelap, ada zonasi akibat variasi warna). Hasil bentukannya berupa mineral bijih dan mineral penyerta (gangue minerals). Hasil proses ubahan tergantung kepada :

1.

Karakter batuan

2. Karakter fluida yang berinteraksi (invading fluid), mencakup pH, Eh, komposisi kation/anion, dll 3. Temperatur dan tekanan pada saat terjadi reaksi.

Pada fase kesetimbangan tertentu, reaksi hidrotermal akan menghasilkan suatu kumpulan mineral tertentu atau himpunan mineral (Guilbert dan Park, 1986, dalam Nur I., Unpublished). Area yang memperlihatkan penyebaran kesamaan himpunan mineral dapat disatukan sebagai satu zona ubahan/alterasi yang mencirikan tipe ubahan tertentu (Creasey, 1966, dalam Evans, 1993). Selain kelompok mineral ubahan tersebut, terkadang disertai atau tidak oleh mineralisasi bijih dengan tekstur dan pola mineralisasi yang bervariasi (Boyle, 1970 dalam Evans, 1993). Hubungan antara zona ubahan dan mineralisasi bijih dapat terlihat dengan jelas, samar-samar atau kadang tidak nampak sama sekali. Mineralisasi adalah proses pembentukan mineral baru pada tubuh batuan yang diakibatkan oleh proses magmatik atau proses lainnya, namun mineral yang dihasilkan pada proses mineralisasi bukan merupakan mineral yang telah ada sebelumnya. Proses mineralisasi dan alterasi yang pada umumnya tidak lepas dari kontrol larutan hidrotermal yang nantinya akan menghasilkan atau memperlihatkan kenampakankenampakan tertentu ataupun memperlihatkan ciri khusus dari tubuh bijih atau mineral yang dihasilkan dari kedua proses tersebut, hal ini biasa disebut dengan tekstur khusus. Pembentukan mineral bijih atau mineral bisa terjadi melalui proses tertentu, seperti open space filling. Open space filling merupakan suatu proses pengisian ruangruang kosong pada batuan oleh larutan silikat atau larutan encer berupa larutan hidrotermal. Proses open space filling ini meliputi ; 1. Cavity Filling, yaitu proses pengisian rekahan- rekahan atau celah batuan oleh larutan sisa yang pada umumnya bersifat encer dan panas walaupun ada kalanya bersifat meteoric dan dingin, sehingga akan menghasilkan endapan- endapan mineral baik endapan mineral logam maupun mineral non logam. 2. Stockwork, merupakan suatu proses pengisian pada retakan- retakan akibat proses hidrotermal dan mineral bijih yang terbentuk tersebar secara merata, stockwork mengalami dua proses yaitu tahap pertama proses ini akan menghasilkan rongga- rongga pada batuan sehingga menyerupai suatu intrusi stock dan tahap kedua akan terjadi proses pengisian oleh larutan- larutan hidrotermal. Bentuk vein/ veinlet stockwork yaitu saling memotong satu dengan yang lain.

Berdasarkan ukurannya vein (urat) terdiri atas 3 ukuran (Geological Handbook Manual of PT Avocet, 2003), yaitu; Stringer (lebar <2 mm), Veinlet (lebar 2-10mm), dan Vein (lebar >10mm). Sedangkan tipe vein/veinlet mineralisasi, terdiri atas 3 (tiga) bentuk, yaitu ; a. b. c. Single Vein, yaitu vein/ veinlet yang hanya terdiri dari vein tunggal. Sheeted Vein, yaitu beberapa vein/ veinlet yang berbentuk sejajar Stockwork Vein, yaitu beberapa vein/ veinlet yang saling memotong

Proses pengisian rekahan tidak lepas dari pengaruh cairan magma atau proses magmatisme, baik itu magma yang telah bercampur dengan air meteorik dan membentuk larutan hidrotermal ataupun dengan silikat yang kental. Adapun teksturtekstur khusus yang dihasilkan oleh proses- proses di atas, antara lain (Sutarto, 2001); Comb, yaitu tekstur khusus yang menyerupai sisir. Tekstur ini terbentuk akibat adanya pengisian celah- celah oleh larutan magma yang selanjutnya mengakibatkan pembentukan mineral sepanjang dinding bagian dalam rekahan yang selanjutnya kristal- kristal ini tumbuh ke bagian tengah dari rekahan sehingga bentuk atau morfologinya menyerupai sisir. Banded, merupakan tekstur yang memperlihatkan adanya kesan perlapisan pada tubuh bijih atau mineral dimana mineral atau bijih yang terbentuk bersifat homogen, hal ini terjadi akibat adanya pengisian rekahan oleh larutan magma dimana terjadi suatu proses pembekuan dan pengkristalan mineral- mineral secara bertahap, struktur ini juga berupa perpanjangan dari struktur comb dimana pertumbuhan mineral terjadi secara sempurna sehingga menutupi rekahan yang ada. Colloform, tekstur khusus yang menyerupai buah anggur.

Disseminated, tekstur khusus yang memperlihatkan adanya kenampakan mineral yang tersebar secara merata. Hal ini pada umumnya diakibatkan oleh proses differensiasi atau kristalisasi. Segregasi, tekstur khusus yang memperlihatkan adanya kumpulan mineral atau dengan kata lain terbentuk mineral yang terkonsentrasi pada suatu tempat pada tubuh batuan, proses ini biasanya diakibatkan oleh proses differensiasi gravitasi. Kombinasi, merupakan tekstur khusus yang terbentuk akibat perpaduan atau gabungan dari tekstur khusus yang berbeda. Crustification, maerupakan tekstur khusus yang memperlihatkan kesan perlapisan, tetapi mineralnya tidak homogen, biasanya merupakan perulangan dari beberapa mineral.

Vug, kenamapakan tekstur khusus yang berbentuk seperti rongga- rongga atau lubang, biasanya terbentuk akibat pengkristalan mineral yang tidak sempurna. Cockade, tekstur khusus yang memperlihatkan adanya kenampakan mineral yang membungkus mineral lain.

METASOMALIK KONTAK
MINERALISASI PADA METASOMATISME KONTAK A. Pendahuluan

Sumber magma yang bergerak keluar dari dapur magma menuju kepermukaan mengalami penurunan suhu hingga kepermukaan bumi. Pada awal suhu magma berkisar 1200oC karena pergaruh tekanan gas magma yang menyababkan pergerakan magma kepermukaan sehingga suhu magma mengalami penurunan hingga 50oC sampai di permukaan bumi. Suhu magma dalam pembentukan batuan dapat kita membandingkan dengan Bowen Reaction series dimana, dapat dilihat pada mineral yang terbentuk pada suhu 1200oC hingga suhu 700oC mineral-mineral penyusun batuan tersebut dapat dilihat pada gambar dibawah. Pada suhu berkisar 700oC hingga 500oC merupakan proses metasomatisme kontak dengan pembentukan mineral-mineral tertentu. Selanjutnya pada suhu dibawah itu merupakan endapan mineral-mineral pengaruh fluida-fluida tertentu seperti air magmatic, air meteoric dan lainnya yang secara terus menerus membentuk proses alterasi hydrothermal. B. Mineralisasi Pada Kontak Metasomatisme

Pada saat magma cair dan pijar dalam keadaan sangat panas menerobos batuan, maka magma tersebut panasnya makin lama makin turun dan akhirnya hilang. Hasil akhir akan membentuk batuan beku intrusif. Proses tersebut dapat terjadi pada keadaan yang dangkal, menengah ataupun dalam. Sehingga dikenal batuan beku intrusif dangkal, menengah dan dalam.Dalam proses tersebut akan terjadi tekanan dan suhu yang sangat tinggi, terutama pada kontak terobosannya antara magma yang masih cair dengan batuan di sekitarnya (country rocks). Akibat dari kontak tersebut dapat dibagi menjadi 2 jenis: a. Akibat dari panas saja, tanpa adanya perubahan-perubahan kimiawi, baik pada magma maupun pada batuan yang diterobos. Kontak ini disebut kontak metamorfisme. Akibat panas disertai adanya perubahanperubahan kimiawi sebagai akibat pertukaran ion, pertambahan ion dan sebagainya, dari magma ke batuan yang diterobos dan sebaliknya. Kontak semacam ini disebut disebut kontak metasomatisme. Kedua jenis kontak tersebut menimbulkan hasil yang sangat berbeda:

Kontak metamorfisme: akan menghasilkan bahan galian yang sangat terbatas dan bukan logam. Misalnya: silimanit, marmer dan mineral mika yang terdapat pada batuan metaorf (Sekis).

Kontak metasomatisme: akan menghasilkan bahan galian logam yang sangat bervariasi. Hal ini ini terjadi apabila batuan yang diterobos mudah bereaksi, dengan batuan samping serta penerobosan terjadi cukup dalam serta berulang-ulang sehingga dapat terbentuk mineral-mineral logam. Suhu di daerah kontak akan berkisar 500-1.100oC untuk magma yang bersifat silikaan (siliceous magma) dan makin jauh dari kontak suhunya menurun. Terdapatnya mineral-mineral tertentu akan menunjukkan suhu tertentu, di mana mineral tersebut terbentuk misal: Mineral wollastonite: tidaklebih 1.125oC Mineral kuarsa: suhu di atas 573oC.

Bahan galian yang terbentuk karena kontak metasomatisme, terjadi karena proses:
a. Rekristalisasi Proses rekristalisasi berlangsun meliputi prsoses penggabungan unsur, penggantian ion dan penambahan unsur-unsur baru, dari magma ke batuan yang diterobos. Secara umum dapat diuraikan sebagai berikut: Kalau suatu batuan country rock mempunyai komposisi mineral AB dan CD, maka melaui proses penggabungan kembali akan berubah menjadi mineral AC dan BD. Oleh proses penambahan unsur-unsur dari magma akan berubah lagi menjadi ACX dan BDX, di mana X dan Y unsur dari magma. Penambahan unsur dari magma sebagian berupa logam, silika, boron, klorin, florin, kalium, magnesium dan natrium. Mineral logam (ore mineral) yang terbentuk dalam kontak metasomatisme hampir semua berasal dari magma, demikian pula kandungan-kandungan yang asing pada batuan yang diterobos, melalui proses penambahan unsur. Jenis magma yang menerobos batuan yang akhirnya akan menghasilkan endapan bahan galian kontak metasomatisme, pada umumnya terbatas pada magma silika dengan komposisi menengah (intermediate) seperti: kuarsa monzonit, granodiorit dan kuarsa diorit. Sedang magma yang kaya akan silika seperti granit, jarang menghasilkan endapan bahan galian, demikian juga magma ultra basa, pada magma yang basa, kadang-kadang dapat membentuk endapan bahan galian kontak metasomatik. Hampir semua endapan bahan galian kontak metasomatisme berasosiasi dengan tubuh batuan beku intrusif yang berupa stock, batholit,

dan tidak pernah berasosiasi dengan dike atausill yang berukuran kecil. Untuk lacolith dan sill yang besar meskipun jarang, tetapi kadang-kadang dapat menghasilkan endapan bahan galian kontak metasomatik. Melihat tekstur endapan bahan galian metasomatisme ini selalu berhubungan dengan batuan beku intrusif dengan tekstur granular, yang menunjukkan bahwa pendinginan magma waktu itu sangat lambat dengan kedalaman yang cukup besar. Sebaliknya pada batuan intrusif yang bertekstur gelas maupun afanitik, hampir tidak pernah dijumpai adanya endapan bahan galian kontak metasomatik. Hal ini membuktikan bahwa endapan kontak metasomatik selalu hanya berhubungan dengan magma dalam saja. Kedalaman pembekuan magma yang akan menghasilkan batuan beku intrusif dengan tekstur granular diperkirakan + 1.500 m. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada penerobosan magma dengan komposisi menengah pada kedalaman sekitar 1.500 m. Batuan country rock yang terterobos oleh magma yang paling besar kemungkinannya untuk dapat menimbulkan deposit kontak metasomatik adalah batuan karbonat. Batugamping murni ataupun dolomit dengan segera akan mengalami rekristalisasi dan rekombinasi dengan unsur yang diintrodusir dari magma. Pada batugamping yang tidak murni, efek kontak metasomatik yang terjadi lebih kuat, karena unsur-unsur pengotor seperti silika, alumina dan besi adalah bahan-bahan yang dapat dengan mudah membentuk kombinasikombinasi baru dengan kalsium oksida. Seluruh massa batuan di sekitar kontak dapat berubah menjadi garnet, silika dan mineral-mineral bijih. Batuan yang agak sedikit terpengaruh oleh intrusi magma adalah batupasir. Kalau mengalami rekristalisasi batupasir akan menjadi kuarsit yang kadang-kadang mengandung mineral-mineral kontak metasomatisme tersebar setempat-setempat. Sedangkan batulempung akan mengalami pengerasan dan dapat berubah menjadi hornfels, yang umumnya mengandung mineral andalusit, silimanit dan straurolit. Tingkat perubahan yang terjadi pada batuan sedimen klastis halus tersebut, tergantung pada tingkat kemurniannya. Paling baik kalau batulempung tersebut bersifat karbonatan, tetapi secara umum batuan sedimen argilaceous (berbutir halus) jarang yang mengandung mineral bahan galian. Apabila batuan beku ataupun metamorf mengalami terobosan magma, hampir tidak akan mengalami perubahan yang berarti, kecuali kalau antara magma yang menerobos dengan batuan beku yang diterobos mempunyai

komposisi yang sangat berbeda. Misalnya magma granodiorit menerobos gabro, maka kemungkinan besar akan ada perubahan-perubahan besar pada gabronya. Secara umum dapat dikata-kan bahwa batuan yang paling peka terhadap kontak metasomatisme dan paling cocok untuk terjadinya pembentukan endapan bahan galian bijih, adalah batuan sedimen, terutama yang bersifat karbonatan dan tidak murni. Berikut gambar beberapa contoh mineral hasil endapan skarn. Bentuk posisi ataupun penyebaran dari bahan galian yang terjadi pada proses metasomatisme banyak tergantung pada struktur batuan yang diterobos. Akan tetapi umumnya berbentuk ireguler dan terpisah-pisah. Bentuk ireguler tersebut lebih sering terjadi pada batugamping yang tebal, sedang pada batugamping berlapis-lapis ataupun terkekarkan, maka endapan bijih tersebut dapat berbentuk menjari atau melidah. Karena proses pembentukan mineral-mineral bijih pada proses metasomatisme kontak hanya terdapat pada batuan intrusi sehingga volume endapan kontak metasomatisme pada umumnya kecil antara puluhan sampai beberapa ratus ribu ton saja, dan jarang yang sampai jutaan ton berat.

HIDROTERMAL FASE HIDROTHERMAL Pengertian Hidrothermal Hidrothermal adalah larutansisa magma yang bersifat "aqueous" sebagaihasildifferensiasi magma.Hidrothermalini kaya akanlogam-logam yang relatifringan, danmerupakansumberterbesar (90%) dari proses pembentukanendapan-endapanbijih. Proses Hidrothermal yaitu air panas yang naik akibat proses magmatik ataupun dari proses lainnya seperti air meteorik atau yang terbebaskan pada suatu proses malihan. Air panas tersebut dapat melarutkan unsur logam dari batuan yang dilaluinya, kemudian diendapkan di suatu tempat pada temperatur yang lebih rendah, sebagian besar cebakan mineral berasal dari proses ini. Sirkulasi hidrotermal dalam arti yang paling umum adalah sirkulasi air panas, sedangkan Yunani yang berarti air dan "termos 'berarti hydros' panas '. sirkulasi hidrotermal terjadi paling sering di sekitar sumber panas di dalam kerak bumi. Hal ini umumnya terjadi di dekat gunung berapi aktivitas, tetapi dapat terjadi pada kerak dalam berhubungan dengan intrusi granit , atau sebagai hasil dari orogeny atau metamorfosis . Selain itu dapat juga menghasilkan ubahan pada batuan yang dialirinya. Larutan hidrotermal mempunyai peranan penting dalam pembentukan cebakan mineral yang berharga, dengan membentuk urat-urat dan alterasi batuan. Cebakan mineral berharga hasil larutan hidrotermal lebih banyak dijumpai dari pada tipe lainnya. Komposisi utama dari larutan hidrotermal adalah air. Airnya selalu mengandung garam-garam, sodium khlorida, potassium khlorida, kalsium sulfat, dan kalsium khlorida. Kadar garam yang terlarut sangatlah bervariasi, mulai dari salinitas air laut yaitu 3.5% berat sampai puluhan kalinya. Larutan yang sangat asin (barin, kadar garam tinggi) dapat melarutkan sedikit mineral yang tamoaknya tidak larut seperti emas, kalkopirit, galena dan sfalerit. Larutan hidrotermal terjadi dalam beberapa cara. Salah satunya peleburan magma yang terjadi oleh parsial basah yang mendingin dan mengkristal, air yang menyebabkan peleburan parsial basah dilepaskan. Namun tidak sebagai air murni, tetapi mengandung semua unsure yang dapat larut yang terdapat pada magma seperti NaCl dan unsure kimia: emas, perak, tembaga, timbal,

zinc, merkuri dan molybdenum, yang tidak terikat kuarsa, feldspar, dan mineral lain dengan substitusi ion. Suhu yang tinggi meningkatkan efektifitas larutan yang sangat asin ini untuk membentuk endapan mineral hidrotermal. Endapan mineral yang terbentuk dari volkanisme pematang tengah samudra dinamakan volcanogenic massive sulfide deposits. Batuan kerak samudra yang kaya akan piroksen menghasilkan larutan mengandung Cu dan Zn.Hasilnya, endapanvolcanogenic massive sulfidekaya akan copper dan zinc. Pada black smokers, cairan hydrothermal yang naik berwarna hitam disebabkan oleh partikel sufida besi dan presipitasi mineral lain merupakan cerobongnya dari larutan yang mendingin oleh air laut yang dingin. Struktur seperti cerobong terdiri dari pyrite, chalcopyrite, dan mineral bijih lainnya diendapkan oleh larutan hydrothermal. Volkanisme dan panas merupakan satu kesatuan. Oleh karena itu wajar bila banyak endapan mineral berasosiasi dengan batuan volkanik panas yag dimasuki air yang bersirkulasi di kedalaman, yang berasal dari air hujan atau air laut. Banyak sekali endapan mineral dijumpai pada bagian atas tumpukan volkanik, yang diendapkan saat larutan hidrotermal bergerak naik, mendingin dan mengendapkan mineral bijih. Saat larutan hidrotermal bergerak perlahan ke atas larutan akan mendingin sangat lambat. Jika mineral terlarut diendapkan (precipitated) dari larutan ini akan menyebar jauh dan luas sehingga tidak cukup terkonsentrasi membentuk endapan bijih. Namun apabila larutannya bergerak cepat seperti melalui rekahan yang terbuka pada massa batuan yang hancur (shattered) atau lapisan tefra porous dimana aliran agak lancer pendinginannya dapat berlangsung secara tiba-tiba dan pada jarak yang pendek. Presipitasi cepat cepat dan konsentrasi mineral menghasilkan cebakan mineral. Pengaruh lainnya adalah penurunan tekanan yang cepat, mengubah komposisi larutan karena bereaksi dengan batuan di sekitarnya, dan mendingin akibat bercampur dengan air laut dapat juga menyebabkan presipitasi cepat dan membentuk konsentrasi cebakan. Sistem panas bumi di Indonesia umumnya merupakan sistem hidrothermal yang mempunyai temperatur tinggi (225oC), hanya beberapa diantaranya yang mempunyai temperatur sedang (150-225oC). Pada dasarnya sistem panas bumi jenis hidrothermal terbentuk sebagai hasil perpindahan panas dari suatu sumber panas ke sekelilingnya yang terjadi secara konduksi dan secara konveksi. Perpindahan panas secara konduksi terjadi melalui batuan,

sedangkan perpindahan panas secara konveksi terjadi karena adanya kontak antara air dengan suatu sumber panas. Perpindahan panas secara konveksi pada dasarnya terjadi karena gaya apung (bouyancy). Air karena gaya gravitasi selalu mempunyai kecenderungan untuk bergerak kebawah, akan tetapi apabila air tersebut kontak dengan suatu sumber panas maka akan terjadi perpindahan panas sehingga temperatur air menjadi lebih tinggi dan air menjadi lebih ringan. Keadaan ini menyebabkan air yang lebih panas bergerak ke atas dan air yang lebih dingin bergerak turun ke bawah, sehingga terjadi sirkulasi air atau arus konveksi. Adanya suatu sistim hidrothermal di bawah permukaan sering kali ditunjukkan oleh adanya manifestasi panasbumi di permukaan (geothermal surface manifestation), seperti mata air panas, kubangan lumpur panas (mud pools), geyser dan manifestasi panasbumi lainnya, dimana beberapa diantaranya, yaitu mata air panas, kolam air panas sering dimanfaatkan oleh masyarakat setempat untuk mandi, berendam, mencuci, masak dll. Manifestasi panasbumi di permukaan diperkirakan terjadi karena adanya perambatan panas dari bawah permukaan atau karena adanya rekahan-rekahan yang memungkinkan fluida panasbumi (uap dan air panas) mengalir ke permukaan. Berdasarkan pada jenis fluida produksi dan jenis kandungan fluida utamanya, sistim hidrotermal dibedakan menjadi dua, yaitu sistim satu fasa atau sistim dua fasa. Sistim dua fasa dapat merupakan sistem dominasi air atau sistem dominasi uap. Sistim dominasi uap merupakan sistim yang sangat jarang dijumpai dimana reservoir panas buminya mempunyai kandungan fasa uap yang lebih dominan dibandingkan dengan fasa airnya. Rekahan umumnya terisi oleh uap dan poripori batuan masih menyimpan air. Reservoir air panasnya umumnya terletak jauh di kedalaman di bawah reservoir dominasi uapnya. Sistim dominasi air merupakan sistim panas bumi yang umum terdapat di dunia dimana reservoirnya mempunyai kandungan air yang sangat dominan walaupun boiling sering terjadi pada bagian atas reservoir membentuk lapisan penudung uap yang mempunyai temperatur dan tekanan tinggi. Dibandingkan dengan temperatur reservoir minyak, temperatur reservoir panasbumi relatif sangat tinggi, bisa mencapai 3500oC. Berdasarkan pada besarnya temperatur, Hochstein (1990) membedakan sistim panasbumi menjadi tiga, yaitu: 1. Sistem panasbumi bertemperatur rendah, yaitu suatu sistem yang reservoirnya mengandung fluida dengan temperatur lebih kecil dari 1250C.

2.

Sistem/reservoir bertemperatur sedang, yaitu suatu sistem yang

reservoirnya mengandung fluida bertemperatur antara 1250C dan 2250C. 3. Sistem/reservoir bertemperatur tinggi, yaitu suatu sistem yang reservoirnya mengandung fluida bertemperatur diatas 2250C. Sistim panas bumi seringkali juga diklasifikasikan berdasarkan entalpi fluida yaitu sistim entalpi rendah, sedang dan tinggi. Kriteria yang digunakan sebagai dasar klasifikasi pada kenyataannya tidak berdasarkan pada harga entalphi, akan tetapi berdasarkan pada temperatur mengingat entalphi adalah fungsi dari temperatur.

Endapan Mineral Bijih Hidrotermal Sumber dari endapan mineral biji adalah masalah klasik dari geologi, dan telah menjadi perdebatan selama lebih dari 3 abad. Lebih tepatnya, sebagian besar masalah belum terpecahkan, untuk mineral bijih banyak memerlukan bentuk sam asal dalam cara yang berbeda. Beberapa metode sangat nyata dari yang lainnya . yang terbentuk pada temperature yang lebih tinggi daripada temperature Tidak ada misteri, contohnya proses mekanik yang menunjukan akumulasi di suatu tempat di bagian hulu, atau reaksi kimia yang menyebabkan besi menjadi bagian dari tanah yang berlumpur atau aluminium yang terkonsentrasi dalam bauksit. Tapi dari masalah dari mana asal bijih muncul bersamaan dengan tingkat kesulitan tertentu. Terutama mineral normal di permukaan bumi. Pada endapan mineral ini kita arahkan perhatian. Kebanyakan endapan mineral terbentuk pada temperature yang sedang sampai temperature tinnggi berasosiasi dengan batuan beku, dan asalnya sangat berhubungan dengan proses magmatik. Beberapa mineral bijih dapat terakumulasi langsung dari proses difernsiasi magma: horizon dari kromit ditemukan dalam lapisan intrusi mafic. Seperti di Bushfield, daerah di Afrika Selatan, sebagai contohnya. Lebihnya adalah endapan logam yang dalam transportasinya dilakukan oleh air danterlarut dalam cairan dan suatu saat akam terakumulasi menjadi suatu lapisan endapan yang kita temukan. Salah satu sumber air yang mengandung material residu dari proses kristalisai magma. Sumber dari logam yang mungkin dari hujan meteorit atau air laut yang bersirkulasi pada kedalaman yang tinggi atau didekat tubuh intrusi. Atau air yang terperangkap dalam suatu formasi sediment. Atau sebagai volatile yang perpecah dari prose metamorfisme. Apapun sumber mereka larutan yang

memiliki temperatur hangat ini disebut fluida hidrotermal, dan mineral bijih yang mungkin terendapkan adalah mineral bijih hidrotermal. Dan kami mengarahkan mineral hidrotermal dalam bahasan ini hanya menjadi satu jenis mineral, tapi jenis yang paling penting adalah yang telah menjadi kebutuhan peradaban industrialisai. Ada juga endapan mineral yang mengarah pada prinsip geokimia yang bisa dijadikan aplikasi disini kesalahpahaman dari proses fisika dan kimia bertanggungjawab atas proses tarnspotasi dan kandungan dari sebuah formasi endapan mineral bijih. Dan kemudian untuk pergerakan logam di lingkungan permukaan yang dimana endapan tersebut telah tersingkap oleh proses pelapukan dan erosi.

Larutan Pembentuk Bijih Salah satu petunjuk datang dari mata air panas dan cairan fumarole. Di sejumlah tempat fluida ini hadir mengendapkan sejumlah kecil mineral bijih logam. Dan kesimpulannya sangat rasional bahwa mineral bijih tersebut sama dengan lepisn endapan yang ada dibawah permukaan bumi. Pada mata air panas mineral bijih diendapkan dari suati larutan, pada fumarrole ia mengkristal bersamaan denga keluarnya gas. Bukti bukti kuat menunjukan bahwa mineral bijih diendapkan dari cairan atau larutan superkritikal lebih banyal dari[ada gas. Khususnya untuk meyakinkan observasi bahwa di banyak tempat endapan, mineral telah tergantikan oleh mineral karbonat atau mineral silica. Mengartikan bahwa karbinat dan silica telah tergerakan oleh larutan pembentuk bijih, dan pembawaan mineral oleh gas telihat sukar. Pada endapan dimana asosiasi mineral mengindikasikan temperature yang rendah dari suatu formasi. Transport logam dan pemilihan kelompok mineral dalam gas sangat tidak mungkin sekali.

Volatil dari Mineral Bijih Volatile dari suatu mineral logam khususnya klorida, bersamaan dengan teori yang serupa bahwa air yang kaya akan gas akan memisahkan dira denga tahapan yang lambat, pada proses pendinginan magma. Membuat transport gas untuk bijih logam kemungkinan kecil pada awal temperature tinggi untuk konsentrasi logam. Pengendapan akhir dari bijih mungkin adalah langkah akhir dari proses komplek yang terjadi dimana logam teruapkan, terpilah,

terlarutkan, tertransportkan, dan terpisahpisah. Momen sebuah sekuen seperti ini suatu waktu dapat di observasi di suatu tempat di sekitar fomarole. Dalam bentuk bagaimana logam berada, apakah dalam gas temperatur tinggi. Kemungkinan tertinggi adalah klorida. Sejak semua kandungan dapat terbentuk dengan pemilahan dari gas magmatik. Klorida dari sekian banyak logam berat adalah volatile. Dalm berbagai kombinasi, logam munkin berada dalam magma yang membeku (oksida, sulfida, sulfat, dan silikat), klorin atau klorida hidrogen dalam keadaaan uap dapat membentuk kandungan volatile yang mampu menajan logam dalam gas dalam bermacammacam konsentrasi. Ini dapat dibuktikan dengan menghitung tekanan uap dari logam kloroda dalam persamaan reaksi PbS + 2HCl --> PbCl2(g) + H2S Perhitungannya adalah berbanding lurus. Mungkin kebanyakan endapan memiliki sejarah yang panjang . logamnya berasal dari bawaan gas yang menjadi bagian dari suatu larutan dan terbawa dalm bentuk ini ke temperature yang lebih rendah atau pada suatu wilayah dimana larutan tercampur dengan larutan yang berasal dari sumber yang berbeda. Pada perhitungan, menunjukan bahwa volatile dapat menjadi factor utama dalam keadaan temperature tinggi , uap mengisi ingklusi dalam batuan beku. Kompleksitas Logam Dalam Larutan Hidrotermal Sebuah prosedur yang mungkin di[pakai dari kesetimbangan reaksi antara material, untuk mengevaluasi transport dari cairan magma. Untuk menmgendapkan pada temperature antara 500 5000oC, di mana hubungan geologi dan eksperimen laboratorium dapat memberikan bukti yang jelas mengenai sifat dari pengendapan larutan bijih dalam bentuk cairan. Meskipun dalam kristalisasi batuan beku yang meleleh atau airtanah yang terpanaskan dari meteor atau berasal dari air laut atau air yang terekstraksi dari batuan sedimen atau metamorf. Pada cairan yang bersirkulasi di dalam rekahan dan celah dari batuan sekitar. Temperaturnya dalam jarak yang umum adalah beberapa ratus derajat dan komposisinya sama dengan mata air panas dan air yang dipompakan di area geothermal.

Tipe tipe endapan hidrotermal

Endapan Hypothermal, terbentuk pada suhu yang cukup tinggi (300 5000C), biasanya pada kedalaman yang cukup dalam pada kerak bumi. Tipe endapan hipotermal ialah Vein tin (cassiterite), tungsten (Scheelite dan wolframite), serta molibdenit EndapanMesothermal, terbentuk pada suhusedang (200 3000C). Endapan mesotermal pada umumnya membawa sulfidasulfida dari besi, timbal, zinc dan copper, dengan mineral gangue umumnya ialah kuarsa atau karbonat seperti kalsit, rodokrosit atau siderit. Banyak uraturat (vein) pembawa emas (goldbearing vein) penting merupakan endapan mesotermal EndapanEpithermal, terbentuk pada suhu yang rendah (502000C). Endapan epitermal merupakan penghasil utama dari antimoni (Stibnit), merkuri (sinabar), perak (native silver, dan silver sulfida), dan emas

Tipe Alterasi Hidrotermal Alterasi merupakan peristiwa ubahan komposisi mineralogi batuan (pengertian sederhananya). Syarat umum terjadinya alterasi itu adalah fluida, umumnya fluida ini membawa unsur-unsur mineralisasi. Jadi jika salah satu kondisi temperature dan tekananan tinggi terpenuhi bisa terjadi alterasi. Kenapa perlu tekanan atau temperatur tinggi, 2 faktor ini yang dominan bisa memutuskan ataupun dekomposisi ikatan kimia dimineral tersebut. Salah satu dari temperature atau tekananan tinggi saja bisa terjadi alterasi, dan fluida yang membawa unsur mineral lain. Selain itu temperature rendah disini bukan seperti temperature air biasa. jarang sekali pada suhu kondisi atmospheric terjadinya alterasi. a. Propylitic:(Chlorite, Epidote, Actinolite)

Alterasi Propylitic mengubah batuan menjadi hijau, karena mineral baru terbentuk berwarna hijau. Mineral tersebut adalah chlorite, actinolite and epidote. Mineral tersebut terbentuk dari dekomposisi Fe-Mg seperti biotite, amphibole or pyroxene, walaupun bisa tergantikan oleh feldspar. Propylitic relatif terjadi pada low temperatures. b. Sericitic:(Sericite) Alterasi

Alterasi Sericitic mengubah batuan menjadi mineral sericite, merupakan mika putih yang sangat halus. Alterasi ini terbentuk oleh dekomposisi feldspars,

sehingga menggantikan feldspar. Di lapangan, kehadirannya pada batuan dapat dideteksi oleh kelembutan batu, seperti yang mudah digores. Terasa berminyak ketika mineral ini banyak, dan warna putih, kekuningan, coklat keemasan atau kehijauan. Alterasi Sericitic menunjukkan kondisi low pH (acidic). Perubahan terdiri dari kuarsa + sericite disebut phyllic alterasi. Alterasi ini terkait deposit phophyry tembaga yang mungkin berisi cukup halus, pyrite yang disebarkan secara langsung terkait dengan peristiwa perubahan. c. Potassic:(Biotite, K-feldspar, Adularia)

Alterasi Potassic relatif terjadi pada high temperatureyang merupakan hasil pengayaan Potassium. Bentuk alterasi ini bisa terbentuk sebelum kristalisasi magma selesai, biasanya berbentuk kusutan dan agak terputus-putus oleh pola vein. Alterasi Potassic bisa terjadi lingkungan plutonic dalam, dimana orthoclase akan terbentuk, atau daerah dangkal, lingkungan vulkanik dimana adularia terbentuk. d. Albitic:(Albite)

Perubahan Albitic membentuk albite atau sodic plagioclase. Hal ini mengindikasikan keberadaan pengayaan Na. Tipe alterasi ini juga terjadi pada high temperature. Kadang-kadang white mica paragonite (Na-rich) bisa terbentuk juga. e. Silicification (Silikifikasi):(Quartz)

Silicification merupakan proses penambahan silica (SiO2) sekunder. Silicification salah satu tipe alterasi yang paling umum terjadi dan dijumpai dalam bentuk yang berbeda-beda. Salah satu bentuk yang paling sering dijumpai adalah silica flooding, merupakan hasil pergantian batuan dengan microcrystalline quartz (chalcedony). Porositas besar dari batuan akan memfasilitasi proses ini. Selain itu bentuk dari silicfication adalah pembentukan rekahan dekat spasi dalam jaringan atau stockworks yang berisi quartz. Silica flooding dan atau stockworks kadang-kadang hadir dalam wallrock sepanjang batas quartz vein (urat kuarsa). Silicification dapat terjadi melalui berbagai temperature. f. Silication: (Silicate Minerals +/- Quartz)

Silication terminolig umum untuk penambahan silica dengan bentuk berbagai mineral silika. Hal ini berasosiasi dengan kuarsa. Seperti pembentukan biotite atau garnet atau tourmaline. Silication bisa terjadi pada daerah berbagai temperatur. Contoh klasik pergantian limestone (calcium carbonate) dengan mineral silicate berbentuk sebuah skarn, yang biasanya terjadi pada kontak intrusi batuan beku. Sebuah subset khusus dari silication dikenal greisenization. Bentuk dari tipe batuan ini disebut greisen, yang mana batuan terdiri dari parallel veins dari quartz + muscovite + mineral lain (seringnya tourmaline). Parallel veins merupakan bentuk pada zona atap dari sebuah plutonik. Dengan veining yang intensif (banyak), beberapa wallrocks bisa tergantikan sepenuhnya oleh mineral baru yang sama dengan pada sebuah vein. g. Carbonatization (Karbonatisasi): (Carbonate Minerals)

Carbonitization terminologi umum untuk penambahan beberapa mineral karbonat. Umumnya calcite, ankerite, and dolomite. Carbonatization biasanya juga berasosiasi dengan penambahan mineral lain seperti talc, chlorite, sericite dan albite. Alterasi Carbonate bisa berbentuk pola zonal sekeliling deposit ore dengan kaya besi. h. Alunitic: (Alunite)

Alterasi Alunitic terkait erat dengan lingkungan sumber mata air panas. Alunite merupakan sebuah mineral potassium aluminum sulfate yang cederung membentuk ledges di beberapa daerah. Kehadiran alunite mendukung berisi gas SO4 yang banyak, hal ini terjadi karena oksidasi mineral sulfida. i. Argillic: (Clay Minerals)

Alterasi Argillic memperkenalkan beberapa variasi dari mineral lempung seperti kaolinite, smectite and illite. Alterasi Argillic umumnya pada low temperaturedan sebagian mungkin terajadi pada kondisi atmospheric. Tandatanda awal alterasi argillic adalah bleaching out (pemutihan) feldspar. Subkategory spesial dari alterasi argillic adalah advanced argillic. Kategori ini terdiri dari kaolinite + quartz + hematite + limonite. feldspars tercuci and teralterasi menjadi sericite. Keberadaan alterasi ini menunjukkan kondisi low pH (highly acidic). Pada higher temperatures, mineral pyrophyllite (white mica) terbentuk pada dalam kaolinite. j. Zeolitic: (Zeolite Minerals)

Alterasi Zeolitic sering berasosiasi dengan lingkungan vulkanik tetapi bisa terjadi pada jarak yang jauh dari lingkungan ini. Pada lingkunagan vulkanik, mineral zeolite menggantikan matriks glass (kaca). Mineral Zeolite merupakan mineral low temperature, jadi mineral ini terbentuk selama tahap redanya aktifitas vulkanik pada daerah dekat permukaan. k. Serpentinization and Talc Alteration: (Serpentine, Talc)

Serpentinization membentuk serpentine, yang softness, waxy, kehijauan, dan massive. Tipe alterasi ini hanya ditemukan ketika batuan asal adalah batuan mafic atau ultramafic. Tipe batuan ini relatif memiliki kandungan besi dan magnesium yang banyak. Serpentine merupakan mineral low temperature. Talc hampir sama dengan mineral serpentine, tetapi penampakanya berbeda sedikit (pale to white). Alterasi Talc mengindikasi sebuah magnesium konsentrasi magnesium yang tinggi selama proses crystallization terjadi. l. Oxidation:(Oxide Minerals)

Oxidation merupakan pembentukan semua mineral oksidal. Yang paling umum dijumpai adalah hematite and limonite (oksida besi), tetapi banyak jenis bisa terbentuk, tergantung kandungan metal di dalamnya. Sulfida mineral sering terlapukkan dengan mudah karena rentan dengan oksidasi dan digantikan oleh oksida besi. Oksida terbentuk dengan mudah pada permukaan atau dekat permukaan diman oksigen pada atmosfer lebih mudah tersedia. Temperature oksidasi bervarisi. Ini bisa terjadi pada permukaan atau kondisi atmosferik atau bisa terjadi pada low to moderate temperature dari fluidanya.
Tabel 1 Alterasialterasi yang terjadi pada fase hidrotermal (Browne, 1982)

Kendaraan Epithermal

BatuanSamping Batugamping Lava

HasilAlterasi Silisifikasi Alunit, clorit, pirit, beberapasericit, mineral mineral lempung Klorit, epidot, kalsit, kwarsa, serisit, mineral mineral lempung

BatuanBekuIntrusi

Mesothermal

Batugamping Serpih, lava Batuanbekuasam

Silisifikasi

Selisifikasi, mineral mineral lempung Sebagian besar serisit, kwarsa, beberapa mineral lempung Serpentin, epidotdanklorit

Batuanbekubasa

Hypothermal

Batugranit, lava

sekis

Greissen, topaz, mikaputih, tourmalin, piroksendan amphibole

Paragenesisendapanhipothermaldan mineral gangue adalah : emas (Au), magnetit (Fe3O4), hematit (Fe2O3), kalkopirit (CuFeS2), arsenopirit (FeAsS), pirrotit (FeS), galena (PbS), pentlandit (NiS), wolframit : Fe (Mn)WO4, Scheelit (CaWO4), kasiterit (SnO2), Mo-sulfida (MoS2), Ni-Co sulfida, nikkelit (NiAs), spalerit (ZnS), dengan mineral-mineral gangue antara lain : topaz, feldspar-feldspar, kuarsa, tourmalin, silikat-silikat, karbonat-karbonat Sedangkanparagenesisendapanmesothermaldan mineral gangue adalah :stanite (Sn, Cu) sulfida, sulfida-sulfida : spalerit, enargit (Cu3AsS4), Cu sulfida, Sbsulfida, stibnit (Sb2S3), tetrahedrit (Cu,Fe)12Sb4S13, bornit (Cu2S), galena (PbS), dankalkopirit (CuFeS2), dengan mineral-mineral ganguenya : kabonatkarbonat, kuarsa, danpirit. Paragenesisendapanephitermaldan mineral ganguenyaadalah : native cooper (Cu), argentit (AgS), golongan Ag-Pbkomplekssulfida, markasit (FeS2), pirit (FeS2), cinabar (HgS), realgar (AsS), antimonit (Sb2S3), stannit (CuFeSn), dengan mineral-mineral ganguenya : kalsedon (SiO2), Mg karbonat-karbonat, rhodokrosit (MnCO3), barit (BaSO4), zeolit (Al-silikat).

ENDAPAN LATERIT
1. Laterit dan pembentukannya Laterit didefinisikan sebagai produk yang dihasilkan dari pelapukan yang kuat pada daerah-daerah tropis, lembab, dan hangat yang kaya akan lempung kalolinit sebagai oksida dan oksihidroksida dari Fe dan Al. Laterit penting secara ekonomi karena mengandung logam alumunium (bauksit). Berikut merupakan kandungan unsur-unsur yang terdapat pada profil laterit.

Mineral utama
pada zona ferruginous Aluminosilikat (muskovit, kaolinit)

oksida besi; emas


pada saprolit bagian atas Aluminosilikat (muskovit) Ferromagnesia (klorit, talk, amfibol)

Pencucian Mineral Sekunder K, Rb, Csmineral Si, Al (kaolinit) jejak : Au


Cs, K, RbMg, Li

Ca, Mg, Na

Si, Al (kaolinit) Fe, Ni, Co, Cr, Ga, Mn, Ti, V, (Oksida Fe dan Mn)

Si, Al (kaolinit) Ca, Cs, K, RbCa, Mg Na, Si, Al (kaolinit); BaFe, Ni, Co, Cr, Ga, Mn, Ti, V (Oksida Fe dan Mn)

Lempung smektit
pada saprolit bagian bawah Aluminosilikat Ferromagnesia (piroksen, olivin,

amfibol, klorit, biotit)


pada zona pelapukan sulfide

pada daerah karbonatan

As, Au, Cd, Co, Cu, As, Cu, Ni, Pb, Sb, Zn Mo, Ni, Zn, S (oksida besi; sulfat, arsenat, karbonatan, alunitjasorit) Ca, Mg, Fe, Mn, Sr

2. Bauksit Bijih bauksit, sebagai sumber utama logam alumunium, mengandung mineral gibsit, boehmit, dan diaspor. Akumulasi dari residu kaya alumina, pada bagian atas dari profil laterit, sebagai hasil dari curah hujan yang tinggi, temperatur yang agak rendah (22C), dengan kelembaban yang tinggi. Proses yang berlangsung pada bagian atas dari profil laterit berupa pelarutan inkongruen yaitu : Feldspar (kehilangan Si) kaolinit (kehilangan Si) gibsit (Al(OH)3) Variasi iklim musiman juga dianggap penting dalam pembentukan formasi bauksit. Musim panas dan dingin membuat fluktuasi pada muka air tanah, yang membuat terjadinya pelarutan dan transfer massa. Variasi pada profil bauksit sebagai transformasi dari gibsit yang

terdehidrasi menjadi versi yang terhidrasi secara relatif, boehemit atau diaspor (ALO(OH)), dihasilkan dari fluktuasi tersebut. Profil mineralogical untuk zona mineralisasi bauksit dapat bervariabel.

3. Laterit Nikel Laterit nikel berasal dari batuan ultramafik (ultra basa) yang mengandung olivin dan ortopiroksen dengan berlimpah, dan karenanya kaya akan nikel. Laterit nikel mengandung konsentrasi nikel silikat atau nikel oksida yang mencapai 10 kali lipat dari konsentrasi aslinya. Penambangan laterit nikel jauh lebih mudah daripada penambangan bijih sulfida magmatik. Bijih nikel berhubungan dengan eluviasi nikel dari residu pada lapisan laterit teratas dan konsenrasi di dasar illuvium saprolit sebagai talk nikeliferous, serpentin, atau smektit, dan bersamaan dengan geotit meskipun jarang. Mineral olivin dan ortopiroksen sebagai sumber nikel utama merupakan penyusun utama dari batuan ultramafik mungkin berasal dari bagian kompleks ofiolit obduksi atau berupa intrusi mafik. Alterasi olivin terjadi karena proses hidrasi dari silika, serpentinit, dan limonit . Pada tanah laterit, keasaman air tanah semakin berkurang seiring dengan bertambahnya kedalaman dan bikabornat bertindak sebagai anion utama dalam proses pelarutan ini. Olivin bereaksi pada kondisi ini, diikuti dengan ortopiroksen, serpentin, klorit, dan talk. Berikut ini merupakan contoh reaksi pada olivin. 4(Fe2,Mg3)SiO4 + 8H+ + 4O2 (Fe2,Mg3)Si4O10(OH)2 + 6FeO(OH) + 5Mg2+ olivin smektit goetit

Konsentrasi nikel dipengaruhi oleh pertukaran kation, kemungkinan oleh Mg2+. Hasilnya adalah suatu jenis mineral pilosilikat yang kaya nikel seperti kerolit (Ni-talk), nepouit (Niserpentin), dan pimelit (Ni-smektit). Salah satu contoh dari reaksi pertukaran kation adalah sebagai berikut : Mg2Si2O5(OH)4 + 3Ni2+(aq) Ni3Si2O5(OH)4 + 3Mg2+(aq) serpentin nepouit

Konsentrasi dari nikel juga sering berasosiasi dengan goetit, sekalipun mekanismenya belum diketahui. Kemungkinan absorbs dari nikel pada koloid goetit terjadi pada alam karena pH

yang agak basa. Zona limonit yang ada pada bagian atas dari profil laterit pada umumnya tidak mengandung nikel. Laterit yang sangat tebal dan sangat kaya dengan garnierit terjadi pada batuan dasar yang mengalami sirkulasi air tanah maksimum dan peran dari interaksi air antar batuan. Konsentrasi nikel juga dikontrol oleh keadaan topografi dan cenderung terjadi dibawah perbukitan atau pinggiran plato atau teras. Hal ini dikarenakan deposit sensitif untuk mengalami erosi permukaan dan fluktuasi muka air dikonrol oleh distribusi zona eluviasi dan iluviasi.

4. Emas pada laterit Telah diketahui dengan baik bahwa emas dapat terbentuk pada bagian pedolitik atas pada zona pelapukan laterit. Bentuk emas yang dihasikan bermacam-macam dari yang berukuran besar, partikel membundar seperti nugget, dan dendritus emas pada celah dan retakan, sampai kristal-kristal kecil pada pori-pori tanah. Sebenarnya sumber emas secara primer adalah pada lingkungan yang juga kaya akan perak. Emas dapat berada pada profil laterit karena proses kimiawi. Berbeda dengan proses mobilisasi dan penghilangan perak, dimana Ag berperan sebagai air meteorik pada zona pelapukan. Proses perpindahan Au dan Ag hanya terjadi pada kondisi spesifik tertentu. Mungkin perpindahan tersebut berhubungan dengan asamnya air tanah dekat permukaan pada lingkungan laterit. Kedua reaksi berikut merupakan contoh dari proses pengasaman yang berlangsung pada profil laterit. 2FeS2 + 2H2O +7O2 2Fe2+ + 4SO42- + 4H+ 2Fe2+ + 3H2O + O2 2 FeOOH + 4H+ Percobaan yang dilakukan menunjukan bahwa pada keadaan pH rendah, Eh tinggi, dan keberadan ion Cl-, emas yang berada di dekat permukaan dapat menjadi AuCl4-. Hal ini dikontrol oleh oksidasi dari Fe2+ yang berhubungan dengan ketersedian oksigen. Sebagai perbandingan, perak akan bereaksi dengan lebih cepat, pada daerah reduksi, sebagai AgCl, AgCl2-, dan AgCl32-. Reaksi berikut mengasilkan Au murni pada kondisi reduksi yang terjadi pada bagian yang kaya akan ion Fe2+ dan Mg2+. AuCl4- + 3Fe+ + 6H2O Au + 3FeOOH + 4Cl- +9H+

Perlu diketahui bahwa mikroorganisme juga berhubungan dengan konsentrasi emas pada tanah laterit. Emas sekunden yang berbentuk nugget dapat ditemukan pada lingkungan yang berbeda dari tempat deposit emas terjadi. Hal ini disebabkan oleh bakteri pada tanah yang memiliki kemampuan untuk mengakumulasi emas melalui proses difusi melewati dinding selnya dan masuk ke dalam cytoplasmanya. Diagenesis subsekuen dari sedimen yang mengandung mikroorganisme yang kaya akan emas akan menyebabkan terjadinya rekristalisasi dari emas menjadi bentuk seperti nugget.

5. PGE pada laterit Unsur-unsur kelompok platinum juga terdapat pada laterit. Kristal-kristal Pt-Fe atau Os-Ir-Ru dapat ditemukan pada pedolith, sebagai hasil perpindahan PGE pada zona pelapukan. Dipercaya bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi konsentrasi PGE juga sama dengan faktor-faktor yang mempengaruhi Au dam Ag. Pada daerah non laterit, PGE tidak akan tertransportasi sebagai senyawa klorit (PdCl42- dan PtCl42-), tetapi sebagai senyawa hidroksida (PdOH2 dan Pt OH2). Proses laterisasi menyebabkan berpindahnya komponenkomponen bijih berpindah, dengan mineral dasar terbentuk pada oksida Mn dan Au-Pt-Pd terbentuk bersamaan dengan karbon nonkristal, dan oksida atau oksihidroksida dari De-Mn. 6. Deposit lempung Mineral-mineral lempung merupakan produk pelapukan yang sangat berlimpah, baik yang terdapat in situ maupun yang berpindah dan mengalami deposisi. Mineral-mineral ini penting secara ekonomi pada industry kertas, keramik, filtrasi, dan minyak pelumas. Mineralmineral lempng yang penting ini diantaranya adalah kaolinit, illit, dan kelompok smektit (termasuk monmorilonit). Kaolinit berasal dari kondisi lembab yang mendukung terjadinya hidrolisis asam pada batuan feldspar. Illit terjadi pada kondisi basa dengan pelapukan feldspar dan mika. Sedangkan smektit merupakan hasil pelapukan dari batuan intermediet sampai basa dibawah kondisi basa, dengan lapisan-lapisan intrakristalin air dan kation-kation yang dapat berganti-ganti. Mineral-mineral lempung tidak hanya dihasilkan dari pelapukan batuan saja, tetapi dapat ditemukan sebagai produk dari alterasi hidrotermal bertemperatur rendah.

ENDAPAN SEDIMEN ALLUVIAL

Dalam pembelajaran genesa bahan galian terdapat beberapa aspek-aspek keterdapatan, proses pembentukan, komposisi, model (bentuk, ukuran, dimensi), kedudukan, serta faktor-faktor pengendali pengendapan bahan galian. Tujuan utama mempelajari genesa suatu endapan bahan galian adalah agar dapat menemukan jenis-jenis endapan baru serta mempelajari sifatsifat fisik pada endapan tersebut, dalam bahan galian, membantu dalam penentuan (penyusunan) model eksplorasi yang akan diterapkan, serta membantu dalam penentuan metoda penambangan dan pengolahan bahan galian tersebut (Gambar 1).

ASPEK-ASPEK PENELITIAN ENDAPAN Adapun klasifikasi terhapa endapan bahan galian yaitu : 1. Berdasarkan karakteristik dan kesamaan segi 2. Persamaan proses genesa dan letak endapan 3. Kesesuaian teori dang lingkungan pengendapan 4. Dibuat sesedarhana mungkin sehingga mudah dalam penerapan dan fleksibel Sedimentasi adalah media air, angin, es, suatu proses pengendapan suatu material yang ditransport di oleh mulut-

atau gletser di

cekungan. Delta yang

terdapat

mulut sungai adalah hasil dan proses pengendapan material-material yang diangkut oleh air sungai, sedangkan bukit pasir (sand dunes) yang terdapat digurun dan di tepi pantai adalah pengendapan dari material-material yang diangkut oleh angin. Endapan sedimen (sedimentary deposit) adalah tubuh material padat yang terakumulasi di permukaan bumi atau di dekat permukaan bumi, pada kondisi tekanan dan temperatur yang rendah. Sedimen umumnya (namun tidak selalu) diendapkan dari fluida dimana material penyusun sedimen itu sebelumnya berada, baik sebagai larutan maupun sebagai suspensi. Definisi ini sebenarnya tidak dapat diterapkan untuk semua jenis batuan sedimen karena ada beberapa jenis endapan yang telah disepakati oleh para ahli sebagai endapan sedimen: 1. Di endapkan dari udara sebagai benda padat di bawah temperatur yang relatif tinggi, misalnya material fragmental yang dilepaskan dari gunung api 2. Di endapkan di bawah tekanan yang relatif tinggi, misalnya Mineral bijih dapat diklasifikasikan berdasarkan proses terbentuknya yaitu insitu dan alluvial. Endapan insitu terdiri dari fissure veins, bedded, impregnations, stringers, seams, dan stockworks.

Endapan alluvial merupakan endapan-endapan yang berasal dari perombakan endapa insitu. Menurut Hoover berdasakan kelompoknya ada dua prinsip dasar yaitu : 1. Endapan yang terbentuk secara sekunder sehingga lebih mudah dari pada batuan induknya. 2. Endapan yang terbentuk akibat sirkulasi laurtan channels. Alluvial dapat mengandung mineral logam berharga seperti emas dan platina dan berbagai macam batu permata. placers Aluvial adalah endapan yang dibentuk di masa kini dan masa lalu di gulches aliran air, sungai, dataran banjir sungai-sungai, dan delta. Pengerjaan ulang beberapa deposito ini bersama-sama dengan orang lain terbentuk sebagai hasil dari proses sedimentasi atau glasial oleh aksi gelombang dapat menghasilkan placers pantai, yang diperlakukan secara terpisah. Placers Aluvial dapat diklasifikasikan ke dalam dua kategori umum - modern dan fosil. Perbedaan antara keduanya adalah umumnya sulit untuk membuat di lapangan. Placers terbentuk pada program air saat ini dan kebanyakan dari mereka dari Pleistosen dan jatuh berumur Tersier ke dalam kategori modern. Mereka yang usia lebih besar, biasanya dikubur dalam oleh endapan volkanik dan yg terletak atau lithified umumnya kita sebut fosil (paleoplacers). placers fosil terjadi di seluruh kolom geologi. Endapan yang terletak di bawah permukaan air termasuk ke dalam endapan alluvial, yaitu endapan sekunder yang terkumpul dalam jumlah dan kadar yang tinggi melalui suatu proses konsentrasi alam yang letaknya sudah jauh dari batuan induknya, dan sudah sempat diangkut oleh sungai dan ombak laut. Adapun contoh dari endapan alluvial adalah endapan alluvial timah, endapan alluvial pasir besi, endapan alluvial emas, endapan alluvial intan, endapan alluvial titanium, endapan alluvial kromit, endapan alluvial magnetit, dan lain-lain. Endapan placer sendiri memiliki 4 media pengangkut, yaitu : 1. Air sungai (continental detrital). 2. Air laut (marine). 3. Angin (aeolian). 4. Es (glacial). II. Penamaan dan penyebaran alluvial Alluvial merupakan satuan batuan yang mengalami proses sedimentasi yaitu pembentukan endapan, pelapukan, transportasi yang dibentuk dari batuan sebelumnya. Alluvial biasanya terbentuk didaerah pantai dan didaerah sungai dengan pola penyebaran pada daerah penelitian berkisar 35% dari seluruh luas daerah penelitian.

Berdasarkan kenampakan alluvial memperlihatkan warna putih pada batuan pasir baik ukuran butir yang halus maupun. Berdasarkan penilitian terdahulu biasanya alluvial berumur holosen, dan pada hubungan stratigrafi endapan alluvial yang lebih tua yaitu batuan granit (plutonik).

ALLUVIAL DEPOSITS Endapan Alluvial pada proses pembentukannya sangat tergantung dari bahan induk asal tanah dan topografi, punya tingkat kesuburan yang bervariasi dari rendah sampai tinggi, tekstur dari sedang hingga kasar, serta kandungan bahan organic dari rendah sampai tinggi dan pH tanah berkisar masam, netral, sampai alkalin, kejenuhan basa dan kapasitas tukar kation juga bervariasi karena tergantung dari bahan induk Setelah batuan pembawa unsur mineral terbentuk akibat dari pengaruh cuaca (iklim) menyebabkan terjadinya atau terbentuknya desintegrasi dan terkomposisi. Kejadian akan terus berlanjut hingga terbentuknya endapan hasil dari pelapukan. Jika pelaupukan tertransprtasi maka akan terbentuklah endapan alluvial.

ENDAPAN PLACERS ALLUVIAL Endapan alluvial biasasnya halus itu dikarenakan endapan yang sudah mengalami transportasi, dari hasil terbentuknya endapan alluvial ada proses erosi yang terjadi terhadap material yang sudah mengalami pelapukan. Adapun asal dari pelapukan yaitu terjadi pada bagian sepanjang sungai yang akan tererosi, dari itu dinyatakan lah bahwa endapan alluvial adalah endapan yang terbentuk dari hasil pelapukan yang kemudian tererosi, tertransportasi. Endapan placer alluvial merupakan endapan tipe endapan yang sangat penting pada emas dan intan dan fraksi umum pada butiran pada mineral-mineral berat yang relatif lebih halus dari mineral-mineral ringan. Mineral-mineral berta relatif terkonsentrasi pada lokasi pada dimana terjadi sesuatu gangguan pada aliran ( irrengular flow ) atau pengurangan energi, seperti natural riffle, lubang dasar sungai atau air terjun pada tubrukan arus sungai (pay streak), meader sungai. Adapun contoh endapan-endapan alluvial yaitu 1. Endapan timah pulau bangka Busur pluton yang membentang dari Asia hingga diKepulauan Bangka dan Belitung cebakan timah yangterkaya di dunia. Secara genetik, kehadiran timah bermuladengan lebih dari 200 juta tahun yang lalu.

adanya tubuh intrusi granit yang diperkirakan terjadi

gas SnF4, dimana akibatproses penumatolitik menerobos dan mengisi celah retakan yangterdapat pada batuan sekitar Akibat iklim tropis proses pelapukan baik kimiawimaupun mekanis, Berlanjut dengan proses erosi dantransportasi melalui sungaisungai kassiterit (BD = 7).Jenis endapan sekunder sangat bervariasi, sejak dari elluvial,colluvial, alluvial dangkal hingga alluvial dalam (lebih dari120 m) serta kipas alluvial . Penyebaran konsentrasi lapisanpasir bertimah (tin bearing sand) baik vertikal maupun lateraldalam banyak hal sangat dipengaruhi oleh gejala na ikturunnya.

Kajian mengenai : 1. Magmatik 2. Metasomalik kontak 3. Hidrotermal 4. Laterit 5. Alluvial 6. Sedimenter 7. Metamorf

Jurusan teknik pertambangan fakultas teknik Universitas veteran republik indonesia Makassar 2013

DISUSUN OLEH : ADI MAHENDRA (2010 31 118)

You might also like