You are on page 1of 9

2013

TUGAS INDIVIDU

GIZI PADA REMAJA


Hubungan Pengetahuan Gizi Terhadap Kontribusi Asupan Zat Gizi Dari Jajanan Anak Sekolah

Oleh: Hili Aulianah NPM : 11.121010.029

PROGRAM PASCA SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA HUSADA PALEMBANG TAHUN 2013

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Faktor penentu kulaitas sumber daya manusia dalam upaya pembangunan nasional antara lain adalah faktor kesehatan dan gizi. Kedua faktor ini penting karena seseorang tidak akan mampu mengembangkan kapasitasnya secara maksimal apabila yang bersangkutan tidak memiliki status kesehatan dan gizi yang optimal (Kemenkes RI 2007). Dalam hal ini anak sekolah merupakan sasaran strategis dari peningkatan gizi masyarakat. Peningkatan gizi masyarakat pada anak sekolah dengan memberikan pengetahuan tentang pemenuhan gizi yaitu mengenai manfaat makanan bagi tubuh (Depkes RI 2001). Menurut Swantari 2011, Jalan untuk menempuh perbaikan gizi pada anak agar anak dapat belajar dengan baik yaitu melalui perbaikan pola makan di keluarga dengan menekankan pentingnya makan pagi (sarapan) sebelum berangkat ke sekolah, dan saran yang tepat dari segi gizi adalah melakukan kebiasaan makan pagi. Sarapan atau makan pagi merupakan salah satu kegiatan yang penting dilakukan sebelum melakukan aktifitas fisik sehari-hari. Makan pagi harus memenuhi sebanyak kalori sehari dan mengandung unsur empat sehat lima sempurna, dengan tujuan agar tubuh dapat mempersiapkan diri untuk melakukan segala aktifitas dengan baik (Khomsan 2004). Sarapan pagi memberikan kontribusi yang penting terhadap total asupan gizi sehari. Sarapan pagi akan menyumbangkan sekitar 25% dari total asupan gizi sehari. Ini jumlah yang cukup signifikan. Jika kecukupan energi dan protein dalam sehari adalah 2000 Kkal dan 50 g, maka sarapan pagi menyumbangkan 500 Kkal energi dan 12.5 g protein. Seseorang yang tidak sarapan pagi sulit untuk memenuhi kecukupan gizinya. Anak yang tidak makan pagi, kurang dapat mengerjakan tugas di kelas yang memerlukan konsentrasi, sering mempunyai nilai hasil ujian yang rendah, mempunyai daya ingat yang terbatas, dan sering absen (Muchtar M, Julia M, Gamayanti IL. 2011). Dampak sarapan pagi lainnya adalah dapat mengurangi kebiasaan jajan terlalu banyak di sekolah. Hal tersebut disebabkan seseorang yang terbiasa sarapan, kebutuhan akan zat gizinya telah terpenuhi oleh kegiatan sarapannya. Berbeda dengan yang tidak terbiasa sarapan, mereka akan memenuhi zat gizinya dengan membeli makanan yang tersedia di sekolah.

Menurut Muchtar M, Julia M, Gamayanti IL. 2011, berdasarkan hasil penelitiannya seluruh remaja siswa SMAN I Pahandut Kota Palangka Raya menunjukkan bahwa 100% remaja yang tidak sarapan melakukan jajan pada jam istirahat pertama, walaupun sarapan pagi adalah hal yang penting untuk dilakukan. Namun dalam kenyataannya banyak remaja yang menunda waktu sarapannya disebabkan beberapa hal seperti terburu-buru, belum merasa lapar, dan tidak berselera untuk makan sehingga biasanya para remaja menunda waktu sarapannya hingga jam istirahat di sekolah. Hasil penelitian mengenai hubungan pengetahuan gizi dengan kebiasaan sarapan dan kontribusi asupan zat gizi dari sarapan telah banyak dilakukan. Namun, penelitian tersebut belum dapat menjawab tentang hubungan pengetahuan terhadap kontribusi asupan zat gizi dari jajanan anak sekolah. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian ini yang bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan terhadap kontribusi asupan zat gizi dari jajanan anak sekolah.

BAB II HASIL DAN PEMBAHASAN


Karakteristik Responden Karakteristik responden yang diamati pada penelitian ini diantaranya jenis kelamin, tingkat pendidikan, besaran uang saku serta alokasi uang saku untuk jajan. Berdasarkan pengolahan data diketahui bahwa dari 30 responden jumlah responden laki-laki lebih banyak daripada perempuan yaitu berjumlah 20 orang dengan presentase sebesar 66,7% . Distribusi subjek berdasarkan karakteristik dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Karakteristik subjek penelitian
Karakteristik Jenis kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah Tingkat pendidikan (SD) SD Kelas 1 SD Kelas 2 SD Kelas 3 SD Kelas 4 SD Kelas 5 SD Kelas 6 Jumlah 4 11 2 5 6 2 30 13.3 36.7 6.7 16.7 20 6.7 100 20 10 30 66.7 33.3 100 n %

Berdasarkan sebaran tingkat pendidikan anak usia sekolah dasar diatas bahwa responden terbanyak adalah reponden dengan tingkat pendidikan kelas 2 SD yaitu sebanyak 11 orang dengan presentase sebesar 36,7%. Besaran uang saku responden dibagi dalam tiga kategori diantaranya uang saku dengan jumlah dibawah Rp.2000, antara Rp.2000 hingga Rp.5000 dan uang saku dengan jumlah diatas Rp.5000. berdasarkan pengolahan data didapatkan bahwa lebih banyak responden yg memiliki uang saku hingga Rp.5000 sebanyak 17 orang dengan presentase 56,7%. Sedangkan banyaknya alokasi uang saku untuk jajan dibagi menjadi 3 kategori diantaranya alokasi uang saku untuk jajan dengan jumlah dibawah Rp.2000, antara Rp.2000 hingga Rp.5000 dan diatas Rp.5000. untuk alokasi uang saku untuk jajan yaitu lebih banyak

yang memiliki uang saku Rp.5000 sebanyak 17 orang dengan presentase 56,7% .Besaran dan alokasi uang saku responden dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Jumlah uang saku dan alokasi uang saku
Variabel Besaran uang saku anak (Rp) <2000 2000-5000 >5000 Jumlah Alokasi uang saku (Rp) <2000 2000-5000 >5000 Jumlah 12 17 1 30 40 56.7 3.3 100 4 17 9 30 13.3 56.7 30 100 n %

Pengetahuan Gizi dan Kontribusi Zat Gizi dari Jajanan Sekolah Salah satu variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengetahuan gizi dan kontribusi asupan zat gizi dari jajanan anak sekolah. Pengetahuan gizi responden yang diuji adalah pengetahuan gizi mengenai pentingnya sarapan yang terdiri dari pengertian sarapan, dampak yang terjadi apa bila tidak sarapan, menu sarapan yang bergizi dan apa yang dilakukan apabila tidak sempat sarapan. Pengetahuan gizi diukur melaui pretest sebelum diadakan penyuluhan serta postest setelah diadakannnya penyuluhan. Pengetahuan gizi dinilai berdasarkan tiga kategori diantaranya baik, sedang dan kurang. Untuk data awal (Baseline) jumlah responden dengan kategori baik sebesar 0%, kategori sedang sebanyak 10 orang dengan presentase 33,3% dan kategori kurang sebanyak 20 orang dengan presentase 66,6 % dan untuk data akhir (Endline) jumlah reponden kategori baik mengalami peningkatan yaitu berjumlah 14 orang dengan presentase 46,6 % begitu pula dengan kategori sedang dengan jumlah 14 prang dengan presentase 46,6% dan untuk lategori kurang mengalami penurunan dengan jumlah reponden sebanyak2 orang dengan presentase 6,6%. Sebaran responden mengenai kebiasaan sarapan dan pengetahuan gizi dapat diihat pada Tabel 3 Tabel 3 Kebiasaan sarapan dan pengetahuan gizi
Pengetahuan dan Kebiasaan Sarapan Besaran uang saku anak (Rp) n Baseline % n Endline %

Baik Sedang Kurang Jumlah Rata-rata + SD

0 10 20 30 10+10

0 33.33 66.67 100

14 14 2 30 10+6.93

46.67 46.67 6.67 100

Kontribusi asupan zat gizi didapatkan dari jajan anak sekolah melalui data awal dan akhir penyuluhan. Kontribusi asupan zat gizi yang dihitung terdiri dari asupan zat gizi energi, protein, kalsium, fosfor, besi, vitamin C dan vitamin A yang dihitungnya kontribusinya sebesar <15% dan 15% .Berdasarkan data awal (baseline)kontribusi energi sebesar <15% sebanyak 9 orang sedangkan 15% sebanyak 15 orang . Kontribusi protein sebesar <15% sebanyak 20 orang sedangkan 15% sebanyak 4 orang.Kontribus kalsium <15% sebanyak 15 orang sedangkan 15% sebanyak 9 orang.Kontribusi fosfor <15% sebanyak 24 orang sedangkan 15% tidak ada.Kontribusi besi <15% sebanyak 12 orang sedangkan 15% 12 orang. Kontribusi Vitamin A <15% sebanyak 24 sedangkan 15% tidak ada. Kontribusi Vitamin C <15% sebanyak 23 orang sedangkan 15% 1 orang. Berdasarkan data akhir (endline) di dapatkan hasil kontribusi energi sebesar <15% sebanyak 18 orang sedangkan 15% sebanyak 10orang .Kontribusi protein sebesar <15% sebanyak 21 orang sedangkan 15% sebanyak 7 orang.Kontribusi kalsium <15% sebanyak 21 orang sedangkan 15% sebanyak 7 orang.Kontribusi fosfor <15% sebanyak 21 orang sedangkan 15% 7 orang.Kontribusi besi <15% sebanyak 20 orang sedangkan 15% 8 orang.Kontribusi Vitamin A<15% sebanyak 28 sedangkan 15% tidak ada. Kontribusi Vitamin C <15% sebanyak 23 orang sedangkan 15% 5 orang. Kontribusi zat gizi dari berbagai jajanan sekolah dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Kontribusi zat gizi dari jajanan sekolah
Zat Gizi Energi <15% 15% Total Rata-rata + SD Protein <15% 15% 20 4 83.33 16.67 21 7 75 25 9 15 24 12+4.24 37.5 62.5 100 18 10 28 14+5.7 64.29 35.71 100 Baseline n % n Endline %

Total Rata-rata + SD Kalsium <15% 15% Total Rata-rata + SD Fosfor <15% 15% Total Rata-rata + SD Besi <15% 15% Total Rata-rata + SD Vitamin A <15% 15% Total Rata-rata + SD Vitamin C <15% 15% Total Rata-rata + SD

24 12+11.3

100

28 14+9.89

100

15 9 24 12+4.24

62.5 37.5 100

21 7 28 14+9.89

75 25 100

24 0 24 12+16.97

100 0 100

21 7 28 14+9.89

75 25 100

12 12 24 12+0

50 50 100

20 8 28 14+8.48

71.43 28.57 100

24 0 24 12+16.97

100 0 100

28 0 28 14+19.79

100 0 100

23 1 24 12+15.55

95.83 4.17 100

23 5 28 14+12.73

82.14 17.86 100

Pengaruh Pengetahuan Gizi dan Kontribusi Asupan Gizi Secara umum uji chi square yang dilakukan untuk mengetahui hubungan pengetahuan baseline dengan kontribusi asupan gizi baseline tidak menunjukkan adanya hubungan. Begitu juga juga hubungan pengetahuan endline dengan kontribusi asupan gizi endline tidak menunjukkan adanya hubungan. Hal ini merujuk pada nilai Pearson Chi Square semua asupan zat gizi yang tidak kurang dari 0.01. Untuk data baseline, secara pengetahuan gizi tidak menunjukkan hubungan yang nyata dengan kontribusi asupan gizi. Hal ini dilihat dari hasil uji Chi Square pada analisis hubungan kontribusi energi dari jajanan pada pengetahuan gizi yang menghasilkan nilai

Pearson Chi Square lebih dari 0,01 yakni 0,535. Sedangkan di kontribusi protein menunjukkan nilai Pearson Chi Square sebesar 0,529 yang juga tidak menunjukkan perbedaan nyata karena nilai Pearson Chi Square yang dihasilkan tidak kurang dari 0,01. Hal yang sama dapat dilihat di zat gizi Kalsium, Fosfor, Kalsium, Besi, Vitamin A dan Vitamin C yang juga memiliki nilai Pearson Chi Square berturut-turut sebesar 0,294; 0.333; 0,269; 0,531; dan 0,055. Nilai Pearson Chi Square yang diujikan pada baseline menunjukkan tidak ada hubungan yang nyata antara pengetahuan gizi dan asupan pada energi dan zat gizi yang diuji yakni Kalsium, Fosfor, Kalsium, Besi, Vitamin A dan Vitamin C. Secara umum hal yang sama terjadi juga untuk data endline. Pengetahuan gizi tidak menunjukkan hubungan yang nyata dengan asupan energi dan zat gizi dari jajanan. Dilihat dari hasil uji Chi Square pada analisis hubungan kontribusi energi dari jajanan pada pengetahuan gizi, menghasilkan nilai Pearson Chi Square lebih dari 0,01 yakni 0,09. Sedang di kontribusi protein menunjukkan nilai Pearson Chi Square sebesar 0,67 yang juga tidak menunjukkan perbedaan nyata karena nilai Pearson Chi Square yang dihasilkan tidak kurang dari 0,01. Hal yang sama dapat dilihat di zat gizi Kalsium, Fosfor, Kalsium, Besi, Vitamin, A dan Vitamin C yang juga memiliki nilai Pearson Chi Square berturut-turut sebesar 0,067; 0.052; 0,043; 0,03 dan 0,055.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2008. Pentingnya sarapan atau makan pagi. Http://fbuzz.com [26 Desember 2012]. Hidayat M. 2009. Sarapan ditinjau dari sudut ilmu gizi. Majalah Ilmiah Maranatha. Vol 16: 53-58. Khomsan A. 2004. Pangan dan gizi untuk kualitas hidup. Jakarta: Gramedia Widia Sarana Indonesia. Muchtar M, Julia M, Gamayanti IL. 2011. Sarapan dan jajan berhubungan dengan kemampuan konsentrasi pada remaja. Jurnal Gizi Klinik Indonesia. Vol 8: 28-35. Nofitasari A, Anggorodi RA, Triyanti. 2009. Perilaku sarapan pagi dan kaitannya dengan prestasi belajar siswi sekolah menengah pertama di smpn 2 depok. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Vol 3 No 2. Swantari AP. 2011. Hubungan kebiasaan sarapan pagi dengan status gizi pada anak sekolah dasar negeri di kelurahan trangsan kecamatan gatak kabupaten sukoharjo [Skripsi]. Surakarta: Program Studi S1 Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muahamadiyah Surakarta

You might also like