You are on page 1of 15

TEKNIK PENGENDALIAN GULMA SECARA MEKANIS ((Laporan praktikum Ilmu Dan Teknik Pengendalian Gulma)

Oleh: Arisha Azima Lidya Mawar Ningsih Khoirul Yunus Yudi Des Yulian 1014121202 1014121232 1014121230 1014121192

JURUSAN AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG 2013

DAFTAR ISI

Daftar Isi......................................................................................................II 1.Pendahuluan........................................................................... ...................3 2.Tinjauan pustaka........................................................................................5 3.Metodologi.................................................................................................8 4.Hasil Pembahasan......................................................................................9 5.Kesimpulan...............................................................................................14 6.Daftar Pustaka...........................................................................................15

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Budidaya pada tanaman memerlukan pengetahuan tentang bagaimana cara pengendalian terhadap hama dan penyakit. Salah satu cara pengendalian pada hama penyakit tersebut adalah dengan pengendalian secara fisik dan mekanik. Pengendalian fisik dan mekanik merupakan tindakan mengubah lingkungan khusus untuk mematikan atau menghambat kehidupan hama, dan bukan merupakan bagian praktek budidaya yang umum. Pengendalian fisik dan mekanik dalam PHT tidak mengakibatkan pengaruh negatif bagi lingkungan. Apabila dilakukan secara tepat pengendalian fisik dan mekanik mampu menurunkan populasi hama secara nyata dan dapat menyelamatkan pertanaman kita. Untuk memperoleh teknologi pengendalian yang efektif yang dapat menjadi masalah adalah cara pengorganisasian pengendalian. Hal ini disebabkan agar ada pengaruhnya terhadap penurunan populasi hama.

Cara pengendalian ini memerlukan banyak tenaga dan harus dilakukan berulang kali. Pengendalian fisik merupakan usaha kita menggunakan atau mengubah faktor lingkungan fisik sedemikian rupa sehingga dapat menimbulkan kematian pada hama dan mengurangi populasinya. Kematian hama disebabkan karena faktor fisik seperti suhu, kelembaban, suara yang dikenakan diluar batas toleransi serangga hama sasaran. Batas toleransi disini dapat berupa batas terendah dan tinggi.Beberapa perlakuan atau tindakan yang termasuk dalam pengendalian fisik antara lain adalah pemanasan, pembakaran, pemanasan dengan energi radio frekuensi, pendinginan, pembasahan, pengeringan, lampu perangkap, radiasi sinar infra merah, gelombang suara, penghalang.

Pengendalian mekanik bertujuan untuk mematikan atau memindahkan hama secara langsung, baik dengan tangan atau dengan bantuan alat dan bahan lain. Untuk meningkatkan efektivitas pengendalian dan penyebaran hama. Jadi dapat ditentukan waktu pengendalian mekanik yang tetap, dan fase hidup yang menjadi praktik pengendalian hama, yaitu pengambilan dengan tangan, gropyokan, memasang perangkap, pengusiran, dan cara-cara lain.Pengendalian fisik dan mekanik memiki tujuan langsung dan tidak langsung. Diantaranya mematikan hama, menggangu aktivitas fisiologi hama yang normal dengan cara lain dan diluar pestisida, dan mengubah lingkungan sedemikian rupa sehingga lingkungan menjadi kurang sesuai bagi kehidupan hama.Pengendalian secara fisik dan mekanik antara lain adalah dengan cara penggunaan penghalang fisik, pembakaran, Organisme Penganggu Tanaman pemanasan, gelombang suara, radiasi cahaya, lampu perangkap, pengapasan, dan lain lain. Pengendalian hama dan gulma secara manual atau dengan menggunakan alat dan mesin pertanian juga dapat digolongkan sebagai cara pengendalian mekanik.

B. Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dilaksanakannya praktikum ini adalah untuk mengetahui teknik pengendalian gulma secara mekanis serta peralatan yang dihunakannya.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Pengendalian fisik dan mekanik merupakan tindakan mengubah lingkungan khusus untuk mematikan atau menghambat kehidupan hama, dan bukan merupakan bagian praktek budidaya yang umum. Pengendalian fisik dan mekanik harus dilandasi oleh pengetahuan yang menyeluruh tentang ekologi serangan hama sehingga dapat diketahui kapan, dimana, dan bagaimana tindakan terdebut harus dilakukan agar diperoleh hasil seefektif dan seefisien mungkin (Moenandir,1988).

A.. Pengendalian fisik Pengendalian fisik adalah perlakuan atau tindakan yang dilakukan untuk mengendalikan serangan hama. Pengendalian secara fisik antara lain: 1.Pembakaran ; dilakukan sebagai upaya pembasmian hama atau patogen pada tanaman yang tidak mungkin lagi dapat diselamatkan. Pembakaran gulma juga sering dilakukan petani. Pembakaran sebagai upaya pengendalian hama, patogen, dan gulma harus dilakukan dengan mempertimbangkan bahwa musuh alami hama dan mikroorganisme yang bermanfaat perlu untuk dilindungi. 2.Pemanasan ; dilakukan untuk pengendalian hama atau patogen yang menyerang hasil tanaman yang disimpan di gudang. Pemanasan tidak dapat dilakukan terhadap tanaman yang sedang aktif tumbuh, karena pemanasan dapat meyebabkan denaturasi enzim sehingga mengganngu metabolisme tanaman.

3.Penggunaan suara ; sebagai cara pengendalian hama lebih bersifat pengendalian sesaat, misalnya dilakukan untuk mengusir burung yang sedang atau hendak

menyerang tanaman. Pengendalian dengan suara atau bunyi bunyian ini harus dilakukan secara aktif oleh petani karena efektivitasnya yang bersifat sesaat tersebut.

4.Perangkap cahaya, Beberapa serangga tertentu memiliki sifat tertarik pada cahaya terutama cahaya kuning. Sifat tersebut dapat kita manfaatkan untuk menarik perhatiannya dengan cara membuat perangkap yang berasal dari cahaya yang disekitarnya atau sekelilingnya menggunakan air, minyak tanah, oli dan lain sebagainya yang diharapkan mampu membunuh serangga tersebut. Adapun cahaya itu sendiri dapat bersumber dari lilin, lampu tempel/lentera atau minyak tanah, maupun lampu bohlam. Perangkap cahaya ini cocok untuk hama yang aktif pada malam hari seperti penggerek batang, ganjur, dan walang sangit (Sukman, Y. dan Yakup,1991).

Pengendalian mekanik adalah perlakuan atau tindakan yang bertujuan untuk mematikan atau memindahkan hama secara langsung, baik dengan tangan atau dengan bantuan alat dan bahan lainnya. Pengendalian hama dan gulma secara manual atau dengan menggunakan alat dan mesin pertanian juga dapat digolongkan sebagai cara pengendalian mekanik. Pemangkasan lokal ; bagian tanaman yang terserang dipotong atau dipangkas, hasil pangkasan kemudian dikumpulkan di suatu tempat yang terbuka dan aman, lalu dilakukan pembakaran.

Pengendalian mekanik antara lain: 1.Pengambilan menggunakan tangan. Dapat dilakukan pada jenis hama ulat, belalangdan tikus dengan intensitas serangan hama dalam skala kecil. 2.Penggunaan penghalang fisik (membuat perangkap); sering dilakukan untuk melindungi tanaman dari serangan hama hewan besar, seperti babi hutan.

Tanaman juga kadang harus dipagari agar terhindar dari ternak ruminansia. Buah buahan seperti mangga (Mangifera indica), belimbing (averrhoa carambola), dan jambu biji (psidium guajava) sering dibungkus untuk menghindari serangan lalat buah Bactrocera spp. 3.Pengusiran Sasaran teknik pengusiran adalah mengusir hama yang sedang berada di tanaman atau yang sedang menuju pertanaman. Sampai saat ini petani sering memasang patung-patungan yang terbuat dari kertas warna-warni di tengah sawah, juga mengeluarkan suara gaduh yang diperuntukan untuk mengusir burung yan biasa merusak bulir-bulir padi yang sedang masak (Wudianto, R,1999).

III. METODOLOGI

A. Alat Dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum terdiri dari meteran,cangkul,patok kayu dan tali plastik

B. Tata Cara

Adapun tata cara dalam praktikum ini adalah 1.Ditentukan petak lahan yang akan digunakan sebagai petak percobaan. 2.Diukur petak lahan percobaan dengan meteran dengan luas petak 2 x 4 m. 3.Petak percobaan dibagi menjadi dua,dengan masing-masing luas 2 x 2 m dan 2 x 2 m. 4.Diberi perlakuan dengan tiap petak masing-masing diberi 1 perlakuan,yaitu kontrol dan perlakuan. 5.Dibabat gulma yang ada pada petak perlakuan hingga gulmanya bersih. 6.Diamati pertumbuhan gulma tiap 2 minggu setelah aplikasi serta 4 minggu setelah aplikasi.

IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

a. Analisis vegetasi pada petak kontrol 2 x 2 m

1. Pada saat aplikasi Jenis Gulma Asistasia Axonopus compressus Acalypa TOTAL 5 10 5 60 0,08 10 50 0,2 0,28 0,14 0,96 40 15 25 15 40 15 0,6 0,25 25 15 0,5 0,3 1,1 0.55 0,55 0,275 Kerapatan Dominansi KM KN DM DN NP SDR

2. 2 minggu setelah aplikasi Jenis Gulma Asistasia Axonopus compressus Acalypa TOTAL 8 16 8 76 0,10 16 67 0,23 0,33 0,165 0,98 50 18 32 19 50 18 0,65 0,23 32 19 0,47 0,28 1,12 0,51 0,56 0,255 Kerapatan Dominansi KM KN DM DN NP SDR

3. 4 minggu setelah aplikasi Jenis Gulma Asistasia Axonopus compressus Acalypa TOTAL 11 18 11 89 0,12 18 85 0,21 0,33 0,16 0,92 55 23 34 23 55 23 0,61 0,25 34 23 0,4 0,27 1,01 0,52 0,50 0,26 Kerapatan Dominansi KM KN DM DN NP SDR

b. Analisis vegetasi pada petak perlakuan 2 x 2 m

1. Pada saat aplikasi Jenis Gulma Asistasia Axonopus compressus Acalypa TOTAL 15 20 15 70 0,21 20 70 0,28 0,49 0,245 0,98 40 15 30 20 40 15 0,57 0,21 30 20 0,42 0,28 0,99 0.49 0,49 0,245 Kerapatan Dominansi KM KN DM DN NP SDR

2. 2 minggu setelah aplikasi Jenis Gulma Asistasia Axonopus compressus Acalypa TOTAL 0 0 0 1 0 0 2 0 0 0 1 1 0 2 0 1 0 1 0 2 0 1 0 2 0 1 0 Kerapatan Dominansi KM KN DM DN NP SDR

3. 4 minggu setelah aplikasi Jenis Gulma Asistasia Axonopus compressus Acalypa TOTAL 0 0 0 2 0 0 3 0 0, 0 1 2 0 3 0 2 0 1 0 3 0 1 0 2 0 1 0 Kerapatan Dominansi KM KN DM DN NP SDR

B. Pembahasan

Pada pengamatan yang telah dilakukan pada petak lahan percobaan berukuran 4 x 4 m dengan ,2 x 2 m untuk kontrol dan 2 x 2 m untuk perlakuan .Bahwa lahan yang tanpa diberi perlakuan (kontrol) dari awal aplikasi hingga minggu ke-4 aplikasi, mengalami peningkatan pertumbuhan gulma tipa minggunya.Gulma yang tumbuh pada petak percobaan diantaranya adalah Asistasia, Axonopus compressus dan Acalypa.Pada awal aplikasi pada petak percobaan yang berukuran 2 x 2 m yang tanpa dibabat dengan cangkul nilai SDR tertingginya yaitu pada gulma Asistasia dengan nilai 55% berarti gulma yang dominan merupakan gulma Asistasia.Lalu pada 2 minggu setelah aplikasi terjadi peningkatan pertumbuhan masing-masing gulma yang ada di petak percobaan kontrol,gulma yang dominan masih gulma Asistasia dengan nilai SDR 56%.Lalu pada 4 minggu setelah aplikasi terjadi peningkatan pertumbuhan masing-masing gulma yang ada di petak percobaan kontrol,gulma yang dominan masih gulma Asistasia dengan nilai SDR 50%.

Pada petak berukuran 2 x 2 m yang diberi perlakuan dengan pengendalian secara mekanis berupa pembabatan dengan cangkul,pada awal aplikasi gulma yang dominan adalah gulma Asistasia yang berjumlah 30 buah dengan nilai SDR 49%.Setelah lahan dibabat dengan cangkul,pada 2 minggu aplikasi hanya gulma Asistasia yang tumbuh yang berjumlah 2 dengan nilai SDR 10%.Dan pada 4 minggu setelah aplikasi yang tumbuh hanya gulma Asistasia yang berjumlah 3 buah dengan nilai SDR 10%.

Dari hasil tiap perlakuan bahwa pengendalian gulma harus dilakukan secara rutin ,hal tersebut untuk menekan pertumbuhan gulma yang tumbuh dengan cepat. Gulma yang selalu tumbuh di sekitar pertanaman (crop) mengakibatkan penurunan laju pertumbuhan serta hasil akhir. Adanya gulma tersebut membahayakan bagi kelangsungan pertumbuhan dan menghalangi tercapainya sasaran produksi pertanaman pada umumnya. Pengendalian gulma hendaknya dilaksanakan jika kita telah memiliki pengetahuan tentang gulma itu. Dengan pengalaman pengetahuan tersebut, pengendailan gulma dapat dibagi menjadi beberapa golongan, yaitu dengan cara mekanik, biologis, preventif, kultur teknis, ekologis, terpadu, kimiawi .

Pengendalian mekanis merupakan usaha menekan pertumbuhan gulma dengan cara merusak bagian-bagian sehingga gulma tersebut mati atau pertumbuhannya terhambat. Teknik pengendalian ini hanya mengandalkan kekuatan fisik atau mekanik. Cara ini umumnya cukup baik dilkaukan pada berbagai jenis gulma setahun, tetapi pada kondisi tertentu juga efektif bagi gulma-gulma tahunan

Pencabutan dengan tangan atau disebut penyiangan dengan tangan merupakan cara yang praktis, efesien, dan terutama murah jika diterapkan pada suatu area yang tidak luas, seperti di halaman, dalam barisan dan guludan di mana alat besar sulit untuk mencapainya dan di daerah yang cukup banyak tenaga kerja. Pencabutan dengan tangan ditujukan pada gulma annual dan biennial. Untuk gulma perennial pencabutan semacam ini mengakibatkan terpotong dan tertinggalnya bagian di dalam tanah yang akhirnya kecambah baru dapat tumbuh.

Pencabuatn bagi jenis gulma yang terakhir ini menjadi berulang-ulang dan pekerjaan menjadi tidak efektif. Pelaksanaan pencabutan terbaik adalah pada saat sebelum pembentukan biji .

Pengendalian gulma secara manual merupakan salah satu teknik yang sering diterapkan di perkebunan atapun pada budidaya tanaman lainnya. Teknik ini mempunyai keunggulan, yaitu : (a) hasilnya cepat terlihat, (b) mudah untuk dilaksanakan, (c) menghindarkan dampak polusi lingkungan. Pada lahan-lahan yang sempit, pengendalian secara manual memberikan hasil yang efektif dan efesien. Pengendalian secara manual juga memiliki kelemahan, yaitu : (a) membutuhkan tenaga kerja yang relatif banyak, (b) pada beberapa kondisi dapat menyebabkan tejadinya erosi permukaan dan perlukaan akar.

V. KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang didapat dari praktikum ini adalah 1.Pengendalian gulma secara mekanis dilakukan dengan berbagai cara serta disesuaikan dengan jenis gulma yang tumbuh. 2.Pembabatan pada lahan yang ditumbuhi gulma harus dilakukan secara berkala,karena gulma mengalami pertumbuhan yang cepat. 3.Gulma yang dominan merupkan gulma jenis Asistasia ,dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi baik itu di petak percobaan yang kontrol maupun dengan diberi perlakuan.

DAFTAR PUSTAKA

Moenandir. 1988. Pengantar Ilmu dan Pengendalian Gulma. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Nanik,Prof.Dr.Ir,Dkk.2012.Panduan Praktikum Ilmu Dan Teknik Pengendalian Gulma.Jurusan Budidaya Fakultas Pertanian Universitas Lampung.Bandar Lampung Sukman, Y., dan Yakup. 1991. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta

Wudianto, R. 1999. Petunjuk Penggunaan Pestisida. Penebar Swadaya, Jakarta Yakup,Dkk. 1991. Gulma Dan Teknik Pengendaliannya. Rajawali Press.Jakarta.

You might also like