You are on page 1of 5

Rumah Bersalin Atiah merupakan salah satu rumah bersalin yang sangat terkenal di Kota Jambi.

Hal ini tampak dari banyaknya pasien bersalin, ANC maupun KB dan imunisasi di sana, bahkan pasien bersalin dapat mencapai 40 lebih pasien bersalin tiap bulannya. Angka tersebut cukup fantastis untuk sebuah rumah bersalin. Rumah Bersalin Atiah dimiliki oleh seorang bidan bernama Ratu Mas Atiah, beliau seorang bidan yang sukses. Karena ketekunannya beliau dapat mendirikan Rumah Bersalin yang sangat sukses. Karena kesuksesannya itulah beliau dijadikan salah satu nara sumber mata pelajaran Organisasi Managemen Pelayanan Kebidanan sebagai contoh tauladan bidan sukses. Ratu Mas Atiah pertama kalai menamatkan sekolah dasarnya pada tahun 1969. Dari kecil beliau ingin sekali menjadi seorang bidan, namun orang tua beliau tidak setuju jika beliau menjadi seorang bidan, melainkan menjadi ustadzah. Setamatnya ibu Atiah dari sekolah dasar, ayahnya menyekolahkan ibu Atiah ke salah satu pesantren yang berada di Surabaya. Sebagai anak yang harus berbakti pada orang tua, ibu Atiah pun menyetujuinya. 1 tahun telah berjalan ibu Atiah di pesantren, ia merasa tidak betah dan kerasan disana. Bahkan tiap hari ibu Atiah menangis untuk bisa pulang ke Jambi. Suatu hari, dimana hari yang paling menguntungkan ibu Atiah, ada saudaranya di Surabaya yang hendak ke Jambi untuk menghadiri acara pernikahan saudaranya di Jambi, dengan senang ibu Atiah ikut ke Jambi. Sampainya di Jambi orang tua ibu Atiah sangat marah karna keikutan ibu Atiah ke Jambi, orang tuanya mengancam tidak akan menyekolahkan ibu Atiah lagi jika tidak mau sekolah agama. Ibu Atiah melanjutkan SMP nya di Sekolah Madrasah yang ada di Jelutung, dia tahu jika sekolah madrasah, maka tidak dapat ia melanjutkan sekolahnya ke perawat bidan. Dengan kegigihannya ibu Atiah mengikuti sekolah SMP umum Negeri I tepat pada sore harinya. Sehabis sekolah madrasah selesai dengan berjalan kaki ia ke rumah saudaranya untuk istirahat sejenak dan melanjutkan kembali sekolah umumnya pada sore harinya, begitu seterusnya hingga ia selesai SMP. Tamat SMP, ibu Atiah ingin sekali melanjutkan sekolahnya ke perawat bidan hingga test 2 kali akhirnya ibu Atiah di terima sekolah di sekolah perawat bidan, ia merasa sangat bahagia. Ibu Atiah diterima di sekolah bidan pada tahun tamat sekolah bidan pda tahun dan . Selama sekolah di perawat bidan, ibu Atiah

merupakan salah satu siswa yang pintar, hal ini terbukti ibu Atiah tidak pernah gagal

dalam setiap mata pelajaran, yang mana pada saat itu siswa yang gagal dianggap gugur dan mengulang tahun depan. Hanya ia dan ketujuh temannya yang dapat selesai tepat waktu. Pada saati itu sekolah perawat bidan bisa sampai 4 tahun. Setamatnya dari sekolah perawat bidan, ibu Atiah bekerja di salah satu Puskesmas di Batang Hari, kemudian pada tahun ia dipindahkan di puskesmas yang berada di Seberang. Di puskesmas tersebut ibu Atiah sangat senang, di sana sebagai seorang bidan ia memegang tanggung jawab 2 Kecamatan ibu hamil serta masyarakat yang ingin periksa kepadanya. Pada saat itu juga ibu Atiah menjadi bidan komunitas. Setiap ada persalinan/ibu yang akan melahirkan ia di panggil untuk menolong. Karena pada saat itu banyak sekali dukun, ibu Atiah melakukan pendekatan ke dukun tersebut, setiap ada persalinan ibu Atiah selalu melibatkan dukun untuk membantunya menolong persalinan, seperti memegang kaki pasien. Ibu Atiah pun dengan senang hati mengajari dukun tersebut tentang obat-obatan serta suntikan-suntikan untuk mencegah perdarahan. Lama kelamaan masyarakat mulai percaya untuk bersalin dengan ibu Atiah, dan meninggalkan bersalin dengan dukun. Salah satu syarat bidan sukses di daerah menurut bidan Atiah adalah bermitra baik dengan dukun. Semakin ramai ibu Atiah menjadi seorang bidan komunitas, bahkan dalam 1 hari ia pernah menolong 7 persalinan kebidanan komunitas. Suatu hari ibu Atiah di panggil Kepala Dinas Kota Jambi, ternyata ibu Atiah akan dipindahkan tugas dari Puskesmas Seberang ke Puskesmas Putri Ayu. Ibu Atiah menolaknya, ia sudah merasa kerasan di Puskesmas Seberang tersebut. Ibu Atiah pun melakukan pendekatan ke ibu kepala dinasnya. Namun apa dikata SK ibu Atiah keluar ibu Atiah dipindahkan di Puskesmas Putri Ayu. Ibu Atiah bekerja di Puskesmas Putri Ayu selama 10 tahun, disana ibu Atiah banyak mendapat pengalaman pada persalinan pasien, bersama 1 teman perawatnya setiap malamnya ia dapat menolong 10 pasien. Pada saat itu dokter spesialis kandungan belum ada, di Puskesmas Putri Ayu ibu Atiah banyak mendapatkan ilmu tentang persalinanpersalinan bermasalah. Suatu hari ibu Atiah berpikir, ia ingin membuka praktek bidan swasta dirumahnya, dengan dana seadanya ibu Atiah membuka praktek bidan di rumah. Dengan bermodalkan 2 tempat tidur dan perlengkapan persalinan seadanya. Bahkan jika ada pasien, ditempat tidur tersebutlah letak VK nya dan tempat tidur itu juga digunakan untuk istirahat pasca persalinan. Makin lama makin banyak pasien yang

melahirkan di praktek ibu Atiah. Dengan dana seadanya ia membuat kembali 2 tempat tidur lainnya. Namun hal tersebut harus mengorbankan ruangan keluarga rumah ibu Atiah, sehingga jika ada tamu ingin bertamu di rumah ibu Atiah harus melewati pintu belakang. Kamar pasien dengan ukuran 4 x 4 tersebut dibatasi oleh hordeng-hordeng yang digunakan untuk membatasinya. Suatu hari ibu Atiah pergi ke Rumah Sakit St.Theresia, disana ia melihat pembatas ruang pasien menggunakan triplek, akhirnya ia mencontoh dan mengganti hordeng dengan triplek. Dengan makin ramainya pasien yang meminta pelayanan di sana akhrinya ibu Atiah menambah fasilitas-fasilitas BPS nya seperti kipas angin dan lain-lain dan membuat VK, hal itu dikatakannya merupakan salah satu daya tarik agar pasien bisa nyaman, betak di praktekan, hal tersebut merupakan salah satu promosi. Suatu ketika, rumah yang berada tepat di sebelah rumah ibu Atiah akan di jual, ibu Atiah tertarik untuk membelinya, tapi ibu Atiah hanya memegang uang sebesar 50 juta, dengan keberaniannya ia meminjam uang di Bank 350 juta, dan membeli rumah tersebut 400 juta, dengan pinjaman tersebut ibu Atiah harus membayar 8 juta setiap bulannya selama 5 tahun. Dengan dana seadanya ia merehap kembali rumah yang baru di belinya, sehingga tamu tidak lagi lewat belakang, dan ibu Atiah pun kembali melengkapi fasilitas prakteknya, contohnya TV, walaupun hal tersebut dilakukannya dengan berhutang terlebih dahulu. Makin lama praktek ibu Atiah makin ramai dan berubah menjadi rumah bersalin. Rumah bersalinnya kini semakin bagus dan di rehap dengan baik, sehingga sudah banyak ruangan pasien dan memiliki VK. Tahun 1998 ibu Atiah melanjutkan sekolah D3 Kebidanan dan pada tahun 2001 ia menyelesaikan sekolah D3 Kebidanan. Di rumah bersalin Atiah ia membuka 5 pelayanan kebidanan mandiri yakni : 1. Pelayanan ANC 2. Pelayanan Persalinan 3. Pelayanan KB 4. Pelayanan Imunisasi 5. Pelayanan Penyakit-Penyakit Ringan

Dari cerita yang diceritakan ibu Atiah tersebut, ibu Atiah memberikan pelajaran pada mahasiswa kebidanan yang kelak nanti menjadi bidan, yakni untuk memulai usaha bidan mandiri diperlukan : a) Persiapan diri sendiri, seperti : keterampilan b) Siap melayani pasien 24 jam c) Melengkapi sarana dan prasarana yang memadai d) Perkembangan pelayanan yang diberikan Serta prinsip-prinsip dasar dalam pengembangan usaha : 1) Kepatuhan terhadap aturan dan hukum 2) Etika propesi 3) Profesionalisme dan keahlian 4) Orientasi pelayanan dan tanggung jawab sosial 5) Kesinambungan usaha 6) Sinergi dan kerjasama 7) Pengembangan bertahap 8) Serta dengan membedakan antara uang pribadi dengan uang usaha Adapun kiat-kiat untuk mengelola usaha : 1) Semangat kerja keras 2) Disiplin 3) Daya tahan dan daya juang 4) Orientasi tinggi terhadap hasil 5) Keberanian mengontrol resiko yang diperhitungkan 6) Berfikir jauh ke depan 7) Kerja sama tim 8) Kreatif 9) Belajar terus menerus Dengan kegigihan ibu Atiah dapat menjadi seorang bidan yang sukses dengan rumah bersalin yang sangat ramai, dalam 1 bulannya ibu Atiah dapat mendapatkan uang sebesar 40 juta, hal tersebut digunakan untuk tabungan di masa yang akan datang dan berkat kesuksesannya ia telah mendapatkan gelah Hajah menjadi Hj. Ratumas Atiah, AM.Keb. Ibu Atiah bercita-cita ingin membuka sebuah rumah sakit ibu dan anak, namum itu hanyalah impian untuk dijadikan semangat hidup. Itulah serangkaian uraian dari ibu Atiah dan semoga dengan uraian tersebut, kita sebagai

mahasiswa dapat menjadi contoh tauladan kita, untuk itu giat belajar kembali dan semoga dapat menjadi bidan yang sukses seperti kesuksesan ibu Atiah. Menurut Ratumas Atiah, ada beberapa syarat yang perlu diperhatikan untuk menjadi bidan sukses di daerah, salah satunya adanya bermitra baik dengan dukun, seperti diketahui pada masa itu, penolong persalinan adalah bidan, dukun. Seperti diketahui dukun tidak mempunyai keterampilan untuk menolong persalinan. Tapi salah satu teknik yang dilakukan ibu Atiah untuk bisa berteman baik dengan dukun salah satunya adalah mengikutsertakan dukun dalam membantu persalinan seperti mengajarkan dukun untuk memegang kaki pasien dan lain-lain, mengajarkan dukun tentang obat-obat yang diperlukan pada proses persalinan. Dalam cerita yang ibu Atiah paparkan, ia menceritakan persiapan-persiapan untuk memulai usaha mandiri : a. Persiapan diri sendiri Sebelum memulai usaha, sebagai seorang bidan kita harus memiliki kemampuan sendiri yang berupa keterampilan, keterampilan yang kita miliki haruslah berdasarkan standar pelayanan kebidanan. b. Siap melayani pasien dalam waktu 24 jam Agar pasien kita/usaha kita bisa sukses kita harus dapat melayani pasien dalam waktu 24 jam penuh jika pasien minta dilayani serta tidak boleh menolak.

You might also like