You are on page 1of 7

Bab 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Seksio Sesaria Kata cesarean berasal dari bahasa Latin caesare, yang berarti memotong. Persalinan secara Seksio Sesaria pertama kali didokumentasikan pada 1020 SM. Tahun 1882, dimulailah era modern pembedahan Seksio Sesaria dimana Saenger menutup insisi uterus segera setelah pembedahan. ( Berghella , 2005 ) Seksio Sesaria (caesarean delivery) adalah suatu cara melahirkan janin melalui sayatan dinding abdomen (laparatomy) dan dinding uterus (histerotomi). Definisi ini tidak berlaku untuk pengeluaran janin dari kavum abdomen seperti pada kasus ruptura uteri atau pun kehamilan abdominal. Seksio Sesaria umumnya dilakukan pada kasus dimana persalinan per vaginam tidak memungkinkan karena adanya ancaman terhadap ibu maupun janin. Seksio Sesaria merupakan suatu tindakan pembedahan yang paling sering dilakukan pada wanita di seluruh dunia. Karena itu Seksio Sesaria dengan tehnik yang efektif dan aman adalah sangat penting. ( Cunningham , 2001 )

2.2 Indikasi Walaupun angka Seksio Sesaria terus menerus meningkat, ada empat faktor klinis utama yang menjadi indikasi Seksio yang tidak berubah, yaitu gawat janin (22%), partus tidak maju (20%), Seksio Sesaria ulangan (14%), dan presentasi bokong (11%). Alasan kelima yang paling sering membuat tindakan Seksio Sesaria adalah permintaan ibu(7%).(RCOG, 2001) Di RS Dr. Pirngadi Medan dilaporkan oleh Erwynson(2004) bahwa Seksio Sesaria dengan indikasi terbanyak adalah kelainan letak (10,3%), CPD (10,2%), partus tak maju (10,2%), Preeklampsi/Eklampsi (10%).

2.2.1. Gawat Janin Gawat janin atau fetal distress adalah manifestasi klinis dari hipoksia janin, dapat kira monitor dari perubahan kecepatan Denyut Jantung Janin

(mula-mula takikardi, kemudian bradikardi) maupun pH darah janin. Biasanya terjadi karena aliran darah melalui umbilikus terganggu, transfer oksigen berkurang, akibatnya adalah akumulasi CO2 pada janin. (William, 1989) PCO2 yang naik akan mengakibatkan pH turun yang kemudian mengakibatkan asidosis respiratorik. Hipoksia terus menerus mengakibatkan O2 yang diperlukan untuk metabolisme aerob tidak cukup. Sehingga akan digunakan jalur metabolisme anaerob yang menghasilkan asam organik. Penimbunan asam yang terus menerus akan mengakibatkan metabolik asidosis. (William, 1989)

2.2.2 Distosia Distosia adalah terminologi yang digunakan untuk menjelaskan indikasi dari Seksio Sesaria muncul dari satu atau lebih dari 3 P : janin yang relatif besar (passanger), jalan lahir yang relatif kecil (passage), atau kontraksi uterus yang kurang atau tidak efisien (power). Beberapa ada yang menambahkan P yang ke empat The Physician faktor penolong. Termasuk dalam distosia adalah kegagalan kemajuan yang ditemukan pada fase aktif maupun fase laten persalinan, disproporsi kepala panggul (CPD) relatif dan absolut dan beberapa termasuk kegagalan induksi pada penatalaksanaannya. (Neilson, 2003) Beberapa tipe distosia yang sering terjadi : Distosia bahu Pada saat sebelum keluar, biasanya kepala bayi berada disebelah kiri, kemudian rotasi ke daerah occipito-anterior, kemudian kepalanya kelaur dahulu. Kemudian bahu di antero-posterior akan keluar melalui celah pelvis. Tetapi, jika bahu terjebak pada posisi ini, bayi dapat melakukan inspirasi, karena mulut dan hidung sudah keluar dari vagina, tetapi dada tidak dapat mengembang kaena ia terjebak di bagian atas dari pelvis. Ini akan mengakibatkan hypoxia dan kematian fetus jika tidak ditangani dengan cepat.
(Neilson, 2003)

Distosia cervikal Ini adalah keadaan dimana servix gagal berdilatasi sewaktu persalinan.

Bisa diakibatkan karena riwayat cone biopsi, maupun kauterisasi untuk displasia servix. Kadang kegagalan dilatasi servix bisa terjadi karena kontraksi uterus yang tidak terkoordinasi, tetapi akan merespon terhadap terapi oksitosin. Jika distosia masih saja terjadi, maka bayi akan perlu dilahirkan melalui Seksio Sesaria.(Neilson, 2003)

2.2.3 Seksio Sesaria ulangan Salah satu indikasi yang paling sering untuk Seksio Sesaria adalah Seksio Sesaria ulangan. Dimana masih membekasnya diktum lama yang dinyatakan oleh Cragin ( 1916) yaitu once a cesarean always a cesarean dimana pada saat tersebut hampir semua ahli kebidanan menggunakan insisi klasik vertikal pada uterus dengan ancaman terjadinya ruptur uterus saat berkontraksi.(Erwynson, 2004) Mencoba persalinan pervaginam setelah Seksio Sesaria (VBAC) adalah aman untuk kebanyakan wanita yg sebelumnya telah melahirkan dengan cara Seksio Sesaria, termasuk wanita yang telah dua kali melakukan Seksio Sesaria, menurut pedoman yang diberikan oleh The Royal College of Obstetrician and Gynecologists. Resiko ruptur uteri pada percobaan persalinan setelah Seksio Sesaria berkisar pada 0,5-0,9 %.(RCOG, 2001)

2.2.4 Letak bokong Persentase kelahiran dengan letak bokong menurun seiring dengan naiknya usia kehamilan. 22% dari persalinan sebelum 28 minggu, 7% sebelum 32 minggu dan 1-3 % at term. Seksio Sesaria pada letak bokong hingga sat ini belum terpecahkan walaupun pada beberapa negara angka Seksio Sesaria pada letak bokong hampir mencapai 80%.( Hickok, 1992 ) External Cephalic Version(ECV) merupakan salah satu usaha untuk merubah presentasi bokong menjadi presentasi kepala. ECV ini dapat juga mengurangi angka Seksio Sesaria pada presentasi bokong dengan angka keberhasilan 35-57% pada primipara dan 52-84% pada multipara. Perkiraan resiko pada neonatus yang menjalani persalinan sungsang pervaginam bervariasi dari 0-35 per 1000 kelahiran. ( Hickok, 1992 )

2.2.5 Seksio Sesaria atas permintaan ibu. Seksio Sesaria dengan permintaan ibu tanpa adanya indikasi obstetrikus juga meningkat dan didalam banyak penelitian dilaporkan berkisar antara 1,5%- 28%. Di negara-negara maju, Seksio Sesariaea yang dilakukan atas indikasi permintaan ibu telah menunjukkan suatu proporsi yang cukup bermakna. Harapan menghindari persalinan pervaginam dengan anggapan Seksio Sesaria elektif lebih menguntungkan. (Erwynson, 2004) Permintaan Seksio Sesaria oleh seorang ibu sering berdasarkan alasan berikut: Ketakukan terhadap nyeri Ketakutan terjadinya kerusakan jalan lahir Ketakutan terhadap morbiditas janin Status sosial ekonomi dan sistem jaminan kesehatan Menentukan waktu yang sebaik-nya

2.3 Tehnik Seksio Sesaria 2.3.1 Insisi Kulit a. Insisi Vertikal ( Insisi Midline) Pada umumnya, insisi vertikal memberikan akses yang lebih cepat ke segmen bawah dari uterus, lebih sedikit pendarahan dan mempermudah pemeriksaan rongga abdomen bagian atas (Gabbe, 2002) b. Insisi Transversal ada 2 jenis inisisi yang paling umum digunakan untuk Seksio Sesaria, yaitu : Insisi Pfannenstiel Insisi pada kulit dan jaringan subkutan berbentuk kurva, pada batas rambut pubis. Otot rectus dipisahkan dari fascia diatasnya secara tumpul dengan pegangan scalpel. Kemudia otot diinsisi secara longitudinal di midline untuk menampakkan peritoneum, dan terakhir, peritoneum parietal diinsisi midline. (Cunningham , 2001) Insisi Maylard Teknik ini berbeda dari Pfannenstiel karena ia melibatkan insisi melintang dari otot-otot rektus. Pada pasien non-obese, insisi kulit biasanya

paling sedikit 3-4 cm diatas simfisis pubis. Insisi dari otot rektus dicapai dengan meletakkan 2 jari ataupun klem dibawah setiap otot rektus dan mengangkat otot-otot itu. (Gabbe, 2002) Sebuah studi oleh Ayers dan Morley pada 1987, panjang insisi rata-rata untuk insisi Maylard adalah 18,3 cm dibandingkan dengan 14 cm untuk insisi Pfannenstiel. (Gabbe, 2002)

2.3.2 Insisi Rahim Insisi Klasik (Korporal) Insisi vertikal ke corpus uteri diatas segmen uterus bawah dan mencapai ke fundus uteri, sudah jarang dipakai, terkait dengan perdarahan yang banyak, infeksi dan penyembuhan luka yang kurang baik, seringnya adhesi dengan omentum, dan meningkatnya resiko terjadinya ruptur pada persalinan berikutnya. (Brandon , 2002) Insisi Melintang Segmen Bawah Rahim ( Low Cervical ) Diperkenalkan oleh Munro Kerr (1926) dan merupakan insisi uterus yang lazim digunakan. Insisi berbentuk kurva dibuat secara melintang di segmen uterus bawah setidaknya 1-2 cm diatas batas atas kantong kemih. Rongga uterus dimasuki secara hati di garis tengah untuk menghindarkan cedera pada fetus. Insisi kemudian diperpanjang secara bilateral, dengan tumpul maupun gunting perban, untuk menghindari ruptur pembuluh darah uterus. (Gabbe, 2002) Insisi VertikalSegmen Bawah Rahim ( De Lee & Cornell ) Keuntungan dari insisi vertikal segmen bawah rahim ini adalah, ia bisa dibuka lebih lebar lagi jika diperlukan. Tetapi, ini harus di catat di rekam medis, dan partus pervaginam dikontraindikasikan untuk seterusnya, karena resiko ruptur uteri adalah sebesar 9%.

2.3.3 Melahirkan Janin Pada presentasi kepala, sebuah tangan diselipkan ke dalam rongga uterus

diantara simfisis dan kepala fetus, kemudian kepala diangkat secara lembut dengan jari dan telapak tangan melewati insisi dibantu dengan tekanan fundus

transabdominal. Sisa tubuhnya dikeluarkan dengan traksi secara lembut ditambah tekanan pada fundus. (Cunningham , 2001) Jika presentasi fetus bukanlah kepala, atau ada lebih dari 1 fetus,

maupun fetus preterm pada wanita yang belum pernah melahirkan, insisi vertikal di segmen bawah, pada beberapa kondisi memberikan keuntungan. Kaki fetus harus dibedakan dari lengan untuk menghindari ekstraksi prematur dari lengan dan membuat sisa persalinan menjadi sulit.(Brandon , 2002) Jika presentasi fetus melintang, posisi fetus bisa digeser menjadi

presentasi kepala maupun bokong melalui manipulasi langsung melalui uterus. (Brandon , 2002) Jika fetus sulit dibawa melalui insisi melintang segmen bawah rahim dan

berada pada presentasi kepala, ekstraktor vakum maupun forcep bisa dipakai untuk membantu persalinan tanpa merubah insisi uterus. (Brandon , 2002)

2.3.4 Melahirkan Plasenta Secara tradisional, plasenta diangkat secara manual pada waktu Seksio Sesaria.

2.3.5 Penjahitan Uterus Setelah plasenta diangkat, oksitosin diberikan secara intra vena. Penjahitan uterus dimulai pada sisi samping insisi, dan harus hati agar tidak merusak pembuluh darah uterus. Seluruh miometrium harus diikut sertakan. Kemudian jahitan kedua, baik secara horizontal maupun vertikal, bisa dilakukan jika hemostasis tidak dicapai dengan penjahitan pertama. Kemudian area jahitan diperiksa, dan dilihat apakah masih ada perdarahan dari tempat-tempat lain. (Cunningham , 2001)

2.3.6 Penutupan Abdomen Tuba fallopi dan ovarium diinspeksi, rongga abdomen dibersihkan dari darah. Uterus dikembalikan ke posisi anatomi di rongga abdomen, kemudian bekas insisi diinspeksi untuk melihat apakah pendarahan benar-benar sudah

berhenti. Fascia kemudian dijahit secara intrakutan, kemudian kulit ditutup dengan jahitan subkutis maupun plester. (Brandon , 2002)

2.4 Anestesi Pada Seksio Sesaria The National Sentinal Caesarean Section Audit Report (2001) melaporkan bahwa 77% kasus emergensi dan 91% kasus elektif dilakukan dengan anestesi regional. Anestesi umum dipertimbangkan sebagai tehnik yang dipilih karena biasanya lebih cepat, bukan karena kebaikannya. Cedera anastesi merupakan penyebab kematian maternal di Inggris dan Wales. Mayoritas kematian ini diakibatkan oleh aspirasi pulmonum dari isi lambung atau intubasi yang gagal. Dilaporkan bahwa pada anastesi umum didapatkan jumlah pendarahan lebih banyak, hematokrit post operasi yang rendah, tetapi tidak dijumpai perbedaan analisa gas darah tali pusat dan skor APGAR. (RCOG 2001)

2.5 Komplikasi Peningkatan angka Seksio Sesariaea dalam dua dekade terakhir ini sejalan dengan angka keamanannya. Sekalipun demikian, ia berhubungan dengan peningkatan mobiditas ibu dan prosedurnya dapat mengakibatkan komplikasi yang serius.(Erwynson , 2004) Faktor resiko untuk komplikasi pada Seksio Sesariaea : waktu operasi yang singkat, operator yang kurang berpengalaman, umur kehamilan <32 minggu, ketuban pecah dini dan bagian terbawah janin sangat turun. Beberapa komplikasi yang sering timbul adalah : perdarahan, perlukaan kandung kemih, perlukaan ureter, perlukaan pada saluran cerna, dan infeksi. (Erwynson , 2004)

You might also like