You are on page 1of 32

DAFTAR ISI

Halaman Judul....................................................................................................... i Daftar Isi................................................................................................................ ii I. Ibadah Dalam Islam.......................................................................................... 1 1.1 Pengertian Ibadah...................................................................................... 1 1.2 Urgensi Ibadah........................................................................................... 1 1.3 Tujuan Ibadah............................................................................................ 2 1.4 Bentuk Ibadah............................................................................................ II. Pelaksanaan Ibadah dan Hikmahnya............................................................... 2.1 Thaharah................................................................................................... 2.2 Shalat........................................................................................................ 2.3 Zakat......................................................................................................... 2.4 Puasa......................................................................................................... 2.5 Haji........................................................................................................... Daftar Pustaka

I.

IBADAH DALAM ISLAM


Q.S. Adz-Dzariyat: 56-57

Artinya : Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. Aku tidak menghendaki rezki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi-Ku makan. Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rezki Yang mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh.

1.1

PENGERTIAN IBADAH Secara Bahasa (Etimologi) Ibadah ( )artinya taat, tunduk, turut, ikut dan doa. Menurut Syara (Terminologi) Menurut syara (hukum islam), ibadah memiliki banyak definisi, tetapi makna dan maksudnya hanya satu. Definisi itu antara lain adalah : 1. Ibadah adalah taat kepada Allah dengan melaksanakan perintah-Nya melalui lisan para Rasul-Nya 2. Ibadah adalah merendahkan diri kepada Allah Azza Wa Jalla, yaitu tingkatan tunduk yang paing tinggi disertai dengan rasa mahabbah (kecintaan) yang paling tinggi. 3. Ibadah ialah istilah yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan diridhai Allah, baik berupa ucapan atau perbuatan, yang dzahir maupun bathin. Yang ketiga ini adalah definisi yang paling lengkap. Dalam arti luas, ibadah adalah menghambakan diri kepada Allah atau perbuatan dalam melaksanakan hubungan langsung dengan Allah.

1.2

URGENSI IBADAH 1. Tujuan penciptaan jin dan manusia adalah untuk beribadah kepada Allah, idealnya setiap waktu kita diisi oleh ibadah. (Q.S. Adz-Dzariyat:56)

Artinya : Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. 2. Misi pengutusan para nabi dan rasul adalah untuk mengingatkan manusia untuk beribadah kepada Allah dan menjauhi thoghut. (Q.S An-Nahl:36)

Artinya : Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan) : "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu", maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul). Sembahlah Allah saja dan jauhkan segala sesuatu yang menyebabkan kita jauh dari Allah (thoghut)/ jika sesuatu yang menyebabkan kecenderungan kita kepada Allah berkurang maka itu disebut thaghut (tidak harus berhala). 3. Karna Allah mewajibkan ummat manusia untuk beribadah sampai mati (Q.S. Al-Hijr:99)

Artinya : Dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal). 1.3 TUJUAN IBADAH Tujuan ibadah dalam islam adalah semata untuk mendekatkan diri kepada Allah (Taqarrub Ilallah) dan mencari ridha Allah (Mardhatillah) sebagaimana yang termaktub dalam firman Allah (Q.S. Al An-am:162-163) :

Artinya : Katakanlah, Sesungguhnya sembahyangku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagiNya, dan bagian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah). 1.4 BENTUK IBADAH Ibadah terdiri dari ibadah khusus (ibadah mahdah) dan ibadah umum (ibadah ghair mahdah). Ibadah mahdah (khusus) adalah bentuk ibadah langsung kepada Allah (hablumminallah) atau dicontohkan oleh Rasulullah. Contoh : thaharah (bersuci,shalat,puasa,zakat, dan haji). Karena itu ibadah ini harus sesuai dengan contoh Rasuullah. Penambahan dan pengurangan dari contoh yang ditetapkan disebut bidah, yang menyebabkan ibadah itu batal dan tidak sah. Sesuai dengan kaidah yang telah dirumuskan oleh para ahli fiqih yaitu Semua dilarang, kecuali yang diperintahkan Allah atau yang dicontohkan Rasulullah. Adapun ibadah Ghair Mahdah adalah bentuk hubungan manusia dengan manusia (habluminannas) atau hubungan dengan alam yang memiliki makna ibadah. Contoh : silaturahmi. Syariat Islam tidak menentukan bentuk dan macam ibadah ini. Apa saja perbuatan yang yang dikerjakan oleh seorang muslim dapat bernilai ibadah, asalkan perbuatan tersebut bukan

perbuatan yang dilarang oleh Allah dan RasulNya serta diniatkan karena Allah (lillahitaala). Para ulama telah merumuskan kaidah ibadah umum, yaitu semua boleh dikerjakan, kecuali yang dilarang oleh Allah dan RasulNya. Ibadah, baik umum maupun khusus adalah merupakan konsekuensi logis dan implementasi dari keimanan kepada Allah yang tercantum dalam dua kalimat syahadat, yaitu Asyhadu allaa ilaha illallahu, wa asyhadu anna Muhammadar Rasululah ()

II. PELAKSANAAN IBADAH DAN HIKMAHNYA 2.1 THAHARAH Thaharah atau bersuci hukumnya wajib berdasarkan Al-Quran dan As Sunnah. Allah SWT berfirman (Q.S. Al-Baqarah: 222):

Artinya : Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah: "Haidh itu adalah suatu kotoran". Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haidh; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri. Rasulullah SAW bersada : Sholat tanpa bersuci tidak diterima. (diriwayatkan Muslim)

Bersuci adalah setengah iman (diriwayatkan Muslim) Thaharah itu terbagi ke dalam dua bagian : lahir dan batin. Thaharah batin ialah membersikan hati dari semua kotoran syirik, ragu-ragu, dengki, iri, menipu, sombong, ujub, riya, dan sumah dengan ikhlas, keyakinan, cinta kebaikan, lemah-lembut, benar dalam segala hal, tawadlu, dan menginginkan keridhaan Allah Taala dengan semua niat dan amal shalih. Sedang Thaharah lahir ialah Thaharah dari najis dan Thaharah dari hadats (kotoran yang boisa dihilangkan dengan wudlu, atau mandi, atau tayamum). Thaharah dari najis ialah dengan menghilangkan najis dengan air yang suci dari pakaian orang yang hendak shalat, ata dari badannya, atau dari tempat shalat. Thaharah dari hadats ialah dengan wudlu, mandi, dan tayamum.

2.2

SHALAT a. Pengertian Shalat Shalat adalah kewajiban dari Allah SWT kepada setiap orang Mukmin, sebab Allah SWT memerintahkannya dalam banyak sekali firman-Nya. Secara bahasa berasal dari bahasa Arab yang memiliki arti DOA. Menurut istilah berarti bermakna serangkaian kegiatan ibadah khusus atau tertentu yang dimulai dengan takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam. Secara hakiki berarti berhadapan hati (jiwa) kepada Allah yang mendatangkan rasa takut kepada-Nya dan serta menumbuhkan di dalam jiwa rasa kebesaran dan kesempurnaan kekuasaan-Nya. b. Dalil Tentang Sholat Q. S. Thaaha : 14

Artinya : Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku. Q.S An-Nisa : 103

Artinya : Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman. c. Hukum Shalat Fardhu : shalat yang diwajibkan pengerjaannya. Fardhu ain shalat lima waktu Fardhu kifayah shalat jenazah Shalat Sunnah (nawafil) : shalat yang dianjurkan untuk dilaksanakan namun tidak diwajibkan sehingga tidak berdosa bila ditinggalkan. Sunnah muakad shalat IdulFitri, shalat Idul Adha, shalat Witir, shalat sunnah Thawaf. Sunnah ghairumuakkad shalat rawatib, shalat dhuha, shalat tahajud.

Shalat sunnah lainnya shalat istikharah, shalat tasbih, dll.

d. Syarat Sah Shalat Syarat sah shalat adalah segala sesuatu yang harus dilakukan sebelum seseorang menunaikan shalat, yang diantaranya : 1. Mengetahui telah datang waktu, meskipun cukup dengan asumsi terkuat. 2. Suci badan. 3. Bersih dari hadats kecil dan besar, dengan mandi dan wudhu. 4. Menutup aurat. Aurat laki-laki antara pusar dan lutut, dan aurat wanita seluruh tubuhnya kecuali wajah dan telapak tangan. 5. Menghadap kiblat langsung bagi yang dapat melihatnya langsung. Menghadap arahnya bagi yang tidak dapat melihat langsung. b. Syarat Wajib Shalat Syarat wajib shalat adalah : 1. Beragama Islam 2. Sudah baligh 3. Berakal sehat 4. Suci dari hadas kecil maupun hadas besar c. Rukun Shalat Rukun shalat adalah amal perbuatan yang dilakukan selama dalam shalat, jika salah satunya ditinggalkan maka batal shalatnya. Rukun shalat diantaranya : 1. Niat 2. Berdiri bagi yang mampu 3. Takbiratul Ihram 4. Membaca surah Al-fatihah setiap rakaat fardhu maupun sunnah.

5. Ruku, yaitu membungkukkan badan sehingga tangan mampu menyentuh lutut dengan thumaninah. 6. Bangun ruku dan berdiri tegak (itidal). 7. Dua kali sujud setiap rakaatnya dengan thumaninah 8. Duduk antara dua sujud 9. Duduk untuk tasyahud pertama 10.Duduk akhir dan membaca tasyahhud 11.Salam 12.Tertib d. Hal-hal yang Membatalkan Shalat 1. Berbicara secara sengaja 2. Berhadats kecil atau besar 3. Meninggalkan salah satu rukun shalat 4. Makan atau minum secara sengaja 5. Terbukanya aurat secara sengaja 6. Tertawa terbahak-bahak 7. Murtad 8. Melakukan terlalu banyak gerakan (3 kali berturut-turut) 9. Menambah rakaat shalat 10.Mengingat shalat yang belum dikerjakan 11.Mendahului imam sebanyak 2 rukun 12.Berubah niat

e. Hikmah Shalat Antara lain : 1. Mencegah perbuatan keji dan mungkar (Q.S Al-Ankabut: 45)

Artinya : Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al-Qur'an) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.

2. Mengingatkan untuk selalu bersyukur kepada Allah (Q.S Al-Maarij : 19-23) 3. Membersihkan jiwa dan menyucikannya (Q.S Huud: 114) 4. Menjadi pijakan dan pegangan yang kokoh (Q.S Al-Baqarah : 153)

II.3 ZAKAT a. Definisi Zakat Zakat adalah kewajiban kepada setiap orang Muslim yang memiliki harta senishab dengan syarat-syaratnya. Menurut bahasa, zakat berarti tumbuh; berkembang; kesuburan; bertambah. Menurut hukum Islam (istilah: syara) zakat adalah nama bagi suatu pengambilan tertentu dari harta tertentu, menurut sifat-sifat yang tertentu, dan untuk diberikan kepada golongan tertentu Allah SWT mewajibkan zakat di Kitab-Nya, sesuai dengan dalil :

Q.S. At-Taubah : 103

Artinya : Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendo'alah untuk mereka. Sesungguhnya do'a kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Q.S. Al-Baqarah : 267

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji. b. Hukum Zakat Zakat merupakan salah satu rukun Islam, dan menjadi salah satu unsur pokok bagi tegaknya syariat Islam. Oleh sebab itu hukum zakat adalah wajib (fardhu) atas setiap muslim yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu. Zakat termasuk dalam kategori ibadah seperti salat, haji, dan puasa yang telah diatur secara rinci berdasarkan Al-Quran dan As-

Sunnah. Barangsiapa yang menolak membayar zakat dengan tidak mengakui kewajibannya maka ia kafir. Dan barang siapa yang menolak membayarnya karena kikir namun masih mengakui kewajibannya, ia berdosa, dan zakat diambil darinya dengan paksa. Barangsiapa yang megumumkan perang karena menolak membayar zakat, ia diperangi hingga tunduk kepada perintah Allah SWT dan membayar zakatnya. Allah berfirman dalam Q.S. At-Taubah : 11

Artinya : Jika mereka bertaubat, mendirikan sholat dan menunaikan zakat, maka (mereka itu) adalah saudara-saudaramu seagama. Dan Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi kaum yang mengetahui. c. Jenis Zakat Zakat terbagi atas dua jenis yakni: 1. Zakat fitrah

Zakat untuk membersihkan diri yang dikeluarkan pada bulan Ramadhan atau puasa yang dibayarkan paling lambat sebelum kaum muslimin selesai menunaikan ibadah sunnah Shalat Ied.

Merupakan kewajiban yang ditetapkan bagi setiap jiwa Muslim, dewasa maupun anak-anak, laki-laki atau perempuan, merdeka maupun budak sahaya.

Besarnya yaitu satu sha (1 sha = 4,1 mud. 1mud=576 gram. Atau setara dengan 3,5 liter atau 2,7 kg) bahan makanan pokok yang diberikan oleh setiap individu. Bahan makanan pokok tersebut bisa berupa gandum, kurma, beras, jagung, dan sebagainya.

Diwajibkan kepada siapa yang memiliki satu sha makanan pada hari itu dan masih mempunyai persediaan selama satu hari satu malam berikutnya.

Yang wajib membayar zakat fitrah : Individu yang mempunyai kelebihan makanan atau hartanya dari keperluan tanggungannya pada malam dan pagi hari raya. Anak yang lahir sebelum matahari jatuh pada akhir bulan Ramadan dan hidup selepas terbenam matahari. Memeluk Islam sebelum terbenam matahari pada akhir bulan Ramadan dan tetap dalam Islam nya. Seseorang yang meninggal selepas terbenam matahari akhir Ramadan.

2. Zakat Maal (harta) Harta yang Wajib Dikeluaran Zakatnya Barang dagangan Emas, perak, barang-barang dagangan yang sejenis dengannya, barang tambang, dan harta terpendam yang sejenis dengannya, serta uang Hewan ternak, yatu unta, lembu dan kambing Biji-bijian, ialah apa saja yang bisa disimpan dan dimakan, misalnya gandum, kacang tanah, padi, dan lain sebagainya. Zakat profesi Harta yang Tidak Wajib Dikeluarkan Zakatnya

Budak, kuda, bighal (peranakan kuda dengan keledai), dan keledai. Harta yang tidak mencapai nishab, kecuali jika pemiliknya mengeluarkan zakat dengan sukarela. Buah-buahan dan sayur-sayuran, karena tidak ada hadits Rasulullah SAW tentang kewajiban membayar zakat di dalamnya. Perhiasan wanita jika hanya dimaksudkan sebagai perhiasan. Jika selain dijadikan sebagai perhiasan juga disimpan, maka wajib dizakati. Barang-barang berharga seperti zamrud, yakut, intan berlian, dan lain sebagainya. Ketika barang tersebut digunakan untuk berbisnis maka harus dekeluarkan zakatnya seperti barangbarang dagangan lainnya. Barang-barang yang dipakai dan tidak dierjualbelikan seperti rumah, mobi, dan lain sebagainya Syarat-syarat harta yang wajib dizakatkan Harta yang dikuasai secara penuh dan dimiliki secara sah. Harta yang berkembang jika diusahakan atau memiliki potensi untuk berkembang. Telah mencapai nisab. Telah melebihi kebutuhan pokok. Telah mencapai satu tahun (haul) khusus untuk harta-harta tertentu.

d. Nisab Zakat Harta Zakat Emas dan Perak 1. Nishab untuk emas adalah sebanyak 20 dinar Islam. Dimana 1 dinar = 4,25 gram emas sehingga 20 dinar = 85 gram emas. Jadi jika seseorang memiliki 85 gram emas dan telah berlalu selama 1 haul (1 tahun) maka emas tersebut wajib dikeluarkan zakatnya sebesar 2,5% nya. 2. Nishab untuk Perak adalah sebanyak 200 dirham atau setara dengan 595 gram. Sama dengan emas perak yang wajib dizakatkan setelah mencapai nishabnya adalah 2,5%. Zakat Riqaz dan Tambang 1. Riqaz yang wajib dizakati adalah berupa tembaga, kuningan, besi, timah, dan yang sejenisnya. 2. Besar zakatnya adalah 1/5 atau 20%. 3. Syarat zakat untuk hasil tambang adalah telah mencapai nishab dan tidak diberlakukan syarat haul. Zakat hasil tambang dikeluarkan ketika hasil tambang diperoleh. Zakat Anam (Binatang Ternak) Syarat-syarat nya adalah : 1. Telah dimiliki secara penuh 2. Digembalakan 3. Telah sampai nishab nya 4. Nishab untuk unta adalah 40 ekor unta. Ketika seseorang telah memiliki 40 ekor unta maka yang wajib dizakatkan nya adalah 1 ekor unta. Kemudian nishab untuk sapi adalah 30 ekor dan nishab untuk

kambing adalah 100 ekor. Yakni 1 ekor kambing untuk setiap 100 ekor kambing. Zakat Barang Perniagaan Syarat-syarat mengeluarkan zakat perdagangan sama dengan syarat zakat lainnya ditambah dengan syarat memilikinya dengan tidak dipaksa seperti dengan membeli atau menerima hadiah; memilikinya dengan niat untuk perniagaan; nilainya telah mencapai nisab (nisabnya sama dengan emas, yaitu setara dengan 85 gram emas). Zakat Hasil Pertanian Nishab nya adalah 5 wasaq. 1 wasaq = 60 sha. 1 sha = 2,175 kg atau 3 kg. 60 sha = 900 kg. Jika hasil pertanian didapat dengan cara pengairan (alat untuk mengairi tanaman) maka zakat yang wajib dikeluarkan adalah 1/20 atau 5%. Namun jika diairi dengan hujan maka yang wajib dizakatkan adalah 1/10 atau 10%. Zakat Profesi Penghasilan profesi dari segi wujud nya berupa uang. Dari sini, ia berbeda dengan tanaman, dan lebih dekat dengan emas dan perak. Oleh karena itu kadar zakat profesi yang diqiyaskan dengan zakat emas dan perak, yaitu 2,5% dari seluruh penghasilan kotor. e. Konsep dan Istilah Yang Berhubungan Dengan Zakat Muzakki adalah orang yang berkewajiban membayarkan zakat karena memiliki harta yang melebihi ukuran tertentu. Mustahiq adalah orang yang berhak menerima zakat karena termasuk salah satu dari golongan orang yang disebut dalam Al-Qur'an sebagai penerima zakat.

Amil adalah orang atau badan/ lembaga yang mengkhususkan diri untuk mengelola zakat, infaq, dan sedekah. Nisab adalah batas minimal untuk harta yang perlu dikeluarkan zakatnya. Harta yang jumlahnya di bawah nishab tidak wajib dikeluarkan zakatnya. Haul. Untuk beberapa jenis harta, kewajiban zakat dikenakan jika harta tersebut sudah dimiliki selama jangka waktu tertentu (satu tahun). Jangka waktu ini disebut haul.

f.

Penerima Zakat

Artinya : Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. Ada delapan pihak yang berhak menerima zakat, tertera dalam Surah atTaubah ayat 60 yakni: Fakir - Mereka yang hampir tidak memiliki apa-apa sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan pokok hidup. Miskin - Mereka yang memiliki harta namun tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar untuk hidup.

Amil - Mereka yang mengumpulkan dan membagikan zakat. Mu'allaf - Mereka yang baru masuk Islam dan membutuhkan bantuan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan barunya atau kaum kafir yang merupakan pendukung kaum Muslim. Hamba sahaya - Budak yang ingin memerdekakan dirinya. Gharimin - Mereka yang berhutang untuk kebutuhan yang halal dan tidak sanggup untuk memenuhinya. Fisabilillah - Mereka yang berjuang di jalan Allah (misal: dakwah, perang, dan sebagainya). Ibnus Sabil - Mereka yang kehabisan biaya di perjalanan.

g. Yang Tidak Berhak Menerima Zakat Orang kaya dan orang yang masih memiliki tenaga. Hamba sahaya, karena masih mendapat nafkah atau tanggungan dari tuannya. Keturunan Rasulullah (ahlul bait). Orang yang dalam misalnya anak dan istri. tanggungan yang berzakat,

h. Hikmah Zakat Hikmah disyariatkannya Zakat adalah : 1. Membersihkan jiwa manusia dari kotoran kikir, keburukan, dan kerakusan.

2. Membantu orang-orang miskin dan menutup kebutuhan orang-orang yang berada dalam kesulitan dan penderitaan. 3. Menegakkan kemaslahatan-kemaslahatan umum dimana kehidupan dan kebahagiaan umat sangat terkait dengannya. 4. Membatasi pembengkakankekayaan di tangan orang-orang kaya dan para pedagang, agar harta tidak beredar di kalangan tertentu, atau hanya beredar di kalangan orang-orang kaya saja.

2.4

PUASA Puasa menurut bahasa ialah menahan. Sedang puasa menurut syariat ialah menahan dengan niat ibadah dari makanan, minuman, hubungan suami-istri, dan semua hal-hal yang membatalkan puasa sejak terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari. Allah berfirman dalam Q.S. Al-Baqarah: 183

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertaqwa. a. Keutamaan Puasa Rasulullah SAW bersabda : Barangsiapa berpuasa satu hari di jalan Allah Azza wa Jalla maka Allah menjauhkan wajahnya dari neraka sejak hari tersebut selama 70 tahun. (Muttafaq Alaih) Sesungguhnya di surga terdapat pintu yang bernama Ar-Rayyan orangorang yang berpuasa masuk daripadanya pada hari kiamat dan seorang pun selain mereka tidak masuk daripadanya (Muttafaq Alaih)

Puasa adalah perisai dari neraka seperti perisai salah seorang dari kalian dari perang. (diriwayatkan Ahmad dan lain-lain) Sesungguhnya orang yang berpuasa mempunyai doa yang tidak ditolak ketika ia berbuka puasa. (Ibnu Majah) b. Jenis-Jenis Puasa Adapun jenis-jenis puasa berdasarkan hukum pelaksanaannya: Puasa Wajib, yaitu puasa di Bulan Ramadhan (Q.S. Al-Baqarah: 183-185) Puasa yang disunnahkan ialah sebagai berikut: Puasa Arafah (selain orang yang berhaji); Puasa enam hari di bulan Syawal; Puasa Tasua dan Puasa Asyura, yaitu tanggal sembilan sepuluh bulan Muharram; Puasa paruh pertama bulan Syaban; Puasa sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah; Puasa hari senin dan kamis; Puasa Bulan Muharram; Puasa hari-hari putih dalam setiap bulan, yaitu tanggal 13, 14 da 15 setiap bulan Hijriyah; Puasa sehari dan tidak puasa sehari; Puasa bagi bujangan yang belum mampu menikah. Puasa yang dimakruhkan ialah sebagai berikut : Puasa Arafah (bagi orang yang berada di Arafah); Puasa pada Hari Jumat secara khusus; Puasa pada Hari Sabtu secara khusus; Puasa akhir Syaban.

Puasa yang diharamkan ialah sebagai berikut Puasa pada hari Idul Fitri dan Idul Adha; Puasa pada hari Tasyriq (11,12,13 dzulhijjah); Puasa ketika haid dan nifas bagi perempuan; Puasa orang sakit yang dikhawatirkan meninggal kalau berpuasa

c. Syarat Wajib Puasa 1. Islam Dengan demikian orang kafir tidak wajib berpuasa dan tidak wajib mengqadha' (mengganti) begitulah menurut jumhur (mayoritas) ulama, bahkan kalaupun mereka melakukannya tetap dianggap tidak sah. Hanya saja ulama berbeda pendapat dalam menentukan apakah syarat islam ini syarat wajib atau syarat sahnya puasa? Dan yang melatarbelakangi mereka dalam hal ini adalah karena adanya perbedaan mereka dalam memahami ayat kewajiban puasa, mengenai apakah orang kafir termasuk di dalamnya atau tidak. (baca Surat Al Baqarah ayat 183). Menurut Ulama Hanafiyah: orang kafir tidak termasuk dalam ketentuan wajib puasa. Sementara jumhur (mayoritas) ulama berpendapat bahwa mereka tetap termasuk dalam setiap firman Allah. Dengan demikian mereka dibebani untuk melakukan semua syariatNya (dalam hal ini mereka wajib memeluk agama Islam kemudian melakukan puasa). Jadi menurut pendapat pertama (Hanafiyah) mereka hanya menaggung dosa atas kekafirannya sementara menurut pendapat kedua (Jumhur Ulama) mereka menanggung dosa kekafiran dan meninggalkan syariat. Maka jika ada seorang kafir masuk Islam pada bulan ramadhan dia wajib melaksanakan puasa sejak saat itu. Sebagaimana firman Allah "Katakanlah pada orang kafir bahwa jika mereka masuk islam akan diampuni dosanya yang telah lalu." (QS. Al Anfal:38).

2. Aqil dan Baligh (berakal dan melewati masa pubertas) Tidak wajib puasa bagi anak kecil (belum baligh), orang gila (tidak berakal) dan orang mabuk, karena mereka tidak termasuk orang mukallaf (orang yang sudah masuk dalam konstitusi hukum), sebagaimana dalam hadist : "Seseorang tidak termasuk mukallaf pada saat sebelum baligh, hilang ingatan dan dalan keadaan tidur". 3. Mampu dan Menetap Puasa tidak diwajibkan atas orang sakit (tidak mampu) dan sedang bepergian (tidak menetap), tetapi mereka wajib mengqadha'-nya. Syarat-syarat tersebut di atas mendapat tambahan satu syarat lagi dari Ulama Hanafiyah menjadi syarat yang ke-6 yaitu: Mengetahui kewajiban puasa (semisal bagi orang yang memeluk Islam di negara non muslim). d. Syarat Wajib Puasa 1. Menurut ulama Hanafiyah ada 3: a. Niat b. Tidak ada yang menghalanginya (seperti haid dan nifas) c. Tidak ada yang membatalkannya 2. Menurut ulama Malikiyah ada 4: a. Niat b. Suci dari haid dan nifas c. Islam d. Pada waktunya dan juga disyaratkan orang yang berpuasa berakal. 3. Menurut ulama Syafi'iyah ada 4: a. Islam b. Berakal c. Suci dari haid dan nifas sepanjang hari d. Dilaksanakan pada waktunya. (Sedangkan niat, menurut Syafi'iyah, dimasukkan ke rukun puasa).

4. Menurut ulama Hambaliyah ada 3: a. Islam b. Niat c. Suci dari haid dan nifas e. Rukun Puasa Niat, yaitu keinginan hati untuk berpuasa karena ingin meaksanakan perintah Allah Azza wa jalla dan mendekat kepada-Nya, karena Rasulullah SAW bersabda barang siapa tidak berniat puasa sejakmalam, ia tidak mempunyai puasa (diriwayatkan At Tirmidzi) Imsak, yaitu menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa seperti maanan, minuman, dan hubungan seksual. Waktu, yaitu siang hari sejak terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari. Jadi, jika seseorang berpuasa malam hari dan berbuka di siang harinya, puasanya tidak sah selama-lamanya. f. Hal-hal Yang Disunnahkan dalam Puasa a. Menyegerakan berbuka puasa, yaitu segera berbuka puasa setelah kepastian terbenamnya matahari. b. Berbuka puasa dengan kurma matang, atau kurma kering, atau air. Berbuka puasa yang paling baik ialah dengan kurma dan paling tidak baik ialah dengan air. Seorang Muslim disunnahkan berbuka puasa dengan bilangan ganjil misalnya tiga, atau lima, atau tujuh. c. Berdoa ketika berbuka puasa. d. Sahur, yaitu sahur dengan makan dan minum di akhir malam dengan niat puasa, sesuai sabda Rasulullah SAW : "Sesungguhnya pembeda antara puasa kita dengan puasa Ahli Kitab ialah makan sahur." (Diriwayatkan Muslim) e. Mengakhiri sahur sampai akhir malam. g. Hal-hal Yang Dimakruhkan dalam Puasa

Orang yang sedang berpuasa dimakruhkan melakukan hal-hal yang bisa merusak puasanya, kendati hal-hal tersebut sebenarnya tidak merusak puasa, diantaranya : 1. Berlebih-lebihan dalam berkumur, menghirup air dengan hidung, dan mengeluarkannya ketika berwudlu. 2. Suami mencium istri jika menimbulkan syahwat yang bisa merusak puasanya dengan keluarnya air madzi, atau dengan hubungan seksual yang harus dibayar dengan kafarah. 3. Suami terus menerus melihat istri dengan syahwat. 4. Memikirkan seks. 5. Menyentuh wanita dengan tangan atau menempelkan badan padanya. 6. Mengunyah karet karena dikhawatirkan salah satu bagian dari karet tersebut masuk ke tenggorokan. 7. Mencicipi makanan. 8. Berkumur tidak untuk wudlu atau tidak karena kebutuhan. 9. Bercelak di permulaan siang, namun tidak apa-apa bercelak di akhir siang. 10. Berbekam atau mengeluarkan darah, karena bisa melemahkan tubuh yang menyebabkan seseorang membatalkan puasanya dan tu termasuk menipu puasa. h. Hal-hal Yang Membatalkan Puasa Hal-hal berikut adalah hal-hal yang membatalkan puasa dan diwajibkan atas kita untuk mengganti puasa, diantaranya : 1. Masuknya cairan ke dalam perut melalui hidung, atau melalui mata, atau telinga, atau dubur, atau kemaluan wanita. 2. Air masuk ke dalam perut akibat berlebih-lebihan dalam berkumur dan menghirup air dengan hidung ketika berwudlu.

3. Keluarnya air mani akibat melihat wanita dengan terus-menerus, atau memikirkannya terus-menerus, karena mencium istri, atau berhubungan suami-istri. 4. Muntah dengan sengaja. 5. Dipaksa makan, minum, dan hubungan suami-istri. 6. Orang yang makan-minum karena menyangka masih malam, kemudian terlihat olehnya bahwa fajar telah terbit. 7. Orang yang makan dan minum karena lupa, kemudian tidak berhenti daripadanya karena menyangka bahwa berhenti makan-minum itu tidak wajib selagi ia telah makan-minum. 8. Masuknya sesuatu yang bukan makanan atau minuman ke dalam perut melalui mulut, misalnya seperti menelan perhiasan, atau benang. 9. Menolak berniat puasa kendati tidak makan-minum. 10. Murtad dari Islam i. Manfaat puasa diantaranya Manfaaat Spiritual 1. Membiasakan orang yang berpuasa untuk bersabar dan menguatkan kesabarannya. 2. 3. 4. Mengajarkan pengendalilan diri. Membantunya dalam mengendalikan diri. Memunculkan sifat takwa dalam diri dan mengembangkannya.

Manfaat Sosial 1. Membiasakan umat Islam teratur, bersatu, cinta keadilan, cinta persamaan, membentuk perasaan kasih sayang, akhlak berbuat baik 2. Melindungi masyarakat dari keburukan dan kerusakan. Manfaat Kesehatan 1. 2. 3. Membersihkan usus-usus Memperbaiki lambung Membersihkan badan dari kotoran-kotoran

4.

Meringankan badan dari himpitan kegemukan

2.5

HAJI Menurut etimologi bahasa Arab, kata haji ( ( ) mempunyai arti qashd, yakni tujuan, maksud, dan menyengaja. Menurut istilah syara', haji ialah menuju ke Baitullah dan tempat-tempat tertentu untuk melaksanakan amalan-amalan ibadah tertentu pula demi memenuhi panggilan Allah SWT dan mengharap ridhoNya. yang dimaksud dengan temat-tempat tertentu dalam definisi diatas, selain Ka'bah dan Mas'a(tempat sa'i), juga Arafah, Muzdalifah, dan Mina. Yang dimaksud dengan waktu tertentu ialah bulanbulan haji yang dimulai dari Syawal sampai sepuluh hari pertama bulan Zulhijah. Adapun amal ibadah tertentu ialah thawaf, sa'i, wukuf, mazbit di Muzdalifah, melontar jumrah, mabit di Mina, dan lain-lain. 27. Dan berserulah kepada manusia untuk

Artinya : Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus [985] yang datang dari segenap penjuru yang jauh.

Artinya : Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam Ibrahim [215]; barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia; mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah [2l6]. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.

Ibadah haji merupakan ibadah yang wajib dilakukan sekali seumur hidup, karena Rasulullah SAW bersabda haji itu sekali dan barangsiapa yang melakukannya lebih dari sekali makaitu sunnah (HR Abu daud, Ahmad, dan Al Hakim yang men-shahih-kannya). a. Jenis Ibadah Haji Setiap jamaah bebas untuk memilih jenis ibadah haji yang ingin dilaksanakannya. Rasulullah SAW memberi kebebasan dalam hal itu, sebagaimana terlihat dalam hadis berikut. Aisyah RA berkata: Kami berangkat beribadah bersama Rasulullah SAW dalam tahun hajjatul wada. Di antara kami ada yang berihram, untuk haji dan umrah dan ada pula yang berihram untuk haji. Orang yang berihram untuk umrah ber-tahallul ketika telah berada di Baitullah. Sedang orang yang berihram untuk haji jika ia mengumpulkan haji dan umrah. Maka ia tidak melakukan tahallul sampai dengan selesai dari nahar Berikut adalah jenis dan pengertian haji yang dimaksud:

Haji Ifrad adalah proses melakukan ibadah haji yang terpisah antara ibadah haji dan ibadah umrah. Dalam ritual ibadah haji Ifrad, yaitu melaksanakan ibadah haji terlebih dahulu kemudian dilanjutkan dengan ibadah umrah. Dalam pelaksanaannya waktu memakai ihram dari miqad dengan niat haji saja, kemudian tetap dalam keadaan ihram sampai selesai haji (hari raya kurban). Setelah selesai melaksanakan ibadah haji baru dilanjutkan dengan melaksanakan ibadah umrah. Yang melaksanakan haji ifrad tidak diharuskan membayar dam.

Haji Tamattu' adalah mendahulukan umrah dari ibadah haji. Yaitu memakai ihram dari miqat dengan niat umrah pada musim haji, setelah tahallul, memakaiihram lagi dengan niat haji pada hari Tarawiah (8 Zulhijah). Bagi yang melaksanakan haji Tamattuk diwajibkan membayar dam.

Haji Qiran adalah haji dan umrah dilakukan secara bersamaan. Yaitu memakai ihram dengan niat umrah dan haji sekaligus. Dengan demikian segala amalan umrah sudah tercakup dalam amalan haji.Cara pelaksanaannya adalah: Ihram dari miqad dengan niat untuk haji dan umrah sekaligus Melakukan seluruh amalan haji

Bagi yang melaksanakan haji Qiran diwajibkan membayar dam. b. Rukun Haji Yang dimaksud rukun haji adalah kegiatan yang harus dilakukan dalam ibadah haji, dan jika tidak dikerjakan hajinya tidak sah. Adapun rukun haji adalah sebagai berikut : Rukun pertama: Ihram Yang dimaksud dengan Ihram adalah niat masuk ke ibadah haji disertai dengan mengenakan pakaian tidak berjahit dan mengucapkan talbiyah (ucapan).. Siapa yang meninggalkan niat ini, hajinya tidak sah. Dalilnya adalah sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam,


Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niat dan setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan. (HR. Bukhari no. 1 dan Muslim no. 1907) Mengucapkan niat haji atau umroh atau kedua-duanya, sebaiknya dilakukan setelah shalat. Namun jika berniat ketika telah naik kendaraan, maka itu juga boleh sebelum sampai di miqot. Jika telah sampai miqot namun belum berniat, berarti dianggap telah melewati miqot tanpa berihram. Lafazh talbiyah:

. . .
Labbaik Allahumma labbaik. Labbaik laa syariika laka labbaik. Innalhamda wan nimata, laka wal mulk, laa syariika lak. (Aku menjawab panggilan-Mu ya Allah, aku menjawab panggilan-Mu, aku menjawab panggilan-Mu, tiada sekutu bagi-Mu, aku menjawab panggilan-Mu. Sesungguhnya segala pujian, kenikmatan dan kekuasaan hanya milik-Mu, tiada sekutu bagi-Mu). Ketika bertalbiyah, laki-laki disunnahkan mengeraskan suara. Rukun kedua: Wukuf di Arafah Wukuf di Arafah adalah rukun haji yang paling penting. Siapa yang luput dari wukuf di Arafah, hajinya tidak sah. Ibnu Rusyd berkata, Para ulama sepakat bahwa wukuf di Arafah adalah bagian dari rukun haji dan siapa yang luput, maka harus ada haji pengganti (di tahun yang lain). Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,


Haji adalah wukuf di Arafah. (HR. An Nasai no. 3016, Tirmidzi no. 889, Ibnu Majah no. 3015. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih). Yang dimaksud wukuf adalah hadir dan berada di daerah mana saja di Arafah, walaupun dalam keadaan tidur, sadar, berkendaraan, duduk, berbaring atau berjalan, baik pula dalam keadaan suci atau tidak suci (seperti haidh, nifas atau junub) (Fiqih Sunnah, 1: 494). Waktu dikatakan wukuf di Arafah adalah waktu mulai dari matahari tergelincir (waktu zawal) pada hari Arafah (9 Dzulhijjah) hingga waktu terbit fajar Shubuh (masuk waktu Shubuh) pada hari nahr (10 Dzulhijjah). Jika seseorang wukuf di Arafah selain waktu tersebut, wukufnya tidak sah berdasarkan kesepakatan para ulama (Al Mawsuah Al Fiqhiyah, 17: 49-50). Jika seseorang wukuf di waktu mana saja dari waktu tadi, baik di sebagian siang atau malam, maka itu sudah cukup. Namun jika ia wukuf

di siang hari, maka ia wajib wukuf hingga matahari telah tenggelam. Jika ia wukuf di malam hari, ia tidak punya keharusan apa-apa. Madzab Imam Syafii berpendapat bahwa wukuf di Arafah hingga malam adalah sunnah (Fiqih Sunnah, 1: 494). Sayid Sabiq mengatakan, Naik ke Jabal Rahmah dan meyakini wukuf di situ afdhol (lebih utama), itu keliru, itu bukan termasuk ajaran Rasul shallallahu alaihi wa sallam-. (Fiqih Sunnah, 1: 495) Rukun ketiga: Thowaf Ifadhoh (Thowaf Ziyaroh) Thowaf adalah mengitari Kabah sebanyak tujuh kali. Dalilnya adalah firman Allah Taala,


Dan hendaklah mereka melakukan melakukan thawaf sekeliling rumah yang tua itu (Baitullah). (QS. Al Hajj: 29) Rukun keempat: Sai Sai adalah berjalan antara Shofa dan Marwah (pulang pergi) dalam rangka ibadah. Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,


Lakukanlah sai karena Allah mewajibkan kepada kalian untuk melakukannya. (HR. Ahmad 6: 421. Syaikh Syuaib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits tersebut hasan). c. Hikmah Haji Diantara hikmah disyariatkannya haji adalah untuk membersihkan jiwa orang Muslim dari dosa agar jiwa layak menerima kemuliaan Allah SWT di dunia dan di akhirat, karena sesuai sabda Rasulullah SAW : "Barang siapa haji ke rumah ini (Baitullah), kemudian tidak berkata kotor, dan tidak fasik, ia keluar dari dosa-dosanya seperti hari ia dilahirkan ibunya." (Muttafaq Alaih) Selain itu, hikmah yang bisa kita petik dari pelaksanaan ibadah haji antara lain:

1. Menyaksikan secara langsung Masjidil Haram, Kabah, tempat turunnya Alquran, serta tempat-tempat bersejarah dalam kehidupan Rasulullah SAW dan penyebaran Islam. Umat Islam yang mengunjungi tempat-tempat tersebut diharapkan dapat menghayati nilai-nilai keimanan, ketakwaan, keikhlasan, kepahlawanan, dan pengorbanan Rasulullah SAW dan para sahabat dalam menyebarkan agama Islam. 2. Ketika memasuki Makkah dan melihat Kabah umat Islam diajak untuk mengingat nilai-nilai ketakwaan Nabi Ibrahim AS beserta keluarganya. Seberat apa pun perintah Allah SWT, bahkan meninggalkan istri di padang tandus dan menyembelih seorang anak sekalipun, tetap dilaksanakan dengan baik oleh Ibrahim. 3. Ketika memakai pakaian ihram yang berwarna putih polos tanpa jahitan dan pernak-pernik umat manusia dari segala penjuru seakanakan diingatkan bahwa mereka adalah umat yang satu. Mereka tidak dibedakan berdasarkan kelas sosial, ras, etnis, bahasa, atau kebudayaan.Mereka semua sama di mata Allah SWT. Satu-satunya yang membedakan hanyalah ketakwaan masing-masing. Dalam ibadah haji, terpapar persamaan atas nama agama, yaitu Islam (almusawah al-lslamiyah).Mereka berkumpul di tempat yang sama dan dengan penampilan yang sama. Semuanya tunduk, merendah dan takut kepada Allah. 4. Haji adalah ibadah yang menyempurnakan kehidupan spiritual umat Islam. Setelah shalat, puasa, dan zakat ditunaikan maka ibadah haji adalah penyempurnanya. Umat Islam dari penjuru dunia berkumpul ditempatyang sama dan pada waktu yang sama.Mereka membawa rasa cinta yang sama, yaitu cinta kepada Allah dan Rasul-Nya. Sekalipun aliran teologi dan madzhab fikih mereka berbeda, namun masingmasing digerakkan oleh satu alasan yang sama, yaitu kepatuhan kepada Allah SWT dan kecintaan kepada Rasulullah SAW.

5. Haji adalah pertemuan akbar yang dihadiri oleh umat Islam dari segala penjuru dunia. Dengan demikian, haji memberikan kesempatan yang sangat besar bagi umat Islam untuk menggalang persatuan di antara sesamanya, menyatukan tekad dan semangat, dan bersama-sama memikirkan persoalan yang mendera umat Islam

DAFTAR PUSTAKA

Al-Jazairi, Abu Bakr Jabir. 2002. Minhajul Muslim. Jakarta : Darul Falah. Anonim. 2001. Zakat. http://www.portalinfaq.org/gm04x01_reference_zakat.php. diakses tanggal 30 Maret 2013. Awanbiru, Kautsar. 2012. http://notezone13.blogspot.com/2012/04/pengertian-rukun-shalat-syaratwajib.html. diakses tanggal 30 Maret 2013. Hawwa, Said. 2001. Al-Islam Jilid I. Jakarta : Al-ITISHOM. Kusumo, Adi Fajar. 2010. Hikmah Shalat. http://fadikusumo.staff.ugm.ac.id/artikel/hikmah2.html. diakses tanggal 30 Maret 2013. Uwaidah, Syaikh Kamil Muhammad. 2011. Fiqih Wanita Edisi Lengkap. Jakarta : Pustaka Al-Kautsar. Shalat.

You might also like