You are on page 1of 68

IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BUAH ALAMI TANAMAN NENAS (Ananas comosus L. Merr) DI P.T.

GREAT GIANT PINEAPPLE, TERBANGGI BESAR, LAMPUNG TENGAH

DINDIN ADRIYANA A24052784

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

RINGKASAN
DINDIN ADRIYANA, Identifikasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Buah Alami pada Tanaman Nenas ( Ananas Comosus L. Merr) di PT. Great Giant Pineapple Terbanggi Besar, Lampung Tengah. (Di bimbing oleh M. RAHMAD SUHARTANTO). Kegiatan magang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan serta kemampuan teknis dan menejerial budidaya nenas. Aspek khusus yang diamati dalam magang ini adalah adanya buah alami yang merupakan salah satu permasalahan yang sedang dihadapi oleh PT. Great Giant Pineapple. Kegiatan magang dilaksanakan dari tanggal 12 Febuari dan berakhir pada tanggal 18 Juni 2008 di Plantation Group 1 (PG 1) PT. Great Giant Pineapple Terbanggi Besar, Lampung Tengah. Kegiatan magang terdiri dari k egiatan budidaya teknis dan manajerial kebun dan analisis pemecahan masalah buah alami. Kegiatan budidaya teknis yang dilakukan meliputi pengamatan pembibitan, dipping, pengolahan tanah, penanaman, pengamatan berat tanaman, pengamatan persen bunga, pemanenan, penghitungan kadar klorofil pada daun, dan pengujian unsur hara tanaman. Analisis mengenai buah alami dilakukan dengan pengambilan data primer dan data sekunder. Data primer terdiri dari penghitungan jumlah daun, berat tanaman dan panjang daun D-leaf tanaman buah alami dan tanaman normal. Sedangkan data sekunder yang digunakan yaitu pengamatan persen bunga bulan Maret 2009, data panen buah alami di seluruh lokasi Plantation Group (PG) 1 tahun 2008, produksi buah alami tahun 2003-2009, data sulam tahun 2006-2007, data curah hujan dan temperatur tahun 2003-2009, dan status lokasi tahun 2007. Dari data sekunder yang di dapat di cari hubungan antara jenis bibit, persen sulam, waktu forcing, dan curah hujan dengan adanya buah alami.

Judul :

IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BUAH ALAMI TANAMAN NENAS ( Ananas comosus L. Merr ) DI P.T. GREAT GIANT PINEAPPLE, TERBANGGI BESAR, LAMPUNG TENGAH

Nama NRP

: :

DINDIN ADRIYANA A24052784

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Dr. Ir. M. Rahmad Suhartanto, M.Si. NIP. 1963 0923 1988 11 1 001

Mengetahui, Ketua Departemen Agronomidan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB

Dr. Ir. Agus Purwito , M.Sc. NIP. 19611101 198703 1003

Tanggal Lulus :

IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BUAH ALAMI TANAMAN NENAS (Ananas comosus L. Merr) DI P.T. GREAT GIANT PINEAPPLE, TERBANGGI BESAR, LAMPUNG TENGAH

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

DINDIN ADRIYANA A24052784

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di kota Bandung, propinsi Jawa Barat pada tanggal 2 Januari 1988. Penulis merupakan putra pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Ayah M. Adnan Boer dan Ibu Yeti Mulyati. Tahun 1999 penulis lulus dari SDN Nilem IV, kemudian pada tahun 2002 penulis menyelesaikan studi di SLTPN 51 Bandung. Selanjutnya penulis melanjutkan studi di SMAN 12 Bandung. Tahun 2005 penulis diterima di Jurusan Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian melalui jalur SPMB. Pada tahun 2005 penulis aktif di Lembaga Dakwah Kampus (LDK) Al Hurriyyah, tahun 2006-2007 penulis aktif di Himpunan Mahasiswa Agronomi (HIMAGRON), Organisasi Mahasiswa Daerah Paguyuban Mahasiswa Bandung (PAMAUNG), Lembaga Dakwah Fakultas (LDF) Forum Komunikasi Rohis Departemen (FKRD) dan menjadi asisten praktikum Pendidikan Agama Islam (PAI). Pada tahun 2008 penulis menjadi ketua Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Pertanian (BEM FAPERTA) Fakultas Pertanian dan Presidium Nasional Ikatan BEM Pertanian Indonesia (IBEMPI).

KATA PENGANTAR

Segala puji dan rasa syukur yang tak terkira penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas segala rahmat dan karunia-Nya maka magang dan penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi magang yang berjudul Identifikasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Buah Alami Tanaman Nenas (Ananas comosus, L. Merr) di PT. GREAT GIANT PINEAPPLE Terbanggi Besar, Lampung Tengah ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi PT. GREAT GIANT PINEAPPLE sehingga dapat meningkatkan produksi buah dan mengefisisienkan biaya pemanenan perusahaan. Penulis menyampaikan terima kasih kepada : 1. Dr. Ir. Moha mad Rahmad Suhartanto, MSi. selaku dosen pembimbing , atas bimbingan dan saran selama melaksanakan magang maupun penulisan skripsi ini. 2. Dr. Ir. Sobir, M.Si dan Dr. Ir. Endah R. Palupi, M.Sc selaku dosen penguji dalam siding. 3. Ir. Priyo Cahyono selaku pembimbing lapang dan seluruh staff dan karyawan di PT. Great Giant Pineapple. 4. Ayahanda M. Adnan Boer, ibunda Yeti Mulyati, dan adik-adikku tercinta Nanang Setiawan dan Devy Swasti Argyarini yang tak pernah putus dalam memberikan doa dan semangat. 5. Didin dan M.Syaifudin Abdurrahim, teman seperjuangan yang telah banyak membantu dan menemani selama magang di PT. GGP. 6. Rekan-rekan mahasiswa baik jurusan Agronomi dan Hortikultura serta jurusan dan Fakultas lain IPB dan penghuni Wisma Madani yang telah banyak memberikan dukungan dan bantuan baik materiil, moril dan spiritual. Semoga karya ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi pihak yang

berkepentingan. Semoga Allah SWT merahmati kita semua. Bogor, Agustus 2009

Dindin Adriyana

DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR TABEL............................................................................................. ii DAFTAR GAMBAR ...........................................................................................iii DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................v PENDAHULUAN Latar Belakang...................................................................................... 1 Tujuan ......................................................................................................3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Nanas... .........................................................................................4 Ekologi Nanas ..........................................................................................5 Budidaya Nanas .......................................................................................7 Panen...................................................................................................... .8 Kultivar Smooth cayenne ....................................................................... .9 Buah Alami ............................................................................................ .9 METODE MAGANG Tempat dan Waktu................................................................................. 11 Metode Pelaksanaan............................................................................... 11 Pelaksanaan pengamatan........................................................................ 12 HASIL DAN PEMBAHASAN Manajemen Produksi PT. GGP .............................................................. 13 Kegiatan Budidaya nenas PT. GGP ....................................................... 17 Kegiatan Selama Magang .............. 28 Pengamatan Buah Alami........................................................................ 31 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ............................................................................................ 43 Saran dan Rekomendasi ......................................................................... 43 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 45 LAMPIRAN ....................................................................................................... 48

DAFTAR TABEL
Nomor 1. Halaman

Persentase Panen Buah Alami terhadap Total Panen Buah Nenas PT. GGP Tahun 2009.................................................................................... 2 Perkembangan Jumlah Produksi PT. GGP................................................... 15 Jumlah dan Perkembangan Tenaga Kerja PT. GGP.....................................16 Hubungan Jenis Bibit terhadap Buah Alami 33

2. 3. 4.

5. ... Hubungan Waktu Forcing dengan Buah Alami... 34 6. 7. 8. 9. Hubungan Persen Sulam dengan Buah Alami. 36 Perbandingan Bobot Tanaman pada Tanaman Buah Alami dan Tanaman Normal.. 38 Perbandingan Panjang Daun Tanaman pada Tanaman Buah Alami dan Tanaman Normal. 38 Perbandingan Jumlah Daun pada Tanaman Buah Alami dan Tanaman Normal.. 38

DAFTAR GAMBAR

Nomor 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

Halaman

Penghancuran Sisa Tanaman Nenas dengan Menggunakan Chopper. 18 Penggaruan dengan Menggunakan Rotary Harror.. 18 Pembajakan dengan Mengunakan Molboard Plow dan Diskplow.. 19 Penggaruan Akhir dengan Alat Rotary Harrow.. 19 Penghancuran Agregat dengan Alat Cultivator-Celly..... 20 Pemecahan Lapisan Dalam dengan Alat subsoiler.. 20 Pembuatan Guludan dengan Alat Disk ridger. 21 Lahan yang Sudah Dibuat Jalan dan Saluran Air 21 Contoh Desain Lokasi.. 22

10. Jenis Bibit Sucker (a), Crown (b), dan Macro section (c) .. 23 11. Mengukur Diameter Bonggol Sucker.. 23 12. Mesin Dipping 24 13. Kegiatan Penanaman 24 14. Pemupukan dengan Menggunakan Alat BSC...... 26 15. Kegiatan Forcing di Malam Hari 27 16. Tingkat Kematangan Buah yang di Panen di PT. GGP.. 28 17. Survey TMS pada Pengamatan Bobot Tanaman. 29 18. Pengukuran Warna Daun F-Leaf dengan BWD.. 30 19. Perbedaan Waktu Berbuah (a), Ukuran dan Kematangan Buah (b) pada Buah Alami.... 31 20. Sebaran Buah Alami berdasarkan Ukuran Bibit.. 32 21. Tanaman yang Berbuah Lebih Cepat dibandingkan Tanaman Sekitarnya. 35 22. Perbedaan Ukuran Bibit Sulam (a) dan Umur (b) Bibit Sulam terhadap Tanaman Asal 36 23. Perbedaan Ukuran Tanaman Buah Alami (kanan) dengan Tanaman Normal (kiri) 37 24. Tanah Retak-Retak dan Berlumut Akibat Terendam Air 40 25. Hubungan Rata-Rata Curah Hujan dan Rata-Rata Buah Alami Tahun 2003-2008.41

DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman

1. Tabel Pengamatan Persen Bunga Bulan Februari 2009 ..............................49 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Peta Plantation Group 1 PT. Great Giant Pineapple. ......50 Peta Lokasi 002B 51 Peta Lokasi 031B 52 Peta Lokasi 047E 53 Peta Lokasi 070H.. 54 Peta Lokasi 086A. 55 Peta Lokasi 068B 56 Struktur Organisasi PG 1 PT GGP.. 57

10. Kelas Bibit dan Kode Bibit di PT. GGP.. 58 11. Tabel Jumlah Titik pada Sebaran Buah Alami berdasarkan Ukuran Bibit................................................................................................59

PENDAHULUAN
Latar Belakang Nenas adalah komoditas hortikultura yang sangat potensial dan penting di dunia. Produksinya mencapai 20% produksi buah tropika dunia. Nenas

mendominasi perdagangan buah tropika dunia. Berdasarkan hasil statistik tahun 2000, perdagangan nenas mencapai 51% dari total 2.1 juta ton seluruh perdagangan buah dan Indonesia menempati posisi yang ketiga dari negara- negara penghasil nenas olahan dan segar setelah negara Thailand dan Philippina (Coveca, 2000). Produksi nenas di Indonesia pada tahun 2006 mencapai 1427.781 ton dan meningkat hampir dua kali lipat pada tahun 2007 dengan produksi mencapai 2237.858 ton (BPS, 2007). Indonesia hingga saat ini hanya mampu mengekspor sebagian kecil saja dari kebutuhan dunia. Padahal kebutuhan dunia semakin meningkat tiap tahun. Sehingga untuk memenuhi kebutuhan ini diperlukan pasokan nanas yang sangat besar. Salah satu produk nenas y ang memiliki nilai ekonomis besar yaitu nenas olahan. Volume ekspor terbesar untuk komoditas hortikultura berupa nanas olahan yaitu 49.32 % dari total ekspor hortikultura Indonesia tahun 2004 (Biro Pusat Statistik, 2005). Di Indonesia, salah satu perusahaan yang memproduksi nenas olahan

adalah PT Great Giant Pineapple (PT. GGP) yang terletak di Lampung. PT. GGP merupakan perkebunan pertama di Indonesia yang mengembangkan riset secara intensif dalam membudidayakan tanaman nenas jenis Smooth cayenne yang

cocok untuk dikalengkan. Dengan luas 32 200 Ha, kebun nenas di PT. GGP merupakan perkebunan nenas terbesar di dunia dan menjadi pemimpin produsen nenas olahan di Indonesia. PT. GGP telah mengekspor nenas ke lebih dari 50 negara dan mensuplai lebih dari 15% total kebutuhan nenas dunia, 40% diantaranya ke Eropa, 35% ke Amerika Utara dan 25% lainnya ke Asia Pacific. Produksi PT. GGP saat ini hampir mencapai 600 000 ton nanas segar per tahun.

2 Bahkan komoditas nanas kaleng asal Provinsi Lampung sudah meraih devisa US$ 28.15 juta) selama triwulan I tahun 2007 (Agribisnis Indonesia, 2008). PT. GGP sebagai produsen nenas terbesar di Indonesia, produksi tinggi merupakan salah satu hal yang menjadi perhatian penting. Masih banyak permasalahan yang ditemui meskipun sudah menerapkan teknologi dan sistem penanaman yang intensif. Hal ini menjadi tantangan bagi perusahaan untuk memecahkannya sehingga produksi bisa lebih meningkat. Salah satu

permasalahan dari produksi buah nenas yang dialami oleh PT. GGP adalah buah alami. Buah alami yaitu buah yang dihasilkan dari tanaman yang berbuah lebih cepat dari tanaman sekitarnya. Buah alami pada tanaman nanas merupakan masalah serius untuk perkebunan-perkebunan besar yang berskala komersial. Hal ini karena buah alami akan merusak rencana produksi. Buah alami yang tidak seragam umur buahnya menyebabkan perlu dilakukan penjadwalan khusus untuk pemanenan dan dilakukan secara manual sehingga akan meningkatkan biaya dan mengurangi efisiensi pemanenan dan kualitas panen. Selain itu buah alami juga akan mengurangi persentase dari buah yang akan dijual. Panen buah alami pada Januari - Mei 2009 di seluruh Plantation Group (PG) PT. GGP dapat mencapai 11.2% dari total nenas yang dipanen (Tabel 1).

Tabel 1. Persentase Panen Buah Alami terhadap Total Panen Buah Nenas PT. GGP Tahun 2009
PG I II III Jan-09 11.7% 35.3% 6.8% Feb-09 2.6% 4.6% 1.2% Mar-09 5.2% 2.2% 4.7% Apr-09 3.4% 0.6% 2.5% May-09 13.0% 3.2% 6.2%

Faktor-faktor penyebab buah alami

yang berhasil diidentifikasi akan

bermanfaat untuk perusahaan karena akan berpengaruh pada peningkatkan produksi dan efisiensi panen. Oleh karena dilakukan kegiatan magang yang mencoba menganalisis faktor- faktor yang mempengaruhi buah alami tanaman nenas di PT. GGP, Lampung Tengah.

3 Tujuan

1) Mendapatkan kemampuan teknis dan manajerial dalam usahatani tanaman nenas skala besar. 2) Mendapatkan kemampuan untuk menganalisis masalah dan mendapatkan solusi pemecahan masalah tersebut terutama faktor-faktor penyebab terjadinya buah alami. 3) Mengetahui karakteristik dan analisis pembungaan tanaman berbuah alami.

TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman Nenas Nenas merupakan tanaman buah yang memiliki nama ilmiah Anenas comosus. Dari hasil eksplorasi yang dilakukan, diketahui bahwa Amerika Selatan merupakan daerah asal tanaman nenas, yaitu daerah Brazil, Paraguay dan Argentina, karena di daerah tersebut banyak ditemukan jenis liarnya (Nakasone and Paull, 1998) Pada abad ke-16, tanaman nenas mulai dikenal di Filipina dan Malaysia, termasuk di Indonesia (Verheij dan Coronel, 1997). Nenas terdiri dari berbagai kultivar, terbagi dalam empat kelompok yaitu Cayenne, Queen, Spanish, dan Abacaxi (Samson, 1980). Berdasarkan

karakteristik tanaman dan buah nenas dapat dikelompokkan dalam lima kelompok yang berbeda yaitu Cayenne, Queen, Spanish, Abacaxi, dan Maipure. Pengelompokan tersebut biasanya dalam ukuran tanaman dan ukuran buah, warna dan rasa daging buah, serta pinggiran daun yang rata dan berduri (Nakasone dan Paull ,1999). Tanaman nenas memiliki nama tertentu di setiap daerah dan negara. Tanaman ini disebut pina (Spanyol), pineapple (Inggris), apangdan (Filipina), maneas (kamboja), yannat (Thailand), thom (Vietnam), neneh (Sumatera), ganas (Sunda) (Verheij dan Coronel, 1997). Menurut Verheij dan Coronel (1997), tanaman nenas berupa tanaman herba tahunan atau dua tahunan, tinggi 50-150 cm dengan sebaran daun sekitar 130-150 cm (Collins, 1968). Tanaman nenas termasuk famili Bromeliaceae dengan genus Ananas dan spesies Ananas comosus. Daunnya berbentuk pedang, panjangnya dapat mencapai 1 m atau lebih, lebarnya 5-8 cm, pinggirannya berduri atau hampir rata, berujung lancip, bagian atas daun berdaging, berserat, beralur, tersusun dalam spiral yang tertutup, bagian pangkalnya memeluk poros utama (Verheij dan Coronel, 1997). Menurut Collins (1968), bagian atas permukaan daun cukup halus, tapi bagian bawah permukaan daun berombak atau beralur. Batang tanaman nenas biasanya tertutup seluruhnya oleh daun dan akar sehingga batang tersebut terlihat setelah daun dan akar dibuang. Panjang batang

5 sekitar 20-25 cm dengan diameter sekitar 2 3.5 cm (Collins, 1968). Batang dari tanman nenas beruas-ruas pendek. Pada batang akan tumbuh tunas samping, tunas samping ini akan tumbuh menjadi cabang dan cabang ini dapat digunakan sebagai bahan perbanyakan tanaman (Ashari, 1995). Bunga nenas bersifat majemuk, memiliki banyak bunga (sampai 200 kuntum) yang tidak bertangkai dan bunganya berwarna merah keunguan (Verheij dan Coronel, 1997). Bunga nenas merupakan bunga sempurna yang mempunyai tiga kelopak (spalum), tiga mahkota (petalum), enam benang sari, dan sebuah putik dengan stigma bercabang tiga (Hutabarat, 2003). Buahnya berbentuk silinder dengan panjang 20 cm, diameter 14 cm, bobot 1-2,5 kg, dan dihiasi oleh suatu roset daun-daun pendek, tersusun spiral, yang disebut mahkota ( crown), daging buahnya kuning pucat sampai kuning keemasan, umumnya tidak berbiji (Verheij dan Coronel, 1997). Tanaman nenas memilki akar serabut yang banyak mengandung air. Akar nenas dangkal dan tersebar luas (Sunarjono, 2004). Perakaran pada tanaman nenas diklasifikasikan dalam tiga kelompok, yaitu akar primer, akar sekunder dan akar adventif (Collins, 1968). Perbanyakan pada tanaman nenas dapat dilakukan secara seksual maupun aseksual, tetapi karena perbanyakan aseksual lebih mudah, cepat dan hasil yang didapatkan lebih banyak maka perbanyakan secara aseksual lebih bnayak digunakan. Tunas akar (ratoon), tunas batang (sucker), tunas buah (slip ), anakan dan mahkota (crown) adalah bagian tanaman nenas yang dapat digunakan sebagai bahan perbanyakan. Tanaman nenas dapat juga diperbanyak dengan

menggunakan kultur jaringan. Lamanya waktu dari mulai tanam sampai panen tergantung pada bahan perbanyakan yang digunakan (Nakasone and Paull, 1998).

Ekologi Nenas Sunarjono (2004) menyatakan bahwa buah nenas dapat tumbuh pada keadaan iklim kering dan basah. Tanaman nenas memiliki kisaran curah hujan yang luas, sekitar 600 sampai lebih dari 3 500 per tahun dengan curah hujan yang optimum sekitar 1 000 1 500 per tahun (Nakasone and Paull, 1998). Nenas

6 cocok ditanam di ketinggian 800-1 200 m dpl. Pertumbuhan optimum tanaman nenas antara 100 - 1 200 m dpl. Pertumbuhan daun nenas mencapai maksimum pada suhu 32C dan pertumbuhan akar mencapai maksimum pada suhu 29C (Sanford, 1962). Suhu optimum untuk pertumbuhan tanaman nenas mendekati 25C, dengan suhu harian sekitar 10C. Menurut Verheij dan Coronel (1997), suhu optimal untuk pertumbuhan nenas adalah 23-32C. Tanaman nenas dapat tumbuh pada ketinggian 100-1 100 m diatas permukaan laut. Pada tempat yang lebih tinggi, biasanya uk uran buah akan semakin kecil dengan kandungan asam yang tinggi. Sinar matahari sangat penting untuk pertumbuhan tanaman nanas, karena sangat menentukan kualitas buah. Apabila tanaman terlalu banyak mendapat sinar matahari, tanaman akan menderita luka terbakar matahari pada buah yang hampir masak. Sebaliknya, apabila intensitas sinar matahari kurang maka pertumbuhan tanaman nenas akan terhambat, buah menjadi kecil, kualitas menurun dan kadar gula menurun (Deptan, 2004). Tanaman nenas tahan terhadap tanah asam yang memiliki pH 3-5 tetapi derajat keasaman yang cocok adalah dengan pH 4.5-6.5. Oleh karena itu, tanaman nenas bagus pula dikembangkan di lahan gambut. Nenas lebih cocok pada jenis tanah yang mengandung pasir, subur, gembur dan banyak mengandung bahan organik serta kandungan kapur rendah dapat juga tumbuh di bawah naungan pohon besar. Jika ditanam ditempat terbuka yang sangat panas, buah sering hangus (Sunarjono, 2004). Air sangat dibutuhkan dalam pertumbuhan tanaman nenas untuk penyerapan unsur- unsur hara yang dapat larut di dalamnya. Drainase pada tanaman nenas sangat penting karena nenas tidak toleran terhadap genangan air. Jumlah air minimum yang dibutuhkan untuk pertumbuhan yang baik sekitar 5 cm air per bulan. Ketika curah hujan kurang dari 5 cm per bulan, pertumbuhan akan terhambat, siklus panen akan lebih panjang dan rata-rata bobot buah akan berkurang (Bartholomew dan Paull, 2003).

7 Budidaya Nenas Keberhasilan penanaman nenas sangat ditentukan oleh kualitas bibit. Nenas dapat dikembangbiakan dengan cara vegetatif dan generatif. Cara vegetatif digunakan adalah tunas akar, tunas batang, tunas buah, mahkota buah dan stek batang. Bibit yang baik harus mempunyai daun-daun yang nampak tebal- tebal penuh berisi, bebas hama dan penyakit, mudah diperoleh dalam jumlah banyak, pertumbuhan relatif seragam serta mudah dalam pengangkutan terutama untuk bibit stek batang. Pembentukan bedengan dapat dilakukan bersamaan dengan pengolahan tanah untuk kedua kalinya yang sesuai dengan sistem tanam yang dipakai. Sistem petakan cukup dengan cara meratakan tanah, kemudian disekilingnya dibuat saluran pemasukan dan pembuangan air. Teknik penanaman nenas ada beberapa sistem tanam, yaitu sistem baris tunggal ( single row) dan sistem baris rangkap (double row). Single row pada umumnya menggunakan jarak tanam 30 x 60 cm sedangkan untuk double row menggunakan jarak tanam 30 cm x 40 cm x 90 cm. Kedalaman tanam sekitar 12 cm. Setelah ditanam tanah disekitar bibit sebaiknya dipadatkan agar bibit dapat berdiri kokoh sehingga perakaran jadi lebih baik (Samson, 1980). Pemeliharaan tanaman nenas meliputi penyulaman, penyiangan,

pembumbunan dan pemupukan. Kegiatan penyulaman nenas diperlukan, karena bibit nenas sering tidak tumbuh karena kesalahan teknis penanaman atau faktor bibit. Penyiangan diperlukan untuk membersihkan kebun nenas dari rumput liar dan gulma pesaing tanaman nenas dalam hal kebutuhan air, unsur hara dan sinar matahari. Rumput liar sering menjadi sarang penyakit. Waktu penyiangan tergantung dari pertumbuhan rumput liar di kebun. Setelah dilakukan penyiangan dilakukan pemupukan. Pembubunan dilakukan pada tepi bedengan yang seringkali longsor ketika diairi. Pembubunan berfungsi untuk memperbaiki struktur tanah dan akar yang keluar di permukaan tanah tertutup kembali sehingga tanaman nenas berdiri kuat. Pemupukan dilakukan setelah tanaman berumur 2-3 bulan dengan pupuk buatan. Pemupukan susulan berikutnya diulang tiap 3-4 bulan sekali sampai tanaman berbunga dan berbuah. Sekalipun tanaman nenas tahan terhadap iklim

8 kering, namun untuk pertumbuhan tanaman yang optimal diperlukan air yang cukup. Tanaman nenas dewasa masih perlu pengairan untuk merangsang pembungaan dan pembuahan secara optimal. Tanah yang terlalu kering dapat menyebabkan pertumbuhan nenas kerdil dan buahnya kecil-kecil. Waktu pengairan yang paling baik adalah sore dan pagi hari dengan menggunakan mesin penyemprot atau embrat (Deptan, 2004).

Panen Buah nenas yang masih muda memiliki mata buah yang berwarna abu-abu atau hijua muda. Sedangkan bila telah mencapai keadaan tua maka warnanya berangsur-angsur berubah menjadi hijau muda atau hijau tua. Kemudiaan saatnya telah matang maka mata buah akan berubah dari keadaan datar menjadi berlubang dibagian tengah. Akhirnya buah menjadi besar dan kurang keras dan lebih beraroma. Untuk jenis smooth cayenne warna buah akan berubah menjadi kuning muda atau kuning keemasan (Muljohardjo, 1983). Panen buah nenas dilakukan setelah nenas berumur 12-24 bulan, tergantung dari jenis dan ukuran bibit yang digunakan (Samson, 1980). Bibit yang berasal dari bibit besar dipanen pada umur 19 bulan, bibit yang berasal dari bibit sedang dipanen pada umur 21 bulan dan bibit yang berasal dari bibit ukuran kecil dipanen pada umur 23 bulan (GGPC, 2009). Panen nenas pada umumnya dilakukan secara manual dengan

menggunakan tangan. Untuk proses pengalengan, buah dipetik dan dimasukkan kedalam tas atau keranjang untuk dipindahkan dari areal. Buah yang sudah terkumpul akan dimasukkan ke dalam truk atau dibawa langsung ke pabrik pengalengan atau ke tempat tertentu dimana buah dikumpulan sebelum dibangkut ke pabrik pengalengan. Buah yang dipanen tidak boleh terkena sinar matahari langsung selama lebih dari beberapa jam karena akan menyebabkan sisi bagian terendah dari buah akan mudah terkena sunburn (Bartholomew dan Paull, 2003).

9 Kultivar Smooth Cayenne Jenis cayenne merupakan jenis nenas yang terkenal di dunia. Jenis ini sangat baik untuk dikalengkan. Tinggi batangnya 20-50 cm, dengan tangkai buah panjang 7-15 cm. Panjang daun mencapai 100 cm dan lebar kurang lebih 6.5 cm. Bentuk daun menyerupai saluran yang dangkal dengan pinggiran yang lurus. Permukaan daun bagian atas hijau tua dengan disertai adanya bercak-bercak berwarna merah coklat yang tidak teratur. Daunnya panjang melengkung lebar, sedangkan pangkalnya melekat dengan sudut yang tajam. Kultivar Smooth Cayenne memiliki daun yang tidak berduri, oleh karena itu disebut smooth. Jumlah bunga rata-rata 150, tetapi biasanya bervariasi bergantung pada lingkungannya. Warna daun bunga biru pucat dengan kilapan ungu yang tidak begitu jelas. Buahnya tumbuh di atas tangkai buah dengan ukuran yang berbedabeda dan rata-rata berat buah 2.5 kg. Bentuknya silindris dan mempunyai garis tengah yang lebih besar di bagian pangkal dan di bagian ujung. Buah yang mempunyai ukuran lebih besar dari rata-rata, biasanya pangkal pangkal ke ujung semakin meruncing bentuknya. Sedangkan buah yang ukurannya dibawah ratarata bentuknya hamper silindris (Muljohardjo, 1983). Kandungan asam dan gula pada varietas Smooth Cayenne lebih tinggi dibandingkan pada kebanyakan varietas lain (Collins, 1968). Siklus produksi Smooth Cayenne lebih panjang dibandingkan pada kebanyakan kultivar lain terutama pada iklim yang dingin. Smooth Cayenne sensitif terhadap banyak hama dan penyakit ( mealybug, fusarium, putus akar) dan pencoklatan daging buah (Rohrbach and Schmitt, 1994). Selain itu, Smooth Cayenne pun toleran terhadap Phytophtora sp. (Py and Teisson, 1987) dan tahan terhadap kegagalan buah yang disebabkan Erwinia chrysanthemi Burkbolder (Lim and Lowings, 1979).

Buah Alami Buah Alami (Natural Flowering) merupakan tanaman nanas yang berbunga sebelum forcing dilakukan (GGPC, 2009). Pembungaan pada tanaman nenas dapat terjadi secara alami, yang dipengaruhi oleh faktor iklim (panjang hari, suhu, radiasi matahari) dan dapat terjadi secara buatan dengan menggunakan bahan kimia (zat pengatur pertumbuhan) (Augusto, 2001). Menurut Bartholomew

10 dan Malezieux (1994), inisiasi pembungaan tanaman nanas dipengaruhi keadaan fisiologi, panjang hari, dan suhu. Buah alami pada tanaman nanas, selain merupakan faktor iklim, juga merupakan hasil tingkat pertumbuhan tanaman, dimana tanaman telah mencapai ukuran yang cukup untuk mendukung rangsangan lingkungan (Bartholomew dan Kadzimin, 1977). Induksi bunga secara alami sebelum waktu pelaksanaan forcing menjadi masalah penting. Kematangan buah alami yang tidak seragam akan merusak jadwal panen. Panen yang tidak seragam menyebabkan panen harus dilakukan secara manual sehingga menaikkan biaya produksi. Selain itu, buah yang muncul lebih awal dibandingkan tanaman lain yang masih berbunga berpotensi mengandung kandungan nitrat yang tinggi karena beberapa kali terkena aplikasi foliar (GGPC, 2009). Pada beberapa daerah, terutama daerah subtropik, dalam beberapa tahun, pembungaan yang terjadi lebih awal dapat mengakibatkan kehilangan hasil yang tinggi karena buah yang dihasilkan terlalu kecil atau terlalu sedikit untuk dipanen (Bartholomew dan Paull, 2003). Pembungaan tanaman nenas sebelum waktunya dapat dicegah jika : (1) pertumbuhan vegetatif tanaman dihambat sehingga tanaman tidak dapat berbunga pada waktunya ketika kondisi cuaca mendukung untuk terjadi bunga alami, (2) tingkat pertumbuhan tanaman ditingkatkan dengan melakukan pemupukan nitrogen dan irigasi, (3) biosintesis dan aplikasi etilen dapat menghambat dengan menggunakan bahan kimia (Augusto, 2004).

METODE MAGANG
Tempat dan Waktu Kegiatan magang dilaksanakan di perkebunan nenas milik PT. GGP Terbanggi Besar, Lampung Tengah, Propinsi Lampung. Magang dilaksanakan selama 4 bulan atau 16 minggu efektif yang dimulai sejak 12 Februari 2009 hingga 18 Juni 2009.

Metode Pelaksanaan Melakukan pekerjaan teknis dan manajerial meliputi pengamatan pembibitan, dipping, pengolahan tanah, penanaman, pengamatan berat tanaman, pengamatan persen bunga, pemanenan, penghitungan kadar klorofil pada daun, pengujian unsur hara tanaman dan pengamatan buah alami. Setelah semua kegiatan dilaksanakan, kegiatan berfokus pada pengamatan buah alami karena merupakan pemasalaha n yang dialami PT. Great Giant

Pineapple pada saat itu. Pengambilan data dan informasi dilakukan dengan dua cara, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer dilakukan dengan pengamatan langsung tanaman yang berbunga sebelum dilakukan forcing (buah alami) dan tanaman yang baru berbunga karena forcing (tanaman nomal) di lapangan kemudian dilakukan beberapa pengukuran. Data sekunder yang digunakan yaitu

pengamatan persen bunga bulan Maret 2009, data panen buah alami di seluruh lokasi Plantation Group (PG) 1 tahun 2008, produksi buah alami tahun 20032009, data sulam tahun 2006-2007, data curah hujan tahun 2003-2009, dan status lokasi tahun 2007. Sedangkan dari data panen buah alami tahun 2008, data sulam 2006-2007, dan status lokasi 2007 diambil 100 lokasi contoh untuk melihat hubungan antara parameter jenis bibit, persen sulam, dan waktu forcing terhadap banyaknya buah alami. Dari data yang ada dilakukan scatter plot untuk melihat sebaran buah alami pada setiap parameter. Setiap titik pada scatter plot merupakan lebih dari satu contoh memiliki nilai persen buah alami yang sama. Uji analisis ragam yang digunakan yaitu uji t.

12 Pelaksanaan Pengamatan Penetapan Lokasi Pengamatan Pengamatan dilakukan terhadap tanaman yang sudah dilakukan forcing sehingga dapat dilihat tanaman normal dan tanaman yang berbuah alami. Lokasi pengamatan ditentukan berdasarkan data sekunder. Data sekunder yang digunakan yaitu lokasi buah alami terbanyak pada saat pengamatan persen bunga bulan Februari 2009 (Lampiran 1). Penetapan lokasi yang akan diamati diupayakan dapat mewakili sebagian besar wilayah PG1. Oleh karena itu diambil enam lokasi yang mewakili enam wilayah di PG1 dengan buah alami terbanyak di setiap wilayahnya. Peta PG1 dan lokasi- lokasi yang dijadikan lokasi pengamatan dapat dilihat di Lampiran 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8.

Pengambilan Contoh Pengambilan contoh dilakukan secara acak di daerah pingir dan daerah tengah lokasi contoh. Contoh yang diambil berjumlah lima tanaman normal dan lima tanaman berbuah alami. Tanaman dicabut bersama akarnya untuk dilakukan pengamatan. Setelah dilakukan pengamatan, tanaman kembali ditanam.

Pengamatan Contoh Masing- masing dari tanaman normal dan berbuah alami diambil sebanyak lima tanaman dan dilakukan pengamatan : 1. Pengukuran panjang daun D -Leaf. Pengukuran panjang daun dilakukan pada daun yang terpanjang yang mewakili pertumbuhan tanaman. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan penggaris dan tali ukur dari ujung basal daun hingga ujung daun. 2. Jumlah daun. Pengukuran jumlah daun dihitung dari daun pangkal tanaman yang masih segar hingga daun terdekat buah. 3. Bobot tanaman. Pengukuran bobot tanaman dilakukan dengan mencabut tanaman. Akar tanaman dibersihkan dari tanah dan buah diambil kemudian tanaman ditimbang dengan timbangan 10 kg.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Manajemen Produksi PT. GGP

Profil Perusahaan

PT. GGP didirikan pada tanggal 14 Mei 1979 di Terbanggi Besar, Propinsi Lampung. Perusahaan ini merupakan perusahaan yang memiliki perkebunan pertama di Indonesia yang mengembangkan riset secara intensif dalam membudidayakan tanaman ne nas jenis Smooth cayenne yang cocok untuk dikalengkan. Sebelum fokus membudidayakan tanaman nenas, perusahaan pernah membudidayakan papermin, singkong, semangka, dan jagung. Namun dengan permasalahan yang banyak dialami dan belum dapat diatasi pada saat itu, akhirnya komoditas difokuskan pada budidaya tanaman nenas. Pada awal berdirinya

perusahaan yang bergerak di bidang pengalengan nenas ini dipelopori PT. Umas Jaya Farm. Kini dibawah naungan PT. Sewu Segar Group. PT. GGP berada bersama perusahaan agroindusti lain seperti PT. Nusantara Tropical Fruit (PT. NTF) dan PT. Great Giant Livestock (PT. GGLV). Selama 20 tahun lebih, PT. GGP telah mengembangkan industri ne nas untuk mencapai kualitas produk yang sempurna. Pada tahun 1983 PT. GGP membangun pabrik pengolahan nenas ditempat yang sama dengan lahan budidaya nenas. PT GGP mendorong untuk pengembangan dan peningkatan mutu varietas ne nas secara berkelanjutan melalui budidaya nanas yang intensif dan terintegrasi penuh dengan proses pengalengan nanas. Pada akhir tahun 1984, PT. GGP telah mampu mengekspor produk nanas kaleng sebanyak empat kontainer. Pada tahun 1989 perusahaan mengembangkan usaha dengan membangun pabrik untuk produksi konsentrat sari buah nanas (pineapple juice concentrate) yang memulai ekspor produk tersebut dalam kemasan aseptic pada tahun 1990 sebanyak 117 kontainer. Produksi nanas kaleng saat ini telah mencapai 10 000 kontainer per tahun.

14 PT. GGP telah berkembang pesat sejak memulai produksinya secara komersial. Pada saat ini PT. GGP merupakan perusahaan pengalengan ne nas ketiga terbesar di dunia setelah Dole dan Del Monte, dan telah membangun suatu reputasi pasar yang cukup kuat. PT. GGP mengekspor 99.8% dari produknya ke sekitar 30 negara di dunia, dan mensuplai sekitar 15% kebutuhan nanas kaleng dunia, yang 47.6% diantaranya ke Eropa, 4.6% ke Amerika, 7.7% ke Asia, dan 3.1% ke Australia .

Letak Geografi dan Administrasi PT. GGP secara administratif terletak di Terbanggi besar, Kabupaten Lampung Tengah, Provinsi Lampung. Perkebunan PT. GGP memiliki luas sekitar 32 200 ha (80 000 acre) dengan budidaya utama nanas varietas Smooth Cayenne. Perkebunan nanas PT. GGP berada pada 4
o o

59' Lintang Selatan dan 105

13'

Bujur Timur dan berjarak 77 Km dari Kota Lampung yang dapat ditempuh melalui jalur darat, laut dan udara. Area PG 1 PT. GGP di sebelah utara berbatasan dengan Desa Bandar Agung, Desa Lempayung Bandar, Desa Kayu Polis, Desa Bandar Sakti dan Desa Tanjung Anom. Sebelah barat berbatasan dengan CV. Bumi waras sedangkan di sebelah timur berbatasan dengan Desa Kijung.

Keadaan Iklim dan Tanah Rata-rata curah hujan tahunan mencapai 2 541 mm/tahun, dengan suhu berkisar antara 21-34 o C dan kelembaban udara 84 - 91% . Tanah di PT. GGP merupakan tanah ultisol yang merupakan tanah marginal dengan kandungan bahan organik yang rendah dan cukup masam. Perkebunan PT. GGP terletak diatas 46 m dpl dengan kemiringan 4 59.

15 Luas Areal dan Tata Guna Lahan PT. GGP memiliki lahan seluas 32 200 ha dengan status Hak Guna Usaha dan yang efektif ditanami baru seluas 20 000 ha.

Produksi Produk olahan dengan bahan baku buah nanas yang di produksi oleh PT. GGP antara lain : Nanas Kaleng, Coacktail, Concentrate, Juice nanas, Nata de coco, Tepung tapioka. Produksi PT GGP sampai sekarang ini sudah terjual ke 33 negara diantaranya : Amerika Serikat, negara-negara Eropa, Australia, Jepang, Kanada, Timur Tengah, Korea dan Taiwan. Perkembangan jumlah produksi olahan buah nenas PT. GGP tahun 1991-2003 dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Perkembangan Jumlah Produksi PT. GGP Tahun 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 Nanas segar (ton) 196 330 241 502 272 040 285 295 232 019 371 408 440 413 297 620 438 092 398 242 386 567 486 673 383 123 Nanas Kaleng (Sc) 2 976 128 3 896 057 4 778 159 4 831 030 3 658 719 6 176 559 7 209 272 4 304 868 5 979 246 5 735 263 5 457 657 6 697 539 5 871 948 Concentrate (galon) 1 334 943 2 464 302 3 699 302 2 959 297 2 939 645 5 076 638 6 163 608 3 452 279 5 575 554 4 499 397 4 340 374 5 425 588 4 412 312

16 PT. GGP mengekspor 99.8% dari produknya ke sekitar 30 negara di dunia, dan mensuplai sekitar 15% kebutuhan nanas kaleng dunia, yang 47.6% diantaranya ke Eropa, 4.6% ke Amerika, 7.7% ke Asia, dan 3.1% ke Australia.

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan Sumberdaya manusia PT.GGP banyak direkrut dari tenaga kerja yang berasal dari daerah sekitar perusahaan dengan tujuan untuk memberikan lapangan pekerjaan yang sekaligus dapat meningkatkan taraf perekonomian masyarakat sekitar. Jumlah dan perkembangan tenaga kerja PT. GGP tahun 1990-2007 dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Jumlah dan Perkembangan Tenaga Kerja PT. GGP Tahun 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 Karyawan Harian Tetap Tetap 1 084 1 596 1 246 1 468 1 565 1 819 1 926 2 179 2 278 2 531 2 538 3 343 3 691 3 669 3 640 3 581 3 547 3 470 3 451 2 149 3 252 3 269 3 448 3 704 4 165 3 900 3 965 3 551 4 548 5 496 6 047 5 604 6 212 6 273 5 218 5 136 Harian Lepas 3 045 3 507 5 643 5 650 8 947 9 012 1 0017 9 081 8 500 7 960 8 635 8 925 9 076 10 446 9 507 9 542 5 784 5 185 Harian Kontrak 263 250 Jumlah total 5 725 6 902 10 363 10 484 14 214 14 642 16 361 15 259 14 996 14 049 16 526 18 112 18 792 19 690 19 300 19 362 14 472 13 772

17

PT. GGP memperkerjakan sekitar 18 000 pekerja di perkebunan dan di pabrik. Jumlah tenaga kerja yang cukup banyak di PT. GGP membuat PT. GGP menempatkan keselamatan dan kesehatan kerja menjadi prioritas sehari- hari dalam bekerja untuk meningkatkan produktivitas. Dengan dukungan komitmen manajemen, PT. GGP memberikan kontribusi dengan menciptakan industri manufaktur yang ramah lingkungan. Keberhasilan perusahaan dapat dicapai karena pengembangan produksi yang inovatif dan mengusahakan kawasan produksi yang terpadu, serta dedikasi dan kualitas kerjasama yang baik dari seluruh karyawan. Agar proses produksi PT. GGP dapat berjalan dengan lancar maka dilakukan pembagian kerja yang jelas dan digambarkan dalam struktur organisasi (Lampiran 9). Lahan PT. GGP seluas 32 200 ha dibagi menjadi tiga areal produksi yang dinamakan Plantation Group (PG) 1, PG2, dan PG 3. Setiap PG memiliki luas kurang lebih 8 000 ha dan dipimpin oleh seorang manager. Manager bertanggung jawab atas semua kegiatan produksi di PG. Seluruh aktivitas produksi di PG dapat dikelompokkan menjadi perawatan tanaman, research, pengadaan lahan dan panen. Setiap aktivitas produksi dipimpin oleh seorang kepala bagian (Kabag). Untuk membantu dalam pengontrolan dan pengelolaan plantation, maka manager dibantu oleh enam kepala wilayah (kawil) dimana setiap kawil diberi tanggung jawab untuk mengelola 1 300 ha. Setiap kawil membawahi beberapa mandor wilayah seperti mandor tanam, mandor panen, mandor forcing, mandor bibit, dan lain- lain. Mandor memiliki beberapa buruh harian lepas dalam menjalankan tugasnya.

Kegiatan Budidaya Nenas PT. GGP

Persiapan Lahan Persiapan lahan (land preparation) merupakan seluruh kegiatan sebelum lahan siap ditanami tanaman nenas. Seluruh kegiatan land preparation menggunakan mesin. Kegiatan land preparation antara lain :

18 1. Penghancuran Sisa Tanaman Nenas Kegiatan penghancuran tanaman nanas dilakukan secara mekanis dengan menggunakan alat yang disebut chopper. Chopper akan mencacah menjadi potongan-potongan kecil dan diharapkan potongan-potongan kecil tanaman nenas tersebut dapat mempercepat proses pembusukan dan menyuburkan tanah (Gambar 1).

Gambar 1. Penghancuran Sisa Tanaman Nenas dengan Menggunakan Chopper 2. Penggaruan (Harrowing) Penggaruan bertujuan untuk menghancurkan bongkahan-bongkahan tanah menjadi granulasi (butiran tanah) yang lebih halus (kecil), sehingga tercipta sistem aerasi, drainase dan struktur tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman nanas. Disamping itu penggaruan juga bertujuan untuk mematikan tanaman pengganggu (gulma), semak belukar, mencacah serasah tanaman sebelumnya, meratakan bekas guludan dan mencampur dengan tanah pada kedalaman tanah. Penggaruan menggunakan alat yang disebut Rotary Hallow (Gambar 2).

Gambar 2. Penggaruan dengan Menggunakan Rotary Harrow

19 3. Pembajakan (Ploughing ) Pembajakan yaitu membalik dan menggemburkan tanah pada kedalaman tertentu. Untuk lahan yang banyak tumbuh gulma alang-alang pembajakan Alat yang digunakan Molboard

dilakukan lebih dalam untuk mematikannya. Plow dan Diskplow (Gambar 3).

Gambar 3. Pembajakan dengan Mengunakan Molboard Plow dan Diskplow

4. Penggaruan Akhir Penggaruan akhir merupakan kegiatan melembutkan bongkahanAlat yang

bongkahan tanah dan sekaligus meratakan permukaan tanahnya.

digunakan sama dengan kegiatan penggaruan yaitu Rotary Harrow (Gambar 4).

Gambar 4. Penggaruan Akhir dengan Alat Rotary Harrow

20

5. Penghancuran Agregat Penghancuran agregat menggunakan alat Cultivator-Celly yang bertujuan agar bongkahan-bongkahan tanah menjadi lembut dan kecil-kecil (Gambar 5).

Gambar 5. Penghancuran agregat dengan alat Cultivator-Celly

6. Pemecahan Lapisan Dalam Setelah bongkahan-bongkahan tanah menjadi lembut dan kecil-kecil, kegiatan selanjutnya yaitu pemecahan lapisan dalam. Pemecahan lapisan dalam merupakan kegiatan penghancuran tanah dibawah lapisan topsoil dengan tujuan untuk menciptakan interna l drainase yang lebih baik. Alat yang digunakan adalah Subsoiler (Gambar 6).

Gambar 6. Pemecahan Lapisan Dalam dengan Alat Subsoiler

21 7. Pembuatan Guludan Pembuatan guludan bertujuan membuat tempat penanaman tanaman. Alat yang digunakan yaitu Disk Ridger (Gambar 7).

Gambar 7. Pembuatan Guludan dengan Alat Disk Ridger

8. Pembuatan Jalan dan Saluran Air Kegiatan persiapan lahan terakhir yaitu pembuatan jalan. Beberapa jenis jalan pada lahan yaitu jalan plot untuk membedakan plot dalam satu seksi, jalan blok atau jalan seksi untuk membedakan antara seksi yang satu dengan seksi yang lain termasuk jalan transportasi kendaraan di lahan. Selain pembuatan jalan juga dibuat saluran air. Saluran air terdiri dari saluran sekunder dan tersier. Saluran air yang dibuat bertujuan agar dapat menampung air pada musim kemarau dan memperlancar aliran air pada musim hujan agar tanaman nenas tidak tergenang. Alat yang digunakan untuk pembuatan jalan dan saluran air yaitu motor grader. Lahan yang sudah dibuat jalan dan saluran air siap untuk ditanami (Gambar 8).

Gambar 8. Lahan yang Sudah dibuat Jalan dan Saluran air

22 Pemetaan dan Desain Pemetaan dan desain dilakukan sebelum penanaman pada lahan yang

sudah siap. Pemetaan dan desain yang dilakukan antara lain pemetaan topografi, gambar desain lokasi, pemetaan luas, dan gambar luas lokasi (Gambar 9). Peta dan gambar lokasi akan memudahkan dalam mencari lokasi untuk melaksanakan kegiatan penanaman, perawatan tanaman dan panen.

Gambar 9. Contoh Desain Lokasi Pembibitan dan Penanaman Kegiatan dan pembibitan yang dilakukan antara lain: 1. Asal bibit Bibit diperoleh dari lokasi panen produksi yang berarti berasal dari tanaman sebelumnya yang telah selesai dipanen. Bibit yang digunakan di PT. GGP terdiri dari tiga jenis, yaitu sucker, crown dan macro section. Sucker berasal dari anakan yang tumbuh pada tanaman nenas, sedangkan crown didapat dari mahkota bunga yang dipishkan dari buah yang sudah dipanen. Macro section merupakan tunas yang tumbuh pada bagian batang tanaman yang dipotong-potong 3-5 cm yang ditumbuhkan di pembibitan. Jenis bibit sucker, crown dan macro section dapat dilihat pada Gambar 10.

23

(a)

(b)

(c)

Gambar 10. Jenis Bibit Sucker (a), Crown (b), dan Macro section (c)

2. Seleksi Bibit Bibit yang sudah dipanen dikelompokan berdasarkan ukuran besar, sedang dan kecil. Ukuran bibit sucker dibedakan berdasarkan diameter bonggol (Gambar 11). Pembagiannya yaitu sucker besar 4.2-5 cm, sucker sedang 3.5-4.2 cm dan sucker kecil 2.5-3.5 cm. Sedangkan pada bibit crown dibedakan berdasarkan panjang bibit. Pembagiannya yaitu crown besar 25-33 cm, crown sedang dan crown kecil 15-16 cm dan 12-14 cm. Bibit macro section dibedakan berdasarkan panjang bibit sesuai dengan bibit crown dengan pembagian ukuran yang sama. Setelah bibit dibedakan berdasarkan ukuran selanjutnya bibit diberi kode (Lampiran 3). Pengkodean bibit akan memudahkan dalam mengetahui jenis bibit yang dipakai di suatu lahan.

Gambar 11. Mengukur Diameter Bonggol Sucker 3. Dipping Dipping adalah proses pencelupan seluruh bibit dengan larutan pestisida yaitu insektisida dan fungisida sebelum dibawa ke lokasi tanam. Seluruh bibit

24 yang diangkut akan celupkan ke dalam kolam berisi cairan insektisida dan fungisida di mesin dipping (Gambar 12). Dipping bertujuan untuk melindungi bibit dari serangan hama mealybug dan jamur (Pythopthora serta Thilaviopsis ).

Gambar 12. Mesin Dipping

4. Penanaman Setelah bibit dilakukan dipping, bibit dibawa ke lokasi tanam untuk dilakukan penanaman. Ada dua jenis jarak tanam yang digunakan di PT. GGP yaitu jarak tanam 27.5 cm x 60 cm atau 25 cm x 60 cm dengan kedalaman sekitar 30 cm. Kegiatan penanaman dilakukan secara manual menggunakan alat koret kecil atau koret (Gambar 13).

Gambar 13. Kegiatan Penanaman

25 Perawatan Kebun Perawatan kebun dilakukan setelah tanaman ditanam dengan tujuan tanaman dapat tumbuh dengan baik dan menghasilkan buah yang baik. Beberapa kegiatan perawatan antara lain:

1. Pengendalian Gulma Agar tanaman nenas dapat tumbuh dengan baik maka tumbuhan yang menjadi penggangu harus dikendalikan. Pada umumnya gulma yang ada pada tanaman nenas tumbuh disekitar tanaman nenas yang menyebabkan persaingan dalam mendapatkan unsur hara maupun tumbuh dengan menutupi tanaman nenas sehingga menghalangi tanaman nenas mendapatkan cahaya matahari. Tanaman nenas yang terserang gulma dengan tingkat serangan yang tinggi menyebabkan terhambat pertumbuhannya. Hal ini menyebabkan tanaman menjadi kerdil, tidak berbuah bahkan mati. Kegiatan pengendalian gulma meliputi Pre emergence

(pencegahan serangan) baik sebelum maupun setelah tanam, kegiatan aplikasi post emergence (penanganan ketika serangan) maupun aktivitas manual weeding(pencabutan gulma) yang dilakukan dengan mencabut gulma yang sudah tumbuh dan sulit dikendalikan dengan bahan herbisida.

2. Pemupukan Pemupukan dilakukan dengan tujuan memberikan unsur hara pada tanaman nenas. Terdapat dua cara aplikasi pemupukan di PT. GGP. Pertama, pemupukan manual (aplikasi ditugal/pada pangkal bawah tanaman) yang

menggunakan pupuk komposit (urea, TSP dan Kiserit). Kedua, pemupukan foliar spray (pupuk daun dengan menggunakan unit Boom Spraying Cameco (BSC) (Gambar 14). Adapun pupuk yang digunakan yaitu yang water soluble seperti urea, K2SO4, MgSO4, FeSO4, ZnSO4, serta Borax.

26

Gambar 14. Pemupukan dengan Menggunakan Alat BSC

3. Pengendalian Hama dan Penyakit Pengendalian hama dan penyakit merupakan pengendalian hama yang berupa mealybug, semut serta fungi-jamur dengan cara menyemprot tanaman dengan insektisida dan fungisida yang dilakukan bersamaan dengan aplikasi foliar spray, sedangkan untuk pengendalian semut dilakukan dengan memasang umpan semut untuk membunuh koloni semut dan ratu-nya. Tingkat serangan hama dan penyakit yang tinggi dapat menyebabkan kehilangan hasil yang tinggi karena tanaman dapat tidak berbuah bahkan mati.

4. Sanitasi Kebun Sanitasi kebun yaitu kegiatan untuk membersihkan lokasi kebun dari sampah dan tumpukan hasil pengumpula n bonggol sucker, cabutan tanaman nanas liar dan rumput hasil weeding. Hal ini dilakukan untuk mengurangi populasi semut dan mengurangi inang mealybug.

Forcing dan Pemanenan Forcing dan pemanenan dilakukan dari masa tanaman nenas siap berbunga sampai buah tanaman nenas dipanen. Beberapa kegiatannya antara lain :

1. Forcing Forcing adalah kegiatan perangsangan pembungaan yang dilakukan oleh unit Boom Spraying Cameco (BSC). Forcing dilakukan dengan tujuan untuk menyeragamkan pembungaan pada tanaman nenas sehingga panen dapat

27 dilakukan secara serempak. Forcing menggunakan bahan gas etilen yang

dicampur dengan kaolin sebagai adsorben dan dilakukan pada malam hari karena pada malam hari stomata tanaman nanas membuka dan suhu ideal untuk tanaman agar berhasil berbunga yaitu dibawah 24C (Gambar 15).

Gambar 15. Kegiatan Forcing di Malam Hari

2. Ripening Ripening yaitu proses aplikasi bahan etepon pada buah yang berumur 3-5 hari sebelum panen agar buah dapat masak atau matang seragam. Kegiatan ripening menggunakan alat BSC.

3. Panen Panen merupakan kegiatan pemetikan buah nanas di lokasi panen. Pada umumnya panen yang dilakukan di PT. GGP pada umur buah 145 hari setelah forcing dengan menggunakan alat Harvester Cameco (HVC). Buah matang yang dipanen memiliki kriteria tertentu. Buah dengan kematangan 60-70% dengan ciriciri bagian bawah nenas berwarna kuning hingga sedikit ke bagian tengah merupakan matang yang paling baik (Gambar 16). Buah nenas yang kematangannya kurang ataupun terlalu matang akan dijadikan concentrate dan juice nanas.

28

Gambar 16. Tingkat Kematangan Buah yang di Panen di PT. GGP

Kegiatan Selama Magang

Pengamatan Aspek Teknis dan Manajerial Pengamatan aspek teknis dan manajerial dilakukan selama 2 bulan yang terdiri dari orientasi kebun dan pengamatan time motion study (survey waktu kerja), penghitungan kadar klorofil pada daun, dan pengujian unsur hara tanaman.

1. Survey Time Motion Study Orientasi kebun dan Time motion study (TMS) dilakukan bersamaan selama 3 minggu. Surve y TMS yaitu menghitung efektifitas jam kerja staf Agri research sebagai quality control (pengamat) dalam melaksanakan aktivitasnya. Tujuan dari survey ini adalah mengukur efektifitas jam kerja pengamat selama ini sehingga dapat diketahui kesesuaian produktivitas pengamat dengan upah yang mereka dapat. Beberapa pengamat yang diamati yaitu pada proses dipping, penanaman bibit, pengolahan tanah, pengamatan bobot tanaman, pengamatan persen bunga, pengambilan contoh tanah, pengambilan contoh daun, penghitungan populasi semut dan panen. Bentuk survey yang dilakukan yaitu mengikuti seluruh aktivitas pengamat sejak berangkat kerja hingga pulang dan mencatat waktu yang dibutuhkan mereka dalam setiap aktivitasnya, baik ketika bekerja maupun

29 istirahat (Gambar 17). Kegiatan dilakukan di tiga divisi PG1 yaitu divisi Lakop yang berada di PG 1, divisi Kijung yang berada di bagian timur PG 1 dan divisi Dua di bagian barat PG 1.

Gambar 17. Survey TMS pada Pengamatan Bobot Tanaman

2. Norm Reference Norm reference merupakan salah satu riset yang dilakukan oleh Agri Research PG 1 PT. GGP. Tujuan dari riset ini yaitu dapat mengetahui defisiensi tersembunyi pada tanaman nenas. Agri Research PG 1 memiliki hipotesa bahwa ketidakseragaman pertumbuhan pada tanaman nenas bukan disebabkan karena kekurangan atau kelebihan dalam pemberian unsur hara melainkan ada rasio unsur hara yang tidak sesuai. Rasio unsur hara yang diamati yaitu N/P, N/K, Ca/Mg, dan K/Mg dan Fe/Zn. Pengambilan contoh dilakukan dengan cara mengambil tanaman nenas dengan kategori sangat kecil, sedang dan besar. Setiap kategori diambil sepuluh tanaman. Pengambilan contoh dilakukan pada tiga fase pertumbuhan yaitu fase balibu (dibawah lima bulan), fase cepat (6-10 bulan) dan fase lambat (>10 bulan). Tanaman contoh yang sudah diambil lalu dihitung jumlah daun, bobot tanaman, panjang daun, lebar daun dan warna daun D-Leaf . Daun D-Leaf yang sudah diamati kemudian dianalisis di laboratorium untuk mengetahui kandungan unsur hara mikro dan makronya.

3. Analisis Bagan Warna Daun (BWD) versus Analisis Daun Pada umumnya, cara yang dilakukan di PT. GGP untuk mengetahui kandungan klorofil pada daun yaitu dengan menganalisis di laboratorium atau

30 dengan klorofilmeter. Klorofilmeter yang jumlahnya terbatas dan harga yang cukup mahal serta biaya analisis daun yang cukup maha l menjadi pertimbangan untuk dapat menemukan cara lain dalam mengukur kandungan klorofil dengan hasil yang akurat. Analisis BWD diharapkan dapat mengganti penggunaan klorofilmeter dan analisis daun di laboratorium. Cara yang digunakan yaitu memberikan nilai pada setiap level warna daun antar 0-25%, 25-50%, 50-75%, >75% (keterangan : Nilai tersebut merupakan persen pupuk yang tidak terserap ) kemudian dicocokkan dengan warna daun pupus (F-Leaf ) (Gambar 18). Setiap daun F-Leaf pada level warna daun kemudian diukur dengan klorofilmeter atau dianalisis untuk mendapatkan nilai kandungan klorofil. Hasil pengukuran warna daun dengan BWD kemudian dibandingkan dengan hasil pengukuran

klorofilmeter dan analisis daun.

Gambar 18. Pengukuran Warna Daun F-Leaf dengan BWD

4. Mengikuti aktivitas kebun dan perkantoran Tujuan mengikuti aktivitas kebun adalah untuk menambah wawasan dan pengalaman mengenai aspek teknis dan manajerial di kebun. Beberapa kegiatan yang diikuti yaitu pengamatan pembibitan, dipping, pengolahan tanah, penanaman, pengamatan bobot tanaman, pengamatan persen bunga, pemanenan, penghitungan kadar klorofil pada daun, pengujian unsur hara tanaman. Kegiatan perkantoran yang diikuti yaitu apel rutin yang dilaksanakan setiap Jumat pagi.

31 Pengamatan Buah Alami

Buah alami merupakan istilah untuk tanaman nenas yang berbunga sebelum dilalukan forcing. Tanaman-tanaman yang berbunga terlebih dahulu dibandingkan tanaman lain menyebabkan ketidakseragaman dalam waktu berbuah Ketidakseragaman yang terjadi tidak hanya berupa waktu berbuah tetapi juga pada ukuran dan kematangan buah (Gambar 19).

(a)

(b)

Gambar 19. Perbedaan Waktu Berbuah (a), Ukuran dan Kematangan Buah (b) pada Buah Alami Beberapa faktor yang diduga berpengaruh terhadap adanya buah alami yaitu ukuran bibit yang digunakan, pelaksanaan waktu forcing, persentase sulaman dan curah hujan. 1. Sebaran Buah Alami berdasarkan Ukuran Bibit Perbanyakan bibit tanaman nenas pada umumnya dilakukan melalui perbanyakan vegetatif yaitu tunas akar, tunas batang, tunas buah, mahkota buah dan stek batang. Jenis bibit yang digunakan di PT. GGP pada umumnya adalah tunas akar (sucker) dan mahkota buah ( crown). Berdasarkan ukurannya bibit dikelompokkan menjadi bibit dengan ukuran besar, sedang dan kecil. PT. GGP me miliki alat dan standar ukuran sendiri dalam mengelompokkan bibit berdasarkan ukurannya. Pengelompokkan seperti ini diharapkan dapat menseragamkan pertumbuhan tanaman sehingga memudahkan

32 dalam perawatan tanaman, penentuan waktu forcing maupun panen. Bibit bibit yang sudah dikelompokkan berdasarkan jenis dan ukurannya selanjutnya akan ditanam dengan jarak tanam dan kedalaman yang sama. Ukuran bibit diduga berpengaruh terhadap adanya buah alami. Bibit-bibit yang berukuran besar dengan tingkat pertumbuhan yang lebih cepat berpeluang menghasilkan bunga yang lebih cepat dibandingkan bibit-bibit yang berasal dari bibit-bibit dengan ukuran sedang maupun kecil. Untuk membuktikan hal ini, dari 100 lokasi contoh panen buah alami PG 1 tahun 2008 dikelompokkan berdasarkan umur forcingn ya. Kemudian dilakukan scatter plot untuk melihat sebarannya (Gambar 20).

0,4

0,3 % buah alami

0,2

0,1

0,0 14 15 16 std umur 17 18

Gambar 20. Sebaran Buah Alami berdasarkan Ukuran Bibit Dari Gambar 20 terlihat bahwa sebaran buah alami banyak terjadi pada standar umur bibit 14 bulan (bibit besar) dibandingkan bibit 16 bulan (bibit sedang) dan 18 bulan (bibit kecil). Berdasarkan data tersebut, bibit besar

memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk menghasilkan buah alami dibandingkan bibit sedang dan bibit kecil.

Uji t digunakan untuk membandingkan persentase buah alami dari bibit besar terhadap bibit sedang, bibit besar terhadap bibit kecil dan bibit sedang

33 terhadap bibit kecil. Hasil uji t menunjukkan ada perbedaan nyata antara bibit besar terhadap bibit sedang dan kecil sedangkan antara bibit sedang terhadap bibit kecil tidak berbeda nyata (Tabel 4).

Tabel 4. Hubungan Jenis bibit terhadap Buah Alami Jenis bibit Bibit Besar Bibit Sedang Bibit Kecil Buah Alami (%) 0.12a 0.107 0.04bc 0.0418 0.03bc 0.0313

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji t taraf 5%

Sucker dapat disimpan tanpa mengalami kemunduran vigor. Sucker berukuran besar dapat mencapai lebih dari 1.5 kg. Bibit sucker dapat mencapai berat forcing yang lebih cepat dibandingkan slip atau crown. Bibit besar terutama yang berasal dari sucker memiliki pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan bibit sedang dan bibit kecil. Hal ini dapat dilihat dari pelaksanaan waktu forcing. Bibit besar dilakukan forcing pada umur 14 bulan sedangkan bibit sedang pada umur 16 bulan dan bibit kecil pada umur 18 bulan. Umur forcing bibit besar lebih cepat dibandingkan bibit sedang dan bibit kecil. Pertumbuhan yang lebih cepat inilah yang diduga menyebabkan peluang buah alami dari bibit besar lebih tinggi dibandingkan dari bibit sedang maupun bibit kecil.

2. Sebaran Buah Alami berdasarkan Waktu Forcing Forcing dilakukan untuk menseragamkan pembungaan pada tanaman nenas dengan menggunakan bahan gas etilen. Penentuan waktu forcing berdasarkan jenis bibit. Bibit yang berukuran besar memiliki umur forcing yang lebih cepat dibandingkan bibit sedang dan bibit kecil. Namun terkadang terjadi ketidakseragaman pertumbuhan pada satu kelas ukuran bibit yang sama. Hal ini

34 menyebabkan forcing diundur atau dimajukan sesuai dengan kondisi tanaman. Forcing yang diundur dan dimajukan ini diduga berpengaruh terhadap adanya buah alami. Berdasarkan uji t dengan taraf 5% terlihat bahwa forcing yang dipercepat maupun diundur tidak berbeda nyata di bandingkan forcing yang dilakukan tepat waktu. Persentase dan sebaran buah alami terbanyak terjadi pada pelaksanaan forcing yang diundur 1 bulan (Tabel 5).

Tabel 5. Hubungan Waktu Forcing dengan Buah Alami Waktu Forcing Cepat 2 bulan Cepat 1 bulan Tepat Waktu Undur 1 bulan Undur 2 bulan Buah Alami (%) 4.29 0.0520 5.44 0.0629 6.20 0.0749 6.97 0.0992 3.17 0.0400

Dari Tabel 5 terlihat bahwa sebaran buah alami banyak terjadi pada forcing yang diundur 1 bulan kemudian menurun pada forcing yang tepat waktu, forcing yang dipercepat 1 bulan dan dipercepat 2 bulan. Pengunduran jadwal forcing diduga menghasilkan buah alami yang lebih banyak dibandingkan forcing yang dilakukan tepat waktu ataupun yang dipercepat. Pengunduran forcing pada umumnya dilakukan karena ukuran bibit di lapangan yang terlihat belum cukup besar ketika pengamatan berat tanaman sebelum di forcing. Pengunduran forcing yang dilakukan menyebabkan tanamantanaman yang sudah siap untuk berbunga menjadi berbunga sementara forcing belum diaplikasikan. Tanamantanaman yang sudah berbunga terlebih dahulu akan menghasilkan buah lebih cepat sedangkan tanaman-tanaman ya ng lain baru berbunga (Gambar 21).

35

Gambar 21. Tanaman yang Berbuah Lebih Cepat dibandingkan Tanaman Sekitarnya Keberhasilan forcing berhubungan dengan sensitivitas tanaman untuk induksi, misalnya kemungkinan terjadinya induksi alami. Pada umumnya forcing berhasil terhadap tanaman dengan sensitivitas yang tinggi. Keberhasilan forcing merupakan tanda dari waktunya induksi bunga tanaman nenas. Pertumbuhan dan pembesaran buah dapat mencapai optimum ketika kondisi pertumbuhan tanaman pun optimum (Bartholomew dan Paull, 2003).

3. Sebaran Buah Alami berdasarkan Persen Sulam Sulaman merupakan cara yang dilakukan untuk mempertahankan populasi tanaman. Tanaman nenas yang terserang penyakit seperti mealybug dan busuk akar apabila tidak mati maka akan menghasilkan buah yang kecil yang akan berpengaruh terhadap produktivitas. Di PT. GGP, tanaman nenas yang baru ditanam beberapa bulan dan mati karena penyakit akan segera disulam dengan bibit lain. Pada umumnya bibit yang digunakan sebagai sulaman yaitu bibit sucker besar. Hal ini dilakukan karena bibit sulam diharapkan mengimbangi pertumbuhan tanaman asal disekitarnya. Persentase sulam yang tinggi diduga berpengaruh terhadap tingginya buah alami. Hal ini dikarenakan terdapat perbedaan ukuran dan umur bibit yang digunakan terhadap bibit tanaman asal (Gambar 22).

36

(a)

(b)

Gambar 22. Perbedaan Ukuran Bibit Sulam (a) dan Umur Fisiologis (b) Bibit Sulam terhadap Tanaman Asal

Berdasarkan Tabel 6 terlihat bahwa persen sulam yang kurang dari 5% memiliki persen buah alami yang lebih tinggi dibandingkan sula man di atas 25%. Hal ini bertolak belakang dengan dugaan bahwa semakin tinggi persen sulam menyebabkan buah alami yang semakin tinggi.

Tabel 6. Hubungan Persen Sulam dengan Buah Alami Persen sulam <5% 5-10% 10-15% 15-20% 20-25% >25% Buah Alami (%) 6.44 5.20 3.27 6.42 3.00 0.48

Bibit sulam yang digunakan di PT.GGP berasal dari sucker yang diambil dari tanaman induk. Sucker pada umumnya muncul pada tanaman induk beberapa minggu setelah tanaman dipanen (Barholomew dan Paull,2003). Namun terdapat beberapa tanaman nenas dimana sucker muncul ketika tanaman nenas baru

37 berbuah. Bibit sucker yang berasal dari sucker yang diambil dari tanaman yang sudah dipanen dan yang berasal dari tanaman yang belum dipanen menyebabkan terjadinya perbedaan umur fisiologis ketika ditanam. Bibit sulam yang berasal dari tanaman yang baru berbuah kemungkinan untuk terkena ripening sangat besar. Ripening dilakukan ketika tanaman nenas sudah berbuah dan bertujuan untuk menseragamkan kematangan buah dengan menggunakan bahan ethepon (GGP, 2009). Bahan ethepon terkadang

diaplikasikan bersama etilen saat forcing. Sucker yang terkena aplikasi ripening menjadi lebih siap berbunga setelah terkena ethepon. Sedangkan bibit yang berasal dari tanaman yang sudah dipanen tidak terkena aplikasi ripening sehingga bila ditanam bersamaan meskipun jenis dan ukuran bibit sama tetapi umur fisiologisnya berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa penyulaman tidak berdampak terhadap banyaknya buah alami karena terdapat faktor lain yang lebih berpengaruh seperti umur fisiologis bibit.

Karakteristik Buah Alami berdasarkan Bobot Tanaman, Panjang Daun dan Jumlah Daun

Tanaman yang berbuah alami memiliki waktu pembungaan yang lebih cepat dibandingkan tanaman normal. Waktu pembungaan yang lebih cepat diduga berpengaruh terhadap pertumbuhan ve getatif yang lebih cepat pula sehingga terdapat dugaan bahwa tanaman berbuah alami berasal dari tanaman nenas yang pertumbuhan vegetatifnya lebih tinggi (vigor) (Gambar 23).

Gambar 23. Perbedaan Uk uran Tanaman Buah Alami (kiri) dengan Tanaman Normal (kanan)

38

Tabel 7. Perbandingan Bobot Tanaman pada Tanaman Buah Alami dan Tanaman Normal Kebun Kebun Kebun Kebun Kebun Kebun Rerata Perlakuan 047E 086A 031B 002B 068B 070H Perlakuan Buah Alami 4.58 3.36 4.19 3.93 4.58 5.86 4.42 Tanaman Normal 4.76 3.41 2.53 3.42 3.83 3.81 3.63

Tabel 8. Perbandingan Panjang Normal Kebun Kebun Perlakuan 047E 086A Buah Alami 76.5 94.8 Tanaman Normal 79.4 77.16

Daun pada Tanaman Buah Alami dan Tanaman Kebun 031B 75.3 80.5 Kebun 002B 77.1 77.4 Kebun 068B 78.64 82.04 Kebun Rerata 070H Perlakuan 74.3 81.22 79.44 79.62

Tabel 9. Perbandingan Jumlah Daun pada Tanaman Buah Alami dan Tanaman Normal Kebun Kebun Kebun Kebun Kebun Kebun Rerata Perlakuan 047E 086A 031B 002B 068B 070H Perlakuan Buah Alami 69 55 72 73 70 90 72 Tanaman Normal 62 72 46 71 59 72 64 Hasil analisis statistik menunjukkan tidak ada perbedaan nyata antara buah alami dan tanaman normal berdasarkan bobot tanaman, jumlah daun dan panjang daun. Hal ini menunjukkan bahwa buah alami tidak disebabkan oleh faktor genetik namun diduga terdapat faktor lain seperti faktor fisiologis dan lingkungan yang lebih berpengaruh terhadap adanya buah alami. Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap bunga alami yaitu panjang hari, suhu dan radiasi sinar matahari. Menurut Taiz dan Zeiger (1991), Smooth Cayenne merupakan varietas tanaman dengan panjang hari yang pendek, misalnya pembungaan dapat terjadi pada panjang hari berapapun namun dapat dipercepat

39 dengan panjang hari yang lebih pendek. Induksi bunga pada Smooth Cayenne lebih mudah terjadi pada panjang hari 8 jam sehari dibandingkan 10,12 atau 16 jam sehari (Friend dan Lydon ,1979). Gowing (1961) mencoba menggunakan Smooth cayenne pada suhu dimalam hari dari 15, 23 dan 26C. Berdasarkan hasil percobaannya ditemukan bahwa suhu 15C pada malam hari menginduksi pembungaan ketika ada kombinasi dengan panjang hari yang pendek selama 30 hari. Selain itu terdapat bukti yang menunjukkan bahwa radiasi sinar matahari memiliki pengaruh terhadap induksi bunga alami. Induksi alami yang terjadi pada daerah yang jauh dari ekuator terjadikarena kombinasi panjang hari yang pendek dan suhu yang dingin. Namun induksi alami juga terjadi di daerah-daerah ekuator ,dimana pada umumnya panjang hari tetap dan suhu rata-rata tinggi (Bartholomew dan Paull, 2003).

Pengaruh Curah Hujan terhadap Buah Alami

Salah satu faktor lingkungan yang diduga berpengaruh terhadap adanya buah alami yaitu curah hujan. Curah hujan berpengaruh tidak langsung terhadap buah alami. Kondisi curah hujan yang tinggi akan me yebabkan akar tanaman nenas terendam terutama ketika drainase kurang baik. Sedangkan ketika curah hujan sangat rendah menyebabkan akar tanaman nenas kesulitan mendapatkan air. Kondisi stress yang dialami tanaman nenas seperti kerusakan akar akibat pathogen atau tanah yang terendam dapat menginduksi pembungaan (Bartholomew dan Paull, 2003). Curah hujan yang tinggi menyebabkan kondisi tanah disekitar tanaman ne nas menjadi tergenang. Hal ini ditunjukkan dengan tanah yang retakretak dan berlumut setelah tergenang (Gambar 24). Tanah disekitar tanaman nenas yang terendam terlalu lama dapat mengakibatkan pertumbuhan tanaman nenas terhambat. Tanaman nenas akan berukuran kecil dan daun tanaman nenas akan berwarna kekuning-kuningan. Tanaman yang berukuran kecil dan daun yang berwarna kekuningan ini akan akan menghasilkan buah yang kecil bahkan tanaman menjadi tidak berbuah dan akan

40 mengurangi produktifitas. Oleh karena itu drainase yang baik sangat diperlukan agar ketika curah hujan tinggi, tanah disekitar tanaman nenas tidak tergenang yang dapat menyebabkan tanaman nenas stress sehingga menghasilkan etilen yang menginduksi bunga maupun pertumbuhan nenas menjadi terhambat sehingga tanama n nenas menjadi kecil (Gambar 24).

Gambar 24. Tanah Retak-Retak dan Berlumut Akibat Terendam Air

Akar yang tergenang akibat tanah yang terendam air meningkatkan produksi etilen yang merangsang pembungaan. Kekeringan dan kelebihan air sering dihubungkan terhadap pembungaan pada spesies tanaman daerah tropis dan subtropis. Selain itu peningkatan produksi etilen sering berhubungan dengan

stress air pada tanaman (Yang and Hoffman, 1984). Tetapi menurut Min (1995), kelebihan air tidak berakibat terhadap produksi etilen atau pembungaan. Kelebihan air meningkatkan produksi etilen pada dasar daun D-Leaf dengan ratarata 100% tetapi tidak menginduksi bunga. Fakta bahwa kelebihan air meningkatkan produksi etilen pada dasarnya adalah peningkatan kerentanan tanaman untuk berbunga dan mungkin dikarenakan akibat dari situasi lain. Banyak terjadi ketidakkonsistenan akibat kondisi air terhadap inisiasi

pembungaan kemungkinan disebabkan perbedaan dalam pemberian jumlah air. Kekurangan atau kelebihan air secara tiba-tiba kemungkinan menyebabkan terhentinya semua proses enzim, termasuk inisiasi bunga.

2003

2004

2005

2006

2007

2008

Gambar 25. Hubungan Rata-Rata Curah Hujan dan Rata-Rata Buah Alami Tahun 2003-2008

42

Hubungan rata-rata curah hujan dan rata-rata buah alami tahun 2003-2008 dapat dilihat pada Gambar 2 6. Gambar 26 menunjukkan buah alami tertinggi terjadi pada bulan Juli (2003), Desember (2004), Desember (2005), Mei (2006), Desember (2007), dan Mei (2008). Buah alami terbanyak terjadi pada tahun 20052008. Pada umumnya buah nenas dipanen pada waktu 5 bulan setelah tanaman berbunga. Buah alami yang dipanen pada bulan Februari 2005 (509 ton) mengalami masa induksi bunga pada bulan September 2004. Curah hujan sebelum bulan September 2004, yaitu bulan Juli (83.5 mm) dan Agustus (0 mm) 2004 terlihat berbeda jauh. Hal yang sama terlihat pada buah alami yang dipanen pada bulan Desember 2007 (662 ton). Curah hujan antara Mei (41 mm) dan Juni (194 mm) yang berbeda jauh diduga menginduksi adanya bunga di bulan Juli. Hal ini menunjukkan perubahan curah hujan secara tiba-tiba diduga merangsang etilen pada tanaman nenas yang menginduksi bunga. Namun tidak semua buah alami tertinggi disebabkan hal yang sama. Buah alami yang dipanen pada bulan Mei 2008 (1 825 ton) tidak dipengaruhi oleh perbedaan curah hujan pada bulan Oktober (114 mm) dan November (181 mm) 2007. Meskipun perbedaan curah hujannya tidak terlalu jauh namun buah alami pada bulan Mei 2008 tinggi. Hal ini diduga karena curah hujan yang tinggi pada bulan Oktober dan November 2007 menyebabkan tanah-tanah sekitar tanaman nenas menjadi tergenang. Hal yang sama terjadi pada buah alami yang dipanen pada bulan Desember 2008. Perbedaan curah hujan antar bulan Juni (30.5 mm) dan Juli (7 mm) 2007 tidak terlalu jauh namun kondisi curah hujan yang rendah menyebabkan tanaman nenas mengalami stress kekeringan sehingga merangsang tanaman untuk menghasilkan etilen yang akan menginduksi pembungaan. Ini merupakan indikasi bahwa kondisi curah hujan yang tinggi dan rendah dapat memicu produksi etilen tanaman nenas yang menyebabkan tanaman berbunga.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Kegiatan teknis dan manajerial yang dilakukan meliputi pengamatan time motion study quality control pembibitan sampai panen. Kegiatan selanjutnya fokus pada masalah utama perusahaan pada saat itu yaitu buah alami. Tanaman nenas yang berasal dari bibit berukuran besar menyebabkan buah alami yang lebih banyak dibandingkan bibit yang berukuran sedang dan berukuran kecil. Waktu pelaksanaan forcing tidak berpengaruh terhadap banyaknya buah alami namun terdapat kecenderungan pelaksanaan forcing yang di undur 1 bulan menghasilkan tanaman berbuah alami yang lebih banyak. Tingginya persen sulam tidak berpengaruh terhadap banyaknya buah alami. Hal ini dikarenakan tidak diketahuinya umur fisiologis bibit sulam Karakteristik morfologi tanaman berbuah alami berdasarkan berat tanaman, panjang daun dan jumlah daun tidak berbeda dengan tanaman normal. Hal ini menunjukkan tanaman berbuah alami tidak berasal dari tanaman-tanaman yang vigor melainkan ada pengaruh lain seperti faktor fisiologis dan lingkungan. Perbedaan curah hujan yang tiba-tiba dan curah hujan yang tinggi dan rendah pada masa pembentukan buah diindikasikan berpengaruh terhadap adanya buah alami.

Saran dan Rekomendasi 1. Dilakukan penelitian lanjutan mengenai pengaruh kelas bibit, sulam dan pelaksanaan forcing terhadap adanya buah alami. 2. Perlu dilakukan pengamatan khusus mengenai akar tanaman nenas dalam kondisi kelebihan dan kekurangan air dan serangan penyakit. 3. Dilakukan pengujian kandungan etilen pada tanaman berbuah alami.

DAFTAR PUSTAKA

Ashari, Sumeru. 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. UI Press. Jakarta. 485 hal Attayaya. 2008. Nanas-Standar Produksi. http://attayayabelajar.bloger.com/nanasstandar produksi. [11 November 2008] Augusto, G. 2001. Inhibition Of Natural Flowering In Pineapple, Cv. Perola, With Growth Regulators. Pineapple News 8: 8 Augusto, G. 2004. Inhibiting Pineapple News 11:18 Natural Flowering on Pineapple.

BAPPENAS. 2005. Sistim Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan : tentang budidaya tanaman pertanian, Nenas (Ananas comossus). http://warintek.com. [11 November 2008] Bartholomew, D.P. and Kadzimin, S. B. (1977) Pineapple. In: Alvim, P. T. and Kozlowski, T.T. (eds) Ecophysiology of Tropical Crops. Academic Press, New York, pp. 113-156 Bartholomew, D.P. and Malezieux, E. (1994) Pineapple. In: Schaffer, B. and Anderson, P. 9eds) Handbook of Environmental Physiology of Fruits Crops, Vol. II CRC Press, Boca Raton, Florida, pp. 371-388 Bartholomew, D.P., R.E. Paull, and K.G. Rohrbach (eds). 2003. The pineapple: botany, production, and uses. CABI, Wallingford, UK.301 p. Biro Pusat statistic. [3 November 2008] 2007. Horticulture Statistic. http://bps.go.id.

Chomchalow, Narong. 2004. Fruit of Vietnam. FAO Regional Office for Asia and the Pacific. Bangkok. Collins, J. L. 1968. Pineapple B otany, Cultivation and Utilization. Leonard Hill Book. London. 292 p. Deptan. 2004. Pedoman Sistem Jaminan Mutu Melalui Standar Prosedur Operasional (SPO) Nenas Kabupaten Subang.Dirjen Tanaman Buah. Jakarta DEeckenbrugge, C.G and Leal, F. 2003. Morphology, anatomy and Taxonomy. In Bartholomew D.P, R.E Paull and K.G Rohrbach (Eds ). The Pineapple : Botany, Production, and Uses. CAB International Publishing. New York.

46 Friend, D.J.C. and Lydon, J. 1979. Effect of daylength on flowering, growth, and CAM of Pineapple (Ananas comosus L.Merr). Botanical Gazette 140, 280-283 Gowing, D. P. (1961) Experiments on the photoperiodic response in Pineapple. American Journal of Botany 48, 16-21 Hapton, A. and Hodgson, A.S. 2003. Processing. In Bartholomew D.P, R.E Paull and K.G Rohrbach (Eds). The Pineapple : Botany, Production, and Uses. CAB International Publishing. New York. Hutabarat, Rapolo. 2003. Agribisnis dan Budidaya Tanaman Nanas. PT. Atalya Rileni Sudeco. Jakarta. 40 hal Muljohardjo, Muchji. 1983. Nanas dan Teknologi Pengolahannya (Ananas comosus (L) Merr). Liberty. Yogyakarta. 100 hal Lim, W. H. and Lowings, P. H. 1979. Pineapple fuit collapse in Peninsular Malaysia: symptom and varietal susceptibility. Plant disease Reporter 63, 170-174 Nakasone, H. Y. and R. E. Paull. 1998. Tropical Fruits. CAB International. New York Neild, R.E. and Boshell, F. (1976) An agroclimatic procedure and survey of the pineapple production potencial of Colombia. Agricultural Meteorology 17, 81-92 Paul, R.E. 1997. Pineapple, p. 123-139. In : Sisir Mitra (eds). Postharvest Physiology and Storage Of Tropical and Subtropical Fruits. CAB International. New York. Py, C., lacoueuilhe, J.J. and Teisson, C.1987. The Pineapple : Cultivation and Uses. G.P. Maisonnevue et Larose. Paris. 568 p. Purba, F.H.K. 2008. Perkembangan ekspor nenas Indonesia sebagai salah satu komodotas pertanian dalam daya saing pasar dunia. http://agribisnis.deptan.go.id. [14 Desember 2008] Rohrbach, K. G. and Schmitt, D. P. 1994 Pineapple. In: Ploetz, R.C., Zentmyer, G.A., Nishiyima, W.T. and Rohrbach, K.G (eds ). Compendium of Tropical Fruit Disesase. APS Press, St Paul, Michigan, pp. 45-55. Samson, J. A. 1980. Tropical Fruits. Longman. London and New York Sanford, W. G. 1962. Pineapple crop-concept and development. Better crops With Palnt Food 46, 32-43

47 Sunarjono, H. 2004. Berkebun 21 Jenis Tanaman Buah. Penebar swadaya. Jakarta Taiz, L. and Zeiger, E. (1991) Plant Physiology. Benjamin / Cummings, Menlo Park, California. 559 pp. Verheij, E. W. dan R. E. Coronel. 1997. Ananas comosus L. Merr. Dalam : Verheij, E. W. M. dan R. E. Coronel ( eds). Prosea. Sumber Daya nabati Asia Tengga ra 2. Buah-buahan yang dapat dimakan. Gramedia. Jakarta.568 hal Yang, S. F. and Hoffman, N. E. (1984) Ethylene biosyntesis and its regulation in hihger plants. Annal Review of Plant Physiology 35, 155-189

LAMPIRAN

Lampiran 1. Tabel Pengamatan Persen Bunga Bulan Februari 2009


POPULASI/HA will Lok LUAS Sts Tgl Forch Real Peng Tgl kirim BERBUNGA Nomr. 01 01 01 02 02 02 03 03 04 04 04 04 04 04 05 05 06 06 06 06 06 004I 002B Ttl PC 031B 031C Ttl PC 047E Ttl PC 042G 070I 070N 070F 070H Ttl PC 086A Ttl PC 068B 068C 068D 068E Ttl PC 8.5 4.22 44.66 31.45 31.45 5.74 7.8 2.72 2.06 18.32 PC PC PC PC PC 16 17.93 33.93 6.58 4.75 11.33 4.88 4.88 14.19 8.73 9.02 PC PC PC PC PC PC PC PC PC PC 2-Jan 10-Jan Rata 2 PC Wil 01 29-Dec 29-Dec Rata 2 PC Wil 02 12-Jan Rata 2 PC Wil 03 19-Dec 26-Dec 26-Dec 27-Dec 27-Dec Rata 2 PC Wil 04 7-Jan Rata 2 PC Wil 05 22-Dec 7-Dec 8-Jan 8-Jan Rata 2 PC Wil 06 16-Feb 24-Feb 24-Feb 26-Feb 45 45 51,619 48,528 49,986 10-Feb 10-Feb 17-Feb 17-Feb 43 43 50,673 56,007 52,909 26-Feb 28-Feb 45 55,987 55,987 1-Feb 12-Feb 13-Feb 13-Feb 13-Feb 10-Feb 13-Feb 14-Feb 14-Feb 24-Feb 44 48 49 48 48 55,869 58,720 53,778 56,158 50,010 55,505 25-Feb 28-Feb 49 51,086 51,086 5-Feb 11-Feb 24-Feb 25-Feb 6-Feb 13-Feb 24-Feb 26-Feb 45 66 47 48 51,576 52,314 51,944 52,783 52,081 Peny. 701 96 381 446 187 337 177 177 320 361 305 241 255 113 113 300 672 74 167 410 Kerd. 3,943 2,165 3,004 3,225 3,364 3,283 2,654 2,654 3,215 2,910 3,043 3,451 2,398 3,088 2,878 2,878 4,572 4,742 4,645 2,351 4,406 65-85 1,103 4,470 2,883 1,736 204 1,094 161 161 53 107 126 544 1,379 297 812 812 185 287 1,021 1,359 484 Buah Alami ( DAF ) 86-105 480 1,043 777 919 534 12 12 76 278 507 576 448 333 1,120 1,120 1,224 415 254 351 638 106-125 483 280 376 208 29 133 26 15 229 60 69 1,233 1,233 140 135 101 > 125 88 59 72 25 14 9 21 355 41 219 219 220 69 Total 2,154 5,852 4,108 2,888 233 1,775 173 173 163 400 883 1,180 2,182 739 3,383 3,383 1,769 836 1,276 1,710 1,292 Tikus 392 1,291 867 649 377 202 400 293 92 185 538 538 466 325 322 321 MANDUL Nomr 308 4 147 59 84 69 1,067 1,067 425 170 484 151 465 339 157 157 452 150 192 301 268 P eny 34 24 29 24 15 20 32 32 228 10 10 76 30 30 96 58 55 Kerd 286 14 142 263 168 223 126 126 225 117 52 171 364 172 123 123 353 69 450 528 266 Pop. Normal Total 54,472 55,675 55,108 54,268 56,324 55,130 57,227 57,227 56,458 59,493 55,545 57,782 52,749 56,768 55,164 55,164 54,263 53,626 53,412 55,117 53,961 60,054 60,320 60,195 59,874 60,101 59,969 60,216 60,216 60,445 62,520 59,012 61,719 55,751 60,360 58,307 58,307 59,584 59,167 58,581 58,163 59,098 TOTAL

Lampiran 2. Peta Plantation Group 1 PT. Great Giant Pineapple

Lampiran 3. Peta Lokasi 002B

Lampiran 4. Peta Lokasi 031B

Lampiran 5. Peta Lokasi 047E

Lampiran 6. Peta Lokasi 070H

Lampiran 7. Peta Lokasi 086A

Lampiran 8. Peta Lokasi 068B

Lampiran 9. Struktur Organisasi PG 1 PT GGP

Lampiran 10. Kelas Bibit dan Kode Bibit di PT. GGP No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 KELAS BIBIT 11C -1C 33333C -3C 3-C 5555C -5C 5-C 77C 7-C 1-1C 3-3C 5-5C 7-7C -11C -33C -55C -77C 111C 333C 555C 777C -1C -3C -5C -7C CLN KODE BIBIT DAP SAP CCK DCK DCP SCP CCP DEK DEP SEP CEP DGP CGP EAP ECP EEP EGP FAP FCP FEP FGP GAP GCP GEP GGP TSA TSC TSE TSG TSP KETERANGAN CR/SK-BSR-CLONE SK-BSR-CLONE CR-SEDANG CR/SK-SEDANG CR/SK-SEDANG-CLONE SK-SEDANG-CLONE CR-SEDANG-CLONE CR/SK-KECIL CR/SK-KECIL-CLONE SK-KECIL-CLONE CR-KECIL-CLONE CR/SK-EXTRAKECIL-CLONE CR-EXTRAKECIL-CLONE CR-SEC-BESAR-CLONE CR-SEC-SEDANG-CLONE CR-SEC-KECIL-CLONE CR-SEC-EXTRAKECIL-CLONE SK-SEC-BESAR-CLONE SK-SEC-SEDANG-CLONE SK-SEC-KECIL-CLONE SK-SEC-EXTRAKECIL-CLONE SK/CR-SEC-BESAR-CLONE SK/CR-SEC-SEDANG-CLONE SK/CR-SEC-KECIL-CLONE SK/CR-SEC-EXTRAKECIL-CLONE SECTION BESAR SECTION SEDANG SECTION KECIL SECTION EXTRAKECIL SECTION

Lampiran 11. Tabel Jumlah Titik pada Sebaran Buah Alami berdasarkan Ukuran Bibit No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 besar (%buah alami) 0.01 0.02 0.03 0.04 0.05 0.06 0.07 0.09 0.16 0.17 0.20 0.21 0.26 0.27 0.31 0.35 Jumlah titik 2 2 3 2 2 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 sedang (%buah alami) 0.00 0.01 0.02 0.03 0.04 0.05 0.06 0.07 0.08 0.09 0.11 0.12 0.13 0.18 Jumlah titik 2 10 4 1 3 1 3 3 2 1 1 1 1 1 kecil (%buah alami) 0.00 0.01 0.02 0.03 0.04 0.05 0.06 0.07 0.11 0.16 Jumlah titik 5 12 7 4 4 3 2 2 1 1

You might also like