You are on page 1of 6

NAMA NIM PRODI TUGAS

:PRABOWO :1111-096-000017 :KIMIA/IIIA :HAKI

Teknologi Membran
Membrane separation yaitu suatu teknik pemisahan campuran 2 atau lebih komponen tanpa menggunakan panas. Komponen-komponen akan terpisah berdasarkan ukuran dan bentuknya, dengan bantuan tekanan dan selaput semi-permeable. Hasil pemisahan berupa retentate (bagian dari campuran yang tidak melewati membran) dan permeate (bagian dari campuran yang melewati membran). Struktur Membran Berdasarkan jenis pemisahan dan strukturnya, membran dapat dibagi menjadi 3 kategori:

Porous membrane. Pemisahan berdasarkan atas ukuran partikel dari zat-zat yang akan dipisahkan. Hanya partikel dengan ukuran tertentu yang dapat melewati membran sedangkan sisanya akan tertahan. Berdasarkan klasifikasi dari IUPAC, pori dapat dikelompokkan menjadi macropores (>50nm), mesopores (2-50nm), dan micropores (<2nm). Porous membrane digunakan pada microfiltration dan ultrafiltration. Non-porous membrane. Dapat digunakan untuk memisahkan molekul dengan ukuran yang sama, baik gas maupun cairan. Pada non-porous membrane, tidak terdapat pori seperti halnya porous membrane. Perpindahan molekul terjadi melalui mekanisme difusi. Jadi, molekul terlarut di dalam membran, baru kemudian berdifusi melewati membran tersebut. Carrier membrane. Pada carriers membrane, perpindahan terjadi dengan bantuan carrier molecule yang mentransportasikan komponen yang diinginkan untuk melewati membran. Carrier molecule memiliki afinitas yang spesifik terhadap salah satu komponen sehingga pemisahan dengan selektifitas yang tinggi dapat dicapai.

Teknologi Membran

1. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 2.

Membran dalam Pemrosesan Pangan Konfigurasi membran yang telah dipakai dalam teknologi pangan sangat bervariasi mulai dari hollow fiber hingga spiral wound. Aplikasinya pun sangat beragam mulai dari klarifikasi bahan pangan, konsentrasi/pemekatan bahan pangan, pengolahan air limbah industri pangan untuk dipakai kembali (reused water), dan masih banyak macamnya. Secara umum, keunggulan teknologi membran dalam pemrosesan pangan dapat digolongkan menjadi dua yaitu: Peningkatan proses produksi, yang dicapai karena : Tingginya kualitas retentate atau permeat secara konsisten Mengurangi biaya operasi Tidak terlalu ketat dalam maintenance Rendahnya hilang tekan Pada umumnya tidak melibatkan zat kimia dan/atau temperatur yang tinggi (yang dapat menurunkan kualitas makanan) Umur operasi membran yang tahan lama Tidak memakan tempat dan mengurangi biaya lahan Dapat memberikan recovery bahan pangan yang masih berharga yang biasanya terbuang bersama limbah Nah, apa saja sih teknologi membran yang sudah diterapkan di industri pemrosesan pangan? Marilah kita tinjau satu per satu:

Reverse osmosis. Teknologi reverse osmosis dapat digunakan untuk memproduksi air bersih dengan konsentrasi mineral yang konsisten untuk menjamin kualitas produk pangan.

Teknologi Membran

Teknologi Membran. Implementasi teknologi membran pada industri pangan akan memberikan banyak keuntungan baik secara teknis maupun ekonomis. 1. Mikrofiltrasi (MF) Ini adalah salah satu teknologi pangan yang sudah dipakai secara luas di industri pemrosesan pangan umumnya dipakai dalam proses klarifikasi bahan pangan, bisa juga untuk sentrifugasi, alat sterilisasi, pemisahan suspended solid dan penyingkiran High Molecular Protein (HMW). Contoh aplikasi dari Teknologi MF ini adalah pada industri susu dan produk susu, dimana membran digunakan mengklarifikasi dadih keju, menghilangkan lemak (de-fat) dan mengurangi kandungan mikroba di dalam susu. 2. Ultrafiltrasi (UF) Teknologi UF dipakai dalam proses fraksionasi, konsentrasi/pemekatan, dan purifikasi. Contohnya dalam industri susu. UF dipakai untuk memfraksionasi susu untuk memproduksi susu dimana di dalam permeatnya terkandung protein, lemak, dan garam tak larut sedangkan di dalamretentate /konsentratnya terkandung laktosa dan garam terlarut. Contoh lainnya, masih dari industri susu, adalah konsentarasi dari susu skim sehingga mempunyai kandungan protein dan kalsium yang tinggi. Aplikasi lain yang juga populer (selain dalam industri susu) adalah dalam pengolahan jus buah. Dalam hal ini, teknologi UF digunakan untuk mengklarifikasi jus buah dari kontaminan-kontaminan seperti ragi, kapang, dan bakteri untuk meningkatkan kualitas dari jus buah tersebut. 3. Nanofiltrasi (NF) NF umumnya dipakai jika kita ingin memisahkan campuran komponen (desirable component dariundesirable component) yang pada umumnya akan sulit dipisahkan karena kecilnya ukuran partikel. Contohnya adalah pada proses pemekatan sirup jagung ( corn syrup). Penerapan lain teknologi NF adalah untuk proses demineralisasi parsial dan pemekatan secara simultan, misalnya pada proses demineralisasi dari dadih susu. 4. Reverse Osmosis (RO) Pada umumnya teknologi RO digunakan dalam proses pemurnian air (tawar dan laut) serta desalinasi air laut, hal ini dikarenakan membran jenis RO dapat merejeksi partikel garam hingga 99% konsentrasi. Akan tetapi bagaimana penerapannya di dalam teknologi pangan? Dalam pemrosesan pangan, teknologi RO digunakan untuk proses pemekatan, pemurnian, dan recoverydari valuable product dalam bahan pangan. Keunggulan teknologi RO dibandingkan teknologi lainnya adalah:

Teknologi Membran

1. Diperoleh produk yang berkualitas tinggi tanpa perlu melalui proses pemanasan (karena dapat merusak bahan pangan) 2. Mengurangi volume limbah, sehingga biaya pengolahan limbah berkurang secara signifikan 3. Biaya modal yang cenderung lebih murah dibandingkan proses untuk aplikasi sejenis 5.Elektro Dialisis (ED) Teknologi ED digunakan dalam proses demineralisasi susu dan dadih susu, pengurangan keasaman (de-acidfy) dalam jus buah, penghilangan komponen terlarut (de-ash) dari larutan gula (dextrose). Saingan dari teknologi ED adalah teknologi ion-exchange (IEX). Akan tetapi, pada proses yang bersifat kontinyu, ED cenderung dipakai karena lebih ekonomis. Perkembangan terbaru dari teknologi ED adalah kombinasi/hybrid dari ED dengan IEX yang dikenal dengan istilah electrodeionization. Selain teknologi-teknologi yang telah dijabarkan diatas masih banyak lagi teknologi membran di dalam industri pemrosesan pangan. Salah satu yang sedang populer sekarang ini adalah teknologi pervaporasi yang banyak dipakai dalam pemisahan campuran alkohol (etanol) dengan air dan campuran azeotrop lainnya. Membran Ultrafiltrasi Operasi membran dapat diartikan sebagai proses pemisahan dua atau lebih komponen dari aliran fluida melalui suatu membran. Membran berfungsi sebagai penghalang (Barrier) tipis yang sangat selektif diantara dua fasa, hanya dapat melewatkan komponen tertentu dan menahan komponen lain dari suatu aliran fluida yang dilewatkan melalui membran (Mulder, 1996). Proses membran melibatkan umpan (cair dan gas), dan gaya dorong (driving force) akibat perbedaan tekanan (P), perbedaan konsentrasi (C) dan perbedaan energi (E). Proses membran Ultrafiltrasi (UF) merupakan upaya pemisahan dengan membran yang menggunakan gaya dorong beda tekanan sangat dipengaruhi oleh ukuran dan distribusi pori membran (Malleviale, 1996). Proses pemisahan terjadi pada partikel-partikel dalam rentang ukuran koloid. Membran ini beroperasi pada tekanan antara 1-5 bar dan batasan
2

permeabilitasnya adalah 10-50 l/m .jam.bar. Terapan Teknologi Membran ini untuk dapat menghasilkan air bersih dengan syarat kualitas air minum. Air baku dimasukkan ke bejana yang berisi membran semipermeabel, dengan memberikan tekanan. Ini merupakan proses fisis yang memisahkan zat terlarut dari pelarutnya. Membran hanya dilalui pelarut, sedangkan terlarutnya, baik elektrolit maupun organik, akan ditolak (rejeksi), juga praktis untuk menghilangkan zat organik. Kontaminan lainnya seperti koloid akan tertahan oleh struktur pori yang berfungsi sebagai penyaring (sieve) molekul BM nominal. Membran yang dipakai untuk ultrafiltrasi mempunyai struktur membran berpori dan asimetrik Keunggulan membran dibandingkan dengan pengolahan secara konvensional dalam pengolahan air minum antara lain (Wenten, 1996) yaitu memerlukan energi yang lebih rendah untuk operasi dan pemeliharaan, desain dan konstruksi untuk sistem dengan skala kecil, peralatannya modular sehingga mudah di-scale up dan tidak butuh kondisi ekstrim (temperatur dan pH). Walaupun demikian, membran mempunyai keterbatasan seperti terjadinya fenomena polarisasi konsentrasi, fouling, yang menjadi pembatas bagi volume air terolah yang dihasilkan dan juga keterbatasan umur membran.
Teknologi Membran

Beberapa parameter utama dalam proses pemisahan menggunakan membran yaitu Permeabilitas dan Permselektivitas. Permeabilitas Permeabilitas suatu membran merupakan ukuran kecepatan dari suatu spesi atau konstituen menembus membran. Secara kuantitas, permeabilitas membran sering dinyatakan sebagai fluks atau koefisien permeabilitas. Definisi dari fluks adalah jumlah volume permeat yang melewati satuan luas membran dalam waktu tertentu dengan adanya gaya dorong dalam hal ini berupa tekanan. Secara sistematis fluks dirumuskan sebagai (Mulder, 1996) : tAVJ= (2.1) dimana :
2

J = Fluks (l/m .jam) V = Volume permeat (ml)


2

A = Luas permukaan membran (m ) t = Waktu ( jam) Laju fluks akan menurun sejalan dengan waktu akibat adanya polarisasi konsentrasi, fouling dan scaling. Secara berkala dilakukan pencucian dengan air, ataupun dengan zat kimia (chemical washing) seperti misalnya dengan NaOH, Na acetat atau asam sitrat untuk mengatasi fouling yang terjadi. Permselektivitas Permselektivitas suatu membrane merupakan ukuran kemampuan suatu membrane untuk menahan suatu spesi atau melewatkan suatu spesi tertentu. Parameter yang digunakan untuk menggambarkan permselektivitas membran adalah koefisien rejeksi (R). Koefisien rejeksi adalah fraksi konsentrasi zat terlarut yang tidak menembus membran, dan dirumuskan sebagai :

Proses Pretreatment Air Baku Koagulan yang digunakan pada proses pretreatment yaitu Poly Alummunium Chloride (PAC). Tujuan penambahan koagulan adalah untuk mendestabilkan koloid sehingga terjadi kontak dan penggumpalan partikel yang akan membentuk flok yang dapat diendapkan.. Untuk mendapatkan dosis koagulan optimum dilakukan percobaan dengan metode jar test yaitu menggunakan beberapa macam dosis yang divariasikan secara bertingkat untuk masingasing konsentrasi dari air baku Waduk Saguling. 3.3 Peralatan Operasional Ultrafiltrasi Metoda Dead End Sistem Aliran dead end untuk membran ultrafiltrasi menggunakan alat-alat yang terbuat dari
2

bahan stainless steel. Modul membran berbentuk lingkaran dengan luas efektif 12,57 cm . Pada bagian bawah dilengkapi dengan filter penyangga membran. Pada bagian filter

Teknologi Membran

penyangga diletakkan kertas saring sebagai support, untuk menjaga ketahanan dari lembaran membran.. Untuk mencegah kebocoran pada system sel ultrafiltrasi maka diatas membran ditekan dengan sebuah cincin karet (O-ring). Tangki air baku juga dibuat dari bahan stainless steel, diameter 14 cm dan tingginya 20 cm dengan volume total berkisar 2 liter, dan pada bagian atas dilengkapi dengan lubang inlet, lubang outlet, dan lubang untuk pemasangan alat ukur tekanan (pressure gauge).

Pembuatan Membran Untuk pembuatan membran bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan membran adalah selulosa asetat, aseton, formamide, dan aquadest (Rautenbach, 1989). Membran dibuat dengan teknik inversi fasa (phase inversion) dan presipitasi pencelupan yang menggunakan aquadest sebagai precipitation agent. Detail dari pembuatan dapat dilihat dalm Zulkarnain (2000) dan Mahmud (2002). Bahan polimer yang digunakan dalam proses pembuatan larutan polimer (dope) disesuaikan dengan perhitungan komposisi membran. Dalam penelitian ini menggunakan tiga macam komposisi membran, yaitu CA-11 (komposisi selulosa asetat 11%), CA-13 (komposisi selulosa asetat 13%) dan CA-15 (komposisi selulosa asetat 15%). Membran yang telah dibuat penyimpanannya harus tetap terjaga dalam kondisi basah (dimasukkan kedalam plastik tertutup yang berisikan aquadest atau formaline). Membran yang telah dicetak akan mencapai kestabilan pori setelah disimpan selama beberapa hari, yaitu apabila aseton yang terjebak di dalam struktur pori membran telah menguap seluruhnya. Jenis membran polimer ini memiliki sifat hidrofilik sehingga mudah menyerap air dibandingkan membran yang bersifat hidrofobik. Pemilihan membran polimer ini juga berdasarkan sifat asimetrik pada membran, yakni memiliki selektivitas yang tinggi karena membrannya rapat, fluks permeatnya juga tinggi karena membran asimetrik ukurannya sangat tipis.

Teknologi Membran

You might also like