You are on page 1of 11

PENDEKATAN RASIONAL EMOTIF RATIONAL EMOTIVE THERAPY Dosen Pengampu : Adyatman Prabowo, S.Psi, M.

Psi

Oleh : Intan Nurmawaddah Zakqi Amsar Sudiyanto Dinda Dewi Mercyani Abdul Hafidz Ahmad 201110230311074 201110230311155 201110230311351 201110230311355

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2013

A. HISTORI PENDEKATAN Teori konseling rasional emotif dengan istilah lain dikenal dengan rational emotive therapy yang dikembangkan oleh Albert Ellis seorang ahli Clinical psychology (psikologi klinis). Sekitar tahun 1943, ia mulai membuka praktik dalam bidang konseling keluarga, perkawinan, dan seks. Pada praktiknya ini Albert Ellis banyak mempergunakan prosedur psikoanalisis dari freud, tetapi setelah berlangsung beberapa lama Albert Ellis banyak menemukan ketidakpuasan dalam praktiknya yang menggunakan prosedur psikoanalisis dari freud. Atas dasar pengalaman selama praktiknya dan kemudian dihubungkan dengan teori tingkah laku belajar, maka akhirnya Albert Ellis mencoba untuk mengembangkan suatu teori yang disebut rational emotive therapy, dan selanjutnya populer dengan singkatan RET. Tujuan dari RET Albert Ellis pada intinya ialah untuk mengatasi pikiran yang tidak logis tentang diri sendiri dan lingkungannya. Konselor atau terapis berusaha agar klien makin menyadari pikiran dan kata-katanya sendiri, serta mengadakan pendekatan yang tegas, melatih klien untuk bisa berpikir dan berbuat yang lebih realistis dan rasional. Corak konseling RET berpangkal pada beberapa keyakinan tentang martabat manusia dan tentang proses manusia dapat mengubah diri, yang sebagian bersifat filsafat dan sebagian lagi bersifat psikologis, yaitu: a. Manusia adalah makhluk yang manusiawi, artinya dia bukan superman dan juga bukan makhluk yang kurang dari seorang manusia. b. Perilaku manusia sangat dipengaruhi oleh bekal keturunan atau pembawaan, tetapi sekaligus juga tergantung dari pilihan-pilihan yang dibuat sendiri. c. Hidup secara rasional berarti berpikir, berperassan, dan berperilaku sedemikian rupa, sehingga kebahagian hidup dapat dicapai secara efisien dan efektif. d. Manusia memiliki kecendrungan yang kuat untuk secara rasional dan sekaligus untuk hidup secara tidak rasional. e. Orang kerap berpegang pada setumpuk keyakinan yang sebenarnya kurang masuk akal atau irasional (irrational beliefs), yang ditanamkan sejak kecil dalam lingkungan kebudayaan atau diciptakan sendiri. f. Pikiran-pikiran manusia biasanya menggunakan berbagai lambang verbal dan dituangkan dalam bentuk bahasa.

g. Bilamana seseorang merasa tidak bahagia dan mengalami berbagai gejolak perasaan yang tidak menyenangkan serta membunuh semangat hidup, rasarasa itu bukan berpangkal pada tentetan kejadian dan pengalaman kemalangan yang telah berlangsung (activating event; activating experience), melainkan pada tanggapannya yang tidak rasional terhadap kejadian dan pengalaman itu (irrational beliefs). h. Untuk membantu orang mencapai taraf kebahagian hidup yang lebih baik dengan hidup secara secara lebih rasional, RET memfokuskan perhatiaanya pada perubahan pikiran irasional menjadi rasional. i. Mengubah diri dalam berpikir irasional bukan perkara yang mudah, karena orang memiliki kecendrungan untuk mempertahankan keyakinan-keyakinan yang sebenarnya tidak masuk akal, ditambah dengan perasaan cemas tentang ketidakmampuannya mengubah tingkah lakunya dan akan kehilangan berbagai keuntungan yang diperoleh dari perilakunya. j. Konselor RET harus berusaha membantu orang menaruh perhatian wajar pada kebahagiaan batinnya sendiri. k. Konselor harus bisa membantu konseli mengubah pikirannya yang irasional dengan diskusikannya secara terbuka dan terus terang (dispute). l. Diskusi itu akan menghasilkan efek-efek.

B. DINAMIKA KEPRIBADIAN Beberapa pandangan tentang hakikat manusia yang diajukan oleh Albert Ellis, yang mewarnai teori Rational Emotive Therapy ialah sebagai berikut: a. Manusia dipandang sebagai makhluk yang rasional dan juga tidak rasional. Pada hakikatnya manusia itu memiliki kecendrungan untuk berpikir yang rasional atau logis, disamping itu juga ia memiliki kecendrungan untuk berpikir tidak rasional atau tidak logis. Kedua kecendrungan yang dimiliki oleh manusia ini akan tampak jelas dan tergambar dalam bentuk tingkah lakunya yang nyata. Dengan kata lain, dapat dijelaskan bahwa apabila sesorang telah berpikir rasional atau logis yang dapat diterima dengan akal sehat, maka orang itu akan bertingkah laku rasional dan logis pula. Tetapi sebaliknya apabila seseorang itu berpikir yang tidak rasional atau tidak bisa diterima akal sehat maka ia menunjukkan tingkah laku yang tidak rasional. Pola berpikir

semacam inilah oleh Ellis yang disebut sebagai penyebab bahwa seseorang itu mengalami gangguan emosional. b. Pikiran, perasaan, dan tindakan manusia adalah merupakan suatu proses yang satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan. RET memandang bahwa manusia itu tidak akan bisa lepas dari perasaan dan perbuatannya. Perasaan seseorang senantiasa melibatkan pikiran dan tindakannya. Tindakan selalu melibatkan pikiran dan perasaan seseorang. c. Individu bersifat unik dan memiliki potensi untuk memahami keterbatasannya, serta potensi mengubah pandangan dasar dan nilai-nilai yang diterimanya secara tidak kritis. Individu itu dilahirkan dengan membawa potensi-potensi tertentu, ia memiliki berbagai kelebihan dan kekurangannya serta keterbatasannya yang bersifat unik. RET memandang bahwa individu itu memiliki potensi untuk memahami kelebihan-kelebihan dan keterbatasanketerbatasannya itu. Namun, di sela-sela kelebihan dan keterbatasan itu individu harus memiliki potensi untuk berpandangan yang rasional dan realistik, agar individu itu mampu melakukan adaptasi diri dengan baik.

C. PERAN DAN FUNGSI KONSELOR Isu hubungan pribadi antara terapis dan klien dalam TRE memiliki makna yang berbeda dengan yang ada dalam sebagian besar bentuk terapi yang yang lain. Kesesuaian dengan konsep terpusat pada pribadi dari pandangan positif tanpa syarat merupakan konsep TRE pada penerimaan sepenuhnya atau toleransi. Ide dasar di sini adalah menolong klien dalam hal menghindari sifat mengutuk diri sendiri. Meskipun klien mungkin mengevaluasi perilaku mereka sasarannya adalah agar mereka menolak untuk menilai diri mereka sebagai pribadi, betapa pun tidak efektifnya beberapa dari perilakunya. Terapis menunjukkan sikap penerimaan mereka secara penuh dengan jalan menolak untuk mengevaluasi kliennya sebagai pribadi sementara pada saat yang bersamaan menunjukkan kesediaannya untuk tiada hentinya berkonfrontasi dengan pemikiran kliennya yang tidak masuk akal serta perilaku yang bersifat merusak diri sendiri. Tidak seperti terapis yang berorientasi pada hubungan, TRE tidak memberikan arti utama pada kehangatan hubungan pribadi dan pengertian empatik, dengan asumsi bahwa hubungan yang

terlalu hangat dan pengertian yang terlalu empatik bisa menjadi kontra produktif karena bisa memupuk rasa ketergantungan akan persetujuan dari pihak terapis. Sebenarnya, terapis TRE bisa menerima kliennya sebagai orang yang tidak sempurna tanpa harus menunjukkan kehangatan hubungan antar pribadi, melainkan berbagai teknik non personal bisa digunakan, seperti mengajar, biblioterapi, serta modifikasi perilaku (Ellis dalam Gerald Corey, 1995) tetapi selalu memberi contoh serta juga mengajarkan penerimaan secara penuh tanpa syarat. Meskipun demikian, beberapa praktisi TRE memberikan penekanan pada pentingnya membangun hubungan saling mengerti dan hubungan kerjasama yang kadarnya lebih kuat daripada yang diberikan Ellis. Wesler dan Wesler dalam Geral Corey (1995:475) sepakat bahwa kondisi terapeutik Rogers (pertimbangan positif tanpa syarat, empati, dan keaslian terapis) memang bisa menjadi fasilitator pada perubahan, namun mereka menambahkan: Kita juga percaya bahwa kondisi untuk bisa berubah ini adalah penting, tetapi kesemuanya itu dapat dilakukan dalam situasi yang direktif maupun tidak direktif. Namun, kalau semuanya itu tidak dilakukan, teknik apapun yang ada di dunia nampaknya tidak akan mampu menghasilkan sesuatu. Berkembangnya hubungan saling mengerti yang baik antara klien dan terapis dipandang Walen, DiGiuseppe, dan Wessler dalam Geral Corey (1995:475-476) sebagai ramuan kunci dalam hal memaksimalkan keuntungan terapeutik. Seperti halnya Wesler dan Wesler, mereka menekankan bahwa menjadi aktif dan direktif bukanlah tidak sesuai dengan pengembangan hubungan profesional berdasarkan kompetensi, kredibilitas, saling menghormati, dan komitmen untuk menolong klien agar bisa berubah. Terapis rasional emotif seringkali terbuka dan langsung dalam mengungkapkan keyakinan dan nilai mereka sendiri. Ada beberapa orang yang sedia untuk berbagi ketidaksempurnaan dirinya dengan klien sebagai cara untuk mempertanyakan pendapat klien yang tidak realistik, yaitu bahwa terapis adalah manusia yang pribadinya utuh. Dalam hal ini, transferensi tidaklah dianjurkan, dan kalaupun itu sampai terjadi maka terapis mungkin akan menyerangnya. Terapis ingin menunjukkan bahwa hubungan transferensi itu didasarkan pada keyakinan yang irasional, yaitu bahwa klien haruslah disenangi dan dicintai oleh terapis (atau sosok orang tua) (Ellis dalam Gerald Corey, 1995).

D. TUJUAN KONSELING Berangkat dari pandangannya tentang hakikat manusia tujuan konseling menurut Ellis pada dasarnya membentuk pribadi yang rasional, dengan jalan mengganti cara-cara berpikir irrasional. Dalam pandangan Ellis, cara berpikir irrasional itulah yang menjadi individu mengalami gangguan emosional dan karena itu cara-cara berpikirnya harus diubah menjadi yang lebih tepat yaitu cara berpikir yang rasional. Ellis mengemukakan secara tegas pengertian tersebut mencakup minimal pandangan yang mengalahkan diri (self-defeating) dan mencapai kehidupan yang lebih realistik, falsafah hidup yang toleran, termasuk di dalamnya dapat mencapai keadaan yang dapat mengarahkan diri, menghargai diri, fleksibel, berpikir ilmiah, dan menerima diri. Untuk mencapai tujuan-tujuan konseling itu maka perlu pemahaman konseli tentang sistem keyakinan atau cara berpikir sendiri. Ada tiga tingkatan insight yang perlu dicapai dalam RET, yaitu: 1. Pemahaman (insight) dicapai ketika konseli memahami tentang perilaku penolakan diri yang dihubungkan pada penyebab sebelumnya yang sebagian besar sesuai dengan keyakinannya tentang peristiwaperistiwa yang diterima yang lalu dan saat ini. 2. Pemahaman terjadi ketika konselor/terapis membantu konseli untuk memahami bahwa apa yang mengganggu konseli pada saat ini adalah karena keyakinan yang irrasional terus dipelajari dan yang diperoleh sebelumnya. 3. Pemahaman yang dicapai pada saat konselor membantu konseli untuk mencapai pemahaman ketiga, yaitu tidak ada jalan lain untuk keluar dari hambatan emosional kecuali dengan mendeteksi dan melawan keyakinan yang irrasional.

E. TAHAPAN KONSELING Tahapan konseling di ambil dari beberapa literatur kemudian di gabungkan dan disimpulkan

F. TEKNIK KONSELING Secara emotif para praktisi TRE menggunakan berbagai prosedur, termasuk didalamnya penerimaan tanpa syarat, bermain peran rasionalemotif, permodelan, imajinasi rasional-emotif, dan latihan menyerang masa malu. Klien diajar tentang nilai dari penerimaan tanpa syarat. Meskipun perilaku mereka mungkin susah untuk bisa diterima, mereka bisa memutuskan untuk melihat diri mereka sebagai orang yang berguna. Mereka diajar untuk melihat kenyataan betapa merusaknya tindakan untuk memperkecil arti dirinya karena kekurangan-kekurangan yang dianggap ada. Salah satu dari teknik utama yang digunakan terapis untuk menolong klien cara menerima dirinya sendiri adalah lewat model. Terapis mampu untuk menjadi dirinya sendiri dalam sesi yang sedang diselenggarakannya; mereka menghindar untuk mendapatkan persetujuan dari kliennya, tidak mau hidup dengan dasar seharusnya dan harus, dan bersedia untuk mengorbankan dirinya pada waktu ia terus menantang klien mereka. Mereka juga memberi contoh atau menunjukkan penerimaan sepenuhnya pada klien yang sulit. Perlu dicatat bahwa biarpun ada pengajuan masalah oleh klien TRE terapis tidak perlu harus memfokuskan pada detail-detailnya, pun juga mereka tidak lalu berusaha untuk menyuruh klien secara ekstensif mengungkapkan perasaan di sekitar masalahnya. Mereka tidak mendorong diutarakannya cerita berkepanjangan tentang nestapa, yang secara simpatik tetap mengikuti perasaan yang cengeng atau yang secara cermat dan efektif bisa terlihat emosi yang dibesar-besarkan (Ellis dalam Gerald Corey, 1995:479). Meskipun TRE menggunakan beraneka ragam strategi terapeutik yang kuat dan emotif, dalam hal penggunaannya itu tidak dilakukan secara selektif dan diskriminatif. Strategi ini digunakan baik selama sesi terapi maupun dalam pekerjaan rumah dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan teknik semacam itu tidak hanya sekedar menyediakan pengalaman katartik tetapi juga menolong klien mengubah beberapa dari jalan pikiran, emosi dan perilaku mereka (Ellis & Yeager dalam Gerald Corey, 1955). Berikut ini adalah beberapa dari teknik terapeutik yang emotif dan evokatif: 1. Imaginasi Rasional Emotif Teknik ini merupakan bentuk praktek mental yang intens yang didesain untuk menciptakan pola emosi baru. Klien membayangkan mereka sedang berpikir, merasakan, dan berperilaku tepat seperti yang akan mereka lakukan dalam

imajinasi mereka dalam hal berpikir, merasakan, dan berperilaku dalam kehidupan nyata (Maultsby dalam Gerald Corey, 1995). Kepada mereka bisa juga ditunjukkan bagaimana caranya membayangkan salah satu dari hal yang paling buruk yang menimpa dirinya, bagaimana rasanya kalau tidak pada tempatnya menjadi marah terhadap suatu situasi, bagaimana menghayati perasaannya secara intens, dan kemudian bagaimana caranya mengubah pengalaman itu menjadi perasaan yang pada tempatnya (Ellis & Yeager dalam Gerald Corey, 1995). Demikian mereka mampu mengubah perasaan mereka menjadi yang pada tempatnya, maka mereka pun ada dalam posisi yang lebih baik untuk mengubah perilakunya dalam situasi itu. Teknik seperti itu bisa diaplikasikan dengan baik pada situasi interpersonal dan situasi lain yang bermasalah untuk diri si individu. Ellis (1988) berpendapat bahwa apabila kita terus mempraktekkan imajinasi rasional emotif beberapa kali dalam seminggu selama beberapa minggu, kita akan sampai pada suatu titik dimana kita tidak lagi merasa marah terhadap peristiwa seperti itu. 2. Bermain peran Dalam bermain peran terdapat komponen emosional dan juga behavioral. Terapis sering menginterupsi untuk menunjukkan kepada klien apa yang mereka katakan tentang diri mereka sendiri yang menciptakan gangguan mereka dan apa yang bisa mereka perbuat untuk mengubah perasaan mereka yang tidak pada tempatnya menjadi yang sesuai dengan keadaannya. Klien bisa mengadakan gladi melaksanakan perilaku tertentu untuk mengeluarkan apa yang mereka rasakan dalam situasi tertentu. Fokusnya adalah pada menggarap keyakinan irasional yang mendasarinya yang ada kaitannya dengan rasa tidak nyaman. Sebagai contoh seorang wanita mungkin menunda keinginannya untuk masuk fakultas pasca sarjana karena takut tidak akan diterima. Pikiran itu tidak bisa diterima di sekolah pilihannya itulah yang mengeluarkan perasaannya bahwa dia adalah bodoh. Dia bermain peran dalam suatu wawancara dengan dekan mahasiswa pasca sarjana, mencatat kecemasannya dan keyakinan tidak rasional yang mengarah ke kecemasan itu, dan menantang gagasan irasionalnya yang mengatakan bahwa ia harus bisa diterima dan bahwa dengan tidak diterimanya itu bararti bahwa ia adalah orang yang dungu dan tidak berkompetensi.

3. Latihan Menyerang Masa Lalu Ellis dalam Gerald Corey (1995:480-481) menjelaskan bahwa telah dikembangkan latihan untuk menolong orang menghilangkan rasa malu yang tidak rasional akan perilakunya tertentu. Dia kira bahwa kita bisa bersikeras untuk menolak rasa malu dengan mengatakan kepada diri kita masingmasing bahwa bukanlah suatu mala petaka kalau orang mengira bahwa kita itu dungu. Maksud utama dari latihan ini adalah bahwa klien berusaha untuk tidak merasa malu meskipun orang lain jelas-jelas tidak menyetujuinya. Prosedur ini biasanya melibatkan baik komponen emotif maupun behavioral. Klien bisa diberi pekerjaan rumah untuk mengambil resiko melakukan sesuatu yang biasanya mereka takut melakukannya karena apa yang mungkin orang kira tentangnya. Klien tidak didorong untuk melakukan latihanlatihan yang bisa menimbulkan bahaya bagi dirinya dan orang lain. Pelanggaran kecil terhadap norma sosial sering kali bertindak sebagai katalis yang berguna. Misalnya, klien mungkin berteriak untuk menghentikan bus atau kereta api, berakaian seronok untuk menarik perhatian, bernyanyi dengan suara amat keras, mengajukan pertanyaan aneh-aneh pada kegiatan kuliah, minta obeng untuk orang kidal di toko P & D, atau tidak mau memberi tip pada pelayan yang memberikan pelayanan buruk. Dengan melakukan tugas-tugas seperti itu, kemungkinannya klien akan mendapatkan bahwa orang sebenarnya tidak tertarik pada perilakunya itu. Mereka menggarap dirinya sendiri sehingga tidak akan merasa malu atau terhina. Mereka terus mempraktekkan latihanlatihan ini sampai menyadari bahwa rasa malu mereka adalah ciptaan mereka sendiri dan samapai mereka mampu untuk berperilaku dengan cara yang kurang terkekang. Klien akhirnya menemukan bahwa mereka sering tidak punya alasan untuk membiarkan reaksi orang lain atau kemungkinan tidak persetujuan orang lain menghentikan perbuatan yang ingin mereka lakukan. 4. Penggunaan Kekuatan dan Ketegaran Ellis telah menyarankan dipakainya kekuatan dan energi sebagai cara untuk menolong klien beranjak dari pemahaman intelektual ke emosional. Kepada klien juga ditunjukkan bagaimana caranya menggunakan dialog yang keras dengan diri sendiri di mana mereka mengungkapkan keyakinan irasional mereka dan selanjutnya mempertanyakannya. Kadang-kadang terapis akan melakukan peran sebaliknya dengan jalan bergantung kuat-kuat pada

falsafah mengalahkan diri yang dianut klien, klien diminta untuk berdebat dengan terapis dalam usaha untuk membujuknya untuk mau menghentikan gagasan-gagasan yang berfungsi keliru itu. Kekuatan dan energi merupakan bagian mendasar dari latihan menyerang rasa malu.

G. HASIL PENELITIAN TENTANG PENDEKATAN Berisi resume hasil penelitian dari jurnal internasional sesuai dengan pendekatan yang diambil H. KESIMPULAN Pendekatan rasional emotif yang dikembangkan oleh Albert Ellis mempunyai kelebihan sebagai berikut: 1. Rasional Emotif menawarkan dimensi kognitif dan menantang klien untuk meneliti rasionalitas dari keputusan yang telah diambil serta nilai yang klien anut. 2. Rasional Emotif memberikan penekanan untuk mengaktifkan pemahaman yang di dapat oleh klien sehingga klien akan langsung mampu mempraktekkan perilaku baru mereka. 3. Rasional emotif menekankan pada praktek terapeutik yang komprehensif dan eklektik. 4. Rasional emotif mengajarkan klien cara-cara mereka bisa melakukan terapi sendiri tanpa intervensi langsung dari terapis.

Kekurangan dari pendekatan ini adalah sebagai berikut: 1. Rasional emotif tidak menekankan kepada masa lalu sehingga dalam proses terapeutik ada hal-hal yang tidak diperhatikan. 2. Rasional emotif kurang melakukan pembangunan hubungan antara klien dan terapis sehingga klien mudah diintimidasi oleh konfrontasi cepat terapis. 3. Klien dengan mudahnya terbius dengan oleh kekuatan dan wewenang terapis dengan menerima pandangan terapis tanpa benar-benar menantangnya atau menginternalisasi ide-ide baru. 4. Kurang memperhatikan faktor ketidaksadaran dan pertahanan ego.

DAFTAR PUSTAKA Corey, G. 2007. Teori dan Praktik Konseling dan Psikoterapi. Bandung: Refika Aditama.

Latipun. 2008. Psikologi Konseling. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang Press.

Winkel. 2007. Bimbingan dan Konseling di Instituti Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi

lewat email: kumpul_tugas_adhyatman@yahoo.com

You might also like

  • Revisi Kelas F
    Revisi Kelas F
    Document2 pages
    Revisi Kelas F
    Zakqi Amsar Sudiyanto
    No ratings yet
  • Autisme 1
    Autisme 1
    Document2 pages
    Autisme 1
    Zakqi Amsar Sudiyanto
    No ratings yet
  • Dua
    Dua
    Document6 pages
    Dua
    Zakqi Amsar Sudiyanto
    No ratings yet
  • Chart
    Chart
    Document2 pages
    Chart
    Zakqi Amsar Sudiyanto
    No ratings yet
  • INTERVENSI KELUMPOK ASESMEN
    INTERVENSI KELUMPOK ASESMEN
    Document3 pages
    INTERVENSI KELUMPOK ASESMEN
    Zakqi Amsar Sudiyanto
    No ratings yet
  • JUDUL
    JUDUL
    Document11 pages
    JUDUL
    Zakqi Amsar Sudiyanto
    No ratings yet
  • Konsep Manusia
    Konsep Manusia
    Document17 pages
    Konsep Manusia
    Zakqi Amsar Sudiyanto
    No ratings yet
  • Rina Wijayanti
    Rina Wijayanti
    Document1 page
    Rina Wijayanti
    Zakqi Amsar Sudiyanto
    No ratings yet
  • History 2
    History 2
    Document7 pages
    History 2
    Zakqi Amsar Sudiyanto
    No ratings yet
  • Rogers
    Rogers
    Document17 pages
    Rogers
    Zakqi Amsar Sudiyanto
    No ratings yet
  • Kasus
    Kasus
    Document1 page
    Kasus
    Zakqi Amsar Sudiyanto
    No ratings yet
  • Lintas Budaya
    Lintas Budaya
    Document9 pages
    Lintas Budaya
    Zakqi Amsar Sudiyanto
    No ratings yet
  • Penelitian Sosial
    Penelitian Sosial
    Document83 pages
    Penelitian Sosial
    Rani Asmasari
    No ratings yet
  • OPTIMASI KEILMUAN
    OPTIMASI KEILMUAN
    Document9 pages
    OPTIMASI KEILMUAN
    Zakqi Amsar Sudiyanto
    No ratings yet
  • Bandura
    Bandura
    Document25 pages
    Bandura
    Zakqi Amsar Sudiyanto
    No ratings yet
  • Tugas Kelompok Kau
    Tugas Kelompok Kau
    Document3 pages
    Tugas Kelompok Kau
    Zakqi Amsar Sudiyanto
    No ratings yet
  • Fromm
    Fromm
    Document16 pages
    Fromm
    Zakqi Amsar Sudiyanto
    No ratings yet
  • Kon Kar - Zakqi
    Kon Kar - Zakqi
    Document2 pages
    Kon Kar - Zakqi
    Zakqi Amsar Sudiyanto
    No ratings yet
  • Terapi Rasional Emotif
    Terapi Rasional Emotif
    Document11 pages
    Terapi Rasional Emotif
    Zakqi Amsar Sudiyanto
    No ratings yet
  • Zakqi-Modifikasi Perilaku
    Zakqi-Modifikasi Perilaku
    Document1 page
    Zakqi-Modifikasi Perilaku
    Zakqi Amsar Sudiyanto
    No ratings yet
  • Penanganan Krisis
    Penanganan Krisis
    Document1 page
    Penanganan Krisis
    Zakqi Amsar Sudiyanto
    No ratings yet
  • Pengertian Pengukuran Menurut Para Ahli
    Pengertian Pengukuran Menurut Para Ahli
    Document1 page
    Pengertian Pengukuran Menurut Para Ahli
    Zakqi Amsar Sudiyanto
    No ratings yet
  • Guide BEI Jowo
    Guide BEI Jowo
    Document6 pages
    Guide BEI Jowo
    Zakqi Amsar Sudiyanto
    No ratings yet
  • Dinda Modifikasi Perilaku
    Dinda Modifikasi Perilaku
    Document1 page
    Dinda Modifikasi Perilaku
    Zakqi Amsar Sudiyanto
    No ratings yet
  • KONKAR
    KONKAR
    Document1 page
    KONKAR
    Zakqi Amsar Sudiyanto
    No ratings yet
  • Assesmen SDM
    Assesmen SDM
    Document16 pages
    Assesmen SDM
    Zakqi Amsar Sudiyanto
    No ratings yet
  • Modul 1
    Modul 1
    Document10 pages
    Modul 1
    Zakqi Amsar Sudiyanto
    No ratings yet
  • Intervensi Kelompok
    Intervensi Kelompok
    Document51 pages
    Intervensi Kelompok
    Zakqi Amsar Sudiyanto
    100% (4)
  • Natural Is Me
    Natural Is Me
    Document30 pages
    Natural Is Me
    Zakqi Amsar Sudiyanto
    No ratings yet
  • Manajemen Krisis Cip
    Manajemen Krisis Cip
    Document8 pages
    Manajemen Krisis Cip
    Zakqi Amsar Sudiyanto
    100% (1)