You are on page 1of 8

TEKNOLOGI BAHAN

Nama: Iin Afriani Stambuk: F 221 11 019 Tugas Pengawetan Kayu Tradisional dan Modern

Pengertian Kayu
Kayu adalah bagian batang atau cabang serta ranting tumbuhan yang mengeras karena mengalami lignifikasi. Penyebab terbentuknya kayu adalah akibat akumulasi selulosa dan lignin pada dinding sel berbagai jaringan di batang.Kayu digunakan untuk berbagai keperluan, mulai dari memasak, membuat perabot (meja, kursi), bahan bangunan (pintu, jendela, rangka atap), bahan kertas, dan banyak lagi. Kayu juga dapat dimanfaatkan sebagai hiasan-hiasan rumah tangga dan sebagainya. Kayu dikategorikan ke dalam beberapa kelas awet: 1. Kelas awet I (sangat awet), misal: kayu sonokeling, jati 2. Kelas awet II (awet), misal: kayu merbau, mahoni 3. Kelas awet III (kurangawet), misal: kayu, karet, pinus 4. Kelas awet IV (tidakawet), misal: kayu sengon 5. Kelas awet V (sangat tidak awet) Pengawetan kayu merupakan metode untuk menambah tingkat keawetan dari kayu dengan perlakuan fisik maupun kimia. Pengawetan kayu bertujuan untuk menambah umur pakai kayu lebih lama, terutama kayu yang dipakai untuk material bangunan atau perabot luar ruangan, karena penggunaan tersebut yang paling rentan terhadap degradasi kayu akibat serangga/organisme maupun factor abiotis (panas, hujan, lembab).

Dalam SNI 03-5010.1-1999, hanya kayu dengan kelas awet III, IV dan V lah yang memerlukan pengawetan, tetapi pada keperluan tertentu, bagian kayu gubal dari kayu kelas awet I dan II juga perlu diawetkan.

CARA PENGAWETAN KAYU Cara rendaman: Kayu direndam dalam bak larutan bahan pengawet yang telah ditentukan kepekatannya selama beberapa hari. Waktu pengawetan (rendaman) kayu harus seluruhnya terendam, jangan sampai ada yang terapung. Karena itu diberi beban pemberat dan sticker. Ada tiga cara pengawetan dengan rendaman, yaitu: 1. Rendaman dingin 2. Rendaman panas 3. Rendaman panas-dingin Bahan pengawet yang digunakan berupa garam, yang akan memberikan hasil lebih baik daripada bahan pengawet larut minyak atau berupa minyak, karena proses difusi.

Keuntungannya: 1. Penetrasi dan retensi bahan pengawet lebih banyak. 2. kayu dalam jumlah lebih banyak dapat diawetkan bersama. 3. larutan dapat digunakan berulangkali. Kerugiannya: 1. Waktunya lama, terutama pada rendaman dingin. 2. Perlatannya mudah terkena karat. 3. Pada proses rendaman panas kayu dapat terbakar. 4. dan kayu basah sulit di awetkan dengan cara ini.

Cara pemulasan dan penyemprotan : Cara pengawetan ini dapat dilakukan dengan alat yang sederhana. Bahan pengawet yang masuk dan diam di dalam kayu sangat tipis. Bila dalam kayu terdapat retak-retak, penembusan bahan pengawet tentu lebih dalam. Cara pengawetan ini hanya dipakai untuk maksud tertentu, yaitu : a) Pengawetan sementara (prophylactic treatment) di daerah ekploatasi atau kayu-kayu gergajian untuk mencegah serangan jamur atau bubuk kayu basah. b) Untuk membunuh serangga atau perusak kayu yang belum banyak dan belum merusak kayu (represif).

c) Untuk pengawetan kayu yang sudah terpasang. Cara pengawetan ini hanya dianjurkan bila serangan perusak kayu tempat kayu akan dipakai tidak hebat (ganas). Contohnya: memberikan lapisan cat pada kayu, melabur kayu dengan ter, dll.. Keuntungannya: Alat yang digunakan sederhana, mudah penggunaannya dan murah.

Cara pencelupan: kayu dimasukkan ke dalam bak berisi larutan bahan pengawet dengan konsentrasi yang telah ditentukan, dengan waktu hanya beberapa menit bahkan detik. Kelemahan cara ini: penetrasi dan retensi bahan pengawet tidak memuaskan. Hanya melapisi permukaan kayu sangat tipis, tidak berbeda dengan cara penyemprotan dan pelaburan (pemolesan). Cara ini umumnya dilakukan di industri-industri penggergajian untuk mencegah serangan jamur blue stain. Bahan pengawet yang dipakai Natrium Penthachlorophenol. Hasil pengawetan ini akan lebih baik baila kayu yang akan diawetkan dalam keadaan kering dan bahan pengawetnya dipanaskan lebih dahulu.

Cara pembalutan : Cara pengawetan ini khusus digunakan untuk mengawetkan tiangtiang dengan menggunakan bahan pengawet bentuk cream (cairan) pekat, yang dilaburkan/diletakkan pada permukaan kayu yang masih basah. Selanjutnya dibalut sehingga terjadilah proses difusi secara perlahan-lahan ke dalam kayu.

Proses vakum dan tekanan (cara modern) : Keuntungannya: Penetrasi dan retensi bahan pengawet tinggi sekali, waktunya singkat, dan dapat mengawetkan kayu basah atau kayu kering.

Kerugiannya: Biayanya mahal, perlu ketelitian tinggi dan hanya digunakan untuk perusahaan komersil. Menurut cara kerjanya, proses ini dibagi menjadi: 1. proses sel penuh, dimana pasa proses ini bahan pengawet mengisi penuh seluruh lumen sel kayu. Metode sel penuh memiliki dua cara, yaitu:

a) b) 2.

cara Bethel cara Burnett

proses sel kosong, dimana bahan pengawet hanya mengisi ruang antar sel kayu. Ada dua cara, yaitu: reuping, menggunakan tekanan awal 4 atm dinaikkan sampai dengan 8 atm. Cara kedua yaitu cara lawry, menggunakan tekanan awal 7 atm.

Urutan cara kerja sel penuh, yaitu: a) b) c) d) e) f) Kayu di masukkan ke dalam tangki yang tertutup rapat. Dilakukan pengisapan udara dalam tangki (vakum) dengan tekanan 60 sampai penuh. Setelah tangki penuh, vakum dihentikan. Dan diganti dengan tekanan selama 2 jam. Tekanan dihentikan, bahan pengawet dikeluarkan. Dilakukan vakum terakhir dengan tekanan 40 pengawet. , selama 10 menit untuk membersihkan permukaan kayu dari bahan , selama 90 menit. Sambil divakum, bahan pengawet dimasukkan ke dalam tangki

Urutan cara kerja proses sel kosong: a) b) c) d) e) f) Kayu di masukkan ke dalam tangki yang tertutup rapat. Langsung diberi tekanan sebesar 4 atm, selama 200 menit. Bahan pengawet dimasukkan ke dalam tangki sampai penuh. Tekanan ditingkatkan sebesar 7-8 atm selama 2 jam. Tekanan dihentikan, bahan pengawet dikeluarkan. Dilakukan vakum terakhir dengan tekanan 60 pengawet. , selama 10 menit untuk membersihkan permukaan kayu dari bahan

You might also like