You are on page 1of 18

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Kualitas sumber daya manusia bangsa Indonesia saat ini masih sangat rendah jika dibandingkan dengan negara lain bahkan dengan sesama anggota ASEAN. Pendidikan adalah kata kunci untuk meningkatkan kesejahteraan dan martabat bangsa. Tak salah jika kita sebut pendidikan sebagai pilar pokok dalam pembangunan bangsa. Tinggi-rendah derajat suatu bangsa bisa dilihat dari mutu pendidikan yang diterapkannya. Pendidikan yang tepat dan efektif akan melahirkan anak-anak bangsa yang cerdas, bermoral, memiliki etos kerja dan inovasi yang tinggi. Negaranegara yang telah berhasil mencapai kemajuan dan menguasai teknologiperadaban mengawali kesuksesannya dengan memberi perhatian yang besar terhadap sektor pendidikan nasionalnya. Sektor pendidikan mendapat dukungan penuh dan secara terus menerus sistemnya diperbaiki agar sesuai dengan kondisi, kebutuhan, dan daya akses seluruh lapis masyarakat mereka. Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Sebagaimana diketahui, Undang-Undang adalah wujud dari harapan rakyat yang dimanifestasikan oleh DPR. Dalam hal ini harapan dan tantangan di masa depan, pendidikan merupakan sesuatu yang sangat berharga dan dibutuhkan. Pendidikan di masa depan diharapkan memainkan peranan yang sangat fundamental di mana cita-cita suatu bangsa dan negara dapat diraih. Bagi masyarakat suatu bangsa, pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang akan menentukan masa depannya. Menghadapi masa depan yang sudah pasti diisi dengan arus globalisasi dan keterbukaan serta kemajuan dunia informasi dan komunikasi, pendidikan akan semakin dihadapkan terhadap berbagai tantangan dan permasalahan yang lebih rumit dari pada masa sekarang atau sebelumnya. Untuk itu, pembangunan di

sektor pendidikan di masa depan perlu dirancang sedini mungkin agar berbagai tantangan dan permasalahan tersebut dapat diatasi. Dunia pendidikan nasional perlu dirancang agar mampu melahirkan generasi atau sumber daya manusia yang memiliki keunggulan pada era globalisasi dan keterbukaan arus informasi dan kemajuan alat komunikasi yang luar biasa. Harus kita diakui, pelaksanaan pendidikan di Indoensia masih jauh dari yang diharapankan. Begitu juga dengan mutu yang dihasilkannya. Padahal, amanat Undang-Undang Dasar 1945 mematok tujuan pendidikan nasional begitu tinggi: bisa mencerdaskan bangsa Indonesia. Cerdas dalam artian mayoritas rakyat Indonesia memiliki budaya belajar dan mengajar dalam aktivitas kesehariannya Program pendidikan nasional yang dirancang diyakini belum berhasil menjawab harapan dan tantangan masa kini maupun di masa depan. Globalisasi seharusnya menghadirkan peluang positif untuk hidup nyaman, murah, indah dan maju, bukan menghadirkan peluang negatif yang menimbulkan keresahan, penderitaan dan penyesatan. Dalam situasi ini, tugas sivitas akademika mengembangkan dan menciptakan sistem pendidikan untuk menghasilkan lulusan yang mampu memilih tanpa kehilangan peluang serta jati diri.

B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana Reformasi Pendidikan Nasional? 2. Bagaimana Pengaruhnya Dalam Pendidikan Islam?

C. Tujuan 1. Untuk mengetahui reformasi pendidikan nasional. 2. Untuk memahami pengaruhnya dalam pendidian Islam.

BAB II PEMBAHASAN

A. Latar belakang Reformasi Sistem Pendidikan Nasional Dalam proses perjalanan UU No.2/l989 tentang Sisdiknas sekitar l3 tahun Sisdiknas dirasakan menunjukkan gejala-gejala sebagai berikut: 1. Sisdiknas telah menjadi alat politik pemerintah untuk memperkuat kekuasaannya. 2. Pendidikan terlalu diatur secara sentralistik oleh pemerintah, dan masyarakat kurang diberi peran dalam penyelenggaraan pendidikan; inisiatif, kreativitas dan inovasi masyarakat kurang mendapat kesempatan berkembang. 3. Pendidikan tidak dapat menjadi pranata sosial untuk pembudayaan dan transformasi masyarakat 4. Pendidikan tidak mampu menjawab tantangan lingkungan strategis, yaitu perkembangan politik-ekonomi-sosial-budaya, baik di daerah, nasional, maupun internasional yang berubah secara cepat. 5. Sisdiknas belum menerapkan prinsip-prinsip pendidikan: Pendidikan Untuk Semua, Pendidikan Seumur Hidup, dan Pendidikan Terbuka. Dalam upaya meningkatkan mutu sumber daya manusia, mengejar ketertinggalan di segala aspek kehidupan dan menyesuaikan dengan perubahan global serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, bangsa Indonesia melalui DPR dan Presiden pada tanggal 11 Juni 2003 telah mensahkan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional yang baru yaitu Undang-Undang Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003, sebagai pengganti Undang-undang Sisdiknas Nomor 2 Tahun 1989. Adapun perbedaan dan Persamaan dari Sisdiknas Nomor 2 Tahun 1989 dengan Undang-Undang Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003, antara lain:

a. Persamaan Keduanya masih menempatkan Pendidikan sebagai kerja non akademik,dan pendidikan diselenggarakan dibawah otorita kekuasaan administratif-birokratis, dan belum menempatkan pendidikan sebagai kerja akademik, dan penyelenggaraannya dibawah otorita keilmuan (Gambar 1 dan Gambar 2 di lampiran) Kerja Non Akademik: Loyalitas, Yudical Hierarchy , Esselonisasi, dan Senioritas didasarkan masa kerja dan kepatuhan. Kerja Akademik: Reputasi Akademik, bersaing dalam Kreativitas & Inovasi, tidak mengenal Yudical Hierarchy, hanya mengenal perbedaan bobot Mutu Akademik, dan tidak mengenal esselonisasi. b. Perbedaan 1. Sentralisasi Desentralisasi 2. Pemerintah Pusat / Daerah: BertanggungJawab pada pelayanan, Dana, Rambu-rambu Nasional dan Standard Mutu Nasional. 3. Masyarakat: Bertanggungjawab pada Unit Pendidikan [SekolahMadrasah] dan Mutu Pendidikan. 4. Sisiknas otonomitas (No.20/2003) & lebih demokratis, pada terbuka,memberikan masyarakat dalam

tanggungjawab

menyelenggarakan pendidikan bermutu.

B. Paradigma Reformasi Pendidikan Nasional 1. Paradigma Keberagaman Pendidikan memiliki banyak wajah, sifat, jenis dan jenjang (pendidikan keluarga, sekolah, masyarakat, pondok pesantren, madrasah, program diploma, sekolah tinggi, institusi, universitas, dsb). Namun hakikatnya satu, yaitu memanusiakan manusia. Hakikatnya pendidikan mengembangkan : a) Human Dignity = harkat dan martabat manusia

b) Manizing Human = memanusiakan manusia benar-benar mampu menjadi khalifah. Manusia mampu memilih, menetapkan dan membangun model kehidupannya dalam hidup bersama; bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Dalam hal ini ada 3 jenis manusia: a) Sepenuhnya pasrah apa kata Hukum Alam dan Sosial. b) Sepenuhnya berontak mematahkan belenggu Hukum Alam dan Sosial. c) Kombinasi keduanya, memiliki kecerdasan, kata hati dan keahlian serta kesadaran bahwa tidak akan mampu melampaui Hukum Alam. 2. Paradigma Pemikiran Keilmuan Ilmu merupakan bagian essensial isi ajaran agama (Islam). Ilmu terus mengalir & bergulir,tanpa dapat dicegah. Tidak ada monopoli dlm mengasuh dan mengklaim kebenaran ilmu.Tidak ada lagi pohon ilmu, telah berubah menjadi jaringan ilmu. Hubungan antara agama dan ilmu adalah sebagai berikut: a) Agama adalah Puncak Pencapaian, sedangkan Ilmu adalah Alat Pencapaian. b) Agama adalah Kebenarannya Mutlak, sedangkan Ilmu Relatif. c) Ketika agama bertemu ilmu terjadi 4 model: Konflik, Inter Independensi, Dialog, Integrasi. 3. Paradigma Baru Pendidikan Nasional Paradigma Pendidikan Nasional dapat dilihat dari visi, misi, tujuan, orientasi dan strategi sistem pendidikan. Visi : Menjadi Sistem Pendidikan yang unik/khas Indonesia dalam rangka mengembangkan kecerdasan kehidupan nasional berdasarkan nilai-nilai Pancasila sebagai satu kesatuan yang utuh, agar bangsa ini menjadi bangsa yang bermartabat dan terhormat dalam tata kehidupan internal modern Menjadi modern dengan tetap pada jati dirinya. Kebenarannya

4. Strategi penyelenggaraan pendidikan nasional (sekolah) : Berfokus pada mutu, untuk itu diperlukan: otonomi, akreditasi, evaluasi dan akuntabilitas. Bersaing mutu, kemandirian, keterbukaan,

disiplin dan profesional, serta dalam meningkatkan pelayanan terhadap peserta didik melalui peningkatan SDM dan Manajemen atau Pengelolaan Sekolah 5. Pendidikan adalah kerja akademik Dosen, Guru, Pustakawan, Laboran, Peneliti, adalah Tenaga Akademik, & bukan Tenaga Administrasi Birokrasi. Para pakar akademisi berdiri paling depan dalam pemberdayaan mutu akademik unit pendidikan (sekolah); Tenaga Non Akademik mem-Back Up & menfasilitasi kerja akademik. Diperlukan Academic Bill of Right dalam dunia pendidikan. 6. Materi Ajar/Kurikulum Kurikulum bertolak dari kebutuhan, IPTEK, pasar, nilai luhut budaya/tradisi/agama. Metodologi Pembelajaran a. Learning to Know b. Learning to Do c. Learning to Be d. Learning to Live Together e. Learning throughout Life f. Learn How to Learn Belajar Menjadi bukan sekedar Memiliki. Menguasai Metodologi bukan sekedar Materi. Tidak ada Keterpisahanantara ilmuan dan ilmunya atau keahliannya. 7. Dana dan Sistem Pendanaan Dana pendidikan harus memperhatikan jumlah dan sumber dana supaya dana tersebut benar-benar menjadi penopang dalam dunia pendidikan. Dalam hal ini ada istilah Funding System dalam system pendanaan.

Funding System adalah sesuai dengan kebutuhan, peluang. Konsepnya adalah sebagai berikut : Kucuran Dana terlalu Kecil:<= Tidak Berguna Kucuran Dana terlalu Besar:>= Manja & Mubazir

kemampuan dan

Kucuran Dana = = sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan menggunakan;makin tinggi kemajuan, makin tinggi kebutuhan,makin tinggi kemampuan, makin besar (dana) yang dapat dikucurkan. 8. Agenda Reformasi Sistem Pendidikan Nasional a) Melakukan pembangunan Sistem Pendidikan Nasional yang konprehensif, integratif, dan aplikatif. Makna konprehensif adalah menjamin perbaikan yang berkelanjutan, integratif tak memisahkan aspek moral dan nilai-nilai luhur dari pembelajaran dan pengajaran, dan aplikatif menunjuk pada mutu dan meningkatnya daya saing bangsa. b) Meningkatkan wajib belajar dari Sembilan tahun menjadi dua belas tahun. c) Meningkatkan kopetensi, kesejahteraan, penghargaan, dan perlindungan terhadap profesi guru tanpa membeda-bedakan status kepegawaian, PNS atau swasta. d) Mengawal realisasi anggaran pendidikan yang besarnya 20% dari total APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) sebagaimana amanah Pasal 31 ayat 4 Amandemen IV UUD 1945. e) Melakukan monitoring dan evaluasi sistematis terhadap berbagai aspek konsep dan operasional Sistem Pendidikan Nasional di semua jenis, jenjang, dan jalur pendidikan. f) Memastikan terlaksananya proses pendidikan yang menanamkan jiwa kebebasan, kemandirian, kewirausahaan, dan meningkatkan keterampilan hidup dan daya juang kepada anak-anak bangsa yang menjadi peserta didik.

g) Menerapkan desentralisasi penyelenggaraan pendidikan dan meningkatkan partisipasi masyarakat baik dalam penyelenggaraan pendidikan formal, nonformal, dan informal. h) Meningkatkan kualitas pengelolaan manajemen sekolah dan metode pembelajaran serta menjadikan sekolah tidak lagi sebagai menara gading yang steril dari analisis kebutuhan lingkungan sekitarnya. Sekolah bukan hanya tempat penyelenggaraan pendidikan, tapi juga bisa menjadi pusat latihan, seminar, workshop, dan studi banding. Sekolah adalah pusat belajar masyarakat di wilayahnya berada. i) Terselenggaranya pendidikan yang murah, bermutu, dan berwawasan global yang memiliki daya saing nasional di percaturan global. j) Memberi perhatian serius pada pendidikan khusus bagi anak bangsa yang disebabkan oleh cacat atau kecerdasan luar biasa peserta didik. k) Menjadikan sekolah sebagai tempat kaderisasi kepemimpinan nasional dan memasukkan program wajib militer untuk menumbuhkan rasa nasionalisme. l) Menumbuhkan kepedulian masyarakat terhadap pendidikan. Kesadaran masyarakat untuk ambil bagian dalam pendidikan adalah bentuk dari ketahanan sosial atas perubahan tantangan lingkungan yang terjadi. Pendidikan tidak lagi menjadi tanggung jawab orang tua secara individu per individu, tetapi itu tanggung jawab komunitas secara bersama. m) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan mutu pendidikan. Itulah tiga belas agenda reformasi Pendidikan yang urgen

dilaksanakan untuk mewujudkan kesejahteraan dan ketinggian martabat bangsa yang kita harapkan. Pelaksanaan proses pendidikan harus efektif untuk menanamkan jiwa kebebasan, kemandirian, dan kewirausahaan. Dengan begitu anak-anak bangsa yang menjadi peserta didik bisa eksis dalam persaingan di masa

datang berbekal keterampilan hidup (life skill) dan daya juang (adversity quotient) yang mumpuni. Kurikulum diarahkan untuk memberi pengalaman belajar yang seimbang yang meliputi aspek intektual (IQ), emosional (EQ), dan spiritual (SQ). Dan titik tekannya adalah membentuk karakter pembelajar agar anak bangsa yang menjadi peserta didik memiliki keinginan untuk belajar di sepanjang hayatnya. Tipe bangsa pembelajarlah yang bisa survive menghadapi persaingan global yang rivalitasnya bukan lagi di tataran negara vs negara atau kota vs kota. Tetapi, sudah di level individu vs individu.

C. Pengaruhnya Dalam Pendidikan Islam Program peningkatan mutu pendidikan yang ditargetkan oleh pemerintah Orde Baru akan mulai berlangsung pada Pelita VII terpaksa gagal, krisis ekonomi yang berlangsung sejak Juli 1997 telah mengubah konstelasi politik maupun ekonomi nasional. Secara politik, Orde Baru berakhir dan digantikan oleh rezim yang menamakan diri sebagai Reformasi Pembangunan meskipun demikian sebagian besar roh Orde Reformasi masih tetap berasal dari rezim Orde Baru, tapi ada sedikit perubahan, berupa adanya kebebasan pers dan multi partai. Dalam bidang pendidikan kabinet reformasi salah satunya melanjutkan program wajib belajar 9 tahun yang sudah dimulai sejak tahun 1994 serta melakukan perbaikan sistem pendidikan agar lebih demokratis. Tugas jangka pendek Kabinet Reformasi yang paling pokok adalah bagaimana menjaga agar tingkat partisipasi pendidikan masyarakat tetap tinggi dan tidak banyak yang mengalami putus sekolah. Dalam bidang ekonomi, terjadi krisis yang berkepanjangan, beban pemerintah menjadi sangat berat. Sehingga terpaksa harus memangkas program termasuk didalamnya program penyetaraan guru-guru dan mentolerir terjadinya

kemunduran penyelesaian program wajib belajar 9 tahun. Sekolah sendiri mengalami masalah berat sehubungan dengan naiknya biaya operasional di suatu

pihak dan makin menurunnya jumlah masukan dari siswa. Pembangunan di bidang pendidikan pun mengalami kemunduran. Beberapa hal yang menyebabkan program pembangunan pemerintah dalam sektor pendidikan terutama dalam Pendidikan Agama Islam belum terpenuhi secara maksimal. 1. Distribusi pembangunan sektor pendidikan kurang menyentuh lapisan sosial kelas bawah. 2. Kecenderungan yang kuat pada wilayah pembangunan yang bersifat fisik material, sedangkan masalah-masalah kognitif spiritual belum

mendapatkan pos yang strategis. 3. Munculnya sektor industri yang membengkak, cukup menjadikan agenda yang serius bagi pendidikan Islam di Indonesia pada masa pembangunan ini. 4. Perubahan-perubahan sosial yang berjalan tidak berurutan secara tertib, bahkan terkadang eksklusif dalam dialektik pembangunan sebagaimana tersebut di atas. 5. Kurikulum yang belum mantap, terlihat dari beragamnya jumlah presentasi untuk pelajaran umum dan agama pada berbagai sekolah yang berlogo Islam. 6. Kurang berkualitasnya guru, yang dimaksud disini adalah kurang kesadaran professional, kurang inofatif, kurang berperan dalam

pengembangan pendidikan. 7. Dualisme pengelolaan pendidikan yaitu antara Depag dan Depdikbud. 8. Belum adanya sentralisasi dan disentralisasi yang jelas. 9. Sisa-sisa pendidikan penjajahan yang masih ditiru seperti penjurusan dan pemberian gelar. 10. Minimnya persamaan hak dengan pendidikan umum

10

11. Minimnya peminat sekolah agama karena dipandang prospeknya tidak jelas. Semua hal diatas adalah faktor penyebab dari tidak terpenuhinya beberapa maksud pemerintah dalam menjalankan pembangunan dalam sektor pendidikan agama khususnya bagi Pendidikan Agama Islam. Semua itu sangat

memprihatinkan apalagi jika dibiarkan begitu saja tanpa upaya retrospeksi atas kegagalan tersebut. Yang harus disadari adalah lembaga pendidikan Islam adalah lembaga pendidikan Islam memiliki potensi yang sangat besar bagi jalannya pembagunan di negeri ini terlepas dari berbagai anggapan tentang pendidikan yang ada sekarang, harus diingat bahwa pendidikan Islam di Indonesia telah banyak melahirkan putera puteri bangsa yang berkualitas. HM. Yusuf Hasyim mengungkapkan betapa besarnya pendidikan Islam di Indonesia hanya dengan menunjukkan salah satu sampelnya yaitu pesantren. sebagai lembaga pendidikan Islam pesantren dan madrasah-madrasah

bertanggungjawab terhadap proses pencerdasan bangsa secara keseluruhan. Sedangkan secara khusus pendidikan Islam bertanggungjawab terhadap

kelangsungan tradisi keislaman dalam arti yang seluas-luasnya. Dari titik pandang ini pendidikan Islam, baik secara kelembagaan maupun inspiratif, memilih model yang dirasakan mendukung secara penuh tujuan dan hakikat pendidikan manusia itu sendiri, yaitu membentuk manusia mukmin yang sejati, mempunyai kualitas moral dan intelektual. Sistem Pendidikan Nasional seperti dijelaskan dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS adalah Sistem Pendidikan Nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional yang termasuk didalamnya mengenai Pendidikan Agama Islam.

11

Di dalam pasal-pasal dan penjelasan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional ini ditemukan sebagai berikut : Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu dan cakap (Bab II pasal 3 ayat 1-6). Butir-butir dalam tujuan Nasional tersebut terutama yang menyangkut nilainilai dan berbagai aspeknya, sepenuhnya adalah nilai-nilai dasar ajaran Islam, tidak ada yang bertentangan dengan tujuan pendidikan Islam. Oleh karena itu, berkembangnya pendidikan Islam akan berpengaruh sekali terhadap keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan nasional yang dimaksud dan demikian juga sebaliknya.

12

BAB III KESIMPULAN

A. Kesimpulan Upaya memperbaiki Pendidikan Nasional tidak hanya menyangkut masalah fisik dan dana saja. Tapi, harus lebih mendasar dan strategis. Sistem Pendidikan Nasional perlu direformasi dengan memadukan wahyu Tuhan dan ilmu pengetahuan sebagai arena utama aktivitas pendidikan. Sekolah bukan hanya menjadi tempat pembekalan pengetahuan kepada anak bangsa, tapi juga lembaga penanaman nilai dan pembentuk sikap dan karakter. Anak-anak bangsa dikembangkan bakatnya, dilatih kemampuan dan keterampilannya. Sekolah tempat menumbuhkembangkan potensi akal, jasmani, dan rohani secara maksimal, seimbang, dan sesuai tuntutan zaman. Output keseluruhan proses pendidikan adalah menyiapkan peserta didik untuk bisa merealisasikan fungsi penciptaannya sebagai hamba Tuhan dan kemampuan mengemban amanah mengelola bumi untuk dihuni secara aman, nyaman, damai, dan sejahtera. B. Saran Dalam pembuatan makalah ini tentunya masih banyak terdapat kesalahan dan kekhilafan, untuk itu kami sangat mengharapkan masukan dari para pembaca berupa kritik dan saran yang sifatnya membangun, sehingga dapat menjadi acuan kami kedepan dalam membuat makalah.

13

DAFTAR PUSTAKA

Al-Chaidar, Reformasi Prematur Jawaban Islam Terhadap Reformasi Total, Jakarta : Darul Falah, 1999. Muhammad A.S. Hikam, Islam Demokratisasi Pemberdayaan Civil Society, Jakarta : Erlangga, 2000. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Kalam Mulia, 2010. Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta : Prenada Media Group, 2009. Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Bumi Aksara, 2008.

14

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahim Puji syukur kehadiran Allah swt, yang telah melimpahkan petunjuk, binbingan dan kuatan jepada kami untuk menyelesaikan makalah ini dengan baikdan berjalan lancar sesuai dengan dengan yang harapkkan. Salawat dan salam semoga dilimpahkan oleh -Nya kepada junjungan kita Nabi besar muhammad saw, para sahabat dan pengikutnya yang setia sepannjang zaman, dan semoga kita mendapatkan syapaatnya di yaumil Akhir Amir... Mungkin juga dalam pembuatan makalah ini banyak terdapat kesalahan yang ataupun yang tidak disengaja kami mengucapkan naaf yang sedalam-dalamnya, Akhir kata ocapkan terima kasih.

Benkulu, November 2012

Penulis

i 15

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL KATA PENGANTAR ...................................................................................................... i DAFTAR ISI BAB I ............................................................................................................ ii PENDAHULUAN A. Latar Belakang ................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah .............................................................................. 2 C. Tujuan................................................................................................. 2 BAB II PEMBAHASAN A. Latar belakang Reformasi Sistem Pendidikan Nasional .......... 3 B. Paradigma Reformasi Pendidikan Nasional ............................. 4 C. Pengaruhnya Dalam Pendidikan Islam .............................................. 9

BAB III

PENUTUP A. Kesimpulan ......................................................................................... 12 B. Saran ................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA

ii 16

MAKALAH KAPITA SELEKTA PENDIDIKAN ISLAM Reformasi Pendidikan Nasional Dan Pengaruhnya dalam Pendidikan Islam

Disusun Oleh

Rahma Wati, W.H Deki Afriansyah Nipen Ade Candra Yanuari Selpina Dosen: Zubaedi

FAKULTAS TARBIYAH PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) 2012

17

18

You might also like