Professional Documents
Culture Documents
AGROPOLITAN
Asal kata
Kota pertanian atau kota di wilayah pertanian atau pertanian di kawasan kota (Friedman dan Douglas, 1975)
Kota pertanian yang tumbuh dan berkembang seiring berjalannya sistem dan usaha agrobisnis yang mampu melayani, mendorong, menarik dan menghela kegiatan pembangunan pertanian (agribisnis) di wilayah sekitarnya
(Suwandi, 2005)
Kawasan agropolitan adalah kawasan yang terdiri atas satu atau lebih pusat kegiatan pada wilayah perdesaan sebagai sistem produksi pertanian dan pengelolaan sumber daya alam tertentu yang ditunjukkan oleh adanya keterkaitan fungsional dan hierarki keruangan satuan sistem permukiman dan sis tem agrobisnis (UU no. 26 th. 2007
tentang Penataan Ruang)
AGROPOLITAN DI INDONESIA
Rintisan tahun 2002
Keputusan Menteri Pertanian no. 441/Kpts/KP.150/7/2002 tanggal 9 Juli 2002 tentang Pembentukan Kelompok Kerja Pengembangan Kawasan Agropolitan
8 Kabupaten
Kabupaten Agam (Sumatera Barat) Kabupaten Baru (Sulawesi Selatan) Kabupaten Rejang Lebong (Bengkulu) Kabupaten Cianjur (Jawa Barat) Kabupaten Bangli (Bali) Kabupaten Kulon Progo (D.I Yogyakarta) Kabupaten Kutai Timur (Kalimantan Timur) Kabupaten Boalemo (Gorontalo)
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Provinsi Sumatera Barat Bengkulu Jawa Barat DI Yogyakarta Bali Sulawesi Selatan Gorontalo Kalimantan Timur NAD Aceh Sumatera Utara Lampung Babel Riau Jambi Sumatera Selatan Banten Jawa Barat Jawa Tengah Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Tenggara Kalimantan Selatan Kalimantan Tengah Kalimantan Barat Papua Maluku Utara
Kota/Kab. Agropolitan Agam Rejang Lebong Cianjur Kulon Progo Bangli Barru Boalermo Kutai Timur Aceh Besar Tapanuli Utara, Simalungun, Toba Samosir, Dairi, Karo Lampung Tengah Belitung Indragiri Hilir Tanjung Jabung Timur OKI, OKU Pandeglang Kuningan Semarang, Pemalang Mojokerto, Banyuwangi Tabanan Dompu Kupang Minahasa Donggala Kendari Hulu Sungai Tengah Kapuas Pontianak Jayapura Halmahera Barat
Komodita Sapi Jagung, Sayuran Sayuran, Bunga Biofarmaka Kopi, Jeruk Sapi Jagung Coklat, Jagung Sapi Sayuran Padi, Jagung, Kedele Manggis, Lada Kalapa, Padi Kedele, Sapi Potong Padi, Hortikultura Palawija, Durian Sapi Tanaman Hias, Farmaka, Sapi Palawija Peternakan Sapi Sapi Kentang, Wortel, Sayuran Kakao, Sapi, Ikan Sapi Jeruk, Sayuran Sapi Lidah Buaya, Pepaya, Sayuran Kakao Kelapa
a) b) c)
d)
2.
3.
4.
Sebagian besar kegiatan masyarakat di kawasan tersebut didominasi oleh kegiatan pertanian (dalam arti luas) dan atau agribisnis dalam suatu kesisteman yang utuh dan terintegrasi mulai dari: Subsistem usaha tani/ pertanian primer (on farm agribusiness) Subsistem agribisnis hulu (up stream agribusiness) Subsistem agribisnis hilir (down stream agribusiness) Subsistem jasa-jasa penunjang (kegiatan yang menyediakan jasa bagi agribisnis) Adanya keterkaitan antara kota dengan desa yang bersifat interdependensi/timbal balik dan saling membutuhkan Kegiatan sebagian besar masyarakat di kawasan tersebut didomonasi oleh kegiatan pertanian atau agribisnis Kehidupan masyarakat di kawasan agropolitan sama dengan suasana kehidupan di perkotaan
4.
5.
6.
Memiliki komoditas unggulan yang sudah berkembang dengan prioritas untuk didukung oleh sektor hilirnya Memiliki sumberdaya lahan yang sesuai untuk mengembangkan komoditi unggulan Memiliki prasarana dan infrastruktur yang memadai untuk mendukung pengembangan sistem dan usaha agribisnis khususnya pangan Memiliki sumberdaya manusia yang mau dan berpotensi untuk mengembangkan kawasan agropolitan secara mandiri Usaha agribisnis yang dimiliki masyarakat tani di kawasan mampu dikembangkan lebih baik lagi serta berdampak luas terhadap pertumbuhan ekonomi di kawasan dan daerah sekitarnya. Konservasi alam dan kelestarian lingkungan hidup tercapai guna menjamin budi daya kelestarian sumberdaya alam, kelestarian sosial budaya maupun ekosistem yang berkelanjutan dalam RTRK/ RDTRK yang disepakati.
Keputusan Penetapan Lokasi dan Komoditas Unggulan Daerah. Surat Keputusan Pembentukan Kelompok Kerja (POKJA) Agropolitan beserta Sekretariat POKJA Agropolitan Kabupaten/ Kota. Penyusunan dan Pengesahan Master plan Kawasan Agropolitan Kabupaten/ Kota.
(2)
(3) (4)
(5)
Sumber daya manusia yang unggul Terbangunnya sistem dan usaha agribisnis yang kuat Berkembangnya investasi dan permodalan agribisnis Terbangunnya sarana danprasarana yang memadai dan mendukung kegiatan agribisnis Adanya keserasian tata ruang dan regulasi yang kondusif bagi terciptanyasistem dan usaha agribisnis
4. 5.
6. 7.
Investasi di bidang pertanian tumbuh dan berkembang dengan baik Infrastruktur baik fisik, sosial, maupun ekonomi di bidang pertanian berkembang dan memadai Meningkatnya pendapatan petani melalui peningkatan produktivitas hasilpertanian yang diiringi dengan meningkatnya nilai tukar petani Lapangan pekerjaan tumbuh dengan baik Tumbuh dan berkembangnya kegiatan produksi, pengolahan, danpemasaran komoditas unggulan pertanian dalam skala industri Pengelolaan lahan dilakukan secara berkelanjutan Meningkatnya kualitas SDM stakeholder kawasan agropolitan yang kreatif,innovatif, berjiwa wirausaha dan profesional
4.
5. 6.
7. 8. 9. 10. 11.
Rendahnya Kapasitas SDM pertanian/perdesaan Rendahnya partisipasi masyarakat, Kurangnya akses masyarakat terhadap sumber daya sumber daya utama, Lemahnya dukungan permodalan (akses terhadap sumberdaya finansial) Lemahnya pemasaran produk (info harga, fluktuasi harga dan kontinuitas pasar) Lemahnya pengembangan kelembagaan pengelola di level lokal/komunitas (banyak infrastruktur yang tidak digunakan setelah proyek berakhir) Ketidakjelasan dan lemahnya organisasi pengelola kawasan Lemahnya kapasitas kelembagaan petani/produsen Sistem tata niaga (dikuasai tengkulak, tidak berpihak pada masyarakat lokal/petani) Belum berkembangnya aktivitas industri pengolahan Ketidaksesuaian sarana prasarana yang dikembangkan dengan yang dibutuhkan masyarakat.
Penanganan Permasalahan
1. 2. 3. 4.
5.
6.
7.
Perlu dilakukan sosialisasi terus menerus tentang agropolitan sebagai konsep pembangunan perdesaan berbasis pertanian Perlu adanya pedoman atau petunjuk teknis tentang pengembangan Kawasan Agropolitan Perlu ada fasilitas komunikasi dan konsultasi tentang pengelolaan agropolitan yang baik Perlu adanya pengembangan arahan/pedomanpedoman/standar sistem tata ruang perdesaan (untuk pengendalian alih fungsi lahan, mengatur standar prasarana dan sarana serta struktur tata ruang yang sesuai dengan tingkat perkembangan kawasan) Perlu pengembangan pengetahuan, pendidikan dan pelatihan tentang pentingnya perencanaan perdesaan (rural planning) Perlu pengembangan industri, jasa, dan institusi keuangan pertanian dan perdesaan Perlu pengadaan dan revitalisasi sarana dan prasarana permukiman, perdesaan dan pertanian
2)
3) 4) 5) 6)
kedekatannya dengan pasar kompetisi tinggi untuk lahan lahan yang sangat terbatas menggunakan sumber daya kota seperti sampah organik dan air buangan rendahnya tingkat organisasi petani mengandalkan produk yang dapat terurai
4) 5)
Meningkatkan ekonomi lokal dengan menciptakan lapangan pekerjaan baru. Meningkatkan efisiensi biaya transportasi. Penyediaan kebutuhan pangan bagi penduduk kota dan sekitarnya sehingga ketahanan pangan dapat berkelanjutan. Peningkatan taraf hidup masyarakat. Peningkatan pendapatan daerah kota dengan adanya diversifikasi dari kegiatan pertanian, diantaranya kegiatan wisata pertanian, kegiatan pengolahan hasil pertanian dan lain sebagainya.
1. Commercial farms Usaha pertanian di kota yang diusahakan untuk tujuan komersial oleh usaha yang bersifat formal 2. Community gardens Usaha pertanian di kota, umumnya memiliki lahan luas yang dibagi menjadi lahan dengan ukuran lebih kecil, diusahakan oleh masyarakat disekitarnya, lahannya bisa dimiliki oleh Pemerintah Kota, institusi terkait, kelompok komunitas, maupun oleh individu 3. Backyard gardens Usaha pertanian di kota yang diusahakan pada lahan di sekitar rumah, seperti di balkon, dek, di atas atap, dan lainnya
ECONOMY
ENVIRONMENT
SOCIAL
Improved food security Community development Improved nutrition Improved health Cleaner environment
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Kepemilikan Tanah Biaya memulai (start-up costs) Jalan Akses menuju market Pengetahuan dan keahlian Musim yang tidak menentu Kesehatan Masyarakat Perencanaan Kota Kriminalitas
Rekomendasi
Rencana Induk (Master plan) pertanian
1. Rekomendasi dan aksi strategis bagi pedoman kebijakan, pembangunan dimasa datang, dan manajemen operasi kawasan 2. Rencana fisik kawasan yang berisi pedoman dan rekomendasi untuk menyiapkan sarana dan pra sarana fisik kawasan 3. Kerangka strategis bagi pembaruan kawasan di masa datang
Strategi
1. Peningkatan kualitas dan kuantitas produksi hasil pertanian
Hal ini dapat diupayakan melalui pemanfaatan pertanian yang terkontrol dengan memanfaatkan prinsip manajemen dan industri, keterpaduan penanganan pasca panen, dan standarisasi produk pertanian (mengacu pada SNI, ISO dan standar negara yang sudah maju di bidang pertanian).
2.
3.
Pengembangan dan pembuatan produk hasil pertanian Indonesia yang mempunyai kualitas dan daya kompetitif dalam perdagangan internasional.
Globalisasi setidaknya akan membawa dampak pada perubahan kebijakan dan arah pembangunan serta pengembangan produk pertanian. Konsep keunggulan komparataif di era sekarang ini nampaknya tidak akan mampu diandalkan seterusnya mengingat banyak negara dengan sumber devisa dari sektor pertaniannya mampu bersaing di pasaran global karena mereka mampu membuat produk dengan ciri keunggulan kompetitif di dalam pasar. Untuk dapat menghasilkan produk pertanian yang memiliki keunggulan kompetitif maka konsep Kapasitas, Kualitas dan Kontinyuitas dalam menghasilkan produk harus sudah memasyarakat di kalangan petani. Untuk ini peningkatan kemampuan, pengetahuan dan wawasan petani adalah suatu hal yang harus diprioritaskan dalam waktu dekat.
TERIMA KASIH