You are on page 1of 35

FILSAFAT MATERIALISME DIALEKTIKA HISTORIS I. PENDAHULUAN Apakah Filsafat itu ?

Banyak orang mengira bahwa filsafat itu tidak dapat atau sulit dimengerti oleh rakyat biasa, dan merupakan salah satu mata kuliah yang paling sulit dan abstrak di dalam perguruan tinggi. Dengan kata lain, filsafat itu di pandang sebagai sesuatu yang tak ada atau sedikit sekali hubungannya dengan kehidupan sehari-hari. Padahal tidak demikian. Pada setiap hari dapat kita jumpai jejak-jejak atau potongan-potongan fikiran filsafat. Si A yang sudah puluhan tahun merantau di luar negeri pada suatu waktu berkenan untuk pulang ke tanah air Indonesia. Begitu tiba di Jakarta ia dikejutkan dengan wajah Betawi yang baru sama sekali baginya, sehingga ia tidak mengenali lagi kampung-kampung yang ia tempati puluhan tahun yang lalu. Jalan-jalan kini lebar-lebar dan licin, malang-melintang dan penuh dengan berbagai kendaraan bermotor yang membisingkan, gedung-gedung pencakar langit pun menjulang di sana-sini dengan aneka lampu yang memberikan pandangan indah pada malam hari, banyak pusat-pusat perbelanjaan, supermarket, atau plaza di samping pasar loak dan kaki lima. Pendek kata, Betawi sekarang tidak jauh beda dengan kota-kota besar di Eropa dan Amerika sana, walaupun nampak sangat jorok dengan tumpukan sampah di mana-mana, yang tak pernah dijumpai dijaman kolonial. Tetapi yang lebih mengejutkan dan juga membanggakan ialah bahwa penguasa kolonial telah tidak ada lagi, penguasa bangsa sendiripun ternyata mampu menjalankan roda pemerintahan. Polisi dan tentara juga tidak kalah galak dan bengisnya dari polisi dan tentara di jaman kolonial. Ketika ia di tengah-tengah kerabatnya ia mendapati kenyataan banyak di antara mereka yang sudah meninggal dan ada yang menjadi pembesar dan kaya raya, dst. Hasil pengamatan seperti ini telah memberikan kesan yang mendalam kepadanya bahwa segala sesuatu itu berubah, tidak langgeng. Dan pikiran bahwa SEGALA SESUATU ITU BERUBAH, TIDAK LANGGENG ini adalah sepotong pikiran filsafat, menurut ilmu filsafat inilah pikiran dialektis, yang merupakan bagian dari suatu sistim filsafat dialektika. Mari kita lanjutkan contoh di atas tadi. Pada suatu ketika si A tadi yang setelah beberapa waktu kembali ke tanah air, memperhatikan lebih dalam kehidupan rakyat kecil, kehidupan kaum buruh, kaum tani dan kaum miskin di perkotaan, serta pengrajin dan nelayan, dan mengetahui bahwa nasib mereka tetap miskin dan sengsara. Di lain pihak, ia melihat pemilikpemilik modal raksasa asing (kaum Imperialis) masih tetap merajalela dan bahkan menguasai kehidupan perekonomian dan keuangan. Kenyataan-kenyataan yang keras ini telah memberikan kesan padanya bahwa segala sesuatu TETAP TIDAK BERUBAH, SEMUA TETAP DAN LANGGENG. Pikiran semacam inipun, merupakan sepotong pikiran filsafat. Dan dalam ilmu filsafat ini dikenal dengan pikiran statis, merupakan sebagian dari sistim filsafat metafisika, dalam pengertian non-dialektis. Dari contoh diatas dapat kita ketahui dengan jelas bahwa suatu pikiran filsafat itu dilahirkan dari pikiran-pikiran yang hidup dalam perjuangan manusia sehari-hari untuk mempertahankan dan memperbaiki kehidupannya dan mempertinggi martabat kemanusiaan. Sungguhpun demikian, pikiran filsafat tidaklah sama dengan pikiran yang hidup sehari-hari. Diantara keduanya terdapat perbedaan kualitas atau sifat. Sebagaimana yang kita ketahui dari contoh diatas itu, bahwa pikiran sehari-hari itu adalah KHUSUS dan KONGKRIT , misalnya wajah Jakarta berubah, keadaan politik di Indonesia semakin besar, dsb. Sedangkan pikiran filsafat, yang merupakan penyimpulan dari pikiran-pikiran sehari-hari yang mencerminkan kenyataan-kenyataan khusus dan kongkrit, dan bersifat hakiki, umum dan abstrak. Kembali pada contoh di atas, bahwa si A pada situasi tertentu timbul kesan : segala sesuatu senantiasa berubah, tapi pada situasi lain timbul kesan sebaliknya. Lalu bagaimana sebenarnya,
Filsafat Materialisme Dialektika Historis

apakah segala sesuatu itu berubah atau tidak berubah ?. Bagi si A yang tidak pernah belajar filsafat atau tidak punya pegangan pada suatu sistim filsafat tertentu, sudah tentu menjadi bingung dan tidak dapat menjawabnya, dan ia akan selalu diombang-ambing oleh perkembangan situasi. DISINILAH LETAK SALAH SATU ARTI PENTING DARI HUBUNGAN FILSAFAT DENGAN KEHIDUPAN KITA SEHARI-HARI, APALAGI BAGI KAUM PROGRESIFREVOLUSIONER. Mungkin ada kawan yang mengatakan bahwa kenyataan menunjukkan, orang yang tidak belajar filsafat atau tidak memiliki sistim filsafat tertentu toh juga bisa hidup. Memang, tidak memiliki sistim filsafat tertentu bukan berarti tidak bisa hidup, tapi hidupnya akan selalu dalam keadaan meraba-raba atau terombang-ambing oleh keadaan. Lagipula banyak orang, secara tak sadar memegang sebuah sistim filsafat tertentu, misalnya mereka yang patuh menjalankan ajaran agamanya, sudah mengandung sebuah sistim filsafat tertentu. Demikian juga bagi mereka yang yakin akan nasibnya sudah ditentukan oleh Yang Maha Esa, sehingga menerima apa saja adanya, maka secara tidak sadar ia telah berpegang pada fatalisme, bagi mereka yang hidup tanpa pegangan filsafat tertentu, sadar atau tidak selain mudah terombang-ambing oleh keadaan, juga mudah terjerumus ke dalam dunia mistik atau dunia spekulatif, yang tak lain adalah perjudian, yang lebih banyak kegagalan daripada keberhasilan, ia suka bersikap advonturis atau labil. Mengapa sebuah sistim filsafat dapat memberi pedoman hidup pada kita?. Sebagaimana yang dikemukakan diatas bahwa pikiran filsafat yang merupakan penyimpulan dari pikiran sehari-hari yang khusus dan kongkrit adalah bersifat hakiki dan abstrak. Oleh karena itu maka pikiran-pikiran filsafat dapat memberikan petunjuk kepada kita untuk mengenal hal-hal yang khusus dan kongkrit yang selalu kita hadapi dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan pikiran-pikiran filsafat yang dilahirkan dari berjuta-juta manusia dalam perjuangan hidupnya sehari-hari, maka para filosof, menurut keyakinannya masing-masing mengadakan penelitian dan seterusnya menyusun sistim filsafat tertentu yang lengkap dan konsisten. Dengan perkataan lain suatu sistim filsafat mencerminkan keadaan dunia semesta ini (alam masyarakat dan pikiran) secara menyeluruh, mendasar dan umum, atau sebuah sistim filsafat itu menyatakan keadaan dunia secara teori; dan dengan teori itu kita gunakan untuk memecahkan masalah-masalah konkrit dan khusus yang kita hadapi dalam kehidupan sehari-hari. Sudah tentu, filsafat itu mengalami perkembangan. Bermula pada jaman Yunani kuno, filsafat sudah mencakup segala macam pengetahuan bahkan segala macam keterampilan, semua seni dan kerajinan tangan (art and craft), sehingga filsafat pada saat itu mengandung arti : suka mengejar segala macam keterangan, pengetahuan dan kebiijaksanaan, hingga merupakan bidang yang sangat luas. Dengan makin berkembangnya pengetahuan manusia terhadap dunia sekelilingnya, maka timbullah spesialisasi dalam pengetahuan, terciptalah berbagai macam ilmu pengetahuan khusus, alam ataupun sosial. Akibatnya pengetahuan-pengetahuan satu demi satu keluar dari bingkai filsafat dan memasuki cabang-cabang ilmu khusus masing-masing. Filsafat alam masuk ke dalam ilmu alam, filsafat hukum masuk ke dalam ilmu hukum, filsafat sejarah masuk ke dalam ilmu sejarah dsb. Dan yang terakhir keluar dari filsafat adalah ilmu psikologi. Lalu apakah yang masih tertinggal dalam ilmu filsafat?. Yang tertinggal adalah cara berpikir atau metode berpikir. Sungguhpun demikian sampai sekarang filsafat masih mempertahankan 5 subyek persoalan yang diakui oleh umum yaitu: etika, politik, logika, estetika dan metafisika . Secara umum ilmu filsafat adalah suatu bidang studi tentang saling hubungan antara pikiran manusia atau dunia subyektif dengan keadaan disekelilingnya atau dunia obyektif. 2. Masalah terpokok dalam filsafat Seperti yang telah dikemukakan bahwa filsafat adalah studi tentang hubungan antara pikiran manusia dan keadaan sekelilingnya, antara dunia subyektif dan dunia obyektif. Dalam hubungan antara pikiran atau ide manusia dan keadaan atau kenyataan disekelilingnya itu, Filsafat Materialisme Dialektika Historis 2

sudah tentu banyak terdapat persoalan. Tetapi diantaranya, yang paling pokok dan mendasar adalah antara pikiran dan keadaan atau antara ide dan materi, yang manakah yang lebih dahulu. Ini menjadi masalah yang terpokok dan paling mendasar, karena setiap sistim filsafat atau pandangan dunia, mau tak mau harus menjawab hal ini. Dan jawabannya adalah menjadi pangkal tolak pandangan filsafatnya. Dalam dunia filsafat terdapat banyak macam aliran atau sistim filsafat, tetapi jawaban terhadap masalah pokok ini terbagi dalam dua kubu sistim filsafat yang besar. Bagi mereka yang berpendapat bahwa pikiran atau ide ada terlebih dahulu atau primer dan keadaan atau materi adalah sekunder, karena dilahirkan atau ditentukan oleh pikiran , maka mereka tergolong dalam kubu IDEALISME. Misalnya mereka yang mengatakan: Sebelum gedung pencakar langit itu ada, terlebih dahulu dia sudah ada didalam otak sang insinyur yang merancang pembangunannya. Kemudian idenya itu dituangkan dalam gambar cetak biru dan akhirnya dibangunlah gedung itu berdasarkan gambar tadi. Jadi gedung itu adalah perwujudan konkrit dari ide yang sudah ada terlebih dahulu. Demikian pula sebelum Indonesia merdeka, ide atau gagasan tentang Indonesia itu sudah ada terlebih dahulu dalam pikiran pejuang nasional kita, didalam pikiran rakyat Indonesia. Sebaliknya mereka yang berpendapat, bahwa keadaan atau materi itu primer dan pikiran atau idea itu sekunder, tergolong dalam kubu MATERIALISME . Terlihat misalnya, bahwa keadaan penghidupan manusia yang membutuhkan tempat berteduh telah melahirkan ide di alam pikirannya untuk membangun rumah. Oleh karena di kota-kota besar jumlah penduduk membesar, maka kebutuhan tanah untuk perumahan akan makin besar pula, sehingga harga tanah akan membubung tinggi, dan keadaan ini yang menimbulkan ide untuk membangun rumah bertingkat. Demikian juga idea tentang Indonesia merdeka dilahirkan oleh keadaan hidup bangsa dan rakyat Indonesia yang menderita karena penindasan dan penghisapan kolonialisme. Jadi idea atau pikiran itu tak lain adalah pemurnian atau refleksi keadaan atau kenyataan yang material. Dua kubu besar filsafat itu, Idealisme dan Materialisme sejak dari dulu kala sampai sekarang, saling berlawanan dalam segala pandangannya, justru karena jawaban mereka terhadap masalah terpokok tersebut berlawanan. Dengan perkataan lain titik tolak pandangan mereka bertentangan satu sama lain, massing - masing berkeras mempertahankannya. Oleh karena itu, sejarah filsafat pada dasarnya adalah sejarah perjuangan antara materialisme dan idealisme. Pemahaman sejarah selama ini menunjukkan, pada umumnya, bahwa materialisme selalu mewakili pandangan dunia klas yang maju, sedangkan idealiisme mewakili pandangan dunia klas yang reaksioner. Ketika borjuasi Eropa melawan kekuasaan feodal, mereka mengangkat materialisme sebagai senjata perlawanan mereka. Misalnya borjuasi Perancis mengibarkan tinggi-tinggi materialisme sewaktu menjelang revolusi besar Perancis (1789). Tetapi setelah revolusi demokratis borjuis menang dan kaum borjuis naik tahta mereka melemparkan materialisme dan mengibarkan kembali idealisme yang tadinya menjadi senjata klas feodal. Kini materialisme umumnya menjadi senjata ideologi dari klas dan rakyat revolusioner dalam perjuangannya untuk demokrasi dan kebebasannya, dan idealisme menjadi senjata ideologi dari klas dan penguasa yang reaksioner dan kontra revolusi, anti demokrasi dan anti rakyat. Diantara dua kubu besar filsafat yang bertentangan keras itu, terdapat suatu aliran filsafat yang kelihatannya sebagai aliran ketiga atau non blok, tidak berpihak pada monoisme-idealis ataupun monoisme-materialis. Mereka berpendapat bahwa antara ide dan materi, antara pikiran dan keadaan konkrit, tak ada yang primer atau sekunder, tak ada yang satu menentukan keadaan yang lain, masing-masing saling mempengaruhi. Pendek kata kedua kubu itu koeksistensi secara damai. Aliran ini dalam ilmu filsafat disebut DUALISME. Tokohnya yang terkenal adalah Immanuel Kant, Bapak Filsafat Klasik Jerman abad 19. Kantianisme ini nampak jelas hendak menempuh jalan kompromi, jalan tengah, tak mau membenarkan atau berpihak pada manapun, berdiri di tengah-tengah kedua belah pihak yaitu antar materialisme dan idealisme. Padahal ia adalah bagian dari salah satu bentuk idealisme, Filsafat Materialisme Dialektika Historis 3

karena pandangan yang menjadi titik tolaknya adalah karangan idea subyektifnya, tidak sesuai kenyataan obyektif. Pandangan yang idealis ini banyak kita jumpai dalam kehidupan seharihari, malahan juga masih terdapat dalam kaum progresif ataupun revolusioner. Misalnya tidak sedikit mereka dapat menerima materialisme, tapi dipihak lain masih belum bisa melepaskan dirinya dari ikatan-ikatan idealisme (mistik, takhyul, dsb) dan banyak diantaranya akhirnya melepaskan materialisme dan jatuh sepenuhnya dalam jurang-jurang idealisme itu. Sudah tentu dalam kubu idealisme terdapat berbagai aliran atau cabangnya, tapi pada pokoknya dapat dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan pangkal atau titik tolak pandangannya. Golongan pertama, IDEALISME OBJEKTIF, yaitu mereka yang berpangkal tolak dari ide yang secara objektif ada diluar manusia, misalnya, ide Tuhan menurut filsafat agama dan ide absolut menurut filsafat Hegel. Golongan ini umumnya berpendapat, misalnya adanya kehidupan dan alam semesta karena perwujudan dari ide Tuhan sang pencipta. Dalam kehidupan keseharian, pikiran filsafat semacam ini kita jumpai antara lain misalnya : apa mau dikata, nasibku memang sudah ditakdirkan demikian, dsb. Golongan kedua adalah IDEALISME SUBJEKTIF, ialah mereka yang berpendapat bahwa ide subjektif kita manusia menentukan keadaan dunia sekeliling. Tokoh yang terkenal adalah Bishop George Berkeley, seorang filsuf Inggris yang menyangkal adanya dunia material secara objektif. Dalam kehidupan keseharian dapat kita jumpai misalnya: keadaan dunia ini tergantung dari suasana hatimu, bila hatimu bahagia, dunia ini menjadi cerah, tapi bila hati muram, maka dunia menjadi gelap gulita ; Dunia menjadi hitam jika kamu memakai kaca mata hitam, tapi ia akan menjadi semarak jika mengenakan warna merah. Dalam kubu materialisme pun terdapat aneka ragam aliran yang pada pokoknya dibagi menjadi dua golongan. Tetapi, berbeda dengan pembagian dalam kubu idealisme yang berdasarkan pada titik tolak pandang, maka dalam kubu materialisme ini berdasarkan pada metode berpikirnya. Sebab titik pangkal tolak pandangannya adalah sama ialah dunia kenyataan material yang berada disekeliling kita. Tapi karena cara atau metode memandangnya berbeda maka hasilnyapun berbeda. Golongan pertama adalah MATERIALISME DIALEKTIS, yaitu filsafat yang memandang dunia semata ini secara keseluruhan, tidak sepotong-potong atau berat sebelah, tidak beku atau statis, melainkan dalam suatu proses perkembangan yang terus menerus tiada akhirnya. Pikiran-pikiran materialisme dialektik inipun dapat kita jumpai dalam kehidupan misalnya, bumi berputar terus, ada siang ada malam, habis gelap timbullah terang, patah tumbuh hilang berganti, dsb. Semua pikiran ini menunjukkan bahwa dunia dan kehidupan kita senantiasa berkembang. Golongan lainnya adalah MATERIALISME METAFISIK, yang memandang dunia secara sepotong-sepotong atau dikotak-kotak, tidak menyeluruh dan statis. Pikiran-pikiran berazaskan golongan ini misalnya: sekali maling tetap maling, memandang orang sudah ditakdirkan , tidak bisa berubah. 3. Titik pandang, Metode berpikir dan asal-usul klas Dari uraian di atas dapat kita ketahui, bahwa setiap sistim filsafat atau pandangan dunia memandang dua unsur fundamental yakni titik tolak atau pangkal pandangan dan metode berpikir suatu sistim filsafat yang dapat mencerminkan secara tepat keadaan dunia objektif disekeliling kita, sudah tentu harus memiliki titik tolak-pangkal pandangan dan metode berpikir yang tepat. Persoalannya sekarang ialah: Apa titik tolak-pangkal pandang yang tepat itu dan bagaimana metode berpikir yang tepat itu?. Sudah dikemukakan bahwa titik tolak pandang pada dasarnya ada dua: Idealis dan Materialis. Dari contoh-contoh yang diberikan masing-masing mempunyai alasan yang cukup kuat untuk mengklaim dirinya benar. Sudah tentu tidak mungkin keduanya benar atau salah, kecuali kalau kita menganut dualisme. Diantara mereka pasti hanya ada satu yang benar. Yang manakah? Idealis atau materialis?.
Filsafat Materialisme Dialektika Historis

Titik tolak pandangan yang benar adalah yang berdasarkan pada kenyataan obyektif sebagaimana adanya, tanpa diberi bumbu subjektif sedikitpun, harus berdasarkan hasil-hasil studi dan penelitian ilmiah dari data dan fakta dunia objektif disekeliling, harus berdasarkan penyimpulan-penyimpulan ilmiah dari pengalaman praktis perjuangan rakyat dalam proses produksi dan revolusi. Sekali-kali jangan berdasarkan terkaan-terkaan subjektif dan spekulatif, atau main sekiranya mesti begini. Sebagai sebuah ilustrasi: Pada suatu waktu si kelinci sedang asyik bermain dengan temannya, tiba-tiba ia berlari sambil berteriak api!, diikuti temannya mengejar dibelakang. Si kambing yang sedang merumput melihat si kelinci berteriak sambil berlari, berpikir dalam benaknya kobaran api melahap hutan dengan mengerikan, maka ia segera melompat dan mengajak anak-anaknya untuk lari dan berteriak keras-keras api-api!!! dan semua penghuni hutan yang melihat mereka berlari ikut berlari, tanpa banyak tanya. Dan bertemulah mereka dengan si kancil yang menghentikan mereka dan bertanya sampai sejauhmana api menjalar dan tak satu pun yang dapat menjawab. Si kancil pun mengusut dan akhirnya bertanya pada kelinci, si kelinci menjawab bahwa ia semula bermain dengan temannya yang sedang menjadi lakon api, dan setelah melihat si kambing lari terbirit-birit dan berteriak api maka kelinci mengira ada kebakaran sungguhan. Kancil tertawa dan mengajak mereka melihat kebelakang kalau ada kebakaran tentu ada asapnya, ternyata tidak ada sedikitpun asap. Dongeng ini menunjukkan bahwa si kelinci, kambing ,dsb, dalam menghadapi persoalan (kenyataan objektif) bertitik tolak dari dugaan, interpretasi, perkiraan subjektif, sedang si kancil bertitik tolak pada kenyataan objektif, sebagaimana adanya, bebas dari segala dugaan, tafsiran subjektif. Dongeng-dongeng seperti ini banyak kita jumpai. Yang paling parah adalah pembumbuan subjektif yang sesungguhnya sangat berbahaya dalam perjuangan. Cara atau metode berpikir yang benar tidak dapat dilepaskan dari pangkal pandangan yang benar, dengan perkataan lain, metode berpikir yang benar itu adalah metode yang sesuai dengan kenyataan objektif. Karena kenyataan objektif itu bergerak dan berkembang, maka kita harus memandangnya secara dinamis, mengikuti gerak dan perkembangannya. Oleh karena kenyataan itu punya banyak segi, maka kita harus berusaha mengenal segala seginya. Karena kenyataan objektif mempunyai hubungan internal (antar bagian-bagiannya) dan hubungan eksternal (antar kenyataan itu dengan kenyataan-kenyataan yang lain disekitarnya), maka kita pun harus menelitinya. Hanya dengan cara demikian kita baru bisa mengenal atau mencerminkan kenyataan itu sebagaimana adanya, tanpa ada sedikit pun unsur subjektif di dalamnya. Inilah metode berpikir dialektika materialis. Inilah metode ilmiah yang digunakan oleh para ilmuwan dalam ilmu alam atau sosial. Jika dunia yang bergerak ini kita pandang sebagai hal yang diam atau statis, kita akan menganggap sebagian kenyataan sebagai keseluruhan kenyataan, kenyataan yang saling berhubungan kita anggap terpisah-pisah, maka kita tidak dapat memahami kenyataan itu sebagaimana adanya atau secara tepat. Cara atau metode berpikir metafisika dalam pengertian non-dialektik. Kita yang percaya pada perubahan radikal dan revolusioner, menjadi harus dengan teguh dan konsisten serta ilmiah menggunakan metode berpikir yang dialektik materialis dalam menghadapi apapun dan kondisi yang bagaimanapun. Kaum Borjuis Eropa ketika sebagai klas tertindas (walaupun ia juga bagian dari klas yang ikut menghisap tenaga kerja orang lain), sebagai klas yang progresif dan revolusioner, melawan kekuasaan feodal, mempersenjatai diri dengan materialisme (sekalipun materialisme perancis pada abad 18 adalah materialisme mekanis). Tetapi sewaktu kaum borjuis ini berkuasa mereka menjadi penindas dan penghisap klas pekerja dan menjadi klas yang reaksioner atau kontra revolusi. Mereka berbalik mengibarkan panji-panji idealisme. Dalam hal tertentu, kaum borjuis misalnya menggunakan pandangan dan metode ilmiah atau materialisme dialektik terhadap gejala alam dan tehnologi, karena penguasaan terhadap tehnologi dan alam itu sesuai dengan kepentingan mereka. Tetapi mengenai gejala-gejala sosial dan peristiwa-peristiwa sejarah mereka tidak konsisten menggunakan titik pandang dan metode yang ilmiah lagi. Mengapa ?. Filsafat Materialisme Dialektika Historis 5

Tidak lain karena materialisme dialektis akan mengungkapkan kenyataan masyarakat kapitalis apa adanya, dimana terdapat penghisapan modal (kapitalis) terhadap tenaga kerja, penghisapan klas kapitalis terhadap klas buruh dan rakyat pekerja lainnya, terhadap kepincangankepincangan dan stagnasi yang menghambat perkembangan masyarakat untuk lebih maju. Dan hanya klas pekerja yang mampu mengubur sistim sosial kapitalisme dan akan membawa manusia ke tingkat yang lebih tinggi, masyarakat yang adil dan makmur, yang bebas dari kemiskinan dan segala macam ketidak adilan, bebas dari penghisapan atas manusia oleh manusia. Semua itu tentu saja tidak menguntungkan klas kapitalis. Maka mereka sangat memusuhi dan selalu menyebarkan idealisme menyesatkan yang membohongi masyarakat pekerja. Sebaliknya, Filsafat Materialisme Dialektik yang dapat mencerminkan kenyataan dengan objektif menjadi senjata paling ampuh bagi rakyat yang tertindas dalam perjuangan untuk pembebasan mereka. Jadi untuk dapat memiliki suatu sistim filsafat yang tepat, tidak hanya titik tolak dan metode yang tepat dan benar, tapi juga mempunyai pendirian klas yang tetap, artinya keberpihakan terhadap klas yang paling tertindas yaitu klas pekerja. Untuk dapat memilikinya dan mempertahankan secara konsisten : pangkal pandang, metode berpikir, dan pendirian klas yang tepat, tidak hanya cukup belajar memahami dan menguasai materialisme dialektika, tapi yang lebih penting : ikut ambil bagian, aktif dalam kerja untuk perjuangan klas yang paling tertindas secara aktual. Hanya dengan ikut serta langsung dalam proses perjuangan kita dapat memahami, menguasai, mempertahankan secara konsisten pandangan filsafat yang tepat dan benar ini. II. MATERIALISME DIALEKTIKA

1. Latar belakang sejarah Materialisme Dialektika Sebagaimana kita telah ketahui, bahwa materialisme dialektik bersumber pada filsafat klasik Jerman abad ke 19, atau dengan perkataan lain Materialisme dialektik (MD) merupakan pengembangan lebih lanjut dari filsafat klasik Jerman itu. Filsafat klasik jerman merupakan filsafat yang paling maju di Eropa pada waktu itu. Mengapa tidak di Inggris atau Perancis yang tingkat perkembangan masyarakatnya jauh lebih maju dari pada di Jerman. Ini tentu bukan hal yang kebetulan. Pada abad ke 19, kapitalisme mulai berkembang di Jerman, kaum borjuis Jerman berada di telapak kaki kekuasaan feodal Kaum Jongker. Sedang di Inggrris dan Perancis, kapitalisme sudah berkembang maju, dan borjuasinya sudah berhasil menumbangkan kekuasaan feodal, borjuis Jerman membutuhkan sebuah filsafat sebagai sebuah senjata ideologis yang mampu memberikan bimbingan dan pimpinan dalam perjuangan itu. Filsafat klasik Jerman abad ke 19 itu justru merupakan proses perkembangan dari perjuangannya untuk mendapatkan senjata ideologi itu. Pada batas-batas tertentu perjuangan klas antara kaum feodal dan kaum borjuis lebih berat daripada apa yang terjadi sebelumnya di Inggris dan Perancis, karena baik kaum feodal yang berkuasa, maupun kaum borjuis yang berkuasa di Jerman, masing-masing telah dapat menarik pelajaran dari pengalaman sejarah, pengalaman perjuangan klas, dari negerinegeri tersebut. Sementara itu perkembangan kapitalisme secara tak terhindarkan melahirkan suatu klas baru, yaitu klas pekerja, klas proletar yang makin tumbuh membesar dan kuat, sebagai musuh utama klas borjuis dalam masyarakat kapitalis. Gerakan kaum buruh yang sudah mulai bangkit di Inggris, Perancis dsb, juga mempengaruhi alam pikiran kaum borjuis Jerman. Sudah tentu disamping itu semua, ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang dengan pesat, karena dorongan perkembangan kapitalisme saat itu, yang ikut mempengaruhi perkembangan dunia pikiran dan filsafat. Dalam situasi demikian, kaum borjuis Jerman di satu pihak berkepentingan menumbangkan kekuasaan feodal untuk mengembangkan kapitalisme,
Filsafat Materialisme Dialektika Historis

sedang di pihak lain mereka juga mengkuatirkan ancaman kebangkitan gerakan klas proletar, sehingga hal ini menimbulkan keraguan dalam diri mereka. Ini tercermin dalam filsafat klasik Jerman pada abad 19 waktu itu, mulai dari filsafat dualisme Kant yang kompromis, filsafat Hegel yang dialektik tapi idealis, sampai ke filsafat Feuerbach yang materialis tapi mekanis dan tak konsekwen. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa tokoh-tokoh yang sangat erat hubungannya dengan kelahiran materialisme dealektik adalah Hegel dan Feuerbach. Hegel berjasa dalam mensistimatisir fikiran-fikiran dialektis yang terdapat sepanjang sejarah filsafat, ini yang menunjukkan bagian progresif dari filsafatnya, tapi dialektika Hegel itu berdasarkan idealisme, yang menunjukkan segi yang reaksioner dari filsafatnya. Menurut Hegel, gejala alam dan sosial adalah perwujudan dari 'ide absolut yang senantiasa bergerak dan berkembang.Marx berpendapat bahwa dialektika Hegel itu berjalan dengan kaki di atas dan kepala di bawah. Filsafat Feuerbach adalah filsafat materialis mekanis yang pernah menjadi senjata ideologis kaum borjuis Perancis dalam revolusi abad 18. Sungguhpun demikian, adalah juga feuerbach yang berani menghidupkan kembali materialisme dan mengibarkan tinggi-tinggi di tengah lautan idealisme yang menguasai seluruh Eropa pada abad itu. Dengan materialisme yang terbatas, Feuerbach mengkritik agama Katholik yang berkuasa pada saat itu, karena mereka tak lebih dari anjing penjilat dan alat negara kerajaan pada saat itu, dan hendak mendirikan sebuah agama baru diatas bumi yang nyata, bukan di awang-awang. Ini justru menunjukkan ketidakkonsekwenan pandangan materialisme Feuerbach. Marx secara kritis mengubah dialektika Hegel yang idealis menjadi Materialis, dan materialisme Feuerbach yang mekanis (non-dialektis) menjadi dialektis. Dengan demikian terciptalah suatu sistim filsafat materialisme dialektik. Berdasarkan sistim filasafat materialisme dialektik, Marx mengadakan penyelidikan dalam bidang sejarah, menelaah sejarah perkembangan masyarakat manusia, maka lahirlah apa yang dikenal Materialime Historis atau pandangan sejarah materialis. Menurut materialisme historis Marx, masyarakat berkembang menurut hukum-hukumnya dan tidak dapat ditentukan oleh ide atau kehendak seseorang atau golongan, dan menurut hukum-hukum perkembangan masyarakat yang objektip ini, terutama hukum yang menguasai masyarakat kapitalis, Marx menyimpulkan, bahwa masyarakat kapitalis pasti akan tumbang dan akan diganti oleh masyarakat yang lebih maju. Ini adalah suatu keharusan sejarah. Dan keharusan sejarah ini akan diwujudkan dan hanya dapat diwujudkan oleh klas pekerja, proletariat. Klas pekerja yang paling banyak dan paling tertindas itu telah mendapatkan filsafatnya sebagai senjata ideologis yaitu materialisme dialektika. Dan materialisme dialektika mendapatkan kekuatan riilnya pada Klas pekerja. 2. Dunia kenyataan objektip adalah material Sama seperti filsafat materialis lainnya, materialisme dialektik pertama-tama mengakui, bahwa materi atau keadaan (being) adalah primer dan idea atau pikiran itu adalah sekunder. Materi yang dimaksudkan di sini tidak berarti hanya benda tapi segala sesuatu yang adanya secara nyata (riil), yang dapat ditangkap oleh indera, dilihat, dibaui, didengar, diraba dan dirasakan. Selain itu yang lebih penting bahwa materialisme dialektik mengakui materi atau kenyataan objektip itu berada di luar kesadaran subjektip, artinya adanya suatu materi itu tidak ditentukan oleh kesadaran atau pengetahuan kita. Misal, adanya pengaruh resesi dunia kapitalis dalam kehidupan ekonomi kita, kita sadari atau tidak kenyataan itu tetap ada. Ada sementara orang yang hanya mau mengakui suatu hal sebagai suatu kenyataan apabila sudah ia sadari, dengan kata lain ada atau tidak adanya suatu kenyataan itu ditentukan oleh kesadaran subjektif. Inilah pandangan idealisme subjektif. Sering secara tidak sadar tergelincir ke dalam pandangan yang demikian, hingga jatuh dalam jurang subjektivisme. Dasar material dari pendirian kita bahwa idea atau fikiran itu sekunder adalah sebagai berikut: Filsafat Materialisme Dialektika Historis 7

Suatu ide atau pikiran mesti dilahirkan oleh suatu materi yang dinamakan otak, tanpa otak tak akan ada idea atau pikiran Menurut isinya, suatu idea mesti merupakan suatu pencerminan dari suatu kenyatan objektif atau materi, sekalipun betapa abstraknya materi itu, misalnya ide masyarakat adil makmur, adalah pencerminan yang berpangkal dari suatu kenyataan masyarakat yang serba tidak adil dan miskin, hingga menimbulkan angan atau cita-cita akan sebuah masyarakat yang adil dan makmur. Dalam mencerminkan kenyataan objektif, ide atau pikiran tidak hanya seperti sebuah cermin atau alat pemotret yang dapat mencerminkan objek sebagaimana adanya, tapi dapat juga mengembangkannya lebih jauh; menghubungkan, membandingkan dengan kenyataankenyataan lain lalu menarik kesimpulan atau keputusan, hingga melahirkan suatu idea untuk merubah kenyataan itu. Peranan aktif ide ini mendapatkan tempat yang sangat penting dalam pandangan materialisme dialektik, karena motif berpikir kita pada umumnya untuk memecahkan persoalan atau mengubah kenyataan, dan tidak hanya sekedar mencerminkan kenyataan begitu saja. Meskipun demikian, ide itu sendiri tidak dapat secara langsung mengubah kenyataan atau keadaan, dan untuk dapat mewujudkannya ide memerlukan dukungan kekuatan material. Dan seterusnya kekuatan material inilah yang secara kongkrit mengubah kenyataan atau keadaan itu, Gagasan Indonesia tidak akan dapat menjadi kenyataan apabila tak dapat menghimpun dan menggerakkan Rakyat Indonesia untuk mewujudkannya. Kegunaaan praktis dari prinsip pertama filsafat materialisme dialektik adalah, bahwa dalam menghadapi suatu persoalan kita harus bertolak dari kenyataan objektif sebagaiman adanya, bukan dari dugaan atau pikiran subjektif kita. Dan dengan pengetahuan kita yang lengkap mengenai kenyataan itu kita baru dapat menyusun suatu ide atau cara yang tepat untuk pemecahannya. 3. Dunia kenyataan objektip merupakan suatu kesatuan organik. Dunia materiil atau kenyataan objektip merupakan suatu kesatuan organik, artinya setiap gejala atau peristiwa yang terjadi di dunia sekeliling kita, tidak berdiri sendirian, tapi saling berhubungan satu dengan yang lainnya. seperti tubuh kita, setiap bagian badan mempunyai saling hubungan dengan bagian badan lainnya secara tak terpisah. Oleh karena itu, sebuah gejala dapat dimengerti dan diterangkan kalau dipandang dalam hubungannya dengan keadaan-keadaan yang tak terpisahkan dengan gejala-gejala di sekelilingnya, sebagai gejala-gejala yang ditentukan oleh gejala-gejala di sekitarnya. Pertumbuhan padi hanya dapat dimengerti hanya bila kita mengetahui saling hubungannya dengan keadaan tanah, air, dan matahari dsb. yang ada di sekitarnya; disamping keadaan saling hubungan antara bagian-bagian dari pohon padi tadi yaitu, akar, batang, daun, dsb. Saling hubungan antara gejala-gejala di sekitar kita itu banyak corak dan ragamnya, ada yang langsung dan ada yang tak langsung; ada saling hubungan yang penting dan yang tak penting; ada saling hubungan keharusan dan kebetulan dsb. Semua harus dipelajari dan dapat dibedakan. Terutama saling hubungan keharusan dan yang kebetulan. Salah satu bentuk saling hubungan kausal atau sebab-akibat. Dan kita hanya dapat memahami sesuatu hal apabila kita mengetahui sebab dan syarat-syarat serta faktor yang melahirkan hal-hal tersebut. Dengan mengenal baik saling hubungan internal suatu hal-ikhwal, serta saling hubungannya dengan keadaan sekeliling (ekstern), kita tidak hanya dapat memahami sifat dan kualitasnya, tapi juga dapat mengetahui hukum-hukum yang menguasai perkembangannya. Dengan mengenal baik saling hubungan antar klas yang berada dalam masyarakat kita serta hubungannya dengan dunia sekitar sebagai keseluruhan, kita dapat memahami watak masyarakat kita. Materialisme dialektika memandang suatu hal ikhwal tidak secara terpisah dari hubungannya dengan keadaan sekitarnya. Supaya kita saling mengenal baik saling hubungan kenyataan di sekitarnya. sehingga kita dapat mengetahui hukum yang menguasainya. Dan hanya berdasarkan hukum-hukum yang kita ketahui, kita dapat mengubah hal ikhwal tersebut. 4. Dunia kenyataan objektip senantiasa bergerak dan berkembang
Filsafat Materialisme Dialektika Historis

Materialisme dialektis selanjutnya menunjukkan bahwa, dunia materi atau kenyataan objektip itu senantiasa dalam keadaan bergerak dan berkembang terus menerus. Keadaan diam atau statis, hanya bersifat sementara atau relatif, disebabkan karena kekuatan didalamnya serta hubungannya dengan kekuatan-kekuatan yang ada di sekitarnya dalam keadaan seimbang. Misalnya air dalam satu panci, dalam keadaan temperatur dan tekanan udara yang bias, nampaknya diam, padahal molukel-molukel air itu dalam keadaan bergerak, hanya saja dalam kecepatan yang rendah dan stabil, dan tak dapat dilihat dengan mata telanjang. Demikian juga kekuatan-kekuatan antara air dengan dinding-dinding panci itu, tapi setelah panci dipanasi maka gerakan-gerakan molukel air makin cepat hingga makin nampak geraknya, akhirnya sampai pada 100 derajat celsius. Pecahlah keseimbangan mereka hingga air berubah menjadi uap dan meninggalkan panci tersebut. Materialisme dilalektika tidak hanya berpendapat, bahwa materi itu senantiasa dalam keadaan bergerak dan berkembang, tapi juga berpendapat bahwa gerak materi itu adalah gerak sendiri, bukan digerakkan oleh kekuatan di luarnya. Gerak bumi kita adalah gerak sendiri, bukan digerakkan oleh "gerak pertama", sebagaimana yang dikemukakan Newton, Yang pada hakekatnyanya adalah pandangan idealisme -- "gerak pertama" itu digerakkan Tuhan. Materialisme dialektika lebih lanjut menjelaskan. bahwa gerak materi banyak ragamnya, tidak terbatas pada gerak mekanis saja, yang hanya membawa perubahan kwantitas, juga bukan gerak lingkaran setan atau gerak berulang-ulang yang tetap. Setiap materi mempunyai bentuk gerakan sendiri. Berpikirpun merupakan suatu gerak dari materi tertentu yang kita sebut otak. Sungguhpun gerak mempunyai banyak bentuk, mereka pada umumnya berada dalam proses perkembangan "tumbuh, hilang berganti"di mana sesuatu itu senantiasa timbul dan berkembang, dan sesuatu itu senantiasa rontok dan mati; senantiasa dalam 'gerak yang maju dan naik', sebagai peralihan dari keadaaan kualitatif yang lama ke kualitatif yang baru, perkembangan dari yang sederhana ke yang rumit, dari yang rendah ke yang lebih tinggi. Materialisme dialektik juga menjelaskan bahwa gerak materi itu tidak tergantung atau ditentukan oleh keinginan atau kehendak subjektif manusia, melainkan menurut hukum-hukum yang menguasainya. Setiap hal yang khusus mempunyai hukum-hukum gerak yang khusus. Hukum perkembangan dunia tumbuhan berlainan dengan hewan; hukum perkembangan masyarakat desa berlainan dengan yang di kota. Hukum-hukum gerak itu disebut hukum dialektika. Di samping hukum-hukum dialektika yang berlaku khusus dari hal-hal yang khusus, sudah tentu juga ada hukum-hukum yang berlaku umum, yang berlaku buat semua hal. Prinsip-prinsip dialektika secara praktis mengajar kita agar supaya selalu berpandangan ke depan, jangan selalu ke belakang, supaya selalu berorientasi pada hal-hal atau kekuatan yang sedang tumbuh dan berkembang, jangan pada sesuatu yang sedang lapuk atau mati. Dengan kata lain, supaya kita selalu berpandangan progresif revolusioner. III. DIALEKTIKA MATERIALISME 1. Hukum dialektika dan metode dialektika Apakah metode dialektika itu?, Metode ini memandang, menyelidiki dan menganalisa segala hal-hal yang kongkrit kita hadapi, dengan menggunakan dasar-dasar hukum-hukum dialektika yang berlaku secara objektif, oleh karena, metode dialektika itu sebetulnya tergantung oleh dua hal subjektif yaitu:

Filsafat Materialisme Dialektika Historis

lengkap tidaknya, tepat tidaknya, pengetahuan seseorang tentang hukum dialektika, banyak atau sedikitnya pengalaman dia dalam praktek menggunakan metode tersebut, atau dengan perkataan lain sejauh mana ketrampilan dia menggunakannya.

Dengan mengetahui secara jernih tentang perbedaan atau hukum dialektika yang objektif dengan metode dialektika yang subjektif, kita dapat memiliki kegunaan secara praktis sbb:

Kita hendaknya terus melatih pandangan dialektika materialis kita, selain dengan rajin mempelajari teori-teorirevolusioner dan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan umum secara cermat, juga dan terutama ikut terjun dalam praksis, terjun dalam kancah perjuangan massa rakyat revolusioner.

Melatih cara pandang dengan menggunakan metode dialektika,meneliti dan menganalisa, memecahkan setiap hal yang kita hadapi, misalnya dengan jalan berusaha mengenal sesuatu seobjektif mungkin dan selengkap mungkin, mengumpulkan data dan mendiskusikannya dengan kawan-kawan, dengan mengadakan dialog dengan massa rakyat, memperhatikan pendapat orang lain, mempelajari tulisan, analisa atau karya-karya ilmiah orang lain, berusaha untuk mampu mengadakan penyimpulan atau analisa serta menguraikan secara sistimatis baik dengan lisan maupun tulisan. Orang menggunakan metode dialektik berdasarkan hukum umum dialektik sebagai pedoman untuk mendekati, mengenal dan menganalisa hal-hal yang khusus dan kongkrit, dan untuk menemukan hukum-hukum dialektik yang khusus untuk menguasai hal-hal tertentu tersebut. Sifat hukum dialektik yang umum itu abstrak, ia merupakan abstraksi dari hukum-hukum dialektika yang khusus dan kongkrit, dalam dunia kenyataan yang kongkrit. Hukum umum dialektik itu sebenarnya tidak ada, yang ada hanyalah hukum-hukum dialektik yang khusus dan kongkrit. Setiap hal atau soal mempunyai hukum dialektiknya sendiri yang khusus dan kongkrit.

Karena itu, memecahkan suatu persoalan tertentu berarti memecahkan atau menemukan dan memahami secara tepat hukum dialektikanya yang khusus mengenai persoalan itu. Sedangkan hukum-hukum yang umum hanyalah pedoman. Seperti apa yang pernah dikatakan oleh orang-orang revolusioner sepanjang sejarah pergerakan rakyat: jangan banyak bicara umum dan abstrak, tapi pecahkan sesuatu hal secara khusus dan kongkrit
Filsafat Materialisme Dialektika Historis

10

2. Hukum umum dialektika yang pertama: Kesatuan dari segi-segi yang berlawanan Dalam 'Anti Duhring', Engels mengemukakan tiga hukum umum dialektika. Hukum dialektika yang pertama, Kesatuan dari segi-segi yang belawanan atau kontradiksi, menunjukkan bahwa gerak dunia materiil atau dunia kenyataan objektip ada karena segi-segi, faktor-faktor yang berlawanan dalam dirinya. Oleh karena itu menurut arti sebenarnya, 'dialektika adalah studi tentang kontradiksi di dalam hakekat segala sesuatu itu sendiri'. Dengan kata lain hukum kontradiksi itu adalah jiwanya dialektika. Tanpa adanya kontradiksi intern, berarti tidak ada gerak dan perkembangan. berarti tidak ada hal ikhwal itu sendiri. a. Pengertian tentang Kontradiksi. Dalam pengertian filsafat, sangatlah luas, tidak sebatas pada segi-segi yang saling berlawanan atau bertentangan , tapi segi yang berlainan dan berbeda sekalipun termasuk dalam kontradiksi. b. Keumuman kontradiksi Ada dua pengertian: pertama, bahwa di dalam segala hal terdapat segi-segi yang berkontradiksi. Kedua, bahwa di dalam segala hal dalam seluruh proses perkembangannya, dari satu tingkat ke tingkat yang lain selalu terdapat kontradiksi di dalamnya. Setelah satu kontradiksi pada suatu tingkat perkembangan selesai, timbullah kontradiksi baru pada tingkat perkembangan yang baru. Begitu seterusnya tiada habis-habisnya.

Arti praktis dari pengertian keumuman kontradiksi ini adalah bahwa kita tak boleh melarikan diri dari kontradiksi atau persoalan, bahwa kita tak boleh merasa jemu atau jera menghadapi dan memecahkan kontradiksi (persoalan). Di dunia ini tidak ada satu hal atau masalah yang dapat dengan satu kali diselesaikan untuk selama-lamanya, tanpa timbul persoalan baru.

c. Kekhususan kontradiksi Mempunyai dua pengertian, pertama, bahwa di dalam setiap hal terdapat kontradiksinya sendiri secara khusus, yang berbeda dengan kontradiksi di dalam hal yang lain. kedua, bahwa suatu hal dalam proses perkembangannya, maka di setiap tingkat perkembangannya terdapat kontradiksinya yang khusus, sehingga kita dapat membedakan tingkat perkembangannya yang satu dengan yang lain. Misalnya dalam proses perkembangan kupu-kupu, kontradiksi yang terkandung pada tingkat perkembangannya sebagai telur berbeda dengan yang pada tingkat perkembangannya sebagai ulat, dan seterusnya.

Pengertian ini mempunyai arti praktis, bahwa sekali lagi kita dalam mengenal dan memecahkan persoalan harus secara kongkrit, tidak boleh secara umum dan garis besar saja, tidak boleh asal menjiplak saja. Cara pemecahan suatu persoalan tertentu tak dapat digunakan mentah-mentah untuk memecahkan persoalan yang lain. Demikian juga pemecahan untuk suatu tingkat perkembangan tertentu dari suatu persoalan tak dapat dipakai begitu saja untuk pemecahan tingkat perkembangannya yang lain.
Filsafat Materialisme Dialektika Historis

11

d. Kontradiksi dasar. Dalam suatu materi atau kenyataan objektif terdapat lebih dari satu kontradiksi. Kontradiksi atau kontradiksi-kontradiksi yang menentukan kualitas suatu materi atau kenyataan objektif, atau dengan perkataan lain, yang menentukan adanya materi atau kenyataan objektif itu, disebut kontradiksi atau kontradiksi-kontradiksi dasar. Perubahan kontradiksi dasar berarti terjadi perubahan dari kwalitas yang satu menjadi kwalitas yang lain, berarti terjadinya suatu perubahan dari suatu materi pertama menjadi materi yang lain. Misalnya, Penghisapan kaum kapitais terhadap kaum buruh merupakan suatu kontradiksi dasar dari masyarakat kapitalis, dan dengan lenyapnya kontradiksi itu berarti lenyaplah pula masyarakat kapitalis yang berubah menjadi masyarakat yang lain.

Arti praktis dari pengertian ini ialah, kita hanya bisa mengambil sesuatu hal dengan baik, apabila kita mengetahui dengan jelas apa kontradiksi dasarnya. Hanya dengan demikian kita akan mengetahui dengan jelas pula suatu hal itu mengalami perubahan yang kualitatif ataukah tidak, juga dengan hanya demikian kita baru bisa mengusahakan untuk mengubahnya.

e. Kontradiksi Pokok atau kontradiksi utama Pada setiap tingkat perkembangan sesuatu hal, tidak semua kontradiksi yang terkandung memainkan peranan yang sama. Dianta-ranya pasti ada satu dan hanya satu kontrdiksi yang mamainkan peranannya yang paling menonjol. Kontradiksi ini disebut kontradiksi pokok atau utama. Misalnya, kontradiksi antara rakyat Indonesia (terutama rakyat pekerja) dengan kaum penjajah kolonial sebelum kemerdekaan 45 merupakan kontradisi pokok dalam masyarakat Indonesia pada tahap itu. Arti praktis dari ini adakah bahwa kita harus dapat mengenal kunci persoalan atau kontradiksi pokok ini, maka kontradiksi-kontradiksi lainnya dapat diselesaikan dengan lebih mudah. Tanpa memecahkan kontradiksi antara rakyat Indonesia dengan penguasa kolonial, kita tidak akan dapat menyelesaikan kontradiksi antara kaum petani dengan tuan-tuan feodal, suatu klas yang dipertahankan oleh sistim kolonial. f. Mutasi Kontradiksi pokok itu tidak tetap kedudukannya. dalam keadaan dan syarat tertentu bisa diambil alih oleh kontradiksi yang tadinya bukan pokok. Pergeseran atau pergantian ini disebut mutasi kontradiksi pokok .Misalnya kaum imperialis pernah berusaha agar kontradiksi antar daerah atau suku bermutasi menjadi kontradiksi pokok di Indonesia, hingga bangsa kita dapat dipecah belah dan tetap mereka kuasai.

Arti praktisnya ialah, bahwa kita harus mengenal baik keadaan atau syarat-syarat yang dibutuhkan oleh suatu kontradiksi hingga dapat bermutasi menempati kedudukan sebagai kontradiksi pokok. Hanya dengan demikian kita baru dapat mendorong/mempercepat atau sebaliknya mencegah/menghambat terjadinya mutasi itu. Hanya dengan mengetahui dengan jelas dan tepat
Filsafat Materialisme Dialektika Historis

12

syarat-syarat yang diperlukan telor ayam untuk mendapat menetas menjadi anak ayam, maka manusia dapat menciptakan mesin penetas.

g. Kedudukan dua segi dalam suatu kontradiksi. Dua segi yang berkontradiksi itu tentu berbeda kualitasnya. diantaranya pasti akan ada yang mewakili kekuatan lama, yang tak mempunyai hari depan, dan segi lainnya mewakili kekuatan baru atau yang sedang tumbuh. Kedudukan mereka dalam proses perkembangan adalah tidak sama pula. Segi lama yang nampak besar dan kuat pada awal perkembangan kontradiksi itu menempati kedudukan yang menguasai dan yang memimpin. Sebaliknya segi yang baru yang semula nampak masih kecil dan lemah, berkedudukan sebagai yang dikuasai dan yang dipimpin. Tapi dalam perkembangan selanjutnya segi baru itu berkembang besar dan makin kuat. sedang segi lama makin lemah dan makin lapuk sehingga suatu saat segi baru yang berkedudukan dipimpin berkembang dan bermutasi menjadi yang memimpin. Ini berarti arah perkembangan kontradiksi itu mengalami perubahan. Kalau tadinya ke kanan misalnya, sekarang ke kiri. Lebih lanjut, segi baru yang tadinya dikuasai sekarang bermutasi ke tempat yang menguasai. Dengan perkataan lain, terjadi perubahan kwalitatip, hal yang lama berubah menjadi yang baru.

Arti praktis dari pengertian itu adalah kita harus selalu berusaha mengenal sebaik-baiknya segi-segi yang berkontradiksi. Baik kualitasnya, maupun kedudukan atau posisinya dalam proses perkembangannya. Jadi kalau kita mau mengalahkan musuh-musuh rakyat yang tertindas, kita harus mempelajari mendalam mengenai segi-segi dan keadaan musuh dan posisinya, dan dari pihak kita sendiri. Disamping itu, bagi kita yang menginginkan perubahan dan pembebasan, harus selalu berorientasi pada kekuatan-kekuatan yang sedang tumbuh, yang mempunyai hari depan dan syarat-syarat yang diperlukan bagi perkembangannya, agar kita membantu mempercepat pertumbuhannya.

h. Kesatuannya relatif, pertentangannya mutlak Apabila kita memperhatikan dua segi dalam suatu kontradiksi maka kita dapat melihat, bahwa dua segi itu sejak dari awal sampai akhir proses perkembangannya selalu bertentangan satu sama lainnya, selalu dalam perjuangan mengenyahkan lawannya tanpa syarat.
Artinya pertentangan dua segi itu adalah mutlak, tak peduli dalam keadaan bagaimanapun juga. Kesatuannya bisa terjadi karena kedua segi itu berbeda kualitasnya, dan menempati kedudukan yang berbeda pula dalam kesatuan itu, ada yang menguasai dan ada yang dikuasai. Dan hal ini dikatakan bersifat sementara karena dalam perkembangannya kedua segi itu akan terjadi mutasi, yang semula dikuasai akan menguasai, sehingga terjadi perubahan kwalitatip, kesatuan yang lama diganti dengan kesatuan yang baru. Pengertian ini berarti, sikap kompromi dengan musuh itu relatif sementara (taktis), sedangkan perjuangan melawan musuh itu mutlak (strategis), tetap berlangsung terus, bervariasi dalam bentuk dan bidangnya.

i. Antagonisme
Filsafat Materialisme Dialektika Historis

13

Dalam kontradiksi hal ini mempunyai dua pengertian: pertama, menurut wataknya ada yang antagonistik, misalnya kaum buruh dan kaum kapitalis, buruh tani lawan tuan-tuan feodal, yang langsung berlawanan kepentingannya. Ada pula kontradiksi yang non-antagonistik. Kedua, menurut bentuknya perjuangan dari kedua segi yang berkontradiksi ada yang bersifat antagonistik dan ada yang non-antagonistik. Yang dimaksud dengan perjuangan yang non-antagonistik itu adalah perjuangan yang terbuka dan dengan kekerasan. Misalnya perjuangan kaum buruh melawan majikan selama masih dalam bentuk pernyataan protes dan berunding di meja perundingan, atau bahkan merupakan pemogokkan dengan tata tertib, masih dapat digolongkan dalam bentuk perjuangan yang antagonistik. Tetapi kalau sudah terjadi pengambil alihan pabrik atau penindas dan dari majikan dengan kekerasan sehingga terjadi perkelahian, maka perjuangan tersebut disebut perjuangan yang antagonistik. Kontradiksi yang menurut wataknya antagonis belum tentu harus sudah mengambil bentuk perjuangan yang antagonistik, dapat jua masih mengambil bentuk perjuangan yang non antagonistik. Misalnya kontradiksi antara rakyat dan musuh-musuh rakyat, menurut watak-nya adalah antagonistik. Namun bentuk perjuangannya dalam proses perkembangan masih bisa bersifat non-antagnistik misalnya aksi-aksi reform. jadi tidak mutlak sudah harus angkat senjata atau dengan kekerasan. Semua tergantung pada kondisi dan situasi serta syarat-syarat kongkrit yang ada. Akan tetapi pada tingkat terakhir di tingkat perkembangannya, pada pokoknya secara mutlak mengambil perjuangan antagonistik. Karena tidak ada penguasa yang rela menyerahkan kekuasaannya dengan suka rela, malah mereka akan mempertahankan dengan kekerasan. Pengertian ini mengingatkan kita supaya kita pada satu pilihan memperkuat persatuan kita dengan kelompok progresif lainnya dengan menciptakan dan mempertahankan syarat-syarat yang diperlukan. Dipihak lain kita harus berusaha supaya musuh terus terpencil dari sekutunya dan memperlemah persatuan mereka. Di samping itu kita harus melihat dengan cermat, bahwa pada keadaan yang bagaimana kita akan mengambil bentuk perjuangan yang antagonistik atau non-antagonistik dalam menghadapi musuh. 3. Hukum umum dialektika ke dua Perubahan kuantitatif ke perubahan kwalitatif Hukum umum dialektika yang kedua ini menyatakan, bahwa proses perkembangan dunia material atau dunia kenyataan objektip terdiri dari dua tahap. Tahap pertama adalah perubahan kuantitatif yang berlangsung secara perlahan, berangsur atau evolusioner. Kemudian meningkat ketahap kedua, yaitu perubahan kualitatif yang berlangsung dengan cepat, mendadak dalam bentuk lompatan dari satu keadaan ke keadaan lain, atau revolusioner. Perubahan kuantitatif dan perubahan kualitatif merupakan dua macam bentuk dasar dari segala perubahan. Segala perubahan yang terjadi dalam dunia kenyataan objektif itu kalau bukan dalam bentuk perubahan kuantitatif, maka dalam bentuk kualitatif. a. Pengertian tentang kuantitas, Adalah jumlah dalam arti seluas-luasnya tidak terbatas mengenai ruang (banyak-sedikit, besar-kecil, panjang-pendek, tebal-tipis) dan waktu (lama-sebentar, cepat-lambat) saja tapi juga mengenai pikiran dan perasaan (tinggi-rendahnya kesadaraan politik, kuat-lemahnya keyakinan atau kepercayaan, dalam-dangkalnya pengetahuan, besar-kecilnya minat atau pengetahuan) sebagai contoh: kwantitas-kwantitas tertentu yang dimiliki seorang juara bulu tangkis, selain kuat keadaan fisiknya, stamina, cepatnya gerak, pengalaman bertanding dan latihan dll. Demikian pula bagi seorang kader revolusioner, selain ketentuan-ketentuan formal dalam konstitusi organisasi, seperti umur dan masa calon anggota, maka yang terpenting lainnya ialah kesadaran klas dan kesadaran politik, yang hal itu terbentuk dari aktivitasnya dalam keterlibatan dalam perjuangan massa rakyat pekerja, dan semangat juangnya yang tinggi. Filsafat Materialisme Dialektika Historis 14

Dari uraian diatas maka dapat dilihat bahwa kuantitas dan kualitas itu tak dapat dipisahkan satu sama lain, kuantitas tertentu membentuk kualitas tertentu pula. b. Pengertian tentang kualitas, Adalah ciri yang membedakan hal yang satu dengan yang lain. Kita dapat membedakan minyak dari air, demikian jua kita dapat membedakan antara kaum buruh dan kaum tani, antara desa dan kota, karena kualitas mereka berbeda satu dan lainnya. Telah dinyatakan, bahwa kuantitas-kuantitas tertentu yang dimiliki oleh sesuatu hal membentuk dan menunjukkan kualitas tertentu dalam sesuatu hal itu. misalnya, antara ormas kaum buruh dan partai politik klas buruh, mempunyai ketentuan susunan intern yang berlainan, antara lain adalah keterikatan para anggota dari organisasi massa kaum buruh itu berdasarkan terutama pada kepentingan sosial ekonominya, sedangkan dalam partai buruh, sangat berdasarkan pada cita-cita politiknya. Ketentuan susunan intern mereka secara praktis dinyatakan selengkapnya dalam anggaran dasar organisasi mereka masing-masing dan aktivitas mereka sehari-hari dalam mewujudkan program mereka masing-masing. Jelas kiranya bahwa kualitas yang mencirikan sesuatu hal itu adalah pernyataan dari ketentuan susunan internnya. c. Perubahan kuantitatif Perubahan kuantitatif seperti telah dikemukakan berlangsung secara perlahan-lahan dan tidak menyolok. Selama dalam proses perubahan kuantitatif tersebut, kualitasnya nampak tidak berubah. Keadaan itu disebut kemantapan relatip kualitas. Keadaan kemantapan relatip kualitas tersebut mempunyai batas tertentu. Bila perubahan kuantitatif melampaui batas itu maka rusaklah kemantapan relatip kualitas itu yang berarti kualitasnya mengalami perubahan. Misal, seceret air dibawah tekanan udara biasa, apabila penambahan suhunya tidak melampaui batas 100 derajat celcius, cirinya sebagai cairan masih dapat dipertahankan, tapi bila perubahan suhu melampaui batas itu, maka kualitas cairan mengalami perubahan menjadi uap. Demikian pula perkembangan rakyat revolusioner bila melampaui batas tertentu, akan menjadi suatu revolusi sosial, hingga kualitas masyarakat lama akan disingkirkan oleh masyarakat baru . Oleh karena itu dalam proses perubahan kuantitatif, kualitas nampaknya tidak mengalami perubahan apa-apa, maka seakan-akan perubahan kuantitatif itu tak ada hubungannya dengan kualitas. Dari uraian singkat diatas kita dapat melihat bahwa perubahan kuantitatif adalah persiapan untuk perubahan kualitatif , atau dengan kata lain, bahwa perubahan kualitatif menyelesaikan atau mengakhiri perubahan kuantitatif yang sedang berlangsung, dan menimbulkan atau melahirkan perubahan-perubahan kuantitatif yang baru. Hal yang sangat sederhana ini perlu ditandaskan karena ada sebagian orang hanya mau mengakui perubahan kuantitatif saja tetapi tidak mengakui adanya perubahan kualitatif. Mereka berpendapat di dunia ini tak ada perubahan yang melahirkan hal yang baru, karena menurut mereka anak ayam itu sejak semula telah berada di dalam telur hanya saja masih terlalu kecil dan tersembunyi di dalam telur hingga tak dapat kita lihat. Kemudian setelah mengalami perubahan kuantitatif, ia tumbuh semakin besar hingga pada saat ia mampu memecahkan kulit dinding telur yang melindunginya dan menampakkan dirinya di dunia ini. Demikian juga kata mereka, bahwa penindasan dan penghisapan oleh manusia atas manusia sudah ada sejak adanya manusia di bumi ini. Kalau semula penindasan dan penghisapan itu dilakukan dengan cara primitif, sederhana, terbuka dan tidak intensif, tapi setelah mengalami perubahan-perubahan kuantitatif maka penghisapan mengambil bentuk yang terselubung, halus dan makin intensif. Pandangan metafisik (non-dialektis) semacam ini dapat menyesatkan kita. Dia merupakann basis filosofis kesalahan-kesalahan reformis di dalam bidang politik, hingga membuat orang merasa puas dengan hanya perubahan-perubahan reformis atau perbaikkan tambal sulam rakyat pekerja, tanpa menghendaki adanya pembebasan rakyat pekerja dari penghisapan manusia lainnya, tidak menghendaki adanya perubahan revolusioner untuk mengubah sistim masyarakat penindasan. Sudah tentu pandangan filosofis semacam ini menguntungkan dan Filsafat Materialisme Dialektika Historis 15

diperlukan oleh klas-klas penghisap dalam mempertahankan kekuasaan dan penghisapannya. Padahal, satu abad yang lalu Hegel telah mengemukakan dengan tepat, bahwa peralihan dari alam yang tak berperasaan ke alam berperasaan, dari alam an-organik ke alam kehidupan organik, merupakan lompatan keadaan yang baru sama sekali. Pernyataan Hegel ini bukanlah spekulatif, melainkan berdasarkan pada hasil-hasil pengembangan ilmu pengetahuan pada waktu itu, baik ilmu alam maupun ilmu sosial. Masyarakat komune primitif waktu itu belum mengenal penghisapan manusia oleh manusia dan masyarakat penghisapan ini baru lahir setelah komune primitif ini mengalami keruntuhannya, dimana kerja seseorang dengan alat-alat kerja yang relatif lebih maju dapat menghasilkan hasil lebih, sehingga memungkinkan terjadinya penghisapan atas manusia oleh manusia dan melahirkan sistim pemilikan budak. Dengan memiliki pengertian, bahwa perubahan-perubahan kuantitatif menyiapkan suatu perubahan kualitatif yang revolusioner, maka kita tak akan mudah terjebak oleh teori-teori seperti: kapitalisme kerakyatan, negara kapitalis yang berorientasi sosialis, perkembangan kapitalisme ke sosialisme secara damai, memperjuangkan masyarakat industri yang non-kapitalis dan non-sosialis dan sebagainya, yang dijajakan oleh teoritikus-teoritikus borjuis dan revisionis. Sebagaimana selalu diingatkan oleh pejuang-pejuang besar revolusi, bahwa klas penghisap yang berkuasa tak akan pernah dengan sukarela menyerahkan kekuasaannya, bahwa rakyat tertindas harus melakukan perjuangan revolusioner untuk membebaskan dirinya. d. Perubahan kualitatif Sebagaimana telah dikemukan sebelumnya bahwa perubahan kualitatif itu terjadi secara mendadak, cepat dalam bentuk lompatan dari satu keadaan ke satu keadaan lainnya. Sedikit mengulangi tentang telur ayam selama dalam proses perubahan kualitatif dalam masa pengeraman, cirinya yang berbentuk telur itu nampak tepat tak berubah, masih tetap bertahan, atau masih dalam kemantapan relatif. Tetapi begitu perubahan kuantitatif melampaui batas relatif kualitasnya, terjadilah perubahan kualitatif dengan mendadak. Perubahan kuantitatif yang berlangsung dalam telur itu segera berhenti atau terputus, kemantapan relatif kualitasnya sebagai telur tak dapat dipertahankan lagi dan lenyap seketika itu juga. Sebagai gantinya muncullah anak ayam yang ciri atau kualitasnya berlainan dengan telur tadi. Demikianlah kita melihat perubahan dari telur ke anak ayam itu merupakan suatu lompatan yang disebut keterputusan kesinambungan. Artinya terputusnya keadaan kesinambungan perubahan kuantitatif atau kemantapan relatif kualitasnya. Mengenai perubahan kualitatif ini, Engels di dalam bukunya "Dialektika alam" mengemukan bahwa "kimia boleh dikatakan ilmu tentang perubahan kualitatif yang terjadi dalam benda sebagai akibat perubahan kuantitatif komposisinya. Contohnya oksigen atau zat asam apabila molekul itu terdiri dari 3 atom dan bukan 2 sebagaimana biasanya maka kita mendapatkan ozon yaitu suatu benda yang dalam hal bau dan reaksi kimianya sangat berlainan dengan zat asam biasa. Kelanjutannya, oleh karena perubahan kualitatif itu terjadi secara mendadak, merupakan lompatan dari suatu lompatan keadaan ke keadaan lainnya, atau terputus sama sekali kesinambungannya dengan keadaan sebelumnya, maka ada sementara orang mengira bahwa perubahan kualitatif itu terlepas dari perubahan kuantitatif , tak ada hubungan sama sekali dengan kuantitas atau perubahan kuantitatif. Mereka tak mau mengakui perubahan kuantitatif, dan hanya mengakui perubahan kualitatif saja. Meletusnya gunung krakatau satu abad yang lampau hingga gunung tenggelam ke dasar laut, menurut mereka, merupakan perubahan kualitatif yang mendadak tanpa melalui perubahan kuantitatif. Demikian juga menganggap, misalnya meletusnya revolusi '45 terjadi secara mendadak dalam momentum yang kebetulan, sama sekali tak ada hubungannya dengan perubahan-perubahan kuantitatif sebelumnya, yang berupa gerakan massa rakyat. Katanya lagi, ibarat meletusnya sebuah petasan, yang hanya dengan menyulut sumbunya saja (maksudnya, cukup dengan agitasi atau menghasut massa rakyat) Filsafat Materialisme Dialektika Historis 16

Pandangan ini juga suatu jenis metafisik, yang dapat menyesatkan kita dengan melakukan kesalahan-kesalahan avonturis dibidang politik, misalnya hendak menyelesaikan suatu revolusi sosial dengan kudeta militer atau avonturisme militer. Padahal pejuang-pejuang besar revolusi, selalu mengingatkan kita bahwa revolusi adalah urusan dan karya rakyat, merupakan puncak dari perjuangan rakyat untuk membebaskan dirinya. Rakyat pekerja tak akan dapat dibebaskan oleh siapapun, kecuali oleh perjuangan mereka sendiri. Kesadaran politik dan organisasional pada rakyat sangat menentukan sebuah revolusi rakyat. Telah diketahui, bahwa setiap perubahan yang terjadi dalam kuantitas dengan sendirinya menimbulkan perubahan juga dalam kualitas. Sebagai contoh, air yang dipanasi sehingga suhunya meningkat, perubahan kuantitatif ini dengan sendirinya menimbulkan perubahan dalam kualitas atau cirinya. Sebagaimana dapat kita saksikan, misalnya gerak molukel makin cepat, daya kohesi antar molukel makin longgar, hingga kita dapat membedakan air panas dan air dingin. Akan tetapi perubahan semacam ini tidak termasuk dalam pengertian perubahan kualitatif.

IV. MATERIALISME HISTORIS

Pengantar Dalam bagian pertama kita telah membahas materialisme dialektis secara rinci sebagai filsafat revolusioner dari kelas buruh; yang menyatakan bahwa dunia dapat dipahami, dan dapat diubah. Penerapan materialisme dialektis oleh Marx untuk menganalisis sejarah masyarakat dikenal sebagai materialisme historis. Ini menjadi breakthrough bagi proletariat dalam memperlihatkan bagaimana kerumitan sejarah dan masyarakat dapat diblejeti dan dipahami secara ilmiah. Materialisme historis, untuk pertama kalinya meletakkan sejarah masyarakat pada landasan yang benar-benar materialis. Dikatakan bahwa sumber utama dari segala perkembangan sosial adalah kondisi material dari masyarakat, khususnya proses produksi sosial dan hubungan kelas serta pertentangan kelas yang muncul dari proses itu. Materialisme historis juga menjelaskan sumber-sumber perubahan dan kemajuan dalam sejarah manusia, dan juga bahwa perubahan dan kemajuan adalah satu yang tidak terelakkan. Materialisme historis jelas bertentangan dengan pandangan borjuis tentang sejarah, yang didominasi oleh idealisme dan metafisika. Satu hal yang terus dipertahankan dalam sejarah borjuis adalah pernyataan bahwa ada gagasan-gagasan dan orang-orang besar yang menentukan jalannya sejarah. Pandangan ini melihat gagasan dan orang di luar konteks sosialnya, dan terlebih lagi, di luar hubungan kelasnya. Satu tema lain dari sejarah borjuis adalah bahwa kekejaman dan penyerangan bersifat abadi dan merupakan ciri mendasar dari alam manusia, dan dengan begitu selalu menjadi faktor pendorong dalam sejarah. Pandangan Marxis tentang sejarah tidak mengecilkan peranan gagasan dan orang dalam membentuk sejarah. Namun, yang dijelaskan olehnya adalah basis material dari gagasan dan kehendak manusia. Studi materialisme historis begitu penting karena memberikan pemahaman tentang basis material bagi perubahan masyarakat yang revolusioner sifatnya dan dasar-dasar yang membentuk proses itu, kepada kaum revolusioner yang tergerak untuk mengakhiri eksploitasi dan penindasan kelas. Tuntunan ini akan menguraikan beberapa bagian utama dalam materialisme historis seperti tercantum di bawah ini.

Filsafat Materialisme Dialektika Historis

17

1. Produksi sosial barang-barang kebutuhan hidup adalah kegiatan manusia yang paling dasar, dan membentuk semua aspek kehidupan sosial. 2. Pertentangan kelas sangat menentukan dalam gerak sejarah manusia. 3. Masyarakat berkembang maju melalui cara-cara produksi yang berbeda-beda karena kemanusiaan telah memajukan kapasitasnya menyesuaikan diri dengan alam untuk memenuhi kebutuhan hidup. 4. Proletariat memainkan peran penting dalam memajukan masyarakat dari kapitalisme menuju sosialisme. Produksi sosial barang-barang kebutuhan hidup adalah kegiatan manusia yang paling dasar, dan membentuk semua aspek kehidupan sosial. Engels menulis tentang sumbangan Marx terhadap sejarah: "Ia menemukan kenyataan yang sederhana... bahwa manusia pertama harus makan dan minum, punya tempat berlindung dan pakaian, sebelum dapat mengembangkan politik, ilmu, agama, dan seni..." -- Pidato di sisi makam Karl Marx Kegiatan manusia yang paling dasar adalah perjuangan mengubah alam untuk mendapat kebutuhan hidupnya --makanan, tempat berlindung, dan pakaian. Yang membedakan manusia dari hewan lainnya adalah kenyataan bahwa kegiatan ini dilakukan dengan sadar dan melibatkan produksi untuk membangun dan mengubah apa yang disediakan alam ketimbang langsung menikmatinya seperti dilakukan hewan. Dua faktor inilah yang mendorong perkembangan alat-alat yang membantu manusia berhadapan dengan lingkungan untuk memenuhi kebutuhannya. Lebih lanjut, produksi adalah proses sosial, di mana manusia harus bergabung untuk menghasilkan dan menukar barang, karena mereka sendiri tidak sanggup memenuhi kebutuhan dengan tindakan-tindakan individual yang terpisah. Kekuatan produksi dan hubungan produksi membentuk cara produksi masyarakat. Ketika menghasilkan kebutuhan hidup, manusia pertama-tama memasuki hubungan dengan lingkungan alam. Kekuatan produksi adalah elemen-elemen yang digunakan manusia ketika bekerja mengubah alam. Cara lain untuk memahami konsep ini adalah dengan mengacu pada tingkat teknologi suatu masyarakat. Ini termasuk alat-alat dan mesin, tanah dan bahan mentah, serta ilmu dan teknologi. Kerja manusia, tentu saja adalah kekuatan produksi yang sangat penting. Perkembangan sejarah manusia membawa kemajuan kekuatan produksi yang terus menerus. Kapitalisme, khususnya, telah membawa kemajuan-kemajuan yang luar biasa dalam bidang teknologi, mesin, bentuk-bentuk tenaga, dan sebagainya yang telah meningkatkan kapasitas produksi manusia. Hubungan produksi dibentuk oleh kekuatan-kekuatan produksi ini, seperti dijelaskan Marx.LM 6 "Dalam produksi sosial, manusia memasuki satu hubungan tertentu yang niscaya sifatnya, yang tidak bergantung pada keinginan mereka. Hubungan ini disebut hubungan produksi yang berhubungan dengan tahap perkembangan kekuatan produksi material tertentu." .LM 1Alterations dan kemajuan alat-alat yang dipakai masyarakat untuk berproduksi (kekuatan produksinya) pada akhirnya akan membawa perubahan dalam cara orang-orang bekerjasama dalam produksi (hubungan-hubungan produksi). Karena perubahan dalam teknologi dan ilmu bersifat alamiah dan tidak terelakkan, maka kebutuhan hubunganhubungan produksi untuk selalu menyesuaikan diri dengan perkembangan kekuatan produksi menjadi hukum dasar dari sejarah manusia, dan sumber utama dari semua perubahan sosial. Satu contoh untuk pernyataan ini adalah revolusi industri, di mana penyempurnaan mesin uap, khususnya membawa perubahan-perubahan proses kerja yang berarti dalam masa awal industri, dan berpengaruh besar bagi kondisi kerja dan kondisi hidup proletariat industri. Kesatuan dari kedua faktor ini -- kekuatan dan hubungan produksi -- yang menentukan cara produksi masyarakat. Marxisme memandang masyarakat berdasarkan cara produksinya, misalnya feodalisme, kapitalisme, dan sosialisme, karena cara produksi adalah Filsafat Materialisme Dialektika Historis 18

faktor mendasar bagi terbentuknya seluruh kehidupan masyarakat. Hubungan basis ekonomi masyarakat dengan bangunan politik, budaya dan ideologi. Manusia memasuki hubungan produksi melalui serangkaian lembaga sosial yang gunanya membenarkan, mengatur dan melindungi hubungan-hubungan itu. Karena itu, para produsen kemakmuran sosial juga anggota keluarga, dengan nilai-nilai budaya tertentu, yang bertindak berdasarkan satu perangkat hukum dan sebagainya. Hubungan produksi dalam masyarakat membentuk basis ekonomi bagi masyarakat, dan menjadi dasar bagi superstruktur, atau kehidupan sosial, politik dan ideologi dari masyarakat.. Keseluruhan hubungan produksi ini membentuk struktur ekonomi masyarakat, landasan nyata yang menimbulkan superstruktur hukum dan politik. Landasan ini juga berhubungan dengan bentuk-bentuk kesadaran sosial tertentu. Cara produksi secara umum menentukan proses kehidupan sosial, politik dan intelektual. Bukan kesadaran manusia yang menentukan keberadaannya, melainkan sebaliknya keberadaan sosialnya yang menentukan kesadaran." (Marx) LM 1. Kunci untuk memahami setiap masyarakat terletak bukan pada politik atau gagasannya, tapi pada watak hubungan produksinya. Dengan mempelajari ini, kita bisa tahu mengapa masyarakat memiliki budaya, struktur keluarga dan sistem politik tertentu. Misal-nya, di Amerika Serikat bukan hal yang aneh bahwa penindasan rasial begitu penting dalam perkembangan hubungan kapitalis (yang dimulai dengan perbudakan) dan membentuk superstruktur rasis -- yang terdiri atas gagasan, ketidakadilan, dan penindasan politik yang rasis. Peranan yang paling mendasar dari superstruktur dalam masyarakat kelas adalah untuk membenarkan, melindungi dan melembagakan hubungan kelas dalam masyarakat. Walaupun basis ekonomi adalah penyebab utama dari perkembangan, tapi ia tidak menjadi satu-satunya penyebab perkembangan sosial. Basis dan superstruktur suatu masyarakat harus diamati bersama-sama; superstruktur muncul dari basis ekonomi yang ada, dan balik bereaksi terhadap hubungan ekonomi. Jadi, kita tidak dapat memahami imperialisme Amerika dan Jepang hanya dengan mengamati kapitalis-kapitalis monopoli dan perusahaan - perusahaan multinasional. Kita juga harus memahami demokrasi borjuis Amerika dan Jepang, peranan militer, media dan sebagainya. Pertentangan kelas sangat menentukan gerak sejarah manusia. Kita sudah memberi tekanan bahwa kehidupan ekonomi masyarakat, cara kebutuhan material manusia diproduksi itu yang penting untuk memahami masyarakat. Namun, tidak semua anggota masyarakat memainkan peranan yang sama dalam produksi; sejumlah orang melakukan produksi, dan sebagian menikmatinya, tanpa ikut berproduksi. Kelas adalah kelompok orang seperti itu, yang memiliki hubungan yang sama terhadap alat-alat produksi (milik, alat-alat dan mesin) dan memainkan peranan dalam pemisahan kerja secara sosial, atau singkatnya, kondisi ekonomi yang sama. Seperti dijabarkan Lenin:.LM 6. Kelas adalah sekelompok besar orang yang berbeda satu sama lain karena tempatnya dalam sistem produksi yang ditentukan secara historis (dalam kebanyakan kasus ditetapkan dan dirumuskan dalam hukum-hukum), posisinya terhadap alat-alat produksi, perananannya dalam organisasi kerja secara sosial, dan karena itu juga ditentukan oleh dimensi-dimensi kemakmuran sosial yang mereka peroleh dan metode mendapatkan bagiannya. Kelas adalah kelompok orang yang memungkinkan kelas yang satu menikmati hasil kerja kelas lain, bergantung pada posisi yang mereka tempati dalam sistem sosial ekonomi tertentu." (Lenin) .LM 1. Kelas-kelas tidak selalu ada dalam sejarah. Masyarakat manusia pada awalnya tidak memiliki kelas, dan oleh kaum Marxis disebut tahap komunisme primitif. Istilah "primitif" disini mengacu pada tingkat perkembangan alat-alat dan pengetahuan ilmiah; bukan suatu penilaian terhadap buday dan car hidup masyarakat tersebut. Karena manusia saat itu hanya memiliki alat-alat dan pengetahuan tentang alam yang primitif, kegiatan semua anggota masyarakat masuk ke dalam perjuangan bersama untuk bertahan hidup. Baik kerja masyarakat maupun hasilnya dibagi rata. Tidak ada basis bagi satu kelompok untuk menikmati hasil kerja kelompok lain, tidak ada kelebihan yang dihasilkan. Masyarakat kelas muncul ketika kekuatan-kekuatan produksi berkembang sampai sebuah titik di mana ada produksi berlebih dari kerja sosial, yang ditimbulkan misalnya oleh perbaikan Filsafat Materialisme Dialektika Historis 19

cara-cara bertani. Begitu ada kelebihan produksi dari yang sebenarnya diperlukan untuk keperluan langsung, muncul basis untuk "waktu senggang", kelas tidak bekerja yang mengambil alih surplus yang diciptakan oleh anggota masyarakat yang lain. Keadaan ini tidak muncul dalam suasana damai, tapi melibatkan penundukan secara paksa maupun melalui cara-cara lain (politik, hukum, agama dan sebagainya) oleh kelas penguasa untuk memperkuat klaimnya atas pemilikan pribadi dan atas kerja dan produk yang dihasilkan kelas pekerja. Hubungan kelas ini lain -- di man ad satu kelompok mengambil hasil produksi kelompok lain -- yang kit sebut eksploitasi Masyarakat kelas mengalami tahap-tahap perkembangan yang berbeda-beda, mulai dari perbudakan kuno, feodalisme dan kapitalisme. Dalam setiap tahap ini, ada dua kelas utama yang berhadapan satu sama lain dalam proses produksi dan semua hubungan sosialnya: dalam perbudakan -- budak dan pemilik budak; dalam feodalisme -hamba dan tuan; dalam kapitalisme -- proletariat dan borjuis. Ketika kekuatan produksi terus berkembang sampai titik di mana kebutuhan semua anggota masyarakat telah dapat dipenuhi, maka sudah terbentuk basis material bagi masyarakat untuk maju ke tahap komunisme. Dalam masyarakat komunis kemakmuran sosial diproduksi dan didistribusi secara adil kepada semua. Karena itu, pada tahap ini eksploitasi, penindasan dan kelas sudah lenyap. Kita bisa lihat bahwa kelas-kelas tidak terletak dalam hubungan yang netral. Dalam hubungan itu, tidak terelakkan suatu hubungan pertentangan karena satu kelas menempati posisi dominan (mengontrol alat-alat produksi dan hidup dari surplus yang dihasilkan kelompok lain) sementara kelas yang lain menempati posisi subordinat. Walaupun kelas-kelas dapat menempati posisi yang sama selama beratus-ratus tahun, selalu ada pertentangan yang terus menerus untuk mengubah hubungan kelas ini..LM 6. Marx menulis dalam Manifesto Komunis bahwa, "Sejarah dari semua masyarakat yang ada adalah sejarah pertentangan kelas. Orang bebas dan budak, patrician dan plebeian, tuan dan hamba, pemilik gilda dan pedagang keliling, singkatnya, penindas dan yang ditindas, berada dalam oposisi yang terus menerus, yang membawa sebuah perseteruan yang tak ada putusnya, kadang tertutup, kadang terbuka, satu perseteruan yang selalu berakhir, baik dalam pembentukan kembali masyarakat secara revolusioner, atau kehancuran bersama dari kelas-kelas yang bertentangan. Jelas, kelas penguasa, sebagai kelas akan terus berjuang mempertahankan hak-hak istimewanya sebagai penguasa, dan membuat kelas-kelas subordinat tetap ada dalam posisinya. Tapi akhirnya, hubungan sosial dari suatu masyarakat akan memasuki konflik dengan seluruh kemajuan masyarakat, karena itu menetapkan basis bagi masyarakat untuk diubah dan tumbangnya kelas penguasa yang lama. Misalnya, pada titik tertentu, hubungan feodal menahan-nahan perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan. Hanya mereka yang menerima izin khusus dari tuan tanah-tuan tanah (atau gereja) yang dapat pursue pendekatan-pendekatan baru dan inovatif dalam manufaktur. Karena itu, kondisi-kondisi sudah disiapkan untuk menumbangkan hirarki feodal yang lama oleh kelas borjuis yang... (belum selesai). Konflik kelas dan transformasi masyarakat adalah ciri-ciri yang tidak terhindarkan dalam sejarah manusia. Ini karena kemanusiaan terus menerus didorong oleh perbaikan kondisi hidup yang terus menerus memerlukan perbaikan teknik-teknik produksi (kekuatan produksi), Ini tidak berarti bahw sejarah manusi selalu mengikuti kemajuan yang linear. Ad beberap periode panjang di man tidak ad kemajuan teknologi dan bahkan banyak kemundurankemunduran. Namun proses menuju kemajuan tidak terhindarkan karen manusi selalu berusah memenuhi kebutuhan untuk bertahan hidup dengan car yang paling efektif. dan selalu akan terlibat dalam konflik dengan hubungan-hubungan sosial yang ada (hubungan produksi). Ketegangan antara kekuatan dan hubungan produksi dijalankan oleh manusia melalui perjuangan kelas . Pada tahap perkembangan masyarakat tertentu, kekuatan produksi material dari masyarakat akan berkonflik dengan hubungan produksi yang ada atau -- satu sebutan legal bagi hal yang sama -- dengan hubungan pemilikan dalam kerangka di mana mereka beroperasi.
Filsafat Materialisme Dialektika Historis

20

Dari bentuk perkembangan kekuatan produksi, hubungan-hubungan ini menjadi penghalang. Pada saat itulah sebuah revolusi sosial dimulai.. Masyarakat melalui cara-cara produksi yang berbeda-beda karena kemanusiaan telah memajukan kapasitas menyesuaikan diri dengan alam untuk memenuhi kebutuhan hidup. Sejarah masyarakat ditandai oleh tahap-tahap atau cara-cara produksi yang progresif. Secara umum, cara produksi yang ada adalah: komunisme primitif, perbudakan kuno, feodalisme, kapitalisme, dan sosialisme. "Dalam garis besar", menurut Marx, "cara-cara produksi bisa digambarkan sebagai rentang waktu yang menandai kemajuan dalam perkembangan masyarakat." Melalui tahap-tahap inilah ada kemajuan dalam arti bahwa teknologi, ilmu dan pengetahuan manusia bergerak maju, menciptakan dasar-dasar untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota masyarakat. Masyarakat maju dari masyarakat tanpa kelas yang primitif (komunisme primitif), melalui berbagai masyarakat kelas, dan kini memasuki masa sosialisme, atau tahap pertama dari komunisme, masyarakat tanpa kelas yang sudah berkembang penuh. Walau kita tidak akan mengamati detil-detil dalam tiap cara produksi, kita akan menggambarkan dengan singkat kekuatan produksi dan hubungan-hubungan kelasnya. Seperti disebutkan sebelumnya, komunisme primitif adalah tahap masyarakat dengan kekuatan produksi yang belum berkembang. Kerja dari semua anggota masyarakat digunakan untuk produksi kebutuhan-kebutuhan yang paling dasar, dan reproduksi kehidupan manusia. Karena tidak ada kelas, dan tidak ada eksploitasi maka semua orang terlibat dalam perjuangan melawan alam untuk bertahan hidup. Dengan berkembangnya kekuatan produksi, dan adanya produksi surplus (lebih dari sekadar memenuhi kebutuhan yang paling dasar) maka muncul bentuk paling awal dari masyarakat kelas Perbudakan kuno (Yunani dan Romawi adalah contoh paling baik) adalah awal bagi pemilikan pribadi atas tanah dan budak. Perbaikan kekuatan produksi muncul pada dasarnya melalui penggunaan besi dalam membuat alat dan senjata. Kelas penguasa pemilik budak juga bersifat ekspansif dan merupakan suatu kelas yang membangun kerajaan-kerajaan besar. Negara pertama kali berkembang dalam masyarakat budak, untuk melindungi "hak" warga (pria yang memiliki sesuatu); khususnya pemilik budak. Di masa feodalisme, ekonomi didasarkan pada pertanian. Dua kelas utama pada masa ini adalah tuan tanah feodal, yang memiliki wilayah tanah dan ternak yang luas, dan mengontrol kehidupan hamba-hambanya; dan hamba yang bekerja menggarap tanah, memiliki alat-alat dan menghasilkan barang untuk konsumsi dan untuk diserahkan sebagai persembahan (hasil pertanian) untuk tuan-tuan mereka. Selama masa tertentu dalam era feodal ini, ada kemandekan dalam perkembangan ilmu dan teknologi. Namun, bagian akhir dari periode ini menyaksikan kemajuan-kemajuan besar dalam kekuatan produksi: kemajuan-kemajuan dalam metode pertanian dan ternak, demikian pula pemanfaatan tenaga air dan angin, penciptaan alat bajak modern, mesin pemintal, mesiu, mesin cetak pers, dsb. Kekuasaan politik dibawah feodalisme terpecah-belah. Monarki, yang secara resmi memimpin negara tidak punya lagi sumber-sumber untuk memperluas kekuasaannya dan tuan tanah feodal yang tercerai-berai itu menguasai tanah milik dan para bangsawan. Dalam konteks ini, gereja katolik adalah pemilik tanah paling luas, dan pemegang kekuasaan politik dan legal paling terpusat, serta pejuang ideologi dominan paling terkemuka. Raja dan tuan tanah feodal, dalam kerjasamanya dengan gereja katolik, melaksanakan kontrol menyeluruh atas ekonomi, politik, sosial dan agama terhadap massa para hamba. Runtuhnya feodalisme dan bangkitnya kapitalisme terjadi lebih dari satu abad (dari sekitar abad 14 sampai abad 17). Berkembangnya perdagangan dan kelas pedagang, tumbuhnya kota-kota serta kegiatan manufaktur, membuat makin kokohnya pembentukan borjuis. Perjuangan kelas antara borjuis yang sedang bangkit dan bangsawan feodal/gereja katolik merupakan tantangan utama yang mendorong keruntuhan feodalisme. Pada tahap sejarah ini, kelas borjuis merupakan kelas yang progresif, dalam hal kepentingan kelasnya yang sejalan dengan perkembangan kekuatan produktif dan ilmu pengetahuan, demikian pula lembaga-lembaga budaya dan politik masyarakat. Filsafat Materialisme Dialektika Historis 21

Dalam cara produksi kapitalis, "masyarakat secara keseluruhan lebih dan lebih lagi terbelah ke dalam dua kubu besar yang saling bermusuhan, ke dalam dua kelas besar yang secara langsung berhadapan satu sama lain: Borjuis dan Proletariat" (dikutip dari Communist Manifesto). Di bawah kapitalisme, borjuis memiliki semua alat produksi, dan karenanya mampu menarik keuntungan dan mengakumulasi kekayaan dengan cara menghisap kerja proletariat, kelas pekerja yang tidak punya pilihan lain selain menjual tenaga kerjanya pada kapitalis supaya dapat bertahan hidup. Borjuis, dan perkembangan kapitalisme memacu kemajuan luar biasa kekuatan produksi masyarakat. Revolusi industri selama abad-abad 17 dan 18 di Eropa Barat merefleksikan perkembangan kapitalisme tersebut, dengan ditemukannya tenaga uap, pabrik berskala luas, dan kemajuan pesat dalam ilmu pengetahuan dan industri. Struktur politik kapitalis jadi makin kompleks dari pada sebelumnya. Kekuasaan politik feodal yang terdesentralisasi diganti oleh bentuk kekuasaan negara nasional yang terpusat semasa periode revolusi borjuis abad-abad 18 dan 19. Ideologi borjuis, yang menekankan "kebebasan berusaha" juga telah mengembangkan cita-cita kemerdekaan dan demokrasi, meskipun dalam prakteknya, kemampuan untuk bisa melaksanakan "hak-hak" tersebut sepenuhnya tergantung posisi kelas seseorang dalam masyarakat kapitalis. Proletariat memainkan peran revolusioner dalam memajukan masyarakat dari kapitalisme menuju sosialisme. Di samping kemajuan-kemajuan utama yang dibuat pada zaman kapitalisme, cara produksi ini telah bertahan hidup lebih daripada kegunaannya sendiri. Kemajuan pesat yang terbentuk dalam kekuatan produksi telah membawa kekuatan untuk memenuhi kebutuhan semua umat manusia. Tapi kekuatan ini telah dibuat tidak berdaya oleh hubungan ekonomi kapitalis, karena kemakmuran sosial yang berlimpah hanya membuat produksi menguntungkan segelintir kapitalis. Kita lihat suatu krisis ekonomi yang tak masuk akal dan terus menerus dan bukan suatu produksi untuk memenuhi kebutuhan rakyat yang dilakukan dengan terencana. Kita lihat pula produksi komoditi yang kacau balau tapi menghasilkan keuntungan dan bukan produksi barang-barang yang memang dibutuhkan rakyat. Maka akhirnya hubungan produksi kapitalis menjadi penghalang utama perkembangan kekuatan produksi. Proletariat, sebagai kekuatan utama penentang borjuis adalah kelas yang paling mampu mendobrak penghalang hubungan ekonomi kapitalis. Lantaran menderita di bawah penghisapan masyarakat kapitalis, maka untuk menghapus sistem itu sekali dan selamanya pun dilakukan atas kepentingan proletariat. Tapi proletariat tidak berupaya mengganti masyarakat yang menghisap ini dengan bentuk masyarakat menghisap lainnya. Sebagai sebuah kelas, proletariat tidak punya kepentingan untuk menjadi kelas penghisap yang baru, tapi lebih punya kepentingan untuk mengakhiri semua bentuk hubungan ekonomi yang menghisap. Ini adalah tujuan utama perjuangan bagi terciptanya sosialisme, yang merupakan tahap pertama cara produksi komunis. Di sini Engels menjabarkan hal-hal yang mungkin bagi proletariat untuk mengakhiri penghisapan sekali dan selamanya. Bagaimanapun juga konsepsi sejarah yang baru ini adalah konsepsi dari sesuatu yang punya arti tertinggi bagi cara pandang sosialis. Konsepsi itu menunjukan bahwa semua sejarah sebelumnya bergerak dalam antagonisme kelas dan perjuangan kelas, bahwa selalu ada kelas yang menguasai dan dikuasai, yang menghisap dan dihisap dan bahwa mayoritas umat manusia telah senantiasa dikutuk untuk melakukan kerja yang sulit dengan sedikit kenikmatan. Mengapa begini: sederhananya ini karena pada semua tahap awal perkembangan manusia, produksi begitu sedikit dikembangkan. Perkembangan historis hanya dapat berlangsung dalam bentuk yang antagonis itu, kemajuan historis secara keseluruhan tergantung pada aktivitas minoritas yang memiliki hak istimewa, sementara sebagian besar massa tetap dikutuk untuk memproduksi oleh kerja mereka alat mereka untuk bertahan hidup yang pas-pasan itu dan juga alat golongan berhak istimewa yang semakin mewah itu. Tapi penyelidikan sejarah yang sama, .juga membawa ke suatu kenyataan bahwa, akibat perkembangan kekuatan produksi yang dahsyat saat sekarang ini, bahkan apa yang paling akhir menjadi patokan telah lenyap lantaran pembelahan manusia ke Filsafat Materialisme Dialektika Historis 22

dalam kelas penguasa dan yang dikuasai, kelas penghisap dan dihisap, paling tidak di negaranegara paling maju; bahwa borjuis utama yang berkuasa telah memenuhi misi sejarahnya, bahwa borjuis tersebut tidak lagi mampu memimpin masyarakat dan justru menjadi penghalang perkembangan produksi, ....bahwa kepemimpinan sejarah telah beralih ke tangan proletariat, suatu kelas yang karena posisinya di masyarakat hanya bisa membebaskan dirinya sendiri dengan menghapuskan secara bersama semua penghisapan; dan bahwa kekuatan produktif masyarakat yang tumbuh melampaui kendali borjuis tinggal menunggu bersatunya proletariat untuk merebut milik mereka supaya bisa merubah keadaan masyarakat dimana tiap anggota masyarakat akan dimungkinkan ikut serta tidak hanya dalam produksi tetapi juga ikut serta dalam distribusi dan administrasi kemakmuran rakyat, dan yang karena ini akan mampu meningkatkan kekuatan sosial produksi masyarakat dan hasil-hasilnya melalui suatu pelaksanaan seluruh produksi secara terencana, sehingga pemuasan semua kebutuhan yang masuk diakal akan dijamin bagi semua orang dalam ukuran yang semakin meningkat." dari "Karl Marx". Sosialisme sekarang ini lebih dari suatu visi revolusioner sebuah masyarakat yang dapat mengakhiri penghisapan kapitalisme; sosialisme telah menjadi kenyataan bagi berjuta rakyat di dunia ini. Bagian paling berarti dari kelas pekerja internasional, yang mulai dengan Rusia tahun 1917, telah memberi kemajuan revolusioner bagi sosialisme. Sosialisme adalah tahap pertama dari cara produksi komunis. Di bawah sosialisme, sisa-sisa hubungan produksi sebelumnya masih ada; kelas-kelas itu sendiri masih ada, dan perjuangan kelas melawan borjuis terus berlangsung. Tapi bagaimanapun juga di bawah kepemimpinan proletariat, basis jika memang diletakan, adalah untuk pengurangan secara menyeluruh pemilikan pribadi dan kelaskelas. Obyek perjuangan kelas di bawah sosialisme adalah untuk mewujudkan tahapan sejarah komunis. Meskipun komunisme masih kabur jalannya di masa datang, tulisan-tulisan Marx dan Lenin, dan pengalaman dari masyarakat sosialis memberi beberapa petunjuk akan terbuktinya tahapan sejarah komunis. Hubungan produksi di bawah komunisme akan berciri suatu masyarakat tanpa kelas-pemilikan secara meluas semua alat produksi dan kekayaan. Dalam pengertian ini, komunisme yang maju itu sama dengan komunisme yang primitif. Tapi, dalam tahap komunisme primitif, kekuatan produksi amat sangat tidak berkembang, dan kehidupan manusia berciri kelangkaan barang dan perjuangan terus menerus untuk bertahan hidup. Di tahap komunisme maju, kekuatan produksi --teknologi, ilmu pengetahuan, produktivitas kerja-- akan dikembangkan sampai ke satu titik dimana tidak hanya semua kebutuhan manusia sanggup dipenuhi tapi seluruh daya manusia mampu diwujudkan. Cara-cara produksi yang dijelaskan diatas adalah kategori umum yang memberi tanda kemajuan perkembangan sosial dan sejarah. Tapi penting untuk diakui bahwa tidak semua masyarakat telah atau akan "maju" melalui tahap-tahap tertentu ini dalam perjalanan sejarahnya menuju komunisme. Lebih jauh lagi, tiap masyarakat itu menampilkan gambaran khususnya sendiri, dan memiliki ekspresi uniknya sendiri dalam cara produksi secara umum. Misalnya, konsep cara produksi kapitalis adalah titik awal penting untuk memahami Amerika Serikat, Guatemala dan Afrika Selatan, meskipun jelas masing-masing negara harus dilihat secara khusus. Materialisme historis, sebagai teori umum tentang sejarah dan masyarakat adalah titik masuk penting untuk melakukan "studi kongkrit atas kondisi kongkrit." Juga perlu dicatat bahwa, khususnya di jaman imperialisme (sejak awal abad 20), hubungan kelas dalam suatu negara harus dilihat sebagai bagian dari hubungan internasional dan perjuangan kelas internasional. Garis Besar Materialisme Historis adalah Cara Produksi, Kekuatan Produksi, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Keahlian dan kerja manusia. Cara Produksi Hubungan kelas dan pemilikan Hubungan Produksi, Hubungan diantara pekerja Cara Produksi. Cara dimana produksi (termasuk distribusi dan konsumsi) untuk hidup diorganisir dalam tiap masyarakat. Alat untuk hidup, termasuk makanan, pakaian, tempat berlindung, peralatan produksi; semua benda-benda yang dibutuhkan orang dan demi keberadaan dan perkembangan masyarakat. Sistem produktif terletak pada basis dan menentukan karakter tatanan sosial. Marx mengidentifikasi lima cara produksi utama: komunisme primitif, Filsafat Materialisme Dialektika Historis 23

perbudakan, feodalisme, kapitalisme dan komunisme. Tiap cara produksi baru menandai tahap perkembangan yang lebih tinggi dalam sejarah masyarakat. Cara produksi memiliki dua komponen utama: kekuatan dan hubungan produksi. Kekuatan Produksi mengacu pada kapasitas manusia untuk merubah alam menciptakan benda-benda yang dibutuhkan hidup. Kekuatan produksi terdiri dari: -Alat Produksi, tanah, bahan-bahan mentah, perangkat kerja, mesin-mesin, transportasi. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi: yang terus maju sepanjang waktu, menyediakan orang suatu pengetahuan yang terus maju tentang alam dan tentang bagaimana menyesuaikan diri dan merubah sumber-sumber yang ada untuk kebutuhan manusia. Keahlian dan Kerja Manusia Hubungan Produksi Hubungan produksi adalah hubungan di antara orang dalam proses produksi sosial, pertukaran dan distribusi kemakmuran material. Hubungan ini pada dasarnya adalah hubungan kelas, yang punya keterkaitan dengan pemilikan dan kontrol atas alat produksi dan atas kekayaan sosial yang berasal dari hubungan tersebut. Hubungan produksi yang utama dalam kapitalisme adalah antara borjuis, yang memiliki dan mengontrol alat produksi dan produk kerja, dan kelas pekerja yang memproduksi tapi tidak memiliki sendiri kekayaan sosial itu. Hubungan produksi yang sekunder mengacu pada organisasi proses kerja itu sendiri dan pertaliannya di antara pekerja dalam proses produksi.

ABC

Dialektika Materialis

oleh Leon Trotsky

Dialektika dan Metode Dialektika Oleh : Ismet Lapolisa Dialektika adalah Ilmu Pengetahuan tentang hukum yang paling umum yang mengatur perkembangan alam, masyarakat dan pemikiran. Sedangkan metode dialektis berarti investigasi dan interaksi dengan alam, masyarakat dan pemikiran. Jika study tentang materialisme berbicara tentang keunggulan 'benda\materi' dari 'ide', maka study tentang dialektika adalah menjawab pertanyaan: bagaimana materi tersebut berkembang, yang secara singkat dapat dijawab bahwa semua materi adalah saling berhubungan, dan berubah, dan berkembang secara konstan. Selama ini ajaran filsafat telah didominasi oleh ajaran (pandangan) yang bersifat metafisis --melihat benda-benda sebagai sesuatu yang statis dan terpisah satu sama lain, tidak saling berhubungan-- dan banyak teori-teori berjuis yang memakai teori ini, misalnya: kapitalisme. Dalam hal ini ajaran dialektika dan metode dialektis dengan jelas dan langsung menantang metafisika. Mereka adalah filsafat materialisme dialektika yang mengakui interrelasi (saling berhubungan), perubahaan, perkembangan, dan revolusi. Pada prinsipnya dialektika adalah pokok sangat penting untuk memepelajari filsafat materialisme. Tapi banyak filsuf-filsuf yang berjuis
Filsafat Materialisme Dialektika Historis

24

dan oportunis telah merusak dan memutarbalikkan arti dari konsep dialektika ini. Mereka melihat konsep ini hanya sebagai konsep yang berakar dari sihir, seperti sebuah tongkat sihirnya Marxisme yang bisa merubah begitu saja hitam jadi putih, siang jadi malam, dan kapitalisme jadi sosialisme. Padahal, pada kenyataannya, dengan jelas dialektika materialisme menentang mystisisme, dan dialektika harus berakar (berfondasi) dari materialisme. Dialektika dimulai dengan materialisme, oleh karenanya, sangat tidak mungkin untuk mengerti dialektika tanpa mengerti dulu pandangan materialis. Dan tidak mungkin untuk mengerti cara berfungsi suatu materi tanpa mengerti dialektika. Dan tanpa dialektika, materialisme tidak dapat menerangkan dunia realis yang tidak idealis. Dialektika menjelaskan alam suatu materi (benda). Khususnya mempelajari fenomena akan 'pergerakan' dan 'interrelasi' mereka, bukannya keterasingan dan kestatisannya. 'Pergerakan' dan 'interrelasi' (saling berhubungan) adalah dua prinsip paling general dari dialektika. Konsep 'interelasi' adalah prinsip paling umum untuk menerangkan tentang perkembangan dan fungsi suatu materi. Bahwa sifat saling bergantungan adalah bentuk universal dari semua kenyataan. Semua yang nampak di dunia ini merupakan rangkaian dari satu materi. Misalnya, perbedaan fenomena alam atau sosial, saling bergantung dengan perbedaan alam atau masyarakatnya. Singkatnya, menurut Lenin : "setiap hal (fenomena, proses dll) saling berhubungan satu sama lain".Dalam pengkajian fenomena sosial, mungkin terdapat periode-periode dimana isolasi merupakan preseden terhadap kondisi saling berhubungan. Beberapa aspek dapat saling berhubungan sementara yang lainnya berada dalam keterisolasian. Pandangan dialektis mengakui prinsip interkoneksi universal dan interrelasi dan menempatkan konsep isolasi dalam konteks tersebut. Pengenalan antagonisme-antagonisme dan pembedaan-pembedaan ini dalam kenyataan dijumpai pada alam, namun hanya dengan kesahihan yang relatif, dan di pihak,lain kekakuan dan absolutisme yang dibayangkan diintroduksikan ke dalam alam oleh pikiran kita(pemikiran metafisis) - pengenalan ini merupakan inti konsepsi dialektis tentang alam. Kita harus memahami bagaimana berpikir secara dialektis bila ingin memahami alam. Contohnya, binatang berhubungan dengan lingkungan tapi juga berbeda dari lingkungan, oleh karenanya dalam arti-arti tertentu mereka saling terpisah dan terasing. Beberapa perubahan pada lingkungan akan mempengaruhi binatang, tapi tidak bagi yang lain. Menurut metafisika, benda-benda itu saling terpisah, tidak ada hubungan satu sama lain. Justru karena terpisah, mereka dapat dikenali. Oleh karenanya, metafisika menyangkal pandangan Darwin tentang
Filsafat Materialisme Dialektika Historis

25

spesies. Dikatakan oleh metafisika, bahwa setiap spesies harus dilihat secara terpisah dan terisolasi. Sangat tidak mungkin, jika spesies manusia berhubungan dengan spesies lain. Pandangan dialektika tidak membatasi arti isolasi. Dia mengakui prinsip universal dari interkoneksi (saling berhubungan) dan interelasi, dan menempatkan konsep isolasi di dalamnya. Seperti yang ditekankan Engel : "Pengakuan bahwa antagonisme dan perbadaan (mis, perpisahan benda-benda) ada dalam kenyataan yang ditemukan dalam alam, tapi hanya dengan validitas yang relatif (tidak mutlak), dan dipihak lain bayangan kekakuan dan keabsolutan (kemutlakan) mereka telah diperkenalkan pada alam hanya melalui pikiran-pikiran kita (oleh pemikiran metafisik) pengakuan ini adalah inti dari konsep dialektika akan alam". Jadi kita harus berpikir secara dialektis jika ingin mengenal alam apa adanya. Prinsip general kedua yang menentukan perkembangan suatu materi -yang diilustrasikan oleh dialektika- adalah konsep mosi (pergerakan). Menurut Engels," Bagi dialektika, tidak ada sesuatu yang berakhir, absolut, keramat (suci). Berarti, segala sesuatu itu bersifat fana, dan di dalam segala sesuatu tidak dapat berlangsung lama sebelum mengecualikan proses kelahiran -kematian yang tidak terganggu". (Engels, Ludwig Feuerbach, New York, International Publishers, p.12.). Alasan untuk hal ini adalah bahwa materi tidak nampak (exist) sebagai bangunan tak bergerak yang menutup, tapi suatu bangunan yang di dalamnya berisi gerakan (mosi) yang menjadi mode (bentuk) dari penempakannya (exsistensi). Engels memakai ini untuk mengkritik kaum materialis metafisis yang memisahkan materi dari gerakannya. Menurut Engels,"Tidak pernah ada, dimanapun, materi tanpa gerakan, dan tidak akan dapat. Materi tanpa gerakan (mosi) sama mustahilnya seperti mosi tanpa materi,". Lihatlah dunia, adalah benda yang bergerak, tidak ada sesuatupun kecuali materi dalam mosi (gerakan). Konsep Marxisme-Leninisme tantang mosi tidaklah terbatas pada penafsiran yang sederhana dan sempit. Mosi dilihat sebagai proses yang mencakup semua dan mencapai sejauhnya yang mempengaruhi materi dalam bentuk dan cara berbeda-beda. Menurut Engels, "Mosi (pergerakan), karena dipakai oleh materi, maka merubah secara general. Perbandingan semua perubahan-perubahan dan proses-proses terjadi dalam semesta dari perubahan di tengah suatu tempat naik pada pemikiran." (Engels, Dialectics of nature, p. 247.). Jadi terdapat banyak pergerakan dari bentuk yang paling sederhana kepada bentuk yang lebih kompleks. Misalnya, terdapat pergerakan mekanis (gerakan tubuh), gerakan biologis (fungsi dsn pertumbuhan dari organ-organ hidup), gerakan kimia (atom dan molekul), dan gerakan dari masyarakat
Filsafat Materialisme Dialektika Historis

26

(pergerakan dan perubahan antara individu dan kelas dalam kenyataan sosial). Sedangkan pandangan metafisika, cenderung untuk menyederhanakan mosi (pergerakan) hanya sebagai gerakan mekanis yang langsung dan terbatas saja, dan menyangkal perubahan secara tidak langsung dan halus yang selalu terjadi dalam alam dan masyarakat. Sama pentingnya seperti mengerti mata rantai antara interlasi dan isolasi, kita juga harus mengerti hubungan antara mosi (pergerakan) dan istirahat (rest). Mosi, menuntut perubahan yang terus menerus, sedangkan rest, mementingkan kestabilan secara konstan. Meskipun rest berbeda dari mosi tapi rest tidak terisolasi dari mosi. Rest adalah sistem yang tetap dari mosi, artinya, tidak ada sesuatupun yang istirahat secara komplit, pasti selalu bergerak. Jadi antara mosi dan rest selalu bersama-sama muncul, meskipun mosi adalah prinsip general yang mempengaruhi segala materi. Sumber dari pada mosi tidak ditemukan dalam kekuatan-kekuatan external, seperti kekuatan supranatural, tapi di dalam materi itu sendiri. Oleh karenanya, mosi adalah "pergerakan diri sendiri" (self-motion), disebabkan oleh pertentangan yang esensial dari suatu benda. Misalnya dalam elektronik, pergerakan disebabkan karena interaksi antara partikel negatif dan positif. Konsep ini menolong kita untuk mengerti pergerakan pada alam, masyarakat, dan pemikiran dan mengakuinya bukan sebagai kekacauan dan tak terorganisir tapi sebaliknya, terarah dan terorganisir. Dalam pelajaran bagian II, kita akan melihat lebih jauh bahwa mosi dan perubahan dipengaruhi oleh hukum-hukum tertentu pada perkembangan. Maka, semua mosi mempunyai arah tertentu dan terjadi dalam model hukum-keharusan. I. Dialektika dan Perubahan Sosial Dialektika bukanlah hasil penemuan dari pemikiran manusia tapi muncul secara independen dari pemikiran alam dan masyarakat. Dialektika menemukan maksud dari fungsi dan perkembangan suatu materi, dan metode dialektis memberikan inti pengertian akan perkembangan alam, masyarakat dan pemikiran. Oleh karenanya, mereka adalah senjata yang sangat diperlukan oleh kaum proletar dalam perjuangan revolusioner. Dalam kenyataan sosial, Marx menggunakan pengertian dialektika pada interelasi untuk, pertama, menampakkan, kelas pekerja, sebagai kelas yang dieksploitasi kaum kapitalis yang mencabut nilai-tambah mereka, hal ini mengajarkan kaum proletar untuk menghubungkan eksploitasi ini dengan akar penyebabnya dalam sistem kapitalis, jadi bukan melihatnya sebagai hal yang terpisah dari sistem ini. Dialektika ini mampu menantang
Filsafat Materialisme Dialektika Historis

27

metafisika - yang dipromosikan oleh kaum berjuis- yang tidak mengakui totalitas dari sistem kapitalis tapi hanya membedakan dan memisahkan bagian-bagian tertentu. Nampaknya, pengertian dialektis akan perubahan dan pergerakan mampu membantu proletar untuk mengerti sistem kapitalis sebagai suatu bagian dari proses perubahan yang pernah terjadi. Berlawanan dengan mitos metafisis, bahwa kapitalisme dari dulu tidak pernah muncul dan tidak akan pernah berlangsung di masa depan. Dialektika meyakini, kapitalisme sama seperti fenomena lain - adalah bagian dari perubahan dan pergerakan dan pada akhirnya dapat ditransformasikan kedalam sistem sosial yang sama sekali baru. Kita juga dapat melihat bahwa dialektika lebih dari sekedar metode untuk mengetahui dunia. Tapi adalah untuk mentransformasikan dunia. Metode dialektis menghubungkan "pengetahuan akan hukum perkembangan" dengan "aktivitas proletar secara praktis dan teoritis di dunia". Jadi dapat diakui bahwa kapitalisme dilihat sebagai sistem yang ber-interkoneksi dan berintegrasi yang memungkinkan kaum proletar mengambil gerakan suatu strategi revolusi yang tidak bertujuan secara sederhana hanya untuk bagian-bagian terpisah dari sistem itu (seperti kesamaan dalam hal produksi) tapi menantang sistem kapitalis secara keseluruhan. Jelasnya, dialektika mempunyai karakter revolusioner dan partisan, diperkenalkan oleh Marx dalam 'Capital' :"Dalam bentuk rasionalnya (materialis), dialektika adalah sebuah skandal (hal yang memalukan) dan hal yang dibenci bagi kaum berjuis dan profesornya yang dogmatis, sebab dialektika memasukkan dalam perbandingan dan afirmasi (penegasan) nya pengakuan akan bagian yang ada (eksis) dari suatu benda, dan pada saat yang sama, memasukkan pengakuan akan penyangkalan (negasi) dari bagian itu, yang mau tidak mau terpisah, karena hal ini berhubungan dengan setiap bentuk sosial yang berkembang secara historis seperti gerakan yang cair, dan oleh karenanya dihitung sebagai tempat alamnya yang tidak kurang dari keberadaannya pada saat-saat tertentu, karena tidak ada sesuatu yang dibebankan di atasnya, dan pada intinya adalah kritis dan revolusioner." (Capital, Marx's Preface to Second Edition, 1873, p.146.). Kaum revolusioner harus dilatih dalam metode dialektis agar mengerti secara ilmiah hukum tentang perkembangan alam dan sosial dan mengaplikasikan pengetahuan hukum ini untuk berjuang menuju perubahan realis. Dialektika adalah metode ilmiah untuk belajar segala sesuatu dengan kongkrit, dan empiris. Kesadaran akan hukum-hukum dialektika melengkapi kita dalam menghadapi bermacam kontradiksi yang menentang kita dan untuk mengerti bagaimana memajukan perkembangan.

Filsafat Materialisme Dialektika Historis

28

II. Perkembangan Historis Perjuangan dengan Metafisik.

dari

Metode

Dialektis

dan

Konsep dialektika dari dunia dan perkembangannya dikembangkan pertama kali oleh filsuf Yunani, Heraclitus. Dia percaya bahwa segala sesuatu dalam alam ini berubah secara terus menerus dengan konstan dan saling berhubungan satu sama lain. Semua benda berubah pada bentuk yang berlawanan, seperti, dingin ke panas dan sebaliknya. Dan selalu menjadi baru, jadi "tidak dapat melangkah ke sungai yang sama", sebab pada langkah kedua, seseorang/sesuatu akan melangkah pada air/hal yang baru. Dan perubahan pada bentuk yang berlawanan ini adalah sebagai hasil dari perjuangan. Tapi bagaimanapun, pengetahuan ilmiah pada saat itu, tidaklah cukup untuk menerangkan wadah dan alam dari realitas materi dalam semua bentuk dan bagiannya yang berbeda-beda. Akibatnya, pada saat pandangan awal ini seharusnya dapat memberi gambaran akan proses dunia, mereka tidak dapat dikuatkan oleh pengetahuan yang kongkrit dan detail yang mengambil dari studi akan perbedaan bagian-bagian pada alam. Alam hanya dilihat secara terbagi dalam ruang-ruang yang terisolasi, seperti fisika dan biologi, dan tidak dilihat hubungannya satu sama lain. Hal ini memberikan kesempatan pada metode metafisika menjadi prinsip metode dalam penelitian fenomena. Suatu penelitian yang detail, tapi tidak pernah menghubungkan alam dan sejarahnya. Menurut Engels :"Hal penting pertama adalah menguji segala sesuatu sebelum menguji prosesnya. Seseorang harus mengetahui dulu apakah benda itu sebelum dia dapat menguji perubahan yang terjadi dalam hubungannya dengan hal itu. Seperti dalam kasus pengetahuan alam. Metafisis lama yang menerima bendabenda sebagai tujuan terakhir muncul dari pengetahuan alam yang menyelidiki kematian dan kehidupan sebagai tujuan terakhir". (Engels, Ludwig Feurbach, New York: International Publishers,p.45.) Pada abad 17 dan 18 filsuf materialist mulai berkembang untuk memenuhi kebutuhan kaum berjuis dalam rangka mendirikan modelmodel kapitalis dalam produksi dan menjatuhkan feodalisme dengan pandangan-pandangan yang idealis. Walaupun mereka mampu membuat kemajuan besar dalam pengetahuan alam dan memajukan industri dan komersialisasi, namun mereka masih tetap sebagai filsuf Metafisis dalam konsepsi mereka tentang perubahan. Pandangan mereka tentang mosi (pergerakan), semata-mata hanyalah gerakan mekanis, mis: perubahan tempat, dan perpindahan benda dari satu titik ke yang lain semata-mata disebabkan oleh tenaga external. Seperti sebuah lingkaran, hal ini akan terjadi berulang-ulang. Mereka menolak
Filsafat Materialisme Dialektika Historis

29

pandangan dialektis yang melihat perkembang adalah fenomena dari proses pergerakan menurut hukum-hukum tertentu. Baru pada abad 19, seorang filsuf Jerman, Hegel, Berhasil menemukan semua hukum dasar dialektika, dengan studinya tentang Logika. Dan dipakainya untuk menyerang metode Metafisik dan kaum berjuis dan feodal. Yaitu tentang perubahan hukum kwntitatif ke kwalitatif, hukum kontradiksi sebagai motif prinsip untuk semua perkembangan, dan hukum perkembngan spiral, yang menangkap semua arah yang maju dari proses sejarah dunia. Menurut Engels, tentang penemuan Hegel: "Untuk pertama kali di seluruh dunia, alam, sejarah, intelektual, dinyatakan sebagai proses, misalnya, seperti dalam gerakan, perubahan, transformasi, perkembangan yang konstan dan kecenderungan untuk dibuat untuk menemukan hubungan internal yang membentuk keseluruhan gerakan dan perkembangan yang berkesinambungan ini." (Engels, Anti-Duhring, p. 37-38). Sebenarnya Hegel adalah seorang idealis, dan tidak pernah menggambarkan ini secara eksplisit. Dia percaya bahwa dasar pergerakan dan interelasi adalah konsep pikiran (mind), yang pada akhirnya menjadi gerakan dan perkembangan alam dan masyarakat. Tapi ide ini justru akhirnya bertentangan dengan pandangan idealisnya. Yang pada akhirnya, dipakai oleh Marx dan Engels untuk membangun dasar metode dialektika dan fondasi materialis. Dasar perkembangan metode dialektika teletak pada penemuanpenemuan penting dalam pengetahuan alam, pada pertengahan abad 19. Ke tiga penemuan terpenting tersebut adalah : Penemuan sel, Transformasi energi, Penemuan Darwin tentang proses evolusi pada semua benda hidup.Melalui penemuan-penemuan ini, Marx dan Engels mampu mengkritik Metode dialektisnya Hegel. Mereka menunjukkan bahwa hukum dialektik pertama-tama beroperasi dalam alam, termasuk masyarakat, lalu kemudian pikiran manusia sebagai refleksi akan realitas material. Engels menyimpulkan: "Tidak akan ada pertanyaan lagi tentang pembangunan hukum-hukum dialektik ke dalam alam (seperti yang dilakukan Hegel), tapi adalah penemuan mereka didalam alam dan keterlibatan mereka dari alam". Maka metode dialektis dari Marx dan Engels disebut Dialektis 'Materialis'. Dalam studi tentang masyarakat, Marx dan Engels menemukan hukum dasar perkembangan sejarah, dan dari sana ia menemukan peran proletar dalam memimpin perjuangan melawan kapitalisme dan mengantar mode komunis dalam hal produksi. Hal inilah yang menjadi pokok penting dalam mengaplikasikan metode DM untuk belajar tentang masyarakat manusia. Hari ini, metode DM, oleh kelas berjuis hanya dipakai untuk perkembangan pengetahuan alam, guna memajukan industri dan
Filsafat Materialisme Dialektika Historis

30

teknologi, tapi mereka teap menolak penggunaan DM dalam realitas sosial. Karena mereka ingin mempertahankan kedudukannya sebagai permanen, abadi. Bahkan mereka selalu berpropaganda tentang pikiran-pikiran metafisiss untuk memaksa kelas pekerja menerima kesah-an sistem kapitalis dan menyangkal adanya kontradiksi kelas. Jelas nampak, kelas berjuis berkeyakinan "Selalu akan ada yang mengatur dan yang diatur" atau "sejarah pasti akan berulang di dalamnya" atau "tidak ada sesuatupun yang baru dibawah matahari". Sedangkan bagi kelas proletar, mereka dikondisikan untuk selalu melihat kenyataan dan proses perkembangan, agar dapat mentransformasikan masyarakat dan membangun kapasitas yang produktif di bawah mode komunis dalam produksi. Membawa pandangan dunia dan metode DM yang ilmiah kepada kelas pekerja adalah langkah penting dalam perjuangan proletar untuk perubahan revolusioner di dunia..
Dialektika bukanlah fiksi dan bukan pula mistisisme, melainkan sebuah pengetahuan mengenai bentuk pemikiran kita sejauh ia tidak dibatasi ke dalam masalah-masalah kehidupan sehari-hari, tetapi berusaha mencapai sebuah pengertian yang lebih rumit dan proses-proses yang mendesak untuk diperbincangkan. Logika dialektika dan logika formal memikul sebuah hubungan yang serupa dengan hubungan antara matematika tingkat tinggi dengan matematika yang lebih rendah. Di sini saya akan mencoba untuk membuat sketsa substansi masalah dalam sebuah format yang sangat ringkas. Silogisme sederhana logika Aristotelian bermula dari preposisi bahwa "A" sama dengan "A". Postulat ini diterima sebagai sebuah aksioma bagi banyak sekali tindakan praktis manusia dan generalisasi-generalisasi elementer. Tetapi pada kenyataannya "A" tidak sama dengan "A". Hal ini mudah untuk dibuktikan jika kita mengamati dua huruf ini di bawah sebuah lensa --satu sama lain sama sekali berbeda. Namun, orang dapat saja berkeberatan, karena mereka semata simbol bagi kuantitas-kuantitas sederajat, contohnya satu pon gula, masalahnya bukan ukuran atau bentuk dari huruf-huruf itu. Keberatan itu tidak penting; pada kenyataannya satu pon gula tidak pernah sama persis dengan satu pon gula --sebuah pengukuran yang lebih teliti selalu menyingkapkan adanya perbedaan. Lagi-lagi orang dapat berkeberatatan: tapi satu pon gula adalah sama dengan dirinya sendiri. Ini juga tidak benar --semua bentukan tanpa bisa diinterupsi berubah dalam ukuran, berat, warna, dan lain sebagainya. Mereka itu tidak pernah sama dengan dirinya sendiri. Seorang sophis akan menanggapi bahwa satu pon gula adalah sama dengan dirinya "pada saat yang tertentu".

Filsafat Materialisme Dialektika Historis

31

Terlepas dari nilai praktis yang sangat ekstrim meragukan dari "aksioma" ini, ia tidak bertahan juga terhadap kritisisme teoritis. Bagaimana kita harusnya benar-benar memahami kata "saat"? Jika ia adalah sebuah interval waktu yang sangat kecil, maka satu pon gula ditundukkan menjadi sasaran selama berlangsungnya "saat" tersebut pada perubahanperubahan yang tak dapat dielakkan, atau apakah "saat" adalah sebuah abstraksi yang murni matematis, yaitu, sebuah kekosongan dari waktu? Tapi semua hal eksis dalam waktu; dan eksistensi sendiri adalah sebuah proses yang tidak berhenti dari transformasi; waktu secara konsekuen adalah sebuah elemen fundamental bagi eksistensi. Jadi aksioma "A" adalah sama dengan "A" menandakan bahwa suatu hal adalah sama dengan dirinya sendiri jika ia tidak berubah, yaitu jika ia tidak eksis. Secara sepintas kelihatannya "kepelikan-kepelikan" ini tiada berguna. Dalam realita, halhal itu amat menentukan arti. Di satu sisi aksioma "A" adalah sama dengan "A" muncul sebagai titik keberangkatan bagi semua pengetahuan kita, di sisi lain sebagai titik keberangkatan segala kekeliruan dan kesalahan dalam pengetahuan kita. Untuk membuat penggunaan yang bebas resiko dari aksioma "A" adalah sama dengan "A" adalah hanya mungkin di dalam batasanbatasan pasti. Ketika perubahan-perubahan kuantitatif dalam "A" adalah tidak berarti bagi tugastugas yang ada, maka kemudian kita dapat memperkirakan bahwa "A" adalah sama dengan "A". Contohnya ini adalah cara di mana seorang pembeli dan seorang penjual mengingat satu pon gula, demikian pula kita mempertimbangkan suhu matahari. Sampai waktu sekarang ini kita mempertimbangkan kekuatan mata uang dollar dengan cara yang sama. Tetapi perubahanperubahan kuantitatif, yang melebihi batasan-batasan pasti, terkonversi menjadi kualitatif. Satu pon gula tunduk kepada tindakan air atau bensin, berhenti menjadi satu pon gula. Satu dollar dalam pelukan seorang presiden berhenti sebagai satu dollar. Untuk menentukan titik kritis pada saat yang tepat di mana kuantitas berubah menjadi kualitas adalah satu dari tugas-tugas yang paling penting serta paling susah di dalam semua bidang pengetahuan, termasuk sosiologi. Setiap pekerja mengetahui bahwa mustahil membuat dua benda yang sepenuhnya sama. Dalam perluasan bearing-brass menjadi cone bearings diperkenankan adanya sebuah deviasi atas yang disebut terakhir, yang, bagaimanapun, tidak boleh melampaui batasan-batasan pasti (hal ini disebut toleransi). Dengan mengamati norma-norma toleransi, intinya dipertimbangkan menjadi setara. ("A" adalah sama dengan "A"). Saat toleransi menjadi berlebih, kuantitas berlanjut menjadi kualitas; dengan kata lain, cone bearings tadi menjadi inferior atau sepenuhnya tak berharga. Pemikiran ilmiah kita hanyalah satu bagian dari keseluruhan tindak praktek kita, termasuk teknik-teknik. Bagi konsep-kopsep, eksistensi "toleransi" juga ada. Toleransi ini ditegakkan
Filsafat Materialisme Dialektika Historis

32

bukan dengan logika formal yang berasal dari aksioma "A" adalah sama dengan "A", tetapi dengan logika dialektis yang berasal dari aksioma bahwa semua hal selalu berubah. "Akal sehat" dikarakterisasi oleh kenyataan bahwa ia secara sistematis melampaui "toleransi" dialektis. Pemikiran vulgar beroperasi dengan konsep-konsep macam kapitalisme, moral, kebebasan, negara pekerja, dll. sebagai abstraksi-abstraksi pasti, mengira bahwa kapitalisme adalah sama dengan kapitalisme, moral adalah sama dengan moral, dan seterusnya. Pikiran dialektis menganalisa semua hal dan fenomena dalam perubahannya yang terus berlangsung, sambil menetapkan dalam kondisi-kondisi material dari perubahan-perubahan tersebut yang batas kritis di luar hal yang "A" barhenti menjadi "A", sebuah negara pekerja berhenti menjadi negara pekerja. Kekurangan fundamental dari pemikiran vulgar terletak dalam kenyataan bahwa ia berharap untuk mengisi dirinya sendiri dengan cetakan ajeg dari sebuah realitas yang mengandung gerakan abadi. Dengan cara memperketat perkiraan-perkiraan, koreksi-koreksi, kongkritisasi; pemikiran dialektis memberikan sebuah kekayaan mengenai isi dan fleksibitas kepada konsep-konsep; bahkan saya katakan bahwa ini adalah sebuah kelembapan yang bagi sebuah bidang tertentu membawanya lebih dekat pada fenomena yang nyata hidup. Bukan kapitalisme secara keseluruhan, melainkan sebuah kapitalisme tertentu pada sebuah tahap perkembangan tertentu. Bukan sebuah negara pekerja secara keseluruhan, tetapi sebuah negara pekerja tertentu dalam sebuah negara terbelakang dalam sebuah pengepungan kaum imperialis, dan lain-lain. Pemikiran dialektis berhubungan dengan pemikiran vulgar dengan cara yang sama seperti sebuah gambar bergerak (motion picture) berhubungan dengan sebuah foto yang ajeg. Gambar bergerak tidak berada di luar hukum foto ajeg tetapi mengkombinasikan sebuah urutan dari fotofoto tersebut sesuai dengan hukum-hukum gerak. Dialektika tidak mengingkari silogisme, tetapi mengajari kita untuk menggabungkan silogisme dalam cara yang sedemikian rupa untuk membawa pengertian kita menjadi lebih dekat pada realitas yang berubah secara abadi. Dalam bukunya, Logika, Hegel mendirikan satu rangkaian ketentuan-ketentuan: perubahan kuantitas menjadi kualitas, perkembangan melalui kontradiksi, konflik mengenai isi dan bentuk, interupsi dari kontinuitas, perubahan posibilitas menjadi hal yang tak dapat dihindarkan adanya, dll., yang sama pentingnya bagi pemikiran teoritis sepenting dalam silogisme sederhana bagi tugas-tugas yang lebih elementer. Hegel menulis sebelum Darwin dan sebelum Marx. Berterima kasih kepada impuls kuat yang diberikan Revolusi Perancis kepada pemikiran, Hegel mengantisipasi gerakan ilmu
Filsafat Materialisme Dialektika Historis

33

pengetahuan secara menyeluruh. Tetapi karena itu semata sebuah antisipasi, meskipun dilakukan oleh seorang jennius, hal itu menerima sebuah karakter idealistik dari Hegel. Hegel mengoperasikan bayangan-bayangan ideologis sebagai realitas terakhir. Marx mendemonstrasikan bahwa gerakan dari bayangan-bayangan idiologis ini tidak merefleksikan apa-apa kecuali gerakan dari tubuh-tubuh materi. Kita menamakan dialektika kita, materialis, sebab ia tidak berakar baik di surga maupun di kedalaman dari "kehendak bebas" kita, melainkan di dalam realitas objektif, di alam. Kesadaran timbul dari bawah sadar, psikologi dari fisiologi, dunia organik dari dunia inorganik, galaksi dari nebula. Di atas tiap undakan tangga perkembangan ini, perubahan-perubahan kuantitatif ditransformasikan menjadi kualitatif. Pikiran kita, terrmasuk pikiran dialektis, hanyalah satu dari bentuk-bentuk ekspresi zat yang berubah. Di dalam sistem ini tidak tersedia tempat bagi Tuhan, Syetan, jiwa kekal, tidak juga norma-norma abadi dari hukum dan moral. Dialektika pemikiran, timbul dari dialektika alam, secara konsekuen memiliki sebuah karakter yang seluruhnya materialis. Darwinisme, yang menjelaskan evolusi spesies melalui transformasi kuantitatif berlanjut pada kualitatif, adalah kemenangan tertinggi dari dialektika dalam seluruh lapangan perkara organik. Kemenangan besar besar lainnya adalah penemuan tabel berat atom dari unsur kimia dan transformasi lebih lanjut dari satu elemen menjadi satu elemen lain. Secara erat, transformasi-transformasi ini (spesies, elemen, dll.) berkaitan dengan masalah klasifikasi, sama pentingnya dalam ilmu alam sebagaimana dalam ilmu sosial. Sistem Linneaus (abad ke-18) mempergunakan immutabilitas spesies sebagai titik awalnya, terbatas pada deskripsi dan klasifikasi mengenai pertanian sesuai karakteristik-karakteristik abadinya. Periode infantil dari botani adalah analogis dengan periode infantil logika, karena bentuk-bentuk pikiran kita berkembang seperti semua hal yang hidup. Hanya penyangkalan yang tak dapat disanggah mengenai ide tentang spesies jadi, hanya studi mengenai sejarah evolusi tentang pertanian dan anatominya, menyiapkan basis bagi sebuah klasifikasi yang benar-benar ilmiah. Marx, yang dalam perbedaan dari Darwin adalah seorang dialektikus yang sadar, menemukan sebuah basis bagi klasifikasi ilmiah mengenai masyarakat-masyarakat manusia dalam perkembangan kekuatan-kekuatan produktifnya dan struktur kepemilikan yang membentuk anatomi masyarakat. Marxisme memberikan substitusi berupa sebuah klasifikasi dialektik materialistis kepada klasifikasi vulgar mengenai masyarakat dan negara, yang bahkan hingga sekarang masih tumbuh dengan subur dalam berbagai universitas. Hanya dengan menggunakan metode Marx dimungkinkan secara benar menentukan baik konsep mengenai sebuah negara pekerja maupun juga momen keruntuhannya.

Filsafat Materialisme Dialektika Historis

34

Kita lihat, semua ini sama sekali tidak mengandung hal "metafisik" atau "scholastis" sebagai ungkapan ketidaktahuan yang congkak. Logika dialektis mengungkapkan hukum gerak dalam pemikiran ilmiah kontemporer perjuangan melawan dialektika materialis sebaliknya mengungkapkan sebuah masa lalu yang berjarak, konservatisme dari borjuasi kecil, keangkuhan diri para pengusung rutinitas universitas, dan ... sekilat harapan bagi sebuah alterlife (kehidupan yang berubah).

15 Desember 1939. Diterjemahkan dan diedit oleh Anonim (Desember 1998) dari Leon Trotsky, The ABC of Materialist Dialectics diterjemahkan sesuai teks dalam website In Defence of Marxism (http://www.marxist.com)

Filsafat Materialisme Dialektika Historis

35

You might also like