You are on page 1of 24

KATA PENGANTAR Pertama-tama kami ucapkan syukur atas kehadirat Allah SWT.

karena berkat-Nya lah makalah kami yang berjudul Validitas dapat terselesaikan dengan baik. Tak lupa kami juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing kami pada mata kuliah Evaluasi Proses dan Hasil Pembelajaran Kimia, yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini. Harapan kami makalah ini dapat bermanfaat dengan baik dan dapat memberikan konstribusi sebagaimana mestinya dalam mata kuliah Evaluasi Proses dan Hasil Pembelajaran Kimia di masa mendatang.

Palembang, 5 Mei 2013

Penyusun

MAKALAH VALIDITAS

Page 1

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................... 1 DAFTAR ISI .................................................................................................................. 2 BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 3 BAB II ISI ...................................................................................................................... 4 2.1 Definisi Validitas ...................................................................................................... 4 1. Macam Macam Validitas ........................................................................................ 5 2. Fungsi Validitas .......................................................................................................... 9 3. Koefisien Validitas ..................................................................................................... 10 4. Cara Mengetahui Validitas Alat Ukur ........................................................................ 10 5. Validitas Butir Soal atau Validitas Item ..................................................................... 14 6. Tes Terstandar sebagai Kriterium dalam Menentukan Validitas ............................... 18 7. Validitas Faktor .......................................................................................................... 19 8. Factor-faktor yang mempengaruhi validitas ............................................................... 21 BAB III PENUTUP ........................................................................................................ 22 3.1Kesimpulan ................................................................................................................ 22 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 23

MAKALAH VALIDITAS

Page 2

BAB I PENDAHULUAN

Dalam setiap kegiatan pendidikan maka tidak akan bisa dipisahkan dengan evaluasi. Tanpa adanya evaluasi maka semua kegiatan pendidikan hanya sia-sia belaka, karena kita tidak akan pernah mengetahui apakah pendidikan yang dilaksanakan berhasil atau gagal, baik atau buruk, lulus atau tidak lulus. Evaluasi merupakan kegiatan akhir yang dilakukan oleh pendidik untuk mengetahui seberapa jauh penguasaan peserta didiknya terhadap materi yang telah diberikan atau bisa juga evaluasi itu diartikan sebagai sebuah proses untuk menentukan nilai segala sesuatu yang ada hubungannya dengan dunia pendidikan. Sekolah sebagai sebuah institusi yang menyelenggarakan pendidikan diumpamakan sebagai sebuah tempat pengolahan di mana calon siswa sebagai bahan mentah yang akan diolah, maka lulusan sekolah itu diumpamakan sebagai hasil olahan yang siap dipergunakan. Untuk mengetahui apakah seorang siswa lulus atau tidak lulus maka perlu diadakan evaluasi sebagai alat penyaring. Dengan demikian evaluasi menduduki kedudukan yang sangat penting dalam pendidikan karena hasil evaluasi dapat merupakan pencerminan keberhasilan atau kegagalan dari pendidikan itu sendiri. Hasil evaluasi ini kemudian akan digunakan untuk mengambil berbagai keputusan pendidikan. Namun, tidak semua hasil evaluasi dapat dimanfaatkan untuk mengambil keputusan pendidikan, hanya evaluasi yang baik saja yang dapat digunakan untuk mengambil keputusan pendidikan. Evaluasi dapat dikatakan baik apabila memenuhi tiga syarat pokok yaitu validitas (kesahihan), reliabilitas (kehandalan), dan kepraktisan. Kali ini akan dibahas lebih lanjut mengenai validitas.

MAKALAH VALIDITAS

Page 3

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Definisi validitas Validitas berasal dari kata valid (kata sifat) yang berarti tepat, benar, shahih, dan abasah, yang selanjutnya dibendakan menjadi validitas yang mempunyai arti ketepatan, kebenaran, kesahihan, dan keabsahan. Di dalam Wikipedia Indonesia validitas diartikan sebagai kesahihan, kebenaran yang diperkuat oleh bukti atau data. Demikian juga dalam Kamus Bahasa Indonesia dapat jumpai validitas diartikan sebagai sifat benar menurut bahan bukti yang ada, logika berpikir, atau kekuatan hukum. Dengan demikian, evaluasi yang tidak didukung dengan bukti-bukti konkrit atau bertentangan dengan kaidah-kaidah dan hukum yang berlaku tidak dapat dikatakan sebagai evaluasi yang valid. Sejalan dengan definisi yang dikemukakan di atas, Max Darsono dalam konteks pendidikan lebih lanjut menyatakan bahwa kevalidan sebuah evaluasi harus didasarkan atas kesesuaiannya dengan tujuan evaluasi tersebut. Dalam kaitannya dengan tes dan penilaian, Retno mengemukakan tiga pokok pengertian validitas yang biasa digunakan sebagai berikut. a. Validitas berkenaan dengan hasil dari suatu alat tes atau alat evaluasi, dan tidak menyangkut alat itu sendiri. Tes intelegensi sebagai alat untuk melakukan tes kecerdasan hasilnya valid, tapi kalau digunakan untuk melakukan tes hasil belajar tidak valid. b. Validitas adalah persoalan yang menyangkut tingkat (derajat). Sehingga, istilah yang digunakan adalah derajat validitas suatu tes, maka suatu tes ada yang bias disebut validitasnya tinggi, sedang, atau rendah. c. Validitas selalu dibatasi pada pengkhususannya dalam penggunaan, dan tidak pernah dalam arti kualitas yang umum. Suatu tes berhitung mungkin tinggi validitasnya untuk mengukur keterampilan menjumlah angka, tetapi rendah

MAKALAH VALIDITAS

Page 4

validitasnya untuk mengukur berpikir matematis, dan sedang validitasnya untuk meramal keberhasilan siswa dalam pelajaran matematik yang akan datang. Berikut ini beberapa pendapat dari tokoh-tokoh mengenai validitas : Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya (Azwar 1986). Nitko (1996 : 36) menyatakan bahwa validitas berhubungan dengan interpretasi atau makna dan penggunaan hasil pengukuran peserta didik. Cohen dkk. (1992: 28) menyatakan bahwa tes yang baik adalah tes yang valid artinya mengukur apa yang hendak diukur. Messick (1993: 13) menjelaskan bahwa validitas tes merupakan suatu integrasi pertimbangan evaluatif derajat keterangan empiris yang mendasarkan pemikiran teoritis yang mendukung ketepatan dan kesimpulan berdasarkan pada skor tes.

1. Macam-macam Validitas Didalam buku Encyclopedia of Educational Evaluation yang ditulis oleh Scarvia B. Anderson dan kawan-kawan disebutkan: A test is valid if it measures what it purpose to measure. Atau jika diartiakan lebih kurang demikian: sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur. Sebenarnya pembicaraan validitas ini bukan ditekankan pada tes itu sendiri tetapi pada hasil pengetesan atau skornya. Contoh: Skor yang diperoleh dari hasil mengukur kemampuan mekanik akan menunjukkan kemampuan seseorang dalam memegang dan memperbaiki mobil, bukan pengetahuan oaring tersebut dalam hal yang berkaitan dengan mobil. Tes yang mengukur pengetahuan tentang mobil bukanlah tes yang sahih untuk mekanik. Validitas sebuah tes dapat diketahui dari hasil pemikiran dan dari hasil pengalaman. Hal yang pertama akan diperoleh validitas logis (logical validity) dan hal yang kedua diperoleh validitas empiris (empirical validity). Dua hal inilah yang dijadikan dasar pengelompokkan validitas tes. MAKALAH VALIDITAS Page 5

Secara garis besar ada dua macam validitas, yaitu validitas logis dan validitas empiris.

a. Validitas logis Istilah validitas logis mengandung kat logis berasal dari kata logika, yang berarti penalaran. Dengan makna demikian maka validitas logis untuk sebuah instrument evaluasi menunjuk pada kondisi bagi sebuah instrument yang memenuhi persyaratan valid berdasarkan hasil penalaran. Kondisi valid tersebut dipandang ter[penuhi karena instrument yang bersangkutan sudah dirancang secara baik, mengikuti teori dan ketentuan yang ada. Sebagaimana pelaksanaan tugas lain misalnya membuat sebuah karangan, jika penulis sudah mengikuti aturan mengarang, tentu secara logis karangannya sudah baik. Berdasarkan penjelasan tersebut maka instrument yang sudah disusun berdasarkan teori penyusunan instrument, secara logis sudah valid. Dari penjelasan tersebut kita dapat memahami bahwa validitas logis dapat dicapai apabilainstrumen disusun mengikuti ketentuan yang ada. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa validitas logis tidak perlu diuji kondisinya tetapi langsung diperoleh sesudah instrument tersebut selesai disusun. Ada 2 macam validitas logis yang dapat dicapai oleh sebuah instrument, yaitu: validitas isi dan validiats konstrak (construct validity). Validitas isi bagi sebauh instrument menunjuk suatu kondisi sebuah instrument yang disusun berdasarkan isi materi pelajaran yang di evaluasi. Selanjtnya validitas konstrak sebuah instrument menunujuk suatu kondiusi sebuah instrument yang disusn berdasarkan kontrak aspek-aspek kejiwaan yang seharusnya dievaluasi. Penjelasan lebih kjauh tentang kedua jenis validitas logis ini akan diberikan berturut-turut dalam membahas jenis-jenis validitas instrument mati. b. Validitas empiris Istilah validitas empiris memuat kata empiris yang artinya pengalaman. Sebuah instrument dapat dikatakan memiliki validitas empiris MAKALAH VALIDITAS Page 6

apabila sudah diuji dari pengalaman. Sebagai conyoh sehari-hari, seseorang dapat diakaui jujr oleh masyarakat apabila dalam pengalaman dibuktikan bahwa seseorang tersebut memang jujr. Contoh lain, seseorang dapat dikatakan kreatif apabila dari pengalamn dibuktikan bahwa orang tersebut sudah banyak menghasikan ide-ide baru yang diakui berbeda dari hal-hal yang sudah ada. Dari penjelasan dan contoh-contoh tersebut diketahui bahwa validitas empiris tidak dapat diperoleh hanya dengan menyusun instrument berdasarkan ketentuan seperti halnya validitas logis, tetapi harus dibuktikan melalui pengalaman. Ada 2 macam validiatas empiris, yakni ada dua cara yang dapat dilakukan untuk menguji bahwa sebuah instrument memang valid. Pengujian tersebut dilakukan dengan membandingkan kondisi instrument yang bersangkutan dengan kriterium atau sebuah ukuran. Kriterium yang digunakan sebagai pemabnding kondisi instrument dimaksud ada dua, yaitu: yang sudah tersedia dan yang belum ada tetapi akan terjadi di waktu yang akan datang. Bagi instrument yang kondisinya sesuai dengan kriterium yang suadh tersedia, yang sudah ada, disebut memiliki validitas ada sekarang, yang dalam istilah bahsa Inggris disebut memiliki concurrent validity. Selanjtnya instrument yang kondisinya sesuai dengan kriterium yang diramalkan kan terjadi, disebut memiliki validitas ramalan atau validitas prediksi, yang dalam istilah bahasa Inggris disebut memiliki predictive validity. Dari uraian adanya 2 jenis validiats, yakni validitas logis yang ada dua macam, dan validitas empiris, yang juga ada dua macam, maka secara keseluruhan kita mengenal adanya empat validitas, yaitu: 1. Validitas isi 2. Vailiditas konstrak 3. Validitas ada sekarang, dan 4. Validitas predictive Penjelasan masing-masing validitas adalah sebagai berikut: 1. Validitas isi (content validity)

MAKALAH VALIDITAS

Page 7

Sebuah tes dikatakan memiliki validitas isi apabila mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang diberikan. Oleh karena materi yang diajarkan tertera dalam kurikulum maka validitas isi ini sering juga disebut validitas kurikuler. Validitas isi dapat diusahakan tercapainya sejak saat penyusunan dengan cara memrinci materi kurikulum atau materi buku pelajaran. 2. Validitas konstruksi (construct validity) Sebuah tes dikatakan memiliki validitas konstruksi apabila butirbutir soal yang membangun tes tersebut mengukur setiap aspek berpikir seperti yang disebutkan dalam Tujuan Instruksional Khusus. Dengan kata lain jika butir-butir soal mengukur aspek berpikir tersebut sudah sesuai dengan aspek berpikir yang menjadi tujuan instruksional. Sebagai contoh jika rumusan Tujuan Instruksional Khusus (TIK): Siswa dapat membandingkan antara efek biologis dan efek psikologis, maka butir soal pada tes merupakan perintah agar siswa membedakan antara dua efek tersebut. Konstruksi dalam pengertian ini bukanlah susunan seperti yang sering dijumpai dalam teknik, tetapi merupakan rekaan psikologis yaitu suatu rekaan yang dibuat oleh para ahli Ilmu Jiwa yang dengan sutau cara tertentu memerinci isi jiwa atas bebrapa aspek seperti: ingatan (pengetahuan), pemahaman, aplikasiu, dan seterusnya. Dalam hal ini, mereka menganggap seolah-olah jiwa dapat dibagi-bagi. Tetapi sebenarnya tidak demikian. Pembagian ini hanya merupakan tindakan sementara untuk mempermudah mempelajari. Seperti halnya validitas isi, validitas konstruksi dapat diketahui dengan cara memerinci dan memasangkan setiap butir soal dengan setiap aspek dalam TIK. Pengerjaanya dilakukan berdasarkan logika, bukan pengalaman. Dalam pembicaraan mengenai penyusunan tes hal ini akan disinggung lagi. 3. Validitas ada sekarang (concurrent validity) Validitas ini lebih umum dikenal dengan validitas empiris. Sebuah tes dikatakan memiliki validitas empiris jika hasilnya sesuai dengan MAKALAH VALIDITAS Page 8

pengalaman. Jika ada istilah sesuai tentu ada dua hal yang dipasangkan. Dalam hal ini hasil tes dipasangkan dengan hasil pengalaman. Pengalaman selalu mengenai hal yang telah lampau sehingga data pengalaman tersebut sekarang sudah ada (ada sekarang, concurrent). Dalam membandingkan hasil sebuah tes maka diperlukan suatu kriterium atau alat banding. Maka hasil tes merupakan sesuatu yang dibandingkan. Misalnya seorang guru ingin mengetahui apakah tes sumatif yang disusun sudah valid atau belum. Untuk ini diperlukan sebuah kriterium masa lalu yang sekarang datanya dimiliki. Masalnya nilai ulangan harian atau nilai ulangan sumatif yang lalu. 4. Validitas prediksi (predictive validity) Memprediksi artinya meramal, dengan meramal selalu mengenai hal yang akan datang, jadi sekarang belum terjadi. Sebuah tes dikatakan memilki validitas prediski atau validitas ramalan apabila mempunyai kemampuan untuk meramalkan apa yang akan terjadi pada masa yang akan dating. Misalnya tes masuk Perguruan Tinggi adalah sebuah tes yang diperkirakan mampu meramalkan keberhasilan peserta tes dalam mengikuti kuliah di masa yang akan dating. Calon yang tersaring berdasarkan hasil tes diharapkan mencerminkan tinggi tentu menjamin keberhasilannya kelak. Sebaliknya seorang calon dikatakan tidak lulus tes karena memilki nilai tes yang rendah jadi diperkirakan akan tidak mampu mengikuti perkuliahan yang akan datang. Sebagai alat pembanding validitas prediksi adalah nilai-nilai yang diperoleh setelah peserta tes mengikuti pelajaran di Perguruan Tinggi. Jika ternyata siapa yang memilki nilai tes lebih tinggi gagal dalam ujian semester I dibandingkan dengan yang dahulu nilai tesnya lebih rendah maka tes masuk yang dimaksud tidak memilki validitas prediksi.

2. Fungsi validitas MAKALAH VALIDITAS Page 9

Validitas dikatakan tinggi bila alat ukur dapat menjalankan fungsi ukurnya yaitu : 1. Memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukan pengukuran tersebut 2. Dapat memberikan gambaran perbedaan Pernyataan valid harus diikuti dengan keterangan yang menunjuk kepada tujuan pengukuran, yaitu : 1. Valid untuk mengukur apa 2. Valid untuk mengukur pada kelompok yang mana 3. Koefisien validitas Koefisien validitas dinyatakan oleh korelasi antara distribusi skor tes yang bersangkutan dengan distribusi skor suatu kriteria yang relevan. Validitas pengukuran memiliki nilai dari rendah ke tinggi. Makin tinggi tingkat validitas makin baik pengukuran itu. Validitas pengukuran rendah mengandung kekeliruan sistematis. Bila skor pada tes diberi lambang x dan skor pada kriterianya mempunyai lambang y maka koefisien antara tes dan kriteria itu adalah rxy inilah yang digunakan untuk menyatakan tinggi-rendahnya validitas suatu alat ukur. Koefisien validitas pun hanya punya makna apabila apalagi mempunyai harga yang positif. Walaupun semakin tinggi mendekati angka 1 berarti suatu tes semakin valid hasil ukurnya, namun dalam kenyataanya suatu koefisien validitas tidak akan pernah mencapai angka maksimal atau mendekati angka 1. Bahkan suatu koefisien validitas yang tinggi adalah lebih sulit untuk dicapai daripada koefisien reliabilitas. Tidak semua pendekatan dan estimasi terhadap validitas tes akan menghasilkan suatu koefisien. Koefisien validitas diperoleh hanya dari komputasi statistika secara empiris antara skor tes dengan skor kriteria yang besarnya disimbolkan oleh rxy tersebut. Pada pendekatan-pendekatan tertentu tidak dihasilkan suatu koefisien akan tetapi diperoleh indikasi validitas yang lain.

4. Cara Mengetahui Validitas Alat Ukur Teknik yang digunakan untuk mengetahui kesejajaran adalah teknik korelasi product moment yang dikemukakan oleh Pearson. Rumus korelasi product moment ada dua macam, yaitu: MAKALAH VALIDITAS Page 10

a. Korelasi product moment dengan simpangan, dan b. Korelasi product moment dengan angka kasar. Rumus korelasi product moment dengan simpangan; rxy = xy (x2) (y2) Dimana: rxy xy X2 Y2 = koefisien korelasi antara variable X dan variable Y, dua variable yang

dikorelasikan 9x = X-X dan y = Y-Y) = jumlah perkalian x dengan y = kuadrat dari x = kuadrat dari y

Contoh perhitungan: Misalnya akan menghitung validitas tes prestasi belajar matematika. Sebagai kriterium diambil rata-rata ulangan yang akan dicari validitasnya diberi kode X dan rata-rata nilai harian diberi kode Y. kemudian dibuat table persiapan sebagai berikut:

TABEL PERSIAPAN UNTUK MENCARI VALIDITAS TES PRESTASI MATEMATIKA No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Nama Nadia Susi Cecep Erna Dian Asmara Siswoyo Jihad Yanna Lina Jumlah X 6,5 7 7,5 7 6 6 5,5 6,5 7 6 65,0 Y 6.3 6,8 7,2 6,8 7 6,2 5,1 6 6,5 5,9 63,8 x 0 +0,5 +1,0 +0,5 -0,5 -0,5 -0,1 0 +0,5 -0,5 y -0,1 +0,4 +0,8 +0,4 +0,6 -0,2 -1,3 -0,4 +0,1 -0,6 x2 0,0 0,25 1,0 0,25 0,25 0,25 1,0 0,0 0,25 0,25 3,5 y2 0,01 0,16 0,64 0,16 0,36 0,04 1,69 0,16 0,01 0,36 3,59 xy 0,0 +0,2 +0,8 +0,2 -0,3 +0,1 +1,3 0,0 +0,05 +0,3 2,65 Page 11

MAKALAH VALIDITAS

X = X = 65,0 = 6,5 N Y = ZY = 63,8 = 6,38 dibulatkan 6,4 N x=XX y=YY dimasukkan ke rumus: rxy = = xy 2,65 = 2,65 12,565 = 0,748 (x2) (y2) 3,5 x 3,59 = 2,65 3,545 Indeks korelasi anrara X dan Y inilah validitas soal yang dicari. Rumus korelasi product moment dengan angka kasar: rxy = NXY (X) (Y) {NX2 (X)2} {NY2 (Y)2}

Dimana: rXY = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y, variabel yang dikorelasikan. Dengan menggunakan data hasil tes prestasi matematika diatas kini dihitung dengan rumus korelasi product moment dengan angka kasar yang tabel persiapanya sebagai berikut.

TABEL PERSIAPAN UNTUK MENCARI VALIDITAS TES PRESTASI MATEMATIKA No 1 2 3 4 5 Nama Nadia Susi Cecep Erna Dian X 6,5 7 7,5 7 6 Y 6,3 6,8 7,2 6,8 7 X2 42,25 49 56,25 49 36 Y2 39,69 46,24 51,84 46,24 49 XY 40,95 47,6 54,0 47,6 42

MAKALAH VALIDITAS

Page 12

6 7 8 9 10

Asmara Siswoyo Jihad Yanna Lina Jumlah

6 5,5 6,5 7 6 65,0

6,2 5,1 6 6,5 5,9 63,8

36 30,25 42,25 49 36 426,0

38,44 26,01 45,5 36 34,81 410,52

37,2 28,05 39 45,5 35,4 417,3

Dimasukkan kedalam rumus: rxy = NXY (X) (Y) {NX2 (X)2} {NY2 (Y)2} 10 x 417,3 (65 x 63,8) (10 x 426 4225) (10 x 410,52 4070,44)

rxy =

4173 4147

(4260 - 4225) (4105,2 4070,44) = 26 = 26 1216,6 = 0,745 35 x 34,76 = 26 34,8797

Jika, diperbandingkan dengan validitas soal yang dihitung dengan rumus simpangan, ternyata terdapat perbedaan sebesar 0,33 lebih besar yang dihitung dengan rumus simpangan. Hal ini wajar karena dalam mengerjakan perkalian atau penjumlahan jika diperoleh 3 atau angka di belakang koma dilakukan pembulatan ke atas. Perbedaan ini sangat kecil sehingga dapat diabaikan. Untuk memperjelas pengertian tersebut dapat disampaikan keterangan sebagai berikut. Korelasi positif menunjukkan adanya hubungan sejajar antara dua hal. Misalnya hal pertama nilainya naik, hal kedua ikut naik. Sebaiknya jika hal pertama turun. Contih korelasi positif antara nilai IPA dan Matematika. IPA : 2 3 5 7 4 3 2 Page 13

MAKALAH VALIDITAS

Matematika

Kondisi nilai matematika sejajar dengan IPA karena naik dan turunnya nilai matematika mengikuti naik dan turunnya nilai IPA. Coba perhatikan. Korelasi negatif menunjukkan adanya hubungan kebalikan antara dua hal. Misalnya hal pertama nilainya naik, justru yang kedua turun. Sebaliknya jika yang pertama turun, yang kedua naik. Contoh korelasi negatif antara nilai Bahasa Indonesia dengan Matematika. Bahasa Indonesia Matematika : : 5 8 6 7 8 5 4 1 3 2 2 3

Keadaan hubungan antara dua halyang kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari tidak selalu positif atau negatif saja, tetapi mungkin 0. Besarnya korelasi pun tidak menentu. Coba cermatilah bagaimana hubungan antara dua nilai mata pelajaran A dan B berikut ini. Contoh korelasi tidak tertentu. NIlai A Nilai B : : 5 4 6 4 4 3 7 7 3 4 8 9 7 4

Keadaan kedua nilai tersebut jika dihitung dengan rumus korelasi mungkin positif mungkin negatif. Coba hitunglah! Koefisien korelasi selalu terdapat antara -1,00 sampai +1,00. Namun karena dalam menghitung sering dilakukan pembulatan angka-angka, sangat mungkin diperoleh koefisien lebih dari 1,00. Koefisien negative menunjukkan hubungan kebalikan sedangkan koefisien positif menunjukkan adanya kesejajaran untuk mengadakan interpretasi mengenai besarnya koefisien korelasi adalah sebagai berikut: antara 0,800 samapi dengan 1,00 : sangat tinggi

antara 0,600 sampai dengan 0,800 : tinggi antara 0,400 sampai dengan 0,600 : cukup antara 0,200 sampai dengan 0,400 : rendah antara 0,00 sampai dengan 0,200 : sangat rendah

Penafsiran harga koefisien korelasi ada dua cara yaitu: Dengan melihat harga r dan diinterpretasikan misalnya korelasi tinggi, cukup, dan sebagainya. MAKALAH VALIDITAS Page 14

Dengan berkonsultasi ke table harga kritik r product moment sehingga dapat diketahui signifikan tidaknya korelasi tersebut. Jika harga r lebih kecil dari harga kritik dalam table, maka korelasi tersebut tidak signifikan. Begitu juga arti sebaliknya.

5. Validitas Butir Soal atau Validitas Item Jika seorang peneliti atau seorang guru mengetahui bahwa validitas soal tes misalnya terlalu rendah atau rendah saja, maka selanjutnya ingin mengetahui butirbutir tes mankah yang menyebabkan soal secara keseluruhan tersebut jelek karena memiliki validitas rendah. Untuk keperluan inilah dicari butir soal. Pengertian umum untuk validitas item adalah demikian sebuah item dikatakan valid apabila mempunyai dukungan yang besar terhadap skor total. Skor pada item menyebabkan skor total menjadi tinggi atau rendah. Dengan kata lain dapat dikemukakan di sini bahwa ssebuah item memiliki validitas yang tinggi jika skor pada item mempunyai kesejajaran dengan skor total. Kesejajaran ini dapat diartikan dengan korelasi sehingga untuk mengetahui validitas item digunakan rumus korelasi seperti sudah diterangkan di atas. Untuk soal-soal bentuk objektif skor untuk item biasa diberikan dengan 1 (bagi item yang dijawab benar) dan 0 (item yang dijawab salah), sedangkan skor total selanjutnya merupakan jumlah dari skor untuk semua item yang membangun soal tersebut. Contoh perhitungan: TABEL ANALISIS ITEM UNTUK PERHITUNGAN VALIDITAS ITEM No Nama Butir soal/item 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Skor total

MAKALAH VALIDITAS

Page 15

1 2 3 4 5 6 7 8

Hartati Yoyok Oktaf Wendi Diana Paul Susana Helen

1 0 0 1 1 1 1 0

0 0 1 1 1 0 1 1

1 1 0 0 1 1 1 0

0 0 0 0 1 0 1 1

1 1 0 1 1 1 1 1

1 0 1 1 1 0 1 1

1 0 0 0 0 1 1 1

1 1 1 0 0 0 0 1

1 1 0 1 0 0 0 1

1 1 1 0 0 0 0 1

8 5 4 5 6 4 7 8

Misalnya akan dihitung validitas item nomor 6, maka skor item tersebut disebut variabel X dan skor total disebut variabel Y. selanjutnya perhitungan dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi product moment baik dengan rumus simpangan maupun angka kasar. Penggunaan kedua rumus tersebut masing-masing ada keuntungannya. Menggunakan rumus simpangan angkanya kecil-kecil, tetapi kadang-kadang pecahannya rumit. Jika skor rata-rata (mean)-nya pecahan, simpangannya cenderung banyak pecahan. Mengalikan pecahan persepuluhan ditambah dengan tanda-tanda = (plus) dan (minus) kadang-kadang bias menyesatkan. Penggunaan rumus angka kasar bilangannya besar-besar tapi bulat. Jika ada kalkulator statistic disarankan menggunakan rumus angka kasar saja. Yang dibutuhkan hanyal ah : X, Y, X2, Y2, dan XY, tidak perlu membuat table seutuhnya.

Contoh perhitungan mencari validitas item Untuk menghitung validitas item nomor 6, dibuat terlebih dahulu persiapannya sebagai berikut. TABEL PERSIAPAN UNTUK MENGHITUNG VALIDITAS ITEM

NOMOR 6 No Nama X Y

MAKALAH VALIDITAS

Page 16

1 2 3 4 5 6 7 8

Hartati Yoyok Oktaf Wendi Diana Paul Susana Helen q = 2 = 0,25

1 0 1 1 1 0 1 1

8 5 3 5 6 4 7 8

Keterangan: X = skor aitem nomor 6 Y = skor total Dari perhitungan kalkulator diperoleh data sebagai berikut: X = 6 Y = 46 XY = 37 X2 = 6 Xt = 5,57 Xp = 6,17 p = 6 = 0,75 8

Y2 = 288

8 Sesudah diketahui X, X2, Y, Y2, dan XY tinggal memasukkan bilanganbilangan tersebut ke dalam rumus korelasi product moment dengan rumus angka kasar. Data diatas dimasukkan ke dalam rumus korelasi product moment dengan angka kasar sebagai berikut: rxy = NXY (X) (Y) {NX2 (X)2} {NY2 (Y)2} 8 x 37 6 x 46 (8 x 6 62) (8 x 288 462) 296 276

rxy =

(48 36) (2304 2116) = 20 12 x 188 = 20 47,497 Koefisian validitas item nomor 6 adalah 0,421. Dilihat secara sepintas bilangan ini memang sesuai dengan kenyataannya. Hal ini dapat diketahui dari skor-skor yang tertera baik pada item maupun skor total. Oktaf yang hanya memiliki skor total 3 dapat memperoleh skor 1 pada item, sedangkan Yoyok dan Wendi yang mempunyai skor total = 20 2256 = 0,421

MAKALAH VALIDITAS

Page 17

sama yaitu 5 skor pada item tidak sama. Validitas item tersebut kurang meyakinkan. Tentu saja validitasnya tidak tinggi. Masih ada cara-cara lain untuk menghitung validitas item. Salah satu cara yang terkenal adalah menggunakan rumus pbi yang rumus lengkapnya adalah sebagai berikut: pbi = Mp Mt p St Keterangan: pbi Mp Mt St p = koefisien korelasi biserial = rerata skor dari subjek yang menjawab betul bagi item yang dicari validitasnya = rerata skor total = standart deviasi dari skor total = proporsi siswa yang menjawab benar ( p = banyaknya siswa yang benar ) Jumlah seluruh siswa q = proporsi siswa yang menjawab salah (q=1p) Apabila item 6 tersebut dicari validitasnya dengan rumus ini maka perhitungannya melalui langkah sebagai berikut: 1. Mencari Mp = 8 + 3 + 5 + 6 + 7 + 8 6 2. Mencari Mt = 8 + 5 + 3 + 5 + 6 + 4 + 7 +8 8 = 48 8 = 5,75 = 37 6 = 6,17 q

3. Dari kalkulator diperoleh harga standar deviasi, yaitu n = 1,7139 atau n-1 = 1,8323. Untuk n kecil, diambil standar deviasi yang n = 1,7139. 4. Menentukan harga p, yaitu = 6 = 0,75 8 5. Menentukan harga q, yaitu = 2 8 Atau 1 0,75 = 0,25 6. Memasukkan ke rumus pbi MAKALAH VALIDITAS Page 18 = 0,25

pbi = Mp Mt p St 1,7139 = 0,42 1,7139 = 0,4244 Dari perhitungan validitas item 6 dengan dua cara ternyata hasilnya berbeda tetapi sangat kecil yaitu 0,0034. Mungkin hal ini disebabkan karena adanya pembulatan angka. q = 6,17 5,75 0,75 0,25 x 1,7321

6. Tes Terstandar sebagai Kriterium dalam Menentukan Validitas Tes terstandar adalah tes yang telah dicobakan berkali-kali sehingga dapat dijamin kebaikannya. Di Negara-negara berkembang biasa tersedia tes semacam ini, dan dikenal dengan nama standardized test. Sebuah tes terstandar biasanya memiliki identitas antara lain: sudah dicobakan berapa kali dan di mana, berapa koefisien validitas, reliabilitas, taraf kesukaran, daya pembeda dan lain-lain keterangan yang dianggap perlu. Cara menentukan validitas soal yang menggunakan tes terstandar sebagai kriterium dilakukan dengan mengalikan koefisien validiatas yang diperoleh dengan koefisien validitas tes terstandar tersebut. Contoh perhitungan: TABEL PERSIAPAN PERHITUNGAN VALIDITAS TES MATEMATIKA DENGAN KRITERIUM TES TERSTANDAR MATEMATIKA No 1 2 3 4 5 6 Nama Nining Maruti Bambang Seno Hartini Heru Jumlah X 5 6 5 6 7 6 35 Y 7 6 6 7 7 5 38 X2 25 36 25 36 49 36 207 Y2 49 36 36 49 49 25 244 XY 35 36 30 42 49 30 222 X =hasil tes Matematika yang dicari validitasnya Y = hasil tes terstandar Keterangan

MAKALAH VALIDITAS

Page 19

Dimasukkan ke dalam rumus korelasi product moment dengan angka kasar sebagai berikut: rxy = rxy = = NXY (X) (Y) 6 x 222 35 x 38 1332 1330 {NX2 (X)2} {NY2 (Y)2} (6 x 207 352) (6 x 244 382) (1242 1225) (1464 1444) = 2 = 2 340 = 0,108 17 x 20 = 2 18,439 Jika seandainya dari tes terstandar diketahuio bahwa validitasnya 0,89 maka bilangan 0,108 ini belum meruoakan validitas soal Matematika yang dicari. Validitas tersebut harus dikalikan dengan 0,89 yang hasilnya 0,108 x 0,89 = 0,096

7. Validitas Faktor Selain validitas soal secara keseluruhan dan validitas butir atau item masih ada lagi yang perlu diketahui validitasnya, yaitu factor-faktor atau bagian keseluruhan materi. Setiap keseluruhan materi pelajran terdiri dari pokok-pokok bahsan atau mungkin sekelompok pokok bahasan yang merupakan satu kesatuan. Contoh: Guru akan menevaluasi penguasaan siswa untuk tiga pokok bahasan, yaitu: Bunyi, Cahaya, dan Listrik. Untuk keperluan ini guru tersebut membuat 30 butir soal, untuk Bunyi 8 butir, untuk Cahaya 12 butir, dan untuk Listrik 10 butir. Apabila guru ingin mengetahui validitas factor, maka ada 3 faktor dalam soal ini. Seperti halnya pengertian validitas butir, pengertian validitas factor adalah sebagai berikut; butir-butir soal dalam factor dakatakan valid apabila mempunyai dukungan yang besar terhadap soal-sioal secara keseluruhan. Sebagai tanda bahwa butir-butir factor tersebut mempunyai dukungan yang besar terhadap seluruh soal, yakni apabila jumlah skor untuk butir-butir factor tersebut menunjukkan adanya kesejajaran dengan skor total. Cara mengetahui kesejajaran tersebut digunakan juga MAKALAH VALIDITAS Page 20

rumus korelasi product moment. Misalnya kita akan mengetahui validitas faktor I, yakni soal-soal untuk bunyi, kita membuat daftar untuk menyejajarkan kedua skor tersebut sebagai berikut.

TABEL UNTUK MENGHITUNG KESEJAJARAN SKOR FAKTOR 1 DENGAN FAKTOR TOTAL Nama subyek Amir Hasan Ninda Warih Irzal Gandi Santo Tini Yanti Hamid Dedi Desi Wahyu Jumlah Skor faktor 1 (X) 6 7 4 3 8 6 5 7 5 4 7 8 5 Skor total (Y) 19 25 17 12 29 23 19 26 16 15 26 30 20 X2 36 49 16 9 64 36 25 49 25 16 49 64 25 Y2 361 625 289 144 841 529 361 676 256 225 676 900 400 XY 114 175 68 36 232 138 95 182 80 60 182 240 100

Data yang tertera didalam table tersebut digunakan untuk menentukan besarnya validitas faktor 1. Langkah selanjutnya adalah menjumlahkan setiap kolom, kemudian dimasukkan kedalam reumus korelasi product moment. Harga r yang diperoleh menunjukkan indeks valoditas faktor 1. Untuk faktor 2 dan faktor 3 caranya sama, hanya skor faktornya saja yang diganti.

MAKALAH VALIDITAS

Page 21

8. Factor-faktor yang mempengaruhi validitas Menurut Retno, ada beberapa hal yang mempengaruhi validitas alat pengukur, sebagai berikut : 1. Faktor di dalam tes itu sendiri 1.1. Petunjuk pengerjaan tes yang tidak jelas. 1.2. Istilah/kata-kata dan susunan kalimat dalam item (soal) terlalu sukar. 1.3. Tingkat kesukaran dari item-item tes yang tidak memenuhi syarat . 1.4. Susunan item tes yang kurang baik. 1.5. Kekaburan dalam statemen (pernyataan/ungkapan) yang menyebabkan salah tafsir. 1.6. Kualitas dari item-item tes yang tidak memadai untuk mengukur hasil belajar. 1.7. Tes terlalu pendek. 1.8. Cara menyusun item-item tes tidak runtut. 1.9. Dalam tes obyektif, pola susunannya, urutan jawaban muah ditebak. 2. Faktor berfungsinya isi dan prosedur mengajar 3. Faktor dalam respons siswa, ini terjadi jika : 3.1. Siswa mengalami gangguan emosional dalam menjawab tes. 3.2. Siswa hanya cenderung menerka-nerka dalam menjawab tes. 4. Faktor dalam mengadministrasi tes dan pembijian 4.1. Karena kekurangan waktu 4.2. Karena Karena siswa mendapat pertolongan yang tidak sah. 4.3. cara pembijian hasil tes yang tidak reliable. 4.4. Gangguan situasi sekitar pada saat tes. 5. Status dari kelompok dan kriterium 5.1. Tes yang cukup valid untuk kelompok tertentu belum tentu valid untuk kelompok lain, karena factor usia, jenis kelamin, tingkat kemampuan, latar belakang pendidikan dan kebudayaan. 5.2. Penggunaan kriterium. Dalam menilai koefisien validitas kita diharuskan mempertimbangkan hakekat penggunaan kriterium, contoh: tes bakat matematik hanya valid untuk meramal pencapaian belajar siswa dalam pelajaran fisika yang banyak menuntut

MAKALAH VALIDITAS

Page 22

perhitungan angka, dan tidak valid meramal kemampuan/penguasaan bahan fisika yang lain. BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Prinsip validitas adalah pengukuran atau pengamatan yang berarti prinsip keandalan instrumen dalam mengumpulkan data. Secara garis besar ada dua macam validitas yaitu validitas logis dan validitas empiris : 1. Validitas logis a. Validitas isi (conten validity) b. Validitas konstruksi (contruct validity) 2. Validitas empiris a. Validitas ada sekarang (concurrent validity) b. Validitas prediksi (predictive valydity) Cara menentukan validitas soal yang menggunakan tes terstandar sebagai kriterium dilakukan dengan mengalikan koefisien validitas yang diperoleh dengan koefisien validitas tes terstandar tersebut.

MAKALAH VALIDITAS

Page 23

DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharini. 2005. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Sudijono, Anas. 1996. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Thoha, M. Chabib. 2003. Teknik Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Sugiyono (2003) Statistik Untuk Penelitian, Bandung: Alfabeta Winarsunu, Tulus (2004) Statistik Dalam Penelitian Psikologi dan Pendidikan, Malang: UMM Press Voelker, David H, dkk (2004) Seri Matematika Keterampilan Statistika, Bandung: Pakar Raya. Santoso, Singgih (2003) Mengatasi Berbagai Masalah Statistik, Jakarta:Gramedia. Hadi Sutrisno (1998), Metodologi Research, Yogyakarta: BPFE

MAKALAH VALIDITAS

Page 24

You might also like