You are on page 1of 22

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Konsep diri merupakan gambaran yang dimiliki individu tentang dirinya, yang meliputi karakteristik fisik, sosial, psikologis, emosional aspirasi dan prestasi (Hurlock 1973). Konsep diri bukan merupakan faktor bawaan atau herediter. Konsep diri merupakan faktor bentukan dari pengalaman individu selama proses perkembangan dirinya menjadi dewasa. Proses pembentukan tidak terjadi dalam waktu singkat melainkan melalui proses interaksi secara berkesinambungan. Burns (1979) menyatakan bahwa konsep diri berkembang terus sepanjang hidup manusia, namun pada tahap tertentu, perkembangan konsep diri mulai berjalan dalam tempo yang lebih lambat. Secara bertahap individu akan mengalami sensasi dari badannya dan lingkungannya, dan individu akan mulai dapat membedakan keduanya. Cooley (dalam Partosuwido, 1992:37) menyatakan bahwa konsep diri terbentuk berdasarkan proses belajar tentang nilai-nilai, sikap, peran, dan identitas dalam hubungan interaksi simbolis antara dirinya dan berbagai kelompok primer, misalnya keluarga. Hubungan tatap muka dalam kelompok primer tersebut mampu memberikan umpan balik kepada individu tentang bagaimana penilaian orang lain terhadap dirinya. Dan dalam proses perkembangannya, konsep diri individu dipengaruhi dan sekaligus terdistorsi oleh penilaian dari orang lain (Sarason, 1972). Dengan demikian bisa dikatakan bahwa proses pertumbuhan dan perkembangan individu menuju kedewasaan sangat dipengaruhi oleh lingkungan asuhnya karena seseorang belajar dari lingkungannya. Menurut Hollingworth (dalam Agustiani, 2006: 54) masa remaja merupakan masa terpenting bagi seseorang untuk menemukan jati diri. Mereka harus menemukan nilai-nilai yang berlaku dan yang akan mereka capai di dalamnya. Individu harus mulai belajar untuk mengatasi masalah-masalah, merencanakan masa depan. pada masa ini individu mulai dapat melihat siapa dirinya, ingin menjadi seperti apa, bagaimana orang lain menilainya, dan bagaimana mereka menilai peran yang mereka jalani sebagai identitas diri. Bisa dikatakan bahwa salah tugas penting yang harus dilakukan remaja adalah

mengembangkan persepsi identitas untuk menemukan jawaban terhadap pertanyaan Siapakah saya ? dan Mau jadi apa saya ?. Tugas ini sesuai dengan pendapat Hurlock (1973) bahwa pada masa remaja konsep diri merupakan inti dari kepribadian dan sangat mempengaruhi proses perkembangan individu selanjutnya. Oleh karena itulah agar
1

perkembangan individu selanjutnya dapat berjalan dengan lancar, maka konsep diri individu remaja harus terbentuk secara baik. World Health Organization (WHO) memperkirakan sekitar 450 juta penderita gangguan jiwa ditemukan di dunia. Secara global saat ini di dunia dijumpai 450 juta orang dengan gangguan jiwa yang terdiri dari : 150 juta depresi, 90 juta gangguan penggunaan zat dan alkohol, 38 juta epilepsi, 25 juta skizofrenia serta hampir 1 juta melakukan bunuh diri setiap tahun (http//www.kompas.com, diunduh 22 Nopember 2010). Sedangkan di Indonesia diperkirakan bahwa 2-3% dari jumlah penduduk Indonesia menderita gangguan jiwa berat. Jika penduduk Indonesia berjumlah 120 juta orang berarti 120 ribu penduduk mengalami gangguan jiwa berat yang memerlukan perawatan di rumah sakit ( Yosep, 2007 ). Kesehatan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan di negaranegara maju. Meskipun masalah kesehatan jiwa tidak dianggap sebagai gangguan yang menyebabkan kematian secara langsung namun gangguan tersebut dapat menimbulkan ketidakmampuan individu dalam berkarya serta ketidaktepatan individu dalam berperilaku yang dapat mengganggu kelompok dan masyarakat serta dapat menghambat pembangunan karena mereka tidak produktif. (Hawari, 2000) (http//icoel.wordprees.com diunduh 24 Nopember 2010 ). Berdasarkan data di Ruang X ( Kresno) RSJD dr. Amino Gondohutomo Semarang pada bulan Nopember 2010 ditemukan pasien dengan masalah utama harga diri rendah sebanyak 8 orang dari 40 pasien. Rata-rata dialami pada pasien dengan umur 20 tahun keatas dengan masalah seperti belum bekerja, belum menikah, tidak mempunyai barang yang diinginkan dan sebagainya. Pada era globalisasi dengan perkembangan teknologi, perawat jiwa sebagai pemberi asuhan keperawatan jiwa kepada klien merupakan bagian total pelayanan dirumah sakit, oleh karena itu perawat dituntut mampu memberikan asuhan keperawatan yang profesional dan dapat mempertanggung jawabkan asuhan yang diberikan secara alamiah. Perawat juga dituntut untuk lebih sensitif terhadap lingkungan sosial serta berfokus pada pelayanan keperawatan hospital based care menjadi community based care adalah tren yang paling signifikan dalam pengobatan gangguan jiwa. (Kusumawati & Hartono, 2010). Peran perawat dalam hal ini adalah memberian asuhan keperawatan jiwa yang melibatkan hubungan kerjasama antara perawat dengan klien, keluarga dan masyarakat terapeutik.
2

melalui pendekatan dengan cara mengembangkan teknik komunikasi

1.2 Rumusan Masalah a. Apa pengertian dari konsep diri ? b. Apa saja jenis-jenis konsep diri ?
c. Bagaimana rentang respon konsep diri ? d. Apa etiologi dari gangguan konsep diri ? e. Bagaimana manifestasi klinis dari gangguan konsep diri ? f.

Bagaimana pathway gangguan konsep diri ?

g. Konsep asuhan keperawatan gangguan konsep diri?

1.3 Tujuan 1.3.1 Tujuan Umum Mahasiswa mampu memberikan, menerapkan dan melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan ganguan konsep diri; harga diri rendah, melalui pendekatan secara terapeutik dalam melakukan pengkajian, perumusan diagnosa, perencanaan, implementasi serta evaluasi.

1.3.2 Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui pengertian konsep diri. b. Untuk mengetahui jenis-jenis konsep diri c. Untuk mengetahui Rentang respon konsep diri. d. Untuk mengetahui penyebab dari gangguan konsep diri. e. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari gangguan konsep diri. f. Untuk mengetahui pathway gangguan konsep diri. g. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan gangguan konsep diri

1.4 Manfaat Mahasiswa dapat memahami materi tentang gangguan konsep diri, sehingga nantinya mahasiswa mengerti dan dapat mengaplikasikan dalam tindakan keperawatan.

BAB II TINJAUAN TEORI

2.1 Gangguan Jiwa Gangguan jiwa adalah gangguan dalam cara berpikir (cognitive), kemauan (volition,emosi (affective), tindakan (psychomotor) (Yosep, 2007). Gangguan jiwa menurut Depkes RI (2000) adalah suatu perubahan pada fungsi jiwa yang menyebabkan adanya gangguan pada fungsi jiwa, yang menimbulkan penderitaan pada individu atau hambatan dalam melaksanakan peran sosial. Berdasarkan 2 definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa gangguan jiwa adalah suatu perubahan dalam fungsi jiwa baik itu dalam proses berpikir, kemauan maupun tindakan yang mengakibatkan gangguan dalam peran sosial. Gangguan jiwa adalah suatu ketidakberesan kesehatan dengan manifestasi psikologis atau perilaku terkait dengan penderitaan yang nyata dan kinerja yang buruk, dan disebabkan oleh gangguan biologis, sosial, psikologis, genetik, fisis, atau kimiawi.

2.2 konsep diri 2.2.1 pengertian Stuart (2006) menyatakan, konsep diri adalah semua pikiran, keyakinan dan kepercayaan yang merupakan pengetahuan individu tentang dirinya dan mempengaruhi hubungan dengan orang lain. Potter and Perry (2005) menyatakan, konsep diri adalah citra subyektif dari diri dan pencampuran yang kompleks dari perasaan, sikap dan persepsi bawah sadar maupun tidak sadar. Carpenito (2000) menyatakan, gangguan harga diri adalah keadaan dimana individu mengalami atau beresiko mengalami evaluasi diri negatif tentang diri atau kemampuan diri. Keliat (1998) menyatakan,gangguan harga diri adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang negatif terhadap diri sendiri, hingga kepercayaan diri merasa gagal mencapai keinginan. Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa gangguan konsep diri : harga diri rendah adalah evaluasi diri yang negatif tentang diri atau kemampuan diri, hilang kepercayaan diri gagal mencapai tujuan.

2.2.2 Jenis Jenis Konsep Diri Konsep diri menurut Stuart (2006,p.186) terdiri atas komponen sebagai berikut : a. Citra tubuh Citra tubuh adalah kumpulan dari sikap individu yang disadari dan tidak disadari terhadap tubuhnya. Termasuk persepsi masa lalu dan sekarang, serta perasaan tentang ukuran, fungsi, penampilan dan potensi. Yang secara berkesinambungan dimodifikasi dengan persepsi dan pengalaman yang baru. b. Ideal diri Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana dia seharusnya berperilaku berdasarkan standar, aspirasi, tujuan, atau nilai personal tertentu. c. Harga diri Harga diri adalah penilaian tentang nilai personal yang diperoleh dengan menganalisa seberapa baik perilaku seseorang sesuai dengan ideal diri. Harga diri yang tinggi adalah perasaan yang berakar dalam penerimaan diri sendiri tanpa syarat, walaupun melakukan kesalahan, kekalahan dan kegagalan, tetap merasa sebagai seseorang yang penting dan berharga. d. Penampilan peran Penampilan peran adalah serangkaian pola perilaku yang diharapkan oleh lingkungan sosial berhubungan dengan fungsi individu diberbagai kelompok sosial. Peran yang diterapkan adalah peran dimana seseorang tidak mempunyai pilihan, peran yang diterima adalah peran yang terpilih atau dipilih individu. e. Identitas personal Identitas personal adalah pengorganisasian prinsip dari kepribadian yang bertanggung jawab terhadap kesatuan, kesinambungan, konsisten dan keunikan individu. Mempunyai konotasi otonomi dan meliputi persepsi seksualitas seseorang. Pembentukan identitas dimulai pada masa bayi dan terus berlangsung sepanjang kehidupan tapi merupakan tugas utama pada masa remaja.

2.2.3 Rentang Respon

a. Aktualisasi diri Pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan latar belakang pengalaman nyata yang sukses dan diterima. b. Konsep diri positif Apabila individu mempunyai pengalaman yang positif dalam beraktualisasi diri. c. Harga diri rendah Transisi antara respon konsep diri adaptif dengan konsep diri mal adaptif. d. Kerancuan identitas Kegagalan individu mengintegrasikan berbagai identifikasi masa kanak-kanak ke dalam kepribadian psikososial dewasa yang harmonis. e. Depersonalisasi Perasaan yang tidak realistik dan keasingan diri sendiri yang berhubungan dengan tingkat ansietas panik dan kegagalan dalam pengujian realitas. Individu mengalami kesulitan untuk membedakan diri sendiri dari orang lain dan tubuhnya sendiri merasa tidak nyata dan asing baginya. (Stuart, 2006,p.187)

2.2.4 etiologi dari gangguan konsep diri 1. Faktor predisposisi Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak realistik, kegagalan yang berulang kali, kurang mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain dan ideal diri yang tidak realistik. 2. Faktor Presipitasi Stressor pencetus mungkin ditimbulkan dari sumber internal dan eksternal a. Trauma Penganiayaan sexual dan psikologis atau menyaksikan kejadian yang mengancam kehidupan. b. Ketergantungan peran Berhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan dimana individu mengalami sebagai frustasi. Ada tiga jenis transisi peran : 1) Transisi peran perkembangan Perubahan normatif yang berkaitan dengan pertumbuhan. Perubahan ini termasuk tahap perkembangan individu dan norma budaya nilai dan tekanan untuk penyesuaian diri. 2) Transisi peran situasi Terjadi dengan bertambahnya atau berkurangnya anggota keluarga.
6

3) Transisi peran sehat sakit Sebagai akibat pergeseran dari keadaan sehat ke keadaan sakit. Transisi ini mungkin dicetuskan oleh : a) Kehilangan bagian tubuh b) Perubahan ukuran, bentuk dan fungsi tubuh c) Perubahan fisik berhubungan dengan tumbuh kembang normal d) Prosedur medis dan keperawatan (Stuart, 2006,p.188)

2.2.5 Manifestasi Klinis dari gangguan konsep diri 1. Mengkritik diri sendiri dan orang lain 2. Penurunan produktivitas 3. Destruktif yang diarahkan pada orang lain 4. Gangguan dalam berhubungan 5. Rasa diri penting yang berlebihan 6. Perasaan tidak mampu dan rasa bersalah 7. Mudah tersinggung atau marah yang berlebihan 8. Perasaan negatif mengenai tubuhnya sendiri 9. Ketegangan peran yang dirasakan 10. Pandangan hidup yang pesimis dan bertentangan 11. Keluhan fisik dan khawatir 12. Penolakan terhadap kemampuan personal 13. Destruktif terhadap diri sendiri dan pengurangan diri 14. Menarik diri secara sosial dan dari realitas 15. Penyalahgunaan zat (Stuart, 2006,p.189)

2.2.6 Pathway Harga Diri Rendah Isolasi sosial : Menarik diri resiko perubahan persepsi sensori : halusinasi

Gangguan konsep diri : Harga diri rendah

Koping individu Tidak efektif

koping keluarga tidak realistik

trauma

gangguan citra tubuh

2.2.7 Konsep ashuan keperawatan gangguan konsep diri


A. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian terhadap masalah konsep diri adalah persepsi diri atau pola konsep diri, pola berhubungan atau peran, pola reproduksi, koping terhadap stres, serta adanya nilai keyakinan dan tanda-tanda ke arah perubahan fisik, seperti kecemasan, rasa marah, rasa bersalah, dan lain-lain B. Daftar Masalah 1. Isolasi sosial; menarik diri 2. Perilaku kekerasan 3. Gangguan konsep diri; harga diri rendah 4. Tidak efektifnya koping individu 5. Gangguan isi pikir; waham 6. Berduka disfungsional (Keliat, 2005,p.29 )

C. Diagnosa Keperawatan Gangguan konsep diri : harga diri rendah (Keliat, 2005,p.30)

D. Fokus Intervensi Diagnosa Keperawatan Gangguan konsep diri : harga diri rendah 1. Tujuan Umum (TUM) Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal. 2. Tujuan Khusus (TUK) a. TUK 1 : Klien dapat membina hubungan saling percaya 1) Kriteria evaluasi : a) Ekspresi wajah bersahabat b) Menunjukkan rasa senang dan ada kontak mata c) Mau berjabat tangan dan mau menyebutkan nama d) Mau menjawab salam dan duduk berdampingan dengan perawat e) Mau mengutarakan masalah yang dihadapi 2) Intervensi : Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik : a) Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal b) Perkenalkan diri dengan sopan
8

c) Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukainya d) Jelaskan tujuan pertemuan e) Jujur dan menepati janji f) Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya g) Beri perhatian pada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien b. TUK 2 : Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki. 1) Kriteria evaluasi : Klien mengidentifikasi kemampuan dan aspek yang dimiliki : a) Kemampuan yang dimiliki klien b) Aspek positif keluarga c) Aspek positif keluarga yang dimiliki klien 2) Intervensi : a) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien. Rasional : Mendiskusikan tingkat kemampuan klien seperti menilai realitas, kontrol diri atau integritas ego diperlukan sebagai dasar asuhan keperawatan. b) Setiap bertemu dengan klien hindarkan dari memberi penilaian negatif Rasional : Reinforcement positif akan meningkatkan harga diri klien. c) Usahakan memberi pujian yang realistik Rasional : Pujian yang realistik tidak menyebabkan klien melakukan kegiatan hanya mendapatkan pujian. c. TUK 3 : Klien dapat menilai kemampuan yang masih dapat digunakan selama sakit. 1) Kriteria evaluasi : Klien menilai kemampuan yang dapat digunakan. 2) Intervensi : a) Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat digunakan selama sakit. Rasional : Keterbukaan dan pengertian tentang kemampuan yang dimiliki adalah prasarat untuk berubah. b) Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat dilanjutkan penggunaannya. Rasional : Pengertian tentang kemampuan yang dimiliki klien memotifasi untuk tetap mempertahankan kegunaannya.

d. TUK 4 : Klien dapat merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. 1) Kriteria evaluasi : Klien melakukan kegiatan sesuai dengan kondisi sakit dan kemampuannya. 2) Intervensi : a) Rencanakan bersama klien aktifitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan. Rasional : Membentuk individu yang bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri. b) Tingkatkan kegiatan sesuai dengan kondisi klien. Rasional : Klien perlu bertindak secara realistik dalam kehidupannya. c) Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan. Rasional : Contoh perilaku yang dilihat klien akan memotivasi klien untuk melaksanakan kegiatan. e. TUK 5 : Klien dapat melakukan kegiatan sesuai yang boleh dilakukan. 1) Kriteria evaluasi : Klien melakukan kegiatan sesuai dengan kondisi sakit dan kemampuannya. 2) Intervensi : a) Beri kesempatan klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan. Rasional : Memberi kesempatan pada klien mandiri dapat meningkatkan motivasi dan harga diri klien. b) Beri pujian atas keberhasilan klien Rasional : Reinforcement positif dapat meningkatkan harga diri klien. c) Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah. Rasional : Memberikan kesempatan klien untuk tetap melakukan kegiatan yang bisa dilakukan. f. Tujuan Khusus 6 Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada 1. Kriteria evaluasi Klien memanfaatkan sistem pendukung yang ada di keluarga. 2. Intervensi a) Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien dengan harga diri rendah.
10

Rasional : Mendorong keluarga untuk mampu merawat klien mandiri di rumah. b) Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat. Rasional : Support sistem keluarga akan sangat mempengaruhi dalam mempercepat proses penyembuhan klien. c) Bantu keluarga menyiapkan lingkungan rumah Rasional : Meningkatkan peran serta keluarga dalam merawat klien di rumah. (Depkes RI, 2003)

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP) Masalah : Gangguan konsep diri : harga diri rendah Pertemuan : Ke 1 (satu) Proses Keperawatan Kondisi : Klien mengatakan malu dan tak berguna Diagnosa : Tidak efektifnya koping individu berhubungan dengan harga diri rendah Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah TUK : 1. Klien dapat membina hubungan saling percaya. 2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.

Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (SP) Orientasi Salam terapeutik Selamat pagi, nama saya Suharti, panggil saya Suster Suharti. Namanya siapa, senang dipanggil apa ? Evaluasi/ Validasi Bagaimana perasaan Heni pagi ini ? Ada apa di rumah sampai dibawa kemari ? Apa saja yang Heni rasakan ? Kontrak Topik Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang kemampuan/ hobby atau hal-hal yang biasa Heni lakukan. Tempat Mau dimana kita bercakap-cakap ? Bagaimana kalau dikamar perawat ?
11

Waktu Mau berapa lama ? Bagaimana kalau 10 menit.

Kerja Apa yang biasa Heni lakukan di rumah ? Dari kamar tidur dulu deh, terus apa lagi di kamar tamu, di dapur, di halaman. Wah bagus sekali (sambil dibuat daftar) Sekarang, yang biasa dilakukan di sekolah/ tempat kerja (sesuai keadaan klien). Apa saja yang Heni senangi dari keluarga ? Bagaimana dengan Ayah, Ibu, adik, kakak, (sesuaikan dengan keadaan klien)? Bagaimana pula dengan tempat tinggalnya ? Apa yang disenangi disana ? Terminasi Evaluasi Subyektif Bagaimana perasaan Heni setelah kita bercakap-cakap ? Evaluasi Obyektif Apa saja tadi kemampuan/ kebiasaan yang Heni lakukan. Bagus sekali ada kemampuan. Apa saja tadi yang disenangi di keluarga dan di rumah. Bagus sekali Rencana Tindak Lanjut Baiklah Heni, selanjutnya coba Heni ingat-ingat kemampuan Heni yang lain yang belum kita bicarakan. Nanti cerita-cerita pada suster. Kontrak Topik : Nanti kita akan melihat kemampuan Heni yang mana yang masih dapat dilakukan di rumah sakit dan mana yang bisa dilakukan di rumah. Tempat : Tempatnya mau di mana ? Bagaimana kalau disini. Sampai nanti Heni. Waktu : Bagaimana kalau jam 11.00 nanti kita bertemu lagi.

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP) Masalah : Gangguan konsep diri : harga diri rendah Pertemuan : Ke 2 (dua) Proses Keperawatan Kondisi : Klien telah mengetahui beberapa kemampuan dan aspek positif yang dimiliki Diagnosa : Tidak efektifnya koping individu berhubungan dengan harga diri rendah Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah
12

TUK : 1. Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan Klien dapat memilih kemampuan yang akan digunakan Klien mencoba kemampuan yang dipilih Klien menyusun jadual kegiatan harian untuk kemampuan yang telah dicoba Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (SP) Orientasi Salam terapeutik Selamat pagi Heni Evaluasi/ Validasi Bagaimana perasaan Heni siang ini ? Masih ada kemampuan Heni yang belum diceritakan pada suster. Kontrak Topik Masih ingat apa yang akan kita bicarakan sekarang ? Betul, kita akan melihat kembali daftar kemampuan Heni untuk menilai mana yang dapat dikerjakan di rumah sakit. Bagaimana Heni??? Tempat Mau dimana kita bercakap-cakap ? Bagaimana kalau di tempat tadi saja ? Waktu Mau berapa lama ? Bagaimana kalau 15 menit. Kerja Ini daftar kemampuan yang Heni miliki yang telah dibicarakan. Oke, masih ada tambahannya. Nah, coba kita lihat satu per satu apakah dapat dilakukan di rumah sakit. Yang pertama ini (sebutkan) bagaimana ? Bagus. (teruskan semua kemampuan sesuai daftar sehingga menemukan beberapa kemampuan yang dapat dilakukan di Rumah Sakit) Heni, kita dapat (sebutkan beberapa) kemampuan yang dapat dilakukan di RS. Sekarang coba Heni pilih yang mana yang bisa kita latih sekarang. Bagaimana kalau ini (sesuaikan dengan kondisi klien, waktu pelaksanaan). Bagus sekali. Mari kita coba (perawat mendemonstrasikan sambil mendorong klien melakukannya langkah demi langkah) Nah sekarang sudah selesai, mari kita duduk lagi. Terminasi Evaluasi Subyektif Bagaimana perasaan Heni setelah melakukan kegiatan tadi (sebutkan kegiatannya). Bagus sekali.
13

Evaluasi Obyektif Coba sebut ulang cara mengerjakannya ! Bagus, terus, ya benar (Bantu klien).

Rencana Tindak Lanjut Bagaimana kalau Heni lakukan terus selama di RS agar nanti di rumah sudah lancar. Nah mau jam berapa Heni melakukannya ? Kita buat jadwalnya ya, biar Heni tidak lupa. Oke, jadi mau dilakukan setiap pagi setelah bangun tidur, jadi pada jam 05.30 pagi Nah, kalau sudah dikerjakan beritahu suster dan nanti kita beri tanda Kontrak Topik : Baiklah, waktu kita sudah habis. Besok kita coba kemampuan yang lain sambil tetap memilih kemampuan yang tadi. Tempat : Tempatnya mau di mana ? Bagaimana kalau disini. Waktu : Mau jam berapa ? Bagaimana kalau jam 09.00 pagi ? Baiklah, sampai besok.

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP) Masalah : Gangguan konsep diri : harga diri rendah Pertemuan : Ke 3 (tiga) Proses Keperawatan Kondisi : Klien telah mengetahui kemampuan yang dapat dilakukan di RS, dan telah melatih satu kemampuan yang telah masuk jadual kegiatan harian (ADL) Diagnosa : Perilaku kekerasan berhubungan dengan harga diri rendah Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah TUK : 1. Klien dapat memilih kemampuan kedua yang akan digunakan 2. Klien mencoba kemampuan kedua 3. Klien memasukkan kemampuan kedua dalam jadual kegiatan harian (ADL) Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (SP) Orientasi Salam terapeutik Selamat pagi Heni

14

Evaluasi/ Validasi Bagaimana perasaan Heni pagi ini ? Apakah kegiatan yang kita latih kemarin sudah dilakukan ? Bagus sekali. Coba kita lihat jadualnya, nah kita beri tanda di sini (di jadual) bahwa Heni telah melakukan. Hebat dong Heni. Kontrak Topik Nah, sekarang kita akan latihan lagi kemampuan yang lain. Bagaimana Heni ? Tempat Mau dimana kita bercakap-cakap ? Bagaimana kalau di tempat yang kemarin lagi, mari. Waktu Mau berapa lama ? Bagaimana kalau 15 menit. Kerja Nah, ini daftar kemampuan Heni. Yang ini telah dicoba kemarin. Sekarang Heni pilih yang mana ? Bagus Nah, mari kita praktekkan lagi. Ikuti suster, dan nanti Heni coba sendiri. (Perawat memberi contoh langkah-langkah pelaksanaannya, sambil memotivasi klien mengikutinya) Sekarang coba Heni lakukan sendiri sambil suster Bantu. Bagus, teruskan, ya benar, nah Heni bisakan. Terminasi Evaluasi Subyektif Bagaimana perasaan Heni setelah mencobanya sendiri. Ya bagus sekali. Evaluasi Obyektif Jadi sudah berapa kegiatan yang Heni lakukan ? Bagus, jadi sudah dua kegiatan. Coba ulangi cara melakukan kegiatan kedua. Ya, benar, terus, bagus sekali. Rencana Tindak Lanjut. Nah, bagaimana kalau kegiatan barusan juga dilakukan teratur ? Bagaimana kalau kita masukkan di jadwal kegiatan harian Heni ? Bagus, Nah, mau jam berapa melakukannya (bawa jadwal dan tetapkan bersama klien) Kontrak Topik : Nah, sudah 2 kegiatan yang dilakukan. Bagaimana kalau kita latih lagi kegiatan ketiga Tempat : Tempatnya mau di mana ? Bagaimana kalau disini saja. Waktu : Mau jam berapa ? Bagaimana kalau seperti biasa jam 11.00 Baiklah, sampai nanti ya.

15

E. Evaluasi Setelah melakukan implementasi atau tindakan keperwatan maka langkah selanjutnya dalam proses keperawatan adalah evaluasi. Evaluasi dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan SOAP menurut Keliat (2005,p.18) sebagai berikut; S : Respon subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan O : Respon objektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan A : Analisa ulang atas data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan apakah masalah masih tetap atau muncul masalah baru dan apabila ada data yang kontra indikasi dengan masalah yang ada. P : perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada respon klien dan perawat

16

BAB III KASUS


A. PENGKAJIAN I. Identitas Inisial Umur Tanggal pengkajian :T : 45 tahun : 10 maret 2013-03-10

II. Alasan masuk Pasien ditemukan di alun-alun jombang sedang duduk sendiri dan sedang berbicara sendiri.

III. Faktor predisposisi 1. Pengalaman Pasien mengatakan bahwa pasien dulunya bekerja sebagai tukang becak dan orang tua beserta keluarganya mengharapkan lebih kepada pasien sehingga pasien pindah keluar kota. Masalah keperawatan : faktor dari penolakan orang tua terhadap pasien

2. adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa Tidak ditanyakan Masalah keperawatan : -

3. pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan Pasien mengatakan bahwa hubungan pasien dengan keluarga dan orang tua pasien tidak harmonis dikarenakan faktor ekonomi yang rendah sehingga pasien mengambil keputusan untuk pergi dari rumah demi mencari penghasilan yang layak. Masalah keperawatan : harapan orang tua dan keluarga yang tidak realistik.

IV. Fisik 1. tanda vital 2. Ukur : S : 36 C : TB : 160 cm BB : 55 kg

3. Keluhan fisik : 17

Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan V. Psikososial 1. genogram : pasien mengatakan bahwa pasien mempunyai keluarga tetapi keluarga pasien diluar kota. Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

2. konsep diri : a. gambaran diri b. identitas c. peran d. ideal diri e. harga diri : pasien mengatakan bahwa semua anggota tubuhnya lengkap. : pasien dapat menyebutkan nama, umur, dan tempat tinggal aslinya : pasien kurang memahami perannya. : belum ditanyakan : pasien mengatakan bahwa pasien malu mengamen di toko-toko karena orang menganggap pasien adalah orang gila. Pasien tampak malu dan tidak ada kontak mata saat diwawancarai Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

3.hubungan sosial a. orang yang berarti : pasien ingin berkumpul dengan keluarganya pada hari lebaran. b. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : pasien malu saat berkomunikasi dengan temannya dan orang lain

4. Spiritual a. Nilai dari keyakinan : pasien mengatakan bahwa pasien menganut agama islam. b. Kegiatan ibadah : pasien mengatakan bahwa tidak pernah melakukan kegiatan ibadah apapun.

VI. Status mental 1. Penampilan tidak rapi dan tidak terawat 2. Pembicaraan

18

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Teori : Konsep diri merupakan gambaran yang dimiliki individu tentang dirinya, yang meliputi karakteristik fisik, sosial, psikologis, emosional aspirasi dan prestasi (Hurlock 1973). Konsep diri bukan merupakan faktor bawaan atau herediter. Konsep diri merupakan faktor bentukan dari pengalaman individu selama proses perkembangan dirinya menjadi dewasa. Sehingga apabila terjadi gangguan konsep diri, akan mengakibatkan evaluasi diri yang negatif tentang diri atau kemampuan diri, hilang kepercayaan diri karena gagal mencapai tujuan. Konsep diri terdiri atas komponen sebagai berikut : citra tubuh, ideal diri, harga diri, penampilan peran, dan identitas personal. Sedangkan penyebabnya dibagi atas dua faktor, yaitu: faktor predisposisi (meliputi penolakan orangtua, harapan orang tua yang tidak realistik, kegagalan yang berulang kali, kurang mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain dan ideal diri yang tidak realistik), dan faktor presipitasi meliputi (trauma dan ketergantungan peran). Kemudian manifestasi klinis terdiri dari : Mengkritik diri sendiri dan orang lain, penurunan produktivitas, destruktif yang diarahkan pada orang lain, gangguan dalam berhubungan, rasa diri penting yang berlebihan, perasaan tidak mampu dan rasa bersalah, mudah tersinggung atau marah yang berlebihan, perasaan negatif mengenai tubuhnya sendiri, ketegangan peran yang dirasakan, pandangan hidup yang pesimis dan menarik diri.

4.2 Fakta : Dari penampilan fisik pasien, pasien tampak kotor, pakaiannya kumuh, dan pasien kurang memperhatikan kebersihan dirinya. Pasien mengatakan bahwa pasien pergi dari rumah karena ada masalah dengan orang tuanya. Pasien masih bisa diajak komunikasi, tetapi kadang pasien tidak menjawab pertanyaan yang diajukan dengan tepat dan tidak ada kontak mata. Pasien juga masih ingat di mana pasien tinggal dan kota asal pasien. Pasien juga mengatakan merasa malu dengan keadaan dirinya. Dan menurut cerita dari pasien, Keluarganya seperti tidak menganggap pasien lagi karena selama pasien jauh dari keluarga, keluarga tidak khawatir dan tidak peduli.

19

4.3 Opini : Berdasarkan teori dan fakta yang ada, benar adanya bahwa orang yang mengalami gangguan konsep diri itu kebanyakan mengalami harga diri yang rendah. Harga diri yang rendah sangat berpengaruh terhadap sikap dan perilaku pasien didalam menghadapi situasi dan kondisi. Berdasarkan teori, orang yang memiliki harga diri yang rendah sangat membutuhkan peran keluarga untuk bisa berkomunikasi yang baik dan bisa melakukan koping diri yang adaptif tetapi pada fakta yang ada, orang yang memiliki harga diri yang rendah malah dikucilkan dan seperti tidak dianggap lagi oleh keluarganya padahal itu akan berakibat buruk terhadap perkembangan seseorang yang sedang memiliki harga diri yang rendah.

20

BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan Gangguan jiwa menurut Depkes RI (2000) adalah suatu perubahan pada fungsi jiwa yang menyebabkan adanya gangguan pada fungsi jiwa, yang menimbulkan penderitaan pada individu atau hambatan dalam melaksanakan peran sosial. Gangguan jiwa adalah suatu ketidakberesan kesehatan dengan manifestasi psikologis atau perilaku terkait dengan penderitaan yang nyata dan kinerja yang buruk, dan disebabkan oleh gangguan biologis, sosial, psikologis, genetik, fisis, atau kimiawi. Konsep diri ada 5 jenis meliputi citra tubuh, ideal diri, harga diri, penampilan peran, identitas personal. Rentang respon konsep diri ada 2 yaitu respon adaptif dan respon maladaptif Selama proses pengkajian, dibutuhkan komunikasi terapeutik dan arahan yang tepat untuk bertanya agar mendapatkan hasil yang diinginkan. Selama proses itu berlangsung perawat harus benar-benar teliti untuk menilai dari setiap ucapan, sikap, atau isyarat anggota tubuh lainnya yang bisa dijadikan sumber untuk melakukan tindakan keperawatan yang baik.

5.2 Saran 1. pasien : menumbuhkan kepercayaan diri agar mampu berinteraksi dan bersosialisasi dengan sesama pasien, orang lain, dan lingkungan. 2. perawat : memberikan arahan atau konseling dan mampu mempertanggung jawabkan asuhan keperawatan. 3. keluarga : memberikan perhatian dan dukungan pada pasien sehingga pasien tidak merasa terkucilkan.

21

DAFTAR PUSTAKA

http://wwwakshay420-akshay.blogspot.com/2011/05/askep-keperawatan-pada-masalahkonsep.html dipostkan oleh akhsay, 20.53 Selasa, 17 Mei 2011 http://ffaaiizziinn.wordpress.com/2011/03/25/laporan-pendahuluan-dan-strategi-pelaksanaanharga-diri-rendah/ dipostkan oleh ffaaiizziinn, 25 maret 2011 http://mitanurse.blogspot.com/2011/12/askep-gangguan-konsep-diri.html. Dipostkan oleh amita.rianti di 07.09. Kamis, 01 Desember 2011 http://nareragan.blogspot.com/2012/10/gangguan-konsep-diri_7.html. Dipostkan oleh narera di 17.37.minggu, 07 oktober 2012 http://robyfunky.blogspot.com/2011/09/askep-gangguan-konsep-diri.html.roby funky. Dipostkan oleh roby di 22.19. http://bahankuliahkesehatan.blogspot.com/2011/03/gangguan-konsep-diri.html. rabu,9 maret 2011. Dipostkan oleh Rafless Bencoolen di 15.19.

22

You might also like