You are on page 1of 15

FITOKROM DAN MEKANISME PEMBUNGAAN

MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH FISIOLOGI TANAMAN Dosen Pengampu Mata Kuliah: Ir.koesriharti,MS

Anggota Kelompok 1 : Wahyu Dwi P Diki Yuse P Beti Purnama Yudhistira Wharta Rieke Yulian Sari 105040204111010 105040204111011 105040204111012 105040204111013 105040204111014

Putri Setya Rahmita 105040204111016 Dewi Fajarwati 105040205111001

UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS PERTANIAN PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI MALANG 2011

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan taufiq serta hidayahnya kepada kami semua, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah fisiologi tanaman yang berjudul FITOKROM dan MEKANISME PEMBUNGAAN sesuai yang diharapkan. Makalah ini kami buat dengan tujuan untuk memenuhi tugas makalah fisiologi tanaman. Tak lupa rasa terima kasih kami sampaikan kepada dosen mata kuliah fisiologi tanaman ibu Ir.koesriharti,MS yang telah memberi penjelasan dalam mengerjakan tugas makalah ini. Makalah yang kami buat memang jauh dari sempurna, maka kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca dalam pembuatan laporan selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk proses pembelajaran.

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii I. PENDAHULUAN ........................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1 1.2 Tujuan ........................................................................................................ 1 II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................. 2 2.1 Pertumbuhan Generatif Tanaman .............................................................. 2 2.2 Faktor mempengaruhi pembungaan........................................................... 2 2.3 Definisi Fitokrom ....................................................................................... 6 2.4 Fungsi Fitokrom ......................................................................................... 7 III. PEMBAHASAN .......................................................................................... 8 3.1 Mekanisme Pembungaan ........................................................................... 8 3.2 Mekanisme Penyerapan Cahaya oleh Fitokrom ........................................ 8 IV. PENUTUP ................................................................................................... 11 4.1 Kesimpulan .............................................................................................. 11 Daftar Pustaka ................................................................................................... 12

ii

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Tanaman tentu akan senatiasa tumbuh dan berkembang. Pertumbuhan generative pada tanaman ditandai dengan peristiwa pembungaan. Di mana pembungaan ini juga memiliki mekanisme tersendiri. Peristiwa ini juga tidak lepas dari pengaruh dari beberapa factor, baik dari dalam maupun dari luar tubuh tanaman. Salah satu factor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman adalah adanya fitokrom, yaitu suatu reseptor cahaya pada tanaman. Fitokrom ini dapat menyerap cahaya tertentu yang dipancarkan oleh matahari. Selain itu, fitokrom juga bertanggung jawab pada mekanisme pembungaan pada tanaman.

1.2 Tujuan a) Mahasiswa mengetahui tentang mekanisme pembungaan pada tanaman b) Mahasiswa mengetahui tentang fitokrom beserta fungsi dan mekanismenya

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pertumbuhan Generatif Tanaman Pertumbuhan generatif yaitu pertumbuhan yang melibatkan sel gamet. Pada tumbuhan, terjadi ditandai dengan adanya proses penyerbukan dan pembuahan. Sedangkan pertumbuhan generatif adalah pertumbuhan yang berkenaan dengan pembentukan bunga, buah, dan biji. Pertumbuhan generative meliputi: a) Pembentukan bunga b) Penyerbukan c) Pembentukan biji d) Pembentukan buah

2.2 Faktor mempengaruhi pembungaan 1. Faktor eksternal a) Suhu Pada spesies temperate dingin, suhu yang relatif tinggi pada musim panas dan awal musim gugur tampaknya dapat merangsang inisiasi bunga.Fungsi suhu di sini adalah mematahkan dormansi kuncup. Pada spesies temperate hangat, subtropis dan tropis, pengurangan relatif pada suhu justru lebih bermanfaat.Pada apokat suhu optimal untuk perkembangan bunga adalah 25oC. Jika tanaman ditempatkan pada suhu 33oC sepanjang siang hari, selanjutnya akan terjadi penghambatan perkembangan bunga pada tahap diferensiasi tepung sari. Pada Acacia pycnantha suhu di atas 19oC menghambat baik mikrosporogenesis maupun makrosporogenesis.Pada jeruk, suhu di atas 30oC dilaporkan telah merusak perkembangan kuncup bunga.Suhu tinggi hingga batas ambang tertentu dibutuhkan oleh meristem lateral (primordia bunga) untuk mulai membentuk kuncup-kuncup bunga dan melangsungkan proses

pembungaan.Selisih antara suhu max di siang hari dengan suhu min di malam hari akan mempengaruhi proses terbentuknya bunga: selisih yang besar akan mempercepat terjadinya pembungaan. Suhu tinggi akan

meningkatkan aktivitas metabolik dalam tubuh tanaman: fotosintesis, asimilasi, dan akumulasi makanan untuk mensuplai energi pembungaan. b) Curah hujan/kelembaban Stres air dapat memacu inisiasi bunga, terutama pada tanaman pohon tropis dan subtropis seperti leci dan jeruk. Pembungaan melimpah pada tanaman kayu tropis genus Shorea juga telah dihubungkan dengan terjadinya kekeringan pada periode sebelumnya.Namun, hasil yang berlawanan telah teramati pada spesies iklim-sedang seperti pinus, apel dan zaitun. Kebanyakan pembungaan di daerah tropis terjadi saat transisi dari musim hujan menuju kemarau.Pada musim hujan tanaman melakukan aktivitas maksimal untuk menyerap hara dan air, agar dapat mengakumulasikan cadangan makanan dan menyimpan energi sebanyak-banyaknya. c) Cahaya Cahaya mempengaruhi pembungaan melalui dua cara, yaitu intensitas cahaya dan fotoperiodisitas (panjang hari). a) Intensitas Cahaya Berhubungan dengan tingkat fotosintesis: sumber energi bagi proses pembungaan. Intensitas cahaya mempunyai pengaruh yang lebih besar dan efeknya lebih konsisten dari pada panjang hari. Pengurangan intensitas cahaya akan mengurangi inisiasi bunga pada banyak spesies pohon. Pada spesies monoesi dan dioesi, yang hanya mempunyai bunga-bunga berkelamin-satu (single-sex), intensitas cahaya dapat memberikan efek yang berbeda pada inisiasi bunga betina dan jantan.Intensitas cahaya yang tinggi merangsang inisiasi bunga betina pada walnut dan pinus, sedangkan intensitas cahaya yang rendah, yang biasanya disebabkan oleh naungan kanopi, lebih merangsang

terbentuknya bunga jantan. b) Fotoperiodisitas (panjang hari) Merupakan perbandingan antara lamanya waktu siang dan malam hari.Di daerah tropis panjang siang dan malam hampir sama. Makin jauh dari equator (garis lintang besar), perbedaan antara panjang siang

dan malam hari juga makin besar.Misalnya pada garis 60o LU:Musim panas: siang hari hampir 19 jam, malam hari 5 jam. Musim dingin: siang hari hanya 6 jam, malam hari 18 jam. Sehubungan dengan fotoperiodisitas tersebut, pada daerah-daerah 4 musim, tanaman dapat dibedakan menjadi: i. ii. Tanaman Tanaman berhari pendek Tanaman berhari panjang yang butuh hari pendek untuk mengawali

pembungaannya, namun selanjutnya butuh hari panjang untuk melanjutkan proses pembungaan itu .Tanaman yang dapat berbunga setiap waktu. Pengaruh hari-pendek direncanakan untuk diaplikasikan pada spesies pohon temperate, mengingat bahwa inisiasi bunga secara normal terjadi pada musim gugur seiring dengan berkurangnya panjang hari. d) Unsur hara Keberadaan unsur hara dalam tanah berhubungan dengan ketersediaan suplai energi dan bahan pembangun bagi proses pembentukan dan perkembangan bunga. i. Carbon/protein ratio Kuncup bunga terbentuk setelah tanaman mencapai keseimbangan carbon/protein.Hal ini berhubungan dengan kemampuan tanaman untuk melakukan asimilasi, akumulasi makanan, dan alokasi/distribusi hasil asimilasi Panjang tunas merupakan faktor penting pada inisiasi bunga pecan. Efek ini mungkin berhubungan dengan peningkatan cadangan makanan pada tunas yang lebih panjang. ii. carbon/nitrogen ratio Carbon sebagian besar diperoleh dari mobilisasi cadangan makanan dan hasil fotosintesis.Konsentrasi carbon yang tinggi menentukan ketersediaan energi dan akumulasi makanan untuk pembentukan bunga.Nitrogen Dampak positif: ekspansi percabangan,

Dampak negatif: memacu pertumbuhan vegetative

2. Faktor Internal Fitohormon: a. Auxin Merupakan respon terhadap cahaya.Disintesis di jaringan

meristematik apikal (ujung), Menstimulir terjadinya pembelahan pada meristem apikal mempengaruhi proses perpanjangan ujung tanaman b. Ethylene Disintesis oleh daun.Diransfer ke tunas lateral memulai proses induksi bunga. c. Cytokinin Disintesis pada jaringan endosperm, ujung akar, dan xylem.Ditransfer ke daun melalui jaringan xylem.Berfungsi untuk meningkatkan energi metabolisme ditransfer untuk membentuk kuncup-kuncup bunga.Mengendalikan proses translokasi menjamin ketersediaan energi untuk pembungaan. Mematahkan dominansi apikal. Berperan dalam memacu inisiasi bunga, dan dijumpai pada level lebih tinggi pada akar Douglas-fir yang sedang berbunga, dibanding pohon yang tidak berbunga. d. Gibberellin Disintesis pada primordia akar dan batang.Ditranslokasikan pada xylem dan floem. Menstimulir proses perpanjangan internodia dan bukubuku pada batang. Asam giberelik mempunyai efek penghambatan yang sangat kuat terhadap pembungaan berbagai pohon angisperma termasuk tanaman-tanaman buah temperate, rhododendron, jeruk dan mangga. Pada Citrus sinensis, GA3 dapat menyebabkan kuncup-kuncup dorman yang sesungguhnya potensial berbunga kembali sepenuhnya ke tingkat vegetatif, sampai tiba waktunya pembentukan kelopak bunga. telah memperkenalkan sebuah model yang melibatkan giberelin pada

pengendalian inisiasi bunga apel secara hormonal. Giberelin yang dihasilkan oleh biji-biji yang sedang berkembang dalam buah muda diduga telah menghambat pembentukan bunga, dan dengan demikian mengurangi pembungaan pada musim semi berikutnya.

Pada umumnya, zat penghambat-tumbuh, seperti Chlormequat Cycocel; (2-cloroethyl)trimethylammonium chloride, Alar dan TIBA (tri-

iodobenzoic acid), mengurangi pertumbuhan vegetatif dan memacu pembungaan pada spesies pohon angiosperma. Gimnosperma tampaknya memberikan reaksi yang berbeda.Penghambat pertumbuhan telah meningkatkan pembungaan. Sebaliknya, Giberelin akan memacu pembungaan pada banyak.Penelitian terbaru telah memunculkan dugaan bahwa tipe giberelin mungkin merupakan faktor penting dalam respon fisiologis pada tanaman.Dengan demikian aspek pengaruh giberelin pada pembungaan tanaman berkayu menahun atau perenial membutuhkan pengamatan lebih lanjut, mengingat minimnya metode deteksi dan produksi giberelin saat ini.

2.3 Definisi Fitokrom Fitokrom adalah reseptor cahaya, suatu pigmen yang digunakan oleh tumbuhan untuk mencerap (mendeteksi) cahaya. Sebagai sensor, ia terangsang oleh cahaya merah dan infra merah bukanlah bagian dari cahaya tampak oleh mata manusia namun memiliki panjang gelombang yang lebih besar daripada merah. Fitokrom ditemukan pada semua tumbuhan. Molekul yang serupa juga ditemukan pada bakteri. Tumbuhan menggunakan fitokrom untuk mengatur beberapa aspek fisiologi adaptasi terhadap lingkungan, seperti fotoperiodisme (pengaturan saat berbunga pada tumbuhan), perkecambahan, pemanjangan dan pertumbuhan kecambah (khususnya pada dikotil), morfologidaun, pemanjangan ruas batang, serta pembuatan (sintesis) klorofil. Secara struktur kimia, bagian sensor fitokrom adalah suatu kromofor dari kelompok bilin (jadi disebut fitokromobilin), yang masih sekeluarga dengan klorofil atau hemoglobin (kesemuanya memiliki kerangka heme). Kromofor ini dilindungi atau diikat oleh apoprotein, yang juga berpengaruh terhadap kinerja bagian sensor. Kromofor dan apoprotein inilah yang bersama-sama disebut sebagai fitokrom.

2.4 Fungsi Fitokrom Fitokrom berfungsi berfungsi sebagai fotodetektor yang memberitahukan tumbuhan apakah ada cahaya atau tidak, Selain itu fitokrom juga berfungsi memberikan informasi pada tumbuhan mengenai kualitas cahaya. Saat proses perkecambahan fitokrom sangat membantu memacu perkembangan akar. Cahaya merah yang ditangkap oleh fitokrom memiliki banyak fungsi.Cahaya merah yang memacu perkembanga perkecambahan biji, biru atau merah jauh dapat menghambat perkecambahan. Beberapa percobaan tentang

perkecambahan biji telah dilakukan. Pemberian perlakuan cahaya merah jauh setelah perlakuan cahaya merah tidak terjadi perkembangan ataupun perkecambahan. Namun pemberian cahaya merah (Pr) setelah cahaya merah jauh (Prf) akan membentuk kecambah. Dengan kata lain pemberian cahaya akhirlah yang mempengaruhi terhadap perkecambahan biji.

III. PEMBAHASAN

3.1 Mekanisme Pembungaan a. Induksi bunga (evokasi) Adalah tahap pertama dari proses pembungaan, yaitu suatu tahap ketika meristem vegetatif diprogram untuk mulai berubah menjadi meristem reproduktif.Terjadi di dalam sel.Dapat dideteksi secara kimiawi dari peningkatan sintesis asam nukleat dan protein, yang dibutuhkan dalam pembelahan dan diferensiasi sel. b. Inisiasi bunga Adalah tahap ketika perubahan morfologis menjadi bentuk kuncup reproduktif mulai dapat terdeteksi secara makroskopis untuk pertama kalinya.Transisi dari tunas vegetatif menjadi kuncup reproduktif ini dapat dideteksi dari perubahan bentuk maupun ukuran kuncup, serta prosesproses selanjutnya yang mulai membentuk organ-organ reproduktif. c. Perkembangan kuncup bunga menuju anthesis (bunga mekar) Ditandai dengan terjadinya diferensiasi bagian-bagian bunga.Pada tahap ini terjadi proses megasporogenesis dan mikrosporogenesis untuk penyempurnaan dan pematangan organ-organ reproduksi jantan dan betina. d. Anthesis Merupakan tahap ketika terjadi pemekaran bunga.Biasanya anthesis terjadi bersamaan dengan masaknya organ reproduksi jantan dan betina, walaupun dalam kenyataannya tidak selalu demikian.Ada kalanya organ reproduksi, baik jantan maupun betina, masak sebelum terjadi anthesis, atau bahkan jauh setelah terjadinya anthesis.Bunga-bunga bertipe dichogamy mencapai kemasakan organ reproduktif jantan dan betinanya dalam waktu yang tidak bersamaan.

3.2 Mekanisme Penyerapan Cahaya oleh Fitokrom Dalam kontrol fotoperiodik perbungaan dan banyak respon tumbuhan terhadap pencahayaan, fitokrom (phytochrome) berfungsi sebagai

fotodetektor yang memberitahukan tumbuhan apakah ada cahaya atau tidak. Secara kimia Fitokrom (phytochrome) mempunyai dua bentuk yaitu merah (Pr) dan merah jauh (Prf). Fitokrom (phytochrome) merah (Pr) dan merah jauh (Prf) pada daun turut berperan pada proses fisiologis pembungaan tanaman. Pada percobaan mengenai kontrol fotoperiode pada perbungaan, sinar merah dengan panjang gelombang 660 nm adalah sinar yang paling efektif untuk mengintrupsi panjang malam. Suatu tumbuhan hari pendek yang dipelihara pada panjang malam kritis akan gagal berbunga jika suatu pemaparan singkat pada sinar merah (Pr) menyela periode gelap tersebut. Pemendekan panjang malam oleh sinar merah dapat dihambat dengan pemberian seberkas sinar yang memiliki panjang gelombang sekitar 730 nm.Panjang gelombang ini berada pada bagian merah jauh (Pfr) dari spektrum cahaya dan hampir tidak terlihat oleh mata manusia. Jika sinar merah (Pr) selama periode gelap diikuti oleh sinar merah jauh (Pfr), tumbuhan tersebut akan mempersepsikan tidak ada intrupsi pada malam panjang. Masing-masing gelombang sinar akan meniadakan pengaruh panjang gelombang sinar yang mendahuluinya, jumlah berkas sinar yang diberikan tidak akan mempengaruhi, hanya panjang gelombang sinar yang terakhir saja yang akan mempengaruhi pengukuran panjang malam oleh tumbuhan. Kedua bentuk photoreseptor (Pr dan Pfr) bisa berkonversi satu sama lain tergantung jenis sinar yang diterimanya. Bila tanaman menerima lebih banyak sinar merah, maka Pr akan terkonversi menjadi Prf dan

menyebabkan jumlah Prf bertambah, begitu pula sebaliknya. Bila jumlah Prf lebih banyak dari Pr maka selang waktu tertentu, pertumbuhan apikal (apical dominance) akan terhenti dan tanaman terinduksi ke fase generatif. Pr dan Pfr dapat menyerap cahaya namun pada tingkat dan radiasi yang rendah tidak mampu membentuk respon fisiologis. Secara kimiawi

fitokrom merupakan homodimer dan suatu polipeptida yang masing-masing memiliki gugus prostetik yang disebut kromofor.Kromofor yang menyerap cahaya dan memberikan efek fisiologis pada fitokrom. Pr yang diubah menjadi Prf terjadi perubahan struktur Cis--Tran pada kromofor yang menjadikan efek fisiologis. Fitokrom terdapat 2 macam yaitu fitokrom 1 dan fitokrom 2.Fitokrom 1 banyak terdapat pada kecambah yang teretiolasi, dan fitokrom 2 terdapat pada tumbuhan hijau dan biji yang berkembang ditempat yang bercahaya. Pada semua tumbuhan fitokrom ada dan disintesis dalam bentuk Pr dan Pfr tak tersintesis dalam keadaan gelap. Fitokrom tersebar didalam sel di nukleus dan seluruh sitosol.Fitokrom tipe 1 berkembang dan jumlahnya meningkat 100 kali dalam keadaan gelap dan akan hilang jika terkena cahaya. Hilangnya fitokrom tipe 1 disebabkan karena tumbuhan berhenti mentranskripsi mRNA (mudah terhidrolisis) dan protein

penyusunnya mudah rusak karena cahaya.Fitokrom tipe 1 dapat tidak aktif karena cahaya merah yang diserap oleh fitokrom tersebut. Pr akan mengurangi pembentukan Pfr. Sistem fitokrom juga memberikan informasi pada tumbuhan mengenai kualitas cahaya.Cahaya matahari meliputi radiasi cahaya merah dan merah jauh. Dengan demikian selama siang hari fotoreversi Pr dan Prf mencapai suatu keseimbangan dinamis dengan rasio kedua fitokrom tersebut menunjukkan jumlah relatif cahaya merah dan cahaya merah jauh. Mekanisme pengindraan ini memungkinkan tumbuhan menyesuaikan diri dengan perubahan cahaya.

10

IV. PENUTUP

4.1 Kesimpulan Dari penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa dalam pertumbuhan generative, tanaman dapat membentuk bunga, buah dan biji. Mekanisme pembentukan bunga terdiri dari beberapa fase, yaitu induksi bunga, inisiasi bunga, perkembangan kuncup bunga menuju anthesis dan anthesis. Mekanisme pembungaan tersebut juga dipengaruhi oleh beberapa factor, baik dari dalam maupun dari luar tanaman tersebut. Mekanisme pembungaan ini juga tidak lepas dari pengaruh fitokrom, yaitu reseptor cahaya yang terangsang oleh cahaya merah dan infra merah. Fitokrom ini membantu pengaturan saat berbunga pada tumbuhan.

11

Daftar Pustaka

Anonymous, a. 2011. Fitokrom. zona bawah. http://blogspot.com/2011/05/fitokrom -pada-tumbuhan.html diakses 25 November 2011

Anonymous, b. 2011.Definisi fitokrom. http://id.wikipedia.org/wiki/Fitokrom25 November 2011 Anonymous, c. 2011. Fotomorfogenesis.http://eshaflora.wordpress.com/2010/01/25/fotomorfo genesis/mybioinfo-bioinfo.blogspot.com/2011/10/kajianfitokrom.html25 November 2011

12

You might also like