You are on page 1of 12

REKAYASA ORGAN TARGET BATANG SORGUM

BAB I PENDAHULUAN

Sorgum (Sorghum bicolor L.) adalah tanaman serealia yang potensial untuk dibudidayakan dan dikembangkan, khususnya pada daerah-daerah marginal dan kering di Indonesia. Keunggulan sorgum terletak pada daya adaptasi agroekologi yang luas, tahan terhadap kekeringan, produksi tinggi, perlu input lebih sedikit serta lebih tahan terhadap hama dan penyakit dibading tanaman pangan lain. Selain itu, tanaman sorgum memiliki kandungan nutrisi yang tinggi, sehingga sangat baik digunakan sebagai sumber bahan pangan maupun pakan ternak alternatif. Tanaman sorgum telah lama dan banyak dikenal oleh petani Indonesia khususnya di daerah Jawa, NTB dan NTT. Di Jawa sorgum dikenal dengan nama Cantel, dan biasanya petani menanamnya secara tumpang sari dengan tanaman pangan lainnya. Produksi sorgum Indonesia masih sangat rendah, bahkan secara umum produk sorgum belum tersedia di pasarpasar. Sorgum bukan merupakan tanaman asli Indonesia tapi berasal dari wilayah sekitar sungai Niger di Afrika. Domestikasi sorgum dari Etiopia ke Mesir dilaporkan telah terjadi sekitar 3000 tahun sebelum masehi. Sekarang, sekitar 80 % areal pertanaman sorgum berada di wilayah Afrika dan Asia, namun produsen sorgum dunia masih didominasi oleh Amerika Serikat, India, Nigeria, Cina, Mexico, Sudan dan Argentina. Di Indonesia sorgum telah lama dikenal oleh petani khususnya di Jawa, NTB dan NTT. Di Jawa sorgum dikenal dengan nama Cantel, sering ditanam oleh petani sebagai tanaman sela atau tumpang sari dengan tanaman lainnya. Sorgum adalah salah satu bahan pangan yang potensial untuk substitusi terigu dan beras karena masih satu famili dengan gandum dan padi, hanya berbeda subfamili, sehingga karakteristik tepungnya relatif lebih baik dibanding tepung umbi-umbian. Oleh karena itu sorgum merupakan pengganti karbohidrat alternatif (Ruchjaniningsih, 2008). Selain sebagai sumber karbohidrat, sorgum memiliki kandungan protein, kalsium dan vitamin B1 yang lebih tinggi dibanding beras dan jagung sehingga tanaman sorgum sangat potensial sebagai bahan pangan utama. Di daerah Afrika, biji sorgum dikonsumsi dalam bentuk roti (unleavened breads), bubur (boiled porridge or gruel), minuman (malted beverages and beer), berondong (popped grain) dan keripik (Dicko et al. 2006).

BAB II PEMBAHASAN

Tanaman sorgum (Sorghum bicolor) merupakan tanaman graminae yang mampu tumbuh hingga 6 meter. Bunga sorgum termasuk bunga sempurna dimana kedua alat kelaminnya berada di dalam satu bunga. Bunga sorgum merupakan bunga tipe panicle (susunan bunga di tangkai). Rangkaian bunga sorgum berada di bagian ujung tanaman. Bentuk tanaman ini secara umum hampir mirip dengan jagung yang membedakan adalah tipe bunga dimana jagung memiliki bunga tidak sempurna sedangkan sorgum bunga sempurna. Morfologi dari tanaman sorgum adalah: 1. 2. 3. 4. Akar : tanaman sorgum memiliki akar serabut Batang : tanaman sorgum memiliki batang tunggal yang terdiri atas ruas-ruas Daun : terdiri atas lamina (blade leaf) dan auricle Rangkaian bunga sorgum yang nantinya akan menjadi bulir-bulir sorgum.

Pada daun sorgum terdapat lapisan lilin yang ada pada lapisan epidermisnya. Adanya lapisan lilin tersebut menyebabkan tanaman sorgum mampu bertahan pada daerah dengan kelembaban sangat rendah. Lapisan lilin tersebut menyebabkan tanaman sorgum mampu hidup dalam cekaman kekeringan. Pada umumnya biji sorgum berbentuk bulat dengan ukuran biji kira -kira 4 x 2,5 x 3,5 mm. Berat biji bervariasi antara 8 mg 50 mg, rata-rata berat 28 mg. Berdasarkan ukurannya sorgum dibagi atas: sorgum biji kecil (8 10 mg) sorgum biji sedang ( 1 2 24 mg) sorgum biji besar (25-35 mg)

Kulit biji ada yang berwarna putih, merah atau cokelat. Sorgum putih disebut sorgum kafir dan yang ber-warna merah/cokelat biasanya termasuk varietas Feterita. Warna biji in] merupakan salah satu kriteria menentukan kegunaannya. Varietas yang berwarna lebih terang akan menghasilkan tepung yang lebih putih dan tepung ini cocok untuk digunakan sebagai makanan lunak, roti dan lain-lainnya. Sedangkan varietas yang berwarna gelap akan menghasilkan tepung yang berwarna gelap dan rasanya lebih pahit. Tepung jenis ini cocok untuk bahan dasar pembuatan minuman. Untuk memperbaiki warna biji ini, biasanya digunakan larutan asam tamarand atau bekas cucian beras yang telah difermentasikan dan kemudian digiling menjadi pasta tepung. BUDIDAYA TANAMAN SORGUM

Syarat Tumbuh Tanaman sorgum dapat berproduksi walaupun dibudidayakan dilahan kurang subur, air yang terbatas dan masukkan (input) yang rendah, bahkan dilahan yang berpasir pun sorgum dapat dibudidayakan. Namun apabila ditanam pada daerah yang berketinggian diatas 500 m dpl tanaman sorgum akan terhambat pertumbuhannya dan memiliki umur yang panjang. Menurut hasil penelitian, lahan yang cocok untuk pertumbuhan yang optimum untuk pertanaman sorgum adalah : Suhu optimum 23 30 C Kelembaban relatif 20% 40% Suhu tanah 25 C Ketinggian 800 m dpl Curah hujan 375 425 mm/th pH 5,0 7,5

Selain persyaratan di atas sebaiknya sorgum jangan ditanam di tanah podzolik merah kuning yang masam, namun untukmemperoleh pertumbuhan dan produksi yang optimal perlu dipilih tanah ringan atau mengandung pasir dan bahan organik yang cukup. Tanaman sorgum dapat beradaptasi pada tanah yang sering tergenang air pada saat banyak turun hujan apabila system perakarannya sudah kuat. Penyiapan Lahan Lahan dibersihkan dari sisa-sisa tanaman sebelumnya, kemudian dicangkul atau dibajak 2 kali setelah itu baru digaru dan diratakan. Setelah tanah diratakan, dibuat saluran drainase di sekeliling atau di tengah lahan. Ukuran petakan disesuaikan dengan keadaan lahan. Untuk lahan yang hanya mengandalkan residu air tanah, pengolahan hanya dilakukan secara ringan dengan mencangkul tipis permukaan tanah untuk mematikan gulma. Pengolahan tanah secara ringan sangat efektif untuk menghambat penguapan air tanah sampai tanaman panen. Tanah yang sudah diolah sebaiknya diberikan pupuk organik, misalnya pupuk kandang atau kompos. Pengolahan tanah ini bertujuan antara lain untuk memperbaiki struktur tanah, memperbesar persediaan air, mempercepat pelapukan, meratakan tanah dan memberantas gulma. Sebaiknya pengolahan tanah paling baik dilakukan 2 4 minggu sebelum tanam. Pemilihan Varietas Untuk mendapatkan hasil yang baik, yang harus diperhatikan adalah penanaman jenis varietas unggul yang cocok dan sesuai dengan lingkungan hidup setempat serta penerapan teknik budidaya yang tepat. Varietas unggul yang dianjurkan untuk ditanam harus

memperhatikan kegunaan dan lingkungan tumbuhnya. Untuk keperluan konsumsi manusia (pangan) varietas yang dianjurkan antara lain UPCA S1, Keris, Badik dan Hegari Genjah. Karena varietas ini mempunyai keunggulan seperti berumur genjah, tinggi batang sedang, berbiji putih dengan rasa olah sebagai nasi cukup enak. Varietas Kawali dan Numbu yang dilepas tahun 2001 juga mempunyai rasa olah sebagai nasi cukup enak, namun umurnya relatif lebih panjang. Sedangkan untuk pakan ternak dipilih varietas sorgum yang tahan hama penyakit, tahan rebah, tahan disimpan dan dapat diratun. Pada lingkungan yang ketersedian airnya terbatas dan masa tanam yang singkat dipilih varietasvarietas umur genjah seperti Keris, Badik, Lokal Muneng dan Hegari Genjah. Ditinjau dari segi hasil, varietas umur genjah memang hasilnya jauh lebih rendah daripada varietas umur sedang atau dalam, tetapi keistimewaannya dapat segera dipanen, menyelamatkan dari resiko kegagalan hasil akibat kekeringan. Waktu Tanam Sorgum dapat ditanam pada sembarang musim tanam asalkan pada saat tanaman muda tidak tergenang atau kekeringan. Namun begitu waktu tanam yang paling baik adalah pada akhir musim hujan atau awal musim kemarau. Pada areal yang telah disiapkan sebelumnya dibuatkan lubang tanam dengan jarak tanam disesuaikan dengan varietas yang digunakan, ketersediaan air dan tingkat kesuburan tanah. Pada tanah yang kurang subur dan kandungan air tanah rendah sebaiknya di gunakan jarak tanam lebih lebar atau populasi tanam dikurangi dari populasi baku (seharusnya). Penanaman Jarak tanam sorgum dapat bervariasi sesuai dengan varietas yang digunakan, ketersediaan air tanah dan kesuburan. Untuk mencapai hasil yang optimum, varietas pendek dan sedang memerlukan jarak tanam yang lebih rapat dibandingkan dengan varietas tinggi. Pada jenis varietas sedang sampai batas tertentu terjadi kenaikkan hasil dengan semakin tingginya populasi tanam. Sedangkan kebutuhan benih untuk pertanaman sorgum berkisar 10 kg/ha dengan jarak tanam 70 cm x 20 cm atau 15 20 kg/ha dengan jarak tanam 60 cm x 20 cm. Pada tanah yang kurang subur dan kandungan air tanah rendah, sebaiknya digunakan jarak tanam lebih lebar atau populasi tanam kurang dari populasi baku. Untuk mengurangi penguapan air tanah, jarak tanam antar baris dipersempit tetapi jarak dalam baris diperlebar. Menanam sorgum dapat dilakukan dengan cara ditugal seperti halnya menanam jagung, bila jarak tanamnya tidak terlalu rapat. Lubang tanam diisi sekitar 3 5 biji, kemudian ditutup

dengan tanah ringan. Penutupan tanah secara padat dan berat menyebabkan biji sukar berkecambah. Tanaman rapat dilakukan dengan menyebar biji di sepanjang alur garitan dan pengaturan jarak tanam dilakukan pada saat penjarangan. Tetapi cara ini hanya dapat dilakukan pada tanah yang mempunyai struktur gembur. Setelah umur 3 minggu, tanaman harus segera dijarangi dan ditinggalkan 2 tanaman agar dapat tumbuh dan berproduksi secara optimum. Pertanaman yang hanya mengandalkan residu air tanah tidak perlu digemburkan. Pembumbunan dilakukan bersamaan dengan pemupukan ke 2 (3 4 minggu setelah tanam), dengan tujuan untuk memperkokoh kedudukan tanaman dan untuk menekan penguapan air tanah. Pemeliharaan a. Pengairan Tujuan pengairan adalah menambah air bila tanaman kekurangan air. Bila tidak kekurangan maka pengairan tidak perlu dilakukan. Sebaliknya, bila kebanyakan air justru harus segera dibuang dengan cara membuat saluran drainase. Sorgum termasuk tanaman yang tidak memerlukan air dalam jumlah yang banyak, tanaman ini tahan terhadap kekeringan, tetapi ada masa tertentu tanaman tidak boleh kekurangan air yaitu : Tanaman berdaun empat, masa bunting waktu biji malai berisi; pada waktu tersebut tanaman tidak boleh kekurangan. Selama pertumbuhan pemberian air cukup dilakukan 3 6 kali setiap 4 10 hari sekali. Pemberian air dilakukan pada sore/malam hari, setelah suhu tanah tidak terlalu tinggi. Pemberian air dihentikan setelah biji mulai agak mengeras, hal ini dikarenakan agar biji dapat masak dengan serempak.

b. Pemupukan. Tanaman sorgum banyak membutuhkan pupuk N (Nitrogen), Namun demikian pemupukan sebaiknya diberikan secara lengkap (NPK) agar produksi yang dihasilkan cukup tinggi. Dosis pemupukan yang diberikan berbeda-beda tergantung pada tingkat kesuburan tanah dan varietas yang ditanam, tetapi secara umum dosis yang dianjurkan adalah 200 kg Urea, 100 kg TSP atau SP36 dan 50 kg KCl.

Pemberian pupuk Urea diberikan dua kali, yaitu 1/3 bagian diberikan pada waktu tanam sebagai pupuk dasar bersamasama dengan pemberian pupuk TSP/SP36 dan KCl. Sisanya (2/3 bagian) diberikan setelah umur satu bulan setelah tanam. Pemupukan dasar dilakukan saat tanam dengan cara di tugal sejauh 7 cm dari lubang tanam. Urea dan TSP/SP36 dimasukkan dalam satu lubang, sedang KCl dalam lubang di sisi yang lain. Pemupukan kedua juga ditugal sejauh 15 cm dari barisan, kemudian ditutup dengan tanah. Lubang tugal baik untuk pupuk dasar maupun susulan sedalam 10 cm. c. Penjarangan Tanaman Pertumbuhan tanaman sorgum biasanya sudah merata/seragam pada umur 2 minggu setelah tanam. Namun demikian tidak semuanya tanaman yang tumbuh di tiap lubang dengan baik. Apabila terdapat tumbuh yang kurang baik perlu dilakukan penjarangan dengan mencabut tanaman yang kurang baik tersebut. Sehingga pada tiap lubang tersisa tanaman yang terbaik untuk dipelihara hingga panen. d. Penyiangan Penyiangan dilakukan dengan mencabut tumbuhan pengganggu (gulma) hingga perakarannya secara hati-hati, agar tidak mengganggu perakaran tanaman utama. Keberadaan gulma akan menjadi pesaing bagi tanaman utama dalam mendapatkan air dan unsur hara yang ada di dalam tanah atau bahkan menjadi tempat hama atau penyakit. Oleh sebab itu gulma harus secara rutin disiangi. Gulma yang telah dicabut sebaiknya ditampung atau dikubur di suatu tempat agar membusuk sehingga kemudian dapat dijadikan kompos. e. Pembubunan

Pembubunan dilakukan dengan cara menggemburkan tanah disekitar tanaman sorgum, kemudian menimbunkan tanah tersebut pada pangkal batang tanaman sorgum sehingga membentuk guludanguludan kecil yang bertujuan untuk mengokohkan batang tanaman agar tidak mudah rebah dan merangsang terbentuknya akarakar baru pada pangkal batang. f. Pengendalian hama penyakit

Tanaman Sorgum termasuk tanaman yang sedikit terserang hama penyakit bila dibandingkan dengan tanaman lainnya. Namun terdapat beberapa hama dan penyakit tanaman sorgum yang utama seperti : Lalat bibit (Atherigona exiqua Stein)

Lalat bibit ini menyerang tanaman di bagian pangkal batang tanaman dengan menggerek dan menyerang tanaman sorgum muda (berumur 3 minggu setelah tanam) sehingga menyebabkan berlubang kecil tidak teratur dan akhirnya tanaman menjadi layu mati. Pengendalian lalat bibit dapat dilakukan dengan melakukan pertanaman serempak dan menaburkan insektisida 10 kg Furadan 3 G per hektar pada saat tanam. Ulat Tanah (Agrotis sp) Ulat ini biasanya menyerang tanaman pada malam hari dengan sasaran tanaman sorgum stadium muda. Serangannya menyebabkan pangkal batang tanaman terpotong tepat diatas permukaan tanah sehingga bekas serangannya tampak terkulai. Cara pengendalian dengan menaburkan insektisida Furadan 3 G berdosis 20 30 kg/ha yang dilakukan bersamaan saat penanaman. Hama bubuk Disebabkan oleh serangan Sitophilus sp yang menyerang biji sorgum di gudang penyimpanan. Serangga ini menyerang biji sorgum yang berlubanglubang dan keropos sehingga tidak layak untuk dikonsumsi. Pengendalian hama bubuk ini dengan cara menyimpan biji sorgumyang dicampur dengan serbuk daun putri malu (Mimosa pudica) dengan perbandingan 10 : 1. Hal ini disebabkan karena daun putri malu mengandung protein mimosan yang dapat merusak dan menghambat pertumbuhan larva hama bubuk. Karat daun Gejala serangannya adalah munculnya nodanoda kecil berwarna merah karat yang kemudian diikuti dengan timbulnya massa tepung berwarna coklat kekuningkuningan yang menutupi permukaan daun. Pengendaliannya dengan cara memangkas daun yang terinfeksi berat dan melakukan pergiliran/rotasi tanaman. Bercak daun Ditandai dengan munculnya bercak bulat berukuran kecil dan berwarna kuning yang dikelilingi warna coklat pada daun yang terinfeksi. Pengendalian penyakit bercak dapat dilakukan dengan menanam varietas yang tahan (Mandau) dan disemprot dengan fungisida (Dithane M45 atau Antracol 70 WP). Kapang Jelaga Gejala serangan pada permukaan atas daun tertutup oleh lapisan yang berwarna hitam, kering dan tipis dan dapat dikendalikan dengan menyemprotkan kapur atau menghembuskan belerang

PANEN DAN PASCA PANEN Untuk mendapatkan hasil panen yang optimal, waktu musim penanaman diusahakan tepat sehingga pada saat pemasakan biji sampai panen berada pada musim kering. Karena apabila pada waktu pemasakan pada musim hujan dikhawatirkan banyak biji yang busuk dan berkecambah. Kualitas dan kuantitas hasil panenan sorgum sangat ditentukan oleh ketepatan waktu (baik tanam maupun panen), cara panen dan penanganan pasca panen. Panen Tanaman sorgum sudah dapat dipanen pada umur 3 4 bulan tergantung varietas. Penentuan saat panen sorgum dapat dilakukan dengan berpedoman pada umur setelah biji terbentuk atau dengan melihat ciriciri visual biji. Pemanenan juga dapat dilakukan setelah terlihat adanya cirri-ciri seperti daun-daun berwarna kuning dan mengering, biji -biji bernas dan keras serta berkadar tepung maksimal. Tabel 2. Umur Panen Tanaman Sorgum Berdasarkan Varietas No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Varietas Malang No. 26 Birdproof No. 65 Katengu No. 183 Pretoria No. 184 Cempaka (Ekwangit) Numbu Kawali Umur Panen (hst) 110 120 105 115 105 115 100 105 100 110 100 105 100 110

Panen yang dilakukan terlambat atau melampaui stadium buah tua dapat menurunkan kualitas biji. Biji-biji akan mulai berkecambah bila kelembaban udara cukup tinggi. Pemanenan sebaiknya dilakukan pada keadaan cuaca cerah/terang. Pada saat pemanenan sebaiknya pemotongan dilakukan pada pangkal tangkai/malai buah sorgum dengan panjang sekitar 15 25 cm. Untuk meningkatkan produksi sorgum dapat dilakukan budidaya lanjutan dengan cara ratun (ratoon) yaitu pemangkasan batang tanaman pada musim panen pertama yang dilanjutkan dengan pemeliharaan tunas-tunas baru pada periode kedua. Adapun tata cara budidaya sorgum ratun setelah panen musim pertama adalah sebagai berikut :

Seusai panen pada musim pertama segera dilakukan pemotongan batang yang tua tepat diatas permukaan tanah. o Tanah disekitar tanaman sorgum dibersihkan dari rumput liar/gulma. o Di buatkan larikan kecil sejauh 10 15 cm dari pangkal batang tanaman sorgum kemudian disebarkan pupuk yang terdiri dari 45 kg Urea + 100 kg TSP + 50 kg KCl per hektar. Satu bulan kemudian diberikan pupuk susulan berupa 90 kg Urea/ha. o Tanaman yang berasal dari tunas-tunas baru (ratun) dipelihara dengan baik seperti pada pemeliharaan tanaman periode pertama. Pada stadium buah tua dilakukan panen musim ke dua.

Hal yang sangat perlu diperhatikan adalah tata cara pemotongan batang tanaman. Pemotongan harus tepat dilakukan diatas permukaan tanah agar tunas-tunas baru tumbuh dari bagian batang yang berada di dalam tanah. Ratoon sorgum dapat dilakukan 2-3 kali. Dengan pemeliharaan yang baik, dapat diperoleh hasil ratoon menyamai atau melebihi tanaman induknya, seperti terlihat pada Tabel 3. Tabel 3. Hasil Sorgum UPCA-S2 dengan Dua kali Ratoon pada Beberapa di KP Genteng Populasi Tanaman/ha 100.000 150.000 200.000 250.000 Hasil Sorgum dari (biji kering kg/ha) Tanaman Induk 3.648 4.188 4.359 4.573 Ratoon I 4.566 4.685 4.931 5.165 Ratoon II 4.380 4.488 4.559 4.945 Tingkat Populasi

Sumber : Badan Pengendali Bimas, 1983 Pasca Panen a. Pengeringan Pengeringan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan dijemur dibawah sinar matahari atau dengan menggunakan mesin pengering. Lama penjemuran hingga biji sorgum berkadar air 12% 14% adalah sekitar 60 jam. b. Perontokkan

Biji sorgum dirontokan dari malainya dengan cara diirik atau dapatpula dengan menggunakan mesin perontok. Biji sorgum dibersihkan dari kotoran atau limbah (sekam) kemudian dijemur ulang dengan disebarkan secara merata diatas lantai jemur. c. Pewadahan dan Penyimpanan Biji sorgum segera diwadahi dalam karung, tiap karung sebaiknya berkapasitas 25 kg 50 kg, kemudian disimpan dalam gudang penyimpanan yang kering dan berventilasi baik.

Masalah pada organ target batang (tanaman sorgum) a) Ketinggian tempat optimum untuk pertanaman sorgum kurang lebih 0 500 dpl. b) Nilai keunggulan komparatif dan kompetitif ekonomi sorgum relative rendah dibandingkan komoditas serealia lain. c) Pascapanen sorgum (peralatan dan pengolahan) pada skala rumah tangga masih sulit dilakukan. d) Penyebaran informasi serta pembinaan usaha tani sorgum di tingkat petani belum intensif. e) Biji sorgum mudah rusak selama penyimpanan. f) Ketersediaan varietas yang disenangi petani masih kurang. g) Penyediaan benih belum memenuhi lima tepat (jenis, jumlah, mutu, waktu, dan tempat). Rekayasa: 1. Semakin tinggi tempat pertanaman akan semakin memperlambat waktu berbunga dari tanaman sorgum. Temperatur 25oC 27oC adalah suhu terbaik untuk perkecambahan biji sorgum, sedangkan untuk pertumbuhannya perlu suhu sekitar 23oC 30oC; Oleh karena itu, perlunya pembuatan rumah kaca agar sesuai dengan kondisi yang dibutuhkan sorgum 2. varietas unggul berdaya hasil tinggi, tahan kekeringan, genangan, dan ratun, rasa manis dengan rendemen gula tinggi dan kadar amilum rendah, 3. teknologi budi daya spesifik lokasi, 4. perlindungan tanaman secara terpadu, serta 5. pengaturan saat tanam/pergiliran tanaman. 6. produksi bibit menggunakan kultur jaringan untuk menghasilkan bibit yang unggul dan tidak mudah rusak 7. Pelaksanaan budidaya secara tepat dari pengolahan tanah sampai panen

BAB III KESIMPULAN

Sorgum merupakan salah satu tanaman serealia yang cukup potensial untuk dikembangkan di Indonesia karena mempunyai daya adaptasi lingkungan yang cukup luas. Teknik budidaya tanaman yang relatif mudah; tidak banyak perbedaan dengan budidaya tanaman jagung yang sudah biasa dilakukan oleh petani. Biji sorgum dapat diolah menjadi berbagai jenis makanan, sebagai bahan pakan ternak, dan sebagai bahan baku industri. Biji sorgum mempunyai nilai gizi setara dengan jagung, namun kandungan taninnya tinggi dan biji sulit dikupas. Perbaikan teknologi pengolahan dengan menggunakan penyosoh beras merek Satake Grain Testing Mill yang dilengkapi dengan silinder gurinda batu dapat mengatasi masalah tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

http://anaszu.wordpress.com/penelitian-sorgum/teknologi-bertanam-sorgum/ http://edysof.wordpress.com/2011/04/21/aspek-budidaya-prospek-kendala-dan-solusi pengembangan-sorgum-di-indonesia/ http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/52220/BAB%20II%20Tinjauan%20P ustaka.pdf http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/35072/5/Chapter%20I.pdf

You might also like