You are on page 1of 29

PANCASILA SISTEM FILSAFAT NEGARA INDONESIA.

I.

II.

III. IV.

Pengertian Filsafat Negara dan Pemikiran Filsafati. Pancasila Filsafat Negara Republik Indonesia. Dasar Dasar Filsafat Pancasila. Hakekat Sila Sila Pancasila.

I.
a.

PENGERTIAN FILSAFAT & PEMIKIRAN FILSAFATI.


Pengertian Filsafat Negara. Louis O Kattsoft, filsafat : aktifitas berfikir cermat/ serius. Etimologi, filsafat Philien : cinta/ senang; Shopia : kebijaksanaan/ hikmah. Filsafat : cinta suatu kebijaksanaan. Kebijaksanaan/ bijaksana : sikap, tindakan/ perbuatan, di dorong kehendak baik, berdasar putusan akal yang benar, menurut hati nurani kemanusiaan.

Kehendak baik : ukuran moral / akhlak. Akal benar : ukuran rasio / logika. hati nurani : ukuran rasa, cita rasa/ kualita harkat martabat. Filsafat : Ilmu, pemikiran kritis untuk dapatkan kebenaran mendasar menurut harkat martabat manusia. Ilmu, ciri ciri : 1. Logis 2. Kritis

3.Sistematis. 4.Objektif. 5.Universal. b. Pemikiran Filsafati. Kaelan, berfikir filsafati bukan berfikir asal dan spikulatif. Berfikir hal hal berkaitan manusia, aktual dan hakiki, libatkan seluruh kemampuan akal budi hingga temukan hakekatnya. Berfikir filsafati, kreteria : 1. Kritis; terus pertanyakan setiap hal yang dihadapi manusia secara dinamis dan fundamental.

2.

Mendalam; tak hanya sampai fakta fakta empiris, tapi sampai inti subsansi universal, - > berfikir radikal sampai akar persoalanya. Tak hanya yang dilihat secara empiris tapi sampai kemungkinan dibalik fakta.
3.

Konseptual; pemikiran tak hanya persepsi berdasar fakta empiris & kuantitatif, sampai pengertian konseptual. Berfikir filsafati berusaha menyusun bagan konseptual hasil generalisasi & abstraksi pengalaman kusus (sehari hari) dan individual.

4.

Kohern (runtut); pemikiran tidak acak, kacau dan frakmentaris; disusun bagan yang konseptual runtut, konsisten & tidak saling bertentangan.
5.

Rasional; tidak hanya bagan konseptual runtut, tapi juga rasional. Bagian bagian yang berhubungan dalam bagan, konsep yang runtut harus berhubungan secara logis.

6. Komprehensif / menyeluruh; kesimpulan pemikiran filsafat tak hanya berdasar fakta emperis & kuantitatif atas pengalaman kusus dan individual, tapi sampai kesimpulan paling umum, tidak ada sesuatupun di luar jangkauanya. 7. Universal; kesimpulan harus bersifat umum bagi seluruh manusia dimanapun, kapanpun dalam keadaan apapun, ( tak terikat ruang, waktu situasi dan kondisi). 8. Sistematis; bagan konseptual, runtut, rasional, menyeluruh dan umum; harus berupa sesuatu keseluruhan sistem. Pemikiran filsafat terdiri bagian bagian saling berhubungan kerjasama & bergantung (organis).

II.

PANCASILA : FILSAFAT NEGARA REPUBLIK INDONESIA.

Sidang BPUPKI 29 mei 1 juni 1945 (sejarah NKRI), dr. KRT. Radjiman Widiodiningrat : membahas Rancangan Dasar Negara - > Pancasila. 3 tokoh pembicara : Mr. Moh. Yamin, Prof. Dr. Soepomo dan Ir. Soekarno. Jelas Pancasila dirancang : Dasar Negara / Filsafat Negara. Konstisusi negara (UUD 45) pembukaan alinea 4 menyatakan, Pancasila : Dasar negara / dasar filsafat negara Republik Indonesia (Philosopiche gronslag). Yuridis formal tak dapat dibantah. Dasar negara / Falsafah negara : basic, landasan, azas penyelenggaraan pemerintahan negara, pusat daerah. Semua aspek kehidupan negara --

(peraturan perundang undangan, moral, kekuasaan, rakyat/ warga negara/ penduduk, pejabat/ pemerintah, ilmuwan, ekonom, industriawan dsb); tidak boleh bertentangan nilai dasar falsafah negara; Pancasila. Konsekuensi dasar falsafah negara terhadap negara berikut unsur dan semua aspek di dalamnya : tidak boleh bertentangan dengan nilai dasar filosofinya. Dasar falsafah negara Republik Indonesia : hasil pemikiran kritis & mendalam, kohern, sistematis, logis, komprehensif dan universal para Faunding Fathers. Substansi isinya, susunan dan korelasinya, suatu kesatuan sistem filsafat, bersifat : organis, herarki piramida, saling mengisi dan mengkualifikasi.

Pancasila bersifat organis: setiap sila pancasila bersifat mutlak, saling berhubungan, bekerjasama & bergantung, tidak berdiri sendiri. Bersifat herarki berbentuk piramida : susunan pancasila sifat mutlak, tak dapat di bolak balik / di acak. Sila pertama mendasari sila kedua dan seterusnya. Herarki bentuk piramid hubungan kualitas & kuantitas urutan sila.
Susunan Bersifat

saling mengisi & mengkualifikasi : sila sila pancasila, saling menjiwai & di jiwai, mengisi & di isi, memancar & merefleksi.

4.

Noto nagoro, asal mula filsafat pancasila, penuhi sarat (kualita), empat (4) sebab menurut Aristotels : 1. Causa Material (asal mula material) azas kerokhanian & kebudayaan sendiri. 2. Causa formalis (asal mula bentuk) dalam sidang BPUPKI PPKI. 3. Causa effisien (asal mula karya) hasil kreasi seluruh warga bangsa melalui Faunding Fathers, prosesnya perdebatan & diskusi. Causa finalis (asal mula tujuan) sejak awal perdebatan hingga di sahkan 18 agustus 1945, tujuan pancasila : Dasar negara/ falsafah negara.

III.

DASAR DASAR FILSAFAT PANCASILA.

Pancasila sistem filsafat, tak hanya persoalkan kesatuan ke lima (5) sila silanya; juga kesatuan dasar masing masing sila sebagai suatu kesatuan filsafat. Dasar kesatuan sistem filsafat Pancasiala : 1. Dasar ontologi, 2. Dasar epistemologi, 3. Dasar aksiologi.
1.

Dasar Ontologi Pancasila. Ontologi Yunani onta : sungguh sungguh ada/ kenyataan sesungguhnya; logos : teori/ ilmu.

Ontologi : pelajari kebenaran/ kenyataan sesungguhnya, hingga bentuknya yang abstrak, kebenaran dibalik fakta.

Pancasial, 5 sila merupakan satu kesatuan dasar ontologi,


- hakekat manusia makhluk majemuk tunggal & dwi tunggal. Dasar ontologi pancasila dasar antropologi.

Subjek & pendukung inti pancasila : manusia. Yang berketuhanan, berkemanusiaan, berpersatuan, kerakyatan dan berkeadilan : manusia. Dalam filsafat negara, subjek pendukung pokok negara : rakyat, - manusia. Hakekat dasar ontologi/ antropologi sila sila pancasila : manusia Indonesia.

Subjek pendukung inti sila sila pancasila : manusia, ada hal hal mutlak : susunan kodrat jasmani & rochani, sifat kodrat individu & sosial, kedudukan kodrat pribadi mandiri & ciptaan Tuhan. berdasar kedudukan kodrat, sila Ketuhanan menjadi dasar sila sila lainya.
2. Dasar Epistemologi Pancasila.

Epistemologi yunani eptsteme : pengetahuan/ kebenaran; logos : teori/ ilmu. Epistemologi : mempelajari keabsahan/ kebenaran pancasila sebagai ilmu yang dapat dipertanggung jawabkan secara objektif ilmiah.

Sitem filsafat : sistem pengetahuan / ilmu. Pancasila (hidup seharian), pedoman, dasar dalam pandang realita alam, realita manusia, masyarakat, bangsa & negara; dan atasi problem hidup serta cari makna hidup. Pancasila sudah jadi sistem cita cita, kepercayaan (belief system) dalam hal praksis. Jadi landasan cara hidup manusia/ masyarakat, di berbagai bidang kehidupan. Filsafat pancasila menjilma jadi idiologi. Ada 3 unsur pemikat & perekat pendukung idiologi : 1) Logos : harus rasional/ nalar. 2) Patos : harus bisa dihayati/ rasa.

3) Etos : harus jadi kebiasaan / dibiasakan ada pada pendukungnya. (R. Abdulgani : 1986) Sistem filsafat pancasila, harus rasional sebagai suatu sistem ilmu pengetahuan, penuhi ciri ciri ilmu. Dasar epistemologi pancasila, tak dapat bedakan dari dasar ontologinya : manusia hakekatnya makhluk majemuk tunggal dan dwi Tunggal. Jika manusia : basic ontologi pancasila, implikasinya juga demikian dalam bangunan epistemologinya. Kebenaran ilmu pengetahuan : kebenaran rasio manusia. Ada 3 problem epistemologi pancasila : 1) Sumber pengetahuan manusia ; nilai nilai lama ada di masyarakat sendiri azas kerochanian & azas kebudayaan.

Teori kebenaran pengetahuan manusia ; pancasila akui kebenaran rasional bersumber akal manusia berdasarkan empiri. Tapi juga akui kebenaran intuisi. 3) Watak pengetahuan manusia; pancasila akui ilmu pengetahuan : tidak bebas value.
2) 3.

Dasar Aksiologi Pancasila. Aksiologi yunani axios : nilai; logos : teori/ ilmu. Aksiologi : cabang ilmu filsafat pelajari nilai. Prof. DR. Lasio, nilai : kata benda abstrak kebaikan (goodness), keberhargaan (worth). Sila sila pancasila : suatu kesatuan dasar aksiologi,

Nilai nilai itu satu kesatuan sistem, tidak berdiri


sendiri sendiri. Segala sesuatu realita : bernilai. Seperti apa nilaiya, bagaimana hubunganya dengan manusia, di tentukan titik tolak/ perspektif masing masing. Nilai tidak relatif & subjektif; tapi mutlak/ benar benar ada & objektif.

Bermacam macam telaah & penggolongan nilai :

a) Max Scheler, tinggi rendahnya nilai :


1. Nilai kenikmatan, (indrawi enak/ tidak). 2. Nilai kehidupan, (penting bagi hidup). 3. Nilai kejiwaan, (tak tergantung jasmani & ling-

kungan: n. Keindahan, n. Kebenaran & n. Pengetahuan murni). 4. Nilai kerochanian (modal suci, n. Pribadi). b) Notonagoro, nilai digolongkan jadi 3 : 1) Nilai material (berguna jasmani). 2) Nilai vital (untuk aktivitas/ kegiatan). 3) Nilai kerokhanian (berguna rokhani : nilai kebenaran, keindahan, kebaikan, religi). c) Plato, membagi nilai jadi 4 : 1. Nilai religi, 2. Nilai estetik, 3. Nilai moral,

4. Nilai intelektual.

Notonagoro, nilai pancasila : nilai kerokhanian, akui vital, dan nilai material. Nilai pancasila : nilai kerokhanian, mengandung nilai nilai lain secara lengkap & harmonis, meliputi nilai material, vital, kebenaran, kebaikan, keindahan dan nilai religius; sebagai kesatuan sistem dan herarkhi.

IV.

Hakekat Sila Sila Pancasila.


Sila sila dasar filsafat pancasila : suatu kesatuan sistem nilai. Setiap sila mengandung nilai berbeda dengan lainya, tapi merupan suatu kesatuan sistematis. Nilai yang terkandung di masing masing sila sbb.

1.

Ketuhanan Yang Maha Esa. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa memiliki makna/ nilai : a. Negara : perwujutan tujuan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Pelaksanaan & penyelenggaraan pemerintahan negara di seluruh aspeknya, harus sesuai & di jiwai nilai nilai Pancasila. b. Negara : jamin kebebasan & kemerdekaan setiap warga negara u/ memeluk agama, kepercayaan, jalankan ibadah sesuai keyakinan dan kepercayaanya kepada Tuhan Yang Maha Esa. Pelaksanaan hak dasar ini,

harus landasi sikap moral saling hormati, hargai & toleransi a/ umat beragama hakekat kedudukan manusia makhluk Tuhan Yang Maha Esa (dimensi vertikal). Indonesia : Monoteis. c. Negara : jamin hak azasi manusia Indonesia, setiap warga negara Indonesia wujut kebebasan & demokrasi. Implementasinya hurus di dasari sikap moral saling hormati & hargai hak hak orang lain, penuh rasa tanggung jawab. Kebebasan & demokrasi di dasarkan kedudukan manusia makhluk Tuhan YME.

d.

Sila Ketuhanan Yang Maha Esa : nilai tertinggi & mutlak bagi warga negara, bangsa dan negara Indonesia. Tuhan menurut bangsa dan negara Republik Indonesia : kausa Prima. Kebebasan & demokrasi harus di letakkan dalam kontek kedudukan manusia makhluk tuhan YME, di negara Indonesia tak ada tempat bagi faham ateisme.
e.

Kebebasan rasio / akal manusia Indonesia harus didasarka nilai ketuhanan (kausa Prima). Tidak ada ruang/ celah u/ kritik atas dasar logika/ rasio/ akal terhadap nilai Ketuhanan Yang Maha Esa. Tidak ada ruang bagi pemikiran bersifat sekuler di Indonesia.

Kemanusiaan yang adil dan beradab.

Nilai/ makna sila kemanusiaan antara lain : 1) Bersumber filosofi antropologis; hakekat kodrat manusia : susunan kodrat jasmani & rokhani, sifat kodrat individu & sosial, kedudukan kodrat pribadi mandiri & makhluk Tuhan. 2) Negara junjung tinggi harkat martabat manusia makhluk beradab. Kehidupan negara (seluruh aspek) harus di tujukan u/ mempertinggi, hargai & hormati harkat martabat & budi pekerti kemanusiaan. Manusia beradab: bermartabat & berbudaya

3. Manusia beradab, hakekatnya : manusia yang adail. Sila ke dua, manusia harus adil dalam hubunganya dengan diri sendiri, orang lain, masyarakat, bangsa, negara, pekerjaan/ profesi, keyakinan, hak hak dasar dll. (dimensi horisotal).

3.

Persatuan Indonesia.
Makna/ nilai terkandung sila ke tiga :
a. Negara : persekutuan hidup bersama dari berbagai suku, ras, golongan, agama, budaya dll. Negara : pengejawantahan sifat kodrat manusia dwi tunggal makhluk individu & sosial. Perbedaan : bawaan kodrat manusia & ciri khas bangsa Indonesia Bhineka.

Perbedaan jangan jadikan penyebab konfli/ permusuhan, merupakan sintesa persatuan dan kesatuan hidup bersama u/ wujutkan tujuan bangsa Tunggal Ika. b. Negara atasi paham golongan, suku, ras dsb; beri ruang/ wahana bagi tercapinya harkat martabat bangsa dan seluruh warga negara. Beri kebebasan tiap golongan, ras, suku dsb; untuk aktualisasikan potensi & ciri khasnya sesuai sifat kodrat makhluk Tuhan YME. Implementasinya harus dilandasi kesejajaran & kesederajadan, hindari dominasi & diskriminasi.

c. Sila Persatuan Indonesia, miliki nilai nasionalisme/ kebangsaan Indonesia, yang bersifat religius & humanis. Bermoral Ketuhanan dan Kemanusiaan, menjunjung tinggi harkat martabat sesuai kodrat manusia makhluk Tuhan. Nasionalisme Indonesia jauh dari chuvinisme, dan sifat primordialisme.

4.

Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan.


Sila ke empat mengandung nilai :

1.

Negara : perwujudan kehendak rakyat. Rakyat : sekelompok manusia makhluk Tuhan Yang Maha Esa, bersatu u/ realisasikan tujuan hidup bersama dalam suatu negara. Rakyat : subjek pokok negara & asal mula kekuasaan negara; harus jalankan demokrasi untuk kepentingan bersama. (demos : rakyat, kratos : kekuasaan)
Demokrasi, sila ke empat : Ada kebebasan, bertanggung jawab rakyat & Tuhan Yang Maha Esa.
2.

a)

b)
c)

Hormati & hargai harkat martabat rakyat/ manusia.


Jamin persatuan & kesatuan rakyat. d) Hargai perbedaan, utamakan kesejajaran & kesederajadan. Depankan musyawarah untuk mufakat.

e)

f)

Dasarkan keadilan dlm hidup bersama rakyat.

5.

Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Nilai sila ke lima :


1)

Keadilan harus terwujut dalam kehidupan seluruh rakyat Indonesia. Keadilan dilaksanan sesuai hakekat kodrat manusia majemuk tunggal & dwi tunggal. Adil dalam hubungan manusia dengan diri sendiri, sesama manusia, bangsa, negara dan Tuhan.

2)

Keadilan harus terealisasi dalam kehidupan rakyat seluruhnya :


A.

keadilan distributif ; keadilan dalam hungan negara warga negara. Negara harus penuhi keadilan dlm distribusikan kesejahteraan, bantuan, subsidi, kesempatan, peluang,fasilitas hak kewajiban.

B.

Keadilan legal / keadilan bertaat; keadilan dalam hubungan warga negara terhadap negara. Warga negara wajib penuhi keadilan, taati peraturan perundang - undangan yang berlaku dalam negara. C. Keadilan komutatif; keadilan dalam hubungan antara warga negara sesama warga negara secara timbal balik, hormati dan hargai hak hak orang lain sesama warga negara.

Jo Wo.

You might also like