You are on page 1of 25

1

EJAAN YANG DISEMPURNAKAN (EYD)


Lampiran I : Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Tanggal 27 Agustus 1975 No. 0196/U/1975

PEDOMAN UMUM EJAAN BAHASA INDONESIA YANG DISEMPURNAKAN

PRAKATA Sejak peraturan ejaan Melayu dengan huruf Latin ditetapkan pada tahun 1901 berdasarkan Ch. A. Van Ophuysen dalam bantuan Engku Nawawi gelar Soetan Mamoer dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim, penyempurnaannya telah berkali-kali diusahakan. Pada tahun 1938, selama Kongres Bahasa Indonesia yang pertama di Solo, misalnya disarankan agar ejaan Indonesia lebih banyak diinternasionalkan. Pada tahun 1947 Soewandi, Menteri Pengajaran, Pendidikan dan Kebudayaan pada masa itu, menetapkan Surat Keputusannya tanggal 19 Maret 1947, no 264.Bhg.A, Perubahan Ejaan Bahasa Indonesia dengan maksud membuat ejaan yang berlaku menjadi lebih sederhana. Ejaan yang baru itu oleh masyarakan diberi julukan Ejaan Republik. Beberapa usul yang diajukan oleh panitia menteri itu belum dapat diterima karena masih harus ditinjau lebih jauh lagi. Namun sebagai langkah pertama dalam usaha penyederhanaan dan penyelarasan ejaan dengan perkembangan bahasa, keputusan Soewandi pada masa pergolakan revolusi itu mendapat sambutan baik. Kongres Bahasa Indonesia kedua, yang diprakarsai Menteri Mohammad Yamin, diselenggarakan di Medan pada tahun 1954. Masalah Ejaan timbul lagi sebagai salah satu mata acara pertemuan itu. Kongres itu mengambil keputusan supaya ada badan yang menyusun peraturan ejaan yang praktis bagi bahasa Indonesia. Panitia yang dimaksud (Prijono-Katoppo, Ketua) yang dibentuk oleh Menteri Pengajaran, Pendidikan dan Kebudayaan dengan Surat Keputusannya tanggal 19 Juli 1956, No. 44876/S, berhasil merumuskan patokan-patokan baru pada tahun 1957, setelah bekerja sama seolama setahun.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

TIM MKCU BAHASA INDONESIA

2 Tindak lanjut perjanjian persahabatan antara Republik Indonesia dengan Persekutuan Tanah Melayu pada tahun 1959 antara lain berupa usaha mempersamakan ejaan bahasa kedua negara itu. Maka pada akhir tahun 1959 sidang perutusan Indonesia dan Melayu (Slamet Muljana-Syed Nasir bin Ismail, Ketua) menghasilkan konsep ejaan bersama yang kemudian dikenal dengan nama ejaan Melindo (Melayu-Indonesia). Perkembangan politik selama tahuntahun berikutnya mengurungkan peresmiannya. Sesuai dengan laju pembangunan nasional, Lembaga Bahasa dan Kesusasteraan yang pada tahun 1968 menjadi Lembaga Bahasa Nasional, dan akhirnya pada tahun 1975 menjadi Pusat Pembinaan dan Pemngembangan Bahasa, menyusun program pembakuan bahasa Indonesia secara menyeluruh. Di dalam hubungan ini Panitia Ejaan Bahasa Indonesia Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (A.M. Moeliono, Ketua) yang disyahkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Sarino Mangunpranoto, sejak tahun 1966 dalam Surat Keputusannya tanggal 19 September 1967, No. 062/1967, menyusun konsep yang merangkum segala usaha penyempurnaan yang terdahulu. Konsep itu ditanggapi dan dikaji oleh kalangan luas di seluruh tanah air selama beberapa tahun. Atas permintaan Ketua Gabungan V Komando Operasi Tertinggi (KOTI), rancangan peraturan ejaan tersebut dipakai sebagai bahan oleh team ahli bahasa KOTI yang dibentuk oleh Ketua Gabungan V KOTI dengan Surat Keputusannya Tanggal 21 Pebruari 1967, No,011/G-/II/1967 (S.W. RujatiMulyadi, Ketua) dalam pembicaraan mengenai ejaan dengan pihak Malaysia di Jakarta pada tahun 1967. Dalam komunike bersama yang dikeluarkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, Mashuri, dan Menteri Pelajaran Malaysia, Hussein Onn, pada tahun 1972, rancangan tersebut disetujui untuk dijadikan bahan dalam usaha bersama di dalam pengembangan bahasa nasional kedua negara. Setelah rancangan itu akhirnya dilengkapi di dalam Seminar Bahasa Indonesia di Puncak pada tahun 1972 dan diperkenalkan secara luas oleh sebuah panitia antar departemen (Ida Bagus Mantra, Ketua) yang ditetapkan dengan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tanggal 20 Mei 1972, No. 03/A.I/72, dengan nama Ejaan Yang Disempurnakan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menyebarkan buku kecil yang berjudul Pedoman

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

TIM MKCU BAHASA INDONESIA

3 Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan, sebagai patokan pemakaian ejaan itu. Karena penuntun itu perlu dilengkapi, maka Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, yang dibentuk oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan Surat Keputusan tanggal 12 Oktober 1972, No. 0156/P/1972 (Amran Halim, Ketua), menyusun buku Pedoman Umum ini yang berupa pemaparan kaidah yang lebih luas. Penyusunan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang

Disempurnakan ini telah dimungkinkan oleh tersedianya biaya Pelita II yang disalurkan melalui Proyek Pengembangan Bahasa dan Sastra Indonesia dsan Daerah, Departeman Pendidikan dan Kebudayaan (S.W. Rujiati Muljadi, Ketua). Kepada segenap instansi, kalangan masyarakat, dan perorangan yang telah memungkinkan tersusunnya Pedoman Umum ini disampaikan penghargaan dan terima kasih. Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayan Pembinaan dan Pengembangan

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

TIM MKCU BAHASA INDONESIA

4 I PEMAKAIAN HURUF A. Abjad Abjad yang digunakan dalam Bahasa Indonesia terdiri atas huruf yang berikut. Nama masing-masing disertakan disebelahnya. Huruf Nama Huruf Nama Huruf Nama A a B b C c D d E e F f G g H h I i a be ce de e ef ge ha i J j K k L l Mm N n O o P p Q q R r je ka el em en o pe ki er S s T t U u V v W w X x Y y Z z es te u fe we eks ye zet

B. Vokal A di depan di tengah di belakang E di depan di tengah di belakang I di depan di tengah di belakang O di depan di tengah di belakang U di depan di tengah di belakang api, arang, asam padi, nadi, garam lusa, buka, gula enak, eka, era setan, sedan, kereta tape, metode, sore isap, itu, intan simpan, situ, siram murni, rugi, bakmi oleh, orang, onta kota, nota, soda nako, baso, teko ulang, ujang, usang pulang, bumi, curi ibu, malu, tiru

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

TIM MKCU BAHASA INDONESIA

Catatan: Dalam pengajaran lafal kata dapat digunakan tanda aksen jika ejaan kata menimbulkan keraguan. Misalnya: Anak-anak bermain di teras rumah. Upacara itu dihadiri oleh pejabat teras pemerintah Pipinya memerah mendengar pengakuanku. Mang Ujang sedang memerah susu sapi.

C. Diftong Ai di depan di tengah di belakang Au di depan di tengah di belakang Oi di depan Di tengah Di belakang Catatan: Diftong yang dieja au, ai, oi dilafalkan sebagai vocal yang diikuti oleh bunyi konsonan luncuran w atau y. Jadi diftong bukanlah gabungan dua vocal. Istilah semivokal yang kadang-kadang dipakai untuk w dan y sudah menunjukkan keduanya bukan vocal. Bandingkanlah beda lafal antara harimau dengan menggulai (au dan ai di sini tergolong diftong, dengan mau dan menggulai the (au dan ai di sini, masing-masing merupakan deret dua vocal). kaidah pandai, sungai, gontai aula saudara harimau, silau, kerbau boikot amboi

D. Konsonan B di depan di tengah bahasa, beda, beras sebut, sebar, sahabat

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

TIM MKCU BAHASA INDONESIA

6 di belakang C di depan di tengah di belakang d di depan di tengah di belakang f di depan di tengah di belakang g di depan di tengah di belakang h di depan di tengah di belakang j di depan di tengah di belakang k di depan di tengah di belakang l di depan di tengah di belakang m di depan di tengah di belakang adab, azab, sebab cari, cara, cubit kaca, baca, arca dewan, desa, dara ada, nada, sabda abad, abjad, maksud fakir, fajar, firasat kafan, kafir, kufur maaf, salaf, saraf galau, garap, guna tiga, iga, sigap togog, bulog hari, hati, hansip saham, sohib, tahan tengah, lengah, megah jalan, jarak, jago saja, manja, baja kapok, karib, kilau paksa, laksa, jaksa bapak, parak, sepak lekas, lumpuh, larang alas, malas, jelas mual, kesal, janggal mual, maksud, malas kami, koma, nama kaum, diam, rajam

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

TIM MKCU BAHASA INDONESIA

di depan di tengah di belakang

nama, naksir, nira anak, kena, lena daun, sedan, teman pasang, pasung, parang apa, sepi, sapa siap, tegap, harap Quran, shodaqoh sidiq raih, rasa, ragam bara, nira, para putar, benar, besar sebar, sebut, silau besar, asli, aspal nafas, malas, majas tawa, tarik, tali mata, buta, bata rapat, penat, jabat vareasi, vaforit, vitamin lava, wanita, waktu, wasiat sewa, jawa, bawa moskow, kongkow, bungalow xenon, lexotan -

di depan di tengah di belakang

di depan di tengah di belakang

di depan di tengah di belakang

di depan di tengah di belakang

di depan di tengah di belakang

di depan di tengah di belakang

di depan di tengah di belakang

di depan di tengah di belakang

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

TIM MKCU BAHASA INDONESIA

8 y di depan di tengah di belakang z di depan di tengah di belakang yakin, yoga, saya, paying, baya zeni, zona, zaman lazim, ijazah -

E. Persukuan Setiap suku kata Indonesia ditandai oleh vocal. Vokal itu dapat didahului atau diikuti oleh konsonan. 1. Bahasa Indonesia mengenal empat macam pola umum suku kata: a. V b. VK c. KV d. KVK a-nak, i-tu, ba-u ar-ti, ma-in, om-bak ra-kit, ma-in, i-bu pin-tu, hi-tam, ma-kan.

2. Disamping itu Bahasa Indonesia memiliki pola suku kata berikut: a. KKV b. KKVK c. VKK d. KVKK e. KKVKK f. KKKV g. KKKVK pra-ja, sas-tra, in-fra blok, trak-tor, prak-tis eks, ons teks, pers, kon-teks kom-pleks stra-te-gi, in-stru-men struk-tur, in-struk-tur

3. Pemisahan suku kata pada kata dasar adalah sebagai berikut: a. Kalau di tengah kata ada dua vokal yang berurutan, pemisahan tersebut dilakukan di antara kedua vokal itu. Contoh: Ma-in, sa-at, bu-ah b. Kalau di tengah kata ada konsonan di antara dua vokal, pemisahan tersebut dilakukan sebelum konsonan itu. Contoh: a-nak, ba-rang, su-lit

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

TIM MKCU BAHASA INDONESIA

9 Karena ng, ny, sy, dank h melambangkan satu konsonan, gabungan huruf itu tidak pernah dipisahkan sehingga pemisahan suku kata terdapat sebelum atau sesudah pasangan huruf tersebut. Contoh: Sa-ngat, nyo-nya, i-sya-rat, a-khir, ang-ka, akh-lak c. Kalau di tengah kata ada dua konsonan yang berurutan, pemisahan tersebut terdapat di antara kedua konsonan itu. Contoh: Man-di, som-bong, swas-ta, d. Kalau di tengah kata ada tiga konsonan atau lebih, pemisahan tersebut dilakukan di antara konsonan pertama dan kedua. Contoh: In-stru-men, ul-tra, bang-krut, ben-trok 4. Imbuhan, termasuk awalan yang mengalami perubahan, bentuk, dan partikel yang biasanya ditulis serangkai dengan kata dasarnya dalam penyukuan kata dipisahkan sebagai satu kesatuan. Contoh: Ma-kan-an, ma-ma-nuh-i, mem-ban-tu, per-gi-lah. F. Nama Diri Penulisan nama sungai, gunung, jalan, dan sebagainya disesuaikan dengan ejaan yang disempurnakan. Nama orang, badan hukum, dan nama diri lain yang sudah lazim disesuaikan dengan Ejaan Yang Disempurnakan kecuali bila ada pertimbangan khusus.

II PENULISAN HURUF A. Huruf Besar atau Huruf Kapital 1. Huruf besar atau huruf capital dipakai sebagai huruf pertama pada awal kalimat. Contoh:

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

TIM MKCU BAHASA INDONESIA

10 Ada gula, ada semut. Kita harus bekerja keras. Mahasiswa teknik Industri sedang praktik di laboratorium. 2. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam petikan langsung. Contoh: Adik bertanya,Kapan kita pulang? Bapak Guru menasehati kami,Kalian harus rajin belajar. Selamat menempuh hidup baru, semoga kalian berbahagia selalu, kata Pak Kades kepada kedua mempelai. 3. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan hal-hal keagamaan, kitab suci, dan nama Tuhan, termasuk kata gantinya. Contoh: Allah Yang Mahakuasa Yang Maha Pengasih Al Quran Alkitab Weda Islam Kristen Tuhan akan menunjukkan jalan yang benar kepada hamba-Nya. Bimbinglah hamba-Mu, ya Tuhan, ke jalan yang Engkau beri rahmat. 4. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama gelar kehormatan, keturunan dan keagamaan yang diikuti nama orang. Contoh: Haji Agus Salim Imam Syafii Mahaputra Yamin Nabi Ibrahim Sultan Hasanuddin

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

TIM MKCU BAHASA INDONESIA

11 Tetapi perhatikan penulisan berikut: Hasanuddin, sultan Makasar, diberi gelar sebagai Ayam Jantan dari Timur. 5. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang. Contoh: Gubernur Ali Sadikin Laksamana Muda Udara Husein Sastra Negara Menteri Adam Malik Perdana Menteri Nehru Profesor Supomo Tetapi perhatikan penulisan berikut: Siapakah gubernur yang baru dilantik itu? Brigadir Jendral Ahmad Basuki baru dilantik menjadi mayor jendral. 6. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama orang. Contoh: Amir Hamzah Dewi Sartika Halim Perdana Kusumah Wage Rudolf Supratman 7. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa. Contoh: Bangsa Indonesia Suku Sunda Bahasa Inggris Tetapi perhatikan tulisan berikut: Mengindonesiakan kata-kata asing Keinggris-inggrisan

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

TIM MKCU BAHASA INDONESIA

12 8. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah. Contoh: Tahun Hijrah Tarikh Masehi Bulan Agustus Bulan Maulud Hari Jumat Hari Galungan Hari Lebaran Hari Natal Perang Candu Proklamasi Kemerdekaan Tetapi perhatikan penulisan berikut: Memproklamasikan kemerdekaan. 9. Huruf besar atau huruf capital dipakai sebagai huruf pertama nama khas dalam geografi. Contoh: Asia Tenggara Banyuwangi Bukit Barisan Cirebon Danau Toba Gunung Semeru Jalan Diponegoro Jazirah Arab Kali Brantas Selat Lombok Tanjung Harapan Teluk Benggala Terusan Suez Tetapi perhatikan penulisan berikut: berlayar ke teluk mandi di kali

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

TIM MKCU BAHASA INDONESIA

13 menyeberangi selat pergi kea rah barat 10. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama badan resmi, lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi. Contoh: Departeemen Pendidikan dan Kebudayaan Dewan Perwakilan Rakyat Kerajaan Iran Majelis Permusyawaratan Rakyat Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tetapi perhatikan penulisan berikut: menurut undang-indang dasar kita pemerintahan republik itu 11. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata dalam nama buku, majalah surat kabar, dan judul karangan, kecuali kata partikel seperti di, ke, dari, untuk, dan, yang, yang tidak pada posisi awal kalimat. Contoh: Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma Pelajaran Ekonomi untuk Sekolah Lanjutan Atas Salah Asuhan Ronggeng Dukuh Paruk Sri Sumarah dan Bawuk Di Bawah Lindungan Kabah

12. Huruf besar atau kapital dipakai dalam singkatan nama gelar dan sapaan. Contoh: Dr. Ir. M.A. Doktor Insinyur Master of Art

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

TIM MKCU BAHASA INDONESIA

14 Ny. Prof. Sdr. S.E. S.H. S.S. Tn. dr. Nyonya Profesor Saudara Sarjana Ekonomi Sarjana Hukum Sarjana Sastra Tuan Dokter

13. Huruf besar atau kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan, seperti Bapak, Ibu, Saudara, Kakak, Adik, dan Paman yang dipakai sebagai kata ganti atau kata sapaan. Contoh: Kapan Bapak berangkat? Itu apa, Bu? Surat Saudara sudah saya terima Besok Paman akan dating Silakan duduk, Dik! Mereka pergi ke rumah Pak Camat. Para Ibu mengunjungi rumah Ibu Hasan Catatan: Huruf besar atau huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan yang tidak dipakai sebagai kata ganti atau kata sapaan. Contoh: Kita harus menghormati bapak dan ibu kita. Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga. Semua camat di wilayah kabupaten itu hadir.

B. Huruf Miring Huruf miring dalam penulisan dipakai untuk: 1. Menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam karangan. Contoh:

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

TIM MKCU BAHASA INDONESIA

15 Majalah Bahasa dan Kesusasteraan Negarakertagama karangan Empu Prapanca Surat kabar Suara Merdeka 2. Menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, atau kelompok kata. Contoh: Bab ini tidak membicarakan penulisan huruf besar Buatlah kalimat dengan kata lepas tangan Huruf pertama dalam kata abjad adalah a 3. Menuliskan kata nama-nama ilmiah, atau ungkapan asing kecuali yang telah disesuaikan ejaannya. Contoh: Apakah tidak sebaiknya kita menggunakan kata penataran untuk kita up-grading? Buah manggis nama ilmiahnya ialah Garnicia mangostana Weltanschauung antara lain diterjemahkan menjadi pandangan dunia. Catatan: Dalam tulisan tangan, huruf atau kata yang akan dicetak miring diberi satu garis di bawahnya.

III. A. Kata Dasar

PENULISAN KATA

Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan. Contoh: Ibu percaya engkau tahu hal itu. Kantor pajak penuh sesak. Buku itu baru terbit. B. Kata Turunan 1. Imbuhan (prefiks, infiks, dan sufiks) ditulis serangkai dengan kata dasarnya. Contoh:

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

TIM MKCU BAHASA INDONESIA

16 bergeletar dibiayai diperlebar mempermainkan menengok 2. Prefiks dan sufiks ditulis serangkai dengan kata yang langsung Contoh: Bertepuk tangan Garis bawahi Menganak sungai Sebar luaskan 3. Kalau bentuk dasarnya berupa gabungan kata dan sekaligus mendapat awalan dan akhiran, maka kata-kata itu ditulis serangkai. Contoh: memberitahukan mempertanggungjawabkan dilipatgandakan penghancurleburan 4. Kalau salah satu untur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, maka gabungan kata itu ditulis serangkai. Contoh: amoral antarkota antikomunis bikarbonat caturtunggal dasawarsa demoralisasi dwiwarna ekawarsa ekstrakurikuler infrastruktur mengikuti atau mendahuluinya kalau bentuk dasarnya berupa gabungan kata.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

TIM MKCU BAHASA INDONESIA

17 inkonvensional internasional introspeksi kolonialisme kontrarevolusi kosponsor mahasiswa monoteisme multilateral nonkolaborasi pancasila poligami prasangka purnawirawan reinkarnasi saptakrida semiprofesional subseksi swadaya telepon transmigrasi tritunggal tunanetra ultramodern Catatan: i. Bila bentuk terikat tersebut diikuti kata yang huruf awalnya huruf besar, di antara kedua unsur itu dituliskan tanda hubung (-). Contoh: Non-Indonesia Non-Islam ii. Maha sebagai unsur kata ditulis serangkai, kecuali jika diikuti oleh kata yang bukan kata dasar. Contoh: Di daerahnya ia benar-benar mahakuasa

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

TIM MKCU BAHASA INDONESIA

18 Marilah kita bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih. Semoga Tuhan Yang Mahaesa memberkahi usaha anda.

C. Kata Ulang Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung. Contoh: anak-anakan berjalan-jalan boro-biri buku-buku centang-perentang dibesar-besarkan gerak-gerik hati-hati huru-hara kuda-kuda kupu-kupu kura-kura laba-laba lauk-pauk mata-mata menulis-nulis mondar-mandir porak-poranda ramah-tamah sayur-marur sia-sia terus-menerus tunggang-langgang undang-undang

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

TIM MKCU BAHASA INDONESIA

19 D. Gabungan Kata 1. Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, bagian-bagiannya umumnya ditulis terpisah. Contoh: duta besar kambing hitam kereta api cepat luar biasa mata pelajaran meja tulis model linier orang tua persegi panjang rumah sakit umum simpang empat 2. Gabungan kata, termasuk istilah khusus yang mungkin menimbulkan salah baca, dapat diberi tanda hubung untuk menegaskan pertalian di antara unsur yang bersangkutan Contoh: alat pandang-dengar anak-istri buku sejarah-baru dua-sendi ibu-bapak watt-jam 3. Gabungan kata yang sudah dianggap sebagai satu kata ditulis serangkai. Contoh: akhirulkalam alhamdulillah apabila bagaimana barangkali bilamana bismillah bumiputra

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

TIM MKCU BAHASA INDONESIA

20 daripada halalbihalal hulubalang kepada manakala matahari padahal paramasastra peribahasa sekaligus sendratari silaturahmi syahbandar wasalam E. Kata Ganti Kata ganti ku dan kau ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya; ku, mu, dan nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Contoh: Apa yang kumiliki boleh kauambil Bukuku, bukumu, dan bukunya tersimpan di perpustakaan F. Kata Depan Kata depan di, ke dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali di dalam gabungan kata yang sudah dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan daripada. Contoh: Adiknya pergi ke luar negeri Bermalam sajalah di sini. Di mana ada Siti, di situ ada Sidin Ia ikut terjun ke tengah kancah perjuangan Kain itu terletak di dalam lemari. Ke mana saja ia selama ini? Kita perlu berpikir sepuluh tahun ke depan. Mari kita berangkat ke pasar. Mereka ada di rumah.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

TIM MKCU BAHASA INDONESIA

21 Saya pergi ke sana-sini mencarinya. Perhatikanlah penulisan berikut: Jangan mengesampingkan persoalan yang penting itu. Kami percaya sepenuhnya kepadanya. Ia keluar sebentar. Kemarikan buku itu. Si Amin lebih tua daripada si Ahmad. Semua orang terkemuka di desa itu hadir dalam pesta kenduri. Surat perintah itu dikeluarkan di Jakarta pada tanggal 11 Maret 1966. G. Kata Sandang Kata sandang si dan sang di tulis terpisah dari kata yang mengikutinya. Contoh: Harimau itu marah sekali kepada sang Kancil. Surat itu dikirim kembali kepada si pengirim. H. Partikel 1. Partikel lah, kah, dan tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Contoh: Apakah yang tersirat dalam surat itu? Bacalah buku itu baik-baik. Jakarta adaalah ibu kota Republik Indonesia. Siapakah gerangan dia? 2. Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya. Contoh: Apa pun yang dimakannya, ia tetap kurus. Hendak pulang pun, sudah tak ada kendaraan. Jangankan dua kali, satu kali pun engkau belum pernah datang ke rumahku. Jika ayah perhi, adik pun ingin pergi. Kelompok kata yang berikut, yang sudah dianggap padu benar, ditulis serangkai: adapun, andaipun, ataupun,

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

TIM MKCU BAHASA INDONESIA

22 bagaimanapun, Contoh: Adapun sebab-sebabnya belum diketahui. Bagaimanapun juga akan dicobanya menyelesaikan tugas itu. Baik para mahasiswa maupun mahasiswi ikut berdemonstrasi. Sekalipun belum memuaskan, hasil pekerjaannya dapat dijadikan pegangan. Walaupun ia miskin, ia selalu gembira. 3. Partikel per yang berarti mulai, demi dan tiap ditulis terpisah dari bagian-bagian kalimat yang mendampinginya. Contoh: Harga kain itu Rp 2.000,00 per helai Mereka masuk ke dalam ruangan satu per Satu. Pegawai negeri mendapat kenaikan gaji per 1 April. biarpun, kalaupun, maupun, meskipun,

sungguhpun, walaupun.

I.

Angka dan Lambang Bilangan 1. Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor. Di dalam tulisan lazim digunakan angka Arab dan angka Romawi. Pemakaiannya diatur lebih lanjut sebagai berikut: Angka Arab Angka Romawi : 0,1,2,3,4,5,6,7,8,9 : I,II,III,IV,V,VI,VII,VIII,IX,X L(50),C(100),D(500), M(1000) V(5000), MM (1000.000) 2. Angka digunakan untuk menyatakan: 9A) ukuran panjang, berat, isi. (b) satuan waktu, dan (c) nilai uang. Contoh: a. 10 liter beras 4 meter persegi 0,5 centimeter 10 persen b. 1 jam 20 menit

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

TIM MKCU BAHASA INDONESIA

23 Pukul 15.00 Tahun 1928 c. Rp 5.000,00 US $ 3.50 Y 100 2.000 rupiah 50 dolar Amerika 10 pon Inggris 100 yen 3. Angka lazim dipakai untuk menandai nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar pada alamat. Contoh: Jalan Tanah Abang No. 15 Hotel Indonesia Kamar 169 4. Angka digunakan jugu untuk menomori karangan atau bagiannya. Contoh: Bab X, pasal 5, halaman 252 Surat Yasin: 9 5. Penulisan lambing bilangan dengan huruf dilakukan sebagaiberikut: a. Bilangin utuh: 12 22 222 3 2/3 1/100 1% 1,2 dua belas dua puluh dua dua ratus duapuluh dua setengah tiga perempat tiga dua pertiga seperseratus satu persen satu dua persepuluh

b. Bilangan pecahan:

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

TIM MKCU BAHASA INDONESIA

24 6. Penulisan kata bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: Contoh: Paku Buwono X Paku Buwono ke-10 Paku Buwono kesepuluh Bab II Bab ke-2 Bab kedua 7. Penulisan kata bilangan yang mendapat akhiran an, mengikuti cara berikut: Contoh: Tahun 50-an Uang 5000-an Lima uang 1000-an 8. Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata, ditulis dengan huruf, kecuali jika beberapa lambing bilangan dipakai secara berurutan, seperti dalam perincian dan pemaparan. Contoh: Amir menonton drama itu sampai tiga kali. Ayah memesan tiga ratus ekor ayam. Di antara 72 anggota yang hadir 52 orang setuju. 9. Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu susunan kalimat diubah sehingga bilangan yang tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata, tidak terdapat lagi pada awal kalimat. Contoh: Lima belas orang tewas dalam kecelakaan itu. Pak Darmo mengundang 250 orang tamu. 10. Angka yang menunjukkan bilangan bulat yang besar dapat dieja untuk sebagian supaya mudah dibaca. Contoh:

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

TIM MKCU BAHASA INDONESIA

25 Perusahaan itu baru saja mendapat pinjaman 250 juta rupiah. 11. Kecuali di dalam dokumen resmi, seperti akta dan kuitansi, bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks. Contoh: Kantor kami mempunyai dua puluh orang pegawai. Di lemari itu tersimpan 800 buku dan majalah. 12. Kalau bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya harus tepat. Contoh: Saya lampirkan tanda terima sebesar Rp 999,00 (sembilan ratus sembilan puluh sembilan rupiah) Saya lampirkan tanda terima sebesar 999 (sembilan ratus sembilan puluh sembilan) rupiah.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

TIM MKCU BAHASA INDONESIA

You might also like