You are on page 1of 12

1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Cegukan merupakan gejala yang lazim terjadi pada setiap orang, mulai dari anak-anak sampai orang tua. Hal ini terlihat sepele, namun bila sudah berlangsung lama, menunjukkan ada sesuatu yang tidak beres dalam tubuh. Karena tidak hanya menyangkut tenggorokan, tetapi juga organ-organ lain diantaranya otot-otot diafragma, katup di tenggorokan dan susunan saraf pusat (otak) serta saraf tepi. Cegukan dalam bahasa medisnya disebut Hiccup, disebabkan oleh kontraksi sekat rongga tubuh atau kerap disebut diafragma, yang terjadi secara mendadak. Kontraksi ini menimbulkan tarikan napas yang diakhiri secara refleks oleh tertutupnya lubang di antara kedua pita suara. Tarikan napas akibat tertutupnya lubang tersebut menimbulkan suara khas waktu cegukan yaitu hik. Kejadian ini dapat timbul satu kali, dapat pula berupa rangkaian yang tidak dapat dikendalikan. Cegukan terlama tercatat di The Guinness World Records dipegang oleh Charles Osborne (1894-1991) dari Anthon, Iowa, Amerika Serikat. Cegukan tersebut dimulai pada tahun 1922 dengan frekuensi 40 kali per menit, melambat menjadi 20 kali dan akhirnya berhenti pada bulan februari 1990, dengan total waktu selama 68 tahun.

1.2 Tujuan Secara keseluruhan referat ini bertujuan : 1) Untuk mengetahui proses terjadinya singultus (cegukan). 2) Meningkatkan kecerdasan dan kemampuan berfikir secara cermat, abstrak, rasional dan kritis. 3) Sebagai salah satu tugas untuk memenuhi persyaratan mengikuti ujian akhir blok (UAB).

1.3

Manfaat a) Agar bisa mengetahui hubungan antara sistem persarafan dengan pernapasan. b) Agar bisa mengetahui mekanisme terjadinya singultus (cegukan).

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Definisi Singultus (Cegukan) Cegukan atau hiccup yang istilah medisnya singultus adalah kontraksi tiba-tiba yang tidak disengaja pada diafragma dan umumnya terjadi berulangulang setiap menitnya. Istilah hiccup muncul dan digunakan orang untuk menirukan suara yang dikeluarkan saat cegukan (hik..hik..). Sedangkan nama lainnya, yaitu singultus berasal dari bahasa latin singult yang berarti menarik nafas saat seseorang sedang terisak-isak. Sedangkan pengertian Hiccup menurut kamus kedokteran Dorland adalah bunyi inspirasi napas yang tajam disertai spasme glotis dan diafragma. (Nuswantary Diah, 1998). Christian Straus dan kawan-kawan dari Kelompok Penelitian Pernapasan Universitas Calgary Kanada mengatakan bahwa cegukan adalah sisa-sisa evolusi kita dari pernapasan amfibi; amfibi seperti katak menelan udara dan air lewat refleks motorik sederhana yang terwariskan pada cegukan mamalia. Dalam mendukung gagasan ini, mereka mengamati kalau jalur motorik yang memungkinkan cegukan dari perkembangan janin awal sebelum jalur motorik yang memungkinkan ventilasi paru normal terbentuk. Karenanya menurut teori rekapitulasi, cegukan adalah anteseden evolusioner dari respirasi paru modern. National Library of Medicine, Amerika Serikat menyatakan bahwa cegukan terjadi ketika diafragma atau otot di bawah paru-paru bergerak spontan tanpa diinginkan. Gerakan ini membuat pita suara menutup secara tiba-tiba dan memicu bunyi cegukan. Secara umum cegukan akan menghilang dengan sendirinya dalam waktu beberapa menit. Namun, tidak jarang juga ada orang yang cegukan berhari-hari. Gejala hiccups (cegukan) merupakan suara khas yang disebabkan oleh kontraksi otot-otot inspirasi yang dihentikan secara mendadak oleh penutupan glotis. Serangan cegukan yang berlangsung singkat dapat

disebabkan oleh distensi lambung, perubahan mendadak suhu lingkungan atau perubahan emosional, meminum alkohol dan merokok berlebihan. Sedangkan, cegukan yang menetap dapat menandai penyakit serius di baliknya seperti lesi structural atau infeksi pada sistem saraf pusat, iritasi diafragma oleh tumor atau proses inflamasi, gangguan metabolik, lesi vaskuler, proses intra abdominal ataupun infeksi sistemik. Selain itu berbagai obat, termasuk barbiturat dan sedatif, anestesi umum dan faktor psikogenik dapat menyebabkan cegukan. Cegukan terjadi 4-60 kali per menit sampai sejumlah tertentu. Biasanya, ini lebih sedikit dari 4 atau lebih dari 30. Frekuensi relatif konstan untuk individu tertentu dan berbanding terbalik dengan PCO. Kenyaringan dan kecepatan dari cegukan tidak berhubungan. Cegukan lebih sering terjadi pada malam hari dan akan terus terjaga selama beberapa jam. Cegukan terjadi paling sering pada paruh pertama dari siklus haid, terutama di beberapa hari sebelum menstruasi, dan penurunan nyata selama kehamilan. Cegukan intrauterin janin fisiologis mulai terjadi pada 28 minggu setelah konsepsi dan cenderung berlangsung selama lima hingga sepuluh menit. Cegukan ini adalah bagian dari perkembangan janin dan berasosiasi dengan myelinasi syaraf Frenik (yang mengendalikan diafragma). Secara keseluruhan insiden dari cegukan adalah sama antara pria dan wanita. Namun cegukan berlarut-larut dan keras terjadi lebih sering pada pria (82% dari kasus). Cegukan terjadi pada usia berapa pun dan di dalam rahim. Bayi prematur menghabiskan hingga 2,5% dari waktu mereka cegukan. Meskipun cegukan terjadi lebih sering dengan bertambahnya umur, cegukan keras lebih sering terjadi pada kehidupan dewasa. Wanita mengembangkan cegukan lebih sering pada masa dewasa awal dibandingkan laki-laki pada usia yang sama.

2.2 Klasifikasi Cegukan Ada dua jenis cegukan yaitu cegukan yang bersifat ringan dan cegukan yang bersifat tetap/permanen. 1. Cegukan yang bersifat ringan Cegukan ini hanya berlangsung selama 1 2 jam saja. Penyebab paling sering pada kategori ini karena adanya regangan pada lambung. Selain itu, juga karena perubahan cuaca mendadak (misalnya dari dingin ke panas atau sebaliknya), makan tergesa-gesa, makan makanan yang terlalu panas atau dingin, meminum minuman beralkohol atau berkarbonasi, merokok terlalu banyak dan mengalami stres. 2. Cegukan yang bersifat tetap/permanen (persistance) Cegukan jenis ini biasanya terjadi terus-menerus, tidak hanya berhari-hari tetapi bisa berbulan-bulan. Dan dikatakan sebagai cegukan menetap apabila cegukan tidak sembuh dua hari dua malam (48 jam). Cegukan jenis ini merupakan gejala adanya gangguan di otak (misalnya gejala tumor di batang otak), gejala stroke (pada penderita stroke sering timbul cegukan), infeksi di susunan saraf pusat (otak), adanya herpes di dada sehingga mengganggu saraf tepi, selain itu juga karena gangguan metabolik seperti pada penderita diabetes atau penderita kelainan ginjal karena uremia. Juga karena gangguan elektrolit (kurang kalium), termasuk pengaruh obat-obatan seperti steroid atau obat tidur.

2.3 Penyebab Terjadinya Cegukan Menurut analisa medis, terjadinya cegukan melibatkan refleks pada saraf frenikus dan saraf vagus yang ada di daerah diafragma (otot pernapasan utama yang terletak antara dada dan perut). Penyebab cegukan yang bersifat sementara biasanya adalah makan terlalu cepat, minum air dingin sesaat setelah makan makanan panas, makan makanan yang sangat panas atau pedas, tertawa atau batuk terlalu keras, banyak menelan udara, kelebihan minuman beralkohol, merokok dan stress.

Cegukan pada orang dewasa disebabkan oleh ketidakseimbangan elektrolit tubuh (hipokalemia atau hiponatremia). Cegukan ini dapat dihentikan dengan meminum cairan karbonasi yang mengandung garam untuk menormalkan keseimbangan kalium-natrium dalam sistem syaraf. Minuman ringan bersoda dapat meredakannya. Walau begitu, minuman bersoda justru dapat menimbulkan cegukan bagi orang yang tidak mengalami cegukan sebelumnya, karena menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit. Selain minuman bersoda, air garam juga dapat mengurangi atau menghilangkan cegukan. Cegukan yang sangat panjang, dapat mencapai bertahun-tahun,

kemungkinan disebabkan tumor di wilayah otak, terutama daerah yang mengendalikan aktivitas vaskuler. Kasus ini ditemukan pada Briton Christopher Sands. Ketika 2/3 tumor di angkat, cegukan lenyap. Iritasi pada saraf vagus dan frenikus merupakan penyebab tersering. Benda asing yang ada di daerah telinga juga dapat menjadi penyebab cegukan karena ada salah satu cabang saraf vagus di daerah tersebut. Kelainan pada tenggorokan seperti peradangan dan tumor di daerah leher juga dapat menstimulasi serabut saraf yang ada di daerah tersebut, yang juga merupakan cabang saraf vagus. Cegukan dapat pula disebabkan karena tekanan saraf frenik oleh struktur anatomi yang lain atau karena tumor dan penyakit ginjal lainnya, meski hal ini jarang terjadi. American Cancer Society melaporkan bahwa 30% pasien kemoterapi menderita cegukan sebagai efek samping perlakuan. Berbagai kelainan diafragma juga bisa mendasari timbulnya cegukan, seperti misalnya hernia hiatus, reflux gastroesofagus, abses subfenikus, serta manipulasi diafragma selama pembedahan. Penyebab lainnya lagi yang juga mungkin adalah penyakit sistim saraf pusat yang mengganggu refleks cegukan, bisa berupa infeksi, tumor maupun kelainan pembuluh darah. Kondisi uremia (meningkatnya kadar ureum dalam darah) yang dialami pasien gagal ginjal juga dapat jadi penyebab. Selain itu faktor psikogenik pun perlu dipertimbangkan.

Kadar karbon dioksida yang tinggi dalam darah akan menekan aktivitas saraf di otak yang bertanggungjawab atas terjadinya cegukan.

2.4 Mekanisme Terjadinya Cegukan Pada cegukan, gangguan tersebut berupa spasme. Ketika spasme terjadi, diafragma secara tiba-tiba akan bergerak ke bawah. Hal ini akan diikuti dengan masuknya udara ke dalam paru-paru dan menutupnya klep tenggorokan (epiglotis) secara tiba-tiba. Proses inilah yang menimbulkan suara cegukan. Iritasi dari salah satu saraf dapat menyebabkan diafragma (lembaran tebal struktur bawah paru-paru yang digunakan untuk menyebabkan vakum di paru-paru pada saat respirasi) untuk menjalani kontraksi tidak disengaja dan hal itu menyebabkan tertariknya udara ke dalam paru-paru. Sehingga

terjadinya penutupan klep tenggorokan yang menimbulkan suara hik. Normalnya, saat kita menarik napas, otot-otot diafragma akan turun dan saat itu pula katup tenggorokan terbuka, sehingga udara yang menekan ke atas tidak akan bunyi. Akan tetapi pada cegukan, saat menarik napas terjadi kontraksi pada otot diafragma dan otot-otot antar tulang iga. Akibatnya, keduanya akan naik. Pada saat bersamaan, epiglotis (katup/klep di tenggorokan) pun tertutup, sehingga udara dari diafragma yang naik ke atas akan menekan klep ini. Akibatnya,terjadilah cegukan. Tertutupnya katup atau epiglotis ini terjadi karena adanya gangguan di lengkung refleks, yaitu pada susunan saraf pusat dan tepi. Kedua saraf ini mengatur jalan pernafasan pada tubuh manusia agar berjalan lancar. Tertutupnya klep ini bukan merupakan kelainan susunan saraf pusat atau saraf tepi, namun merupakan respon dari keduanya yang terganggu. Oleh karena saraf tepi berukuran panjang dan berhubungan dengan organorgan di dalam tubuh, maka terkadang aktivitasnya terganggu oleh penyakit yang serius. Sehingga, cegukan dapat pula menjadi gejala adanya radang di perut, penyakit di ginjal, masalah hati atau tumbuhnya tumor di leher yang

mengganggu saraf, yang kemudian mengirim respon sehingga muncullah cegukan. Gambar 1.1 Mekanisme Cegukan

Gambar 1.2 Glotis pada posisi terbuka dan tertutup

Gambar 1.1 a. b.c. Gambar mekanisme cegukan

2.5 Pengobatan Cegukan Untuk menghentikan kecegukan bisa dilakukan tindakan berikut: 1) Minum segelas air, hal ini disebabkan karena lokasi saluran pencernaan berdekatan dalam saluran udara. Jika kita memasukkan sedikit air ke dalam saluran pencernaan sebelum mencapai lambung ke kerongkongan itu menunjukkan beberapa kontraksi ritmik yang disebut peristaltik. Karena posisi tenggorokan berdampingan dengan trakea sehingga dapat membuka dan cegukan dikendalikan. 2) Tahan napas kemudian menghitung secara perlahan. Pada hitungan ke sepuluh baru lepaskan napas. Karena dengan menahan nafas maka kadar karbondioksida dalam darah meningkat sehingga kecegukan berhenti. 3) Bernapas pada kantong yang terbuat dari kertas beberapa kali. Tiup dan hirup sebanyak 10 kali dengan cukup kuat sampai wajah memerah. Lakukan dengan cepat dan usahakan kantong kertas tertutup rapat sehingga tidak ada udara yang masuk ke dalamnya. Jadi udara yang dihirup adalah udara yang banyak mengandung karbondioksida. 4) Makan satu sendok teh gula pasir kering dapat menghentikan cegukan dalam beberapa menit. Diduga, gula dalam mulut akan mengirimkan sinyal melalui serabut saraf yang akan mengganggu lengkung refleks cegukan. 5) Menahan air dalam mulut sampai mulut mengembung dalam posisi berdiri tegak. Kemudian menunduk pelan-pelan (seperti hendak mencium lutut, air masih ditahan di mulut), selanjutnya sambil menelan air perlahan-lahan seirama badan sedikit demi sedikit ditegakkan kembali. Saat badan tegak air dalam mulut sudah tertelan habis. 6) Tidur berbaring dengan kedua lutut ditekuk ke arah perut. Lakukan beberapa saat hingga cegukan hilang. 7) Membungkuk sampai jari tangan dapat menyentuh ibu jari kaki selama 60 menit. 8) Peganglah lidah dengan jempol dan jari telunjuk Anda dan tariklah ke depan secara perlahan.

10

Kecegukan yang bersifat menetap memerlukan pengobatan yang lebih intensif. Obat-obat yang digunakan adalah skopolamin, proklorperazin, klorpromazin, baklofen, metoklopramid, valproat dan antikonvulsan (fenitoin, asam valproat, carbamazepin). Juga obat lain seperti quinidine, amitriptilin dan marijuana. Penggunaan obat-obatan ini harus dengan petunjuk dokter, sebab obat-obatan tersebut memiliki efek samping yang perlu diwaspadai. Bila dengan obat-obatan cegukan tetap bertahan juga, dapat pula menggunakan anestesi dengan ventilasi tekanan positif dan pelumpuh otot dilaporkan dapat menghentikan cegukan. sebagai senjata terakhir yang dapat dilakukan adalah tindakan pembedahan menghancurkan atau memblok

nervus frenikus juga telah dilakukan pada beberapa kasus cegukan yang tidak teratasi dengan berbagai cara.

11

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Hiccups (cegukan) merupakan suara khas yang disebabkan oleh kontraksi otot-otot inspirasi yang dihentikan secara mendadak oleh penutupan glotis. Serangan cegukan yang berlangsung singkat dapat disebabkan oleh distensi lambung, perubahan mendadak suhu lingkungan atau perubahan emosional, meminum alkohol dan merokok berlebihan. Sedangkan, cegukan yang menetap dapat menandai penyakit serius di baliknya seperti lesi structural atau infeksi pada sistem saraf pusat, iritasi diafragma oleh tumor atau proses inflamasi, gangguan metabolik, lesi vaskuler, proses intra abdominal ataupun infeksi sistemik. Selain itu berbagai obat, termasuk barbiturat dan sedatif, anestesi umum dan faktor psikogenik juga dapat menyebabkan cegukan. Cegukan terjadi pada usia berapa pun dan di dalam rahim. Bayi prematur menghabiskan hingga 2,5% dari waktu mereka cegukan. Meskipun cegukan terjadi lebih sering dengan bertambahnya umur, cegukan keras lebih sering terjadi pada kehidupan dewasa. Wanita mengembangkan cegukan lebih sering pada masa dewasa awal dibandingkan laki-laki pada usia yang sama. Cegukan terdiri dari dua jenis yaitu cegukan yang bersifat ringan dan cegukan yang bersifat tetap/permanen. Cegukan yang bersifat ringan dapat diobati diantaranya dengan minum segelas air, menahan nafas dan bernafas di dalam kantong kertas. Sedangkan cegukan yang bersifat tetap memerlukan pengobatan yang lebih intensif. Obat-obatan yang digunakan adalah skopolamin, proklorperazin,

klorpromazin, baklofen, metoklopramid dan valproat.

12

3.2 Saran Cegukan bisa terjadi kapan saja dan pada semua usia baik anak-anak maupun dewasa. Jika kita terkena cegukan maka dengan segera lakukan pengobatan karena cegukan yang berlanjut bisa berakibat fatal. Untuk menghindari kecegukan maka biasakanlah untuk tidak makan makanan besar, tidak minum minuman berkarbonasi atau alkohol dan menghindari perubahan suhu mendadak.

You might also like