You are on page 1of 37

BUPATI SUMENEP

PERATURAN BUPATI SUMENEP NOMOR : 1 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMENEP NOMOR 21 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENCALONAN, PEMILIHAN, PENGANGKATAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA

BUPATI SUMENEP, Menimbang : bahwa dalam rangka kelancaran pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Sumenep Nomor 21 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pencalonan, Pemilihan, Pengangkatan, Pelantikan dan Pemberhentian Kepala Desa, perlu diatur Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Sumenep Nomor 21 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pencalonan, Pemilihan, Pengangkatan, Pelantikan dan Pemberhentian Kepala Desa yang ditetapkan dalam suatu Peraturan Bupati Sumenep. : 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas UndangUndang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4844); 2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5234); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4578);

Mengingat

4. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4593); 5. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 53 Tahun 2011 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 694); 6. Peraturan Daerah Kabupaten Sumenep Nomor 18 Tahun 2006 tentang Organisasi Pemerintah Desa (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 22); 7. Peraturan Daerah Kabupaten Sumenep Nomor 20 Tahun 2006 tentang Badan Permusyawaratan Desa (Lembaran Daerah Kabupaten Sumenep Tahun 2006 Nomor 24); 8. Peraturan Daerah Kabupaten Sumenep Nomor 21 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pencalonan, Pemilihan, Pengangkatan, Pelantikan dan Pemberhentian Kepala Desa (Lembaran Daerah Kabupaten Sumenep Tahun 2006 Nomor 25).

MEMUTUSKAN

Menetapkan

: PERATURAN BUPATI SUMENEP TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMENEP NOMOR 21 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENCALONAN, PEMILIHAN, PENGANGKATAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan : 1. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Sumenep; 2. Bupati adalah Bupati Sumenep; 3. Camat adalah Kepala Kecamatan sebagai Perangkat Daerah Kabupaten Sumenep; 4. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia;

5.

6. 7.

8.

9.

10.

11.

12.

13. 14.

15.

16.

17.

18.

19.

Pemerintah Desa adalah Kepala Desa dan Perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa; Pemerintahan Desa adalah Kepala Desa dan Badan Permusyawatan Desa; Kepala Desa adalah pejabat Pemerintah Desa yang mempunyai wewenang, tugas dan kewajiban untuk menyelenggarakan rumah tangga Desanya dan melaksanakan tugas dari Pemerintah dan Pemerintah Daerah; Peraturan Desa adalah Peraturan perundangundangan yang dibuat oleh Badan Permusyawaratan Desa bersama Kepala Desa; Badan Permusyawaratan Desa yang selanjutnya disingkat BPD adalah Lembaga yang merupakan perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan Desa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan Desa; Panitia Pemilihan Kepala Desa yang selanjutnya disebut Panitia Pemilihan adalah Panitia yang dibentuk oleh BPD untuk menyelenggarakan proses Pemilihan Kepala Desa; Lembaga Kemasyarakatan Desa adalah Lembaga yang dibentuk oleh masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan merupakan mitra Pemerintah Desa dalam memberdayakan masyarakat; Tokoh masyarakat adalah tokoh adat, tokoh agama, tokoh wanita, tokoh pemuda dan pemuka-pemuka masyarakat lainnya; Perangkat Desa adalah Sekretaris Desa dan perangkat desa lainnya; Bakal Calon Kepala Desa yang selanjutnya disebut Bakal Calon adalah warga Desa setempat yang telah mendaftarkan diri sebagai Calon Kepala Desa kepada Panitia Pemilihan pada tahap penjaringan; Calon Kepala Desa adalah Bakal Calon Kepala Desa yang telah ditetapkan oleh Panitia Pemilihan sebagai Calon yang berhak dipilih menjadi Kepala Desa; Calon Terpilih adalah Calon Kepala Desa yang memperoleh suara terbanyak dalam pelaksanaan pemilihan Kepala Desa; Penjabat Kepala Desa adalah seorang pejabat yang diangkat oleh pejabat yang berwenang untuk melaksanakan tugas, hak dan wewenang serta kewajiban Kepala Desa dalam kurun waktu tertentu; Pemilih adalah penduduk desa yang bersangkutan dan telah memenuhi persyaratan untuk menggunakan hak pilihnya; Hak Pilih adalah hak yang dimiliki pemilih untuk menentukan sikap pilihannya;

20.

21.

22.

23.

24.

25.

26.

27.

Daftar Pemilih Sementara yang selanjutnya disebut DPS adalah daftar pemilih yang disusun berdasarkan data Daftar Pemilih Tetap Pemilihan Umum terakhir yang telah perbaharui dan dicek kembali atas kebenarannya serta ditambah dengan pemilih baru; Daftar Pemilih Tambahan yang selanjutnya disebut DPTam adalah daftar pemilih yang disusun berdasarkan usulan dari pemilih karena yang bersangkutan belum terdaftar dalam Daftar Pemilih Sementara; Daftar Pemilih Tetap yang selanjutnya disebut DPT adalah daftar pemilih yang telah ditetapkan oleh Panitia Pemilihan sebagai dasar penentuan identitas pemilih dan jumlah pemilih dalam pemilihan Kepala Desa; Tanda Gambar Calon Kepala Desa adalah Foto Calon Kepala Desa atau yang berupa gambar seperti Apel, Nanas, Durian, Pisang, Rambutan dan sebagainya; Tempat Pemungutan Suara yang selanjutnya disebut TPS adalah Tempat Pemungutan Suara dan tempat Panitia Pemilihan menghitung perolehan suara Calon Kepala Desa yang dihadiri dan disaksikan oleh para saksi masing-masing Calon Kepala Desa; Penjaringan adalah tahapan kegiatan yang dilakukan oleh panitia pemilihan untuk mendapatkan Bakal Calon; Penyaringan adalah tahapan kegiatan yang dilakukan oleh panitia pemilihan untuk mendapatkan Calon Kepala Desa; Kampanye adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh Calon Kepala Desa untuk meyakinkan para pemilih dalam rangka mendapatkan dukungan sebesar-besarnya secara lisan atau tertulis kepada masyarakat. BAB II PERSIAPAN PEMILIHAN KEPALA DESA Bagian Pertama Masa Persiapan Pasal 2

(1) BPD wajib memberitahukan kepada Kepala Desa mengenai akan berakhirnya masa jabatan Kepala Desa secara tertulis 6 (enam) bulan sebelum berakhirnya masa jabatan.

(2) BPD memproses pemilihan Kepala Desa, paling lama 4 (empat) bulan sebelum berakhirnya masa jabatan Kepala Desa dengan membentuk Panitia Pemilihan Kepala Desa. (3) Apabila 2 (dua) bulan sebelum berakhirnya masa jabatan Kepala Desa, ternyata BPD belum melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), maka Camat berkewajiban memfasilitasi proses pembentukan Panitia Pemilihan Kepala Desa. Bagian Kedua Pembentukan Panitia Pemilihan Pasal 3 (1) BPD mengadakan rapat bersama Pemerintah Desa dan Tokoh Masyarakat dengan dihadiri Camat sebagai fasilitator, untuk membentuk Panitia Pemilihan Kepala Desa. (2) Panitia Pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), keanggotaannya terdiri dari unsur Perangkat Desa, unsur Lembaga Kemasyarakatan Desa dan Tokoh Masyarakat. (3) Panitia Pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan Keputusan BPD berdasarkan hasil rapat dan disampaikan secara tertulis kepada Bupati melalui Camat. Pasal 4 (1) Apabila diantara anggota Panitia Pemilihan ada yang ditetapkan sebagai Bakal Calon atau berhalangan tetap, maka yang bersangkutan diberhentikan dan diganti dari unsur Perangkat Desa atau pengurus lembaga Kemasyarakatan atau tokoh masyarakat yang lain berdasarkan Keputusan BPD. (2) Berhalangan tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah tidak dapat menjalankan tugas sebagai panitia Pemilihan Kepala Desa seperti meninggal dunia dan sakit permanen. Pasal 5 (1) Setelah Panitia Pemilihan Kepala Desa dibentuk, paling lama 5 (lima) hari kalender Panitia Pemilihan Kepala Desa menetapkan lokasi Sekretariat Panitia Pemilihan Kepala Desa dan menyusun tahapan pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa meliputi : a. sosialisasi pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa; b. pendaftaran pemilih: 1. Jadwal Pendaftaran Pemilih Sementara.

c.

d.

e. f. g.

h. i.

2. Jadwal Pengumuman Daftar Pemilih Sementara. 3. Jadwal Pendaftaran Pemilih Tambahan. 4. Jadwal Pengumuman Daftar Pemilih Tambahan. penjaringan Bakal Calon yang meliputi : 1. Pengumuman Pendaftaran Bakal Calon Kepala Desa. 2. Penerimaan Pendaftaran Bakal Calon Kepala Desa. penyaringan Bakal Calon yang meliputi : 1. Pemeriksaan dan Penelitian Berkas Persyaratan Bakal calon Kepala Desa. 2. Penetapan Calon Kepala Desa. musyawarah Panitia Pemilihan dengan Calon Kepala Desa; kampanye; penetapan Pemilih: 1. Jadwal musyawarah Penetapan Daftar Pemilih Tetap 2. Jadwal Pengesahan Daftar Pemilih Tetap 3. Jadwal Pengumuman Daftar Pemilih Tetap waktu Pelaksanaan Pemungutan dan Penghitungan suara; penetapan dan usulan Pengesahan Calon Terpilih.

Bagian Ketiga Susunan, Tugas, dan Kewajiban Panitia Pemilihan Pasal 6 (1) Susunan Panitia Pemilihan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2), berjumlah ganjil yaitu sebagai berikut: a. ketua merangkap anggota; b. sekretaris merangkap anggota; c. wakil Sekretaris merangkap anggota; d. bendahara merangkap anggota; e. wakil Bendahara merangkap anggota; f. beberapa anggota yang jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan. (2) Penentuan kedudukan dalam Panitia Pemilihan ditetapkan dalam musyawarah dan/atau melalui mekanisme pemilihan. (3) Panitia Pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), mempunyai tugas : a. mengadakan sosialisasi pelaksanaan Pemilihan; b. meneliti, menetapkan dan mengumumkan Daftar Pemilih Sementara dan Daftar Pemilih Tambahan;

meneliti, mengesahkan dan mengumumkan Daftar Pemilih Sementara dan Daftar Pemilih Tambahan menjadi Daftar Pemilih Tetap; d. menerima pendaftaran Bakal Calon sesuai dengan persyaratan ; e. melakukan pemeriksaan dan penelitian persyaratan Bakal Calon; f. menetapkan besarnya biaya pemilihan; g. menetapkan dan mengumumkan nama-nama Calon Kepala Desa; h. mengelola biaya pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa secara efisien, efektif, transparan dan akuntabel; i. menyusun Peraturan Panitia Pemilihan tentang Tata Tertib Pemilihan Kepala Desa; j. mengundi dan menetapkan Tanda Gambar Calon Kepala Desa; k. menyiapkan surat suara sesuai dengan daftar pemilih yang telah disahkan; l. menetapkan rencana pelaksanaan pemungutan suara; m. mengumumkan daftar pemilih yang sudah disahkan di papan pengumuman Kantor Desa, setiap Dusun dan atau tempat strategis lainnya; n. menentukan, mengumumkan tempat dan waktu pelaksanaan Pemungutan Suara; o. menyiapkan peralatan dan perlengkapan administrasi untuk keperluan pemilihan Kepala Desa; p. melaksanakan pemungutan suara dengan tertib, aman, lancar dan teratur; q. melaksanakan penghitungan suara secara cermat, transparan dan tertib; r. menetapkan dan mengumumkan hasil rekapitulasi penghitungan suara; s. membuat berita acara Pemilihan Kepala Desa, yang meliputi berita acara pemungutan suara dan penghitungan suara; t. melaporkan pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa kepada BPD. (4) Panitia Pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), mempunyai kewajiban : a. memperlakukan Calon Kepala Desa secara adil; b. menyampaikan laporan setiap tahapan pelaksanaan Pemilihan kepada BPD; c. mempertanggungjawabkan penggunaan biaya Pemilihan Kepala Desa dengan bukti-bukti pendukung kepada BPD. (5) Panitia Pemilihan Kepala Desa dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada BPD.

c.

BAB III PENDAFTARAN PEMILIH Bagian Pertama Pemilih Pasal 7 (1) Syarat-syarat pemilih adalah : a. terdaftar secara sah sebagai penduduk Desa yang bersangkutan, sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan dengan tidak terputus-putus; b. sudah mencapai usia 17 (tujuh belas) tahun pada saat pemungutan suara dilaksanakan atau sudah/pernah kawin yang dibuktikan dengan Akta Nikah; c. tercantum sebagai pemilih dalam DPT; d. tidak terganggu jiwa/ingatannya; e. tidak dicabut hak pilihnya berdasarkan Putusan Pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap; f. tidak sedang menjalani hukuman pidana atau kurungan berdasarkan Putusan Pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap; g. tidak pernah terlibat baik langsung maupun tidak langsung dalam suatu kegiatan mengkhianati Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila, dan Undang Undang Dasar 1945 seperti gerakan separatis, gerakan inskonstitusional untuk mengubah Dasar Negara dan melanggar UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku. (2) Seorang pemilih hanya didaftar 1 (satu) kali dalam daftar pemilih. (3) Seseorang yang telah terdaftar dalam DPT, ternyata tidak lagi memenuhi syarat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tidak dapat menggunakan hak pilihnya. Pasal 8 (1) Pendaftaran pemilih dicatat dalam Daftar Pemilih dan diberikan tanda bukti pendaftaran yang ditandatangani oleh petugas pendaftar. (2) Pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan selama 15 (lima belas) hari kalender, selanjutnya ditetapkan menjadi Daftar Pemilih Sementara.

(3) DPS yang telah ditetapkan diumumkan di Kantor/Balai Desa, Dusun atau di tempat strategis lainnya selama 7 (tujuh) hari kalender, terhitung sejak tanggal ditetapkannya DPS untuk memberi kesempatan kepada pemilih yang masih belum terdaftar. (4) Dalam jangka waktu pengumuman sebagaimana dimaksud pada ayat (3), pemilih yang memenuhi syarat dapat mengajukan perbaikan kepada Panitia Pemilihan mengenai : a. penulisan nama dan/atau identitas lainnya; b. pemilih yang terdaftar sudah meninggal dunia; c. pemilih terdaftar ganda; d. pemilih yang terdaftar tetapi tidak memenuhi syarat sebagai pemilih; e. pemilih yang telah memenuhi syarat tetapi belum terdaftar. Pasal 9 Bagi Pemilih yang namanya belum terdaftar dalam DPS, pemilih/anggota keluarganya secara aktif melaporkan kepada Panitia Pemilihan untuk didaftarkan sebagai Pemilih Tambahan. Pasal 10 (1) Panitia Pemilihan mencatat data/nama Pemilih Tambahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ke dalam DPTam. (2) Pencatatan data pemilih dalam DPTam dilaksanakan paling lama 7 (tujuh) hari kalender terhitung sejak pengumuman DPS berakhir. (3) DPTam sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diumumkan oleh Panitia Pemilihan di Kantor/Balai Desa, Kepala Dusun dan/atau Rukun Tetangga (RT), dan di tempat-tempat yang strategis lainnya selama 7 (tujuh) hari kalender terhitung sejak penetapan DPTam untuk mendapat tanggapan dari masyarakat. (4) Dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Pemilih Tambahan dapat mengajukan usul atas perbaikan penulisan nama dan/atau identitas lainnya. (5) Apabila usul sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dapat diterima, dalam jangka waktu selama-lamanya 2 (dua) hari kalender Panitia Pemilihan mengadakan perbaikan DPTam.

Bagian Kedua Penetapan Daftar Pemilih Pasal 11 (1) Panitia Pemilihan, Calon Kepala Desa dan Saksi mengadakan musyawarah untuk menetapkan Daftar Pemilih Tetap. (2) Apabila setelah penetapan DPTam masih terdapat Pemilih yang belum dicatat, maka sesuai hasil musyawarah, Pemilih tersebut dimasukkan dalam daftar pemilih baru yang dituangkan dalam Berita Acara. (3) DPS, DPTam dan daftar pemilih baru sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ditetapkan menjadi Daftar Pemilih Tetap oleh Panitia Pemilihan. (4) Daftar Pemilih Tetap yang telah ditetapkan, pada masing-masing lembar diparaf oleh Calon Kepala Desa, disahkan oleh Ketua dan Sekretaris Panitia Pemilihan serta diumumkan di Kantor/Balai Desa, Dusun atau di tempat-tempat strategis. Pasal 12 Daftar Pemilih Tetap digunakan sebagai dasar pembuatan undangan, surat suara, formulir-formulir dan alat kelengkapan pemilihan lainnya. Pasal 13 (1) Yang berhak memilih dalam Pemilihan Kepala Desa adalah Pemilih yang telah tercantum dalam Daftar Pemilih Tetap dan diumumkan terakhir oleh Panitia Pemilihan. (2) Daftar Pemilih Tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tidak dapat dilakukan perubahan dengan alasan apapun. Pasal 14 Apabila terjadi perubahan waktu pelaksanaan Pemungutan Suara, maka yang dijadikan dasar penentuan syarat pemilih sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf b, adalah sudah mencapai 17 (tujuh belas) tahun pada pemungutan suara sesuai dengan waktu yang dijadwalkan pertama kali oleh Panitia Pemilihan.

BAB IV TATA CARA PENCALONAN KEPALA DESA Bagian Pertama Persyaratan Calon Kepala Desa Pasal 15 (1) Yang dapat dipilih menjadi Kepala Desa adalah Penduduk Desa Warga Negara Republik Indonesia yang memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; b. setia kepada Pancasila sebagai Dasar Negara, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia serta Pemerintah ; c. berpendidikan paling rendah tamat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama dan/atau sederajat; d. berusia paling rendah 25 (dua puluh lima) tahun pada saat pendaftaran yang dibuktikan dengan akta kelahiran; e. berkelakuan baik, jujur dan adil; f. nyata-nyata tidak terganggu jiwanya/ingatannya; g. penduduk Desa setempat dan bertempat tinggal di Desa yang bersangkutan sekurang-kurangnya selama 2 (dua) tahun terakhir dan tidak terputus-putus kecuali putra Desa dengan terlebih dahulu bertempat tinggal sah di Desa paling sedikit 6 (enam) bulan tidak terputusputus yang dibuktikan dengan Kartu Keluarga (KK) dan Kartu Tanda Penduduk (KTP); h. bersedia dicalonkan menjadi Kepala Desa; i. tidak dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap; j. tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana kejahatan dengan hukuman paling singkat 5 (lima) tahun; k. belum pernah menjabat sebagai Kepala Desa paling lama 10 (sepuluh) tahun atau dua kali masa jabatan baik secara berturut-turut maupun tidak. (2) Yang dimaksud dengan dua kali masa jabatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf k, adalah 2 (dua) kali dilantik dan ditetapkan sebagai Kepala Desa.

Pasal 16 Setiap Penduduk Desa dan atau Putra Desa yang berminat menjadi Bakal Calon, mengajukan lamaran secara tertulis bermaterai Rp. 6.000,00 (enam ribu rupiah) yang dialamatkan kepada Panitia Pemilihan Kepala Desa dengan melampirkan persyaratan administratif. Pasal 17 (1) Persyaratan administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16, terdiri atas : 1. Berkas persyaratan dalam bentuk Surat Pernyataan bermaterai Rp. 6.000,00 (enam ribu rupiah), antara lain : a. pernyataan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; b. pernyataan setia dan taat kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara dan Pemerintah Republik Indonesia; c. pernyataan tidak terlibat dan terpengaruh suatu partai terlarang; d. pernyataan tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana kejahatan dengan hukuman paling singkat 5 (lima) tahun; e. pernyataan tidak dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap; f. pernyataan bersedia dicalonkan sebagai Kepala Desa; g. pernyataan tidak akan mengundurkan diri apabila sudah ditetapkan sebagai Calon Kepala Desa; h. pernyataan belum pernah menjabat sebagai Kepala Desa 2 (dua) kali masa jabatan, baik berturut-turut maupun tidak berturut-turut; i. pernyataan belum pernah 2 (dua) kali dilantik sebagai Kepala Desa. 2. Foto copy Ijazah terakhir dan semua Ijazah sebelumnya yang sudah dilegalisir sebagai berikut: a. untuk Perguruan Tinggi dilegalisir oleh Perguruan Tinggi yang bersangkutan; b. untuk SD, MI, SLTP dan SLTA Negeri dilegalisir oleh Kepala Sekolah; c. untuk SD, MI, SLTP dan SLTA Swasta dilegalisir oleh Kepala Sekolah dan Kepala Dinas Pendidikan/Kepala Kantor Kementerian Agama; d. untuk Ujian Persamaan dan Kejar Paket dilegalisir oleh Kepala Dinas Pendidikan.

3. Foto Copy KTP yang dilegalisir oleh Pejabat yang berwenang. 4. Foto Copy Akte Kelahiran yang dilegalisir oleh Pejabat yang berwenang. 5. Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK) asli dari Kepolisian Resor Sumenep. 6. Surat Keterangan Berbadan Sehat dari Dokter RSUD. Dr. H. MOH. ANWAR Sumenep. 7. Pas foto berwarna ukuran 4X6 sebanyak 4 lembar. (2) Persyaratan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus sudah dilampirkan pada saat yang bersangkutan mendaftarkan diri sebagai Bakal Calon kepada Panitia Pemilihan. Pasal 18 (1) Pegawai Negeri Sipil yang mencalonkan diri sebagai Calon Kepala Desa selain harus memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1), juga harus memiliki izin tertulis dari Pimpinan Instansi Induknya. (2) Bagi Calon Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang terpilih, dibebaskan untuk sementara waktu dari jabatan organiknya selama menjadi Kepala Desa tanpa kehilangan statusnya sebagai Pegawai Negeri Sipil. (3) Bakal Calon dari Anggota BPD, selain persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17, dilampiri persyaratan tambahan yaitu Surat Pernyataan Mengundurkan Diri Sementara sebagai Anggota BPD sejak mendaftar sebagai Bakal Calon Kepala Desa dan apabila terpilih sebagai Kepala Desa dengan Surat Pernyataan Mengundurkan Diri. (4) Bakal Calon Kepala Desa dari Penduduk Desa setempat yang baru terdaftar dan atau putra Desa selain persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17, harus melampirkan surat keterangan pindah dari desa asal dan terdaftar secara sah sebagai Penduduk Desa setempat yang dibuktikan dengan Kartu Keluarga (KK) dan Kartu Tanda Penduduk (KTP). Bagian Kedua Penjaringan Bakal Calon Pasal 19 (1) Penjaringan dilaksanakan dengan cara mengumumkan pendaftaran Bakal Calon Kepala Desa secara terbuka di tempat-tempat sarana fasilitas umum kepada penduduk/warga desa.

(2) Pengumuman pertama dibuka selama 15 (lima belas) hari kalender, guna memberi kesempatan yang cukup bagi yang berminat menjadi Bakal Calon Kepala Desa untuk memenuhi kelengkapan persyaratan. (3) Apabila pengumuman pertama telah ditutup dan terdapat lebih dari 1 (satu) orang pendaftar, maka Panitia Pemilihan melanjutkan pada proses penyaringan. (4) Apabila dalam pengumuman sebagaimana dimaksud pada ayat (2), hanya ada 1 (satu) orang pendaftar, maka Panitia Pemilihan membuka pengumuman kedua selama 7 (tujuh) hari kalender, dengan terlebih dahulu dimusyawarahkan oleh Panitia Pemilihan yang dituangkan dalam Berita Acara. (5) Apabila dalam pengumuman kedua sebagaimana dimaksud pada ayat (4) masih terdapat 1 (satu) orang pendaftar, maka Panitia Pemilihan membuka pengumuman ketiga selama 7 (tujuh) hari kalender, dengan terlebih dahulu dimusyawarahkan oleh Panitia Pemilihan yang dituangkan dalam Berita Acara. (6) Apabila sampai batas akhir pengumuman ketiga sebagaimana dimaksud pada ayat (5) hanya terdapat 1 (satu) orang pendaftar, maka Panitia Pemilihan melanjutkan pada proses penyaringan. Pasal 20 (1) Pelamar pada saat mendaftarkan diri, telah melengkapi berkas permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15, 16, 17 dan 18. (2) Panitia Pemilihan memberikan tanda terima berkas yang dibuat dalam rangkap 2 (dua) dengan ketentuan 1 (satu) lembar untuk yang bersangkutan dan 1 (satu) lembar lainnya untuk Panitia Pemilihan. (3) Sebelum dilakukan penyaringan oleh Panitia Pemilihan, berkas yang sudah diterima agar disimpan ditempat yang dijamin keamanannya. Bagian Ketiga Penyaringan Bakal Calon Pasal 21 (1) Penyaringan dilaksanakan dengan cara melakukan pemeriksaan dan penelitian berkas persyaratan administratif Bakal Calon.

(2) Dalam hal melakukan pemeriksaan dan penelitian berkas bakal calon, Panitia Pemilihan wajib bersikap netral dan obyektif guna memperoleh hasil penelitian dengan validasi data yang dapat dipertanggungjawabkan. (3) Berdasarkan Surat Tugas BPD, Panitia Pemilihan mengeluarkan surat kepada lembaga yang berwenang, untuk mendapatkan keterangan secara tertulis sebagai upaya pembuktian terhadap legalitas persyaratan berkas Bakal Calon. (4) Panitia dalam melakukan pemeriksaan dan penelitian berkas untuk 1 (satu) atau lebih Bakal Calon sebagaimana dimaksud pada ayat (3), membuat Daftar Rekapitulasi dan Berita Acara sebagai bahan/data Panitia Pemilihan dan laporan kepada BPD. Bagian Keempat Penetapan Bakal Calon Pasal 22 (1) Apabila hasil pemeriksaan dan penelitian berkas Bakal Calon telah memenuhi syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15, 16, 17 dan 18, maka Panitia Pemilihan menetapkan Bakal Calon menjadi Calon Kepala Desa dalam suatu Keputusan Panitia Pemilihan. (2) Apabila hasil pemeriksaan dan penelitian berkas terdapat Bakal Calon yang tidak memenuhi syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15, 16, 17 dan 18, maka Panitia Pemilihan menyampaikan secara tertulis kepada Bakal Calon bahwa berkasnya tidak memenuhi syarat. Pasal 23 (1) Apabila hasil penyaringan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21, dari beberapa Bakal Calon hanya terdapat 1 (satu) Bakal Calon yang memenuhi syarat, maka Panitia Pemilihan membuka kembali pengumuman selama 10 (sepuluh) hari kalender. (2) Apabila sampai batas akhir pengumuman sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tidak ada pendaftar, maka Panitia Pemilihan mengajukan permohonan persetujuan kepada BPD, agar Bakal Calon yang telah memenuhi syarat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan sebagai Calon Kepala Desa.

(3) Dalam hal BPD menyetujui permohonan panitia sebagaimana dimaksud pada ayat (2), BPD menyampaikan persetujuan secara tertulis kepada Panitia Pemilihan. (4) Setelah menerima persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Panitia menetapkan Bakal Calon Kepala Desa menjadi Calon Kepala Desa dalam suatu Keputusan Panitia Pemilihan. (5) Apabila BPD belum memberikan persetujuan sampai dengan 3 (tiga) hari kalender sejak diterimanya surat permohonan persetujuan, maka BPD dianggap telah menyetujui dan Panitia Pemilihan menetapkan Bakal Calon menjadi Calon Kepala Desa dalam suatu Keputusan Panitia Pemilihan. Pasal 24 Pada proses penjaringan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (6) hanya terdapat 1 (satu) orang pendaftar, maka Panitia Pemilihan melanjutkan pada proses penyaringan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 dengan ketentuan sebagai berikut : a. apabila dalam proses penyaringan telah memenuhi syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15, 16, 17 dan 18, maka Panitia Pemilihan mengajukan permohonan persetujuan kepada BPD untuk ditetapkan sebagai Calon Kepala Desa; b. apabila BPD belum memberikan persetujuan sampai dengan 3 (tiga) hari kalender sejak diterimanya surat permohonan persetujuan, maka BPD dianggap telah menyetujui dan Panitia Pemilihan menetapkan Bakal Calon menjadi Calon Kepala Desa dalam suatu Keputusan Panitia Pemilihan; c. apabila pada proses penyaringan ternyata tidak ada Bakal Calon yang memenuhi syarat, maka Panitia Pemilihan melakukan tahapan sebagaimana ketentuan dalam Pasal 19, 20, 21 dan 22. Pasal 25 (1) Berdasarkan hasil penyaringan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21, 22, 23 dan 24, Bakal Calon yang memenuhi syarat ditetapkan sebagai Calon Kepala Desa dalam suatu Keputusan Panitia Pemilihan. (2) Panitia Pemilihan menyampaikan Keputusan tentang Calon Kepala Desa kepada BPD, sebagai bahan laporan BPD kepada Bupati melalui Camat. (3) Panitia Pemilihan mengumumkan nama Calon Kepala Desa di tempat-tempat sarana fasilitas umum.

BAB IV PELAKSANAAN PEMILIHAN KEPALA DESA Bagian Kesatu Persiapan Pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa Pasal 26 (1) Panitia Pemilihan Kepala Desa dan Calon Kepala Desa mengadakan musyawarah membahas penunjukan saksi pada setiap tahapan Pemilihan Kepala Desa, dihadiri BPD dan difasilitasi Camat. (2) Dalam musyawarah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Panitia Pemilihan meminta kepada masingmasing Calon Kepala Desa menunjuk saksi dari unsur pemilih. (3) Jumlah saksi pada setiap tahapan sesuai kesepakatan Calon Kepala Desa. (4) Saksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberi surat tugas oleh Calon Kepala Desa untuk setiap tahapan Pemilihan Kepala Desa. (5) Surat tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (4) disampaikan kepada Panitia Pemilihan, 3 (tiga) hari setelah pelaksanaan musyawarah sebagaimana dimaksud pada ayat (1). (6) Dalam musyawarah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disepakati juga bahwa tidak adanya saksi tidak mempengaruhi keabsahan Pemilihan Kepala Desa. (7) Hasil musyawarah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalam Berita Acara. Pasal 27 (1) Panitia Pemilihan Kepala Desa dan Calon Kepala Desa mengadakan musyawarah yang dihadiri BPD dan difasilitasi Camat, untuk menghasilkan kesepakatan-kesepakatan antara lain : a. penggunaan foto atau gambar pada surat suara; b. pelaksanaan kampanye; c. penetapan lokasi TPS; dan d. lain-lain yang diperlukan dalam setiap tahapan Pemilihan Kepala Desa. (2) Dalam musyawarah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Calon Kepala Desa dapat didampingi oleh saksi. (3) Hasil musyawarah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuat Berita Acara secara jelas dan rinci. (4) Kesepakatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilarang bertentangan dengan peraturan perundangundangan yang berlaku.

(5) Kesepakatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), mempunyai kekuatan hukum yang sah dan mengikat. Pasal 28 (1) Apabila dianggap perlu, Panitia Pemilihan dapat membentuk lebih dari 1 (satu) TPS sebagai TPS tambahan dengan pertimbangan diantaranya : a. jumlah hak pilih; b. wilayah desa yang terlalu luas; c. tingkat kesulitan geografis dengan kriteria wilayah desa satu penduduk dengan penduduk yang lain dibatasi dengan wilayah laut atau pegunungan. (2) Ketua Panitia menunjuk salah satu Anggota Panitia sebagai penanggung jawab TPS tambahan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan dibantu oleh anggota yang lain sesuai kebutuhan. Bagian Kedua Penentuan Nomor Urut dan Tanda Gambar Calon Kepala Desa Pasal 29 (1) Penentuan nomor urut tanda gambar yang memuat foto Calon Kepala Desa atau gambar dilakukan dengan cara diundi, paling lambat 15 (lima belas) hari kalender sebelum pemungutan suara. (2) Apabila terdapat hanya 1 (satu) orang Calon Kepala Desa, maka diperlukan tanda gambar kosong yang juga diundi dan termasuk dalam penentuan nomor urut. (3) Hasil pengundian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) harus dituangkan dalam Berita Acara dan selanjutnya digunakan sebagai identitas calon pada saat pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa. Pasal 30 (1) Sebelum dilaksanakannya Pemilihan Kepala Desa, Panitia Pemilihan agar menyiapkan perlengkapan untuk keperluan pemungutan dan penghitungan suara, terdiri dari: a. kotak suara sebagai tempat surat suara yang digunakan oleh pemilih; b. bilik suara sebagai tempat untuk memberikan hak suara bagi pemilih; c. Daftar Pemilih Tetap;

surat suara sebanyak jumlah pemilih terdaftar dalam DPT ditambah 10 % (sepuluh per seratus) dari jumlah pemilih; e. alat pencoblos surat suara berupa paku berukuran panjang 15 cm dan tali sebagai pengikat; f. alas pencoblos berupa busa atau bantalan yang telah diisi pasir/serbuk gergaji dengan kain pembungkus warna putih, ukuran panjang 30 cm, lebar 20 cm dan tebal 5 cm; g. Panggung untuk para Calon Kepala Desa; h. Meja dan kursi untuk panitia, tamu undangan dan pemilih i. sound system; j. papan penghitungan suara; k. kertas besar dan kertas kecil untuk hasil perolehan suara (sah, tidak sah, blanko); l. spidol besar dan kecil, bak stempel, karet gelang, kantong plastik/dus; m. bantalan berkawat untuk surat undangan; n. tinta digunakan untuk pemberi tanda bagi pemilih yang sudah menggunakan hak pilihnya; o. terop dan terpal plastik sesuai dengan kebutuhan; p. jam dinding; q. alat Perekam Audio Visual; r. mesin genset dan Lampu penerangan sesuai dengan kebutuhan. (2) Kotak suara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, dengan ketentuan sebagai berikut : a. berukuran tinggi 80 cm, panjang 50 cm dan lebar 50 cm; b. celah ditengah pada tutup kotak suara ukuran 20 cm x 2 cm; c. bahan dapat dipergunakan papan atau triplek tebal 1 cm dan pada bagian luar kotak diplitur atau dicat; d. dalam keadaan terbuka maupun tertutup tidak boleh ada sekrup/paku yang tampak dari luar maupun dari dalam; e. pada tengah-tengah sisi depan kotak dibuat kunci. (3) Bilik suara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, dengan ketentuan sebagai berikut : a. berukuran 1,5 x 2 m; b. terbuat dari bahan yang dapat melindungi pemilih dari terik matahari atau hujan; c. tutup depan terbuat dari bahan yang tidak transparan, ditentukan 50 cm terbuka dari lantai.

d.

(4) Tambahan surat suara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, digunakan sebagai cadangan untuk pengganti surat suara yang rusak dengan disertai Berita Acara. (5) Surat suara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, sudah dihitung paling lambat 3 (tiga) hari sebelum pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa dihadapan Panitia, Calon Kepala Desa dan Saksi dan dituangkan dalam Berita Acara, untuk selanjutnya dimasukkan ke kotak suara dan di segel, selanjutnya disimpan di tempat yang ditetapkan oleh Panitia serta dijamin keamanannya. Bagian Ketiga Kampanye Pasal 31 (1) Kampanye merupakan kesempatan bagi Calon Kepala Desa untuk meyakinkan para pemilih apabila yang bersangkutan terpilih menjadi Kepala Desa, difasilitasi oleh Panitia Pemilihan. (2) Kampanye dilaksanakan hanya 1 (satu) kali dalam 1 (satu) hari kalender dan dilaksanakan mulai H-20 (duapuluh) sampai dengan H-5 (lima) dari pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa. (3) Kampanye sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dilaksanakan pada pukul 09.00 WIB sampai dengan pukul 17.00 WIB. di lokasi yang telah disepakati oleh Panitia Pemilihan dengan Calon Kepala Desa. (4) Kampanye dilaksanakan sesuai dengan urutan, berdasarkan kesepakatan antara Pantia Pemilihan dan Calon Kepala Desa yang telah dituangkan dalam Berita Acara. (5) Panitia Pemilihan menetapkan Peraturan Panitia yang mengatur Tata Tertib Kampanye sebagai upaya untuk mengatur kampanye berjalan tertib dan beretika. (6) Kampanye sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dilaksanakan secara dialogis. (7) Kampanye dilarang dalam bentuk pawai/arakarakan, pemberian uang dan atau barang serta fasilitas lainnya termasuk pemasangan foto, tanda gambar dan slogan-slogan. (8) Larangan pemasangan foto, tanda gambar dan slogan-slogan sebagaimana dimaksud pada ayat (7), adalah pada Sarana Ibadah, Sarana Pendidikan dan Kantor Pemerintah.

Pasal 32 Pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 ayat (7) dan ayat (8), Panitia Pemilihan berhak menghentikan kegiatan kampanye. Bagian Keempat Masa Tenang Pasal 33 (1) Masa tenang adalah waktu 5 (lima) hari kalender menjelang hari pemungutan suara dimana Calon Kepala Desa tidak diperkenankan melakukan kegiatan yang bersifat kampanye. (2) Selama masa tenang masing-masing Calon Kepala Desa berkewajiban membersihkan segala sesuatu yang berkaitan dengan kampanye. (3) Panitia Pemilihan memantau pelaksanaan pembersihan segala sesuatu yang berkaitan dengan pelaksanaan kampanye. Bagian Kelima Persiapan Pemungutan Suara Pasal 34 (1) Paling lambat 15 (lima belas) hari sebelum dilaksanakan pemilihan, Panitia Pemilihan harus mengajukan permohonan persetujuan hari H kepada Bupati Sumenep melalui BPD dengan dilampiri Keputusan Panitia Pemilihan tentang Calon Kepala Desa. (2) Dalam hal pemilihan Kepala Desa dilaksanakan secara serentak, maka penentuan Hari H ditetapkan oleh Bupati. Pasal 35 (1) Pemungutan Suara diselenggarakan pada hari kerja dan dimulai pada pukul 08.00 WIB sampai dengan pukul 14.00 WIB, apabila jumlah hak pilih cukup banyak, maka akhir batas waktu pemungutan suara dimusyawarahkan dengan para Calon Kepala Desa. (2) Ketentuan waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengacu pada jam dinding yang disediakan oleh Panitia Pemilihan di TPS. (3) Apabila Pemilihan Kepala Desa dilaksanakan lebih dari 1 (satu) TPS, maka kehadiran Calon Kepala Desa di TPS yang ditentukan oleh Panitia Pemilihan, diganti foto yang bersangkutan berukuran 20 (dua puluh) R.

Pasal 36 (1) Pemungutan dan Penghitungan Suara dilaksanakan dengan urutan acara : a. pembukaan oleh Ketua Panitia; b. menunjukkan Kotak Suara dalam keadaan kosong; c. calon Kepala Desa naik ke panggung; d. pemungutan suara; e. penandatangan berita acara pemungutan suara; f. penghitungan Suara; g. penandatangan berita acara penghitungan suara; h. pengumuman hasil Pemungutan suara; i. penutup. (2) Rangkaian kegiatan sebelum, selama, sesudah Pemungutan dan Penghitungan Suara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan perekaman dengan alat perekam Audio Visual. Pasal 37 Pelaksanaan Pemungutan dan Penghitungan Suara dilaksanakan di TPS dengan ketentuan : a. TPS harus sudah disiapkan paling lambat 1 (satu) hari sebelum hari pemungutan suara; b. lokasi TPS tidak diperkenankan menempati halaman dan gedung sekolah, Kantor Milik Pemerintah, Sarana Kesehatan, Sarana peribadatan dan pasar; c. lokasi TPS harus berada di wilayah desa yang akan melaksanakan pemilihan Kepala Desa. Pasal 38 Apabila Panitia Pemilihan mengundang Tim Kecamatan, Tim Kabupaten dan undangan lainnya, ditempatkan secara tersendiri. Pasal 39 (1) Paling lambat 7 (tujuh) hari kalender sebelum pelaksanaan Pemungutan Suara, Panitia Pemilihan menyampaikan undangan Pemilihan Kepala Desa kepada pemilih. (2) Sebelum undangan disampaikan kepada pemilih, Panitia Pemilihan Kepala Desa melaksanakan : a. pengecekan undangan untuk mengetahui jumlah lembar undangan, selanjutnya dibuatkan Berita Acara yang ditandatangani oleh Panitia Pemilihan dan Calon Kepala Desa; b. undangan ditandatangani oleh Ketua dan dibubuhi stempel Panitia Pemilihan.

(3) Penyampaian undangan kepada pemilih dilakukan dengan cara : a. harus didampingi oleh Kepala Dusun atau Ketua RT dan saksi dari Calon Kepala Desa; b. setiap undangan yang disampaikan kepada pemilih harus disertai dengan tanda terima. (4) Bagi penduduk Desa yang namanya tercantum dalam DPT tetapi belum menerima undangan, dapat meminta kepada Panitia Pemilihan. Bagian Keenam Pelaksanaan Pemungutan Suara Pasal 40 (1) BPD, Panitia Pemilihan, Calon Kepala Desa, dan saksi masing-masing Calon Kepala Desa hadir ditempat pemungutan suara paling lambat 30 (tiga puluh) menit sebelum pelaksanaan pemungutan suara. (2) Pada saat dilaksanakan pemungutan suara, Calon Kepala Desa hadir di TPS dan menempati tempat duduk yang telah disediakan oleh Panitia Pemilihan. (3) Calon Kepala Desa yang tidak dapat hadir di TPS sebagaimana dimaksud pada ayat (2), wajib memberitahukan kepada Panitia Pemilihan dengan menyampaikan alasan yang dapat dipertanggungjawabkan, dan kehadirannya digantikan dengan foto yang bersangkutan berukuran 20 (dua puluh) R. (4) Gambar atau Foto Calon Kepala Desa penempatannya harus sesuai dengan urutan yang ada dalam surat suara. (5) Sebelum dilaksanakan pemungutan suara, Ketua Panitia membuka secara resmi Pemilihan Kepala Desa dan memberikan penjelasan-penjelasan antara lain : a. mengenai tata cara pemungutan suara; b. waktu pelaksanaan pemungutan suara; c. nama Calon Kepala Desa; d. nomor urut dan gambar Calon Kepala Desa; e. jumlah hak pilih; f. suara sah dan suara tidak sah; g. ketentuan calon terpilih. Pasal 41 Pada saat pemungutan suara dilaksanakan, Panitia Pemilihan berkewajiban menjamin agar tata demokrasi pancasila dapat berjalan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil.

Pasal 42 (1) Sebelum melaksanakan pemungutan suara, Panitia Pemilihan melakukan kegiatan dengan urutan sebagai berikut : a. panitia pemilihan memanggil saksi dari masingmasing Calon Kepala Desa untuk melaksanakan tugas sesuai yang tercantum dalam surat tugas dari Calon Kepala Desa; b. membuka segel kotak suara; c. mengeluarkan surat suara; d. memperlihatkan kepada pemilih dan calon bahwa kotak suara dalam keadaan kosong; e. menutup, mengunci dan menyegel kotak suara dengan menggunakan kertas yang dibubuhi cap atau stempel Panitia Pemilihan; f. memperlihatkan surat suara kepada Calon Kepala Desa dan Saksi. (2) Para pemilih agar membawa undangan sesuai dengan nama yang tertera dalam undangan dan masuk ke pintu TPS sesuai dengan yang tertera dalam surat undangan. (3) Pada saat masuk ke dalam TPS, pemilih agar menyerahkan undangan kepada panitia yang berada dipintu masuk untuk dicocokkan dengan DPT. (4) Apabila undangan sudah sesuai, maka Panitia Pemilihan memberikan 1 (satu) lembar surat suara yang telah ditandatangani oleh Ketua Panitia Pemilihan dan dibubuhi cap Panitia Pemilihan. (5) Apabila surat suara yang diterima pemilih dalam keadaan cacat atau rusak, maka pemilih berhak meminta surat suara yang baru setelah menyerahkan kembali surat suara yang cacat atau rusak. (6) Surat suara yang cacat atau rusak sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dibuatkan Berita Acara. (7) Setelah pemilih menerima surat suara sebagaimana dimaksud pada ayat (4), pemilih menuju bilik suara untuk menentukan hak pilihnya dengan cara mencoblos salah satu gambar atau foto Calon Kepala Desa sesuai pilihannya dengan menggunakan paku yang telah disediakan. (8) Apabila pemilih melakukan pencoblosan tidak menggunakan paku yang telah disediakan, maka akan mengakibatkan surat suara tidak sah. (9) Setiap pemilih hanya mempunyai 1 (satu) hak suara dan tidak dapat diwakilkan kepada orang lain dengan alasan apapun.

(10) Setelah pemilih melaksanakan pencoblosan, surat suara dilipat kembali sesuai dengan lipatan semula, kemudian dimasukkan ke dalam kotak surat suara yang telah disediakan, selanjutnya pemilih menuju pintu keluar dan mencelupkan salah satu jari tangan pada tinta yang disediakan. Pasal 43 (1) Bagi Pemilih yang mempunyai halangan fisik dan kesulitan menggunakan hak pilihnya, dibantu oleh Panitia Pemilihan dan dapat didampingi anggota keluarganya. (2) Panitia Pemilihan dan anggota keluarga yang membantu pemilih sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib merahasiakan pilihan pemilih yang bersangkutan. Pasal 44 Apabila Pemilihan Kepala Desa hanya diikuti oleh 1 (satu) orang Calon Kepala Desa, maka pada pelaksanaan pemungutan suara, tanda gambar Calon Kepala Desa bersanding dengan tanda gambar kosong. Bagian Ketujuh Persiapan Penghitungan Suara Pasal 45 (1) Tiga puluh menit sebelum Pemungutan Suara berakhir, Panitia Pemilihan mengumumkan : a. pemungutan suara akan segera ditutup; b. kepada BPD, Panitia Pemilihan, Calon Kepala Desa, Saksi serta Pemilih yang belum menggunakan hak pilihnya untuk segera menggunakan hak pilihnya; c. apabila pemungutan suara telah ditutup, maka Pemilih yang belum hadir kehilangan hak pilihnya. (2) Apabila Pemungutan Suara telah mencapai batas waktu yang telah ditentukan, maka Pemungutan Suara ditutup dan dilanjutkan Penghitungan Suara. (3) Setelah Pemungutan Suara ditutup, Panitia Pemilihan dan Calon Kepala Desa serta Saksi menandatangani Berita Acara Pemungutan Suara, yang menyatakan bahwa Pemungutan Suara telah berjalan aman, tertib, lancar, jujur dan adil sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(4) Setelah Berita Acara Pemungutan Suara ditandatangani, Ketua Panitia Pemilihan memberi penjelasan kembali mengenai mekanisme pelaksanaan Penghitungan Suara. (5) Setelah Ketua Panitia Pemilihan selesai memberi penjelasan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dilanjutkan dengan penandatangan Berita Acara oleh Panitia Pemilihan dan Calon Kepala Desa, yang isinya memuat : a. kotak suara dalam keadaan utuh baik segel maupun kuncinya; b. penghitungan suara dapat dilaksanakan; c. kesiapan menerima hasil penghitungan suara dan menandatangani Berita Acara hasil penghitungan suara; d. saksi bersedia tidak meninggalkan tempat penghitungan suara dari awal penghitungan sampai dengan diumumkan hasil penghitungan suara oleh Ketua Panitia. Bagian Ketujuh Pelaksanaan Penghitungan Suara Pasal 46 (1) Sebelum pelaksanaan Penghitungan Suara, Panitia Pemilihan memeriksa kelengkapan sarana dan prasarana Penghitungan Suara. (2) Panitia Pemilihan memanggil Saksi dari masingmasing Calon Kepala Desa, untuk melaksanakan tugas sesuai yang tercantum dalam surat tugas dari Calon Kepala Desa. (3) Panitia Pemilihan dan saksi masing-masing Calon Kepala Desa melakukan beberapa hal, yaitu : a. menghitung surat suara dalam keadaan tertutup dan mencocokkan dengan jumlah undangan yang masuk dihadapan para saksi; b. apabila terjadi selisih atau perbedaan dalam jumlah surat suara dan undangan masuk, maka diputuskan berdasarkan hasil kesepakatan yang telah ditetapkan sebelumnya. (4) Apabila jumlah surat suara dan undangan yang masuk terjadi selisih, dilakukan penghitungan ulang sekali lagi dan jika tetap terjadi selisih dimusyawarahkan untuk disepakati antara para Calon yang dituangkan dalam Berita Acara. (5) Dalam hal Panitia Pemilihan dan Saksi telah selesai melaksanakan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan (4), Penghitungan Suara dilakukan oleh Panitia Pemilihan dengan disaksikan oleh Saksi.

(6) Penghitungan Suara sebagaimana dimaksud pada ayat (5), dilakukan dengan cara : a. surat suara dibaca satu persatu secara terbuka dihadapan saksi; b. surat suara yang telah dibaca, dilipat kembali, dipisahkan menurut perolehan masing-masing Calon Kepala Desa, termasuk suara tidak sah dan selanjutnya dimasukkan ke kantong atau tas plastik; c. hasil penghitungan suara ditulis pada lembar perolehan suara di papan penghitungan yang telah disediakan oleh Panitia Pemilihan. (7) Hasil Penghitungan Suara yang sah adalah hasil Penghitungan Suara yang tertulis pada lembar perolehan suara di papan penghitungan sebagaimana dimaksud pada ayat (6) huruf c. (8) Apabila terjadi sesuatu hal yang menyebabkan pelaksanaan Penghitungan Suara tidak dapat dilakukan di tempat yang telah ditentukan oleh Panitia Pemilihan, maka Panitia Pemilihan dapat memindahkan lokasi Penghitungan Suara ditempat lain yang memungkinkan untuk dilakukan Penghitungan Suara dengan suatu Berita Acara. Pasal 47 (1) Setelah Penghitungan Suara, Panitia Pemilihan bersama Calon Kepala Desa dan/atau Saksi menandatangani Berita Acara Penghitungan Suara. (2) Berita Acara hasil Penghitungan Suara yang tidak ditandatangani oleh saksi dan/atau Calon Kepala Desa tetap dinyatakan sah. (3) Ketua Panitia Pemilihan mengumumkan Berita Acara hasil perolehan suara untuk masing-masing Calon Kepala Desa. (4) Penghitungan Suara dinyatakan telah selesai apabila Ketua Panitia Pemilihan mengumumkan Berita Acara hasil perolehan suara sebagaimana dimaksud pada ayat (3). Pasal 48 (1) Surat suara dinyatakan tidak sah apabila : a. tidak memakai surat suara yang telah ditentukan; b. tidak terdapat tanda tangan Ketua Panitia Pemilihan pada surat suara; c. ditandatangani atau memuat tanda yang menunjukkan identitas pemilih; d. memberikan suara lebih dari 1 (satu) orang Calon Kepala Desa yang berhak dipilih;

menentukan Calon Kepala Desa selain Calon Kepala Desa yang telah ditentukan; f. mencoblos surat suara tidak dengan alat pencoblos yang telah disediakan; g. tidak dicoblos sama sekali. (2) Alasan-alasan yang menyebabkan Surat Suara tidak sah, dijelaskan kepada pemilih pada saat berlangsungnya pelaksanaan pemungutan suara. (3) Surat Suara dinyatakan sah apabila Surat Suara yang diterima kembali dari pemilih yang telah menggunakan hak pilihnya dalam keadaan baik dan di dalam salah satu kotak pembatas tanda gambar/foto terdapat lubang bekas tusukan/coblosan. Pasal 49 Dalam hal dijumpai permasalahan pada saat berlangsungnya Pemilihan Kepala Desa, maka Panitia Pemilihan secara tegas memberikan keputusan dengan tetap berpedoman pada ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku serta kesepakatan-kesepakatan yang telah disetujui bersama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (1). BAB V CALON KEPALA DESA TERPILIH Pasal 50 Calon Kepala Desa dinyatakan terpilih apabila telah memperoleh dukungan suara terbanyak. BAB VI PEMILIHAN KEPALA DESA ULANG Pasal 51 (1) Dalam hal terdapat lebih dari 1 (satu) Calon Kepala Desa yang memperoleh dukungan suara terbanyak dengan jumlah yang sama, maka Pemilihan Kepala Desa diulang dan hanya diikuti oleh Calon Kepala Desa yang mendapat dukungan suara terbanyak dengan jumlah yang sama. (2) Pemilihan ulang sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan hanya untuk Calon Kepala Desa yang memperoleh dukungan suara terbanyak dalam jumlah yang sama, selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kalender sejak penandatanganan Berita Acara Penghitungan Suara.

e.

BAB VII PENETAPAN CALON KEPALA DESA TERPILIH Pasal 52 (1) Panitia Pemilihan melaporkan hasil Pemilihan Kepala Desa dilampiri Berita Acara Pemungutan Suara dan Penghitungan Suara kepada BPD selambatlambatnya 3 (tiga) hari kerja setelah pelaksanaan Penghitungan Suara. (2) Paling lambat 2 (dua) hari kerja setelah diterimanya laporan dari Panitia Pemilihan, BPD menetapkan Calon Kepala Desa Terpilih berdasarkan Laporan dan Berita Acara Pemungutan Suara serta Berita Acara Penghitungan Suara yang disampaikan oleh Panitia Pemilihan. (3) Apabila dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Panitia Pemilihan tidak melaporkan hasil Pemilihan Kepala Desa, maka BPD menetapkan Calon Kepala Desa Terpilih setelah berkoordinasi dengan Camat dan pihak-pihak terkait. (4) Penetapan Calon Kepala Desa Terpilih sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan (3) dituangkan dalam Keputusan BPD. BAB VIII PENGESAHAN DAN PELANTIKAN Bagian Pertama Pengesahan Pasal 53 (1) Paling lambat 3 (tiga) hari sejak ditetapkannya Calon Kepala Desa Terpilih sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 ayat (4), BPD mengajukan usul pengesahan kepada Bupati melalui Camat dengan melampirkan : a. asli dan foto copy Keputusan BPD tentang Penetapan Calon Kepala Desa Terpilih; b. asli dan foto copy Berita Acara Pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa; c. asli dan foto copy Berita Acara Penghitungan suara; d. foto copy berkas Calon Kepala Desa Terpilih. (2) Setelah dilakukan pemeriksaan secara seksama terhadap usul pengesahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan tidak ditemui adanya permasalahan baik sebelum, selama dan sesudah pelaksanaan pemilihan, Bupati mengesahkan pengangkatan Kepala Desa Terpilih paling lambat 15 (lima belas) hari kerja terhitung sejak tanggal diterimanya Keputusan BPD tentang Penetapan Calon Kepala Desa Terpilih.

(3) Apabila BPD tidak mengajukan usul pengesahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), maka Bupati mengambil alih semua permasalahan pemilihan Kepala Desa termasuk penetapan Calon terpilih setelah mempertimbangkan masukan dari Panitia Pemilihan, Camat dan Tim Kabupaten. (4) Apabila dalam waktu 7 (tujuh) hari kerja setelah Pemungutan Suara dan Penghitungan Suara, Panitia Pemilihan tidak melaporkan kepada BPD dan BPD tidak mengajukan usul pengesahan Kepala Desa Terpilih kepada Bupati, maka Bupati mengambil alih pelaksanaan pemilihan dan menetapkan keputusan. Bagian Kedua Pelantikan Pasal 54 (1) Kepala Desa Terpilih dilantik oleh Bupati selambatlambatnya 15 (lima belas) hari kerja setelah diterbitkan Keputusan Bupati . (2) Sebelum memangku jabatannya, Kepala Desa mengucapkan Sumpah/Janji. (3) Bunyi Sumpah/Janji Kepala Desa adalah sebagai berikut : Demi Allah (Tuhan), saya bersumpah/berjanji bahwa saya akan memenuhi kewajiban saya selaku Kepala Desa dengan sebaikbaiknya, sejujur-jujurnya dan seadil-adilnya; Bahwa saya akan selalu taat dalam mengamalkan dan mempertahankan Pancasila sebagai Dasar Negara; dan Bahwa saya akan menegakkan kehidupan Demokrasi dan Undang-undang Dasar 1945 serta melaksanakan segala peraturan perundang-undangan dengan selurus-lurusnya yang berlaku bagi Desa, Daerah dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. (4) Pelaksanaan pelantikan dan sumpah janji Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilaksanakan ditempat yang ditetapkan oleh Bupati. Pasal 55 Pengucapan sumpah/janji dan pelantikan Kepala Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54, Kepala Desa yang akan dilantik menggunakan Pakaian Dinas Upacara (PDU) berwarna Putih lengkap dengan atribut.

BAB IX MASA JABATAN Pasal 56 Masa jabatan Kepala Desa adalah 6 (enam) tahun terhitung sejak tanggal pelantikan dan dapat dipilih kembali hanya untuk 1 (satu) kali masa jabatan berikutnya. BAB X BIAYA PEMILIHAN KEPALA DESA Pasal 57 (1) Biaya Pemilihan Kepala Desa dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa serta sumbangan pihak ketiga yang tidak mengikat. (2) Biaya Pemilihan Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dibantu melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah sesuai dengan kemampuan keuangan daerah. (3) Panitia Pemilihan menetapkan biaya pemilihan dan disampaikan kepada BPD untuk mendapat persetujuan. (4) Biaya pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diarahkan penggunaannya untuk biaya administrasi, pengadaan bahan cetakan dan bahanbahan administrasi lainnya. (5) Apabila biaya pemilihan Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak terpenuhi, maka biaya pemilihan Kepala Desa dibebankan pada Calon. BAB XI PEMBERHENTIAN SEMENTARA DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA Pasal 58 (1) Kepala Desa berhenti, karena : a. meninggal dunia; b. pemintaan sendiri; c. diberhentikan. (2) Kepala Desa diberhentikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c karena : a. berakhir masa jabatannya dan telah dilantik pejabat yang baru; b. tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau berhalangan tetap secara berturut-turut selama 6 (enam) bulan;

c. d. e. f.

tidak lagi memenuhi syarat sebagai Kepala Desa; dinyatakan melanggar sumpah/janji jabatan; tidak melaksanakan kewajiban Kepala Desa dan/atau; melanggar larangan bagi Kepala Desa. Pasal 59

(1) Usul pemberhentian Kepala Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58 ayat (1) huruf a, huruf b dan Pasal 58 ayat (2) huruf a dan huruf b diusulkan oleh BPD kepada Bupati melalui Camat berdasarkan Keputusan musyawarah BPD. (2) Paling lambat 2 (dua) bulan sebelum berakhir masa jabatan Kepala Desa, BPD mengusulkan pemberhentian Kepala Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58 ayat (2) huruf a. (3) Apabila 2 (dua) bulan sebelum berakhir masa jabatan Kepala Desa, BPD belum mengusulkan pemberhentian Kepala Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58 ayat (2) huruf a, maka Bupati memberhentikan dengan hormat Kepala Desa dengan suatu Keputusan Bupati, terhitung mulai tanggal berakhirnya masa jabatan. (4) Usul pemberhentian Kepala Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58 ayat (2) huruf c, huruf d, huruf e dan huruf f disampaikan oleh BPD kepada Bupati melalui Camat berdasarkan keputusan musyawarah BPD yang dihadiri oleh 2/3 (dua pertiga) dari jumlah anggota BPD. (5) Pengesahan pemberhentian Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan dengan Keputusan Bupati paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak usul diterima. (6) Setelah dilakukan pemberhentian Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Bupati mengangkat Penjabat Kepala Desa. Pasal 60 (1) Kepala Desa diberhentikan sementara oleh Bupati tanpa melalui usulan BPD apabila dinyatakan melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara sedikitnya 5 (lima) tahun berdasarkan Putusan Pengadilan yang belum memperoleh kekuatan hukum tetap. (2) Kepala Desa diberhentikan oleh Bupati tanpa melalui usulan BPD apabila terbukti melakukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berdasarkan Putusan Pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.

Pasal 61 Kepala Desa diberhentikan sementara oleh Bupati tanpa melalui usulan BPD karena berstatus sebagai tersangka melakukan tindak pidana korupsi, tindak pidana terorisme, makar dan atau tindak pidana terhadap keamanan Negara. Pasal 62 (1) Kepala Desa yang diberhentikan sementara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 ayat (1) dan Pasal 61, setelah melalui proses peradilan ternyata terbukti tidak bersalah berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak ditetapkan Putusan Pengadilan, Bupati harus merehabilitasi dan/atau mengaktifkan kembali Kepala Desa yang bersangkutan sampai dengan akhir masa jabatannya. (2) Apabila Kepala Desa yang diberhentikan sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah berakhir masa jabatannya, Bupati hanya merehabilitasi Kepala Desa yang bersangkutan. Pasal 63 Apabila Kepala Desa diberhentikan sementara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 ayat (1) dan Pasal 61, Sekretaris Desa melaksanakan tugas dan kewajiban Kepala Desa sampai adanya Putusan Pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. Pasal 64 Apabila Kepala Desa diberhentikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 ayat (2), Bupati mengangkat Penjabat Kepala Desa dengan tugas pokok menyelenggarakan pemilihan Kepala Desa paling lama 6 (enam) bulan terhitung sejak Putusan Pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. Pasal 65 (1) Tindakan penyidikan terhadap Kepala Desa, dilaksanakan setelah adanya persetujuan tertulis dari Bupati. (2) Dalam hal persetujuan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak diberikan dalam waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja sejak diterimanya permohonan, proses penyidikan dapat dilakukan.

(3) Hal-hal yang dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud ayat (1) adalah : a. tertangkap tangan melakukan tindak pidana kejahatan; b. diduga telah melakukan tindak pidana kejahatan yang diancam dengan pidana mati; c. Tindakan penyidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberitahukan secara tertulis oleh atasan penyidik kepada Bupati paling lama 3 (tiga) hari. Pasal 66 (1) Kepala Desa yang melalaikan tugasnya sehingga merugikan Negara atau Daerah dan masyarakat Desa, dikenakan sanksi administratif oleh Bupati berupa teguran, pemberhentian sementara dan atau pemberhentian tetap sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (2) Apabila teguran sebagaimana dimaksud pada ayat (1), telah diberikan 3 (tiga) kali secara berturut-turut dalam tenggang waktu masing-masing 1 (satu) bulan ternyata tidak mengindahkan, maka setelah mempertimbangkan saran dari Camat dan Pimpinan BPD, Bupati dapat memberhentikan Kepala Desa yang bersangkutan. Pasal 67 (1) Bagi Kepala Desa yang tidak dapat menjalankan tugas, wewenang dan kewajibannya karena sakit atau mengalami kecelakaan dalam menjalankan tugasnya sampai dengan 6 (enam) bulan berturut, maka Bupati menunjuk Sekretaris Desa untuk menjalankan wewenang, hak dan kewajiban Kepala Desa dengan mempertimbangkan saran dari Camat dan Pimpinan BPD; (2) Apabila setelah 6 (enam) bulan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan berdasarkan keterangan Majelis Penguji Kesehatan Pegawai dari Rumah Sakit Daerah atau yang ditunjuk untuk itu bahwa Kepala Desa dimaksud belum dapat menjalankan tugas, wewenang dan kewajibannya, maka Bupati memberhentikan yang bersangkutan dari jabatannya dengan mempertimbangkan saran dari Camat dan Pimpinan BPD dan menetapkan Penjabat Kepala Desa.

BAB XII PENGANGKATAN PENJABAT KEPALA DESA Pasal 68 (1) Pengangkatan Penjabat Kepala Desa harus memperhatikan aspirasi masyarakat yang diusulkan oleh Camat kepada Bupati atas pertimbangan BPD. (2) Paling lambat 2 (dua) bulan sebelum berakhir masa jabatan Kepala Desa, BPD menyampaikan pertimbangan pengangkatan Penjabat Kepala Desa kepada Camat. (3) Berdasarkan hasil pertimbangan BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Camat mengusulkan Penjabat Kepala Desa kepada Bupati dengan memperhatikan aspirasi yang berkembang di masyarakat dari unsur Mantan Kepala Desa, Sekretaris Desa atau salah satu Perangkat Desa yang bersangkutan. (4) Apabila 2 (dua) bulan sebelum berakhir masa jabatan Kepala Desa, BPD tidak menyampaikan pertimbangan pengangkatan Penjabat Kepala Desa kepada Camat, maka Camat mengusulkan pengangkatan Penjabat Kepala Desa kepada Bupati, dengan dilampiri Surat Pernyataan kesanggupan sebagai Penjabat Kepala Desa. (5) Apabila 2 (dua) bulan sebelum berakhir masa jabatan Kepala Desa, Camat tidak mengusulkan pengangkatan Penjabat Kepala Desa kepada Bupati, maka Bupati mengambil alih pengangkatan Penjabat Kepala Desa. (6) Masa jabatan Penjabat Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1), paling lama 6 (enam) bulan terhitung mulai tanggal ditetapkan dan dapat diperpanjang 1 (satu) kali, kecuali bagi yang bermasalah secara hukum. (7) Penjabat Kepala Desa diambil sumpah/janji dan dilantik oleh Bupati atau pejabat yang ditunjuk. (8) Mantan Kepala Desa sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) adalah mantan Kepala Desa yang tidak mencalonkan lagi dalam Pemilihan Kepala Desa.

BAB XIII SANKSI Pasal 69 Setiap orang yang terbukti melakukan pelanggaran terhadap ketentuan yang berlaku bagi Pemilihan Kepala Desa sebagaimana diatur dalam Peraturan Bupati ini untuk kepentingan salah seorang Calon Kepala Desa, atau untuk kepentingan pribadi atau golongan, dapat dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. BAB XIV PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 70 (1) Camat melaksanakan pembinaan dan pengawasan Pemilihan Kepala Desa. (2) Dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Camat mempunyai tugas : a. membentuk Tim Pembina dan Pemantau Pemilihan Kepala Desa tingkat Kecamatan dengan anggota terdiri dari unsur-unsur Kecamatan, Koramil dan Polsek; b. mensosialisasikan dan memberikan pembekalan kepada Panitia Pemilihan di wilayahnya; c. memfasilitasi penyelesaian permasalahan yang timbul dalam pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa. (3) Melaporkan hasil pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa Kepada Bupati. BAB XV KETENTUAN LAIN-LAIN DAN PENUTUP Pasal 71 Contoh Denah Lokasi, Bentuk Format dan Tata Cara Pengisian yang berkaitan dengan Pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dengan Peraturan Bupati ini. Pasal 72 Pada saat Peraturan ini mulai berlaku, maka Peraturan Bupati Sumenep Nomor 8 tahun 2008 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pencalonan dan Pemilihan Kepala Desa, di cabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 73 Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahui, pengundangan Peraturan Bupati penempatannya dalam Berita Daerah. memerintahkan ini dengan

You might also like