You are on page 1of 8

BAB I PENDAHULUAN A.

Latar Belakang Makalah ini dibuat karena kami ingin mengetahui pengaruh interferensi dan difraksi cahaya : 1. Interferensi cahaya untuk menghasilkan sumber cahaya yang koheren. 2. Difraksi cahaya untuk mengetahui pembelokan cahaya.

B. Tujuan Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah : Untuk memenuhi tugas kuliah yang diberikan oleh Ibu Umi Hanifah Anwar S.Si. Untuk salah satu alternatif bacaan tentang Interferensi dan Difraksi Cahaya bagi siapa saja yang membacanya.

BAB II PEMBAHASAN A. Interferensi Cahaya Yaitu perpaduan dari dua gelombang cahaya yang datang bersama di suatu tempat. Syarat untuk mendapatkan pola interferensi yang baik : 1. Gelombang cahaya harus koheren, yaitu mempunyai beda fase yang selalu tetap dan frekuensi yang sama. Kedua beda fase boleh nol, tetapi tidak harus nol. 2. Amplitudonya harus sama. Gejala yang ditimbulkan yaitu garis terang yang terjadi pada interferensi maksimum (konstruktif), dan garis gelap terjadi pada ineterferensi minimum (destruktif). Interferensi ada 2, yaitu : 1. Interferensi Celah Ganda ( Percobaan Thomas Young )

Selisih lintasan cahaya sumber S1 dan S2 adalah S : S = S2P S1P = d . sin

a. Interferensi Maksimum ( Terang ) Interferensi maksimum akan terjadi jika kedua gelombang memiliki fase yang sama, yaitu ketika beda lintasannya sama dengan nol atau bilangan bulat kali Rumus : d sin = m . m = 0, 1, 2, . . . . .

Bilangan m disebut orde terang. Untuk m = 0 disebut terang pusat, m = 1 disebut terang ke-1, dst. Karena jarak celah ke layar l jauh lebih besar dari jarak kedua celah d (l > d), maka sudut sangat kecil, sehingga sin = tan = y , dengan demikian : y.d = m.
L L

Berarti :

s = d sin = y . d = m .
L

b. Interferensi Minimum ( Gelap )

Interferensi minimum pada celah ganda akan terjadi jika kedua gelombang berbeda fase sebesar 1800, yaitu ketika beda lintasannya sama dengan bilangan ganjil kali
setengah . Rumus :

d sin = ( m + 1/2 )

m = 1, 2, 3, . . . .

Bilangan m disebut orde gelap. Tidak ada gelap ke nol. Untuk m = 1 disebut gelap ke-1, dst. Mengingat sin = tan = y , dengan demikian :
L

y . d = ( m + 1/2 )
L

Berarti :

s = d sin = y . d = ( m + 1/2 )
L

Keterengan : - s = beda lintasan antara kedua gelombang (m) - y - L - = jarak titik ke terang pusat (m) = jarak celah ke layar (m) = panjang gelombang cahaya (m) - = sudut fase (o) - d = jarak kedua celah (m) - m = orde interferensi

2. Interferensi Lapisan Tipis

a. Interferensi Saling Menguatkan (Terang) 2 n d = ( m + 1/2 ) Dengan m = 0, 1, 2, 3, . . . .

Jika cahaya yang jatuh pada lapisan tipis membentuk sudut yang relatif besar, maka : 2 n d cos = ( m + 1/2 )

b. Interferensi Saling Melemahkan (Gelap) 2nd = m. Dengan m = 1, 2, 3, . . . . 3

Jika cahaya yang jatuh pada lapisan tipis membentuk sudut yang relatif besar, maka : 2 n d cos = m .

Keterangan : n = Indeks bias lapisan = Panjang Gelombang (m) -d -m = tebal lapisan tipis (m) = bilangan orde

B. Difraksi Cahaya Yaitu peristiwa pembelokan gelombang cahaya setelah melewati suatu penghalang. Pada peristiwa difraksi ini juga dihasilkan garis terang dan garis gelap. 1. Difraksi Celah Tunggal

d sin = m .

Dimana m = 1, 2, 3, . . . . .

2. Difraksi Celah Majemuk (Kisi) a. Tetapan Kisi Yaitu jarak antara dua celah yang berdekatan. b. Menentukan Panjang Gelombang dengan Kisi Difraksi d= 1
N

= d sin
m

Jika cahaya putih dijatuhkan pada kisi difraksi, untuk m = 0 akan terbentuk garis putih terang. Sedangkan untuk harga m yang lain akan terbentuk warna-warna pelangi.

C. Contoh Soal 1. Dua buah celah sempit berjarak 0,3 mm, disinari cahaya ehingga terbentuk pita-pita hasil intereferensi pada sebuah layar yang berjarak 1,2 m dari kedua celah tersebut. Jika letak pita terang ke-3 adalah 12 mm dari titik pusat, tentukan panjang gelombang cahaya yang digunakan! Diketahui = d = 0,3 mm L = 1,2 m = 1200 mm m =3 y Ditanya Jawab = 12 mm = =

y.d = m. L 12 x 0,3 = 3 x 1200 3,6 = 3600 = 3,6 3600 = 0,001 mm

Jadi panjang gelombang cahaya yang digunakan adalah 0,001 mm. 2. Selaput tipis air sabun disinari dengan arah tegak lurus dengan menggunakan cahaya natrium = 589,3 nm. Jika indeks bias air sabun adalah 1,33, hitunglah : a. Tebal minimum selaput yang tampak terang b. Tebal minimum selaput yang tampak gelap Diketahui = Ditanya n = = 589,3 nm = 1,33 = 00 (Tegak Lurus)

a. d terang ( m = 0 untuk tebal minimum ) b. d gelap ( m = 1 untuk tebal minimum ) Jawab = a. 2 n d cos = ( m + 1/2 ) 2 x 1,33 x d x cos 00 = ( 0 + 1/2 ) 589,3 2,66 x d x 1 = ( 1/2 ) 589,3 5

2,66 x d d d

= 294,65 = 294,65 2,66 = 110,77 nm

b. 2 n d cos = m . 2 x 1,33 x d x cos 00 = 1 x 589,3 2,66 x d x 1 2,66 x d d d = 589,3 = 589,3 = 589,3 2,66 = 221,5 nm

3. Cahaya dengan panjang gelombang 5 x 10-7 m melewati suatu celah dengan lebar 1 mm. Tentukan lebar pita terang pusat pada layar yang berjarak 25 cm dari celah (dalam satuan derajat). Diketahui = Ditanya Jawab d L = = d sin = = 5 x 10-7 m = 1 mm = 1 x 10-6 m = 25 cm

10-6 sin = 5 x 10-7 sin sin = 5 x 10-7 10-6 = 5 x 10-1 = 300

Lebar pita terang pusat 2 = 600 4. Tentukan sudut yang dibentuk oleh garis terang orde-1 dan orde-2 jika cahaya dengan panjang gelombang 300 nm dan 450 nm dijatuhkan pada kisi difraksi yang mempunyai 10.000 garis/cm. Diketahui = N

= 10.000 garis/cm d = 1 N = 1 10.000 = 10-6 = 300 nm = 3 x 10-7 m = 450 nm = 4,5 x 10-7 m 6

1 2

Orde-1 = m = 1 Orde-2 = m = 2 Ditanya Jawab = = 2. Orde-1 untuk 2 m. 1 x 3 x 10-7 3 x 10-7 10-6 3 x 10-1 17,5 0 m. 2 x 3 x 10-7 6 x 10-7 10-6 6 x 10-1 36,9 0 d sin 10-6 x sin sin = = = m. 1 x 4,5 x 10-7 4,5 x 10-7 10-6 4,5 x 10-1 26,7 0 m. 2 x 4,5 x 10-7 9 x 10-7 10-6 9 x 10-1 64,2 0

1. Orde-1 untuk 1 d sin = -6 10 x sin = sin = sin = = 3. Orde-2 untuk 1 d sin = -6 10 x sin = sin = sin = =

sin = = 4. Orde-2 untuk 2 d sin = -6 10 x sin = sin = sin = =

5. Seberkas sinar monokromatik dengan panjang gelombang 5 x 10 -7 m datang tegak lurus pada kisi. Jika spektrum orde kedua membuat sudut 300 dengan garis normal pada kisi, tentukan jumlah garis per cm kisi tersebut. Diketahui = Ditanya Jawab = = d sin d sin 300 = m. = 2 x 5 x 10-7 = 5 x 10-7 m = 300

d x 5 x 10-1 d = d =

= 10 x 10-7 10 x 10-7 5 x 10-1 2 x 10-6 cm/garis

Menentukan jumlah garis per cm : d = 1 N = 1 N = 1 2 x 10-6 = 5000 garis/cm

2 x 10-6 N N

Daftar Pustaka Herlina, Wahyuni Dra. 2008. Buku Pintar Belajar Fisika. Sagufindo Kinarya Umar, Efrizon. 2007. Fisika dan Kecakapan Hidup. Jakarta : Ganeca Exact

You might also like